Laporan Badan Geologi 2012 Sukhyar
Laporan Badan Geologi 2012 Sukhyar
BADAN GEOLOGI
2012
Badan Geologi
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Visi
“Mewujudkan Geologi untuk Perlindungan
dan Kesejahteraan Masyarakat”
Misi
Ÿ mempromosikan geologi untuk
kepentingan perencanaan dan penataan
wilayah
Ÿ mengungkapkan potensi geo-resources
(sumber daya geologi): migas, panas bumi,
batubara, mineral, dan air tanah serta
potensi geologi lainnya
Ÿ mengungkapkan potensi bencana geologi
bagi kepentingan perlindungan manusia
dan potensi ekonomi
Ÿ mendorong penerapan geo-sciences bagi
kepentingan konservasi geo-resources dan
potensi geologi lainnya serta perlindungan
lingkungan.
Sebagai instansi eselon I di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan
Geologi pada tahun 2012 telah berupaya melaksanakan kegiatan-kegiatan prioritas guna
menunjang program yang dicanangkan Pemerintah. Kegiatan prioritas tersebut antara lain
pemetaan geologi; pengumpulan data geosains, pengeboran air bersih di daerah sulit air;
pemberian rekomendasi teknis penataan ruang berbasis geologi; pemberian rekomendasi
WKP, WUP, dan WPN; penyelidikan wilayah keprospekan dan potensi sumber daya geologi;
pemberian rekomendasi teknis mitigasi bencana geologi; pengembangan keanekaragaman
geologi (geodiversity), pemantauan aktivitas gunung api aktif tipe A dari Pos Pengamatan
Gunung Api; pemetaan kawasan kars skala 1 : 50.000, pemetaan geologi lingkungan kawasan
pertambangan untuk tata ruang skala 1 : 100.000, pelayanan informasi publik melalui museum
kegeologian, peningkatan jejaring kerja sama dengan dalam dan luar negeri, serta pendoku-
mentasian publikasi geologi.
Pada September 2012 Badan Geologi meraih capaian luar biasa dengan dikukuhkannya Kaldera
Gunung Api Batur di Bali sebagai anggota Global Geopark Networks (GGN) oleh UNESCO.
Badan Geologi bersama Kementerian Parekraf dan Pemerintah Kabupaten Bangli sejak tahun
2009 telah bahu-membahu mempersiapkan persyaratan agar Gunung Batur diakui sebagai
Geopark Dunia tersebut.
Laporan Tahunan ini diharapkan dapat memberi gambaran pelaksanaan tugas dan fungsi
Badan Geologi dalam Pembangunan Nasional sepanjang tahun 2012. Laporan Tahunan ini
juga dapat menjadi sarana peningkatan alur informasi antara Pusat dengan Daerah serta me-
nambah khasanah informasi bidang geologi bagi masyarakat dan para pemangku kepenting
an. Pada akhirnya, hasil-hasil kegiatan Badan Geologi tahun 2012 diharapkan menjadi rang-
kaian pencapaian visi Badan Geologi, yaitu “geologi untuk perlindungan dan kesejahteraan
masyarakat”, guna mendukung capaian sektor energi dan sumber daya mineral dalam rangka
mewujudkan visi pembangunan nasional.
Akhir kata, saya sampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh karyawan dan semua pihak
yang telah ikut menyukseskan kegiatan Badan Geologi tahun 2012 dengan sebaik-baiknya
dan bekerja sama dalam penyusunan Laporan Tahunan ini.
R. Sukhyar
(dengan geologiwan P.H. Kuenen, 1929-1930), penyelidikan Persaingan dagang antar bangsa Eropa, seperti Portugis,
gaya berat oleh F.A. Vening Meinesz dengan memperguna- Spanyol, Belanda dan Inggris, di wilayah Nusantara semak-
kan kapal selam Nederland K-XIII (1929-1930) dan ekspe- in tajam. Situasi demikian mendorong Pemerintah Belanda
disi puncak bersalju Cartenz (dengan geologiwan J. J. Dozy) mengerahkan segala kemampuannya untuk memenangkan
yang berhasil menemukan endapan tembaga Ertsberg yang persaingan itu. Berkaitan dengan hall ini, maka Pemerintah
kaya raya itu (1936). Belanda menugasi Vereenigde Oost-Indische Compagnie
(VOC; Serikat Dagang Hindia Timur) yang didirikan pada ta-
Sebagaimana perempatan abad ke-20 sebelumnya, perioda
hun 1602, untuk mengambil langkah yang diperlukan, dan
ini ditutup pula dengan suatu sintesa yang didahului oleh
sekaligus untuk mencari mineral. Untuk itu maka VOC pada
H. Stauffer The Geology of the Netherlands East Indies dalam
tahun 1619 mendirikan tiga pangkalan di kota Batavia (Ja-
Science and Scientist inthe Netherlands Indies (1945); ke-
karta), Amboina (sekarang Ambon), dan di Banda. Melalui
mudian R. W. Van Bemmelen (1949) menerbitkan karyanya
VOC inilah Pemerintah Belanda mengetahui potensi geolo-
yang besar yang mengundang pro dan kontra, sekaligus se-
gi dan sumber daya mineral di wilayah Nusantara.
bagai kesimpulan penyelidikan geologi selama hampir 100
tahun (1850 - 1950). Tercakup dalam bukunya itu data yang Sebagai serikat dagang swasta di Hindia Timur, VOC oleh
dimiliki perusahaan pertambangan, minyak dan nir-minyak Pemerintah Belanda diberi hak monopoli perdagangan dan
yang boleh diumumkan. kekuasaan memerintah, dan bahkan diperbolehkan mem-
bentuk kekuatan militernya sendiri. Dengan memiliki hak
Dengan meletusnya Perang Kemerdekaan, kegiatan penye-
seperti itu, VOC menundukkan satu demi satu kerajaan kecil
lidikan boleh dikatakan terhenti. Pusat Djawatan Tambang
di wilayah Nusantara dengan taktik divide et impera (me-
dan Geologi terpaksa mengungsi dan banyak hasil penye-
mecah belah dan kuasai), selama hampir sepanjang abad
lidikan hilang tercecer. Sesudah perang selesai dimulailah
ke-17. Akan tetapi nafsu kekuasaan itu harus dibayar sangat
kembali kegiatan, terutama untuk mengisi kemerdekaan.
mahal, karena VOC dibubarkan oleh pemerintah Belanda
Pertama-tama sangat dirasakan kekurangan tenaga ahli.
pada tanggal 31 Desember 1799, akibat dililit hutang yang
Oleh karena itu didirikanlah Sekolah Pertambangan dan
sangat besar dan merajalelanya korupsi di kalangan pejabat
Geologi Tinggi dan kemudian Kursus Ahli Praktek Geologi
VOC. Sejak waktu itulah secara resmi bangsa Belanda men-
dan Pertambangan. Di universitas dibuka pula bagian ge-
jajah wilayah Nusantara.
ologi, sehingga kekurangan ini sedikit demi sedikit dapat
diatasi. Pada akhirnya jumlah geologiwan sudah cukup me- Belanda sadar akan pentingnya penguasaan bahan galian
madai, baik yang berpendidikan dalam negeri maupun luar di wilayah Nusantara. Dengan jalan itu diharapkan perkem-
negeri, untuk menjalankan kembali penyelidikan geologi bangan industri di Negeri Belanda dapat ditunjang. Maka
secara wajar. Geologiwan ikut dalam berbagai ekspedisi il- dibentuklah Dienst van het Mijnwezen (semula Kantoor van
miah seperti Pendakian Puncak Bersalju di Irian Barat, Eks- het Mijnwezen; Dinas Pertambangan) pada tahun 1850.
pedisi Baruna I dan II yang menjelalahi lautan di Indonesia Dinas ini bertugas melakukan penyelidikan geologi dan
dan sebagainya. sumber daya mineral, dan juga untuk mengkoordinasikan
usaha penambangan oleh swasta yang sudah lama berjalan
di wilayah Nusantara. Berdirinya Dienst van het Mijnwezen-
Perkembangan Kelembagaan
pada tahun 1850 itu telah menjadi landasan bagi lembaga
Badan Geologi adalah nama yang berlaku sejak akhir ta- geologi dan tambang selanjutnya. Untuk melaksanakan
hun 2005 yang bernaung di bawah Departemen Energi dan tugas koordinasi usaha pertambangan swasta itu, sistem
Sumber Daya Mineral dan memiliki silsilahnya cukup pan- pemberian konsesi pertambangan mulai diterapkan pada
jang. Lembaga yang dimulai dengan nama Kantoor van het tahun 1852 kepada Billiton Maatschappij untuk bijih timah
Mijnwezen dan kemudian berubah menjadi Dienst van het di Pulau Belitung. Ketentuan yang mengatur penamban-
Mijnwezen pada tahun 1850 itu, dalam sejarah yang telah gan yang lebih luas termuat di dalam Mijnwet (semacam
dialaminya selama 160 tahun, namanya berganti-ganti, juga Undang-Undang Pertambangan) yang mulai diberlakukan
struktur organisasinya, dan dengan sendirinya pejabatnya. pada tahun 1899.
Berbicara tentang sejarah kelembagaan geologi, kita harus Secara kelembagaan, penyelidikan sumber daya mineral
menengok ke belakang ketika ilmu geologi dan tambang dan pemetaan geologi setempat di Indonesia dimulai se-
dibawa oleh bangsa Eropa ke wilayah Nusantara. Mereka ke jak berdirinya Mijnwezen tersebut, yaitu sejak tahun1850.
wilayah ini sejak awal abad ke-16, dengan maksud membeli Kelembagaan ini berganti nama jadi Dienst van den Mijn-
hasil rempah-rempah. Kemudian mereka juga tertarik akan bouw pada tahun 1922, dan diambil alih oleh bala tentara
sumber daya alam lainnya. Setelah di Eropa terjadi revo- Jepang pada tahun 1942. Selama sekitar 3,5 tahun pasukan
lusi industri sejak pertengahan abad ke-18, mereka sangat tentara Jepang menguasai kantor Mijnbouw, dan meng-
membutuhkan bahan tambang sebagai bahan dasar indus- ganti namanya jadi Kogyo Zimushoyang kemudian men-
tri. Pada waktu itu, di beberapa daerah di wilayah Nusantara jadi Chishitsuchosacho. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
sudah ada kegiatan penambangan. Penyelidikan geologi di pada 17 Agustus 1945 diantaranya juga telah mengubah
daerah Kalimantan Selatan di antaranya telah mendorong sejarah kelembagaan geologi di Indonesia. Melalui proses
penambangan batubara di Pengaron yang diberi nama peralihan kekuasaan di zaman perang kemerdekaan (1945-
Oranje Nassau pada tahun 1849. Semua itu telah menjadi 1949) berdirilah Pusat Djawatan Tambang dan Geologi. Ke-
daya tarik bagi para insinyur tambang dan geologi dari tika terjadi penyerahan kedaulatan RI dari Pemerintah Be-
Eropa untuk datang ke wilayah Nusantara. landa pada tahun 1949, terjadilah dua lembaga, yaitu Pusat
Laporan tertua berasal dari prapemerintahan Hindia Be- lain para wisatawan dari dalam dan luar negeri, juga para
landa, dari zaman Vereenigde Oost-Indische Compagnie, peneliti, siswa ( jumlah terbesar) dan masyarakat umum.
VOC, tahun 1660-an. Sebagai kelembagaan Pusat, tugas
Gedung yang dibangun di Rembrandt Straat tersebut pada
yang tidak dapat dipisahkan adalah menyimpan laporan
awalnya bernama Geologisch Laboratorium, tempatnya
hasil penyelidikan lapangan di seluruh Indonesia, yang
hampir berseberangan dengan Gedung Sate yang sudah
biasanya dilengkapi dengan hasil penelitian laboratorium
selesai dibangun pada tahun 1921.
(secara kimia, petrologi,dan paleontologi), dan sejak ak
hir-akhir ini juga dengan cara lain, di antaranya penentuan Gedung Geologisch Laboratorium itu dirancang dengan
umur mutlak. Laporan sebagai bentuk dokumentasi itu gaya artdeco oleh arsitek In Menalda van Schouwenburg,
pada awalnya ada yang tertulis tangan, terketik, dan terbi- dan dibangun selama 11 bulan, mulai pertengahan tahun
tan, dan kini juga dalam bentuk CD. Laporan dari pemetaan 1928 sampai diresmikannya pada tanggal 16 Mei 1929. Ge-
geologi bersistem yang dilakukan Diesnt van den Mijnbouw dung dibangun 2 lantai, sebanyak 74 ruangan pada awalnya
sejak tahun 1920an makin menambah kumpulan dokumen. seluas ±5.500 m2. Meskipun namanya adalah Geologisch
Demikian pula sejak Indonesia menerapkan Rencana Pem- Laboratorium, namun gedung itu adalah kantor Dienst van
bangunan Lima Tahun (yang pertama 1969-1974, dan yang den Mijnbouw yang di dalamnya, selain ada laboratorium
terakhir 1999-2004), pertumbuhan jumlah dokumen naik (mestinya kimia batuan, petrologi, mineralogi dan paleon-
tajam. Semua laporan memuat informasi tentang keadaan tologi), ada pula ruangan yang untuk ruang kerja dan ru-
geologi, dan jika di daerah yang bersangkutan ada petun- ang pertemuan. Sebagian dari gedung itu juga ada yang
juknya, juga tentang sumber daya mineral dan energi. Ge- dipergunakan untuk ruang peragaan dan ruang koleksi
dung Museum Geologi itu dibangun pada tahun1928 oleh percontoh, yang kemudian dinamakan Geologisch Museum;
Dienst van den Mijnbouw (sebelumnya, 1850-1922 bernama serta ruangan yang diperuntukkan sebagai Ruangan Arsip
Dienst van het Mijnwezen), dan sampai sekarang hampir- Pengetahuan dan koleksi terbitan dan peta yang kemudian
hampir tidak ada perubahan, kecuali tambal-sulam di sana- disebut Perpustakaan Geologi. Gedung Geologisch Labo-
sini yang sama sekali tidak mengubah wajah aslinya. Selain ratorium yang kemudian juga disebut Geologisch Museum
itu, kalau pada 78 tahun yang lalu lahan yang beralamat di kelihatannya memang dipersiapkan pula untuk forum per-
Rembrandt Straat, Bandung itu hanya ditempati oleh instan- temuan ilmiah internasional. Ini bisa dilihat dari peristiwa
si Mijnbouwsaja sekarang yang alamatnya berganti menjadi peresmian gedung itu pada tanggal 16 Mei 1929, yang
Jln.Diponegoro 57 Bandung telah ditempati oleh 3 instansi, bertepatan dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu Peng-
yaitu Pusat Survei Geologi (sebelumnya Pusat Penelitian etahuan Pasifik ke-4 (Fourth Pacific Science Congress) di
dan Pengembangan Geologi), Pusat Lingkungan Geologi Bandung pada tanggal 18-24 Mei 1929. Kongres itu dis-
(sebelumnya Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Ka- elenggarakan di Technische Hooge School (THS; sekarang
wasan Pertambangan; dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi menjadi ITB), dan sidang-sidang yang berhubungan den-
Bencana Geologi (sebelumnya Direktorat Vulkanologi dan gan ilmu kebumian diadakan di ruang pertemuan terse-
Mitigasi Bencana Geologi. but. Kongres dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: Bagian Ilmu
Pengetahuan Pertanian (Division of Agricultural Sciences),
Dengan bantuan Jepang, museum selama 1998-2000 telah
Bagian Ilmu Pengetahuan Biologi (Division of Biological Sci-
mengalami pembaruan, dan kini luas lantainya telah ber-
ences), Bagian Ilmu Pengetahuan Fisika (Division of Physical
tambah dari semula 1.397 m2 jadi 3.897 m2. Dewasa ini, Mu-
Sciences), dan Bagian Ilmu Pengetahuan Fisika dan Biologi
seum Geologi yang menghimpun sejumlah besar benda ge-
(Division of Physical and Biological Sciences). Ilmu geologi,
ologi, juga menyimpan tidak sedikit benda yang berkaitan
tambang, dan vulkanologi (ilmu kebumian) masuk ke dalam
dengan manusia, sejak manusia purba hingga manusia
Bagian Ilmu Pengetahuan Fisika, yang sidang-sidangnya
moderen. Tidak mengherankan kalau sekarang ini, museum
diselenggarakan di Geologisch Laboratorium atau Geolo-
mempunyai banyak-fungsi, sehingga sering dikunjungi se-
gisch Museum itu. Kongres internasional 78 tahun yang lalu Badan Geologi Sekarang
di gedung Museum Geologi itu dihadiri oleh 391 ilmuwan
Berdasarkan Permen ESDM No. 18 Tanggal 22 November
dari 20 negara. Dari 391 ilmuwan itu hanya seorang, yaitu
2010, Badan Geologi merupakan salah satu Unit Eselon I
Presiden Museum Etnologi Solo Pangeran Hadiwidjojo,
di bawah KESDM yang terdiri atas lima unit kerja Eselon II,
yang berstatus putra pribumi sebagai peserta.
yaitu:
Nilai Bangunan Cagar Budaya pada Museum Geologi itu, a. Sekretariat Badan Geologi
bukan hanya terletak pada usianya saja, tetapi yang sangat b. Pusat Sumber Daya Geologi
penting untuk diketahui generasi mendatang adalah nilai c. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
sejarah dan nilai dokumen yang tersimpan di dalamnya. d. Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan
Dari dalam gedung inilah lembaga penyelidikan dan pem- e. Pusat Survei Geologi
etaan geologi serta eksplorasi bahan galian tambang di
seluruh wilayah Indonesia dikemudikan. Lembaga geologi Sementara itu, tugas pokok dan fungsi BPPTK dan Museum
yang bernama Dienstvan den Mijnbouw tersebut menem- Geologi, Badan Geologi, diatur dengan PUU yang terpisah
pati gedung yang awalnya disebut Geologisch Laboratorium dari Permen ESDM Nomor 0030 Tahun 2005. Tupoksi BPPTK
sejak tahun 1929. Kemudian gedung itu diambil alih oleh diatur oleh Kepmen ESDM Nomor 1723 Tahun 2002 ten-
Kogyo Zimusho (kemudian Chishitsuchosacho) pada tahun tang BPPTK; sedangkan tupoksi Museum Geologi ditetap-
1942, dan jatuh ke tangan para pejuang kemerdekaan Re- kan berdasarkan Kepmen ESDM Nomor 1725 Tahun 2002
publik Indonesia pada tahun 1945. Sejak itu lembaga na- tentang UPT Museum Geologi. Berdasarkan Kepmen ESDM
sional (Republik Indonesia) yang mewarisinya silih berganti Nomor 1723 Tahun 2002 tentang BPPTK, secara struktur
namanya, mulai dari Pusat Djawatan Tambang dan Geologi organisasi BPPTK berada di bawah langsung unit eselon
(1945-1950) hingga sekarang menjadi Badan Geologi. II PVMBG. Sedangkan berdasarkan Kepmen ESDM Nomor
1725 Tahun 2002 tentang Unit Pelaksana Teknis (UPT) Mu- sumber daya geologi;
seum Geologi, secara struktur organisasi UPT Museum Ge- c. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan
ologi berada di bawah langsung unit eselon 2 PSG. penelitian, penyelidikan, inventarisasi, eksplorasi,
perekayasaan teknologi, pemodelan, dan pelayanan di
Tugas dan Fungsi Unit-Unit di Lingkungan Badan bidang sumber daya geologi; dan
Geologi d. pelaksanaan administrasi Pusat Sumber Daya Geologi.
pegawai yang lebih bermutu. Sumber daya manusia pada Badan Geologi status Desem-
- Mendorong prestasi pegawai melalui reward and ber 2012 berjumlah 1295 orang dengan rincian jumlah
punishment serta rencana implementasi sistem remu- pada masing-masing unit sebagai berikut: SBG sebanyak
nerasi. 58 orang, PSDG sebanyak 288 orang, PVMBG (termasuk
- melakukan evaluasi terhadap informasi jabatan dan BPPTK) sebanyak 412 orang, PSDATGL sebanyak 255 orang,
evaluasi tugas fungsi jabatan struktural dan seluruh PSG (termasuk Museum Geologi) sebanyak 282 orang.
jabatan fungsional tertentu serta jabatan fungsional Komposisi pegawai Badan Geologi berdasarkan pendidikan
umum. (kompetensi). Dari segi usia, mayoritas pegawai di lingkun-
- melaksanakan pembinaan melalui jalur Pendidikan gan Badan Geologi berada diantara 41 – 50 tahun (34%),
dan Pelatihan (Diklat) yang mengarah kepada upaya kemudian usia > 51 tahun (41%), dan yang paling kecil
peningkatan (a) sikap dan semangat pengabdian yang jumlahnya adalah usia < 40 tahun (25%) Jumlah pegawai
berorientasi pada kepentingan masyarakat, bangsa, dengan status usianya tersebut akan berkurang karena total
negara dan tanah air, (b) kompetensi teknis, manaje- sebanyak 503 orang pegawai akan pensiun pada periode
rial, dan kepemimpinan serta (c) efektivitas, efisiensi 2012-2017.
dan kualitas pelaksanaan tugas yang dilakukan den-
gan semangat kerjasama dan tanggungjawab sesuai
dengan lingkungan kerja dan organisasinya. Sarana, Prasarana, dan Teknologi
- Menyelenggarakan acara Sosialisasi Bidang Kepega- Sarana Laboratorium yang tersebar di Pusat-Pusat dan
waian untuk menyampaikan informasi tentang pera- UPT, yaitu:
turan di bidang kepegawaian dengan harapan dapat a. Laboratorium penginderaan jauh.
meningkatkan kinerja bagi para pejabat struktural, b. Laboratorium petrologi.
pejabat fungsional dan para pengelola kepegawaian c. Laboratorium geokimia, kimia mineral dan air.
di lingkungan Badan Geologi, Kementerian Energi dan d. Laboratorium geokronologi.
Sumber Daya Mineral. e. Laboratorium biostratigrafi.
f. Laboratorium mekanika tanah dan batuan.
Tingkat Pendidikan
No Unit Jumlah
SD SLTP SLTA D1 D2 D3 D4 S1 Sp.1 S2 S3
1 SBG 1 2 17 0 0 3 0 22 0 10 3 58
Jangkauan Usia
No UNIT Jumlah
18-25 26-30 31-35 36-40 41-45 46-50 51-55 >56
1 SBG 1 3 7 5 4 12 24 2 58
3 PVMBG 21 37 41 37 67 96 99 14 412
4 PSDATGL 0 7 21 20 40 53 90 24 285
5 PSG 0 8 41 35 13 53 84 48 282
Realisasi Pendapatan Negara pada tahun anggaran 2012 Mitigasi, dan Pelayanan Geologi dengan melaksanakan 7
adalah berupa Pendapatan Negara Bukan Pajak sebesar Rp kegiatan.
2.649.288.486,00 atau mencapai 279,96 % dari estimasi
Realisasi belanja tahun anggaran 2012 mengalami
pendapatan sebesar Rp 943.300.000,00.
kenaikan sebesar Rp 30.995.517.301,00 dibandingkan
Realisasi Belanja Negara pada tahun anggaran 2012 adalah periode yang sama tahun sebelumnya, hal ini antara lain
sebesar Rp 707.661.370.260,00 atau mencapai 79,34% dikarenakan adanya anggaran tambahan untuk kegiatan
dari alokasi anggaran sebesar Rp 891.923.763.000,00. prioritas penyediaan sumur air bersih, kenaikan belanja
Anggaran dan realisasi belanja dalam mendukung gaji pokok dan tunjangan seiring dengan bertambahnya
pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Geologi tahun 2012. jumlah pegawai, pada tahun ini pengadaan dilakukan
melalui media elektronik sehingga terjadi persaingan
realisasi anggaran belanja tahun 2012 sebesar Rp
antar perusahaan untuk menawarkan harga yang rendah.
707.661.370.260,00 menggunakan Program Penelitian,
Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2011 dan Tahun Anggaran 2012
Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2011 dan Tahun Anggaran 2012
Kode
Kegiatan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) %
Kegiatan
Tabel 1.1 Karakteristik Manifestasi Panas Bumi Daerah Diloniyohu, Dulangeya, dan Pohuwato
Debit (l/
Lokasi Temperatur (oC) pH DHL (µS/cm) Tipe air Geotermometer (oC)
det)
Diloniyohu 39,1 - 60,9 6,87-7,60 4.080 - 4.640 0,2-10 Klorida - Sulfat 100
Tabel 1.2 Karakteristik Manifestasi Panas Bumi daerah Tapalang, Karema, Ampallas, Panasuan, Kona Kaiyangan, dan Doda
Tabel 1.3 Potensi Prospek Panas Bumi daerah Tapalang, Karema, Ampallas, Panasuan, Kona Kaiyangan, dan Doda
1.3 Survei Pendahuluan Daerah Panas Bumi Pulau aliran panas lebih dari 0,399 W/m2 termasuk anomali. Secara
Bangkadan Belitung, Provinsi Bangka Belitung umum sebaran anomali aliran panas relatif sama dengan
sebaran anomali gradien termal, yaitu terdapat di sekitar
Daerah survei ditempati oleh genes, batupasir, granit, dan
air panas Lompio yang berasosiasi dengan batuan malihan
aluvium. Ditemukan 7 lokasi manifestasi panas bumi, yai-
dan granit, kemudian yang lainnya berada di desa Sipi dan
tu Pemali, Gunung Pelawan, Dendang, Terak, Nyelanding,
sekitarnya yang berasosiasi dengan endapan permukaan.
Permis dan Buding dengan karakteristik sebagai berikut:
Sistem panas bumi Pulau Bangka dan Pulau Belitung di- Sebaran nilai aliran panas di daerah Tambu menunjukkan
duga berupa sistem “heat sweep” yang berasosiasi dengan nilai aliran panas yang terukur berkisar antara 0,025 hingga
anomali aliran panas tinggi. Anomali aliran panas tinggi 1,879 W/m2 dengan rata-rata 0,222 W/m2, luas ± 2,67 km2;
diduga berhubungan dengan aktivitas tektonik tua yang dengan menggunakan metode grafik probabilitas didapat
telah menghasilkan tubuh batuan granitik yang besar se- nilai 0,657 W/m2 sebagai nilai latar (background), maka di
bagai penyusun Pulau Bangka dan Belitung. Akumulasi alir atas nilai tersebut termasuk anomali. Gambar 1.2 mem-
an panas biasanya terkumpul pada kontak litologi granit perlihatkan bahwa secara umum sebaran anomali aliran
tersebut dengan batuan di sekitarnya atau mungkin juga panas relatif sama dengan sebaran anomali gradien termal,
berhubungan dengan adanya aktivitas peluruhan radioaktif
unsur potasium yang banyak terdapat dalam batuan granit.
Diperkirakan potensi panas bumi spekulatif daerah panas
bumi Pemali sebesar 5 MWe, Gunung Pelawan sebesar
5 MWe, Dendang 10 MWe, Terak 5 MWe, Nyelanding 10
MWe, Permis 10 MWe, dan daerah Buding sebesar 5 MWe.
Tabel 1.3 Karakteristik Manifestasi Panas Bumi Daerah Pemali, Gunung Pelawan, Dendang, Terak, Nyelanding, Permis dan Buding
Debit
Lokasi Temperatur (oC) pH DHL (µS/cm) Tipe air Geotermometer (oC)
(l/det)
Pemali 39,2 6,67 270 0,8 bikarbonat 90
Gambar 1.3 Peta sebaran nilai aliran panas. Gambar 1.4 Peta kompilasi geologi, geokimia, dan geofisika daerah Simisuh.
1.11 Daerah Panas Bumi Wai Umpu, Kabupaten Wai 1.12 Pengeboran Sumur Landaian Suhu TLG-1 Daerah Pa-
Kanan, Provinsi Lampung nas Bumi Bukit Kili - Gunung Talang, Sumatra Barat
Manifestasi panas bumi terdiri dari Mata Air Panas Wai Sumur landaian suhu TLG-1 mempunyai total kedalaman
Umpu 1 temperatur 78,7° C pada temperatur udara 27,3° 503,35 m, berada di lingkungan vulkanik aktif Gunung Ta-
C dengan pH 7,23, daya hantar listrik 4.510 µmhos/cm dan lang, pada zona segmen sesar Sumatra dengan litologi dis-
debit 1 liter/detik, berwarna jernih, tidak berbau, rasa air usun oleh soil/aluvium, Andesit, Andesit Porfir, Tuff, Breksi
sedikit payau, dan terdapat gelembung-gelembung gas Tufa, Breksi Tufa Terubah. Ubahan hidrotermal pada sumur
yang muncul dari dasar kolam. Mata Air Panas Wai Umpu TLG-1 didominasi oleh mineral lempung bertemperatur
2 temperatur 47,3° C pada temperatur udara 31,6° C de rendah (montmorilonit) dengan intensitas lemah – sangat
ngan pH 6,82, daya hantar listrik 4.780 µmhos/cm dan debit lemah, termasuk tipe ubahan argilik dan sebagian besar
0,01 liter/detik, berwarna jernih, tidak berbau, dan rasa air belum berfungsi sebagai batuan penudung sistem panas
sedikit asin. Mata Air Panas Wai Umpu 3 temperatur 36,4° C bumi.
pada temperatur udara 31,5° C dengan pH 6,95, daya hantar
Temperatur lumpur masuk (Tin) dan temperatur keluar (Tout)
listrik 4.330 µmhos/cm dan debit 0,01 liter/detik, berwarna
di sumur TLG-1, berkisar antara (Tin) 22,1-26,3° C, (Tout) 22,4-
jernih, tidak berbau, dan rasa air asin. Mata Air Panas Wai
27,6° C. dT maksimum 1,7° C, gradien termal dari kedala-
Umpu 4 temperatur 40,1° C pada temperatur udara 31,5° C
man 475 m sebesar ± 16° C/100 m atau sekitar 4 kali gra-
dengan pH 6,79, daya hantar listrik 1.410 µmhos/cm dan
dien termal rata-rata bumi dengan temperatur formasi di
debit 0,1 l/detik, berwarna jernih, tidak berbau, dan tidak
kedalaman ±500 m adalah 29° C.
berasa. Mata Air Panas Wai Umpu 5 temperatur mata air
panas 54,6° C pada temperatur udara 31,5° C dengan pH
7,19, daya hantar listrik 4.700 µmhos/cm dan debit 0,05 l/
detik, berwarna jernih, tidak berbau, dan tidak berasa. Mata
Air Panas Wai Umpu 6 temperatur mata air panas 38,4° C
pada temperatur udara 30,1° C dengan pH 6,45, daya han-
tar listrik 1.380 µmhos/cm dan debit 0,05 l/detik, berwarna
jernih, tidak berbau, dan tidak berasa.
Gambar 1.9 Composite Log sumur TLG-1, daerah panas bumi Gunung
Talang - Bukit Kili.
lai kedalaman 137,49 – 231,99 m sebesar 6 - 30 lpm. Hilang dasarkan perhitungan dengan metode Horner Plot diper-
sirkulasi sebagian (PLC) dan penambahan air (influx). Hal ini oleh temperatur formasi sebesar 63,18o C dengan gradien
terjadi diduga disebabkan oleh permeabilitas primer yang temperatur sebesar 32,58o C/100 m atau hampir 11 kali gra-
cukup tinggi pada batuan di interval kedalaman tersebut. dien termal rata-rata bumi.
Sumur landaian suhu LNA-2 berkedalaman 251,49 m, dari
permukaan hingga kedalaman 32 m tersusun oleh endap
an fluvial hingga aluvial yang belum mengalami ubahan
hidrotermal, dari kedalaman 32 sampai 251,49 m batuan
terdiri dari perselingan konglomerat, batupasir karbonatan,
batulempung, dan batupasir kuarsa (metasedimen), seba-
gian besar bersifat lepas-lepas. Intensitas ubahan bervariasi
dari lemah sampai kuat (SM/TM = 35 – 65 %). Secara umum
proses ubahan yang terjadi di sumur landaian suhu LNA-
2 sampai kedalaman akhir masih menunjukkan ubahan
berderajat rendah yang dicirikan oleh ubahan hasil proses
argilitisasi, oksidasi, silisifikasi, dengan/tanpa piritisasi, dan
karbonatisasi (argilik). Mineral-mineral ubahan tersebut
Gambar 1.10 Peta Lokasi Titik Pengeboran Sumur Landaian Suhu LNA 1 dikelompokkan ke dalam jenis argilik yang berfungsi seba-
dan 2. gai lapisan penudung panas. Berdasarkan temperatur for-
masi pada posisi kedalaman 100 m, diperoleh harga gra-
Hasil pengukuran logging temperatur sumur LNA-1 pada dien temperatur sebesar 21,21° C/100 m atau sekitar 7 kali
kedalaman 100 m sebesar 45,6o C, setelah probe direndam gradien rata-rata bumi.
selama 11 jam 5 menit temperatur terukur 52,8o C. Ber-
Gambar 1.11 Composite Log sumur LNA-1, daerah Panas Bumi Lainea. Gambar 1.12 Composite Log sumur LNA-2, daerah Panas Bumi Lainea.
Gambar 2.2 Singkapan batubara yang terdapat pada Blok Batang Asai.
Kandungan total karbon organik 3,76% - 12,9% (tergolong 2.11 Penelitian dan Evaluasi Potensi CBM di Kabupaten
kategori sangat baik sebagai source rock) dan kandungan Lahat, Provinsi Sumatra Selatan
minyak antara 15 l/ton – 50 l/ton. Sumber daya bitumen pa-
Daerah penelitian terletak di Desa Muara Lawai, Kecamatan
dat sebesar 23.597.460 ton terdiri atas 16.405.200 ton sum-
Merapi, Kabupaten Lahat, terletak pada Formasi Muaraenim
ber daya hipotetik dan 7.192.260 ton sumber daya tereka
yang merupakan formasi pembawa batubara utama di Ce-
(mengandung minyak sebesar 7.366.398,39 barrel).
kungan Sumatra Selatan. Pengeboran mencapai kedalaman
500 m, menembus 10 lapisan batubara dengan ketebalan
2.10 Penelitian dan Evaluasi Potensi CBM di Balangan, berkisar antara 1 - 20 m. Besar potensi batubara pada loka-
Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan si ini sebesar 57.876.000 ton, potensi gas methan sebesar
829.309.409,7 scf.
Daerah penyelidikan terletak dalam wilayah Desa Paran,
Kecamatan Paringin, Kabupaten Balangan, terletak pada
Cekungan Barito. Formasi pembawa batubara adalah For-
masi Warukin. Pengeboran berhasil mencapai kedalaman
326,20 m dari 500 m yang direncanakan karena adanya
masalah pada lobang bor. Lapisan Batubara yang berhasil
ditembus sebanyak 10 seam, tapi karena lapisan F1 dan
F2 serta G1 dan G2 menyatu, maka jumlah lapisan batu-
bara menjadi 8 lapisan dengan ketebalan antara 1,5 – 16,7
m. Nilai kalori batubara (adb) sebesar 5.907 – 6.535 kal/g.
Kandungan gas rata-rata seam dengan nilai kalori tertinggi
(seam G) sebesar 44,04 scf/ton atau 1,25 m3/ton dengan
kandungan rata-rata gas methan 87,41%. Sumber daya
tertunjuk batubara sebesar 32.792.500 ton serta sumber
daya hipotetik gas methan sebesar 11.831.950 m3 atau
417.845.314,35 scf.
Gambar 2.10 Core hasil pengeboran Balangan. Gambar 2.12 Peta Desain Survei Seismik Refleksi daerah Tebo Tengah.
stack. Lintasan A berarah barat daya-timur laut atau tegak wilayah Timor melibatkan basement (thick skinned tecton-
lurus dengan arah struktur geologi dan berada pada kondisi ics). Potensi perangkap struktur umumnya adalah anticlines
tanah yang berawa. Lintasan B berarah tegak lurus dengan (thrusted anticline and gentle anticline), flower structure, dan
arah struktur geologi dan berada pada kondisi tanah yang graben. Peta anomali sisa menunjukkan beberapa rendah
bagus (kompak). an anomali (deposenter) dan tinggian anomali (basement
high/antiklin), sering sebagai prospek perangkap hidrokar-
Penampang hasil seismik refleksi pada lintasan AA’ dengan
bon. Beberapa sub cekungan teridentifikasi dikontrol dan
kedalaman maksimal 700 m memperlihatkan bahwa daerah
dibatasi oleh anomali tinggi dengan arah relatif utara – se-
penyelidikan terbentuk oleh 3 litologi batuan, yaitu Formasi
latan. Anomali tinggi mungkin mengindikasikan hadirnya
Kasai, Muaraenim, dan Airbenakat. Diduga terdapat 5 seam
antiklin di bawah permukaan atau tinggian batuan dasar
batubara dengan lapisan terdalam (seam 1) terletak pada
yang tertutup oleh sedimen yang lebih tebal, yang berpo-
kedalaman sekitar 400 m, seam 2 pada kedalaman sekitar
tensi sebagai jebakan hidrokarbon.
300 m, seam 3 pada kedalaman sekitar 200 m, seam 4 pada
kedalaman 150 m, dan seam 5 terletak pada kedalaman 75 Potensi batuan induk di Cekungan Timor adalah: (1) Ser-
m. pih berumur Trias Akhir dari Formasi Aitutu, dengan TOC
9,16%; (2) Serpih berumur Trias Awal dari Formasi Niof; (3)
Serpih berumur Perm Akhir dari Formasi Atahoc, dengan
TOC 8,85%; (4) Serpih berumur Perem Akhir dari Formasi
Cribas. Adapun potensi batuan waduk di Cekungan Timor
adalah (1) Batupasir berumur Jura Akhir dari Formasi Oe-
baat; (2) Batupasir berumur Trias Akhir dari Formasi Babulu;
(3) Batugamping berumur Trias Akhir dari Formasi Aitutu;
(4) Batupasir berumur Perem Akhir dari Formasi Cribas, dan
potensi batuan penutup di Cekungan Timor adalah (1) Ser-
pih berumur Jura Akhir dari Formasi Naknufu; (2) Serpih,
batulempung dan batulanau dari formasi-formasi berumur
Trias; (3) Serpih berumur Perem dari Formasi Cribas.
Gambar 2.13 Interpretasi penampang seismik refleksi lintasan AA’. Potensi jebakan hidrokarbon terdapat di dua blok yang
berbeda, yaitu pada blok Kolbano di bagian selatan yang
Dari hasil seismik refleksi didapatkan 4 lapisan batubara
berkembang sebagai jebakan struktur dari positive flower
dengan perincian 1 lapisan berada pada formasi kasai, 3
structures, dengan lipatan-lipatan bersudut rendah (gentle
lapisan berada pada Formasi Muaraenim, dan 1 lapisan ter-
anticlines); dan pada blok Kekkeno di bagian utara yang
dapat pada Formasi Airbenakat. Sebaran batubara ke arah
berkembang sebagai jebakan stratigrafi berupa lensa-lensa
selatan relatif cenderung memiliki kedalaman yang sama
batupasir dari Formasi Cribas, dan jebakan struktur berupa
bahkan pada penampang lintasan BB’ terlihat lebih dangkal
thrusted anticlines yang terlipat kuat serta graben-graben.
ke arah selatan. Berdasarkan penyelidikan terdahulu diketa-
Target eksplorasi migas di Cekungan Timor direkomendasi-
hui bahwa keberadaan CBM berada pada kedalaman > 400
kan pada perangkap yang lebih kecil dengan spesifik struk-
m, maka dari penampang seismik keberadaan CBM diduga
tur dan disarankan pada play yang berumur Permo-Trias.
berada pada lapisan batubara pada Formasi Airbenakat
dengan kedalaman sekitar 400 m.
2.14 Survei Dinamika Cekungan Taliabu
Lokasi penelitian berada di Cekungan Taliabu, yang secara
adiministrasi masuk ke dalam wilayah Kabupaten Kepulauan
Sula, Propinsi Maluku Utara (Gambar 2.33). Lokasi Penelitian
berada pada koordinat geografis 124° 15’ 00” BT - 126° 30’
00” BT dan 1° 33’ 0” LS - 2° 05’ 0” LS, yang termasuk ke
dalam peta geologi Lembar Banggai dan Lembar Sanana,
Maluku Utara Tenggara.
Batuan induk di Cekungan Taliabu adalah batuan sedimen
berumur Jura Awal hingga Jura Akhir (Formasi Bobong dan
Formasi Buya). Sedangkan potensi batuan reservoir adalah
batupasir gampingan pada Formasi Tanamu. Hidrokarbon
Gambar 2.14 Interpretasi penampang seismik refleksi lintasan BB’. bermigrasi setelah Kapur Akhir. Batulempung gampingan
pada Formasi Tanamu dapat berperan sebagai batuan pe-
nutup.
2.13 Survei Dinamika Cekungan Timor Barat
Perangkap hidrokarbon (trap) di Cekungan Taliabu, ke-
Secara administrasi lokasi survei geologi dan geofisika
mungkinan perangkap struktur atau stratigrafi. Kemung-
Cekungan Timor Barat termasuk ke dalam wilayah Provinsi
kinan perangkap struktur yang berkembang adalah sesar
Nusa Tenggara Timur, yang meliputi 2 kabupaten, yaitu
yang menjadi batas antara Formasi Tanamu dan Formasi
Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Buya. Perangkap struktur antiklin dan sesar naik merupakan
Data geologi dan geofisika menunjukkan bahwa tektonik
perangkap utama di daerah Cekungan Taliabu. Pengukuran kandungan sisa-sisa tanaman (Formasi Dalan), dan di sisi
MT dan AMT akan sangat membantu menggambarkan ke- lain batugamping abu-abu gelap dan serpih (Formasi Ga-
adaan bawah permukaan di sekitar daratan utama Cekung ghan). Mereka terendapkan pada struktur graben yang
an Taliabu. berkembang selama tahap pecahnya Kraton Gondwana.
Batugamping Geghan membuktikan bahwa lingkungan
batugamping di Trias Akhir dapat menjadi batuan induk
2.15 Survei Dinamika Cekungan Misool
yang baik.
Pulau Misool terletak di sebelah barat daya daratan Papua,
Batuan reservoir (reservoir rocks) pada Cekungan Buru,
yang secara administratif termasuk ke dalam Kabupaten
berupa batugamping Geghan (Akhir Trias) menunjukkan
Rajaampat, Provinsi Papua Barat. Daerah inventarisasi di-
rekah cukup konsisten, tapi kecil. Sekitar 5% dari batuan
batasi oleh koordinat geografis antara E 560000 – 680000
yang ada memiliki retak terlihat dari yang menetes minyak.
dan S 9740000 – 9820000. Cekungan Misool secara umum
Hanya beberapa blok yang diamati retak dengan tingkat
dapat dikelompokkan atas batuan sedimen, metamorf, dan
breksi menampilkan matriks kalsit dan kandungan minyak
batuan piroklastik dengan kisaran umur mulai dari Paleo-
tinggi. Batuan reservoir yang mungkin paling menarik di
zoikum hingga Holosen. Batuan Pra-Tersier berumur mulai
Pulau Buru yang dibentuk oleh Leksula coralligenous ber
Pra-Trias-Kapur Akhir terdiri atas Batuan Malihan Ligu, For-
umur Trias Akhir dan Jurassic Awal. Adapun batuan penutup
masi Keskain, Batugamping Bogal, Batunapal Lios, Serpih
(Seal Rock) memiliki kualitas kecil pada Formasi Kuma ber
Yetbi, Formasi Demu, Serpihan Lelinta, Kelompok Fageo,
umur Tersier dan pada batulempung dan napal dari peng
Batugamping Facet dan Formasi Fafanlap. Batuan Tersier
endapan Neogen pada cekungan.
terdiri atas Formasi Daram, batugamping Zaag, batunapal
Kasim, Batugamping Openta dan Batugamping Atkari. En- Informasi dari geologi permukaan menunjukkan bahwa pu-
dapan Kuarter adalah alluvium yang merupakan endapan lau ini tidak memiliki perangkap dari ukuran yang signifi-
permukaan yang tersebar di sepanjang pantai dan aliran kan. Pulau ini pada dasarnya merupakan struktur antiklin
sungai utama. besar yang terbuka di bagian atas dan terdiri dari batuan
dasar di tengah berupa metamorf. Batuan Trias sebagai
source rock dan batuan reservoir yang terkikis. Struktur ke-
2.16 Survei Dinamika Cekungan Buru
cil mungkin ada dalam sayap antiklin Buru ini tetapi tidak
Secara geografis lokasi penelitian terletak pada posisi dapat dibuktikan di lapangan. Pematangan dan migrasi
koordinat 125°59’41” BT - 127°16’03” BT dan 3°03’23” LS - terjadi dalam Formasi Geghan Akhir Trias, dengan potensi
3°54’33” LS. Secara adminstratif Pulau Buru terbagi dalam 2 tinggi. Cekungan tampaknya tidak memiliki potensi minyak
wilayah kabupaten, yaitu: Kabupaten Buru dan Kabupaten yang signifikan pada dasarnya karena memiliki struktur atas
Buru Selatan, Provinsi Maluku. terbuka tererosi dengan kondisi batuan induk dan batuan
reservoir terkikis.
Batuan induk (source rock) berupa batuan sedimen yang
di satu sisi merupakan urutan turbidit dan serpih dengan
Gambar 3.2 Singkapan batuan ultrabasa di Kecamatan Gambar 3.4 Peta Geologi dan Mineralisasi Kabupaten
Damau, Pulau Kabaruan. Kotawaringin Timur.
nerobos batuan yang lebih tua (Kelompok batuan metamorf • Adanya sebaran 3 Anomali gabungan Au-Ag-Cu-Zn,
berumur Yura ?), walaupun kontak keduanya tidak ditemu- Au-As di Sungai Wenei Puti, Au-Cu-Fe di Sungai Pura.
kan secara jelas karena tertutup soil yang cukup tebal. Tidak • Hasil geokimia endapan sungai aktif dihasilkan nilai di
jauh dari Kampung Kamawakan ditemukan juga adanya in- Sungai Wenei Puti 69 ppb emas dan Sungai Pura 70
dikasi mineralisasi tembaga berupa urat yang ditunjukkan ppb emas.
oleh hadirnya mineral kalkopirit, malakit dan krisokola. 2. Prospek Hulu Ombo - Tondo
• Terdapatnya mineralisasi kalkopirit pada batuan mik-
rogabro yang mengintrusi skis dengan kandungan
0,312% Cu dan adanya sesar yang melintasi daerah
propek.
• Sebaran Anomali gabungan di Sungai Tondo Au-As-
Zn, Au-Zn, Au-Cu-Fe-Zn dan di Sungai OmboFe-Pb.
3.7 Prospeksi Mineral Logam di Kabupaten Nunukan, 3.8 Eksplorasi Umum Mineral Logam di Kabupaten
Provinsi Kalimantan Timur Ketapang,Provinsi Kalimantan Barat
Prospeksi dilakukan di Kecamatan Krayan dan Kecamatan Hasil eksplorasi umum ditemukan mineral berupa bijih besi
Krayan Selatan. Mineralisasi emas plaser dari konsentrat dan bauksit. Endapan bijih besi diperkirakan merupakan en-
dulang, yang menunjukkan adanya butiran emas berukuran dapan lateritik yang terjadi karena diasosiasi unsur dengan
sangat halus (VF) pada beberapa lokasi pengambilan conto media air tanah pada batuan sedimen (batupasir kuarsa
yaitu sumur uji yang berada pada endapan konglomerat dan lempung) yang permeabel, seiring waktu terjadi proses
alas. Dari fragmen-fragmen konglomerat terdapat romba- pengayaan besi oksida.
kan urat-urat kuarsa yang diperkirakan sebagai pembawa
mineralisasi emas.
berupa emas aluvial menempati daerah seluas 197 Ha yang malihan yang kontak dengan batuan intrusi granit-grano-
diusahakan oleh PT Mega Malindo; Daerah Sekayam beru- diorit. Data tersebut mengarahkan dugaan bahwa model
pa emas pimer, barik-barik urat kuarsa dan batuan terker- pembentukan endapan mineral logam di daerah Ngaol
sikkan di Gunung Rowan. dapat diduga sebagai endapan eksoskarn. Conto sedimen
sungai aktif mengandung kadar tertinggi Au 13.034 ppb,
Berdasarkan ciri/pola alterasi dan mineralisasi, diperkirakan
As 18.000 ppm, Cu 65 ppm, Pb 110 ppm, dan Zn 10 ppm.
bahwa tipe mineralisasi di daerah penyelidikan adalah epi-
termal. Zona ini ditunjukkan oleh hadirnya asosiasi mineral Daerah Gunung Tujuh ditempati oleh satuan breksi gunung
yang terdiri dari pirit secara dominan. Keterdapatan logam api, lahar, breksi tuf, bersusunan basalt sampai andesit.
emas aluvial di Sungai Entikong, Sungai Senyang, Sungai Batuan ini berasal dari Gunung Kerinci dan Gunung Tujuh.
Kayan dan Sungai Rowan, terkait dengan sumber minera Daerah ini dikelilingi oleh Taman Nasional.
lisasinya, yaitu daerah prospek di Gunung Selakean dan
Tabutgabung.
Witkam (1929) melaporkan bahwa emas pernah ditambang
di Sungai Sekayam, dari Balaikarangan ke arah hulu sampai
Entikong. Beberapa emas juga didapat bersamaan dengan
intan, jauh ke arah hulu sebelah barat Merau. Penambangan
aluvium atau koluvium terbaik dilokasikan oleh van Schelle
(1884) pada dasar Gunung Senyang di bagian utaranya,
yang ditunjukkan oleh batusabak terkersikkan bersentuhan
dengan diorit atau granodiorit. Gunung Senyang meru-
pakan sumbat besar dari Terobosan Sintang. Sayap sela-
tan dari Gunung Betuang adalah juga menunjukkan lokasi
mineralisasi emas.
3.11 Survei Geokimia Mineral Logam Lanjutan di Provinsi uan dan hubungan kekerabatan unsur (analisis multivari
Sumatra Barat Provinsi Jambi dan Provinsi Riau at), kehadiran Cu yang cukup tinggi dan butiran Au serta
nilai kandungan W yang signifikan pada lingkungan batuan
Kegiatan ini merupakan tahap kedua dari kerja sama anta-
granitik, menunjukkan bahwa daerah prospek utama dalam
ra Badan Geologi dengan China Geological Survey (CGS)
kaitan ini terdapat di wilayah Kabupaten Tanah Datar yang
yang meliputi Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Sijunjung
berkorelasi dengan Bi, Mo, Y, Pb, Zn, dan Ag.
Provinsi Sumatra Barat dan Kabupaten Kampar, Provinsi
Riau.
Daerah penyelidikan umumnya tersusun dari batuan granit 3.12 Pemetaan Geokimia Skala 1:100.000 di Kalimantan
ataupun granit pegmatit berumur Kapur, Jura, dan Permo Selatan, Kalimantan Tengah Bagian Selatan dan Jawa
Karbon dan filit-serpih berumur Permo Karbon yang mela Timur Bagian Barat
lui pengamatan lapangan menunjukkan ubahan klorit,
Pemetaan Geokimia dilaksanakan pada tiga wilayah secara
mengandung sulfida dan urat-urat kuarsa, bila dikaitkan
umum, yaitu: Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah Ba-
dengan kegiatan pendulangan emas pada lokasi tertentu,
gian Selatan, dan Jawa Timur Bagian Barat. Masing-masing
secara spasial menunjukkan korelasi karena batuan-batuan
wilayah terdiri atas 10 lembar peta kerja skala 1:100.000
ini berada di bagian hulu sungai-sungai yang mengandung
(Gambar 3.24). Realisasi jumlah sampel yang berhasil di-
emas aluvial.
kumpulkan seluruhnya adalah 1.560 sampel. Hasil analisis
dengan metode XRF menghasilkan ±30 unsur kimia terdiri
dari unsur utama (Major Elements), unsur jejak (Trace Ele-
ments) dan unsur tanah langka (Rare Earth Elements).
Dari hasil pengolahan statistik terhadap data-data hasil Gambar 3.24 Peta Sebaran Unsur Fe Wilayah Kalimantan Selatan.
analisis laboratorium 339 conto berbagai jenis menunjuk-
kan sejumlah anomali signifikan unsur logam diantaranya
adalah emas (Au), perak (Ag), tembaga (Cu), timah hitam
(Pb), seng (Zn), wolfram (W), zirkonium (Zr), yittrium (Y) dan
3.13 Penelitian Mineralisasi dan Petrologi Kabupaten
Nd. Jika mengacu kepada indikasi primer pada conto bat-
Tulungagung dan Trenggalek (Jawa Timur)
Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek menempati ba-
gian timur Pegunungan Selatan Jawa bagian Timur, secara
administratif termasuk Provinsi Jawa Timur. Secara geologi,
daerah penelitian dikuasai oleh batuan volkanik yang ter-
masuk Formasi Mandalika, lainnya adalah batuan intrusi
diorit, dasit dan andesit.
Hasil analisis AAS untuk logam dasar seperti Cu, Pb, Zn, dan
Ag, mempunyai kandungan yang rendah. Untuk kandung
an besi (Fe) dan emas (Au) di daerah ini memperlihatkan
adanya anomali yang cukup tinggi. Kandungan Fe (besi)
mencapai 66% sedangkan kandungan Au pada urat kuarsa
mencapai 0,2 ppm. Kandungan Mn pada satu sampel men-
capai 2%. Adanya tanda-tanda potensi mineral ekonomi di
daerah ini masih memerlukan penelitian lanjut.
3.14 Penelitian Mineralisasi dan Petrologi Kabupaten Batuan gunung api yang terdapat di Tanah Grogot dan Bu-
Labuhan Batu dan Padang Lawas Utara sang terdiri dari basalt, andesit basaltis serta andesit dan da-
sit merupakan batuan sumber (source rock) dari mineralisasi
Daerah penelitian Labuhan Batu dan Padang Lawas Utara
di kedua daerah tersebut. Berdasarkan hasil pengeplotan
menempati bagian timur Pegunungan Bukit Barisan Suma-
K2O dengan SiO2 dalam diagram menurut Pecerillo dan Tay-
tra Utara, merupakan daerah potensi timah. Penelitian ini
lor (1976), batuan volkanik Tanah Grogot dan Busang mem-
meliputi daerah antara Kecamatan Bilah Hulu di Selatan
perlihatkan afinitasnya termasuk dalam kelompok toleitik
sampai Kecamatan NA IX - X di utara. Daerah Kabupaten
hingga kalk alkalin. Berdasarkan korelasi stratigrafi batuan
Labuhan Batu dan Paluta terletak di bagian tengah dari Peta
sumber tersebut adalah Batuan Terobosan Atan (Tma) yang
Geologi Lembar Pematang Siantar skala 1:250 000 (Clarke
dapat dikorelasikan dengan batuan terobosan Sintang
dkk., 1982) ditempati oleh beberapa tipe litologi dan umur.
di lembar Sintang kalimantan Barat (Heryanto drr, 1993).
Daerah penelitian dikuasai oleh batuan malihan yang ter- Sebagai batuan induk (host rock) di daerah Tanah Grogot
masuk Kelompok Tapanuli, lainnya adalah batuan tufa (Tuf adalah batupasir yang termasuk dalam Formasi Pitap yang
Toba), batuan sedimen klastika (Fm Sihapas, Fm Telisa, Fm berumur Kapur, sedangkan di daerah Busang adalah batuan
Petani). Intrusi granit dijumpai di daerah Sungai Hatapang gunung api yang terdiri dari tufa dan breksi volkanik yang
berupa granit porfir berbutir sangat kasar dan di beberapa termasuk dalam Formasi Batu Ayau yang berumur Eosen.
tempat pegmatit dan aplit, lava dijumpai di daerah Kecama-
Alterasi di kedua daerah penelitian, baik di Tanah Grogot
tan Bilah Hulu, sedangkan piroklastik berupa tufa pada
maupun Busang didominasi oleh alterasi argilik, di antara-
daerah bagian timur termasuk Rantau Prapat dan Bandar
nya terdiri dari kaolin, illit, montmorilonit, smektit, kuarsa
Durian.
dan lainnya yang termasuk alterasi epitermal sulfida rendah
Batuan pluton pada umumnya terdiri atas granit dan seba- dengan temperatur 340° C. Sedangkan mineralisasi terdiri
gian besar termasuk granit tipe - S, lainnya tipe – I. Batuan dari bijih besi magnetit dan hematit serta laterit nikel meru-
volkanik terdiri atas basalt, andesit, dasit dan riolit. Dasit pakan hasil konsentrasi residu pada batuan tua berumur
dan riolit termasuk seri kalk-alkali K- tinggi Dalam diagram Kapur yang terdapat di Tanah Grogot, Kabupaten Paser.
AFM batuan volkanik ini sebagian besar jatuh pada lapang Mineralisasi hidrotermal (vein system) dengan host rock For-
an toleit. Ketidaksinkronan ini masih perlu penelitian lebih masi Pitap di daerah Batu Kajang, Tanah Grogot dan For-
lanjut, terutama dalam analisa laboratorium. masi Batu Ayau di daerah Busang, Kabupaten Kutai Timur.
Mineralisasi hidrotermal di kedua daerah tersebut merupa-
Hasil analisis AAS untuk logam dasar besi (Fe) dan emas
kan mineralisasi logam mulia emas dan perak yang diikuti
(Au) di daerah ini tidak memperlihatkan adanya anomali,
oleh logam dasar tembaga (Cu), timbal/galena (Pb), seng
seluruh unsur seperti Cu, Pb, Zn, Ag, Fe, dan Au mempunyai
(Spalerit), serta mangan.
kandungan yang rendah. Khusus untuk kandungan Au pada
urat kuarsa yang sangat rendah, yaitu 0,003 ppm, tidak Terdapat perbedaan antara kedua daerah penelitian. Kadar
mencerminkan sinkronisasi dengan keberadaan tambang emas di daerah Tanah Grogot lebih rendah dari daerah Bu-
emas rakyat di daerah Sungai Mailil. Kandungan timah/Sn sang, yaitu di daerah Tanah Grogot antara 0,019-7,811 ppm
dan Tungsten di Granit Hatapang masih diperlukan peneli- dengan nilai rata-rata 0,936 ppm, sedangkan di daerah Bu-
tian lebih lanjut. Granit Hatapang yang diduga mengan sang adalah 0,016-66,06 ppm dengan rata-rata 15,64 ppm.
dung timah. Hal ini disebabkan mineralisasi di Busang sangat intensif
dan dangkal, sedangkan di Tanah Grogot batuan sumber
nya dalam (<150 m) berdasarkan hasil pemboran PT Ingold
3.15 Penelitian Mineralisasi dan Petrologi Kabupaten
di daerah Batukajang, Tanah Grogot, Kabupaten Paser.
Paserdan Kutai Timur, Kalimantan Timur
Penelitian metalogenik segmen Kalimantan melakukan pe-
nelitian mineralisasi dan alterasi pada urat-urat dan batuan
induk (host rock) di daerah Tanah Grogot dan Busang, Kabu-
paten Paser dan Kutei Timur, Kalimantan Timur.
4.3 Prospeksi Mineral Non Logam di Kabupaten Solok, sebesar 57.200.000 ton. Melihat sebaran serta infrastruktur
Provinsi Sumatra Barat yang ada, felspar di daerah sekitar Nagari Paninjauan, Ke-
camatan X Koto dapat digunakan sebagai bahan baku kera-
Hasil prospeksi dijumpai mineral non logam, antara lain
mik body stoneware, sedangkan batugamping dan lempung
feldspar, granit, batugamping, lempung, sirtu, dan obsidi
sebagai bahan baku semen dijumpai di daerah Air Dingin,
an. Feldspar di daerah ini merupakan hasil pelapukan dari
Kecamatan Lembah Gumanti sampai ke perbatasan, Ke-
batuan granit porfiritik berwarna putih bintik hitam, batuan
camatan Pantai Cermin.
ini terubah lemah, dijumpai di daerah Nagari Paninjauan
dan Nagari Sulit Air, Kecamatan X Koto Diatas; daerah Ari-
pan dan Nagari Kotosani, Kecamatan X Koto Singkarak 4.4 Prospeksi Mineral Non Logam di Kabupaten Ogan
serta Nagari Lolo, Kecamatan Pantai Cermin. Feldspar Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatra Selatan
mempunyai sumber daya hipotetik sebesar 1.108.280.000
Hasil prospeksi dijumpai mineral non-logam antara lain:
ton, mengandung 1,80 - 4,07% Na2O dan 1,53 - 5,53% K2O,
lempung, feldspar, sirtu, tras, dan batugamping. Lempung
dapat digunakan sebagai bahan baku keramik body stone-
berupa lempung sedimen dan residual (pelapukan Tuf
ware. Granit dijumpai berupa batuan terobosan (batholit)
Ranau dan Batuan Gunung Api Kuarter). Lempung mem-
di daerah Nagari Guguk Sarai, mempunyai sumber daya
punyai sumberdaya hipotetik sebesar 18.942.350 ton, digu-
hipotetik sebesar 825.000.000 ton. Batugamping umumnya
nakan sebagai bahan baku keramik body stoneware dengan
terpualamkan, pejal sebagian terubah dan termineralisasi,
suhu bakar 1.100 - 1.250° C dan body refraktori (tahan api).
sebagian lagi hasil rekristalisasi kembali dari batugamping,
Feldspar merupakan hasil pelapukan dari batuan granit
berwarna putih (sugarry limestone). Batugamping mem-
(Sabastone) dan dari proses diagenetik satuan batuan tuf
punyai sumber daya hipotetik sebesar 404.325.000 ton,
(Formasi Ranau dan Formasi Kasai). Feldspar hasil pelapuk
mengandung 40,16 - 53,42% CaO dan 1,04 - 2,14% MgO,
an granit mempunyai sumber daya tereka 4.992.000 ton,
secara mikroskopis mengandung karbonat 90 - 98% dan
mengandung 3,10 - 4,22% K2O; 0,91 - 3,86% Na2O, dapat
mineral opak/oksida besi 1 - 3%. Lempung berupa lem-
digunakan untuk bahan baku keramik body stoneware de
pung sedimen dan residual (pelapukan granit). Lempung
ngan suhu bakar 1.100 - 1.250° C. Feldspar hasil proses dia-
sedimen mempunyai sumber daya hipotetik 286.000.000
genetik mempunyai sumber daya hipotetik 13.776.000 ton,
ton, mengandung 17,71% Al2O3, 61,35% SiO2 dan 3,43%
mengandung 2,59 - 4,43% K2O; 1,85 - 3,92% Na2O, dapat di-
K2O. Lempung residual mempunyai sumber daya hipotetik
gunakan untuk bahan baku keramik bodi earthware dengan
5.200.000 ton, mengandung 22,82 - 24,28% Al2O3; 61,59 -
suhu bakar <1.000° C dan bahan pelebur. Batu gamping
66,69% SiO2 dan 2,51 - 3,29% K2O, dapat digunakan sebagai
tersebar di 4 lokasi dengan sumber daya hipotetik sebe-
bahan campuran pembuatan bodi keramik warna. Obsid-
sar 207.870.000 ton, mengandung rata-rata 49,71 - 53,68%
ian terdapat didaerah Ujung Ladang, Nagari Koto Sani, Ke-
CaO dan 0,45 - 1,22% MgO, secara mikroskopis mengan
camatan X koto Singkarak dengan sumber daya hipotetik
dung karbonat 99% dan mineral opak 1%. Tras merupakan
sebesar 25.000 ton, mengandung 75,95% SiO2; 3,24% Na2O,
hasil pelapukan batuan gunung api piroklastik, mempunyai
dan 4,64% K2O, hasil uji pengembangan mengembang
sumberdaya hipotetik 1.200.000 ton, mengandung 73,35%
sampai 250%. Sirtu dijumpai berupa endapan sungai dan
SiO2, 11,86% Al2O3, 2,17% Fe2O3. Sirtu sebagai pasir vulkanik
sirtu endapan volkanik, mempunyai sumber daya hipotetik
dari tuf Formasi Ranau mempunyai sumber daya hipotetik
5.624.000 ton. Melihat sebaran serta infrastruktur yang ada,
feldspar dapat digunakan sebagai bahan baku dan bahan
imbuhan keramik (stoneware), sedangkan batugamping
dan lempung dapat digunakan sebagai bahan baku semen.
Selain sebagai bahan baku semen, lempung yang dicampur
feldspar dengan perbandingan 1 : 1 dapat digunakan seba-
gai bodi ubin keramik dengan suhu pembakaran 1.050° C.
Gambar 4.5 Peta Sebaran dan Lokasi Mineral Non Logam di Kabupaten
Ogan Komering Ulu Selatan.
Gambar 4.4 Peta Sebaran dan Lokasi Mineral Non Logam di Kabupaten
Solok.
Gambar 5.2 Batuan diorit yang mengalami ubahan potasik dan batuan
vulkanik, urat kuarsa yang mengandung bornit, kalkopirit, dan pirit di
lokasi Tambang Toguraci.
Gambar 5.4 Tumpukan belerang di Pondok Welirang.
Gambar 5.3 Singkapan batubara, ketebalan antara 1,5 m sampai 5,6 m, Daerah penelitian ditempati oleh endapan aluvial (Qa) dan
strike/dip N300°/80° – N330°/70° di Desa Toma Baru, Kecamatan Malifut. endapan rawa (Qs). Endapan rawa terletak di bagian barat
terdiri dari lumpur, lempung, dan gambut, sedangkan en-
dapan aluvial (Qa) terdapat di sekitar aliran sungai yang
terdiri dari lempung pasiran, pasir halus, pasir kerikilan, dan
5.3 Penelitian Mineral Ikutan/Bahan Galian Lain pada lapisan kerikil, dengan ketebalan 3 - 12 m. Endapan alu-
Lapangan Panas Bumi Gunung Arjuna, Provinsi Jawa vial ini merupakan endapan pembawa mineral emas, zirkon,
Timur dan timah.
Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Malang, Kabupaten Sampai saat penelitian berlangsung belum ada proses
Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. pemisahan mineral zirkon dari pasir zirkon. Mineral zirkon
Namun demikian, manifestasi panas bumi sebagian besar ini merupakan salah satu mineral yang mengandung unsur
berada di Kabupaten Mojokerto. Geologi daerah penelitian tanah jarang. Sistem penambangan emas dan pasir zirkon
tersusun dari 3 satuan batuan utama: Pra Arjuna Weli rakyat tidak didasarkan hasil eksplorasi yang baik yang ba
rang berupa Produk Anjasmara, Lava Pra-Arjuna-Welirang nyak sekali potensi endapan aluvial yang tidak tertambang.
dan Aliran Piroklastik; Syn Arjuna-Welirang berupa Aliran Hasil pengamatan di lapangan menemukan banyaknya
Piroklastik Penanggungan, Lava Welirang, Aliran Pritoklas- butir emas pada tailing sisa penambangan emas rakyat
tik Welirang, Lava Kembar, Aliran Piroklastik Kembar, Lava yang menggambarkan sistem pengolahan tidak sempurna
Kembar; dan Post Arjuna-Welirang berupa Debris Arjuna, (recovery pengolahan rendah), salah satunya diakibatkan
Debris Welirang. oleh desain sluice box yang tidak sempurna (Gambar 5.5).
Potensi bahan galian/mineral ikutan di daerah panas bumi Selain butir emas sisa pada konsentrat dulang tailing, juga
Arjuna-Welirang antara lain air panas bumi, batuan andesit, teridentifikasi magnetit, ilmenit, zirkon, monasit, dan sedikit
dan belerang. Air panas bumi sudah dimanfaatkan untuk kasiterit.
wisata air panas dan dikelola oleh PERHUTANI dan Dinas
Pariwisata pemerintah setempat. Keberadaan kawasan wi- 5.5 Penelitian Optimalisasi Potensi Bahan Galian di
sata tersebut berdampak positif bagi ekonomi masyarakat Wilayah Bekas Tambang Daerah Lubuk Gadang Ka-
sekitar. Belerang berasal dari aktivitas semburan uap bele- bupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatra Barat
rang (solfatara) di kawah Gunung Welirang yang menga-
lami sublimasi alamiah menjadi belerang padatan denga Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Solok Selatan,
potensi 2,5 ton/hari atau sekitar 50 ton/bulan (Gambar 5.4). Provinsi Sumatra Barat (0’4” – 1’43” LS 101’01” – 101’30” BT).
Geologi daerah penelitian tersusun atas 4 formasi batuan,
yaitu Formasi Barisan (Pb dan Pbl), Batuan Granitan (Kgr),
Batuan Gunung Api Oligo-Mio (Tomp) dan aluvium (Qal).
a b
Gambar 5.6 Singkapan bijih besi: (a) Nagari Panan Nabaa Timur. (b) Sungai
Kunyit.
a b
Gambar 5.5 Penambangan zirkon dari tailing pengolahan emas. Gambar 5.7 Singkapan: (a ) Bijih mangan di Sangir. (b) Tembaga di Sungai Pagu.
5.7 Pengeboran untuk Penyelidikan Potensi Mineral Dasit dan riodasit memperlihatkan ciri-ciri dasitik (bird eyes
Ikutan dan Unsur Tanah Jarang Daerah Kabupaten kuarsa sebagai fenokris), berwarna abu-abu terang, masif,
Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian memperlihatkan perlapisan semu, tersilisifikasi
sedang hingga kuat, termineralisasi pirit, terlihat adanya
Lokasi penyelidikan terletak di daerah Lubuk Merapin, Desa kalsedon, adularia, stockwork kuarsa, comb structure, col-
Lubuk Besar, Kecamatan Lubuk Besar, daerah Kedangkal; loform banding dengan dicirikan adanya silica sinter di
Desa Nibung, Kecamatan Koba dan daerah Lampur, Desa beberapa lokasi. Kemungkinannya kedudukan batuan ini
Lampur, Kecamatan Sungai Selan. Secara administratif terletak di atas andesit vulkanik, hasil temuan di lapangan
daerah tersebut termasuk ke dalam Kabupaten Bangka Te dasit dan riodasit penyebarannya hampir mendominasi luas
ngah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Geologi daerah areal penyelidikan, yaitu lebih dari 60% dari seluruh luas
penyelidikan tersusun atas Kompleks Malihan Pemali (CPp) daerah prospek ini.
yang terdiri dari batuan filit, sekis dan kuarsit; Formasi Tan-
jung Genting (Trt) terdiri dari perselingan batupasir dan Intrusi diorit/diorit kuarsa ditemukan di sekitar aliran Su
batulempung; Granit Klabat (TrJk) terdiri dari granit biotit, ngai Totopo, memperlihatkan warna abu-abu terang se-
granodiorit dan granit genesan; Formasi Rangam (TQr) bagian putih kecoklatan, tekstur porfiritik, terbreksikan,
terdiri dari perselingan batupasir, batulempung dan kong terpatahkan, termineralisasi dengan ditemukannya urat
lomerat; Aluvium yang terdiri dari lumpur, lempung, pasir, kuarsa mengandung pirit, stockwork kuarsa, urat-urat halus
kerikil dan kerakal, terdapat sebagai endapan sungai, rawa turmalin berwarna abu-abu tua, biotit sekunder, terkadang
dan pantai dan bersifat lepas. ditemukan adularia bersama kuarsa. Pada lubang tambang
penduduk setempat ditemukan diorit porfiri mengandung
Pengambilan conto dilakukan dengan cara pengeboran hornblende, biotit, kalkopirit, bornit, kalkosit, pirit, urat-urat
menggunakan bor Banka 4” pada endapan tailing (Gambar kuarsa (zona potasik), sehingga memberi kesan bahwa di
5.9), pola pengeboran secara grid memotong lebar lembah wilayah ini terbentuk adanya cebakan porfiri emas-temba-
sungai dengan jarak antara titik bor 100 m dan jarak antara ga.
lintang 200 m. Pemboran dihentikan setelah bor mencapai
batuan dasar yang umumnya terdiri dari lempung abu-abu Bahan galian yang diusahakan di daerah penelitian adalah
kehijauan dan batupasir. logam emas yang ditambang secara tradisional dengan sis-
tem tambang dalam dengan cara membuat lobang verti-
Daerah penyelidikan merupakan bekas penambangan kal maupum horizontal dengan kedalaman sekitar 10 – 20
timah aluvial yang berada di wilayah bekas penamban- m, dan selanjutnya mengambil batuan yang mengandung
gan timah aluvial PT Timah dan PT Koba Tin. Tailing bekas emas mengikuti arah urat sampai kedalaman ± 100 m. Bijih
penambangan timah aluvial berupa pasir berwarna putih emas selanjutnya dihancurkan sampai seukuran kerikil dan
keabuan, berbutir halus, sedang sampai kasar bercampur diolah dengan amalgamasi dan sianidasi.
dengan lempung. Luas area daerah penyelidikan sekitar
64,2 Ha, jumlah titik bor 40 dengan jumlah conto 331 buah Penambangan dan pengolahan emas rakyat di daerah pe-
terdiri dari 268 conto konsentrat dulang hasil pemboran, 40 nelitian secara tradisional tanpa mengindahkan kaidah
conto komposit dari setiap titik bor dan 3 conto lempung penambangan dan pengolahan yang baik dan tidak berwa-
yang berada di sebaran tailing. wasan lingkungan dan berpotensi menyebabkan pencema-
ran lingkungan (Gambar 5.10). Proses pengolahan sianidasi
untuk mengolah tailing proses amalgamasi dapat menin-
a b gkatkan perolehan emas, sehingga emas yang terbuang
ke alam dapat diperkecil. Tailing proses sianidasi yang
diperkirakan masih mengandung air raksa. Proses amal-
gamasi dibuang langsung ke alam dan berpotensi mence-
mari lingkungan.
Gambar 5.12 Interpretasi penampang tahanan jenis dan chargeability daerah Ulu-Suliti.
Gambar 6.2 Peta Geomorfologi Lembar Rembang. Gambar 6.3 Peta Geologi Kuarter Lembar Pati.
limpah banjir (Fp), endapan sungai purba (Cp) dan endapan 6.5 Penelitian Perubahan Iklim Daerah Demak dan Seki-
rawa darat (Sp). Proses transisi menghasilkan endapan pa- tarnya
sang surut (Tf), endapan rawa bakau (MgS) dan endapan
Lokasi pengeboran dilakukan di daerah dataran aluvial
pasir pantai (B). Proses laut menghasilkan endapan laut
hingga dataran pantai, khususnya sekitar alur sungai utama,
dangkal (Sm).
yaitu Kali Serang, Kali Juwana, Kali Wulan, dan Kali Tuntang,
mulai dari selatan Desa Jenengan hingga ke arah muara
6.4 Survei Kerentanan Pelulukan sekitar Desa Menco dan Desa Karangaji. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa fasies dan lingkungan daerah Demak
Hasil survei kerentanan pelulukan menghasilkan tiga
dan sekitarnya terdiri atas:
wilayah kerentanan, yaitu:
1. Sistem Fluvial, terdiri dari 1. Alur sungai (River channel
a. Wilayah Kerentanan Tinggi, disusun oleh lapisan pasir
deposits/EAS), 2. Dataran Banjir (EDb), 3. Dataran Banjir
pematang pantai. Sebaran wilayah ini terbatas hanya
yang dipengaruhi oleh pasang-surut (EDbps)
di bagian barat daya daerah penelitian mulai dari
2. Fasies Klastika Linear, terdiri dari 1. Endapan Pantai
daerah Desa Penampelan, Desa Tambakroto, dan Desa
(Beach Deposits/EP), 2. Endapan Laut dekat pantai
Pilangsari.
(near Shore deposits/ELdp), 3. Endapan Laut lepas pan-
b. Wilayah Kerentanan Sedang dibentuk oleh endapan
tai (Offshore Deposits/ELlp)
pasir sungai purba (palaeo-channel). Penyebaran dari
3. Fasies Rawa, terdiri dari 1. Endapan Rawa (Swamp De-
wilayah kerentanan sedang sangat terbatas di sekitar
posits/ER), 2. Endapan rawa dipengaruhi pasang-surut
Desa Bogasari Kecamatan Guntur, Desa Tampe, Desa
(ERps)
Dempet Kecamatan Dempet.
4. Fasies Rawa bakau terdiri dari Endapan Rawa bakau
c. Wilayah Kerentanan Rendah tersebar di sepanjang
(ERb)
aliran Sungai Tuntang dan Kali Bakalrejo, Kali Ronggeng.
5. Endapan debris atau rombakan (ED)
Endapan ini belum mengalami kompaksi, dan tidak
6. Tufa Muria (Qvtm): Tuf, lahar, dan tuf pasiran
mengandung air. Potensi bencana pelulukan terjadi
pada wilayah yang terbatas, namum bencana geologi
lainnya seperti bencana akibat guncangan gempa perlu
diwaspadai.
- 122°30’01” BT dan 03°15’05” - 03°54’7” LS. Berdasarkan 7.3 Penyelidikan Geologi Lingkungan TPA Sampah Kabu-
pengamatan di lapangan, daerah Kabupaten Konawe Utara, paten Gowa
Sulawesi Tenggara tersusun atas batuan malihan, batuan
Sampah Kabupaten Gowa umumnya berasal dari pasar,
sedimen, batuan gunung api, batuan terobosan, dan en-
pemukiman, penginapan, rumah sakit, perkantoran, dan
dap_an permukaan.
beberapa industri rumah tangga. Timbulan sampah dari
Di daerah Kabupaten Konawe Utara terdapat beberapa perkiraan jumlah penduduk Kabupaten Gowa sebanyak
jenis bahan galian batuan, logam dan bukan logam. Bahan 1.475.555 liter/hari. TPA sampah yang ada di daerah pe-
galian batuan terdiri atas pasir (ps), batu basal (bl). Bahan nyelidikan dikelola oleh Dinas Kebersihan terdapat di TPA
galian logam terdiri atas Nikel (Ni), Kromit (Kr) dan Emas Pabbatenggang, berada di Desa Pabbatenggang, Kecama-
(Au). Bahan galian bukan logam berupa: lempung (lp) dan tan Bajeng. Lokasi TPA ini berjarak sekitar 12 km dari kota
batu gamping (bg). Sumber daya mineral logam yang pa Sungguminasa selaku ibukota kabupaten Gowa.
ling potensial di daerah ini adalah nikel dan beberapa
Saat ini lokasi pembuangan sampah daerah Kabupaten
perusahaan telah melakukan operasi produksi dan aktivi-
Gowa adalah TPA Pabbatenggang di Kecamatan Bajeng,
tas kegiatan penambangan yang cukup besar berlokasi di
koordinat E = 103°10’3,9” dan S =0°19’ 3” (Gambar 7.5).
wilayah kecamatan Molawe dan Matoi. Beberapa lokasi be-
Berdasarkan hasil analisis, lokasi ini tidak layak digunakan
kas penambangan telah ada yang direklamasi akan tetapi
sebagai TPA Sampah. Usulan TPA adalah di Panaikang –
ada beberapa perusahaan yang tidak mereklamasi bahkan
Patta
lasan. Desa Panaikang termasuk dalam Kecamatan
lubang-lubang bekas penambangan dibiarkan tanpa per-
Pattalasan. Lokasi usulan ini berjarak lebih kurang 20 km
lakuan.
ke arah timur dari Kota Sungguminasa sebagai ibukota
Kegiatan penambangan basal akan menimbulkan dampak Kabupaten Gowa. Adapun jalan menuju lokasi usulan saat
lingkungan beraspek geologi berupa perubahan bentang ini merupakan jalan aspal cukup dengan kondisi baik. Luas
alam dengan terbentuknya lubang-lubang sebagai akibat lokasi yang diusulkan lebih dari 125 Ha, dan alokasi TPA ini
dari pengambilan bongkah batuan, tanah penutup rusak/ sekitar 500 Ha. Batuan penyusunnya merupakan batulem-
hilang, fungsi resapan berkurang, limpasan permukaan pung yang kedap air sehingga tidak mudah mencemari
meningkat, erosi, kekeruhan, dan sedimentasi meningkat tanah dan air tanah. Kedudukan muka air tanah berkisar
terutama pada musim hujan. Penambangan pasir, baik pada antara 5 - 7 m. Lokasi agak jauh dengan pemukiman pen-
badan sungai maupun bantaran sungai, telah mengakibat- duduk. Letak lokasi TPA tidak terlalu jauh dari jalan utama,
kan terjadinya beberapa dampak lingkungan beraspek ge- sehingga memudahkan pengangkutan limbah dari daerah
ologi di antaranya perubahan morfologi sungai, serta erosi, lain menuju tempat tersebut. Terakhir, sesuai peruntukan-
dan kekeruhan yang berdampak hingga ke bagian hilir. nya berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (Lihat Gam-
bar 7.6).
Gambar 7.1 Stock field bijih nikel milik PT Bumi Kona Gambar 7.3 Penambangan pasir di Sungai Lasolo
we Minerina di Kecamatan Molawe. dengan cara pompa hisap, tepatnya di Desa Laro-
nanga, Kecamatan Andowia.
907/2002 hal ini telah melewati nilai ambang batas yang yang menghubungkan Kota Bandung dan Kota Subang
diperkenankan pada sungai sebesar 1,00 ppb. melintasi kawasan wisata Lembang dan Gunung Tang-
kubanparahu (Gambar 7.9). Secara administrasi lokasi pe-
nyelidikan meliputi wilayah Kota Bandung (Kecamatan Su-
7.6 Monitoring Perubahan Fungsi Ruang Akibat Kerusa-
kasari, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Cicendo, Kecama-
kan Lingkungan Geologi
tan Cidadap dan Kecamatan Coblong), Kabupaten Bandung
Hasil monitoring menunjukkan bahwa kegiatan semburan meliputi wilayah Kecamatan Cimenyan (Desa Cimenyan,
LUSI saat ini masih berlangsung. Endapan lumpur memben- Desa Mandalamekar, Desa Ciburial dan Desa Mekarsaluyu),
tuk kerucut gunung lumpur yang makin meninggi dan te- Kabupaten Ban-dung Barat (Kecamatan Cisarua dan Ke-
rus bertambah menjadi +15,05 m, melebihi tinggi tanggul camatan Parompong), dan Kota Cimahi (Kecamatan Cimahi
+11,00 m. Karena tingkat kekeringan lumpur yang berbeda Utara dan Kecamatan Cimahi Tengah).
antara lumpur bagian atas dan bagian bawah, maka sering-
Berdasarkan parameter tingkat kelulusan tanah/batuan,
kali terjadi longsoran pada tanggul. Tanggul rawan long-
kerapatan kelurusan (lineament density), kerapatan sungai
sor terutama berada pada titik tanggul 25 dan 42. Aktivitas
(drainage density) dan curah hujan, maka Kawasan Bandung
semburan LUSI menyebabkan timbulnya dampak berupa
Utara dapat dibagi menjadi 3 zonasi potensi resapan. Zona
luapan lumpur (longsoran tanggul lumpur), penurunan
potensi resapan tinggi disusun oleh batuan hasil produk
muka tanah (deformasi), pengangkatan (uplift) retakan ta
Gunung Api Tangkubanparahu, zona potensi sedang di
nah dan bangunan serta tembusan gas metan.
susun oleh gabungan antara produk Gunung Sunda dan
Ancaman utama yang perlu diwaspadai saat ini adalah luap produk Gunung Api Tangkubanparahu. Sedangkan zonasi
an lumpur dan tembusan gas berbahaya. Sehingga perlu potensi resapan rendah disusun oleh batuan tua dari Pra
perhatian khusus pada titik-tik rawan pada tanggul Siring Sunda dan Gunung Sunda.
Barat, Desa Siring Barat hingga ke Desa Candipari. Untuk
Selain memiliki fungsi strategis sebagai kawasan konservasi,
menghindari longsoran tanggul dan luapan lumpur diper-
Kawasan Bandung Utara juga memiliki nilai ekonomis yang
lukan rekayasa teknis yang lebih memadai. Diperlukan buff-
tinggi terbukti dari begitu tingginya minat membangun di
er zone sekitar 200 m dari tanggul dan pada tempat-tempat
kawasan ini. Hingga periode tahun 2010, perkembangan
pemunculan gas metana (sekitar 50 m) untuk menghindari
wilayah terbangun (permukiman) sudah mencapai 30% dari
ancaman gas yang membahayakan. Perlu dilakukan/diren-
luas lahan 20.940 hektare (daerah penyelidikan), bahkan
canakan suplai air bersih terhadap wilayah yang terkena
perkembangan permukiman ke zona potensi resapan tinggi
dampak semburan LUSI. Badan Penanggulangan Lumpur
sudah mencapai 10%.
Sidoarjo (BPLS) dapat menempatkan alat pemantauan
kuali
tas udara dan tekanan gas di pusat tembusan dan
semburan, disertai sistem alarm untuk gas metana dan CO2.
7.8 Penyelidikan Geologi Lingkungan Regional Kabupa
BPLS perlu pula menyusun prosedur tetap penyelamatan
ten Kutai kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur
manusia terhadap gas metana dan CO2.
Berdasarkan pada Peta Penggunaan Lahan Wilayah Kabu-
paten Kutai Kartanegara (sebagian wilayah), sumber data
dari Bappeda Provinsi Kalimantan Timur, secara garis besar
penggunaan lahan (eksisting) di wilayah daerah penyelidi-
kan terdiri atas areal hutan campuran, hutan mangrove,
hutan rawa sekunder, semak belukar rawa, semak belukar,
perkebunan, permukiman, dan pesawahan/pertanian.
Rekomendasi bagi kawasan pertanian dan perkebunan
daerah yang diperuntukkan sebagai lahan pertanian dan
perkebunan dapat berupa dataran rawa (kering maupun
basah), dataran banjir sungai besar, dan perbukitan/pegu-
nungan agak terjal, yang pada saat ini merupakan lahan se-
mak belukar maupun lahan bekas wilayah pertambangan lereng tanah/batuan di daerah tersebut. Khususnya bagi
(terutama batubara). Lahan yang diperuntukkan sebagai Kawasan Delta Mahakam yang diperuntukkan sebagai ka-
kawasan perkebunan yang berada di daerah perbukitan/ wasan hutan produksi, perlu menjaga kelestarian kawasan
pegunungan, perlu mempertimbangkan jenis tanaman/ delta Mahakam antara lain dengan cara membatasi fungsi
pepohonan yang akan dibudidayakan dalam upaya pe hutan produksi menjadi hutan produksi terbatas. Kawasan
nguatan pada daerah lerengnya. Areal pesawahan basah yang terdiri atas lahan rawa, lahan semak belukar rawa, dan
yang berada di daerah kaki lereng perbukitan/pegunung lahan hutan mangrove cukup sesuai sebagai kawasan hutan
an perlu mempertimbangkan penerapan terasering untuk (kota) dan ruang terbuka hijau di wilayah pesisir pantai yang
menjaga kestabilan lereng. dapat meningkatkan perlindungan terhadap gelombang
pasang air laut (menahan abrasi pantai), daerah resapan
Rekomendasi bagi kawasan pemukiman adalah sekitar
kota (mengurangi daerah rawan banjir) dan menahan laju
pantai di Kecamatan Muara Badak dan Muara Jawa. Na-
intrusi air laut ke arah daratan yang dapat mencemari air
mun berpotensi terlanda abrasi pantai (akibat gelombang
tanah.
air laut), sehingga perlu mempertimbangkan untuk mem-
berlakukan sempadan pantai, dan membangun tanggul
penahan gelombang air laut. Sebagian wilayah perkotaan di
sekitar aliran Sungai Mahakam yang lahannya disusun oleh
material berbutir halus seperti lempung organik maupun
lempung endapan sungai/rawa, lahan di wilayah tersebut
cenderung mempunyai drainase buruk, dan potensi banjir
yang disebabkan meluapnya air sungai.
Areal hutan produksi di wilayah Kecamatan Kotabangun,
Kecamatan Muarakaman, Kecamatan Sebulu, Kecamatan
Loa Kulu, Kecamatan Loa Janan, dan Kecamatan Teng-
garong, dan Kawasan Taman Hutan Raya di wilayah Ke-
camatan Loa Janan dan Kecamatan Muara Jawa, pada
dasarnya merupakan daerah bagian hulu perbukitan dan
pegunungan yang sebagian disusun oleh batuan sedimen
yang telah melapuk dan mudah runtuh. Kawasan hutan
produksi dan hutan lindung (Taman Hutan Raya), perlu
dipertimbangkan untuk dijadikan kawasan hutan suaka
alam (hutan konservasi) sehingga dapat menjaga kestabilan Gambar 7.10 Wilayah Penyelidikan (sebagian wilayah Kab. Kukar).
rata-rata kurang dari 2 – 23,50 m bmt dijumpai di daerah 1. Potensi air tanah rendah pada akuifer tidak tertekan,
dataran yang berbatasan dengan daerah pebukitan meli- dan Potensi air tanah sedang pada akuifer tertekan.
puti Sumur Bor PDAM Brebes, PT Lumut Mas, Desa Mitra Wilayah ini terdapat di daerah Kabupaten Keroom,
Siaga dan Hotel Bahari Inn. Kedudukan muka air tanah meliputi Distrik Skanto, Arso, Distrik Arso Timur, sam-
cenderung setempat semakin dalam dan bahkan setempat pai Kota Jayapura meliputi sebagaian Distrik Jayapura,
membentuk kerucut muka air tanah, yaitu di daerah dengan Abepura, dan Muaratami. Batuan penyusunnya ter-
pengambilan air tanah intensif, terutama pada kawasan pa- diri atas aluvium hasil erosi dan transportasi material
dat industri. disekitarnya. Bertindak sebagai akuifer utama adalah
kerikil, pasir, dan pasir lempungan
Evaluasi kondisi air tanah di CAT Tegal - Brebes telah dapat 2. Potensi air tanah rendah pada akuifer tidak terte-
dikelompokkan beberapa daerah dengan kondisi air tanah kan, dan Potensi air tanah nihil pada akuifer tertekan.
yang berbeda, yaitu Zona Pemanfaatan Air Tanah, terdiri Wilayah ini terdapat di daerah Kota Jayapura. Batuan
dari Zona Rawan, yaitu kondisi air tanah rawan pada akuifer penyusunnya terdiri atas aluvium, bertindak sebagai
40 - 150 m di bawah muka tanah (m bmt). Zona Aman I, akuifer utama adalah kerikil, pasir, dan pasir lempung
yaitu kondisi air tanah aman pada kedalaman >40 m bmt. an.
Zona Aman II, yaitu kondisi air tanah aman, khusus dipe- 3. Potensi air tanah rendah akuifer tidak tertekan
runtukkan bagi sumber air bersih perkotaan. Pada Zona Wilayah ini terdapat pada bentang alam perbukitan karst,
Perlindungan Air Tanah berupa Zona Resapan/ Imbuhan meliputi wilayah utara Kota Jayapura, sampai perbatasan
yang tidak dikembangkan bagi berbagai peruntukan, kecu Kabupaten Keroom dengan Kota Jayapura. Batuan penyu-
ali untuk keperluan air minum dan rumah tangga dengan sunnya terdiri atas batugamping koral, batugamping ber-
pengambilan maksimum 100 m3/bulan/sumur, untuk ke selingan dengan batugamping napalan, dan batugamping
perluan lain dapat dipertimbangkan setelah dilakukan ka- pasiran dari Formasi Jayapura.
jian hidrogeologi. Upaya konservasi dengan melestarikan
vegetasi penutup atau menurap mata air. Berdasarkan atas batasan mengenai cekungan air tanah
serta kondisi hidrogeologi daerah Jayapura dan sekitarnya
seperti telah dikemukakan sebelumnya, daerah penyelidi-
10.3 Penyelidikan Potensi Air Tanah Cekungan Air Tanah kan dapat ditetapkan sebagai suatu cekungan air tanah, di
Jayapura, Papua mana curah hujan yang jatuh di dalam batas-batas cekung
Cekungan Air Tanah (CAT) Jayapura berada di Provinsi Pa_ an ini dan berhasil meresap ke dalam zone jenuh air akan
pua, merupakan salah satu CAT lintas negara, yaitu Negara bergerak hanya di dalam CAT Jayapura. Air tanah mengalir
Indonesia dengan Negara Papua Nugini. Secara geogra- dengan arah umum dari perbukitan di daerah imbuh (re-
fis terletak antara 140°30’39,6” BT - 141°00’13,7” BT dan charge area) mengalir ke daerah dataran CAT Jayapura yang
2°35’42” - 3°03’28,8” LS. Secara administratif termasuk da- merupakan daerah lepasan air tanah (discharge area). Dae-
lam wilayah Provinsi Papua, yang meliputi sebagian Kota rah imbuhan dan lepasan air tanah akuifer tidak tertekan
Jayapura dan sebagian wilayah Kabupaten Keroom. dapat terjadi pada luasan daerah yang sama, sedang un-
tuk akuifer tertekan daerah imbuhan dan lepasannya akan
Ditinjau dari jumlah, mutu air tanah, dan sistem akuifernya, berbeda. Dari hasil perhitungan, diketahui besarnya aliran
daerah penyelidikan dikelompokkan menjadi menjadi 3 Air Tanah Tertekan menuju ke daerah lepasannya di CAT
wilayah potensi air tanah (Gambar 10.2), yakni: Jayapura, dari arah selatan - barat daya sebesar 5.041,7 m3/
hari; atau 1,84 juta m3/tahun.
10.4 Pemantauan Air Tanah Daerah Semburan Lumpur 2012 menunjukkan penurunan nilai daya hantar listrik air
Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur tanah tidak tertekan dengan rata-rata penurunan sebesar
294 µS/cm.
Semburan lumpur panas di Sidoarjo atau lebih dikenal de
ngan istilah “LUSI” yang berlangsung sejak akhir Mei 2006
hingga saat ini telah menimbulkan berbagai dampak negatif 10.5 Pemetaan Hidrogeologi Skala 1:250.000 Lembar
terhadap lingkungan, terutama aspek sosial yang menimpa 2314-Banggai, Sulawesi
masyarakat di daerah Porong dan sekitarnya. Lingkungan
Secara administratif daerah pemetaan termasuk wilayah
yang telah terbentuk sangat lama tersebut sekarang sudah
Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah
tidak ada lagi karena telah menjadi lautan lumpur (Gambar
yang berada di Pulau Peling. Secara geografis terletak di
10.3).
antara garis 1°00’ - 2°00’ LS dan 123°00’ - 124°30’ BT (Gam-
Lokasi pemantauan kuantitas dan kualitas air tanah ini ber bar 10.4).
ada di lokasi daerah semburan lumpur panas dan sekitar
Kondisi hidrogeologinya dapat dibagi ke dalam 3 jenis akui-
nya, termasuk dalam wilayah Kabupaten Sidoarjo, Provinsi
fer, yaitu pertama, akuifer dengan aliran melalui ruang an-
Jawa Timur. Cakupan wilayah kajian dilakukan secara lokal
tarbutir meliputi 1 wilayah akuifer, yaitu wilayah setempat
dan regional untuk mengetahui keterkaitan antara fenome
akuifer dengan produktivitas sedang meliputi daerah mor-
na semburan lumpur panas dengan kondisi lingkungan air
fologi dataran lembah pantai Pulau Peling. Kedua, akuifer
tanah di sekitarnya.
dengan aliran melalui celahan, rekahan, dan saluran pe-
Pengambilan contoh air dari pusat semburan pada lokasi larutan meliputi 2 wilayah akuifer, yaitu wilayah akuifer pro-
P-43 menunjukkan umur yang relatif tetap, yaitu sekitar duktif sedang yang merupakan akuifer karst Pulau Peleng,
16.600 - 17.550 tahun, sedangkan pada titik P-25 menun- dan Pulau Banggai, dan wilayah setempat akuifer produktif
jukkan perubahan umur menjadi lebih muda, yaitu pada ta- yang merupakan akuifer karst Pulau Peleng, sebagian kecil
hun 2009 terukur umurnya sekitar 21.723 tahun dan pada di Pulau Banggai dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Ketiga,
tahun 2012 terukur umur 11.450 - 15.850 tahun. Pada air akuifer bercelah atau sarang dengan produktivitas kecil dan
tanah dengan kedalaman sekitar 60 m menunjukkan umur daerah air tanah langka, meliputi meliputi 2 wilayah akuifer
relatif muda, yaitu sekitar 5.400 tahun. Kondisi yang ber- dengan produktivitas yang berbeda sebagai berikut, yaitu
beda terjadi pada contoh air tanah yang diambil di Desa wilayah akuifer produktif kecil setempat berarti (Pulau Kei
Candipari dengan kedalaman sumur bor sekitar 60 m me- Kecil bagian selatan, dan Pulau Kei Besar bagian utara) dan
miliki umur air tanah sekitar 35.020 tahun yang menunjuk- wilayah air tanah langka (bagian tengah Pulau Kei Besar).
kan adanya pencampuran air yang berasal dari akuifer yang
Kemungkinan pengembangan dan pemanfaatan air tanah
lebih dalam lagi.
di daerah penyelidikan dapat dibagi ke dalam pemanfaatan
Berdasarkan atas kompilasi parameter daya hantar listrik air tanah tidak tertekan yang terdapat pada wilayah akuifer
dan ion klorida terlarut dihasilkan zona pencemaran air produktif sedang dan juga terdapat pada wilayah setempat
tanah tidak tertekan yang dibagi menjadi tiga zona. Zona akuifer produktif pada mandala air tanah karst yang terse-
tercemar rendah memiliki karakter air tanah agak payau bar luas di Pulau Peleng bagian barat. Pemanfaatan pada
dengan nilai daya hantar listrik berkisar 1.500 - 5.000 µS/ air tanah tertekan masih dapat diharapkan pada mandala
cm dan kandungan ion Cl- terlarut 500 - 2.000 mg/l. Zona airtanah dataran aluvium. Air tanah tertekan terdapat dan
tercemar sedang memiliki karakter air tanah payau dengan zona patahan atau hancuran batuan yang tertutup oleh alu-
nilai daya hantar listrik berkisar 5.000 - 15.000 µS/cm dan vium, hal ini dijumpai di daerah Bulagi Utara meliputi pantai
kandungan ion Cl- terlarut 2.000 - 5.000 mg/l. Zona tercemar Sabang, sampai Balubung; di Kecamatan Tinangkung Utara
tinggi terletak di dalam area tanggul penahan LUSI dengan seperti di Pantai Luksagu, dan Palam; di Kecamatan Tinang-
karakter air bersifat asin (daya hantar listrik > 15.000 µS/cm kung Selatan seperti Pantai Mangsamat, serta di Pulau Tali-
dan kandungan ion Cl- terlarut > 5.000 mg/l). Bila diban abu seperti di daerah Pantai Talang.
dingkan dengan data tahun 2011, hasil pengukuran tahun
Gambar 11.2 Sebaran lokasi eksplorasi dan penyediaan sarana air bersih tahun 2005-2011.
Hasil pengukuran EDM (Electronik Deformation Measur- dikasikan sudah terlihat lebih tinggi daripada bibir bu-
ment) yang dilakukan pada 29 Oktober - 11 November kaan kawah.
2012 terjadi pemendekan arak miring antara IBU01-IBU02 • Berdasarkan hasil pengukuran EDM menunjukkan
dan IBU01-IBU03 sebesar antara 1,9 - 3,2 cm. Hasil ini di- berkurangnya tekanan dari dalam.
interpretasikan bahwa mulai terjadi penyusutan karena • Berdasarkan analisis data pengamatan visual, sesmik,
berkurangnya tekanan dari dalam. EDM, geokimia, maka status Gunung Ibu tetap diper-
tahankan pada status Waspada (Level II).
Sampling air dari mata air panas Gamlamo, jaraknya 9 km
dari kawah, dan Tongutesungi, sekitar 9,5 km dari kawah.
Rasio Cl/SO4 dari air panas di Gamlamo dan Tongutesungi
tampak lebih tinggi bila dibandingkan antara 2009/2010
dan 2012. Peningkatan rasio Cl/SO4 mencerminkan pening-
katan fasa uap di bawah permukaan atau fluida magmatik
didominasi oleh uap
Sedangkan rasio Mg/Cl mengalami peningkatan dari 1999
hingga 2006, kemudian rasio cenderung menurun hingga
2012. Peningkatan rasio Mg/Cl dapat diinterpretasikan
bahwa proses pelarutan batuan (leaching) lebih meningkat
daripada suplai fluida dari reservoir dalam dan sebaliknya.
Jadi penurunan rasio Mg/Cl hingga 2012 ini mencerminkan
suplai fluida dari reservoir lebih tinggi daripada pelarutan
batuan di permukaan dangkal.
Kesimpulan yang diperoleh:
• Rekaman seismograf didominasi oleh gempa letusan
(asap) dan gempa hembusan. Gambar 13.5 Asap kawah Gunung Ibu dilihat dari Desa Goin, November
• Kubah lava terus tumbuh secara progressif yang diin- 2012. Foto: Ugan Saing.
Dari perhitungan estimasi harga batuan maksimum wilayah 14.2 Penyelidikan Amplifikasi Gempa Bumi di Toba Samo-
Seram dan sekitarnya, diperoleh bahwa percepatan batuan sir, Sumatra Utara
di daerah tersebut berkisar antara 0,01 – 0,59 g.
a. Analisis Perioda Dominan
Disamping harga percepatan maksimum berdasarkan seja- Perioda yang tinggi menunjukkan sedimen lunak yang tebal,
rah kegempaan, dihitung pula harga percepatan maksimum sebaliknya perioda yang rendah menunjukkan sedimen lu-
gempa bumi wilayah Seram berdasarkan estimasi aktivitas nak yang tipis. Daerah yang memiliki perioda dominan ting-
sesar yang berada di sekitar wilayah ini. Harga percepatan gi umumnya memiliki kerentanan untuk mengalami kerusa-
ini dihitung dengan menggunakan persamaan (2) dari Ar- kan wilayah yang cukup tinggi jika terlanda gempa bumi.
Hal ini disebabkan karena perioda dominan berbanding
lurus dengan nilai penguatan goncangan/amplifikasi de
ngan catatan batuan lapisan sedimen dan batuan dasar di
bawahnya homogen atau mempunyai densitas yang sama.
Melalui interpolasi data-data perioda dominan di tiap ti-
tik pengukuran, maka diperoleh sebaran perioda dominan
seperti ditunjukkan oleh Gambar 14.2.
Gambar 14.2 menunjukkan kontur perioda dominan di area
pengukuran. Wilayah dengan perioda dominan rendah ber
ada pada bagian tengah dan timur. Daerah ini umumnya
tersusun atas batuan yang telah kompak, seperti batuan
Gambar 14.1 Peta Percepatan maksimum batuan puncak wilayah Seram konglomerat, lava andesit, dan aglomerat. Namun demiki-
dan sekitarnya. an, besarnya nilai periode dominan di daerah ini tidak mut-
lak sama. Hal ini menunjukkan ketebalan batuan di wilayah namun keberadaan dinding pantai tidak banyak dijumpai
ini tidak sama. di sepanjang daerah penelitian. Vegetasi yang dijumpai
di sepanjang pantai terdiri dari cemara, ketapang, pohon
Perioda dominan memiliki nilai semakin tinggi di daerah
nipah, dan bakau.
lembah. Hal ini menunjukkan bahwa di lembah disusun
oleh sedimen lunak yang tebal. Lembah adalah cekungan Pemukiman penduduk umumnya berada di sepanjang jalan
pengendapan sehingga dapat dipahami bahwa endapan raya lintas Sulawesi, yang berada agak jauh dari bibir pantai,
sedimen lunak di lembah lebih tebal daripada di puncak. sehingga umumnya relatif aman dari aktivitas gelombang
Sebaliknya di puncak bukit, proses erosi mencapai tingkat laut.
maksimum sehingga tidak ditemukan endapan sedimen
Pantai di daerah penelitian dapat dibagi menjadi tiga jenis,
lunak yang tebal. Tebalnya endapan sedimen lunak ini ber-
yaitu pantai dengan morfologi landai yang tersusun oleh
banding lurus dengan besarnya perioda dominan.
pasir, pantai berbatu dengan morfologi bergelombang, dan
pantai berawa dengan morfologi landai.
b. Peta Mikrozonasi Gempa Bumi
Tingkatan besarnya efek goncangan/amplifikasi dibagi b. Kondisi Kedalaman Dasar Laut
menjadi empat tingkat zona amplifikasi, yaitu:
Berdasarkan data kedalaman dasar laut (Smith dan Sandwell,
• Amplifikasi sangat rendah dengan tingkat penguatan
1978), kondisi kedalaman dasar laut wilayah perairan Teluk
< 1
Kendari dan sekitarnya relatif curam dan bergelombang.
• Amplifikasi rendah dengan tingkat penguatan antara
1 – 1,5 Berdasarkan gambaran tiga dimensi, kedalaman dasar laut
• Amplifikasi menengah dengan tingkat penguatan an- di perairan timur Kendari lebih curam dibandingkan de
tara 1,5 - 3 ngan perairan di selatan Teluk Kolaka. Hal ini menunjukkan,
• Amplifikasi tinggi dengan tingkat penguatan > 3 bahwa ketinggian gelombang tsunami akan lebih cepat di
• Daerah yang mendapatkan penguatan rendah mem- timur namun dengan ketinggian yang lebih rendah diban
punyai karakteristik batuan dasar yang kompak, se- dingkan di selatan.
dangkan daerah yang mendapatkan penguatan tinggi
Gambaran tiga dimensi kedalaman dasar laut di perairan
mempunyai karakteristik batuan yang lapuk dan mu-
Kendari dan sekitarnya, memperlihatkan kedalaman dasar
dah hancur berupa batupasir dan batulempung. Kete-
laut yang bergelombang menengah hingga curam (~1.000
balan lapisan batuan ini sangat mempengaruhi tingkat
m), dengan bentuk topografi dasar laut yang bergelom-
kerusakan bangunan yang ada di atasnya.
bang. Kondisi ini menunjukkan bahwa potensi tsunami di
kawasan ini relatif tidak terlalu besar, energi gelombang
tsunami yang melalui topografi dasar laut di hadapan teluk
14.3 Penyelidikan Tsunamigenic di Kendari, Sulteng
akan direduksi melalui relief geomorfologinya, sehingga
Potensi landaan tsunami suatu wilayah dipengaruhi oleh saat mencapai daratan kecepatannya akan berkurang den-
bentuk morfologi kawasan pantai serta bentuk topografi gan ketinggian yang tidak terlalu besar.
dasar laut. Kedua faktor tersebut akan menentukan potensi
ketinggian dan kecepatan yang dihasilkan oleh gelombang c. Potensi Tsunamigenik
tsunami. Berdasarkan katalog tsunami yang dibuat oleh Soloviev
a. Kondisi wilayah pantai daerah penyelidikan (1974), diketahui bahwa di daerah penyelidikan pernah
mengalami landaan gelombang tsunami dari berbagai sis-
Wilayah pantai daerah penelitian umumnya memiliki mor-
tem tektonik yang berkembang di Indonesia Bagian Timur.
fologi landai dengan dataran pantai yang luas. Di beberapa
Berdasarkan katalog tersebut, sumber tsunamigenik lebih
tempat dijumpai dermaga kapal penyeberangan antarpulau
disebabkan oleh sistem tektonik yang berkembang jauh
dan milik nelayan. Litologi pantai terdiri dari pasir sangat
dari daerah penyelidikan, yang disebut tsunami sumber
halus berwarna kuning kecoklatan, sebagian mengandung
jauh (far field tsunami). Tsunami far field lebih mudah untuk
bongkah.
diantisipasi, karena akan mudah upaya peringatan dininya.
Proses dinamika pantai bervariasi dari akresi hingga abrasi,
Gambar 14.4 Pantai bermorfologi landai yang luas dengan litologi pasir.
a b
Gambar 14.6 Kondisi batimetri perairan lengan tenggara Sulawesi di Teluk Kolaka.
Gambar 14.7 Gambaran tiga dimensi kedalaman dasar laut perairan Kendari dan sekitarnya.
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya dua sumber 14.4 Pemetaan Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi di
utama fenomena geologi yang memicu terjadinya tsunami Jayapura, Papua
(tsunamigenik), yaitu tsunamigenik akibat gempa bumi dan
akibat letusan gunung api. Namun tidak tertutup kemung- a. Metoda Mikrozonasi
kinan kejadian tsunami masa lampau yang disebabkan oleh Metoda mikrozonasi melalui pengukuran mikrotremor
sumber yang dekat dengan daerah penyelidikan (near field dengan melakukan polarisasi rasio H/V pertama kali dikem-
tsunami) tidak tercatat dalam katalog tsunami. Fenom- bangkan oleh Nakamura (1989) dengan tujuan untuk
ena geologi terdekat yang dapat menjadi sumber tsunami mengetahui frekuensi fundamental lapisan batuan. Metoda
adalah sistem sesar naik Tolo yang terdapat di perairan di ini berkembang karena aplikasinya di lapangan yang cukup
sebelah timur Teluk Kendari (Laut Banda). Jika terjadi gempa sederhana. Frekuensi rendah mencerminkan sedimen yang
bumi yang berasosiasi dengan sesar ini dengan magnitudo tebal dan frekuensi tinggi mencerminkan sedimen yang
> 7, kedalaman < 50 km, dapat memicu terjadinya tsuna- tipis.
mi. Efek sekunder yang mungkin timbul adalah longsor di
Mikrozonasi gempa bumi untuk mengetahui sebaran am-
bawah laut.
plifikasi di Jayapura ini dilakukan dengan melakukan pema-
Gambar 14.8 Peta zona sumber gempa bumi dan potensi tsunamigenik
daerah Kendari dan sekitarnya, (Kertapati, 2006).
sangan seismometer 3-dimensi secara temporer di titik-titik d. Peta Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi
tertentu dengan jarak antara tiap titik sekitar 250 – 300 m. Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempa Bumi wilayah
Jayapura, disusun berdasarkan intensitas gempa bumi yang
b. Metoda Geomorfologi mungkin dihasilkan oleh kejadian gempa bumi di sekitar.
Pengukuran mikrotremor pada wilayah yang luas dan atau Intensitas yang digunakan dalam pembuatan peta ini meru
daerah dengan tingkat kesulitan yang tinggi, maka faktor pakan konversi dari nilai percepatan yang diperoleh dari
amplifikasi dapat ditentukan melalui pendekatan geologi proses probabilistik.
permukaan dan kondisi geomorfologi. Pada metoda ini,
Peta ini memuat informasi mengenai tingkat kerawanan
klasifikasi kondisi permukaan dihitung berdasarkan klasifi-
suatu wilayah yang dapat terlanda bencana gempa bumi
kasi geomorfologi standar yang dikeluarkan oleh Japan En-
dan secara umum dibagi menjadi 4 kawasan, yaitu: ka-
gineering Geomorphologic Classification Map (JEGM).
wasan rawan bencana gempa bumi tinggi, kawasan rawan
Penggunaan metoda mikrozonasi dan geomorfologi dalam bencana gempa bumi menengah, kawasan rawan bencana
penetuan klasifikasi batuan terutama untuk mengantisipasi gempa bumi rendah, dan kawasan rawan bencana gempa
kekurangan data karena adanya keterbatasan dalam mem- bumi sangat rendah.
peroleh data pengukuran. Metoda pemetaan geomorfologi
Di wilayah Kota Jayapura, zonasi kawasan rawan bencana
relatif lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan me-
nya hanya mencakup 3 zona, yaitu kawasan rawan bencana
toda pengukuran mikrozonasi, tetapi pengukuran diperlu-
tinggi, sedang, dan rendah.
kan sebagai kontrol dari nilai yang dihasilkan melalui pem-
etaan geomorfologi. Dari penggabungan dua metoda ini Dari Peta KRB Gempa Bumi pada Gambar 14.10, terlihat
diharapkan dapat diperoleh klasifikasi batuan yang akurat bahwa kota Jayapura memiliki bahaya gempa bumi cukup
untuk semua titik di wilayah kota Jayapura. tinggi. Wilayah dengan bahaya yang tinggi umumnya meru-
pakan wilayah pemukiman dan pusat aktivitas masyarakat.
c. Percepatan Gempa Bumi
Daerah yang berada pada kawasan rawan bencana tinggi
Perhitungan PSHA dilakukan untuk percepatan puncak merupakan daerah dataran rendah di sekitar pantai dan
(spectra 0,0 detik), spectra 0,2, dan 1,0 detik pada permu- merupakan daerah dengan jumlah penduduk yang cukup
kaan dengan kemungkinan terlampaui 10% untuk perioda padat, seperti Koya, Abepura, Kotaraja, Entrop, dan Kota
ulang gempa bumi 500 tahun. Jayapura. Daerah yang berada pada kawasan rawan ben-
Setiap bangunan/struktur memiliki frekuensi natural untuk cana menengah merupakan daerah yang lebih tinggi, di
bervibrasi. Bangunan yang lebih tinggi akan memiliki reaksi antaranya terletak di Tanjung Jar, Koya Barat bagian selatan,
berbeda dengan bangunan yang berlantai rendah. Setiap Nafri, Asano, dan Ardipura. Sedangkan daerah yang terletak
bangunan akan beresonansi ketika frekuensi dari ground- pada kawasan rawan bencana rendah hanya sebagian kecil
motion sama dengan frekuensi alami bangunan tersebut. di daerah dataran tinggi yang terletak di daerah Gurabesi
Resonansi akan meningkatkan besar dan durasi getaran dan Lingkaran Polimak.
pada bangunan, sehingga meningkatkan potensi terjadinya
kerusakan bangunan.
Gambar 14.9 Peta percepatan tanah di permukaan pada percepatan puncak (spectra 0,0 detik), spectra 0,2, dan 1,0 detik.
Gambar 15.4 Pergeseran horizontal titik ukur periode Juni – Desember 2012 (kiri) dan pergeseran vertikal titik ukur periode Juni – Desember 2012
(kanan).
15.5 Penyelidikan Kestabilan Lereng Gambar 15.6 Lokasi bangunan yang mengalami amblesan di Proyek
Hambalang (kiri) dan rembesan air permukaan yang ada menjadi pemicu
Penyelidikan Kestabilan Lereng dilakukan di Kabupaten Ma-
terjadinya amblesan (kanan).
jenang, Provinsi Jawa Tengah. Analisisnya sebagai berikut:
1. Daerah Majenang dan sekitarnya umumnya merupakan
morfologi perbukitan dengan tebing yang terjal akibat
(swelling clay). Nendatan berukuran panjang 52 m, lebar 40
pemotongan lereng. Lereng tebing jalan umumnya >
m, tinggi gawir antara 3 - 7 m.
40° dengan tinggi > 30 m.
2. Batuan penyusunnya terdiri dari breksi, lava, batupasir Berdasarkan hasil pemeriksaan dengan GPR (Ground Pen-
tufa, napal, dan batu lempung yang bersifat kedap air etration Radar) yang dilakukan beberapa lintasan di daerah
sehingga dapat menjadi bidang gelincir gerakan tanah. bencana menunjukkan bahwa: lapisan atas berupa lapisan
Tanah penutupnya adalah pasir lempungan sedikit batuan vulkanik lapuk yang kurang kompak. Bagian bawah
kerikil, kurang padat dengan tebal antara 4 - 6 m. berupa lapisan batu lempung yang bersifat mengembang
(swelling clay) dengan akumulasi air yang cukup banyak di
atas lapisan dan mengakibatkan pembuburan/penggem-
buran.
Dampak bencana gerakan tanah di daerah ini menyebab-
kan satu unit bangunan rencana gedung atlet hancur dan
lahan kosong dengan luas sekitar 0,5 Ha rusak.
Rekomendasi:
1. Perlu dibuat drainase yang kedap air, agar air saluran
tidak meresap ke dalam tanah
2. Bagian permukaan tanah yang terbuka pada lereng
bagian atas harus ditutup (blanket) dengan lapisan
semen, agar air permukaan tidak meresap ke dalam
tanah.
3. Perlu dibuat tembok penahan longsor, dengan tiang
Gambar 15.5 Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Daerah Majenang. pancang sampai batuan dasar terutama pada tebing
yang longsor.
3. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah dan Tinggi 4. Tidak melakukan penggalian atau pemotongan lereng,
di antaranya di daerah Desa Boja dan Bener, Kecamatan sehingga lapisan lempung tersingkap yang berpotensi
Majenang, Desa Nagarajati, Pamulihan, Karangsari, terkena air dan mengembang.
Kutabima dan di Desa Majingklak, Kecamatan Cimang- 5. Perlu penelitian mekanika tanah/batuan untuk daya
gu, Kabupaten Cilacap. dukung pondasi bangunan.
4. Daerah tersebut dapat terjadi longsor bahan rombakan
bila dipicu oleh aliran air permukaan yang melimpah b. Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah
ke daerah tebing atau terjadi hujan deras yang lama Penyelidikan gerakan tanah dilakukan di Kecamatan Ke-
sehingga tanah akan jenuh air. Selain itu longsor terjadi jajar dan Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Wonosobo,
bila tebing jalan tidak ditanami pohon yang berakar Jawa Tengah. Berdasarkan hasil penyelidikan daerah Kejajar
kuat dan dalam, serta tidak dilakukan pelandaian berpotensi terjadi gerakan tanah yang diikuti aliran bahan
dengan sudut yang aman. rombakan. Perubahan tata guna lahan menjadi faktor uta-
ma pengontrolnya.
15.6 Penyelidikan Gerakan Tanah Secara umum gerakan tanah banyak terjadi pada daerah
a. Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang tersusun oleh batuan gunung api yang berasal dari
Gunung Dieng. Distribusi gerakan tanah dan aliran bahan
Gerakan tanah menimpa Proyek Olah Raga - Hambalang,
rombakan di daerah Kejajar dan sekitarnya dapat dilihat
Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor,
pada gambar Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Daerah
Provinsi Jawa Barat pada Juni 2012. Lokasi geografisnya
Kejajar dan sekitarnya.
pada koordinat 06° 33’ 22,6 LS dan 106° 53’ 08,1” BT.
Gerakan tanah di Kecamatan Kalibawang terjadi pada en-
Gerakan tanah tipe nendatan dipicu oleh penggalian lereng
dapan tersier pada Formasi Halang, Formasi Peniron, For-
bagian bawah yang terdiri dari batu lempung mengembang
masi Penosogan, dan Formasi Watu Rondo. Formasi ini
mengandung lempung yang bersifat mengembang dan faktor pengontrol utama. Pemicu gerakan tanah umumnya
breksi yang bersisfat lolos air. Lapisan di bawahnya terdapat adalah curah hujan dengan intensitas tinggi. Daerah Pe-
lempung yang bersifat tidak lolos air sehingga batas antara nyelidikan yang termasuk zona kerentanan gerakan tanah
kedua bidang tersebut merupakan zona lemah atau bidang tinggi antara lain Desa Karangsambung, Desa Tracap, Desa
longsor. Kaliwiro, Desa Sawangan dan Desa Karangsari. Sedangkan
Zona Menengah tersebar di bagian tengah daerah penye-
Gerakan tanah pada Formasi Halang dan Penosogan um-
lidikan.
umnya bersifat rayapan atau tipe creep karena litologi dan
struktur geologi sebagai faktor utama. Sedangkan pada
Formasi Peniron dan Watu Rondo merupakan gerakan 15.7 Evaluasi Kegiatan Gerakan Tanah Tahun 2012
tanah bertipe cepat dengan kontrol kelerengan merupakan
Kejadian Gerakan Tanah pada bulan Januari - Desember
2012, sebagai berikut:
Sebaran gerakan tanah dalam tahun 2012 hampir terjadi
di seluruh Indonesia. Hal ini dibebabkan curah hujan yang
tinggi dan aktifnya sistem tektonik. Selain itu perubahan
tata guna lahan juga ikut memperlemah dan memicu gera-
kan tanah.
Jumlah kejadian gerakan tanah tertinggi, sekitar 50%, ter-
jadi di Jawa Barat. Hal tersebut disebabkan morfologinya
berupa pegunungan dengan produk vulkanik kuarter mau-
pun tersier. Kondisi ini berpotensi tinggi terjadi gerakan
tanah.
Namun demikian kejadian gerakan tanah yang diikuti banjir
bandang merupakan bencana mematikan terjadi di Sulawe-
si Barat, Sulawesi Utara, Sumatra Barat, di Maluku.
Secara umum produk erupsi Gunung Api Sinabung adalah Endapan hasil erupsi Endapan terakhir adalah aliran pi-
berupa aliran piroklastik dan aliran lava. Metode yang di- roklastik 8 (QsP8) merupakan aliran piroklastik berupa awan
gunakan pada penelitian ini adalah mengambil contoh ba panas paling muda dari Gunung Sinabung. Aliran piroklstik
tuan pada aliran-aliran lava mulai dari satuan QSl 1 sampai ini berumur sekitar 1200 tahun y.l. atau 800-900 M (S. Naka-
dengan QSl 17. Contoh batuan kemudian dianalisis dengan da, 2010), tersebar ke arah selatan dan merupakan aliran
metode XRF untuk mengetahui komposisi kimianya. Pem- piroklastika paling luas sebarannya, karena belum tertutupi
buatan sayatan tipis juga dilakukan pada semua contoh un- oleh oleh endapan-endapan yang baru dari hasil erupsi be-
tuk mengetahui petrografinya. rikutnya.
Dari hasil analisis kimia terhadap contoh batuan yang di-
a. Kimia batuan Gunung Sinabung ambil dengan memperhatikan urutan umur berdasarkan
Analisis Geokimia batuan diperlukan untuk mengetahui peta geologi Gunung Api Sinabung (Prambada, dkk., 2010),
komposisi kimia pembentuk batuan, sehingga dari hasil secara petrogenesa batuan gunung api Sinabung jika dili-
analisis geokimia batuan didapatkan suatu skema peruba- hat dari variasi oksida unsur-unsur utama dengan SiO2 yang
han komposisi batuan khususnya lava yang menunjukkan ditunjukkan pada Diagram Harker, menunjukkan fraksionasi
karakteristik komposisi magma suatu gunung api dari pe- kristalisasi pada magma kogenetis, hal ini dicirikan oleh
riode awal hingga lava periode terakhir. Untuk keperluan oksida-oksida Al, Ti, Fe, Mg, Na dan Ca yang berkorelasi
analisis ini maka diambil sampel lava dari tiga periode ba- negatif dengan SiO2. Sedangkan oksida K berkorelasi positif
tuan mulai dari yang tertua, pertengahan dan termuda ber- dengan SiO2. Berdasarkan variasi diagram tersebut, maka
dasarkan peta geologi Gunung Api Sinabung (Prambada batuan/lava Gunung Sinabung berasal dari magma koge-
dkk, 2010). netis.
Hasil analisis komposisi kimia dari sampel batuan/lava
terpilih dari Gunung Api Sinabung memperlihatkan nilai 16.2 Evaluasi Risiko Bencana Gunung Api Gamalama
LoI (Loss on Ignition) atau hilang dibakar kurang dari 4%,
mengindikasikan kondisi batuan masih segar. SiO2 berva- Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengumpulkan berbagai
riasi antara 56,83-62,36%, TiO2 antara 0,48-0,62%, Al2O3 data yang berhubungan dengan evaluasi risiko bencana
antara 17,24-18,81%, FeO antara 4,2-9,29%, Na2O antara Gunung Gamalama.
2,99-3,33%, K2O antara 1,55-2,48%, CaO antara 6,18-8,39%, Adapun tujuannya adalah untuk menentukan potensi/ting-
MgO antara 1,06-1,01%. Klasifikasi batuan vulkanik berda- kat risiko bencana gunung api serta kemungkinan dampa-
sarkan SiO2-K2O (Pecerillo dan Taylor, 1975 dalam Rollinson, knya terhadap lingkungan sekitar berupa manusia, pemuki-
1993). bahwa secara umum batuan Gunung Sinabung ter- man, sarana-prasarana, harta benda dan lain-lain yang ter-
masuk kedalam kelompok calc alkaline dan kisaran kompo- dapat di kawasan Gunung Gamalama.
sisinya dari basaltic andesit sampai andesit, tetapi hanya 2
Analisis risiko bencana gunung api (R) dilakukan berdasarkan
conto batuan yang berkomposisi basaltic andesit, 15 conto
kajian elemen bahaya (H), kerentanan (V) dan kapasitas (C),
lainnya berkomposisi andesit.
serta dirumuskan sebagai berikut:
b. Evolusi Magma R=HxV
Gunung Sinabung merupakan gunung api soliter, yaitu gu- C
nung api yang mempunyai puncak tunggal. Pada bagian Peta risiko dibagi dalam 4 kawasan, yaitu risiko tinggi, se-
puncaknya ditemukan sumbat gunung api yang terlihat dang, rendah, dan sangat rendah.
menutupi seluruh kawah. Catatan sejarah menunjukkan
bahwa sebelumnya gunung api ini tidak pernah menun- a. Kawasan Risiko Tinggi
jukkan aktivitasnya sejak Tahun 1600 (gunung api tipe B), Kawasan risiko tinggi adalah kawasan yang apabila terjadi
sehingga masyarakat yang menempati wilayah di sekitar erupsi gunung api berpotensi mengalami kerugian yang
gunung api ini tidak pernah menyangka bahwa gunung api besar meliputi jumlah korban jiwa yang tinggi, kerugian
ini masih aktif dan dapat bererupsi. harta benda, dan kerusakan lingkungan yang berat. Dalam
Peta Risiko Gunung Gamalama tergambar kawasan risiko
Selama ini Gunung Sinabung dikenal sebagai gunung api
tinggi dengan warna merah. Kawasan ini meliputi beberapa
yang mempunyai solfatara yang hanya menghembuskan
desa di Kecamatan Ternate Utara, diantaranya Desa Tubo,
asap campuran dari uap air dan gas dari kawahnya tetapi
Dufa-dufa, Akehuda, dan Tafure. Beberapa desa di Kecama-
tidak pernah tercatat adanya erupsi. Kemungkinan gunung
tan Pulau Ternate, di antaranya sebagian di Desa Togafo,
api ini aktivitasnya terhalang oleh sumbat gunung api yang
Loto, Takome, Sulamadaha.
sangat besar kuat sehingga tidak cukup mampu untuk
b. Kawasan Risiko Sedang pada di hutan. Dalam menilai tingkat risikonya, dikaitkan
Kawasan risiko sedang adalah kawasan yang apabila terjadi dengan keberadaan manusia di dalam objek bencana terse-
erupsi gunung api, berpotensi terjadi korban jiwa, kerugian but. Dalam hal ini daerah pemukiman merupakan suatu
harta benda, dan kerusakan lingkungan. Dalam Peta Risiko daerah yang mempunyai kerentanan tertinggi, kemudian
Gunung Gamalama tergambar kawasan risiko sedang de diikuti oleh lahan perkebunan/tegalan, persawahan dan
ngan warna orange. Kawasan ini meliputi beberapa desa di hutan.
empat kecamatan di Kawasan Gunung Gamalama. Kawasan Berdasarkan angket yang disebarkan kepada masyarakat,
terluasnya di beberapa desa di Kecamatan Pulau Ternate dapat ditarik gambaran bahwa mayoritas masyarakat di Ka-
dan Ternate Utara. bupaten Agam, terutama di sekitar daerah berisiko tinggi
akan gerakan tanah, cukup memahami tentang gerakan
c. Kawasan Risiko Rendah
tanah dan gejala-gejalanya. Dengan demikian dapat disim-
Kawasan risiko rendah adalah kawasan yang apabila ter- pulkan kapasitas non fisik terhadap gerakan tanah sudah
jadi erupsi gunung api, mengalami gangguan tetapi ke- cukup memadai. Namun demikian hal itu perlu dibarengi
mungkinan tidak terjadi korban jiwa, kerugian harta benda, dengan peningkatan kapasitas fisik seperti pembuatan
dan kerusakan lingkungan yang berarti. Dalam Peta Risiko sistem “drainage”, terasering, dan penghijauan.
Gunung Gamalama tergambar kawasan risiko rendah de
ngan warna hijau muda. Meliputi beberapa desa di empat Pembagian Zona Risiko dibagi empat, yaitu:
kecamatan di Kawasan Gunung Gamalama. Kawasan terlu- a. Zona Risiko Bencana Gerakan Tanah Tinggi
asnya di beberapa desa di Kecamatan Ternate Tengah, di Yang termasuk kedalam zona ini merupakan daerah yang se-
antaranya Desa Moya dan Marikurubu. cara umum mempunyai risiko tinggi akan bencana gerakan
d. Kawasan Risiko Sangat Rendah tanah. Zona ini merupakan daerah pemukiman yang berada
pada Zona Kerentanan Gerakan Tanah (ZKGT) Tinggi. Areal
Kawasan risiko sangat rendah adalah kawasan yang apabila
pemukiman yang berada pada ZKGT Menengah dan ZKGT
terjadi erupsi gunung api kemungkinan tidak mengalami
Rendah namun berada pada morfologi yang curam dan
kerugian. Dalam Peta Risiko Gunung Gamalama tergambar
sangat berpotensi untuk terjadi gerakan tanah seperti pada
kawasan risiko sangat rendah dengan warna hijau tua, meli-
alur-alur sungai, termasuk berisiko tinggi akan bencana
puti Kawah Gunung Gamalama karena tidak mempunya
gerakan tanah. Zona Risiko Bencana Gerakan Tanah Ting-
nilai kerentanan berupa tata guna lahan, pemukiman dan
gi ini menempati kurang dari 5% dari seluruh luas daerah
sarana prasarana. Dan meliputi beberapa desa di empat ke-
penyelidikan. Pada daerah ini gerakan tanah dapat terjadi
camatan, terutama daerah dekat pantai.
sewaktu-waktu meliputi beberapa lokasi gawir longsoran
lama seperti longsoran, nendatan dan retakan yang dapat
aktif kembali akibat curah hujan yang tinggi atau parameter
pemicu lainnya. Bisa juga berupa gerakan tanah muncul
pada titik yang baru apabila terjadi pergerakan sesar aktif
ataupun pengaruh eksternal berupa intensitas hujan yang
naik, erosi ataupun penggundulan hutan. Tebing yang terjal
terutama pada lembah-lembah sungai dengan kemiringan
45° sampai 900. Sifat fisik tanah lapukan batuan yang lu-
nak, sarang, mudah hancur dan luruh bila terkena air karena
telah melewati batas kejenuhan.
Zona risiko tinggi karena dengan potensi kerentanan gera-
kan tanah yang tinggi di daerah ini dapat sewaktu-waktu
atau setiap saat mengancam jiwa, harta-benda serta sarana
dan prasarana. Oleh karena itu tingkat antisipasi dan kewas-
padaan yang ekstra tinggi sangatlah diperlukan. Dan jika
segalanya memungkinkan alangkah akan lebih baiknya jika
dilakukan relokasi ke tempat-tempat yang lebih aman dan
Gambar 16.1. Peta Risiko Bencana Gunung Gamalama.
kalau bisa lebih bernilai ekonomis, sesuai dengan program terhadap potensi ancaman bahaya gempa bumi. Peta risiko
dari Pemerintah Daerah. Kabupaten Tasikmalaya diperoleh dengan menggabungkan
parameter yang menunjukkan antara:
b. Zona Risiko Bencana Gerakan Tanah Menengah 1. Elemen Bahaya (H),
Yang termasuk zona ini adalah merupakan daerah yang se- 2. Elemen Kerentanan (V),
cara umum mempunyai tingkat risiko menengah terhadap 3. Elemen Kapasitas (C).
bencana gerakan tanah. Daerah pemukiman yang berada Dalam penentuan nilai risiko yang merupakan penggabung
pada Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah termasuk an dari 3 elemen (Bahaya, Kerentanan, dan Kapasitas), ma
berisiko menengah terhadap gerakan tanah. Zona Keren- sing-masing elemen tersebut memiliki nilai jumlah bobot
tanan Gerakan Tanah Tinggi namun berupa kebun, ladang nilai 100. Berdasarkan beberapa parameter tersebut di atas,
dan sawah adalah daerah-daerah yang termasuk ke dalam daerah penyelidikan dapat dibagi dalam 3 tingkatan zona,
katagori berisiko sedang akan bencana gerakan tanah. yaitu:
Areal pesawahan, ladang, perkebunan dan fasilitas umum 1. Zona Risiko Tinggi (warna merah),
seperti jalan raya yang berada pada ZKGT Menengah dan 2. Zona Risiko Menengah (warna kuning),
ZKGT Rendah tetapi berpotensi untuk terjadi gerakan tanah, 3. Zona Risiko Rendah (warna hijau).
termasuk ke dalam Zona Risiko Bencana Gerakan Tanah
Menegah, karena peristiwa gerakan tanah mungkin terjadi Posisi pemukiman terhadap risiko gempa bumi dapat dike-
dan dapat merugikan harta benda dan juga jiwa. Sekitar tahui dari letak pemukiman dalam peta risiko gempa bumi
15% dari daerah penyelidikan termasuk ke dalam zona ini. Kabupaten Tasikmalaya, yang mempunyai risiko rendah
dan menengah. Data-data tersebut sangat mendukung
pemerin tah daerah dalam menghitung aset dan nilai
ekonomi, dan yang memiliki nilai kepentingan masyarakat.
Pembagian Zona Risiko Bencana Gempa Bumi di Kabupaten
Tasikmalaya, Jabar
a. Zona Risiko Tinggi
Zona risiko tinggi adalah zona berpotensi terlanda goncan-
gan gempa bumi dengan intensitas antara VII - VIII MMI
(Modified Mercally Intensity). Di wilayah ini berpotensi ter-
jadi retakan tanah, liquifaksi, longsoran pada topografi ter-
Gambar 16.3 Pemukiman (kiri) dan jalan raya (kanan) yang memiliki jal dan pergeseran tanah. Percepatan gempa bumi dapat
tingkat risiko menengah terhadap gerakan tanah
terjadi antara 0,25-0,3 g. Daerah berisiko tinggi meliputi
desa: Tanjungkerta, Sukadana, Pagerageung, Pamoyan, Me-
c. Zona Risiko Bencana Gerakan Tanah Rendah karsari, Pasirhuni, Sukamantri, Sukamaju, Sukapancar, Ban-
Termasuk kedalam zona ini adalah daerah yang mempu jarsari, Cipondok, Sukaresik, Kurniabakti, Ciawi, Margasari,
nyai tingkat risiko rendah akan gerakan tanah atau tingkat Margamulya, Karangmulya, Geresik, Karangresik, Tanjung-
kerugian yang rendah jika terjadi gerakan tanah. Pada zona mekar, Sindangraja, Bojongaok, Nusawangi, Cikadu, Cisa
ini potensi gerakan tanahnya mulai dari tinggi, menengah yong, Sukaraharja, Jayapura, Karangmukti,Nanggerang,
sampai rendah tergantung dari keberadaan objek bencana. Serang, Padasuka, Sukamenak, Sukakerta, Setiawangi, Ci-
Areal hutan yang berada pada ZKGT Tinggi dan menengah nunjang, Gunungtanjung, Giriwangi, Cibalong, Singajaya,
termasuk ke dalam zona risiko rendah. Demikian juga de Cirawak, Jatilawas, Papayan.
ngan pemukiman, sawah, ladang dan kebun yang berada
b. Zona Risiko Sedang
pada ZKGT rendah termasuk berisiko rendah akan bencana
gerakan tanah. Sekitar 75% dari luas daerah penyelidikan Zona risiko menengah adalah zona dimana berpotensi ter-
termasuk ke dalam Zona Risiko Bencana Gerakan Tanah landa goncangan gempa bumi dengan intensitas antara V
Rendah. - VIII MMI (Modified Mercally Intensity). Di wilayah ini ber-
potensi terjadi retakan tanah, longsoran pada tebing terjal
d. Zona Risiko Bencana Gerakan Tanah Sangat Rendah dalam skala terbatas. Percepatan gempa bumi dapat terjadi
Termasuk kedalam zona ini adalah daerah yang mempunyai antara 0,1 - 0,34 g.
tingkat risiko sangat rendah akan gerakan tanah atau ting-
c. Zona Risiko Rendah
kat kerugian yang rendah jika terjadi gerakan tanah. Pada
zona ini potensi gerakan tanahnya adalah sangat rendah Zona risiko rendah adalah zona dimana berpotensi terlanda
dan berupa dataran pantai atau areal pantai yang sangat goncangan gempa bumi dengan intensitas antara IV - V
datar. Zona Risiko Bencana gerakan Tanah Sangat Rendah MMI (Modified Mercally Intensity). Di wilayah ini berpotensi
ini luasnya sekitar 5% dari seluruh luas daerah penyelidikan. terjadi kerusakan bangunan, namun kecil kemungkinan ter-
jadi kerusakan geologis skala terbatas. Percepatan gempa
bumi antara 0,15 - 0,2 g.
16.4 Evaluasi Risiko Bencana Gempa Bumi Kabupaten Ta-
sikmalaya, Jawa Barat
Peta Zona risiko bencana gempa bumi merupakan peta
yang menunjukkan tingkatan zonasi risiko objek bencana
Gambar 16.4 Pemukiman cukup padat dan fasilitas pasar di zona risiko
tinggi.
Gambar 16.9 Puncak Gunung Ambang difoto ke arah barat daya yang
merupakan bukaannya.
e. Mata Air Panas irigasi sudah hampir maksimum, sehingga kebutuhan air
Salah satu Mata air panas terdapat di Desa Bangunan Wu- untuk pesawahan di daerah ini cukup baik.
wuk yang berjarak 6 km sebelah timur Kotamobagu atau
sebelah barat daya Gunung Ambang kira-kira 7 km dari 16.7 Identifikasi dan Rekomendasi Kebakaran Batubara
Pos Pengamatan Gunung Ambang di Desa Purworejo, Ke-
camatan Modayag. Kawasan ini sebetulnya berpotensi un- Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki lima
tuk geowisata, selain suhu airnya cukup baik (lebih dari 38° pulau besar, yaitu Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan
C) juga debitnya diperkirakan lebih dari 10 liter per detik, Irian. Kalimantan merupakan pulau yang memiliki potensi
berada di dataran yang relatif rendah. Mata air ini masih sumber daya mulai dari sumber daya alam sampai sumber
sangat berkaitan dengan keadaan struktur geologi yang daya mineral. Sumber daya mineral yang paling banyak
berhubungan dengan keberadaan Gunung Ambang. tersedia adalah minyak bumi dan batubara.
Kompleks mata air ini nampaknya sudah dikembangkan Salah satu parameter yang menentukan nilai jual batubara
oleh penduduk setempat untuk keperluan wisata, namun adalah nilai kalori. Unsur kalori ini sangat ditentukan oleh
pengunjung sangat minim, sehingga pemeliharaannya jumlah karbon murni (C) yang terkandung dalam batuba-
kurang baik. Terlihat di lapangan dari bangunan-bangunan ra. Konsentrasi unsur C akan semakin tinggi seiring dengan
yang telah ada sangat tidak terawat. tingkat pembatubaraan yang semakin berlanjut. Sedangkan
gas-gas yang terbentuk, yaitu metan, karbon dioksida ser-
f. Mata Air Sungai dan Air terjun ta karbon monoksida, dan gas-gas lain yang menyertainya
akan masuk dan terperangkap di celah-celah batuan yang
Tempat-tempat aliran sungai yang membentuk air terjun, ada di sekitar lapisan batubara. Metan adalah gas ringan
sangat berpotensi untuk tujuan wisata, selain potensi tena- dengan berat jenis 0,558, tidak berwarna, dan tidak berbau.
ga air untuk keperluan energi listrik. Pada kawasan Gunung Gas ini berinteraksi dengan udara bebas sebagai akibat
Ambang, daerahnya bergelombang dan banyak ditemu- terbukanya lapisan batubara dan batuan di sekitarnya oleh
kan lembah-lembah yang terjal dan pada aliran sungainya kegiatan penambangan atau akibat longsoran. Gas metan
membentuk air terjun. dapat terbakar dan meledak ketika kadarnya di udara se-
Air terjun tersebut diantaranya adalah air terjun Molipu kitar 5-15 persen dengan ledakan paling hebat pada saat
ngan berlokasi di kampung Kobo Kecil, kira-kira 5 km ke konsentrasinya 9,5 persen pada saat terdapat sumber api
arah selatan Kotamobagu, dapat ditempuh dengan ken yang memicunya.
daraan roda empat atau roda dua. Kawasan ini cukup subur, Kebakaran batubara telah membawa dampak negatif bagi
dimanfaatkan sebagai daerah pesawahan yang cukup luas kehidupan manusia dan umumnya kebakaran batubara
pada bagian dataran di bawahnya. Pemanfaatan air untuk sangat sulit untuk dipadamkan dengan cara penyiraman di
permukaan. Kebakaran batubara tidak hanya terjadi pada
batubara yang tersingkap di permukaan, tetapi juga dapat
terjadi di bawah permukaan pada lapisan batubara (coal
seam). Beberapa lokasi kebakaran batubara yang telah ter-
jadi di Indonesia antara lain di Sumatra Selatan, Bengkulu,
Kalimantan Selatan, dan yang terbanyak titik apinya di Ka-
limantan Timur sebanyak 157 titik api, dengan 34 titik ba-
tubara terbakar sudah dipadamkan (Kanwil DESDM Provinsi
Kalimantan Timur, 2001). Disamping itu menindaklanjuti in-
formasi oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Kali-
mantan timur mengenai keberadaan batubara terbakar dan
survei yang dilakukan tahun 2001 oleh Distamben maka
dilakukan pengecekan ulang.
Oleh karena itu sebagai upaya untuk meminimalkan dam-
pak yang timbul akibat kebakaran batubara, pada tahun
anggaran 2012 Badan Geologi melaksanakan Survei tinjau
dan Pemadaman terhadap kawasan yang berpotensi terda-
patnya batubara terbakar dan mengancam fasilitas umum.
• Lokasi Pelaksanaan: Kalimantan (Kalbar)
• Kalimantan Selatan (Banjarmasin)
• Kalimantan (Tarakan)
• Sumatra (Riau)
• Sumatra (Sumsel)
sedangkan Gunung Galunggung sebagai tempat fieldtrip- ini dilakukan agar perubahan aktivitas gunung api dapat
nya. terpantau dengan baik dari data deformasi maupun data
suhu.
Metodologi
Secara umum tahap pekerjaan instalasi stasiun pemantauan
Kegiatan pelatihan penanggulangan bencana Gunung Ga-
adalah instalasi stasiun pengirim lapangan, instalasi stasiun
lunggung dilakukan dengan metode penyampaian materi
penerima data di pos pengamatan serta instalasi repeater
terkait penanggulangan bencana Gunung Galunggung
( jika diperlukan).
oleh fasilitator dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Ben-
cana Geologi (PVMBG) yang bertatap langsung dengan a. Instalasi Stasiun Lapangan
peserta dari aparat pemerintah daerah dan instansi yang Komponen stasiun lapangan terdiri dari sensor (suhu, til-
terkait dengan penanggulangan bencana di Kabupaten tmeter), sistem akuisisi data, sistem catu daya dan sistem
Tasikmalaya. Dilanjutkan dengan diskusi interaktif, tanya transmisi data. Sensor suhu yang digunakan adalah sen-
jawab, simulasi, dan kegiatan ekskursi lapangan. Pengisian sor suhu jenis semikonduktor LM 35. LM 35 adalah sensor
kuisioner oleh peserta juga merupakan salah satu bagian suhu yang cukup teliti dimana output tegangan keluaran
dari kegiatan ini. sangat linear dengan perubahan suhu. Tiltmeter yang di-
Materi Pelatihan gunakan adalah tiltmeter Applied Geomechanics dengan
analog output. Sistem akuisisi data menggunakan sistem
Materi pelatihan meliputi:
TLR yang memiliki 8 kanal. Kelebihan sistem ini adalah kon-
• Perkenalan
sumsi power yang kecil dan daya jangkau sinyal yang luas.
• Pengantar Kegiatan dan Kurikulum
Sistem power yang digunakan adalah 2 buah solar panel
• UU No 24 Tahun 2007
dan aki. Radio VHF dan antenna Yagi digunakan sebagai
• Sistem Nasional Penanggulangan Bencana
media transmisi data.
• Pengantar Penanggulangan Bencana
• ICS (Incident Command System) dan Manajemen Keda-
ruratan
• Perencanaan dan Koordinasi
• Profil dan Peta KRB Gunung Galunggung
• Review dan Aplikasi Rencana Kontinjensi
b
• Penjelasan Simulasi Evakuasi
• Simulasi Evakuasi
• Ekskursi Lapangan
Evaluasi
Setiap peserta pelatihan diminta untuk mengisi kuisioner
mengenai pelaksanaan kegiatan pelatihan baik dalam kelas
maupun saat ekskursi untuk mengevaluasi kegiatan pelati- a
han ini. Dari hasil pengisian kuisioner peserta diperoleh
hasil bahwa pelatihan ini sudah sesuai dengan tujuan dan Gambar 16.13 a. Skema sensor yang ada di dalam casing. Sensor suhu
harapan peserta. Sedangkan pada kegiatan ekskursi pe- yang digunakan adalah LM35 kemudian dikemas dengan casing stainless
serta telah dapat memahami prosedur evakuasi dan simu- steel. Gambar bawah menunjukkan foto sensor suhu yang sudah
lasi serta peserta mendapatkan informasi yang cukup dari dikemas. b. Sensor tiltmeter yang digunakan untuk instalasi.
fasilitator saat di lapangan.
b. Instalasi Stasiun Penerima
Perangkat sistem monitoring (Telemetri Laju Rendah) ke-
Peralatan yang dipasang pada stasiun penerima, antara
bencanaan geologi hasil rancang bangun pada tahun 2012
lain antenna penerima, modem penerima data, komputer
telah diimplementasikan di 4 gunung api, yaitu Gunung
penerima beserta monitor dan modem GSM. Secara umum
Soputan (Pemantauan Deformasi dan Suhu Tanah), Lokon
tahap pemasangan peralatan pada stasiun penerima adalah
(Pemantauan Suhu Tanah), Mahawu (Pemantauan Suhu
sebagai berikut:
Tanah), dan Gunung Galunggung (Pemantauan Suhu danau
• Memasang antenna penerima dan konektor antenna
Kawah).
kemudian menghubungkannya ke modem TLR.
Implementasi sistem ini sangat bermanfaat untuk menam- • Memasang komputer penerima data dengan sistem
bah data dan parameter pemantauan real-time kontinyu, operasi Windows.
sehingga memperkaya informasi aktivitas gunung api yang • Memasang modem dan power supply modem beserta
dipantau sebagai penunjang pengambilan keputusan. kabel data RS232 dari modem ke komputer.
• Menginstal program Terminal Akuisisi Data TLR. Ke-
Diharapkan dengan terpasangnya sistem pemantauan hasil
mudian mensetting port sesuai keperluan, selanjut
rancang bangun sendiri ini di 4 gunung api per tahun miti-
nya mensetting baudrate 300 BPS. Pekerjaan berikut
gasi bencana letusan akan semakin optimal.
nya adalah mensetting Stasiun yang meliputi Nama
Pekerjaan instalasi tiltmeter dilakukan di Gunung Batur dan Stasiun, Code TLR, Title, Direktori Penyimpanan Data
Soputan. Sedangkan instalasi sensor suhu dilakukan di Gu- dan Direktori Penyimpanan ke Database. Disamping
nung Lokon, Mahawu, Soputan dan Galunggung. Instalasi
Gambar 16.14 Skema TLR (kiri atas) untuk akuisisi data di lapangan ke-
mudian mengirimkannya melalui radio. Gambar kanan atas menunjuk-
kan foto TLR. Skema modem (kiri bawah) untuk menerima sinyal radio
dari lapangan. Gambar kanan bawah menunjukkan foto modem pener-
ima data TLR.
itu juga mensetting channel-channel data yang digu- Galunggung yang memerlukan stasiun pengulang/repea-
nakan, meliputi data sensor yang digunakan, dan te- ter, karena sinyal yang dikirim dari stasiun lapangan tidak
gangan battery. dapat diterima langsung di stasiun penerima di Pos Gunung
• Menginstal Program Tambora for DataBase agar data Galunggung.
dapat terkirim ke BPPTK Yogyakarta via SMS.
Prinsip kerja repeater ini adalah menerima data dari stasiun
• Menginstal GSM Modem, Sim Card dan Power Supply.
lapangan, menampungnya di memori, kemudian dikirim ke
• Mensetting Program Tambora for Database. Di bagian
stasiun penerima. Dengan cara ini hanya diperlukan sebuah
Properties di-set Port Com sesuai yang diinginkan,
radio HT sebagai transmisi radio.
kemudian mensetting Baudrate yang selanjutnya
mensetting nomor HP penerima pengiriman data dari Proses installasi stasiun repeater mulai dari pemasangan
komputer. tiang antene, mengatur posisi antene ke arah Pos Penga-
matan, pemasangan solar panel, penyambungan modul re-
c. Instalasi Stasiun Repeater peater, serta penempatan modul repeater dan accu beserta
Stasiun repeater berfungsi sebagai penghubung antara sta- regulator solar panelnya ke dalam kotak peralatan. Hasil
siun lapangan dengan stasiun penerima, karena keadaan instalasi stasiun repeater di gunung Galunggung, seperti
geografis tertentu sinyal tidak bisa dikirim secara langsung. pada Gambar 16.16.
Dari keempat gunung yang tersebut di atas hanya Gunung
Gambar 16.16 Stasiun repeater yang dipasang pada bibir kawah sebelah tenggara gunung Galunggung (A) dan modul repeater dan accu
beserta regulator solar panelnya ke dalam kotak peralatan (B).
1 Gunung Lokon, Instalasi Stasiun Pemantauan Sistem TLR, Catudaya (aki, 1°21'45,96" N
Sulawesi Utara suhu solar panel dan regulator) 124°48'12,49" E
a. Instalasi stasiun lapangan antenna dan sensor suhu 1106 m.
b. Instalasi stasiun penerima Antenna, Komputer
c. Instalasi software pengirm Modem TLR Pos Pengamatan Gunung api
dan penerima data Mahawu dan Lokon (desa
Sistem Akuisisi Data “
d. Ujicoba dan evaluasi data Kaskasen II Tompaluan
Kaciri for Akuisisi Data”
hasil pemantauan
2. Gunung Mahawu, Instalasi Stasiun Pemantauan Sistem TLR, Catudaya (aki, 1º 21’ 17,9” N 124º 51’ 46 “ E.
Sulawesi Utara suhu solar panel dan regulator)
a. Instalasi stasiun lapangan antenna dan sensor suhu,
Pos Pengamatan Gunung api
b. Instalasi stasiun penerima Antenna, Komputer
Mahawu dan Lokon (desa
c. Instalasi software pengirm Modem TLR
Kaskasen II Tompaluan
dan penerima data Sistem Akuisisi Data “Kaciri
d. Ujicoba dan evaluasi data for Akuisisi Data”
hasil pemantauan
3. Gunung Soputan, Instalasi Stasiun Pemantauan Sistem TLR, Catudaya (aki, 1º 07’ 36,3” N 124º 43’ 8,8 “ E.
Sulawesi Utara suhu dan tiltmeter solar panel dan regulator) 989 m
a. Instalasi stasiun lapangan antenna dan sensor suhu,
b. Instalasi stasiun penerima sensor tilt jenis borehole
c. Instalasi software pengirm Pos Pengamatan Gunung Soputan
Antenna, Komputer
dan penerima data
Modem TLR
d. Ujicoba dan evaluasi data
hasil pemantauan Sistem Akuisisi Data “Kaciri
for Akuisisi Data”
4. Gunung Galunggung, Instalasi Stasiun Pemantauan Sistem TLR, Catudaya (aki, S : 07,25663o, E: 108,07749o, 1125
Jawa Barat Suhu solar panel dan regulator) mdpl
a. Instalasi stasiun lapangan antenna dan sensor suhu, S : 07,25791o E: 108,08006o
b. Instalasi stasiun repeter Catudaya (aki, solar panel Alt: 1217 m, di bibir kawah sisi
c. Instalasi stasiun penerima dan regulator) antenna tenggara Gunung Galunggung
d. Instalasi software pengirm
Antenna, Komputer Pos Pengamatan Gunung
dan penerima data
Modem TLR Galunggung di Desa
e. Ujicoba dan evaluasi data
Sistem Akuisisi Data “Kaciri Padakembang, Singaparna,
hasil pemantauan
for Akuisisi Data” Tasikmalaya, Jawa Barat.
Breksi gunung api dan tufa dengan sisipan lava pejal bersusunan
Formasi Cikancana(Tmc) 2 perconto
andesit, breksi lava, lava bantal,tufa pasiran dan tuf gampingan
Tuf Banten Atas (Qvtb) Bagian atas, tuf sela, tuf berbatuapung dan tuf pasiran 10 perconto
Batuan Gunung api Danau Lava aliran bersusunan andesit/basal dan terkekarkan, breksi
3 perconto
Muda (Qvd) gunung api dan tuf
Batuan Gunung api Danau Tua Lava aliran bersusunan andesit atau basal dan terkekarkan,
3 perconto
(Qpd) breksi gunung api dan tuf
Endapan Pantai (Qc) Kerikil, pasir, lempung, rombakan batugamping koral dan
cangkang moluska atau kerang, gosong pasir dan batugamping 1 perconto
terumbu
Basal (Qb) Basal, basal olivin dan andesit piroksen 2 perconto
Breksi Tapos (Qvb) Breksi gunung api, lava, tuf dan aglomerat 2 perconto
Batuan Gunung api Endut (Qpv) Breksi gunung api, lava dan tuf 14 perconto
Tuf Citorek (Tpv) Tuf batuapung, tuf sela, tuf kaca, breksi tufan dan lava 5 perconto
Breksi tufan, tuf batuapung, tuf sela, tuf dasit, lava, batupasir
Tuf Malingping (Tpmt) 13 perconto
tufan dan lempung tufan
Formasi Cikotok (Temv) Breksi gunung api, tuf, lava, batuan terubah dan urat kuarsa 1 perconto
Endapan Danau (Qc) Lempung tufan, batupasir tufan, kerikil tufan dan konglomerat 3 perconto
Hasil Gunungapi Muda, Lava (Qyl) Lava andesit, basal hasil gunung api muda 14 perconto
Hasil Gunung api Muda Tak Teruraikan (Qyu) Pasir tufan, lapili, breksi, lava, aglomerat 13 perconto
Hasil Gunung api Tua, Breksi (Qvb) Breksi gunung api, aliran lahar 7 perconto
Hasil Gunung api Tua, Lava (Qvl) Lava menunjukkan kekar lempeng dan kekar tiang 4 perconto
Hasil Gunung api Tua Tak Teruraikan (Qvu) Breksi gunung api, lahar dan lava berselang-seling 12 perconto
Hasil Gunung api Lebih Tua (Qob) Breksi, lahar dan pasir tuf berlapis-lapis dengan kemiringan yang kecil 8 perconto
Batupasir Tufan, Lempung, dan Konglomerat Batupasir tufan, kadang-kadang mengandung batuapung, lempung
6 perconto
(Qos) mengandung sisa-sisa tumbuhan, konglomerat, breksi dan pasir halus
Breksi dan Lahar dari Gunung Gede (Qyg) Batupasir tufan, serpih tufan, breksi tufan dan aglomerat tufan 16 perconto
Bukit-Bukit Kecil Terutama Bongkahan Bongkahan basal membentuk gugusan bukit-bukit kecil di atas dataran
2 perconto
Basal (Qyc) Cianjur
Breksi dan Lava di daerah Gunung Limo Bongkahan tuf andesit, breksi andesit dan lava andesit sepanjang Sungai
3 perconto
(Qyk) Cibeet dan Sungai Cikundul
Hasil Gunungapi Tua, Breksi, Lahar, Lava Breksi gunungapi, breksi aliran, endapan lahar dan lava menunjukkan
14 perconto
(Qob) kekar lempeng dan tiang. Susunannya antara andesit dan basal
Batupasir dan konglomerat berasal dari endapan lahar Qob. Satuan ini
Batupasir Tufan dan Konglomerat (Qos) menempati sebagian besar dataran Plered dan tanah meja di timurlaut 7 perconto
Purwakarta
Tuf Batuapung, Batupasir Tufan (Mt) Breksi tufan berbatuapung, batupasir tufan, napal, tufan 3 perconto
Anggota Batulempung Formasi Subang Umumnya batulempung yang mengandung lapisan-lapisan dan nodula
(Msc) batugamping napalan keras, napal dan lapisan-lapisan batugamping
2 perconto
abu-abu tua setebal 2 atau 3 meter. Kadang-kadang mengandung sisipan
batupasir glaukonit hijau
Anggota Napal dan Batupasir Kuarsa Napal abu-abu tua, batulempung napalan dan serpih lempungan dengan
15 perconto
Formasi Jatiluhur (Mdm) sisipan-sisipan batupasir kuarsa, kuarsit dan batugamping napalan
Anggota Batugamping Formasi Batugamping pejal sampai batugamping berlapis, kebanyakan berwarna
5 perconto
Rajamandala (Oml) muda dengan foraminifera besar berlimpah
Andesit Horenblenda dan Porfir Diorit Intrusi-intrusi yang umumnya tersusun dari plagioklas menengah dan
9 perconto
Horenblenda (ha) horenblenda di sekitar Gunung Sanggabuwana dan Gunung Parang
Formasi Kalibaru (Qpvk) Breksi lahar konglomerat, batupasir tufan dan tuf 8 perconto
Breksi Argopuro (Qvab) Breksi gunung api bersusunan andesit, bersisipan lava 2 perconto
Tuf Argopuro (Qvat) Tuf, tuf sela, tuf abu dan tuf lava 9 perconto
Formasi Mandiku (Tmm) Breksi gunung api dan tuf breksi berkomponen andesit dan basal bersisipan tuf 17 perconto
Formasi Puger (Tmp) Batugamping terumbu bersisipan breksi batugamping dan batugamping tufan 8 perconto
Tabel 17.7 Koleksi Geologi Daerah Lembar Jember, Jawa Timur (lanjutan)
Formasi Merubetiri (Tomm) Perselingan breksi gunung api, lava dan tuf, terpropilitkan 14 perconto
Formasi Batuampar (Tomb) Perselingan batupasir dan batulempung bersisipan tuf, breksi dan konglomerat 14 perconto
17.8 Penelitian Fosil Vertebrata di Situs Paleontologi Di daerah aliran yang dekat dengan singkapan tempat
Semedo, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten
ditemukan fosil tulang panjang vertebrata.
Tegal, Jawa Tengah 2. Suwuk
Berdasarkan kondisi di lapangan, daerah observasi dibagi Di lokasi ini dijumpai endapan marin lempung kebiruan,
menjadi dua daerah utama, yaitu Daerah Barat dan Daerah dijumpai fosil-fosil moluska bivalvia gastropoda: Turritella
Timur. sp., Arca sp, Paphia sp.
A. Daerah Barat: Hal ini seperti dibagian Barat merupakan jenis singkapan
1. Pesarean Gunung Putri endapan laut yang masih memberikan kenampakan yang
sama. Kondisi lempung biru yang masih tersebut mer-
Di lokasi Gunung Putri dijumpai fragmen fosil vertebrata
upakan ciri endapan laut dengan adanya fosil moluska
berupa temuan permukaan dari komplek pemakaman
yang banyak dijumpai.
yang berupa pedataran di puncak bukit. Di lintasan kom-
pleks pemakaman Gunung Putri ini, litologi didominasi 3. Cempluk Wuni
oleh lapisan batupasir halus hingga kasar, coklat terang, Dilokasi Cempluk Wuni didominasi satuan batuan batu-
dengan struktur perlapisan. pasir berukuran halus hingga sedang yang merupakan
2. Kalijamu bagian atas dari satu bukit. Lokasi tersebut merupakan
jajaran dari titik triangulasi kawasan hutan Semedo.
Di lokasi ini dijumpai fosil-fosil moluska temuan permu-
kaan berupa moluska bivalvia jenis famili Veneridae pada 4. Gamprit
lapukan batulempung masif kebiruan. Litologi batulem- Di lokasi ini ditemui singkapan berupa batuan konglomerat
pung masif kebiruan merupakan bagian bawah dari batu- yang menerus akan tetapi struktur cukup kuat sehingga
pasir berbutir halus yang diinterpretasikan merupakan perlapisan tersebut banyak terpotong sehingga kelurusan
bagian pasang surut dari lingkungan laut dangkal men- perlapisan banyak mengalami patahan. Lokasi tersebut
garah ke atas berubah menjadi fasies darat yang ditun- berupa lereng bukit dengan gawir menghadap ke selatan.
jukkan litologi batupasir kecoklatan terang berukuran ha- Litologi yang mendominasi pada sayap Timur dari bukit
lus yang berada diatasnya (lokasi Gunung Putri). triangulasi berupa batuan konglomerat dan batupasir
3. Ujung Kalen Kawi berukuran kasar. Fosil vertebrata banyak ditemukan baik
dipermukaan maupun secara insitu.
Di Ujung Kalen Kawi dijumpai singkapan batuan dengan
urutan litologi dari tua ke muda: konglomerat,batupasir 17.9 Penelitian Fosil Vertebrata di Daerah Nglingi Bojo
kasar diatasnya terendapkan batulempung pasiran. Kon- negoro, Jawa Timur
glomerat dan batupasir berbutir kasar dengan struktur
silang siur yang berpotensi mengandung fosil vertebrata A. Lokasi potensial fosil vertebrata berdasarkan penye-
di mana pada batupasir tersebut dijumpai fragmen fosil lidikan terdahulu
tulang rusuk dari Bovidae. Berdasarkan penelitian terdahulu (van Es, 1931; laporan in-
B. Daerah Timur ternal Museum Geologi, 2010) diperoleh data pendahuluan
sebagai berikut:
1. Brug Picis
1. Prangi, Desa Prangi, Kecamatan Padangan
Di lokasi Brug Picis dijumpai singkapan berupa bat- 2. Taji, Desa Taji, Kecamatan Tambakrejo
ulempung masif berwarna kebiruan dengan dijumpai 3. Ndempul, Desa Wotanngare, Kecamatan Kalitidu
nodul-nodul gamping. Diinterpretasikan pada endapan 4. Sungai Kalitidu, Brangkal, Desa Wotanngare, Kecamatan
ini berupa apakah merupakan endapan badai. Karena Kalitidu
tampak berupa lapisan yang dibentuk dari materi-materi
darat seperti kerikil-kerikil dan batang-batang pohon B. Pengumpulan dan Penggalian (Excavation) Fosil Ver-
yang terseret dari darat dan terendapkan ke dasar laut. tebrata
Pada tahap pengumpulan fosil vertebrata dari permukaan,
didapatkan beberapa jenis fauna, berupa jenis fosil ikan,
Gambar 17.2 Panorama kawah Gunung Kelud saat ini, dengan kubah lava
2007 yang terletak di bagian tengah kawah ini.
Gambar 17.1 Fosil hasil temuan permukaan pada teras sungai Jono
di daerah kecamatan Ngasem.
17.10 Survei Geologi Untuk Pembuatan Materi Edukasi
Daerah Pacitan, Jawa Timur
Pacitan merupakan salah satu daerah yang memiliki ke-
kerbau, rusa, gajah, babi dan banyak lainnya walaupun ser- unikan dari segi geologi. Wilayah ini juga penting secara
ing sulit untuk di identifikasi karena berupa pecahan-peca- arkeologis karena ditemukannya gua-gua gamping yang
han kecil atau berupa pecahan gigi menjadi hunian manusia prasejarah. Oleh sebab itu daerah
Pacitan disebut situs geoarkeologi.
17.9 Penelitian Fenomena Geologi untuk Warisan Geologi, Lokasi-lokasi daerah survei yang berada di Kabupaten Paci-
Evolusi Gunung Kelud dan Implikasinya tan dan merupakan daerah survey adalah sebagai berikut:
Gunung Kelud (+1731 M) terletak pada 7,65° LS dan 112,19° Kawasan kars Gunung Sewu, khususnya daerah Pacitan, Si-
BT adalah salah satu gunung api strato yang paling aktif tus Song Terus, Situs Song Keplek, Gua Tabuhan, Gua Gong,
dari busur Sunda. Gunung ini terletak di wilayah Kabupaten Kali Baksoko, Ngrijangan, Sungai Grindulu (Desa Arjosari,
Kediri, Blitar, dan Malang, Provinsi Jawa Timur. Desa Grenjeng, Desa Kemuning, dan Desa Gemahharjo),
Pucangombo, Worawari, Sungai Maron, Luweng Ombo,
Analisis Pendahuluan Situs Gua Kalak, Situs Song Gupuh, Situs Song Gede, dan
Hipotesis adanya dua tapal kuda kawah besar (Prato- Situs Song Kiyut.
mo, 1989) telah diperkuat oleh observasi lapangan
setelah letusan Kelut pada tahun 1990, terutama un-
tuk tubuh bagian barat gunung api ini.
Kehadiran kubah marjinal di akhir longsoran dinding
kawah, dan kubah-kubah eksentrik, merupakan fakta
penting, karena keterdapatannya sesuai dengan sis-
tem rekahan radial gunung api ini.
Sistem rekahan yang berkembang pada tubuh gu-
nung api ini merupakan kombinasi aktivitas gunung
api itu sendiri dan tektonik regional dan telah me-
mainkan peran aktif dalam mendestabilisasi bagian
lereng gunung api ini, yang menghasilkan dua am-
phitheatres yang tumpang tindih di kawasan puncak
Gunung Kelud.
Gambar 17.3 Kerangka manusia yang ditemukandi gua Song Terus.
Gambar 18.1 Lokasi Pengecekan Lapangan Dalam Area Kegiatan Gambar 18.2 Contoh Hasil Interpretasi Geologi setelah Pengecekan
Pemetaan Geologi Rinci Tahun 2012. Lapangan Lembar Sorong.
khususnya magnet dan radiometri, dengan tinggi terbang mic dan well data, yang dianalisis dan diintegrasikan untuk
kisaran 100 hingga 200 m dibatas terrain. Dengan kajian menyusun geological prognosis Cekungan Lariang.
metoda ini sifat-sifat fisika yang terkandung dalam mineral
Kesimpulan yang dihasilkan pada penyelidikan ini adalah:
pembentuk batuan di bawah permukaan dapat dikaji secara
• Formasi Lisu yang dijadikan target reservoir utama
rinci dan cepat. Perbedaan kerentanan magnet, elektromag-
adalah endapan sedimen mud dominated sehingga
net hingga kandungan radio aktif dari mineral pembentuk
merupakan poor quality reservoir.
batuan digunakan sebagai pendekatan dalam menentukan
• Perbedaan antara Cekungan Lariang dan Cekungan
struktur geologi dan cadangan keberadaan sumber daya
Karama dengan Cekungan Kutai adalah dari jum-
energi dan mineral.
lah sediment supply, dimana sumber sediment supply
cekungan-cekungan di Kalimantan Timur merupakan
18.3 Assessment Migas Lariang suatu kerak kontinen Sundaland yang sangat besar,
sedangkan sumber sediment supply pada Cekungan
Di Cekungan Lariang terdapat banyak prospek yang ber-
Lariang adalah sebuah kontinen mikro (S-W Sulawesi
hubungan dengan lipatan-lipatan pada thrust fold belt sys-
micro continent).
tems. Target utama reservoir perusahaan migas sejauh ini
• Cekungan Lariang hanya merupakan suatu cekungan
di Cekungan Lariang adalah batupasir basin floor/batupasir
yang sempit dan kecil dengan suplai sedimen yang
turbidit Formasi Lisu. Konsep eksplorasi Cekungan Lariang
kurang sehingga tidak memungkinkan terbentuknya
yang selama ini digunakan oleh perusahaan migas adalah
suatu sistem pengendapan delta atau basin floor sand
dengan membuat ekuivalensi antara Cekungan Kutai (yang
seperti pada Cekungan Kutai dan juga terdapat aktivi-
terbukti memproduksi migas) dengan Cekungan Lariang.
tas vulkanik pada Cekungan Lariang pada saat pem-
Source rock Formasi Tanjung (endapan syn-rift Eosen) di
bentukan Formasi Lisu (Miosen) sehingga menyebab-
Cekungan Kutai dianggap ekuivalen dengan Kelompok
kan karakteristik batupasir Formasi Lisu adalah meru-
Toraja (endapan syn-rift Eosen) di Cekungan Lariang. Adan-
pakan mud dominated sediment. Sedangkan di Cekun-
ya pembentukan hidrokarbon di Cekungan Lariang terbukti
gan Karama, batuan berumur Miosen adalah volcanic
dengan adanya oil seep. Proven reservoir rocks di Cekungan
sediment dan juga mud dominated.
Kutai (batupasir fluvio-deltaic dan batupasir turbidit Mio-
• Target reservoir lainnya yang belum terbukti di Cekun-
sen) dianggap ekuivalen dengan endapan Miosen Formasi
gan Lariang adalah carbonate build up, slope fan de-
Lisu.
posits, dan fluvial sediment berumur Eosen/Kelompok
Selain di Cekungan Lariang, penyelidikan juga dilakukan di Toraja.
Cekungan Karama untuk melihat perbedaan batuan pengisi
kedua cekungan ini. Cekungan Lariang dan Cekungan Kara-
18.4 Assessment Migas Papua Selatan dan Tanimbar
ma merupakan dua cekungan yang terdapat pada Sulawesi
Barat. Batuan tertua penyusun Cekungan Lariang adalah Regional stratigrafi Papua (Pigram dan Panggabean, 1984)
Batuan Dasar Mesozoik, kemudian ditindih tidak selaras dan stratigrafi Tanimbar (Charlton, 2010) dapat dikore-
oleh Kelompok Toraja yang terdiri atas Formasi Kalumpang lasikan berdasarkan umur dan even tektonostratigrafinya.
(Middle Eocene-Late Eocene) dan Formasi Budong-Budong Batuan berumur Pre - Permian, di Papua diwakili oleh enda-
(Middle Eocene-Late Oligocene). Kelompok Toraja ini ditin- pan dolomit Modio dimasukkan ke dalam Sekuen Sedimen
dih oleh Formasi Lisu (Early Miocene-Early Pliocene) dan Pre - Permian. Di atasnya adalah Sekuen Tipuma & Aiduna,
Formasi Pasang Kayu (Lower Early Pliocene-Pleistocene) adalah endapan Permian – Triassic, di daerah Papua diwakili
serta Endapan Kuarter yang menindih tidak selaras semua oleh Tipuma Fm. dan Aiduna Fm., sedangkan di Tanimbar
formasi batuan di bawahnya adalah Selu Fm, Wotar Fm. dan Maru Fm. Berikutnya adalah
Sekuen Kembelangan, yang di daerah Papua diwakili Kopai
Sedangkan pada formasi-formasi batuan penyusun Cekun-
Fm., Woniwogi Fm., Piniya Fm. dan Ekmai Fm., sedangkan
gan Karama adalah Formasi Mapi (Middle Miocene-Pio-
di Tanimbar adalah Ungar Fm. dan Bubuan Mud Fm. Sete-
cene), Formasi Mandar (Middle Miocene-Piocene), Kelom-
lah itu adalah seri batugamping Upper Cretaceous sampai
pok Gunung api Adang (Middle Miocene-Late Miocene)
Miocene, yang diberi nama Sekuen Nugini Limestone dan
serta ditindih secara tidak selaras oleh Endapan Kuarter
paling atas adalah batuan klastik Middle Miocene sampai
(Gambar 6.62). Yang menjadi fokus penyelidikan adalah
Kuarter dimasukkan ke dalam Sekuen Sedimen Mid Ter-
Cekungan Lariang, khususnya pada Kelompok Toraja, yaitu
tiary-Quarternary. Yang menjadi fokus dalam penyelidikan
Formasi Kalumpang yang diendapkan pada lingkungan flu-
ini adalah batuan Pra Tersier, khususnya Sekuen Tipuma &
vio-deltaic dan Formasi Budong-Budong yang merupakan
Aiduna dan Sekuen Kembelangan. Pengelompokan ber-
endapan laut dalam, serta Formasi Lisu yang merupakan
dasarkan sekuen pengendapan ini bertujuan untuk memu-
endapan laut dangkal. Carbonaceous Shale Formasi Ka-
dahkan korelasi regional yang berhubungan dengan identi-
lumpang merupakan batuan induk penghasil hidrokarbon
fikasi keberadaan petroleum system di Papua selatan.
yang bagus dengan nilai TOC (Total Organic Carbon Con-
tent) 5,11% hingga 58,25%. Sedangkan potensi reservoir Kesimpulan yang dihasilkan pada penyelidikan ini adalah:
ada pada batupasir Formasi Kalumpang dan Formasi Lisu. 1. Westralian petroleum system (Sekuen Kembelangan),
yang dicirikan oleh marine Jurassic source rocks, yang
Data yang digunakan untuk penyelidikan ini adalah analogi
merupakan petroleum system utama di ZOC (The Joint
outcrop di lintasan Lariang dan lintasan Karama. Selain data
Zone of Cooperation in the Timor Sea) dan lapangan-
permukaan juga digunakan data bawah permukaan, seis-
lapangan northern Australian dan semua lapangan-
Kesimpulan dari kegiatan ini adalah: Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
a. Daerah penelitian terdiri dari beberapa satuan batuan
Metodologi penelitian adalah melakukan ekskavasi. Sebe-
sedimen dan batuan beku. Kontak nonconformity
lum melanjutkan penggalian pada trench/ parit ekskavasi
antara andesit dengan sedimen dibawahnya ditandai
terdahulu terlebih dahulu dilakukan pembersihan, kemudi-
oleh baking effect, sedangkan pada kontak bagian
an baru dilanjutkan dengan penggalian rinci dan sangat ha-
permukaan dengan sedimen di atasnya tidak ditemukan
ti-hati/teliti dengan menggunakan peralatan konvensional
baking effect. Batuan beku yang dijumpai adalah andesit
seperti pahat, palu, obeng, kuas dan lain-lain. Penggalian
dengan struktur sedimen meniang, kemungkinan
diperdalam setiap kedalaman 10-15 cm. Setiap temuan baik
merupakan endapan lava. Urutan stratigrafi di daerah
fosil maupun alat-batu di catat posisi 3 dimensi dengan pe-
penelitian dari tua ke muda adalah formasi Meliat,
ralatan Trimble Total Station.
formasi Tabul, dan formasi Sajau.
b. Formasi Meliat di daerah penelitian menempati daerah Di Mata Menge fosil terbanyak yang bisa diidentifikasi ada-
tinggian dan umumnya dijumpai pada punggunggan lah tulang dan gigi Stegodon, termasuk gading, rahang,
bukit sedangkan formasi Tabul umumnya menempati tulang belakang, tulang kaki dan tulang rusuk. Tidak di-
lereng perbukitan atau punggunggan. Formasi Sajau temukan fosil tulang yang masih berartikulasi dan banyak
diendapkan secara tidak selaras berupa angular fosil yang keadaannya rusak sebelum fosilisasi. Kerusakan
conformity yang dikontrol oleh bentukan morfologi dapat diakibatkan karena tertransportasi oleh sungai dan
sedimen tua dibawahnya yaitu formasi Meliat dan/ atau dari injakan gajah sendiri. Estimasi ada fosil Stegodon dari
formasi Tabul. minimal 25 ekor, termasuk individu jantan, dan betina dan
c. Formasi Meliat merupakan endapan fasies estuarine individu dari seluruh kelompok umur.
hingga delta, formasi Tabul merupakan endapan Fosil Stegodon sondaari hanya terdapat di penggalian Tangi
fasies delta hingga fluviatil, sedangkan formasi Sajau Talo, Trench E, Trench F dan trench G. Stegodon sondaari,
merupakan endapan fasies fluviatil. Dijumpai beberapa dengan estimasi tinggi badan sekitar 1 meter, adalah jenis
lapisan tipis batubara, sekitar 25 cm, pada formasi gajah purba yang lebih kecil daripada Stegodon florensis.
Meliat dan Tabul dengan kualitas yang cukup baik. Semasa hidupnya memiliki tinggi badannya antara 1,7 m
Diintepretasikan bahwa dari umur Miosen Tengah pada (betina) dan 2 m ( jantan).
saat pengendapan formasi Meliat ke Miosen Akhir pada
saat pengendapan formasi Tabul terjadi suatu regresi Fosil buaya yang banyak ditemukan berupa gigi yang teri-
yang mengakibatkan pengendapan sedimen berangsur solasi, tapi materialnya belum diteliti. Selain itu juga dite-
ke arah lingkungan yang semakin dangkal. Selanjutnya mukan fosil Komodo, 1 rahang atas dan rahang bawah den-
pada umur Pliosen-Plistosen Akhir terjadi transgresi gan beberapa tulang rangka dari satu lapisan, kemungkinan
sehingga diendapkan secara tidak selaras formasi Sajau besar semua fosil ini dari satu individu. Di Tangi Talo Trench
pada lingkungan darat. F banyak ditemukan fragmen tulang rusuk dan tulang bela-
d. Arah sedimentasi di daerah penelitian berarah hampir kang dari Komodo. Fosil tulang tikus juga ditemukan.
barat laut - tenggara. Satuan batuan tertua, Formasi Jumlah total fosil yang digali di Mata Menge pada tahun
Meliat, yang diendapkan di lingkungan estuarine 2012 adalah 7.023 spesimen. Di Tangi Talo jumlah total
dijumpai di daerah Simenggaris baru dan ke arah timur 1.219 fosil, tapi tidak terdapat alat batu. Kemungkinan be-
diendapkan formasi Tabul pada lingkungan delta di sar manusia purba belum ada di Flores pada waktu lapisan
daerah Sei Ular. Sedangkan formasi Tabul yang dijumpai fosil di Tangi Talo terendap. Jenis fosil yang didapat di lokasi
di Pulau Nunukan merupakan sedimen fluviatil. Formasi masing-masing terdiri dari 7 taxa:
Sajau tersebar secara setempat-setempat dan tidak 1. Fragment tulang dari genus dan species tak dapat
menerus dibeberapa di Pulau Nunukan dan Pulau diidentifikasi (perkiraan sekitar 50% dari jumlah total
Sebatik. Adapun formasi Meliat yang terdapat di Pulau fosil tak dapat di identifikasi karena fragmen terlalu
Sebatik, tersingkap ke permukaan akibat adanya kontrol
struktur Antiklin berarah relatif baratlaut - tenggara.
e. Tata nama stratigrafi satuan batuan di daerah penelitian
berdasarkan pada kronostratigrafi dan litostratigrafi
dari satuan batuan yang diamati di lapangan.
Pembagian tersebut sangat jelas dan beralasan untuk
mengelompokan secara stratigrafi dan sedimentologi.
Adapun keambiguan yang muncul selama pengamatan
lapangan adalah pengelompokan fasies delta, karena
fasies tersebut dijumpai baik di formasi Meliat maupun
Tabul.
Pada tahun ini JGI sudah go internasional dengan 4. Buletin Geologi Tata Lingkungan. Berisi publikasi
anggota dewan redaksi dari luar negeri: ilmiah hasil kegiatan penelitian dan survei oleh Pusat
• Prof. Dr. Tran Van Tri (Vietnam) Lingkungan Geologi. Terdiri dari 3 volume dalam
• Dr. Koji Wakita (Japan) setahun.
• Dr. Dhiti Tulyatid (Thailand) 5. Buletin Sumber Daya Geologi terbit sebanyak 3
• Prof. Dr. Shafeea Leman (Malaysia) Volume dengan nomor ISSN 1907-5367. Dengan
• Prof. Dr. Ng Than Fatt (Malaysia) jumlah makalah sebanyak 15 buah yang menyajikan
Selain lima orang peserta acara workshop ada juga tema mengenai sumber daya energi, mineral dan
mitra bestari JGI dari luar negeri yang bersedia menjadi sistem informasi geografis.
Dewan Editor, yaitu:
• Prof. Dr. H. Verstappen (Netherland)
• Dr. Tim A. Moore (New Zealand)
Pelatihan pengelolaan jurnal elektronik dengan
menggunakan sistem aplikasi Open Journal System
(OJS) untuk memperkenalkan program aplikasi kepada
Dewan Editor dan Sekretariat JGI.
2. Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi dikelola Sek-
retariat Badan Geologi dan terbit 3 kali dalam seta-
hun dengan jumlah makalah 15 makalah dan semua
makalah disajikan dengan bahasa Indonesia. Pada
tahun ini Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi su- Gambar 20.6 Cover Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi Tahun 2012.
20.4 Publikasi berupa Atlas 3. Pemutakhiran Atlas dan Peta Potensi Sumber Daya
Geologi Seluruh Kabupaten di Indonesia pada tahun 2012
1. Atlas Geologi Lingkungan Jabodetabekpunjur. Memuat
ini terlaksana 100% dengan keluaran telah menghasilkan
kumpulan peta tematik berisi informasi geologi ling-
1326 lembar Atlas peta sumber daya geologi untuk 497
kungan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang
kabupaten yang termutakhirkan.
Bekasi, Puncak dan Cianjur.
2. Seminar Sumber Daya Mineral Batur, Kabupaten Bangli, Bali. Hari kedua tanggal 30
Ketahanan sumber daya mineral dan energi merupakan Mei 2012, dilaksanakan kegiatan ekskursi dan peserta
salah satu prioritas pembangunan nasional. Kebijakan mendapatkan penjelasan tentang sejarah Gunung Api
pemerintah tersebut harus diiringi dengan kegiatan Batur, proses terbentuknya batu lava dan bekas-bekas
eks plorasi yang memanfaatkan teknologi eksplorasi aliran lava Gunung Api Batur.
yang terkini dan canggih. Kegiatan ini dimaksudkan un-
tuk memperoleh informasi mengenai perkembangan
eksplorasi sumber daya mineral di Indonesia, perkem-
bangan teknologi eksplorasi dan upaya pengembang
an mineral-mineral yang memiliki nilai ekonomis saat
ini. Pelaksanaan seminar dilaksanakan pada tanggal 10
- 13 Desember 2012, bertempat di Jakarta.
3. Seminar Sasaran Penilaian Kinerja PNS di Lingkungan
Pusat Survei Geologi 11 – 12 September 2012.
21.3 Sosialisasi
1. Penyuluhan dan Ekskursi Purwakarta, Jawa Barat
Gambar 21.5 Sosialisasi di Kabupaten Bangli, Bali.
Kegiatan ini diisi dengan penyuluhan dan ekskursi yang
dilaksanakan selama 2 hari berturut-turut pada 28-29
Maret 2012. Penyampaian makalah dibagi ke dalam
dua sesi, masing-masing sesi diakhiri dengan diskusi.
Hari kedua tanggal 29 Maret 2012, dilaksanakan
kegiatan ekskursi dengan tujuan untuk memperkaya
pengetahuan peserta.
2. Penyuluhan dan Ekskursi di Kabupaten Bangli, Bali
Kegiatan sosialisasi di kabupaten Bangli Bali diadakan
selama dua hari berupa penyuluhan dan ekskursi
pada 29-30 Mei 2012. Penyuluhan diadakan tanggal
29 Mei 2012 yang bertempat di Museum Gunung Api
Gambar 21.4 Ekskursi lapangan di Purwakarta yang dilaksanakan Gambar 21.7 Sosialisasi Peraturan Air Tanah dan Geologi
pada hari ke dua. Lingkungan di Sulawesi Selatan.
kungan yang menyajikan makalah tentang Peraturan Selain kegiatan workshop geopark, Museum Geologi
Menteri ESDM tentang Kawasan Bentang Alam Karst juga mengadakan pameran di sekitar lokasi workshop.
dan Penghematan Air Tanah. Acara ini dihadiri oleh Pameran ini berlangsung bersamaan dengan kegiatan
peserta, yang berasal dari berbagai instansi di wilayah workshop yang bertempat di depan Hotel Dainang
Provinsi Sulawesi Selatan, antara lain: Bappeda Kabu- Pangururan Kabupaten Samosir, Sumatra Utara.
paten/Kota, Dinas dan Instansi terkait di Kabupaten/
7. Pameran Dalam Rangka PIT IAGI ke 41 di Yogyakarta
Kota/Provinsi meliputi, BAPPEDA, Dinas ESDM, Dinas
Kimpraswil, dan Perguruan Tinggi. Ikatan Ahli Geologi Indonesia secara berkala meng
adakan pertemuan ilmiah tahunan. Acara diseleng-
garakan di Hotel Melia Purosani, Yogyakarta. Dalam
21.4 Pameran rangka Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Ahli Geolgi
1. Penyelenggaraan Pameran dan Visualisasi Indonesia (PIT IAGI) yang ke 41 ini, diadakan beberapa
acara diantaranya pemaparan dari para ahli geologi.
Kegiatan pameran merupakan salah satu sarana untuk
mencapai maksud tersebut sekaligus sebagai media
promosi. Hasil-hasil kegiatan inventarisasi, eksplo-
rasi dan konservasi sumber daya mineral, energi fosil
dan panas bumi yang disajikan pada pameran selalu
di
upayakan menyajikan materi secara lengkap dan
akurat serta dikemas dalam tampilan yang menarik.
Selama tahun 2012 telah dilakukan 11 kegiatan pa-
meran. Hal ini menunjukkan bahwa penyelenggaraan
pameran merupakan kegiatan yang sangat diperlukan
oleh masyarakat untuk menggali informasi, terutama
yang berkaitan dengan potensi sumber daya geologi
Indonesia.
2. Pameran Keliling Permuseuman dan Kepurbakalaan di
Sumedang Gambar 21.8 Karangan bunga dari Presiden RI pada acara
Pembukaan PIT IAGI ke-41 di Yogyakarta.
Museum Geologi pada tahun ini mengikuti kembali
Pameran Permuseuman dan Kepurbakalaan yang dise
lenggarakan oleh Museum Sri Baduga yang bekerja 8. Pameran Peringatan HUT Tamben ke 67 di Jakarta
sama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Sumedang.
Peringatan Hari Jadi Pertambangan dan Energi ke-67
Kegiatan ini dilaksanakan pada 3-6 April 2012 dan ber-
mengangkat tema “Energi untuk Kesejahteraan Rak
tempat di Gedung Islamic Center Kabupaten Sume
yat”. Peringatan yang dilaksanakan pada hari Selasa,
dang, dengan tema “Sumedang Tandang Makalangan”.
2 Oktober 2012 ini adalah yang kelima kalinya sejak
3. Pameran Sumber Daya Geologi pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden Repub-
Dalam rangka memperingati hari jadi Museum Geo lik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008.
logi ke-83, diselenggarakan pameran dengan tema Acara tersebut diadakan di lingkungan Kementerian
“Sumber Daya Geologi”. Pameran tersebut dilaksana- ESDM di Jln. Medan Merdeka Selatan No. 18 Jakarta.
kan pada 14-20 Mei 2012 di Gedung Museum Geologi Acara tersebut dibuka dengan upacara yang dipimpin
lantai 2, sayap timur. oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Jero
4. Pameran Museum Geologi di Purwakarta, Jawa Barat Wacik.
Pada kesempatan ini Museum Geologi mengadakan 9. Pameran Peringatan 118 Tahun Museum Zoologicum
pameran di sekitar lokasi seminar. Pameran ini ber- Bogoriense, di Cibinong, Bogor
langsung bersamaan dengan kegiatan seminar yang Pada kesempatan ini Museum Geologi mengadakan
bertempat di depan Hotel Ciwareng Inn, Purwakarta. pameran Open House yang diselenggarakan oleh
Diselenggarakan selama 2 hari pada 28-29 Maret 2012. Museum Zoologi di sekitar lokasi Pusat Penelitian Bi-
Koleksi fosil yang dipamerkan terdiri dari koleksi fosil ologi- LIPI Museum Zoologi Gedung Widyasatwaloka,
Vertebrata yang diperoleh dari daerah Subang. Cibinong Science Center di Jl. Raya Jakarta-Bogor Km.
5. Pameran Museum Geologi di Kabupaten Bangli, Bali 46, Cibinong, pada 3 - 6 November 2012.
Pameran ini bekerja sama dengan Dinas Pendidikan 10. Pameran Gelar Museum Nusantara di Jakarta Conven-
Kabupaten Bangli, Bali, yang berlangsung selama 2 tion Centre, Jakarta
(dua) hari yaitu pada tanggal 29-30 Mei 2011 di Mu- Gelar museum nusantara yang digelar di Jakarta Con-
seum Gunung Api Batur. Pameran ini dihadiri oleh para vention Centre, merupakan gelaran yang diadakan
peserta seminar, yaitu guru-guru Geografi se-Kabupa oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan
ten Bangli Bali. merupakan perwujudan pelestarian museum sebagai
6. Pameran Museum Geologi di Kabupaten Samosir, Su- tempat untuk mengenal sejarah budaya di masa lalu.
matra Utara
11. Pameran dan promosi pada acara “The 41th IAGI An-
nual Convention & Exhibition” yang diselenggarakan
oleh Ikatan Ahli Geologi Indonesia pada tanggal 17-20
September 2012 di Hotel Grand Melia Purosani Yogya-
karta.
12 Pameran bersama melalui koordinasi Tim Pameran
Biro Hukum dan Humas mewakili Kementerian ESDM
pada acara “Indonesian International Infrastructure Ex-
hibition and Conference” yang diselenggarakan pada
tanggal 28–30 Agustus 2012 oleh Kementerian Peker-
jaan Umum di Jakarta Convention Centre.
13. Pameran dalam rangka “Hari Jadi Pertambangan Energi
Gambar 21.9 Stand Pameran Badan Geologi di Pameran Gelar Museum ke-67” bersama Unit Utama Kementerian ESDM lain-
Nusantara. nya serta BUMN dan Stakeholders Sektor ESDM pada
tanggal 2 Oktober 2012 bertempat di halaman Kantor
Kementerian ESDM Jl. Medan Merdeka Selatan No. 18.
Tabel 21.1 Tanggal dan Lokasi Pelaksanaan Pameran Pusat Survei Geologi Tahun 2012
Tanggal
No. Judul
Pelaksanaan
1. 19-20 April 2012 2nd Indonesia Climate Change Education Forum and Expo 2012
2. 23- 25 Mei 2012 The 36th IPA Annual Convention and Exhibition 2012
3. 17-20 September 2012 The 41st IAGI Annual Convention and Exhibition
Tabel 21.2 Tanggal dan Lokasi Pelaksanaan Pameran Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan Tahun 2012
Taman Rimba
Jambi Emas Expo 2012 Membangun Inovasi Daerah, Merebut
1 9 – 14 Februari 2012 Palmerah Kota
Hari Pers Nasional ke 27 Pasar Regional Asean 2015
Jambi
Di Balai
Pameran Hari Air Dunia
5 Ketahanan Air dan Pangan 3 - 5 Mei 2012 Kementerian PU Jl.
ke XX Tahun 2012
Pattimura Jakarta
Tabel 21.2 Tanggal dan Lokasi Pelaksanaan Pameran Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan Tahun 2012 (lanjutan)
Pameran Maluku Utara Menuju Era Baru Ekononomi Regional 12-16 September Lap. Ngalaramo
9
Expo 2012 Pasifik 2012 Salero, Ternate
Pameran Terpadu
Pengelolaan Perbatasan
Negara Tahun 2012
Revitalisasi Pengelolaan Batas Wilayah 17 - 18 September Smesco Exhibition
10 dan Refleksi 2 (dua)
Negara dan Kawasan Perbatasan 2012 Hall, Jakarta
Tahun Badan Nasional
Pengelola Perbatasan
(BNPP)
Kantor Kementerian
Pameran HUT
ESDM Jl. Medan
11* Pertambangan dan ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat 2 Oktober 2012
Merdeka Selatan
Energi ke 67
No. 18 akarta
21.5 Bimbingan Teknik untuk Liquifaksi. Acara ini dihadiri oleh peserta, yang
berasal dari berbagai instansi di Provinsi Bengkulu:
1. Bimbingan Teknik Geologi Lingkungan Provinsi Beng-
Bappeda Kabupaten/Kota, Dinas dan Instansi terkait
kulu dilaksanakan pada 30 April 2012, selama 1 hari di
di Kabupaten/Kota/Provinsi meliputi, BAPPEDA, Dinas
Hotel Santika, Bengkulu. Kegiatan bimbingan teknik ini
Energi dan Sumber Daya Mineral, Dinas Kimpraswil,
dilaksanakan oleh Pusat Sumber Daya Air Tanah dan
dan Perguruan Tinggi.
Geologi Lingkungan bekerja sama dengan Dinas Energi
dan Sumber Daya Mineral Provinsi Bengkulu dengan 2. Bimbingan Teknik Geologi Teknik Provinsi Kalimantan
mengambil tema, ”Inventarisasi dan Evaluasi Geologi Barat dilaksanakan pada 4 Juli 2012, selama 1 hari di
Teknik.” Kegiatan ini selain bertujuan menyebarluas- Pontianak. Kegiatan bimbingan teknik ini dilaksanakan
kan informasi kepada instansi terkait, juga diharapkan bekerja sama dengan Dinas Pertambangan dan Energi
dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk Provinsi Kalimantan Barat dengan mengambil tema,
digunakan dalam membantu mengatasi permasalahan ”Inventarisasi dan Evaluasi Geologi Teknik”. Kegiatan
geologi teknik di Provinsi Bengkulu. Narasumber ber ini selain bertujuan menyebarluaskan informasi kepada
asal dari Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi instansi terkait, juga diharapkan dapat menghasilkan
Lingkungan dan Dinas ESDM Provinsi Bengkulu yang informasi yang bermanfaat untuk digunakan dalam
menyajikan makalah tentang Permasalahan Geologi membantu mengatasi permasalahan geologi tek-
Teknik di Provinsi Bengkulu, Konsep Pemetaan Geologi nik di Provinsi Kalimantan Barat. Narasumber berasal
Teknik, Penyelidikan Geologi Teknik untuk Infrastruk- dari Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Ling-
tur dan Kebencanaan dan Penyelidikan Geologi Teknik kungan dan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi
a b
c d
e f
g h
Gambar 21.10 Pelaksanaan Kegiatan Pameran Bidang Air Tanah Tahun 2012. (a) Pameran Hari Air Dunia, (b) Pameran Pengelolaan
Perbatasan Negara, (c) Maluku Utara Expo, (d) Pameran Infrastruktur Internasional, (e) Pameran Konstruksi Indonesia, (f) Pameran
Hari Nusantara, (g) Pameran Hari Tata Ruang, (h) Pawai Delman Hari Tata Ruang.
Kalimantan Barat yang menyajikan makalah tentang 4. Bimbingan Teknik Geologi Lingkungan di Nanggroe
Permasalahan Geologi Teknik di Provinsi Kalimantan Aceh Darussalam, dilaksanakan pada 31 Oktober 2012
Barat, Konsep Pemetaan Geologi Teknik, Penyelidikan selama 1 hari di Banda Aceh. Kegiatan ini dilaksana-
Geologi Teknik untuk Infrastruktrur dan Kebencanaan kan bekerja sama dengan Dinas Energi dan Sumber
dan Penyelidikan Geologi Teknik untuk Liquifaksi. Aca- Daya Mineral Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
ra ini dihadiri oleh peserta, yang berasal dari berba- Narasumber berasal dari Pusat Sumber Daya Air Tanah
gai instansi di Provinsi Kalimantan Barat, antara lain: dan Geologi Lingkungan serta Dinas Energi dan Sum-
Bappeda Kabupaten/Kota, Dinas dan Instansi terkait ber Daya Mineral Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
di Kabupaten/Kota/Provinsi meliputi, BAPPEDA, Dinas yang menyajikan makalah tentang geologi lingkungan
Pertambangan dan Energi, Dinas Kimpraswil, dan Per- dan tata ruang. Acara ini dihadiri oleh peserta yang
guruan Tinggi. berasal dari berbagai instansi di Nanggroe Aceh Da-
russalam, antara lain: Bappeda Kabupaten/Kota, Dinas
3. Bimbingan Teknik Geologi Lingkungan Provinsi Su- dan Instansi terkait di Kabupaten/Kota/Provinsi melip-
lawesi Utara dilaksanakan pada 7 November 2012 uti, BAPPEDA, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral,
selama 1 hari di Manado, Sulawesi Utara. Kegiatan ini Dinas Kimpraswil, dan Perguruan Tinggi
dilaksanakan bekerja sama dengan Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral, Provinsi Sulawesi Utara. Nara- 5. Bimbingan Teknik Air Tanah di Provinsi Sumatra Utara
sumber berasal dari Pusat Sumber Daya Air Tanah dan dilaksanakan pada 11 Oktober 2012 selama 1 hari di
Geologi Lingkungan dan Dinas Energi dan Sumber Medan, Sumatra Utara. Kegiatan ini dilaksanakan oleh
Daya Mineral Provinsi Sulawesi Utara yang menyajikan Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan
makalah tentang Kebijakan Sektor ESDM dalam Pena- bekerja sama dengan Dinas Energi dan Sumber Daya
taan Ruang di Sulawesi Utara, Geologi Lingkungan da- Mineral Provinsi Sumatra Utara. Narasumber berasal
lam Perencanaan Tata Ruang, dan Implementasi Sektor dari Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Ling-
Energi dan Sumber Daya Mineral dalam Penataan kungan dan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
Ruang. Acara ini dihadiri oleh peserta, yang berasal Provinsi Sumatra Utara yang menyajikan makalah ten-
dari berbagai instansi di Provinsi Sulawesi Utara, an- tang permasalahan air tanah di Sumatra Utara. Acara
tara lain: Bappeda Kabupaten/Kota, Dinas dan Instansi ini dihadiri oleh peserta, yang berasal dari berbagai
terkait di Kabupaten/Kota/Provinsi meliputi, BAPPEDA, instansi di wilayah Provinsi Sumatra Utara, antara lain:
Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral, Dinas Kim-
praswil, dan Perguruan Tinggi.
Gambar 21.12 Bimbingan Teknik Geologi Teknik Provinsi Kalimantan Gambar 21.14 Bimbingan Teknik Geologi Lingkungan Nanggroe Aceh
Barat. Darussalam.
Tanggal
No Narasumber Moderator Tema
Pelaksanaan
Gambar 21.17 Kegiatan IHR Batuan. Gambar 21.18 Kegiatan IHR Fosil Moluska.
Tabel 21.4 Hasil Kegiatan Penataan dan Pendataan Koleksi Fosil Vertebrata tahun 2012
Pengumpulan dan inventarisasi fosil vertebrata lokasi • 38.518 fosil utuh, 742 kantong plastik fragmen fosil dan 287
• Jawa buah botol fragmen fosil.
1
• Sulawesi • 4.541 fosil utuh
• Flores • 2.009 fosil
46.596 fosil utuh, 742 kantong plastik fragmen fosil dan 287 buah
2 Pengelompokan dan penyimpanan fosil vertebrata
botol fragmen fosil.
46.596 fosil utuh, 742 kantong plastik fragmen fosil dan 287 buah
3 Pencucian dan Preparasi Fosil Vertebrata dari Flores
botol fragmen fosil.
Pengecekan nomor fosil pada koleksi lama dan penomoran 44.587 fosil utuh, 742 kantong plastik fragmen fosil dan 287 buah
4
pada koleksi baru. botol fragmen fosil.
Pengaturan fosil ke dalam kotak contoh dan kantong 44.587 fosil utuh, 742 kantong plastik fragmen fosil dan 287 buah
5
plastik, kemudian disusun secara sistematis ke dalam rak. botol fragmen fosil.
Pendataan fosil daerah Jawa secara manual & input data 44.587 fosil utuh, 742 kantong plastik fragmen fosil dan 287 buah
6
ke dalam komputer (MS-Excel) botol fragmen fosil.
Foto :15.782 foto dari 40.046 fosil.
7 Pemotretan dan pengeditan koleksi
Edit : 8.511 dari 15.782 foto fosil.
Tabel 21.5 Jumlah Kerangka Fosil Gajah Blora yang telah diekskavasi
2 Skull 1 - 1 (40 %) x
Keterangan:
3 Mandible 1 - 1 (30 %)* x
4 Scapula 2 1 1 (80 %)*√ x α
Jumlah kerangka
5 Rib 38 10 7 (25 %)*√ 6√ Elephas maximus dari
6 Sternum 1 x x - Waykambas
7 Humerus 2 1 1 (40 %)*√ x β
Hasil temuan
8 Radius 2 1 x 1√ penggalian Elephas
9 Ulna 2 x x 2√ hysudrindicus dari Blora
- Belum dibuat
11 Vertebra 44 19 25 (35 %)*√ 1
replikanya
12 Pelvis 2 1 1 (30 %)*√ x
13 Femur 2 1 x 1√
14 Patella 2 1 x -
15 Fibula 2 2 x x
16 Tibia 2 2 x x
Tarsal 12 8 x 4√
17 Metatarsal 10 4 x 6√
Phalanges 20 x 1 (15%)*√ 9√
Pusuh Bukit. Pusuh Bukit beralaskan runtunan batuan gun- Air terjun Eufrata. Air terjun Eufrata terletak di kaki Tele dan
ungapi terdiri atas dasit dan andesit yang membentuk to- memiliki kembaran di sebelah selatan yang berjarak seki-
pografi kerucut yang berlokasi di pantai barat Danau Toba. tar 500 m. Keduanya beralaskan batuan batuan gunung api
tuff, riolit lava dan volkaniklastika mengandung Kristal rio-
Tele. Tele dialasi oleh batuan gunung api dasit, andesit
dasitan.
dan batuapung. Sepanjang jalan Tele sampai Pangururan
dikuasai oleh batuan Formasi Pusuhbukit yang sangat
rentan longsor.
Gambar 21.19 Desa Silalahi dengan latar belakang Formasi Pangururan. Gambar 21.20 Menara “Pengamatan” di puncak Tele.
A. Pendahuluan
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya panas bumi 22.2 Joint Research on Volcanic and Non Volcanic Hosted
yang sangat besar, namun perkembangan pengembangan Geothermal System in Indonesia
pemanfaatan energi panas bumi, terutama untuk tenaga A. Pendahuluan
listrik, belum menggembirakan. Total kapasitas terpasang
Kerja sama antara Badan Geologi dan GFZ dalam pengem-
dari pembangkit listrik tenaga panas bumi hingga kini baru
bangan panas bumi telah dijalin melalui suatu perjanjian
sebesar 1.226 MWe atau kurang dari 4% total potensi yang
kerja sama pengembangan eskplorasi panas bumi. Ker-
ada.
jasama ini merupakan bagian dari pelaksanaan kerja sama
Target pemerintah melalui kebijakan energi bauran nasio antara Kementrian RISTEK RI the Federal Ministry of Educa-
nal (seperti tertuang dalam Peraturan Presiden No. 5 Tahun tion and Research (BMBF) Republik Federasi Jerman dalam
2006 tentang Kebijakan Energi Nasional) telah menetapkan pengembangan potensi panas bumi di Indonesia dengan
bahwa di tahun 2025 energi panas bumi diharapkan dapat judul Research Cooperation on Sustainable Geothermal
menyumbang sekitar 9.500 MWe. Proyeksi ini merupakan Energy Development in Indonesia, yang nota kesepakatan
target pemercepatan pengembangan energi listrik tenaga kerjasamanya telah ditandatangani pada bulan April 2010
panas bumi melalui Road Map Pengembangan Energi Panas di Bali. Kegiatan kerja sama Indonesia-Jerman ini dikoor-
Bumi, yang konsekuensinya menuntut tersedianya sumber dinasikan oleh Kementerian RISTEK, melibatkan berbagai
daya manusia yang kompeten baik dalam penguasaan sains institusi di Indonesia yang terkait dengan pengelolaan pa-
maupun teknologi. Oleh karena itu, perlu dilakukan kegia- nas bumi, dimana Badan Geologi merupakan salah satu
tan peningkatan kapasitas sumber daya dan peralatan yang pelaksana kerja sama dalam bidang eksplorasi panas bumi.
salah satunya melalui kerjasama dengan pihak luar seperti Sementara dari pihak Jerman, pelaksana kerja sama untuk
dengan Japan International Cooperation Agency (JICA). eksplorasi panas bumi adalah GFZ.
Kegiatan ini tujuan untuk memahami untuk (1) melaksana-
B. Hasil Kegiatan
kan studi dan eksplorasi pada beberapa daerah panas bumi
Hasil dari kegiatan kerja sama antara Badan Geologi (PSDG) di Indonesia; (2) untuk memungkinkannya tukar-menukar
dengan JICA pada tahun 2012 ini difokuskan kepada trans- keahlian, pengetahuan dan informasi mengenai teknologi
fer teknologi dari pihak JICA kepada pihak PSDG. Transfer eksplorasi panas bumi di Indonesia; (3) untuk meningkatkan
teknologi dilakukan dengan cara pelatihan/workshop, baik pengetahuan dan kemampuan para ahli Indonesia teruta-
di Indonesia maupun di Jepang. Selain itu transfer teknologi ma dalam kaitannya dengan riset dan pengembangan baik
juga dilakukan di lapangan berupa on Job Training (survei pada daerah vulkanik untuk menunjang program eksplorasi
bersama), yang mencakup: panas bumi, terutama dengan metode eksplorasi baru
a. Transfer teknologi yang dilakukan di Bandung berupa
seminar/workshop yang diadakan dua kali, yaitu di B. Hasil Kegiatan
Padalarang dan di Kantor PSDG di Bandung. Seminar
Hasil kegiatan kerjasama PSDG-Badan Geologi dengan GFZ
ini membahas mengenai teknologi survei dan pengem-
tahun 2012 ini berupa:
bangan panas bumi yang meliputi survei permukaan
a. Pembahasan hasil kegiatan riset bersama di daerah
(survei geologi, survei geokimia, dan survei geofisika/
panas bumi Sipaholon berupa geologi struktur, seis-
MT), pengeboran, logging, uji alir, kajian keekonomian
mologi, magnetotelurik, dan seismic. Studi ini telah
dan lingkungan, sampai pada studi kelayakan.
memberikan data tambahan dan data dengan metode
b. Transfer teknologi yang akan dilakukan di Jepang pada
baru, yakni Studi Seismologi/MEQ bagi PSDG, serta
tahun ini tidak jadi dilaksanakan karena padatnya kegia-
yang memberikan peningkatan kemampuan SDM
tan yang ada di PSDG. Rencana training akan dilaksana-
PSDG.
kan pada awal tahun 2013.
b. Training yang dilakukan di Jerman memberikan peng-
c. Transfer teknologi yang dilakukan di lapangan berupa
etahuan dan informasi yang sangat berguna bagi
survey bersama pengambilan data bersama baik data
peningkatan SDM PSDG, terutama dalam hal metode
geologi maupun geokimia.
magnetotelluric (MT), micro-earthquakes (MEQ), dan
d. Transfer teknologi penggunaan alat geofisika magne-
analisis heat flow.
totelurik-Time Domain Elektromagnetic (MT-TDEM), ion
c. Pelatihan mengenai seismik yang dilakukan di Ban
chromatograph, software modelling 3-dimensi data MT,
dung dapat memberikan pengetahuan dasar me
reservoir simulation.
ngenai metode seismik baik itu secara teori maupun
e. Transfer teknologi pengeboran dan pengukuran geofisi-
pengukuran di lapangan.
d. Penulisan ilmiah bersama telah dilakukan dengan dan geokimia hasil evaluasi keprospekan panas bumi
membuat tulisan bersama tentang “Magnetotelluric sebagai bahan penyusunan WKP panas bumi.
Exploration of the Sipaholon Geothermal Field, Indo-
nesia”.
e. Workshop bersama telah dilakukan dengan menda- 22.4 The Development of GIS for Mineral Potential Mapping
patkan hasil yang terintegrasi mengenai hasil survei
A. Pendahuluan
geologi, geokimia dan geofisika di daerah panas bumi
Sipoholon, Sumatera Utara. Hasil ini di tahun depan Indonesia bagian Timur mempunyai potensi sumber daya
diharapkan dapat menambah kelengkapan data geo- mineral yang belum banyak tereksplorasi dan tereksploi-
sain WKP Sipaholon. tasi, sehingga perlu dilakukan penelitian dengan berbagai
metoda untuk mengeksplorasinya. Kerja sama antara PSDG
dengan Korea Institute of Geosciences and Mineral Re-
22.3 Kerja Sama Evaluasi Potensi dan Prospek Panas Bumi sources (KIGAM) ini dilakukan selama kurun waktu 5 tahun,
Berdasarkan Geosain Geologi dan Geokimia yakni dari tahun 2008-2012 dengan menggunakan metoda
A. Pendahuluan statistik.
Untuk mengembangkan panas bumi, pada tahap awal Maksud dari kegiatan kerjasama ini yaitu melakukan peng-
diperlukan usaha pengungkapan potensi melalui serang- gunaan metoda statistik yang berbasis GIS untuk peme
kaian kegiatan survei, penelitian dan eksplorasi. Kegiatan- taan potensi mineral di Indonesia, dengan tujuan untuk
kegiatan ini membutuhkan sumber daya manusia dan menemukan daerah prospek baru, tukar menukar ilmu dan
teknologi eksplorasi yang handal. Salah satu cara untuk pengalaman dalam pemetaan potensi mineral, dan terjadi
meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, PSDG men- peningkatan dalam pengembangan GIS.
jalin kerjasama dengan pihak luar seperti dengan Univer-
Tahun 2012 merupakan periode terakhir untuk kerjasama
sitas Gajah Mada (UGM). Kegiatan kerja sama PSDG-UGM
ini, dimana pada tahun sebelumnya telah dilakukan penye-
ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi SDM PSDG
lidikan dengan menggunakan empat metoda statistik, yaitu
dalam penguasaan sains maupun teknologi di bidang kepa
likelihood ratio, logistic regression, weight of evidence, dan
nasbumian, meliputi kompetensi dalam eksplorasi/survei
artificial neural network untuk daerah-daerah di Provinsi
lapangan maupun pengelolaan data.
Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat,
Pulau Flores dan Pulau Timor Bagian Barat.
B. Hasil Kegiatan
Hasil kerja sama PSDG dengan UGM dalam Evaluasi Prospek B. Hasil Kegiatan
dan Potensi panas Bumi Tahun 2012, yakni antara lain: Hasil kegiatan kerja sama PSDG-Badan Geologi-KIGAM ta-
a. Pembuatan peta geologi hasil survei skala 1 : 25.000, hun ini:
dengan bantuan analisis Citra Satelit seperti Citra a. Peta yang menunjukkan keprospekan mineral di daerah
Landsat, ASTER dan data sekunder pilot project, yaitu daerah Provinsi Sulawesi Selatan dan
b. Survei geologi dan geokimia panas bumi, PSDG Sulawesi Tenggara dengan menggunakan metode
melibatkan mahasiswa untuk bidang geologi dan statistik likelihood ratio, logistic regression, dan weight
bidang geokimia, dengan sebanyak lima orang of evidence.
mahasiswa UGM ikut dalam survei daerah lapangan b. Kegiatan data processing untuk penyusunan buku
panas bumi Bittuang, Sulawesi Selatan, lapangan Mineral Potential Map of Sulawesi, Flores and West
panas bumi Simisuoh, Sumatera Barat, lapangan Timor dengan ahli-ahli dari KIGAM Dr. Sa ro Le yang
panas bumi Lainea, Sulawesi Tenggara, lapangan diadakan di Korea Selatan.
panas bumi Kintamani, Bali dan lapangan panas bumi
Suwawa, Gorontalo. Kegiatan ini memberi peningkatan
22.5 Joint Inventory of Mineral and Coal Potency in The
data geosain geologi dan geokimia sebagai bahan
Border Areas of Indonesia (Kalimantan) – Malaysia
pengusunan WKP panas bumi
(Sabah-Sarawak)
c. Kegiatan pembuatan Komik Panas Bumi dan Perubahan
SNI Panas Bumi, meski dilakukan secara terpisah A. Pendahuluan
dari kegiatan tim ini menjadi kegiatan-kegiatan yang Pada tanggal 22 Maret 2010 telah ditandatangani Nota
sangat mengefektifkan kerja sama PSDG-UGM. Kesepakatan atau MoU antara The Government of The Re-
d. Penyelenggaraan Bimbingan Teknik bersama tentang public of Indonesia and The Government of Malaysia on Sci-
Eksplorasi dan Pengembangan Panas Bumi di Medan entific and Technical Co-Operation in The Field of Geology
untuk Pemerintah Daerah se-Sumatra. Hasil ini and Mineral Resources. Dalam pelaksanaannya Pemerin
memberikan peningkatan kapasitas sumber daya tah Malaysia diwakili oleh Jawatan Mineral dan Geosains
manusia di daerah dalam pengembangan energi panas Malaysia, sedang dari Pemerintah Indonesia diwakili oleh
bumi. Badan Geologi.
e. Evaluasi prospek dilakukan di 2 lokasi panas bumi yang
telah mencukupi atau lengkap data kepanasbumian- Implementasi dari MoU tersebut telah menghasilkan empat
nya, yaitu di daerah panas bumi Bittuang, Sulawesi Working Group, salah satu di antaranya adalah Indonesia-
Selatan, dan daerah panas bumi Lainea, Sulawesi Teng- Malaysia Mineral and Energy Resources Working Group,
gara. Hasil memberi peningkatan data geosain geologi yang pelaksanaannya dilakukan oleh Pusat Sumber Daya
Geologi. Untuk bidang ini telah disepakati bahwa selama na Geological Survey (CGS) melalui penandatanganan MoU
pelaksanaan kerja sama ini akan dilakukan penyelidikan se- kerja sama tentang Scientific and Technical Cooperation in
bagai berikut: the Field of Geoscience, antara Badan Geologi dengan CGS
1. Korelasi hubungan keterdapatan mineral/mineralisasi pada Maret 2010.
di daerah Kabupaten Sanggau (Indonesia) dengan
China dikenal sebagai negara yang telah maju dalam peng-
daerah Gunung Rawan, Silantek, Sarawak (Malaysia).
gunaan metoda geokimia dalam survei mineral logam.
2. Korelasi hubungan keterdapatan batubara daerah Ka-
China dikenal melakukan riset dan teknologi untuk mencip-
bupaten Sintang (Indonesia) dengan batubara daerah
takan alat geofisika yang sesuai dengan kebutuhan medan
Silantek, Sarawak (Malaysia).
dan kendala yang dihadapi dalam program eksplorasi. Per-
3. Korelasi hubungan keterdapatan batubara daerah Ka-
alatan laboratorium yang mereka miliki juga sudah maju
bupaten Nunukan dengan batubara di daerah Seru-
dalam menunjang penelitian di bidang geologi.
dung, Sabah (Malaysia).
4. Capacity building pengembangan panas bumi. Untuk itu, sebagai pelaksanaan dari MoU tersebut, Pusat
Sumber Daya Geologi dan CGS menandatangani Agreement
Pada tahun 2012 perlu dilakukan pembaharuan data dae-
of Cooperative Project on Geochemical Mapping and Mine-
rah perbatasan, karena belum semua daerah kabupaten di
ral Resources Assessment pada Mei 2011 di Beijing, China.
perbatasan tersebut dikunjungi untuk pengumpulan data
Periode pertama telah dilaksanakan pada tahun 2011 dan
sekunder maupun melakukan uji petik. Kegiatan tim di-
pada tahun 2012 merupakan periode kedua kerja sama
fokuskan pada pengumpulan data sekunder baik berupa
dengan penerapan metoda pemetaan geokimia dalam ek-
laporan dan peta-peta potensi sumber daya geologi di
splorasi mineral logam di daerah Provinsi Sumatra Barat
daerah kabupaten pada perbatasan kedua negara. Ada se-
dan sekitarnya
banyak 8 kabupaten di Indonesia yang berbatasan dengan
Sarawak dan Sabah (Malaysia). Hingga tahun 2012 telah
B. Hasil Kegiatan
dikumpulkan data pada 8 Kabupaten, yakni: Kabupaten
Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sanggau, Ka- Hasil Kegiatan kerja sama PSDG – CGS tahun 2012 ini, yakni:
bupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Kutai a. Survei Geokimia Lanjutan Daerah Blok Batu Sangkar/
Barat, Kabupaten Malinau dan Kabupaten Nunukan. Lintau Buo di Kabupaten Tanah Datar), Daerah
Blok Sumpur Kudus di Kabupaten Sijunjung dan
B. Hasil Kegiatan daerah Blok Kampar Kiri di Kabupaten Kampar, Riau
oleh tpihak PSDG. Dari kegiatan survei ini telah
Hasil dari kegiatan kerja sama ini adalah:
dikumpulkan sejumlah 339 conto untuk keperluan
a. Rangkuman data dan evaluasi sebaran dan potensi
analisis laboratorium.
sumber daya geologi di lokasi delapan Kabupaten yakni:
b. Survei Geokimia Lanjutan Daerah Rantau Pandan
Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten
(Kabupaten Bungo), Daerah Ngaol (Kabupaten
Sanggau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas
Merangin), dan Daerah Gunung Tujuh (Kabupaten
Hulu, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Malinau dan
Kerinci) pada period eke dua oleh pihak PSDG.
Kabupaten Nunukan. Data ini dijadikan sebagai data
c. Koordinasi dan pengurusan administrasi izin survei bagi
pendukung dalam pengelolaan potensi mineral dan
ahli CGS tahun 2012 tim CGS yang berlaku dari tanggal
batubara di daerah perbatasan.
21 September 2012 hingga tanggal 20 Februari 2013.
b. Terkoordinasinya kegiatan kerja sama Badan Geologi
Dari kegiatan survei ini telah dikumpulkan sejumlah
dan JMG Malaysia dengan kegiatan bersama berupa
339 conto untuk keperluan analisis laboratorium.
kunjungan lapangan dan evaluasi bersama ahli mineral
d. Survei geokimia bersama Tahap I Tim Badan Geologi
PSDG ke Sarawak Malaysia, steering committee meeting
- CGS di wilayah yang mencakup sebagian besar
di Sabah Malaysia dan presentasi pengembangan panas
Sumatera Barat Oktober 2011 hingga Februari 2012.
bumi Indonesia pada workshop pengembangan panas
Selama periode penyelidikan telah dikumpulkan
bumi di Malaysia pada tahun 2012.
sebanyak 2390 conto sedimen sungai aktif (900
merupakan conto komposit geokimia), 155 conto
22.6 Joint Study and the Development for Mineral Explora- batuan (10 conto untuk analisa kimia). Jumlah 2390
tion conto sedimen sungai aktif yang diambil dari daerah
seluas 7500 km2 maka density conto adalah 1,27.
A. Pendahuluan
e. Survei geokimia bersama Tahap II Tim Badan Geologi
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya geologi yang - CGS di wilayah yang mencakup sebagian besar
beragam dan cukup berlimpah. Potensi sumber daya ge- Sumatra Barat mulai Oktober 2012 – Desember 2012
ologi Indonesia masih banyak yang belum terungkap. Pen- dan dijadual diteruskan hingga Februari-Maret 2013.
gungkapan potensi sumber daya geologi secara maksimal Hingga akhir Desember 2012 hasil kegiatan penelitian
membutuhkan sumber daya manusia yang handal serta geokimia mencakup daerah seluas 5.000 km2, dengan
didukung oleh teknologi survei dan eksplorasi yang mema- jumlah conto stream sediment aktif sebanyak 1.500
dai. conto, batuan 40 conto dan 10 lokasi conto untuk
Salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia dianalisis.
dan teknologi survei dan eksplorasi sumber daya geologi,
Badan Geologi mengadakan kerja sama teknis dengan Chi-
22.7 Kerja Sama Kajian Geologi Medis 2. Sumur gali di daerah Lewung Tenggara, Awar-
awar pada lembah endapan aluvial dan lahar telah
A. Pendahuluan
tercemar oleh resapan/infiltrasi dari air permukaan
Pada tahun 2011 telah dilakukan penelitian bersama/uji sungai Banyuputih yang kondisinya telah tercemar
petik di sekitar zona penambangan dan pengolahan emas oleh air yang berasal dari limpasan danau Kawah
wilayah pertambangan Cisoka, Lebak, Banten. Berdasar Ijen.
kkan hasil penjajagan kerjasama dengan Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes), Kementerian
22.8 Kerja Sama Evaluasi Potensi dan Prospek Panas Bumi
Kesehatan pada penelitian ini, diperoleh indikasi adanya
Berdasarkan Data Geofisika
kadar Hg dalam ikan kolam yang melebihi ambang batas.
Demikian pula kadar Hg dalam urin beberapa responden A. Pendahuluan
juga sudah melebihi ambang batas. Potensi sumber daya geologi yang dimiliki Indonesia cukup
Untuk menindaklanjuti kenyataan tersebut dan agar kerja berlimpah tetapi banyak pemanfaatan dari potensi terse-
sama dapat berjalan dengan baik, Badan Geologi/PSDG te but yang belum optimal. Untuk optimalisasi pemanfaatan
lah melakukan kerjasama penelitian geologi medis dengan sumber daya tersebut diperlukan beberapa tahap pene-
Balitbangkes melalui suatu Nota Kesepahaman yang ditan- litian dari berbagai bidang keilmuan. Geofisika merupakan
datangani pada Februari 2012. salah satu bidang yang mendukung dalam memberikan in-
formasi bawah permukaan yang berkaitan dengan potensi
Kegiatan kerjasama kajian geologi medis pada tahun 2012 sumber daya geologi.
ini adalah menyusun program kegiatan (workplan) Peneli-
tian dan Pengembangan di Bidang Geologi Medis bersama Kerja sama dengan Universitas Indonesia (UI) yang telah
Balitbangkes dan Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi berlangsung selama dua tahun (2010-2011) telah memberi
Lingkungan (PAG), dan melakukan studi bersama/uji petik manfaat bagi kedua pihak, seperti peningkatan penge
geologi medis di daerah terpilih. tahuan dan kemampuan yang berkaitan dengan riset dan
pengembangan metoda geofisika dalam eksplorasi potensi
Keterlibatan PAG dalam kegiatan ini karena diharapkan pe- sumber daya geologi. Terjalinnya kerjasama ini dapat me
nelitian geologi medis bukan hanya melakukan penelitian ningkatkan kapasitas PSDG dalam pengungkapan sumber
dari akibat kegiatan pengolahan mineral, tetapi akibat pro daya geologi melalui kajian geofisika.
ses secara geologi/alami dari sumber (resource) asal sebaran
unsur-unsur kimia dari mineral yang dapat membahayakan B. Hasil Kegiatan
dan memberikan manfaat bagi lingkungan dan kesehatan Hasil kegiatan kerja sama PSDG dengan UI tahun 2012, ten-
masyarakat. Selanjutnya untuk tahun mendatang, PSDAGL tang pengungkapan sumber daya geologi, antara lain:
yang ditunjuk sebagai focal point Badan Geologi dalam a. Penambahan data geofisika mengenai prospek sumber
kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang geologi daya panas bumi melalui Joint Survey atau survei
medis. bersama pada lima daerah panas bumi yaitu daerah
Talu-Tombang Cubadak (Sumatera Barat), Kawende
B. Hasil Kegiatan
dan Kadidia (Sulawesi tengah) dan Gunung Batur-
Hasil kegiatan ini berupa laporan kerjasama kajian geologi Kintamani (Bali). Metode geofisika yang digunakan
medis yang meliputi: dalam survei bersama adalah metode magnetotelurik
a. Tersusunnya rencana program kegiatan (workplan) (Cubadak dan Kawende), gayaberat, magnet dan
penelitian dan pengembangan di bidang geologi geolistrik untuk daerah Talu-Tombang, Kadidia dan
medis bersama Balitbangkes dan Pusat Sumber Daya Kintamani.
Air Tanah dan Geologi Lingkungan (PAG). Selanjutnya b. Optimalisasi peralatan PSDG melalui uji bersama dan
untuk tahun mendatang, PAG ditunjuk sebagai focal training alat geofisika yang meliputi alat MT, TDEM,
point Badan Geologi dalam kegiatan penelitian dan GPR dan seismic, terutama dapat digunakannya alat
pengembangan di bidang geologi medis. seismik secara baik dan optimal untuk survei prospeksi
b. PSDG untuk tahun 2013–2016 diharapkan tetap melak batubara dalam dan CBM.
sanakan penelitian/penyelidikan yang menitikberatkan c. Capacity building dilakukan melalui pelatihan penggu-
pada sumber pencemaran akibat kegiatan manusia naan alat, on job training di survei lapangan, pengola-
(artificial pollutions), sedangkan PAG melaksanakan han data, bimbingan mahasiswa, dan bimbingan teknik
penelitian/penyelidikan/kajian yang menitikberatkan eksplorasi panas bumi bagi aparatur daerah.
pada sumber pencemaran secara alamiah (natural pol-
lutions).
22.9 Joint Research on Non Volcanic Hosted Geothermal
c. Kajian geomedis bersama PSDG-Balibangkes di daerah
System in Indonesia
di Situbondo, menyimpulkan bahwa:
1. Sumur gali di daerah Samir pada lereng perbuki- A. Pendahuluan
tan dan Cerpat tidak tercemar karena berada pada Indonesia memiliki kekayaan sumber daya panas bumi, yang
lereng perbukitan yang batuan akuifernya tersu- sampai pada tahun 2011 telah teridentifikasi 285 lokasi pa-
sun atas piroklastik. Aliran air tanah berasal elevasi nas bumi dengan total energi potensial setara dengan 29
yang lebih tinggi menuju sumur tersebut dengan GW listrik. Sebagian besar dari lokasi panas bumi Indone-
kondisi kualitas air tanah yang baik. sia tersebar sepanjang Sabuk Vulkanik yang membentang
dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusatenggara, Kepulauan Banda, Penelitian, Teknologi dan Pengkajian di Bidang Kebu-
sampai ke Sulawesi Utara. Namun demikian, beberapa loka- mian. Mulai diberlakukannya pada Tahun 2012 hingga
si panas bumi berasosiasi dengan lingkungan non vulkanik. 2017.
Dari semua lokasi tersebut, sekitar 80% berasosisasi dengan 2. Kerja sama dalam negeri antara Pusat Survei Geologi
lingkungan vulkanik dan sekitar 20% berasosiasi dengan dengan Universitas Padjadjaran. Perjanjian Kerja sama
lingkungan non vulkanik yang utamanya tersebar di Pulau tentang Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Ma-
Sulawesi selain beberapa di Kalimantan Barat dan Papua, nusia, Teknologi, Penyelidikan dan Penelitian Bidang
dengan total potensial lebih besar dari 1 GWe. Survei Geologi. Mulai diberlakukannya pada Tahun
2012 hingga 2017.
Pengembangan panas bumi di daerah non vulkanik diper-
3. Kerja sama dalam negeri Pusat Survei Geologi dengan
lukan untuk dapat memenuhi kebijakan energi bauran (en-
Pusat Data dan Informasi. Perjanjian kerja sama tentang
ergy-mix) nasional di tahun 2025, yang diharapnya dapat
Pemanfaatan Data. Mulai diberlakukannya pada 14
menyumbang sekitar 9.500 MWe.
Desember 2012 hingga 14 Mei 2013.
Salah satu yang menjadi kendala utama tidak berkem- 4. Kerja sama dalam negeri Badan Geologi dengan Seko-
bangnya pengembangan panas bumi non vulkanik adalah lah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta. Nota Kese-
dari sisi saintifik, yaitu kurangnya data dan pengetahuan pahaman tentang Pengembangan Sumber Daya Ma-
tentang sistem panas bumi di daerah non vulkanik jika nusia, Pendidikan, Penelitian, Teknologi dan Pengkajian
dibandingkan dengan penguasaan data dan pengetahuan di bidang Kebumian. Mulai diberlakukannya pada Ta-
di daerah vulkanik yang sudah cukup baik. hun 2012 hingga 2017.
5. Kerja sama dalam negeri Badan Geologi dengan Insti-
Oleh karena itu, perlu dilakukan penguatan pengetahuan
tut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Nota Kese-
akan potensi panas bumi non-vulkanik agar potensi-poten-
pahaman tentang Pengembangan Sumber Daya Ma-
si tersebut dapat dimanfaatkan secara optimum. Kegiatan
nusia, Pendidikan, Penelitian, Teknologi dan Pengkajian
ini merupakan bagian dari pelaksanaan kerjasama antara
di bidang Kebumian. Mulai diberlakukannya pada Ta-
pemerintah Indonesia (Badan Geologi, Kementerian Energi
hun 2012 hingga 2017.
dan Sumber Daya Mineral) dengan Pemerintah Perancis
6. Kerja sama dalam negeri Badan Geologi dengan Uni-
(Bureau de Recherches Géologiques et Minières/BRGM) yang
versitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Yogyakarta.
nota kesepakatan kerjasama telah ditandatangani pada No-
Nota Kesepahaman tentang Pengembangan Sumber
vember 2008 di Perancis. Salah satu dari hasil kerjasama ini
Daya Manusia, Pendidikan, Penelitian, Teknologi dan
adalah dapat dipahaminya karakteristik sistem panas bumi
Pengkajian di Bidang Kebumian. Mulai diberlakukan-
di lingkungan non vulkanik di Indonesia, agar dapat digu-
nya pada Tahun 2012 hingga 2017.
nakan sebagai panduan bagi eksplorasi panas bumi di ling-
7. Kerja sama dalam negeri Pusat Survei Geologi dengan
kungan non vulkanik.
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yog
Selain itu, kerja sama ini juga dimaksudkan untuk mening- yakarta. Perjanjian kerja sama tentang Peningkatan
katkan pengetahuan PSDG dalam assessment potensi shal/ Kemampuan Sumber Daya Manusia, Teknologi, Sur-
oil gas. vei Geologi. Mulai diberlakukannya pada Tahun 2012
hingga 2017.
B. Hasil Kegiatan 8. Kerja sama dengan Perguruan Tinggi. Dalam rangka
Hasil kegiatan kerja sama Badan Geologi (PSDG) dengan pelaksanaan kerja sama antara PVMBG dan Perguruan
BRGM tahun 2012, yakni: Tinggi Dalam Negeri, Bidang PPGA telah melaksana-
1. Kegiatan ini belum berjalan efektif mengingat Pihak kan bimbingan dan ekskursi (kuliah lapangan), kerja
BRGM hingga akhir tahun 2012 belum memperoleh praktek, dan tugas akhir kepada mahasiswa.
pendanaan untuk kerjasama ini. 9. Kerja sama Dengan BNPB (Satuan Reaksi Cepat
2. Hasil kegiatan berupa penjajakan dan review beberapa Penanggulangan Bencana). Dalam rangka mendukung
daerah panas bumi non-vulkanik terpilih, yang nanti kesiapsiagaan penanggulangan bencana, Bidang
nya akan dimajukan sebagai daerah pilot project ke Pengamatan dan Penyelidikan Gunung api (PPGA) ber-
pengembangan panas bumi non-vulkanik pada entalpi peran aktif dalam menyukseskan kegiatan SRC-PB di
sedang. Terdapat Empat daerah yang sedang dikaji bawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan
oleh tim BRGM adalah Marana, Kadidia, dan Lompio Bencana (BNPB), dimana staf Bidang PPGA tergabung
di Sulawesi Tengah dan Lainea di Sulawesi Tenggara. dalam Bidang Kaji Cepat. Peran aktif staf PPGA dalam
3. Pada tahun selanjutnya (2013) setelah ditetapkan lokasi kegiatan SRC-PB, yaitu:
project diharapkan bisa menjadi suatu terobosan baru 1) Narasumber pada Pelatihan SRC-PB di wilayah
dalam pengembangan usaha panas bumi di hilir dan Barat, yang bertempat di Bogor, dan wilayah
pemanfaatan secara langsung bagi pemerintah daerah. Timur di Malang.
2) Ikut aktif dalam Rapat Persiapan Gelar dan
22.10 Kerja Sama lain Dalam Negeri dan Luar Negeri Penyusunan Skenario dan Panduan Gelar Satuan
Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (SRC-PB)
Dalam Negeri: Wilayah Barat dan Timur yang diselenggarakan
1. Kerja sama dalam negeri antara Badan Geologi dengan pada 26-29 November 2012 di Hotel Cemara, Jl.
Universitas Padjadjaran. Nota Kesepahaman tentang Wahid Hasyim 69 Jakarta.
Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pendidikan,
3) Gelar Latihan bersama Satuan Reaksi Cepat Pe seismik di NTT. Selain kerja sama dengan BOM,
nanggulangan Bencana (SRC-PB) yang dilak- PVMBG juga melakukan kerja sama dengan
sanakan di dua tempat, yaitu wilayah timur dan AIFDR (Australia-Indonesia Facility for Disaster
barat. Wilayah timur bertempat di Rampal Ma- Reduction). Kerja sama ini dilakukan dengan tujuan
lang, Jl. Jenderal Sudirman No. 1 Malang, pada mengembangkan penilaian probabilistik bahaya
6 Desember 2012. Wilayah barat bertempat di gempa, menggunakan penelitian praktek terbaik
Lapangan Terbang Pondok Cabe pada 9 Desem- dan analisis, yang menggabungkan sumber aktif
ber 2012. dan model gerakan tanah yang dikembangkan.
4. Kerja sama antara PVMBG dengan USGS dalam
Institusi Luar Negeri: pengembangan peralatan pemantauan gunung
1. Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung api terus dilaksanakan. Pada tahun 2012 PVMBG
api (PPGA) telah melaksanakan pekerjaan teknis bersama USGS mengadakan instalasi peralatan
dalam kerja sama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi pemantauan gunung api di Jawa Timur dan di Bali.
Bencana Geologi (PVMBG) dengan Institusi Luar Kegiatan yang dilaksanakan bersama Bidang PPGA
Negeri (Pemerintah Jepang, Pemerintah Australia, pada tahun 2012 meliputi:
Pemerintah Amerika Serikat, Pemerintah Belgia, • Instalasi Mc-VCO 1 komponen di 2 lokasi Gu-
Pemerintah Perancis dan Komisi Eropa). Kerja sama nung Raung (Jawa Timur). menggunakan tele-
ini meliputi kegiatan penelitian, instalasi peralatan metri ke Pos Pengamatan Gunung Ijen.
pemantauan gunung api, monitoring kegiatan • Instalasi GPS Kontinyu di 4 lokasi Gunung
gunung api di Indonesia, workshop, dan pelatihan Agung (Bali), menggunakan telemetri ke Pos
2. Kerja sama riset dalam bidang gunung api antara Pengamatan Gunung Agung.
Indonesia (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan • Penyelidikan geokimia di Gunung Dieng
Mitigasi Bencana Geologi) dengan pihak Jepang (Jawa Tengah), tanggal 8-3 Mei 2012, yang di-
(Kyoto University – Sakurajima Volcano Research dampingi oleh Uyan Boyson, S.Si.
Center, SVRC) sudah dimulai sejak tahun 1993. Kerja • Pertukaran informasi mengenai sistem moni-
sama dilandasi pada pemikiran bahwa Indonesia toring gunung api, evaluasi kerja sama USGS
dan Jepang sebagai negara yang mempunyai – PVMBG, serta diskusi mengenai volcanic ash
banyak gunung api akan menghadapi persoalan oleh Ir. Kristianto, M.Si., dan Dr. Hendra Guna-
yang sama dalam upaya mitigasi letusan gunung wan pada 20 September – 5 Oktober 2012 di
api. Kegiatan kerja sama yang telah dilakukan pada Cascade Volcano Observatory (CVO) dan Alas-
tahun 2012 adalah: ka Volcano Observatory (AVO), USA.
- Perpanjangan MoU kerja sama riset antara
Badan Geologi Cq. Pusat Vulkanologi dan 5. Kerja sama antara PVMBG dan EOS (Earth
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) tahun 2009 Observatory of Singapore) yang saat ini bertempat
– 2014. di NTU (Nanyang Technical University, Singapore)
- PVMBG terlibat dalam kerjasama project antara bertujuan untuk penelitian dan pengembangan
LIPI – JICA/JST “Multi-disciplinary Hazard peralatan pemantauan gunung api, khususnya
Reduction from Earthquakes and Volcanoes in Gunung Gede dan Gunung Salak (Jawa Barat).
Indonesia and Beyond“. Pekerjaan lapangan Kegiatan yang dilaksanakan bersama Bidang PPGA
yang telah dilakukan yaitu instalasi peralatan pada tahun 2012 meliputi:
seismik dan deformasi di Gunung Guntur, • Penambahan 1 station seismik 3 komponen
Semeru, dan Lokon di Puncak Gede yang dipancarkan ke Pos
- Kegiatan lapangan meliputi instalasi peralatan Pengamatan Gunung Gede, PVMBG-Bandung
seismik dan deformasi di Gunung Lokon dan EOS-NTU.
(Sulawesi Utara), pemantauan gunung api serta • Instalasi 1 station tiltmeter di Puncak Gunung
perbaikan alat di Gunung Guntur (Jawa Barat), Gede yang dipancarkan ke Pos Pengamatan
Gunung Bromo dan Semeru (Jawa Timur) pada Gunung Gede, PVMBG-Bandung dan EOS-
masa kegiatan tahun 2012. NTU.
3. Persetujuan kerja sama teknik antara PVMBG • Persiapan untuk instalasi 1 station untuk
dengan Pemerintah Australia dilakukan dalam monitoring gas CO2 di Culamega, Gunung
bidang perawatan peralatan pemantauan Gede
gunung api di NTT. Hingga akhir tahun 2009, • Penelitian geologi di Gunung Salak.
kerja sama teknik ini telah melengkapi jaringan
R. Permen ESDM tentang Teknis Pembinaan dan Pengawasan Dipindahkan ke Prolegnas Tahun
2 Unit Teknis
Penyelenggaraan Pengelolaan Air Tanah 2013
R. Per. Men. ESDM tentang Pengendalian Penggunaan Air Biro Hukum dan
24 prioritas
Tanah Humas Setjen ESDM
N0 Judul Status
R. Permen ESDM tentang Pengelolaan Data Sumber Daya Mineral dan Batubara
2 Unit Utama
Berbasis Sistem Informasi Geografis Nasional
Katalog Kegiatan
Kegiatan Museum Geologi
6. Kelompok Penyelidikan Panas 1. Survei Pendahuluan Daerah Panas Bumi Kabupaten Gorontalo, Boalemo,
Bumi dan Pohuwato, Provinsi Gorontalo
2. Survei Pendahuluan Daerah Panas Bumi Kabupaten Mamuju dan Mamuju
Utara, Provinsi Sulawesi Barat
3. Survei Pendahuluan Daerah Panas Bumi Pulau Bangka dan Belitung,
Provinsi Bangka Belitung
4. Survei Aliran Panas Daerah Panas Bumi Suwawa, Kabupaten Bone Bolango,
Provinsi Gorontalo
5. Survei Aliran Panas Daerah Panas Bumi Lompio - Tambu, Kabupaten
Donggala - Provinsi Sulawesi Tengah
6. Survei Aliran Panas Daerah Panas Bumi Bittuang, Kabupaten Tana Toraja,
Provinsi Sulawesi Selatan
7. Survei Terpadu Geologi, Geokimia, dan Geofisika Daerah Panas Bumi
Simisuh, Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatra Barat
8. Survei Terpadu Geologi, Geokimia, dan Geofisika Daerah Panas Bumi
Kawende-Maranda, Kabupaten Poso
9. Survei Terpadu Geologi, Geokimia, dan Geofisika Daerah Panas Bumi Talu -
Tombang, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatra Barat
10. Penyelidikan Terpadu Geologi, Geokimia, dan Geofisika Daerah Panas Bumi
Kadidia Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah
11. Survei Terpadu Geologi, Geokimia dan Geofisika Daerah Panas Bumi
Kintamani, Kabupaten Bangli, Provinsi Bali
12. Pengeboran sumur Landaian Suhu Daerah Panas Bumi B. Kili - G. Talang,
Sumatra Barat
13. Pengeboran Landaian Suhu Daerah Panas Bumi Lainea, Kabupaten,
Kabupaten Konawe selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara
2 Peningkatan Kemampuan
Pelayanan Informasi
5 Penyelidikan Geologi 1. Penyelidikan Geologi Teknik Rencana Bandara Internasional Buleleng, Bali
Teknik Untuk Menunjang 2. Penyelidikan Geologi Teknik Jaringan Rencana Jalur KA Lintas Selatan
Infrastruktur Kalimantan Bagian Barat - Kaltim
3. Penyelidikan Geologi Teknik Jaringan Rencana Jalur KA Lintas Selatan
Kalimantan Bagian Timur - Kaltim
4. Penyelidikan Geologi Teknik Infrastruktur Jalan Maros-Mandai, Sulsel
6 Penyelidikan Geologi Teknik 1. Pemetaan Geologi Teknik Lembar Kota Agung (Pulaupanggung), Provinsi
Bersistem Lampung
2. Pemetaan Geologi Teknik Lembar Tj. Karang (Tl Betung), Provinsi Lampung
3. Pemetaan Geologi Teknik Lembar Kota Agung (Banjarnegeri), Provinsi
Lampung
4. Pemetaan Geologi Teknik Lembar Kota Agung (Gd. Surian), Provinsi
Lampung
5. Pemetaan Geologi Teknik Lembar Baturaja (Kota Bumi), Provinsi Lampung
6. Pemetaan Geologi Teknik Lembar Kota Agung (Krui), Provinsi Lampung
7. Peninjauan Lapangan (Checking) Untuk Penyusunan Peta Geologi Teknik
Pulau Lombok, Prov. NTB
8. Peninjauan Lapangan (Checking) Untuk Penyusunan Peta Geologi Teknik
Pulau Sumbawa, Prov. NTB
7 Penyelidikan Geologi Teknik 1. Pemetaan Geologi Teknik Kota Nunukan, Prov. Kalimantan Timur
Perkotaan Pada Kawasan 2. Pemetaan Geologi Teknik Kota Malinau, Prov. Kalimantan Timur
Perbatasan, Pusat Kegiatan 3. Pemetaan Geologi Teknik Kota Dabo/Singkep, Prov. Kepri
Wilayah dan Nasional Serta 4. Pemetaan Geologi Teknik Namlea, Pulau Buru, Prov. Maluku
Pulau Terluar 5. Pemetaan Geologi Teknik Kota Baru, Pulau Laut, Prov. Kalsel
6. Pemetaan Geologi Teknik Kota Labuanbajo, Prov. NTT
7. Pemetaan Geologi Teknik Pulau Belitung, Prov. Bangka-Belitung
8. Pemetaan Geologi Teknik Pulau Ambon, Prov. Maluku
8 Pemetaan Hidrogeologi 1. Pemetaan Hidrogeologi Bersistem Skala 1:250.000 - Lembar 1111 -
Bersistem Indonesia Menggala, P. Sumatra
2. Pemetaan Hidrogeologi Bersistem Skala 1:250.000 - Lembar 1714 - Buntok,
P. Kalimantan
3. Pemetaan Hidrogeologi Bersistem Skala 1:250.000 - Lembar 2314 -
(Banggal) & Lembar 2214 (Batul) - Sulawesi
9 Penyelidikan Potensi 1. Penyelidikan Potensi Air Tanah CAT Metro- Kotabumi, Lampung
Cekungan Air Tanah 2. Penyelidikan Potensi Air Tanah CAT Jayapura, Papua
10 Penyelidikan Konservasi Penyelidikan Konservasi Cekungan Air Tanah CAT Tegal-Brebes, Jateng
Cekungan Air Tanah
11 Penyelidikan Konfigurasi 1. Penyelidikan Konfigurasi Akuifer CAT Metro- Kotabumi, Tahap II Lampung
Cekungan Air Tanah 2. Penyelidikan Konfigurasi Akuifer CAT Ngawi-Ponorogo, Jatim
12 Penyelidikan Geologi Penyelidikan Geologi Lingkungan Untuk Pemanfataan Ruang Daerah Resapan
Lingkungan Untuk Kawasan Bandung Barat, Jabar
Pemanfataan Ruang Daerah
Resapan
13 Penyelidikan Geologi Penyelidikan Geologi Lingkungan Untuk Pengelolaan degradasi lahan, Kab.
Lingkungan Untuk Banjar, Kalsel
Pengelolaan degradasi lahan
2 NSPK Bidang Geologi Teknik Penyusunan Draft Pedoman Penyelidikan Geologi Teknik Untuk TPA Sampah
Industri
3 NSPK Bidang Air Tanah 1. Penyusunan NSPK Sistem Informasi Air Tanah
2. Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Air Tanah
Data atau Model, dan Rekomendasi Teknis Hasil Penelitian dan Perekayasaan
1 Penyelidikan Geologi Teknik 1. Penyelidikan Geologi Teknik Potensi Liquifaksi Daerah Palu, Sulteng
Kasus-kasus Bahaya Geologi 2. Penyelidikan Geologi Teknik Potensi Liquifaksi Daerah Meulaboh, NAD
dan Isu Strategis Nasional 3. Penyelidikan Geologi Teknik Daerah Rawan Gempa Gorontalo, Gorontalo
4. Penyelidikan Geologi Teknik Daerah Rawan Gempa Halmahera, Maluku
Utara
2 Penelitian dan Perekayasaan 1. Kuantifikasi dan Pemodelan Air Tanah CAT Jakarta, DKI Jakarta
Pada Cekungan Air Tanah 2. Penelitian Air Tanah di Sekitar Danau Toba dan Sekitarnya, Sumut
3. Penelitian Air Tanah di Gunung Merapi dan Sekitarnya, DIY
6 Kelompok Survei Dinamika 1. Pengolahan Data dan Pengujian Laboratorium Geologi Kuarter
Kuarter 2. Interpretasi Analisa Laboratorium Pemetaan Kuarter Lembar Pati
3. Interpretasi Analisa Laboratorium
4. Demak: Pengolahan Data Pemetaan Geomorfologi Lembar Kudus
5. Pati: Pengolahan Data Pemetaan Geomorfologi Lembar Rembang
6. Pelulukan Demak: Pengolahan Data Pelulukan Demak
7. Climate Change Pantura: Pengolahan Data Climate Change daerah Demak
7 Kelompok Kerja Atlas Peta Metalogeni: Pengolahan Data Kalimantan, Sumatra
Metalogenik
8 Kelompok Kerja 1. Pengolahan Data Flores
Pengembangan konsep 2. Studi Paleontologi dan Sedimentologi Cekungan Kutai (Throughflow)
Geosain 3. Pengolahan Data Kalimantan Cross-Border
9 Kelompok Kerja assessment 1. Pengolahan Data Assesment Cekungan Papua Selatan
Geosain Migas 2. Pengolahan Data Assesment Cekungan Lariang-Sulawesi Barat
3. Interpretasi Hasil Analisis Laboratorium Lariang-Sulawesi Barat
4. Interpretasi Hasil Analisis Laboratorium Papua Selatan
10 Kelompok Kerja Atlas 1. Atlas Cekungan Luwuk Banggai
Cekungan 2. Atlas Cekungan Kendari dan Buton
3. Atlas Cekungan Ketungau
4. Atlas Cekungan Sengkang
Tugas
“Melaksakan penelitian dan Pelayanan bidang
geologi”
Fungsi
Ÿ Perumusan kebijakan di bidang geologi
Ÿ Perumusan rencana dan program penelitian dan
pelayanan
Ÿ Pembinaan dan pelaksanaan penelitian dan
pelayanan
Ÿ Pelayanan survei geologi, serta penelitian dan
pelayanan di bidang sumber daya geologi.
vulkanologi dan mitigasi bencana geologi dan
geologi lingkungan
Ÿ Pemberian rekomendasi serta penyajian informasi
untuk hasil survei, penelitian, dan pelayanan
Ÿ Evaluasi pelaksanaan penelitian dan pelayanan
bidang geologi
Ÿ Pelaksanaan urusan administrasi Badan Geologi