Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI-TOKSIKOLOGI 2

UJI IRITASI AKUT DERMAL MENGGUNAKAN SEDIAAN HERBAL KULIT


BUAH NANAS (Ananas comosus L.)

I. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui apakah pemakaian sediaan krim ekstrak kulit Buah Nanas (Ananas
comosus L.) dapat memberikan efek iritasi pada kulit hewan uji kelinci
2. untuk menentukan adanya efek iritasi pada kulit serta untuk menilai dan mengevaluasi
karakteristik suatu zat apabila terpapar pada kulit.

II. Dasar Teori


Kulit sebagai sistem organ tubuh yang paling luas tidak bisa terpisahkan dari
kehidupan manusia. Kulit membangun sebuah barier yang memisahkan organ-organ internal
dengan lingkungan luar, turut berpartisipasi dalam banyak fungsi tubuh yang vital. Salah satu
fungsi kulit yang sangat berperan adalah sebagai pelindung yang sangat efektif terhadap
invasi bakteri dan paparan sinar matahari (Smeltzer, 2002: 1828)
Uji iritasi akut dermal merupakan salah satu dari serangkaian uji toksisitas yang
dilakukan pada hewan uji (kelinci albino) untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah
pemaparan sediaan uji (BPOM, 2014).
Eritema merupakan suatu reaksi kemerahan pada kulit yang timbul akibat dari efek
samping penggunaan sediaan topikal. Kemerahan ini juga ditandai dengan timbulnya bercak-
bercak yang menonjol tersebar secara simetris. Gejalanya selain timbul eritema (kemerahan),
juga timbul vesikulasi (berair) yang disertai rasa gatal dan panas (Loomis, 1978). Sedangkan
udema merupakan suatu reaksi pembengkakan pada kulit yang timbul akibat dari efek
samping penggunaan sediaan topikal. Udema terjadi akibat meningkatnya volume cairan
diluar sel (ekstraseluler) dan diluar pembuluh darah (ekstravaskuler) yang terakumulasi di
dalam jaringan-jaringan tubuh (Loomis, 1978).
Dosis yang digunakan untuk sediaan uji cair adalah sebanyak 0,5 mL dan untuk
sediaan uji padat atau semi padat sebanyak 0,5 g. Dan dosis yang digunakan sebanyak 0,5 mL
dari larutan hasil ekstraksi. Sediaan uji dipaparkan di area kulit seluas ± 6 (2 x 3 ) cm2
dengan lokasi pemaparan seperti yang terlihat pada Gambar, kemudian lokasi pemaparan
ditutup dengan kasa dan di plester dengan plester yang bersifat non-iritan. Jika pemberian
secara langsung tidak memungkinkan (misalnya cairan atau pasta), sediaan uji harus
dioleskan terlebih dahulu pada kasa lalu ditempelkan pada kulit. Sediaan uji cair tidak perlu
diencerkan sedangkan sediaan uji padat dihaluskan lebih dulu dan dibasahi dengan sedikit air
atau dengan pelarut yang cocok yang bersifat non-iritan untuk memastikan interaksi yang
baik antara sediaan uji dengan kulit.

Respon dari sediaan uji dinilai dengan berpedoman


pada Tabel berikut:

Evaluasi hasil. Skor iritasi kulit yang harus dievaluasi adalah terhadap tingkat keparahan
luka, ada atau tidaknya reversibilitas. Skor individu tidak mewakili standar absolut untuk sifat
iritan dari sediaan uji. Dilakukan evaluasi efek-efek lain dari sediaan uji, skor individual
harus dilihat sebagai nilai referensi. Skor iritasi (Indeks Iritasi Primer) sediaan uji adalah
kombinasi dari seluruh observasi dari pengujian. Indeks Iritasi Primer dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
Uji sensitisasi kulit adalah suatu pengujian untuk mengidentifikasi suatu zat yang
berpotensi menyebabkan sensitisasi kulit. Prinsip uji sensitisasi kulit adalah hewan uji
diinduksi dengan dan tanpa Freund’s Complete Adjuvant (FCA) secara injeksi intradermal
dan topikal untuk membentuk respon imun, kemudian dilakukan uji tantang (challenge test).
Tingkat dan derajat reaksi kulit dinilai berdasarkan skala Magnusson dan Kligman (BPOM,
2014).
Edema adalah suatu reaksi kulit yang timbul berupa pembengkakan akibat efek
samping dari penggunaan sediaan topical. Edema adalah meningkatnya volume cairan
diluar sel pembuluh darah (ekstravaskular) disertai dengan penimbunan dijaringan
serosa. Edema adalah pembengkakan yang dapat diamati dari akumulasi cairan dalam
jaringan jaringan tubuh (Loomis, 1978)
Sebelum pengujian dimulai, hewan uji diaklimatisasi di ruang percobaan kurang lebih
selama 5 hari dan hewan dikelompokkan secara acak. Hewan (marmut) dicukur bulunya 24
jam sebelum pengujian dimulai, untuk induksi intradermal dan topikal, pada daerah tengkuk
(intrascapular region) ± 4 x 6 cm dan untuk uji tantang dicukur pada daerah punggung (flank)
± 5 x 5 cm. Penghilangan bulu dapat juga menggunakan bahan kimia perontok bulu, tapi
harus dijaga agar tidak terjadi luka atau lecet pada kulit. Kemudian dilakukan uji semsitisasi.
Uji ini sendiri ada beberapa tahap. Yang pertama uji pendahuluan yang bertujuan untuk
menentukan dosis sediaan uji yang akan digunakan pada uji utama. Uji pendahuluan
menggunakan 2- 3 ekor hewan. Baru kemudian dilanjutkan uji utama: fase induksi
transdermal (hari ke-0); fase induksi topikal (hari ke-7); dan uji tantang (hari ke-21).
Reaksi kulit diuraikan dan kategorikan terhadap eritema dan udema menurut skala
Magnusson dan Kligman. Catatan tambahan dapat dibuat jika ditemukan respon yang tidak
biasa. Selain itu berat badan hewan uji sebelum dan setelah pengujian harus didata.
Evaluasi Hasil. Menurut Magnusson and Kligman bila hasil uji sensitisasi mempunyai skor ≥
1 maka dikategorikan sebagai sediaan yang bersifat sensitisers. Jika respon meragukan, maka
untuk mengkonfirmasi hasil tersebut dianjurkan untuk mengulang uji tantang (rechallenge)
yang dilakukan 1 sampai 2 minggu setelah uji tantang yang pertama.
Nanas (Ananas comosus L.) merupakan tanaman buah berupa semak. Di Indonesia
pada mulanya nanas hanya sebagai tanaman pekarangan dan meluas di perkebunan lahan
kering di seluruh nusantara. Buah nanas mengandung vitamin (A dan C), kalsium, fosfor,
magnesium, besi, natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa (gula tebu), dan enzim bromelain.
Kandungan kimia yang terdapat dalam kulit nanas antara lain air, serat kasar, karbohidrat,
protein, ensim bromelain, gula reduksi, flavonoid dan tannin (Damogalad, et al, 2013: 3).
Adanya kandungan flavonoid dan tannin dari ekstrak kulit nanas dapat dijadikan acuan untuk
menetapkan potensi antiagingnya, karena senyawa flavonoid dan tannin memiliki gugus
benzene aromatis terkonjugasi yang mampu menyerap sinar UV-A atau UV-B yang dapat
efek buruk terhadap kulit. Berdasarkan beberapa uraian tersebut, maka dilakukan penelitian
tentang uji efek iritasi ekstrak kulit Buah Nanas (Ananas comosus L.) dalam bentuk sediaan
krim secara topical pada kelinci.

III. Alat dan Bahan


Alat Bahan
Gunting Hidrokortison 2,5 % (Kontrol positif)
Silet Krim Ektstrak Kulit Nanas (Ananas
comosus L.) (Herbal)
Spidol
Kapas

IV. Cara Kerja

Pencukuran rambut kelinci sesuai Sebelum dioleskan zat uji, kulit hewan
gambar. uji dibersihkan pelan-pelan dengan
kapas bersih yang dibasahi air
Tutup daerah yang diberi sediaan dengan Kulit diolesi dengan zat uji
plastik tipis dan kaca steril yang dibuat sesuai dengan dosis yang telah
sedemikian rupa sehingga dipastikan ditentukan
hewan uji tidak mengganggu bagian kulit
yang telah diberikan perlakuan

Untuk pengamatan uji iritasi  Semua hewan uji harus diamati ada atau tidaknya eritema
dan udema, penilaian respon dilakukan pada jam ke 1, 24, 48, dan 72 setelah pembukaan
tempelan (untuk sediaan uji yang tidak bersifat korosif/iritan). Jika kerusakan kulit tidak
dapat diidentifikasi sebagai iritasi atau korosi pada jam ke 72, pengamatan dapat dilanjutkan
sampai hari ke-14 untuk menentukan reversibilitas. Selain pengamatan terhadap iritasi, efek
toksik setempat (local toxic effect), seperti defatting of skin dan pengaruh toksisitas lainnya
dan berat badan harus dijelaskan dan dicatat.

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol.3. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Bell, Fisher, Loomis. 1978. Environmental Psychology. Philadelphia: W.B. Saunders Co
Damogalad et al., 2013. Formulasi Krim Ekstrak Kulit Buah Nanas (Ananas comosus L.) dan
Uji In Vitro Nilai Sun Proctecting Factor (SPF). Pharmason Jurnal Ilmiah Farmasi. Unsrat
Vol.2 No 02, Hal 39-44 Issn 2302-2493
Graham, Robin. 2005. Dermatologi Edisi Delapan. Erlangga. Jakarta Hamzah, Baharuddin.
2009. Fitokimia 1. STIFA PALU
Sukirawat. 2019. Uji Efek Iritasi Pada Pemakaian Krim Ekstrak Kulit Buah Nanas (Ananas
comosus L.) Terhadap Kelinci (Oryctolagus cuniculus). Jurnal Kesehatan Yamasi
BPOM, 2014. Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo. Badan Pengawas Obat dan Makanan .
RI Jakarta. 2-4.

Anda mungkin juga menyukai