Anda di halaman 1dari 12

PEMERIKSAAN IN VIVO

(UJI KULIT)

Kulit

Kulit manusia terdiri atas epidermis dan dermis. Kulit berfungsi sebagai alat
ekskresi karena adanya kelenjar keringat (kelenjar sudorifera) yang terletak di
lapisan dermis.

Struktur anatomi

Epidermis

Epidermis tersusun atas lapisan tanduk ( lapisan korneum) dan lapisan Malpighi.
Lapisan korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapat mengelupas dan
digantikan oleh sel-sel baru. Lapisan Malpighi terdiri atas lapisan spinosum dan
lapisan germinativum. Lapisan spinosum berfungsi menahan gesekan dari luar.
Lapisan germinativum mengandung sel-sel yang aktif membelah diri,
mengantikan lapisan sel-sel pada lapisan korneum. Lapisan Malpighi
mengandung pigmen melanin yang memberi warna pada kulit.

Dermis

Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung saraf, kelenjar
keringat, dan kelenjar minyak. Kelenjar keringat menghasilkan keringat.
Banyaknya keringat yang dikeluarkan dapat mencapai 2.000 ml setiap hari,
tergantung pada kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu. Keringat mengandung air,
garam, dan urea. Fungsi lain sebagai alat ekskresi adalah sebgai organ penerima
rangsangan, pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, dan bibit penyakit,
serta untuk pengaturan suhu tubuh.

Pada suhu lingkungan tinggi (panas), kelenjar keringat menjadi aktif dan
pembuluh kapiler di kulit melebar. Melebarnya pembuluh kapiler akan
memudahkan proses pembuangan air dan sisa metabolisme. Aktifnya kelenjar
keringat mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit dengan cara
penguapan. Penguapan mengakibatkan suhu di permukaan kulit turun sehingga
kita tidak merasakan panas lagi. Sebaliknya, saat suhu lingkungan rendah,
kelenjar keringat tidak aktid dan pembuluh kapiler di kulit menyempit. Pada
keadaan ini darah tidak membuang sisa metabolisme dan air, akibatnya penguapan
sangat berkurang, sehingga suhu tubuh tetap dan tubuh tidak mengalami
kendinginan. Keluarnya keringat dikontrol oleh hipotalamus

Fungsi

Kulit memiliki beberapa fungsi:

Sebagai alat pengeluaran berupa kelenjar keringat.


Sebagai alat peraba.

Sebagai pelindung organ dibawahnya.

Tempat dibuatnya Vit D dengan bantuan sinar matahari.

Pengatur suhu tubuh.

Tempat menimbun lemak.


PEMBAHASAN

TES ALERGI UJI KULIT ALERGI :


uji tusuk (prick test), sel uji gores (scratch test) dan pacth test (uji tempel).

Beberapa jenis pemeriksaan penunjang diagnosis penyakit alergi dan imunologi


dapat dilakukan walaupun tidak harus dipenuhi seluruhnya. Tiap jenis
pemeriksaan mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang berbeda. Prinsip
pemeriksaan uji kulit terhadap alergen ialah adanya reaksi wheal and flare pada
kulit untuk membuktikan adanya IgE spesifik terhadap alergen yang diuji (reaksi
tipe I). Imunoglobulin G4 (IgG4) juga dapat menunjukkan reaksi seperti ini, akan
tetapi masa sensitisasinya lebih pendek hanya beberapa hari, sedangkan IgE
mempunyai masa sensitisasi lebih lama yaitu sampai beberapa minggu. Reaksi
maksimal terjadi setelah 15-20 menit, dan dapat diikuti reaksi lambat setelah 4-8
jam.

Alergi Tipe 1 (IgE-mediated) adalah hasil dari produksi IgE spesifik untuk alergen
oleh alergi individu. Kondisi di mana alergi yang dimediasi IgE dapat memainkan
peran utama termasuk rhinitis alergi, asma, dermatitis atopik, anafilaksis, urticaria
dan angioedema akut, alergi makanan, alergi racun serangga, lateks alergi dan
beberapa obat alergi. Tes untuk alergi serum IgE spesifik (juga disebut sebagai tes
RAST) juga berguna dalam situasi tertentu.

Ada beberapa cara untuk melakukan uji kulit, yaitu cara intradermal, uji tusuk
(prick test), sel uji gores (scratch test) dan pacth test (uji tempel). Uji gores sudah
banyak ditinggalkan karena hasilnya kurang akurat.
1. Uji kulit intradermal

Sejumlah 0,02 ml ekstrak alergen dalam 1 ml semprit tuberkulin


disuntikkan secara superfisial pada kulit sehingga timbul 3 mm
gelembung. Dimulai dengan konsentrasi terendah yang menimbulkan
reaksi, kemudian ditingkatkan berangsur masing-masing dengan
konsentrasi 10 kali lipat sampai menimbulkan indurasi 5-15 mm. Uji
intradermal ini seringkali digunakan untuk titrasi alergen pada kulit.Tes
alergi pengujian injeksi intradermal tidak direkomendasikan untuk
penggunaan rutin untuk aeroallergens dan makanan, tetapi mungkin untuk
mendeteksi racun dan diagnosis alergi obat. Ini membawa resiko lebih
besar anafilaksis dan harus dilakukan dengan tenaga medis yang
berkopeten melalui pelatihan spesialis.

2. Uji tusuk (prick test)

Uji tusuk dapat dilakukan dalam waktu singkat dan lebih sesuai untuk
anak. Tempat uji kulit yang paling baik adalah pada daerah volar lengan
bawah dengan jarak sedikitnya 2 sentimeter dari lipat siku dan
pergelangan tangan. Setetes ekstrak alergen dalam gliserin (50% gliserol)
diletakkan pada permukaan kulit. Lapisan superfisial kulit ditusuk dan
dicungkil ke atas memakai lanset atau jarum yang dimodifikasi, atau
dengan menggunakan jarum khusus untuk uji tusuk. Ekstrak alergen yang
digunakan 1.000-10.000 kali lebih pekat daripada yang digunakan untuk
uji intradermal. Dengan menggunakan sekitar 5 ml ekstrak pada kulit,
diharapkan risiko terjadinya reaksi anafilaksis akan sangat rendah. Uji
tusuk mempunyai spesifitas lebih tinggi dibandingkan dengan uji
intradermal, tetapi sensitivitasnya lebih rendah pada konsentrasi dan
potensi yang lebih rendah. Kontrol Untuk kontrol positif digunakan 0,01%
histamin pada uji intradermal dan 1% pada uji tusuk. Kontrol negatif
dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan reaksi dermografisme
akibat trauma jarum. Untuk kontrol negatif digunakan pelarut gliserin.

Antihistamin dapat mengurangi reaktivitas kulit. Oleh karena itu, obat


yang mengandung antihistamin harus dihentikan paling sedikit 3 hari
sebelum uji kulit. Pengobatan kortikosteroid sistemik mempunyai
pengaruh yang lebih kecil, cukup dihentikan 1 hari sebelum uji kulit
dilakukan. Obat golongan agonis juga mempunyai pengaruh, akan tetapi
karena pengaruhnya sangat kecil maka dapat diabaikan. Usia pasien juga
mempengaruhi reaktivitas kulit walaupun pada usia yang sama dapat saja
terjadi reaksi berbeda. Makin muda usia biasanya mempunyai reaktivitas
yang lebih rendah. Uji kulit terhadap alergen yang paling baik adalah
dilakukan setelah usia 3 tahun. Reaksi terhadap histamin dibaca setelah 10
menit dan terhadap alergen dibaca setelah 15 menit. Reaksi dikatakan
positif bila terdapat rasa gatal dan eritema yang dikonfirmasi dengan
adanya indurasi yang khas yang dapat dilihat dan diraba. Diameter terbesar
(D) dan diameter terkecil (d) diukur dan reaksi dinyatakan ukuran
(D+d):2. Pengukuran dapat dilakukan dengan melingkari indurasi dengan
pena dan ditempel pada suatu kertas kemudian diukur diameternya. Kertas
dapat disimpan untuk dokumentasi. Dengan teknik dan interpretasi yang
benar, alergen dengan kualitas yang baik maka uji ini mempunyai
spesifitas dan sensitivitas yang tinggi disamping mudah, cepat, murah,
aman dan tidak menyakitkan.

3. Uji gores kulit (scratch test)

Uji gores kulit (SPT) adalah prosedur yang membawa resiko yang relatif
rendah, namun reaksi alergi sistemik telah dilaporkan. Uji gores kulit
(SPT) disarankan sebagai metode utama untuk diagnosis alergi yang
dimediasi IgE dalam sebagian besar penyakit alergi. Memiliki keuntungan
relatif sensitivitas dan spesifisitas, hasil cepat, fleksibilitas, biaya rendah,
baik tolerabilitas, dan demonstrasi yang jelas kepada pasien alergi mereka.
Namun akurasinya tergantung pelaksana, pengamatan dan interpretasi
variabilitas. Karena test adalah perkutan, langkah-langkah pengendalian
infeksi sangat penting.
Pasien harus benar-benar dan tepat mengenai risiko dan manfaat.
Masing-masing pasien kontraindikasi dan tindakan pencegahan harus
diperhatikan.
Uji gores kulit harus dilakukan oleh yang terlatih dan berpengalaman staf
medis dan paramedis, di pusat-pusat dengan fasilitas yang sesuai untuk
mengobati reaksi alergi sistemik (anafilaksis).

Praktisi medis yang bertanggung jawab harus memesan panel tes untuk
setiap pasien secara individual, dengan mempertimbangkan karakteristik
pasien, sejarah dan temuan pemeriksaan, dan alergi eksposur termasuk
faktor-faktor lokal.

Staf teknis perawat dapat melakukan pengujian langsung di bawah


pengawasan medis (dokter yang memerintahkan prosedur harus di lokasi
pelatihan yang memadai sangat penting untuk mengoptimalkan hasil
reproduktibilitas.

Kontrol positif dan negatif sangat penting.

Praktisi medis yang bertanggung jawab harus mengamati reaksi dan


menginterpretasikan hasil tes dalam terang sejarah pasien dan tanda-tanda.

Hasil tes harus dicatat dan dikomunikasikan dalam standar yang jelas dan
bentuk yang dapat dipahami oleh praktisi lain.

Konseling dan informasi harus diberikan kepada pasien secara individual,


berdasarkan hasil tes dan karakteristik pasien dan lingkungan setempat.

Pengakuan terhadap keterbatasan Uji gores kulit penting, yaitu.


terbatasnya kemampuan dalam prediksi tipe alergi reaksi lambat.
positif palsu atau negatif karena karakteristik alergi pasien atau
kualitas. Adanya IgE tanpa gejala klinis dan tes negatif tidak
mengecualikan gejala yang disebabkan oleh non-IgE mediated alergi /
intoleransi atau penyebab medis lainnya .

4. Uji Tempel (Patch test)


Metode lain adalah dengan menerapkan alergi untuk sebuah patch yang
kemudian diletakkan pada kulit. Hal tersebut dapat dilakukan untuk
menunjukkan yang memicu dermatitis kontak alergi. Jika ada alergi
antibodi dalam sistem anda, kulit anda akan menjadi jengkel dan mungkin
gatal, lebih mirip gigitan nyamuk. Reaksi ini berarti Anda alergi terhadap
zat tersebut

Pemeriksaan status imunologik selular dapat dilakukan secara in vivo


maupun secara in vitro. Uji kulit tipe lambat digunakan untuk mengukur
reaksi imunologi selular secara in vivo dengan melihat terjadinya reaksi
hipersensitivitas tipe lambat setelah penyuntikan antigen yang sudah
dikenal sebelumnya (recall antigen) pada kulit.

Uji ini menggunakan antigen spesifik yang disuntikkan secara intradermal.


Antigen yang digunakan biasanya yang telah berkontak dengan individu
normal, misalnya tetanus, difteria, streptokokus, tuberkulin (OT), Candida
albicans, trikofiton, dan proteus. Pada 85% orang dewasa normal reaksi
akan positif dengan paling sedikit pada satu dari antigen tersebut. Pada
populasi anak persentase ini lebih rendah, walaupun terdapat kenaikan
persentase dengan bertambahnya umur. Hanya 1/3 dari anak berumur
kurang dari satu tahun yang akan bereaksi dengan kandida, dan akan
mencapai persentase seperti orang dewasa pada usia di atas 5 tahun.
Sebuah aplikator sekali pakai yang berisi semua antigen tersebut
dengan larutan gliserin sebagai kontrol, misalnya seperti Multi-test CMI
buatan Merieux Institute sekarang banyak dipakai. Kit ini mengandung 7
jenis antigen (Candida albicans, toksoid tetanus, toksoid difteri,
streptokinase, old tuberculine, trikofiton, dan proteus) serta kontrol gliserin
secara bersamaan sekaligus dapat diuji.

Persiapan

Pastikan bahwa kondisi antigen yang digunakan dalam keadaan layak


pakai, perhatikan cara penyimpanan dan tanggal kadaluarsanya Harus
diingat bahwa kortikosteroid dan obat imunosupresan dapat menekan
reaksi ini sehingga memberi hasil negatif palsu. Setelah itu lakukan
anamnesis tentang apakah pernah berkontak sebelumnya dengan antigen
yang akan digunakan.

Melakukan uji

Kalau memungkinkan gunakan aplikator seperti di atas sehingga dapat


digunakan banyak antigen sekaligus. Hati-hati sewaktu melepas penutup
antigen, harus dengan posisi menghadap ke atas sehingga antigen tidak
tumpah. Kalau tidak ada aplikator seperti itu dapat digunakan antigen yang
mudah didapat (tetanus, tuberculin, dan sebagainya). Dengan
menggunakan alat suntik tuberkulin, pastikan bahwa sejumlah 0,1 ml
antigen masuk secara intrakutan hingga berbentuk gelembung dan tidak
subkutan. Beri tanda dengan lingkaran masing-masing lokasi antigen.

Hasil pemeriksaan

Hasil uji dibaca setelah 24-48 jam. Bila setelah 24 jam hasil tes tetap
negatif maka cukup aman untuk memberikan dosis antigen yang lebih
kuat. Indurasi yang terjadi harus diraba dengan jari dan ditandai ujungnya,
diukur dalam mm dengan diameter melintang (a) dan memanjang (b).
Untuk setiap reaksi gunakan formula (a+b):2. Suatu reaksi disebut positif
bilamana (a+b):2=2 mm atau lebih.

Efek samping

Dapat terjadi suatu reaksi kemerahan yang persisten selama 3-10 hari
tanpa meninggalkan sikatriks. Pada orang yang sangat sensitif dapat timbul
vesikel dan ulserasi pada lebih dari satu lokasi antigen.

Interpretasi

Uji kulit ini saja tidak cukup untuk menyimpulkan status imunologik
selular seseorang karena untuk dapat disimpulkan hasil uji harus
disesuaikan dengan anamnesis dan keadaan klinik. Untuk menilai suatu uji
kulit, seperti juga prosedur diagnostik yang lain, sangat tergantung pada
pemeriksanya. Bila disimpulkan bahwa kemungkinan terdapat gangguan
pada sistem imunitas selular, maka dapat dipertimbangkan pemberian
imunoterapi. Tetapi untuk memulai terapi sebaiknya pemeriksaan
dilanjutkan dengan pemeriksaan secara in vivo.
KESIMPULAN

Beberapa jenis pemeriksaan penunjang diagnosis penyakit alergi dan imunologi


pada kulit yaitu :

1. Uji kulit intradermal


2. Uji tusuk (prick test)

3. Uji gores kulit (scratch test)

4. Uji Tempel (Patch test)

Untuk Uji gores sudah banyak ditinggalkan karena hasilnya kurang akurat.
Dengan Pengakuan terhadap keterbatasan Uji gores kulit penting, yaitu.
terbatasnya kemampuan dalam prediksi tipe alergi reaksi lambat. positif palsu atau
negatif karena karakteristik alergi pasien atau kualitas. Adanya IgE tanpa gejala
klinis dan tes negatif tidak mengecualikan gejala yang disebabkan oleh non-IgE
mediated alergi / intoleransi atau penyebab medis lainnya .

Anda mungkin juga menyukai