Anda di halaman 1dari 46

Bab XI.

Aliran Melalui Sistem Pipa

11.1.Pendahuluan.

Dalam pembahasan yang lalu telah dipelajari perilaku zat cair riil pada aliran melalui
pipa a.l.: distribusi kecepatan, tegangan geser, dan kehilangan energi. Selanjutnya
akan dibahas aliran melalui sistem pipa. Tinjauan dilakukan untuk aliran mantap
(steady flow) dan tak termampatkan (incompressible)

Sistem pipa berfungsi untuk mengalirkan zat cair dari suatu tempat ke tempat lain.
Pada pekerjaan teknik sipil banyak yang menggunakan pipa misalnya jaringan pipa air
minum , saluran drainasi , pipa pesat pada PLTA dan sebagainya. Untuk itu akan
dibahas garis energi dan garis tekanan, pipa dengan turbin dan pompa, pipa hubungan
seri dan paralel, pipa yang menghubungkan beberapa kolam, dan sistem jaringan pipa.

11.2. Garis energi dan garis tekanan.

Seperti sudah dijelaskan bahwa garis energi (energy grade line EGL)adalah garis yang
menghubungkan titik-titik tinggi energi total di setiap titik pada saluran pipa. Tinggi
energi total adalah jumlah dari tinggi elevasi, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan.
Pada aliran dalam pipa ada dua jenis kehingan energi yaitu kehilangan energi primer
(major losses) karena gesekan antara zat cair dan dinding saluran dan kehilangan
energi sekunder (minor losses) karena perubahan kecepatan dalam pipa.oleh karena
adanya kehilangan energi, maka garis energi selalu menurun. Zat cair akan mengalir
dari titik energi tinggi ke titik energi rendah.

Garis tekanan (hydrulic grade line HGL) menghubungkan titik-titik dari jumlah tinggi
tekanan dan tinggi elevasi diukur dari garis referensi (datum line). Berbeda dengan
garis energi yang selalu menurun, garis tekanan bisa naik. Garis tekanan menunjukkan
tekanan zat cair di setiap titik sepanjang pipa. Apabila tinggi kecepatan sangat kecil,
maka dapat diabaikan dan garis energi berimpit dengan garis tekanan.

Gambar 11.1. Garis energi (EGL) dan garis tekanan (HGL)


50 m

11.3. Pipa dengan turbin.

Pada PLTA pembangkit listrik tenaga air, energi air yang digunakan untuk memutar
turbin. Seperti ditunjukkan dalam gambar 11.2., air dari waduk dialirkan melalui
pipa / penstock untuk memutar turbin.

50 m

2100 kW 50 m

Q = 5 m3/s

116 kN·m

180 rpm

Gambar 11.2. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Secara skematis untuk menghitung daya yang dapat dibangkitkan, ditinjau pipa yang
mengalirkan air dari waduk yang di ujungnya dihubungkan curat dengan turbin sperti
gambar 11.3. Dengan menganggap kehilangan energi sekunder diabaikan, tinggi
tekanan efektif H adalah sama dengan tinggi statis Hs dikurangi kehilangan energi
primer hf :
H  Hs  hf
Ekhilangan energi primer (major losses) karena gesekan menurut Darcy-Weisbach :

L v2 8 f .L.Q 2
hf  f . . 
D 2g g 2 D 5

Dengan demikian tinggi tekanan efektif :

8. f .L.Q 2
H  Hs 
g 2 D 5

Daya yang tersedia pada curat :


D  Q.H . (kgf m/det)

Dimana :
Q = debit aliran (m3/det)
H = tinggi tekanan efektif (m)
 = berat jenis (specific weight) zat cair (kgf/m3)

Q.H .
Atau : D  (hp)
75

Apbila efisiensi turbin adalah , maka daya yang diberikan turbin adalah :

Q.H . .
D ...( hp )
75
Q. .  8. f .L.Q 2 
D  H s  
75  g . 2 D 5 

hf

Hs H

Gambar 11.3. Pipa dan turbin


Contoh Soal 11.1.

Turbin beroperasi dengan tinggi statis total 36 m, di supply air dengan menggunakan
pipa sepanjang 90 m dan diameter 20 cm. Jika debit sedemikian rupa sehingga
kehilangan energi karena gesekan 9,5 m, hitung daya yang dapat diberikan pada
turbin. Koefisien kehilangan energi f = 0,022.

Penyelesaian :

Kehilangan energi karena gesekan menurut Darcy-Weisbach :

L v2
hf  f . .
D 2g
90 v2
9,5  0,022  
0,20 2  9,81
9,5  0,20  2  9,81
v2   18,83
0,022  90
v  4,34.m / det
1 1
Debit aliran : Q  . .D 2 .v  . .(0,20) 2  4,34  0.135.m 3 / det
4 4

H  H s  hf
Tinggi efektif :
H  36  9,5  26,5.m

Maka daya yang diberikan pada turbin :

Q.H .
D
75
0,135  26,5  1000
D  47,7.hp
75
Bila efisiensi turbin  = 0,90 maka daya yang diberikan oleh turbin adalah :

Q.H . .
D  0,9  47,7  42,93.hp
75
11.4. Pipa dengan pompa.

Gambar 11.4. Pipa dengan pompa

Apabila pompa digunakan untuk menaikkan air dari tandon bawah ke tandon atas
dengan selisih elevasi muka air H, seperti ditunjukkan pada gambar 11.4., maka daya
yang digunakan oleh pompa adalah sama dengan tinggi H ditambah kehilangan energi
selama pengaliran. Kehilangan energi adalah ekivalen dengan penambahan tinggi
elevasi, sehingga efeknya sama dengan bila pompa menaikkan air setinggi
H p  H   h f . Kehilangan energi dapat karena gesekan (major losses) dan minor
losses, namun seandainya minor losses diabaikan maka kehilangan energi karena
gesekan baik pipa sebelum maupun sesudah pompa. Pipa sebelum pompa merupakan
pompa hisap, sedang pipa setelah pompa adalah pipa tekan.

Daya yang diperlukan pompa untuk menaikkan air :

D  Q.H p . (kgf m/det)


atau
Q.H p .
D (hp)
75.

dimana :  = efisiensi pompa.


Contoh Soal 11.2.

Air dipompa dari kolam A yang mempunyai elevasi muka air 30 m ke kolam B
dengan elevasi muka air 75 m dengan debit aliran Q = 0,060 m3/det. Panjang pipa
dari A ke B adalah 500 m, diameter 0,15 m dan koefisien gesekan f = 0,015.
kehilangan energi sekunder (minor losses) diabaikan. Berapa daya yang diperlukan
pompa apabila efisiensi pompa 80%.

Penyelesaian :

Kehilangan energi karena gesekan (major losses), menurut Darcy-Weisbach :

L v2
hf  f . .
D 2g
500 (0,060 / 14 . .0,15 )
2 2
h f  0,015    29,38.m
0,15 2  9,81

Ketinggian pompa : H p  H  hf
H p  (75  30)  29,38  74,38.m

Daya pompa yang diperlukan :

Q.H p .
D
75.
0,060  74,38  1000
D  74,38.hp
75  0,80

11.5. Sistem Pipa.

11.5.1. Pipa hubungan seri.

Jika pipa dibuat dari beberapa panjang dengan diameter yang berbeda, pipa tersebut
dihubungkan secara seri. Gambar 11.5 adalah sistem pipa yang terdiri dari tiga pipa
yang panjang ,diameter dan koefisien gesekannya masing-masing adalah L1, L2, L3,
D1, D2, D3 dan f1, f2, f3, kondisi tersebut harus memenuhi persamaan kontinuitas
dan persamaan energi.
H=hL

Gambar 11.5. Pipa dalam hubungan seri

Apabila beda elevasi kedua tandon diketahui, besarnya debit aliran Q dapat dihitung
dengan mengunakan persamaan kontinuitas dan dan persamaan energi Bernoulli.
Garis energi dapat digambar dengan memperhitungkan kehilangan energi primer
karena gesekan hf dan kehilangan energi sekunder karena perbuhan kecepatan. Bila
kehilangan energi sekunder diangap kecil dapat diabaikan.

Persamaan kontinuitas :

Q  Q1  Q2  Q3

Bila kehilangan energi primer masing-masing pipa adalah hf1, hf2, hf3 dan
kehilangan energi sekunder diabaikan, persamaan Bernoulli untuk titik A dan titik B :

p A v A2 p v2
zA    zB  B  B  h f 1  h f 2  hf 3
 2g  2g

Apabila penampang tandon sangat besar, pada kedua vA = vB = 0, dan tinggi tekanan
adalah HA dan HB, sehingga persamaan di atas menjadi :

z A  H A  zB  H B  h f 1  h f 2  h f 3
(z A  H A )  (zB  H B )  h f 1  h f 2  h f 3
atau
H  hf1  hf 2  hf 3

Dengan menggunakan persamaan Darcy-Weisbach :

L1 v12 L v2 L v2
H  f1 . .  f 2. 2 . 2  f3. 3 . 3
D1 2 g D2 2 g D3 2 g
Kecepatan aliran pada masing-masing pipa:

Q Q Q
v1  v2  v3 
1
4 . .D12 1
4 . .D22 1
4 . .D32

Substitusikan kecepatan pada persamaan di atas, sehingga didapat :

8.Q 2  f 1 .L1 f 2 .L2 f 3 .L3 


H  5   
g . 2  D D 5
D 5 
 1 2 3 

Debit aliran adalah :

 2.g.H
Q
 f .L f .L f .L 
4. 1 5 1  2 5 3  3 5 3 
 D1 D2 D3 

Apabila penyelesaian pipa seri dilakukan dengan suatu pipa ekivalen yang
mempunyai penampang seragam, maka kehilangan energi pada pipa ekivalen sama
dengan kehilangan energi pipa yang digantikan. Ditentukan diameter ekivalen De dan
koefisien gesekan ekivalen fe , maka panjang ekivalen dapat dihitung.

8.Q 2  f e .Le 
H  5 
g . 2  D 
 e 

Substitusikan ke persamaan di atas, maka didapat panjang pipa ekivalen:

De5  f 1 .L1 f 2 .L2 f 3 .L3 


Le     5 
f e  D15 D25 D3 

Contoh Soal 11.3.

Saluran pipa baja yang seragam diameter 40 cm dan panjang 2000 m mengalirkan air
pada temperatur 10C antara dua tandon (reservoir) seperti pada gambar. Kedua
waduk mempunyai perbedaan elevasi muka air 30 m. Pada pertengahan jalur saluran
pipa harus dinaikkan agar dapat melewati bukit. Tentukan elevasi maksimum puncak
S boleh dinaikkan di atas permukaan air tandon hilir.
Penyelesaian :

Kehilangan energi total antara kedua tandon adalah 30 m, termasuk kehilangan energi
pada inlet (entrance) he, gesekan hf dan debit hd.
Persamaan energi Bernoulli untuk titik A dan B :

2 2
p v p v
z A  A  A  z B  B  B   hL
 2g  2g
oleh karena tandon sangat luas: v A  v B  0 , sehingga :

pA p v2 L v2 v2
(z A  )  ( z B  B )   hL  K e .  f. .  Kd .
  2g D 2g 2g

L V2
hA  hB  30  ( K e  f  Kd )
D 2g

Diambil f = 0.025
2000 V2
30  (0.5  0.025  1) V  2.175m / det
0.4 2(9.81)

Untuk pipa baja komersial , k/D = 0.00011, dan angka Reynolds :


VD 2,157  0,4
Re    6,6  10 5
 1,31  10 6

Dari grafik Moody didapatkan f = 0.014, yang berbeda dengan anggapan mula-mula.
Persamaan energi Bernoulli harus ditulis lagi sebagai berikut :
2000 V2
30  (0.5  0.014  1) V  2.87 m / det
0 .4 2(9.81)
Angka Reynolds dihitung lagi, didapatkan, Re = 8,76x10 5 dan dari grafik Moody
didapatkan f = 0,0138, yang mendekati anggapan kedua.

Tekanan atmosfer pada tandon hilir, dan muka air tandon hilir diambil sebagai bidang
referensi (datum), dan tinggi kecepatan pada tandon dapat diabaikan..
Pada temperatur 10oC tinggi tekanan uap air adalah -10.2 m.
Persamaan energi Bernoulli antara titik puncak S dan tandon hilir dapat ditulis sebagai
berikut :
V2 L V2
 10.2  hs  0  0  0  ( f  Kd )
2g D 2g

Tinggi tekanan negatif maksimum adalah – 10,2 m

Elevasi maksimum yang puncak jalur saluran pipa, S, dapat dinaikkan hs, adalah:
L V2 V2
hs  (0  10.2)  (1  f ) 
D 2g 2g
1000 2.87 2
 10.2  [(0.014 ]  24.9m
0.4 2(9.81)

Secara teoritis, jika puncak lebih tinggi dari 24,9 m, diperlukan pompa untuk
mengalirkan air.

Contoh Soal 11.4.

Pipa 1, 2, dan 3 mempunyai panjang dan diameter masing-masing sebagai berikut 300
m dan 300 mm, 150 m dan 200 mm, serta 250 m dan 250 mm, terbuat dari besi cor
baru mengalirkan air pada temperatur 15oC. Jika H = 10 m, hitung debit aliran dari
tandon A ke tandon B. Bila sambungan pipa1 dan 2 pada elevasi 15 m di bawah
elevasi muka air tandon A, hitung tekanan pada sambungan tersebut.
Penyelesaian :

Untuk pipa besi cor: tinggi kekasaran k = 0.25 mm = 0.00025 m


Untuk air pada temperatur 15oC: kekentalan kinematis  = 1,139 x 10 -6 m2/det

Kekasaran relatif k/D :  bila dianggap turbulen sempurna f  F (k / D)


Dari grafik Moody akan didapatkan :
Pipa 1 : k/D1 = 0,00025/0,3 = 0,00083  f1 = 0,019
Pipa 2 : k/D2 = 0,00025/0,2 = 0,00125  f2 = 0,021
Pipa 3 : k/D3 = 0,00025/0,25 = 0,001  f3 = 0,020

Persamaan Energi untuk titik A dan B:

2 2
pA vA p v
zA    z B  B  B   hL
 2g  2g

oleh karena tandon sangat luas, maka kecepatan : v A  v B  0 , sehingga :

pA p
(z A  )  ( z B  B )   hL
 
Dan apabila kehilangan energi sekunder (minor losses) diabaikan, maka :

L1 V12 L V2 L V2
H  f1 . .  f 2. 2 . 2  f3. 3 . 3
D1 2 g D2 2 g D3 2 g

2 2 2
300 V1 150 V2 250 V3
H  10  0.019( )  0.021( )  0.020( )
0.3 2 g 0.2 2 g 0.25 2 g

Persamaan Kontinuitas:

Q  Q1  Q2  Q3

1
4 . .D12 .V1  14 . .D22 .V2  14 . .D32 .V3
2 2
D  D 
V2  V1 . 1  ...dan...V3  V1 . 1 
 D2   D3 

4 4 2 2
V2
2
V1  D1
2
 2
V1  0,3  V1
2
V3 V
       5.06 dan  2.07 1
2 g 2 g  D2  2 g  0,2  2g 2g 2g

substitusikan ke persamaan di atas, maka didapatkan :


2
V1 1000 750 1000
10  [0.019( )  0.021( )5.06  0.020( ) 2.07]
2g 1 1 1
2
V1
 0.0713m
2g
V1  2(9,81m / det 2 )(0,0713m)  1,183.m / det
2
 0,3 
V2  1,183.   2,662.m / det
 0,2 
2
 0,3 
V3  1,183.   1,704.m / det
 0,25 
Dikontrol apakah anggapan di atas benar, dihitung angka Reynolds :

V .D
Re 

Re1 = 3,12 x 105


Re2 = 7,01 x 105
Re3 = 4,49 x 105

Dari angka-angka Reynolds di atas dan kekasaran relatif , termasuk aliran transisi
sehingga anggapan turbulen sempurna tidak benar. Namun dari grafik Moody
perbedaan koefisien gesekan kecil atau mendekati sama, maka anggapan dapat
diterima.

Sehingga debit aliran : Q = A1.V1 = 0,0836 m3/det

Bila pipa seri 1,2 dan 3 diganti dengan satu jenis pipa saja misalnya De = D1 = 0,30
m, maka akan diperlukan satu jenis pipa diameter De dengan panjang Le.

De5  f 1 .L1 f 2 .L2 f 3 .L3 


Le     5 
f e  D15 D25 D3 

(0,30) 5  0,019  300 0,021  150 0020  250 


Le       2213,78.m
0,019  0,30
5
0,20 5 0,255 

Dengan hasil ini dapat dichek apakah kehilangan energi = H

8.Q 2  f e .Le 
H  5 
g . 2  D 
 e 

8  0,0836 2  0,019  2213,78 


H     9,996  10, m
9,81   2  0,30 5 

Menghitung tekanan sambungan pipa 1 dan 2.

ps
Tinggi tekan pada sambungan

Persamaan Bernoulli untuk titik A dan sambungan S :
2 2
p v p v
z A  A  A  zS  S  S  h f 1
 2g  2g

Bila tinggi kecepatan diabaikan , akan didapat:

pA p
{( z A  )  zS }  h f 1  S
 
pA
Selisih muka air tandon A dan sambungan {( z A  )  z S }  15

300 1,183 2
h f 1  0,019    1,36.m
0,30 2  9,81

Sehingga :
pS
 15  1,36  13,64.m

p S  13,64    13,64  1000  13640.kgf / m 2  1,364.kgf / cm 2
p S  13,64   .g  13,64  1000  9,81  133808,4.N / m 2  133,808.kN / m 2
Tekanan pada sambungan adalah : 1,364 kgf/cm2 (satuan MKS)
133,808 kN/m2 (satuan SI)

Contoh Soal 11.5.

Hitung debit aliran pipa seri pada contoh soal 11.4. dengan memperhitungkan
kehilangan energi sekunder (minor losses).

H=10m

Penyelesaian :
Untuk pipa besi cor: tinggi kekasaran k = 0.25 mm = 0.00025 m
Untuk air pada temperatur 15oC: kekentalan kinematis  = 1,139 x 10 -6 m2/det

Kekasaran relatif k/D :  bila dianggap turbulen sempurna f  F (k / D)


Dari grafik Moody akan didapatkan :
Pipa 1 : k/D1 = 0,00025/0,3 = 0,00083  f1 = 0,019
Pipa 2 : k/D2 = 0,00025/0,2 = 0,00125  f2 = 0,021
Pipa 3 : k/D3 = 0,00025/0,25 = 0,001  f3 = 0,020

Persamaan Energi untuk titik A dan B:

2 2
pA vA p v
zA    z B  B  B   hL
 2g  2g

oleh karena tandon sangat luas, maka kecepatan : v A  v B  0 , sehingga :

pA p
(z A  )  ( z B  B )   hL
 
V12 L V2 V2 L V2 V2 L V2 V2
H  Ke.  f1 . 1 . 1  K c . 2  f 2 . 2 . 2  K E . 2  f 3 . 3 . 3  K O . 3
2g D1 2 g 2g D2 2 g 2g D3 2 g 2g

Koefisien kehilangan energi :


Inlet (entrance) : Ke = 0,5
Pipa besar - pipa kecil : Kc = 0,5
2 2 2
 A   D 2   0,20 2 
Pipa kecil - pipa besar : K E  1  2   1  22   1    0,13
2 
 A3   D3   0.25 
Outlet : Ko = 1
Persamaan Kontinuitas:

Q  Q1  Q2  Q3

1
4 . .D12 .V1  14 . .D22 .V2  14 . .D32 .V3
2 2
D  D 
V2  V1 . 1  ...dan...V3  V1 . 1 
 D2   D3 

4 4 2 2
V2 V
2 2
 D1  V
2
 0,3  V
2
V3 V
 1    1    5.06 1 dan  2.07 1
2g 2g  D2  2g  0,2  2g 2g 2g

maka persamaan energi Bernoulli di atas menjadi :

V12 L V2 V2 L V2 V2 L V2 V2
H  Ke.  f1 . 1 . 1  K c . 2  f 2 . 2 . 2  K E . 2  f 3 . 3 . 3  K O . 3
2g D1 2 g 2g D2 2 g 2g D3 2 g 2g
V12 300 V12 V12 150 V12
10  0,5.  0,019. .  0,5  5,06.  0,021. .5,06.
2  9,81 0,30 2  9,81 2  9,81 0,20 2  9,81
V12 250 V12 V12
 0,13  5,06.  0,020. .2,07.  2,07.
2  9,81 0,25 2  9,81 2  9,81
10  2  9,81  (0,5  19  2,53  79,70  0,66  41,4  2,07)  V12

V1  1,160.m / det
2
 0,3 
V2  1,160.   2,610.m / det
 0,2 
2
 0,3 
V3  1,160.   1,670.m / det
 0,25 
Dikontrol apakah anggapan di atas benar, dihitung angka Reynolds :

Re1 = 3,06 x 105


Re2 = 4,58 x 105
Re3 = 3,67 x 105

Dari angka-angka Reynolds di atas dan kekasaran relatif , termasuk aliran transisi
sehingga anggapan turbulen sempurna tidak benar. Namun dari grafik Moody
perbedaan koefisien gesekan kecil atau mendekati sama, maka anggapan dapat
diterima.

Sehingga debit aliran : Q = A1.V1 = 0,0820 m3/det

Pengechekan kehilangan energi :

Kehilangan energi primer (major losses):


300 1,160 2
Pipa 1 : h f 1  0,019    1,303.m
0,30 2  9,81
150 2,610 2
Pipa 2 : h f 2  0,021    5,468.m
0,20 2  9,81
250 1,670 2
Pipa 3 : h f 3  0,020    2,843, m
0,25 2  9,81

Kehilangan energi sekunder (minor losses):


1,160 2
Inlet (entrance) : he  0,5   0,034, m
2  9,81
2,610 2
Pipa besar – kecil: hc  0,5   0,174.m
2  9,81
2,610 2
hE  0,13   0,045.m
Pipa kecil – besar : 2  9,81

1,670 2
Outlet : hO   0,142.m
2  9,81
Kehilangan tinggi total :  hL  10,009  H  10.m
Dengan demikian garis energi (EL) dan garis tekanan (HGL) dapat digambar.

11.5.2. Pipa hubungan paralel.

Apabila pipa 1, 2 dan 3 dipasang secara paralel untuk menghubungkan kolam/tandon


A ke kolam B, seperti ditunjukkan pada gambar 11.7., harus memenuhi pesamaan
kontinuitas dan persamaan energi Bernoulli.

3 B

Gambar 11.6. Pipa hubungan paralel

Persamaan kontinuitas :

Q  Q1  Q2  Q3

Q
4
 D12 .v1  D22 .v2  D32 .v3 

Persamaan energi, Bernoulli :

H  hf1  hf 2  hf 3
L1 v12 L v2 L v2
H  f1 . .  f 2. 2 . 2  f3. 3 . 3
D1 2 g D2 2 g D3 2 g

Panjang pipa ekivalen ditentukan dengan cara yang sama seperti pada hubungan seri.
Dari persamaan kehilangan energi :
8.Q 2  f e .Le 
H  5 
g . 2  D 
 e 
1
  D5  2 12
Debit aliran : Q  . 2 g . e  .H

4  f e .Le 

Dengan cara yang sama, maka debit masing-masing pipa adalah :


1
  D5  2 1
Q1  . 2 g . 1  .H 2
4  f 1 .L1 

1
  D25  2 12
Q2  . 2 g .  .H
4  f 2 .L2 

1
  D35  2 1 2
Q3  . 2 g .  .H
4  f 3 .L3 

Substitusikan pada persamaan kontinuitas di atas maka didapat :


1 1 1
 De5  2
 D5  2
 D5  2
 D5 
    1    2    3 
 f e .Le   f 1 .L1   f 2 .L2   f 3 .L3 

Contoh soal 11.6.

Sistem pipa besi galvanisir horisontal, terdiri dari pipa utama diameter 20 cm, panjang
4 m, diantara dua sambungan (joint) 1 dan 2. Pipa cabang diamater 12 cm dan panjang
6,4 m, terdiri dari dua belokan 90 o (R/D=2.0) dan keran (glove valve). System
mengalirkan debit total sebesar 0,26 m3/det air pada temperatur 10oC. Tentukan
besarnya debit aliran pada masing-masing pipa jika kedua keran (valves) dibuka
penuh.
Penyelesaian :

Luas penampang pipa a dan b adalah :

0.2 2 0.12 2
Aa   ( )  0.0314m 2 Ab   ( )  0.0113m 2
2 2

Persamaan kontinuitas :

Q  Qa  Qb  Aa .Va  Ab .Vb

0.26m 3 /det  A a Va  A b Vb  0.314Va  0.0113Vb

Kehilangan energi antara titik 1 dan 2 sepajang pipa utama adalah ha, karena gesekan
dan melewati keran (valve) :
2 2
La Va V
ha  f a ()  0.15 a
Da 2 g 2g
Term kedua pada persamaan di atas adalah kehilangan energi melewati keran yang
dibuka penuh.

kehilangan energi antara titik 1 dan 2 sepanjang pipa cabang adalah hb, karena
gesekan, dua kali belokan dan melewati keran :
2 2 2
Lb Vb V V
hb  f b ( )  2(0.19) b  10 b
Db 2 g 2g 2g
Term kedua karena belokan dan term ketiga karena keran dibuka penuh.

Dalam hubungan paralel kehilangan energi melalui kedua jalur pipa harus sama, maka
didapatkan :

ha  hb
2 2 2 2 2
L V V L V V V
f a ( a ) a  0.15 a  f b ( b ) b  2(0.19) b  10 b
Da 2 g 2g Db 2 g 2g 2g
2 2
4 V 6.4 V
[ fa ( )  0.15] a  [ f b ( )  0.38  10] b
0.2 2g 0.12 2g
Kekasaran relatif pipa a : (k/D)a = 0.15/200 = 0.00075
Pipa b : (k/D)b = 0.15/120 = 0.00125

Dengan menganggap aliran turbulen sempurna : f  F (k / D) , maka dari grafik


Moody didapat fmin:

fa = 0.0185 dan fb=0.021


sebagai pendekatan anggapan pertama.

Substitusikan persamaan energi di atas, didapatkan :


2 2
[20  0.185  0.15]Va  [53.33  0.021  10.38]Vb

11 .50
Va  Vb  4.70Vb
0.52

Substitusikan Va ke dalam persamaan kontinuitas di atas, didapatkan:


0.26  0.0314  ( 4.7Vb )  0.0113Vb  0.159Vb
0.26
Vb   1.636m / det
0.159
Va  4.70Vb  4.70  1.636  7.818m / det

Dengan kecepatan telah dihitung, maka angka Reynolds dapat dihitung untuk
mengechek harga koefisien gesekan anggapan/asumsi pertama.
Untuk pipa a:

Va Da 7.818  0.2
Ra    1.19  106
 1.31 10 6

Dari grafik Moody didapatkan f = 0.0185, sesuai dengan asumsi pertama.


Untuk pipa b:
Vb Db 1.636  0.12
Rb    1.40 105
 1.3110 6

Dari grafik Moody didapatkan fb = 0.0225, yang tidak sama dengan anggapan/asumsi
pertama 0.021

Persamaan kontinuitas dan persamaan energi diselesaikan lagi dengan harga baru fb:
2 2
[20  0.185  0.15]Va  [53.33  0.02225  10.38]Vb
Va  4.70Vb
Vb=1.630 m/det dan Va = 7.693 m/det

Sehingga , debit aliran adalah :


Qa = AaVa = 0.0314x7.693 = 0.242 m3/det
Qb = AbVb= 0.01134x1.630 = 0.018 m3/det

Contoh Soal 11.7.


Air dipompa dari tandon A ke tandon B melalui pipa 1 (D1 = 60 cm, L1 = 500 m)
yang kemudian bercabang menjadi pipa 2 (D2 = 30 cm, L2 = 1000 m) dan pipa 3 (D3
= 45 cm, L3 = 1000 m). pompa terletak pada tandon A dan muka air tandon B berada
90 m di atas muka air tandon A. koefisien gesekan untuk semua pipa 0,018. Debit
aliran 400 liter/det. Tentukan :
a. Panjang pipa ekivalen terhadap pipa 1.
b. Daya pompa (hp), bila efisiensi pompa 0,75.
c. Debit masing-masing pipa bercabang.

hf1
hf1+hf2
hf2

B
(2)

Hs
(3)

(1)

P
A

Penyelesaian :

a. Menghitung panjang pipa ekivalen.

Persamaan kehilangan energi, menurut Darcy-Weisbach :


L v2 8 f .L
hf  f . .  .Q 2
D 2g g 2 D 5
h f .g . 2 D 5
Q
8 f .L

Untuk pipa hubungan paralel, pipa 2 dan 3 diganti dengan jenis pipa 1, sehingga De =
D1 = 0,60 m.
1 1 1
 De5  2
 D5  2
 D5  2
    2    3 
 f e .Le   f 2 .L2   f 3 .L3 

1 1 1
 0,60 5  2
 0,30 5  2
 0,45 5  2
       
 0,018  Le   0,018  1000   0,018  1000 
2,078
 0,0116  0,0320  0,0436
Le

Le  2271,5.m

Sehingga panjang total pipa yang menghubungkan tandon A ke B :


L = 500 +2271,5 =2771,5 m

b. Menghitung daya pompa:

8. f .L 8  0,018  2771,5
hf  .Q 2  .(0,40) 2  8,48.m
g. .D
2 5
9,81  2  (0,60) 5

Tinggi efektif : Hp = Hs + hf = 90 + 8,48 = 98,48 m.


Daya pompa yang diperlukan :

Q.H p .
D
75.
0,40  98,48  1000
D  700,28.hp
75  0,75

c. Menghitung debit aliran pipa 2 dan pipa 3 :

Kehilangan energi karena gesekan pipa 1 dan pipa 2 sama dengan pipa ekivalen :

h fe  h f 2  h f 3
8. f e .Le 8  0,018  2271,5
h fe  .Q 2   (0,4) 2  6,95.m
g . .De
2 5
9,81   2  (0,60) 5

Pipa 2 :
h f 2  h fe
8  0,018  1000 2
6,95  .Q2
9,81   2  (0,30) 5
Q2  0,107.m 3 / det  107.liter / det .

Pipa 3 :
h f 3  h fe
8  0,018  1000 2
6,95  .Q3
9,81    (0,45)
2 5

Q3  0,293.m 3 / det  293.liter / det

Persoalan aliran debit juga dapat dihitung sebagai berikut :

h f  hf1  hf 2  hf1  hf 3
hf 2  hf 3
8  0,018  1000 2 8  0,018  1000 2
.Q2  .Q3
9,81   2  (0,30) 5 9,81   2  (0,45) 5
Q2  0,363.Q3

Persamaan kontinuitas : Q = Q2 + Q3
0,40 = 0,363.Q3 + Q3
Q3 = 0,293 m3/det = 293 liter/det
Q2 = 0,363 x 0,293 = 0,107 m3/det = 107 liter/det.

11.5.3. Pipa bercabang.

Dalam praktek sering sistem pipa menghubungkan tiga atau lebih kolam/
tandon/reservoir.Biasanya data yang diketahui adalah :
 pipa : panjang, diameter, macam/jenis
 air : rapat massa, kekentalan
sedangkan yang harus dicari adalah debit aliran.

Tipe permasalan teknik sipil dalam sistem tiga tandon, biasanya adalah sebagi
berikut :
1. Tipe I: Pipa bercabang dari sistim tiga tandon untuk mencari perhitungan
kehilangan energi (head loss) dan elevasi muka air hilir
2. Tipe II : Tiga tandon dihubungkan oleh pipa, mencari perhitungan debit
dengan konfigurasi pipa dan elevasi muka air diketahui
3. Tipe III: Tiga tandon dihubungkan oleh pipa, mencari perhitungan ukuran pipa
untuk mendapatkan debit yang diinginkan

Untuk menganalisis garis energi atu tekanan dan debit aliran, ditinjau sistem
pipabercabang seperti ditunjukkan pada gambar 11.7.
hf1

hT =hf3

Gambar 11.7.
Pipa menghubungkan tiga tandon

Garis energi EL dianggap berimpit dengan garis tekanan HGL dan berada pada muka
air pada tiap-tiap tandon, dan bertemu pada satu titik diatas titik cabang T. Debit
aliran melalui tiap pipa ditentukan oleh kemiringan garis tekanan masing-masing.
Arah aliran adalah sama dengan arah kemiringan garis tekanan atau garis energi.

Persamaan kontinuitas pada titik cabang, yaitu aliran menuju titik cabang T harus
sama dengan yang meninggalkan T. Pada gambar terlihat bahwa air keluardari tandon
A dan masuk ke tandon B dan C. Persamaan kontinuitas adalah :

Q1  Q2  Q3

Namun dapat juga aliran dari tandon A dan tandon B masuk ke tandon C, sehingga
persamaan kontinuitas :

Q1  Q2  Q3

Hal ini tergantung pada elevasi garis tekanan pada titik cabang lebih besar atau lebih
kecil dibandingkan muka air tandon B. Prosedur perhitungan dilakukan sebagai
berikut :
1. Anggap garis tekanan di titik T mempunyai elevasi hT
2. Hitung Q1, Q2 dan Q3
3. Jika persamaan kontinuitas dipenuhi , maka Q1, Q2 dan Q3 benar
4. Jika persamaan kontinuitas tidak dipenuhi, maka dibuat anggapan baru
 hT dinaikkan bila air masuk lebih besar dari air keluar titik T
 hT diturunkan bila air masuk lebih kecil dari air keluar titik T
5. Ulangi prosedur tersebut sampai dipenuhi persamaan kontinuitas
Dengan menganggap bahwa elevasi muka air pada tandon C sebagai bidang referensi
dan dianggap bahwa elevasi garis tekanan di T di bawah elevasi muka air tandon B
(hT < zB), maka persamaan aliran mempunyai hubungan sebagai berikut :
Persamaan energi :
2
L1 v1
z A  hT  h f 1  f 1 . .
D1 2 g
2
l v
z B  hT  h f 2  f2. 2 . 2
D2 2 g
2
L v
hT  h f 3  f3. 3 . 3
D3 2 g

Persamaan kontinuitas :
Q1  Q2  Q3

Dari persamaan di atas, zA dan zB serta karakteristik pipa diketahui maka hT, Q1, Q2
dan Q3 dapat dihitung.
Prosedur perhitungan secara iterative dapat dilakukan mengikuti prosedur seperti
Fast Formula (Rumus Cepat)
ditunjukkan pada diagram alir (flowchart) pada gambar 11.8. Dalam salah satu
langkah dapat dilakukan perhitungan cepat sebagai berikut :

Persamaan Darcy-Weisbach Persamaan transformasi

L V2 1 L
hf  f V
D 2g f 2 gDh f
DV
R

2 gDh f e / D 2.51 L 1
 2 log(
e / D 2.51
 )
V  2 log(  ) 3 .7 R f
L 3.7 D 2 gDh f f

Persamaan Colebrook

ME33 : Fluid Flow 36 Chapter 2: Properties of Fluids


End
Begin
Solution Procedure
Assign a P
value

Calculate head loss for


target pipes

Use a fast estimation


formula
Calculate flow
rate for all pipes

Check mass balance


at junction point ?
No Yes
Check Reynolds Number

Calculate water level at the target reservoir Calculate flow rate at the target pipe

End

Gambar 11.8. Diagram alir prosedur perhitungan pipa sistem tiga tandon.
Contoh Soal 11.8.

Pipa sistem tiga tandon seperti ditunjukkan dalam gambar dengan data sebagai berikut
:
 Pipa 1: diameter 300 mm, panjang 900 m,
 Pipa 2: diameter 200 mm, panjang 250 m,
 Pipa 3: diameter 150 mm, panjang 700 m.
 Koefisien Hazen-Williams untuk semua pipa adalah 120.
 Elevasi muka air tandon A, B, dan C adalah 160 m, 150 m, dan 120 m,.
Pertanyaan :
a.Apakah air masuk atau meninggalkan tandon B?
b. Hitung debit masing-masing pipa?

hf1

hf2

HT=hf3

Gambar Contoh Soal 11.8.


Pipa menghubungkan tiga tandon

Penyelesaian :

Untuk menghitung kehilangan energi karena gesekan dipakai persamaan Hazen-


William :
10.675L
h f  KQ m K 1.852
m  1.852 SI unit
C HW D 4.87

Pipa 1 2 3
L (m) 900 250 700
D (m) 0.3 0.2 0.15
L/D 3000 1250 4667
CHW 120 120 120
M 1.852 1.852 1.852
K 480 961 10924
Diambil bidang referensi muka air tandon C :

zA = elevasi tandon A – elevasi tandon C = 160 – 120 = 40 m


zB = elevasi tandon B – elevasi tandon C = 150 – 120 = 30 m

(a) Trial 1. dicoba muka air piezometer P sama dengan elevasi tandon B = 150 m,
sehingga: hT = zB = 30 m.

Pipa 1 : h f 1  z A  hT  40  30  10.m

h f 1  K 1 .Q m
10  480  Q 1,852
1
 10  1,852
Q1     0,1236.m 3 / det
 480 

Pipa 2 : h f 2  z B  hT  30  30  0
Q2  0

Pipa 3 : h f 3  hT  30.m

h f 3  K 3 .Q31,852
30  10924  Q31,852
1
 30  1, 852
Q3     0,0414.m 3 / det
 10924 

Persamaan kontinuitas : Q  Q1  (Q2  Q3 )  0,1236  (0  0,0414)  0,0822


Q 0,0822
Kesalahan :     198,6.%  5%
Qterkecil 0,0414

(b) Trial 2, karena air masuk > air keluar titik T ,maka dicoba h T dinaikkan dari trial 1,
elevasi piezometer 155 m , sehingga hT = 5 m.

Dengan perhitungan yang sama bahwa :


h f 1  z A  hT
h f 2  z B  hT
h f 3  hT
1
 hf  m
Q   
 K 
Selanjutnya perhitungan dapat ditabelkan sebagai berikut:

Pipa 1 2 3
hf (m) 5 5 35
Q (m3/det) 0.0850 0.0584 0.0450

Persamaan kontinuitas :
Q  Q1  (Q2  Q3 )  0,0850  (0,0584  0,0450)  0,0184.m 3 / det
Q 0,0184
Kesalahan :     40,9.%  5%
Qterkecil 0,0450

(c)Trial 3. karena air masuk < air keluar titik T, maka dicoba hT lebih kecil trial 2.
untuk menentukan hT dapat dilakukan interpolasi dari dua trial di atas. Dicoba
piezometer P pada elevasi 154 m., sehingga hT = 34 m.
Dengan perhitungan yang sama bahwa :
h f 1  z A  hT
h f 2  z B  hT
h f 3  hT
1
 hf  m
Q   
 K 

Selanjutnya perhitungan dapat ditabelkan sebagai berikut:

Pipa 1 2 3
hf (m) 6 4 34
Q (m3/det) 0.0938 0.0518 0.0443
V (m/det) 1.327 1.649 2.51

Persamaan kontinuitas :
Q  Q1  (Q2  Q3 )  0,0938  (0,0518  0,0443)  0,0023.m / det
3

Q 0,0023
Kesalahan :     5,19.%  5%
Qterkecil 0,0443

Kesalahan sudah dianggap kecil, maka debit pada masing-masing pipa seperti tertera
pada tabel perhitungan. Semua kecepatan Vs < 3 m/det, penyelesaian sudah benar.
Contoh Soal 11.9.

Pipa sistem tiga tandon seperti ditunjukkan dalam gambar dengan data sebagai berikut
:
 Pipa 1: diameter 300 mm, panjang 16 km,
 Pipa 2: diameter 225 mm, panjang 10 km,
 Pipa 3: diameter 150 mm, panjang 8 km.
 Koefisien gesekan Darcy-Weisbach untuk semua pipa adalah 0,04.
 Elevasi muka air tandon A, B, dan C adalah 200 m, 130 m, dan 100 m,.
Pertanyaan :
a. Apakah air masuk atau meninggalkan tandon B?
b. Hitung debit masing-masing pipa?

hf1

hf2

hT=hf3

Gambar Contoh Soal 11.9.


Pipa menghubungkan tiga tandon

Penyelesaian :

Untuk menghitung kehilangan energi karena gesekan dipakai persamaan Darcy-


Weisbach :
L v2 8 f .L.Q 2
hf  f . . 
D 2g g 2 D 5
8. f .L
h f  KQ m K m2
g. 2 .D 5
Pipa 1 2 3
L (m) 16000 10000 8000
D (m) 0.300 0.225 0.15
L/D 53333,33 44444,44 53333,33
CDW 0,04 0,04 0,04
m 2 2 2
K 21761,81 57315,04 348188,90

Diambil bidang referensi muka air tandon C :

zA = elevasi tandon A – elevasi tandon C = 200 – 100 = 100 m


zB = elevasi tandon B – elevasi tandon C = 130 – 100 = 30 m

(a) Trial 1. dicoba muka air piezometer P pada elevasi tandon = 150 m, sehingga:
hT = 150 - 100 = 50 m.

Pipa 1 : h f 1  z A  hT  100  50  50.m

h f 1  K 1 .Q m
50  21761,81  Q 2
1
 50  2
Q1     0,04793.m 3 / det
 21761,81 

Pipa 2 : h f 2  hT  z B  50  30  20.m
h f 2  K 2 .Q2m
20  57315,04  Q22
1
 20  2
Q2     0,01868.m 3 / det
 57315 , 04 

Pipa 3 : h f 3  hT  50.m

h f 3  K 3 .Q32
50  348188,90  Q32
1
 50  2
Q3     0,01198 .m 3 / det
 348188,90 

Persamaan kontinuitas :
Q  Q1  (Q2  Q3 )  0,04793  (0,01868  0,01198)  0,01727
Q 0,01727
Kesalahan :   Q   144.%  5%
terkecil 0,01198

(b) Trial 2, karena air masuk > air keluar titik T ,maka dicoba h T dinaikkan dari trial 1,
elevasi piezometer 165 m , sehingga hT = 65 m.

Dengan perhitungan yang sama bahwa :


h f 1  z A  hT
h f 2  z B  hT
h f 3  hT
1
 hf  m
Q   
 K 

Selanjutnya perhitungan dapat ditabelkan sebagai berikut:

Pipa 1 2 3
hf (m) 35 35 65
Q (m3/det) 0.04010 0.02471 0.01366

Persamaan kontinuitas :
Q  Q1  (Q2  Q3 )  0,04010  (0,02471  0,01366)  0,00173.m 3 / det
Q 0,00173
Kesalahan :     12,6.%  5%
Qterkecil 0,01366

(c) Trial 3. untuk trial 3 dilakukan interpolasi :

Untuk Q1 = 0,04793  Q = 0,01727


Q1 = 0,04010  Q = 0,00173

S = 0,5

1m * G

X*

* B Air
d

2,5 cm S = 8

20 cm

Q1

0 , 04793

0 , 04010
X

0, 00173 0,01727
Q

X 0,00173
  0,1002
X  (0,04793  0,04010) 0,01727
X  0,1002. X  0,000785
0,8998. X  0,000785
X  0,000872
Q1  0,04010  0,000872  0,03923.m 3 / det

Kehilangan energi :
h f 1  21761,81.Q12  21761,81  0,039232  33,49.m
Tinggi tekan di titik T : hT  z A  h f 1  100  33,49  66,51.m

Pipa 2 h f 2  hT  z B  66,51  30  36,51


h f 2  57315,04.Q22
36,51  57315,04.Q22
Q2  0,02524.m 3 / det

h f 3  hT  66,51.m
Pipa 3 66,52  348188,90.Q32
Q3  0,01382.m 3 / det
Chek persamaan kontinuitas :
Q  Q1  (Q2  Q3 )  0,03923  (0,02524  0,01382)  0,00017
0,00017
   1,2.%  5%
0,01382

Debit aliran :
Q1  0,03923.m 3 / det
Q2  0,02524.m 3 / det
Q3  0,01382.m 3 / det

11.6. Jaringan pipa.

Aplikasi jaringan pipa pada pekerjaan bidang teknik sipil terdapat pada sistem
jaringan distribusi air minum. Analisis jaringan pipa cukup rumit dan memerlukan
perhitungan yang besar oleh karena itu penggunaan perangkat lunak dan perangkat
keras komputer akan sangat membantu. Beberapa software yang sudah banyak
dipakai dalam praktek antara lain : KYpipes, WaterCAD, CyberNET, EPANET.
Untuk itu diperlukan dasar-dasar analisis perhitungan pada jaringan pipa. Ada
beberapa cara untuk menyelesaikan perhitungan sistem jaringan pipa, diantaranya :
1. Cara Hardy Cross
2. Cara matriks
Namun hanya akan dibahas cara Hardy Cross saja.
Gambar 11.9 Contoh sistem jaringan pipa

Aliran keluar dari sistem biasanya dianggap melalui titik-titik simpul. Cara Hardy
Cross ini dilakukan secara iteratif. Pada awalperhitungan ditetapkan debit aliran
melalui masing-masin pipa secara sebarang. Kemudian dihitung debit aliran di semua
pipa berdasarkan nilai awal tersebut. Proedur perhitungan diulangi sampai memenuhi
persamaan kontinuitas di setiap titik simpul.

Pada jaringan pipa harus dipenuhi persamaan kontinuitas dan persamaan energi yaitu :
1. Aliran dalam pipa harus memenuhi hukum gesekan
8 fL
hf  .Q 2
g D
2 5

2. Aliran masuk ke dalam tiap-tiap titik simpul harus sama dengan aliran keluar
titik simpul
S Qi = 0

3. Jumlah kehilangan energi dalam jaringan tertutup harus sama dengan nol.

S hf = 0
11.6.1. Rumus kehilangan energi akibat gesekan.

Setiap pipa pada sistem jaringan terdapat hubungan antara kehilangan energi dan
debit. Secara umum hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan :

h f  k .Q m

dengan m tergantung pada rumus gesekan pipa yang digunakan, dan koefisien k
tergantung pada rumus gesekan pipa dan karakteristik pipa. Sesungguhnya nilai
pangkat ini tidak selalu konstan, kecuali pada pengaliran berada pada keadaan hidrolis
kasar, yang sedapat mungkin dihindari. Akan tetapi karena perbedaan kecepatan pada
masing-masing pipa tidak besar, maka biasanya nilai m dianggap konstan untuk
semua pipa. Sebagai contoh untuk rumus Darcy-Weisbach,

h f  k .Q 2

dimana :
8. f .L
k 
g . 2 .D 5

Sedang untuk rumus Hazen-William : h f  k .Q .


1,85

11.6.2. Cara Hardy Cross.

Cara Hardy Cross ini didasarkan pada dua hukum dasar fisika yaitu :
 Jumlah debit yang masuk dan keluar titik simpul adalah sama demikian juga
debit yang masuk dan keluar sistim jaringan adalah sama.
 Tinggi tekan (hydraulic head) pada titik simpul adalah sama baik dihitung dari
arah upstream maupun downstream. (Hydraulic head = elevation head +
pressure head, z + p/g).

Prosedur perhitungan cara Hardy Cross adalah sebagai berikut :


1. Buat konfigurasi sistim jaringan dan dicoba distribusi debit
2. Hitung kehilangan energi pada masing-masing bagian jaringan pipa hf = k.Q2
3. Jaringan dibagi menjadi sejumlah jaringan tertutup.
4. Hitung jumlah kehilangan energi pada setiap loop S hf. Jika pengaliran
seimbang maka S hf = 0.
5. Periksa persamaan kontinuitas dan persamaan energi dengan prosedur iterasi.
Untuk itu perlu koreksi debit DQ pada setiap jaringan . Secara umum untuk
menentukan koreksi debit dilakukan sbb:
Untuk loop, ΣHi (or Σhf i) = Σki Qin =0:
H   h f   kQ0m   QkmQ0m1  0

Persamaan ini dapat diselesaikan untuk ΔQ :

Q  
 kQ m
0

 kQ Q
0
n 1
0

h L

 kmQ 0
m 1
m kQ m 1
0 m h / Q
f 0
untuk Darcy-Weisbach m = 2
untuk Hazen-Williams m = 1,85
 k .Q02
atau Q  untuk Darcy-Weisbach m =2
 | 2k .Q0 |

Debit setelah dikoreksi Q = Q0 + DQ. Prosedur diulangi hingga DQ = 0

6. Hitung distribusi tekanan dalam jaringan dan check persyaratan tekanan.

Perhitungan jaringan pipa sederhana dilakukan dengan membuat tabel untuk setiap
jaring (loop). Dalam setiap jaring (loop) tersebut jumlah aljabar kehilangan energi
adalah nol, dengan catatan aliran searah jarum diberi tanda positif, sedang yang
berlawanan diberi tanda negatif. Koreksi debit Q dihitung berdasarkan rumus, arah
koreksi disesuaikan dengan arah aliran. Apabila dalam satu jaring (loop) kehilangan
energi karena aliran searah jarum jam lebih besar dari yang berlawanan ( k .Q  0)
2

, maka arah koreksi debit adalah berlawanan jarum jam (negatif). Jika pipa menyusun
dua jaring (loop), maka koreksi debit untuk pipa tersebut terdiri dua kali yang
diperoleh dari dua jaring (loop). Hasil perhitungan yang benar dicapai apabila Q = 0.

Contoh soal 11.10.

Jaringan pipa seperti tergambar. Hitung debit aliran di tiap pipa dengan menggunakan
cara Hardy Cross.

A B C
100
k=2 k=1 50

k=3 k=4
k=2

k=5

25 D E 25

Penyelesaian:

Debit aliran pada tiap-tiap pipa dicoba, kemudian dikontrol dengan persamaan
kontinuitas dan persamaan energi .
Kehilangan energi dengan menggunakan rumus Darcy-Weisbach, sehingga :

L v2 8 f .L.Q 2
hf  f . .   k .Q 2
D 2g g 2 D 5

Pendekatan 1:
A B C
100 60 40

k=2 k=1 50

40 k=3 k=4 20
k=2
10

k=5

25 D 15 E 25

Jaring 1 jaring 2

Pipa kQ2 2 kQ Pipa kQ2 2 kQ


AB 2x(60)2=7200 2x2x60=240 BC 1x(40)2=1600 2x1x40=80
BE 4x(20)2=1600 2x4x20=160 CE -2x(10)2=-200 2x2x10=40
ED -5x(15)2=-1125 2x5x15=150 EB -4x(20)2=-1600 2x4x20=160
DA -3x(40)2=-4800 2x3x40=240
kQ2= 2875 2.kQ=790 kQ2= - 200 2.kQ= 280

Q1 
 k.Q  2875  3,64  4
2

Q2 
 k.Q   200  0,71  1
2

 2.kQ 1270  2.kQ 280


Selanjutnya debit dikoreksi jaring (loop) 1 dengan Q1 dan jaring (loop) 2 dengan
Q2, sehingga menjadi pendekatan 2.

Pendekatan 2:

A B C
100 56 41

k=2 k=1 50

k=3 k=4 15
44 k=2
9

k=5

25 D 19 E 25

Jaring 1 jaring 2

Pipa kQ2 2 kQ Pipa kQ2 2 kQ


AB 2x(56)2=6272 2x2x56=224 BC 1x(41)2=1681 2x1x41=82
BE 4x(15)2=900 2x4x15=120 CE -2x(9)2=-162 2x2x9=36
ED -5x(19)2=-1805 2x5x19=190 EB -4x(15)2=-900 2x4x15=120
DA -3x(44)2=-5808 2x3x44=264
kQ2= -441 2.kQ=798 kQ2= 619 2.kQ= 238
Q1 
 k .Q   441  0,55  1
2

Q2 
 k .Q  619  2,6  3
2

 2.kQ 798  2.kQ 238


Pendekatan 3
A B C
100 57 38

k=2 k=1 50

k=3 k=4 19
43 k=2
12

k=5

25 D 18 E 25

Jaring 1 jaring 2

Pipa kQ2 2 kQ Pipa kQ2 2 kQ


AB 2x(57)2=6498 2x2x57=228 BC 1x(38)2=1444 2x1x38=76
BE 4x(19)2=1444 2x4x19=152 CE -2x(12)2=-288 2x2x12=48
ED -5x(18)2=-1620 2x5x18=180 EB -4x(19)2=-1444 2x4x19=152
DA -3x(43)2=-5547 2x3x43=258
kQ2= 775 2.kQ=818 kQ2= -288 2.kQ= 276

Q1 
 k .Q  775  0,95  1
2

Q 2 
 k .Q   288  1,04  1
2

 2.kQ 818  2.kQ 276


Pendekatan 4

A B C
100 56 39

k=2 k=1 50

k=3 k=4 17
44 k=2
11

k=5

25 D 19 E 25

Jaring 1 jaring 2

Pipa kQ2 2 kQ Pipa kQ2 2 kQ


AB 2x(56)2=6272 2x2x56=224 BC 1x(39)2=1521 2x1x39=78
BE 4x(17)2=1156 2x4x17=136 CE -2x(11)2=-242 2x2x11=44
ED -5x(19)2=-1805 2x5x19=190 EB -4x(17)2=-1156 2x4x17=136
DA -3x(44)2=-5808 2x3x44=264
kQ2=-185 2.kQ=814 kQ2= 123 2.kQ= 258
Q1 
 k .Q   185  0,22  0
2

Q2 
 k .Q  123  0,47  0
2

 2.kQ 814  2.kQ 258


Dengan demikian debit aliran tiap-tiap pipa adalah:
AB = 56 AD = 44 BC = 39
BE = 17 DE = 19 EC = 11

Contoh Soal 11.11.

Hitung distribusi debit pada jaringan pipa berikut dengan metoda Cross dan
kehilangan energi berdasarkan cara Darcy-Weibach

Penyelesaian:

Debit aliran pada tiap-tiap pipa dicoba, kemudian dikontrol dengan persamaan
kontinuitas dan persamaan energi .
Kehilangan energi dengan menggunakan rumus Darcy-Weisbach, sehingga :

L v2 8 f .L.Q 2
hf  f . .   k .Q 2
D 2g g D2 5
A B C
100 56 39

k=2 k=1 50

k=3 k=4 17
44 k=2
11

k=5

25 D 19 E 25

100 A K=1 B K=4 25


C
60 50

K=3 10 K=4 25 K=2


40

25

D K=5 E
25 50

Jaring 1 jaring 2

Pipa kQ2 2 kQ Pipa kQ2 2 kQ


AB 1x(60)2=3600 2x1x60=120 BC 4x(50)2=10000 2x4x50=400
BD 4x(10)2=400 2x4x10=80 CE 2x(25)2=1250 2x2x25=100
DA -3x(40)2=-4800 2x3x40=240 ED -5x(25)2=-3125 2x5x25=250
DB -4x(10)2=-400 2x4x10=80
kQ2= -800 2.kQ=440 kQ2= 7725 2.kQ= 830

Q1 
 k .Q   800  2
2

Q2 
 k .Q  7725  9
2

 2.kQ 440  2.kQ 830


Selanjutnya debit dikoreksi jaring (loop) 1 dengan Q1 dan jaring (loop) 2 dengan
Q2, sehingga menjadi pendekatan 2.

Pendekatan 2.

A B C
100 56 39

k=2 k=1 50

k=3 k=4 17
44 k=2
11

k=5

25 D 19 E 25

100 A K=1 B K=4 25


C
62 41

K=3 21 K=4 16 K=2


38

34

D K=5 E
25 50
Jaring 1 jaring 2

Pipa kQ2 2 kQ Pipa kQ2 2 kQ


AB 1x(62)2=3844 2x1x62=124 BC 4x(41)2=6724 2x4x41=328
BD 4x(21)2=1764 2x4x21=168 CE 2x(16)2=512 2x2x16=64
DA -3x(38)2=-4332 2x3x38=228 ED -5x(34)2=-5780 2x5x34=340
DB -4x(21)2=-1764 2x4x21=168
kQ2= 1276 2.kQ=520 kQ2= -308 2.kQ= 900

Q1 
 k.Q  1276  2
2

Q2 
 k.Q   308  0
2

 2.kQ 520  2.kQ 900


Pendekatan 3.

A B C
100 56 39

k=2 k=1 50

k=3 k=4 17
44 k=2
11

k=5

25 D 19 E 25

100 A K=1 B K=4 25


C
60 41

K=3 19 K=4 16 K=2


40

34

D K=5 E
25 50

Jaring 1 jaring 2

Pipa kQ2 2 kQ Pipa kQ2 2 kQ


AB 1x(60)2=3600 2x1x60=120 BC 4x(41)2=6724 2x4x41=328
BD 4x(19)2=1444 2x4x19=152 CE 2x(16)2=512 2x2x16=64
DA -3x(40)2=-4800 2x3x40=240 ED -5x(34)2=-5780 2x5x34=340
DB -4x(19)2=-1444 2x4x19=152
kQ2= 244 2.kQ=512 kQ2= 12 2.kQ= 884

Q1 
 k .Q  244  0
2

Q2 
 k .Q  12  0
2

 2.kQ 512  2.kQ 884


Dengan demikian debit aliran tiap-tiap pipa adalah sebagai berikut :

AB = 60 BC = 41 BD = 19
CE =16 AD = 40 DE = 34

Contoh Soal 11.12.


Hitung distribusi debit pada jaringan pipa berikut dengan metoda Cross dan
kehilangan energi berdasarkan cara Hazen-William.

hf1
hf1+hf2
hf2

B
(2)

Hs
(3)

(1)

P
A

100 A B C

k=1 k=2 25

k=2
k=3 k=4

k=5
D E
25 50

Penyelesaian :

Debit aliran pada tiap-tiap pipa dicoba, kemudian dikontrol dengan persamaan
kontinuitas dan persamaan energi .
Kehilangan energi dengan menggunakan rumus Hazen-William, sehingga :

h f  k .Q 1,85
Pada setiap jaring harus memenuhi  h f  0
Apabila hasil trial belum memenuhi persamaan kontinuitas, maka debit dikoreksi :
Q 
 k .Q 1, 85

sampai menghasilkan Q  0
1,85 k .Q 0 , 85

Pendekatan 1.

hf1
hf1+hf2
hf2

B
(2)

Hs
(3)

(1)

P
A

100 A 60 B 40 C

k=1 k=2 25

k=2
k=3 k=4
20 15
40
k=5
D E
25 35 50

Jaring 1 jaring 2
Pipa kQ1,85 kQ0,85 Pipa kQ1,85 kQ0,85
AB 1x601,85= 1948 1x600,85=32 BC 2x401,85=1840 4x400,85=46
BD 3x201,85= 766 3x200,85=38 CE 4x151,85=600 2x150,85=40
DA -2x401,85= -1840 3x400,85=46 ED -5x351,85= -3573 5x350,85=103
DB -3x201,85= -766 4x200,85=38
kQ1,85= 874 kQ0,85=116 kQ1,85= -1919 kQ0,85= 227

Q1 
 k .Q 
874
4
1,85. kQ 1,85  116

Q2 
 k .Q 1, 85


 1919
 5
1,85. kQ 0 , 85
1,85  227
Selanjutnya debit dikoreksi jaring (loop) 1 dengan Q1 dan jaring (loop) 2 dengan
Q2, sehingga menjadi pendekatan 2.

Pendekatan 2
hf1
hf1+hf2
hf2

B
(2)

Hs
(3)

(1)

P
A

100 A 56 B 45 C

k=1 k=2 25

k=2
k=3 k=4
11 20
44
k=5
D E
25 30 50

Jaring 1 jaring 2

Pipa kQ1,85 kQ0,85 Pipa kQ1,85 kQ0,85


AB 1x561,85= 1715 1x560,85=31 BC 2x451,85=2288 2x450,85=51
BD 3x111,85= 253 3x110,85=23 CE 4x201,85=1021 4x200,85=51
DA -2x441,85= -2195 2x440,85=50 ED -5x301,85= -2702 5x300,85=90
DB -3x111,85= -253 3x110,85=23
kQ1,85= -227 kQ0,85=104 kQ1,85= 354 kQ0,85= 215

Q1 
 k .Q 1,85


 227
 1 Q2 
 k .Q 1, 85


354
1
1,85. kQ 0 ,85
1,85  104 1,85. kQ 0 , 85
1,85  215
Pendekatan 3.

hf1
hf1+hf2
hf2

B
(2)

Hs
(3)

(1)

P
A

100 A 57 B 44 C

k=1 k=2 25

k=2
k=3 k=4
13 19
43
k=5
D E
25 31 50

Jaring 1 jaring 2

Pipa kQ1,85 kQ0,85 Pipa kQ1,85 kQ0,85


AB 1x571,85= 1772 1x570,85=31 BC 2x441,85=2195 2x440,85=50
BD 3x131,85= 345 3x130,85=26 CE 4x191,85=928 4x190,85=49
DA -2x431,85= -2104 2x430,85=49 ED -5x311,85= -2871 5x310,85=92
DB -3x131,85= -345 3x130,85=26
kQ1,85= 13 kQ0,85=106 kQ1,85= -93 kQ0,85= 217

Q1 
 k .Q 1, 85


13
0 Q2 
 k .Q 1, 85


 93
0
1,85. kQ 0 , 85
1,85  106 1,85. kQ 0 ,85
1,85  217

Dengan demikian debit aliran tiap-tiap pipa adalah sebagai berikut :

AB = 57 BC = 44 BD = 13
CE =19 AD = 43 DE = 31
Soal-soal Latihan.

1. Air dipompa dari kolam A menuju ke kolam B seperti ditunjukkan dalam gambar.
Debit aliran adalah 200 liter/det. Karakteristik pipa 1 : L1 = 25 m, D1 =25 cm, f1
= 0,018 dan pipa 2 : L2 = 125 m , D2 = 25 cm, f2 = 0,018. Hitung daya pompa
yang diperlukan untuk menaikkan air. Efisiensi pompa 85 % dan kehilangan
energi sekunder (minor losses) diperhitungkan.

30 m

A
pompa
1

2. Air dari kolam A dialirkan menuju kolam B melalui 3 (tiga) pipa yang
dihubungkan secara seri. Elevasi muka air kolam A konstan berada 17,5 m di atas
elevasi muka air kolam B. Panjang dan diameter ketiga pipa adalah pipa 1: L1 =
750 m, D1 = 0,30 m; pipa 2: L2 = 500 m D2 = 0,20 m; dan pipa 3: L3 = 750 m,
D3 = 0,25 m. Tinggi kekasaran semua pipa sama adalah 0,15 mm dan kekentalan
kinematik  = 0,98 x 10-6 m2/det. Hitung debit aliran melalui masing-masing pipa,
bila minor losses diperhingkan.

3. Air dari kolam A dialirkan menuju kolam B melalui 3 (tiga) buah pipa yang
dihubungkan secara paralel. Elevasi muka air kolam A konstan berada 17,5 m di
atas muka air kolam B. Panjang dan diameter ketiga pipa adalah pipa 1: L1 = 750
m, D1 = 0,30 m; pipa 2: L2 = 650 m D2 = 0,20 m; dan pipa 3: L3 = 750 m, D3 =
0,25 m. Tinggi kekasaran semua pipa sama adalah 0,15 mm dan kekentalan
kinematik  = 0,98 x 10-6 m2/det. Hitung debit aliran melalui masing-masing pipa,
bila minor losses diabaikan.

4. Dua buah kolam A dan B dengan perbedaan elevasi muka air A lebih tinggi 15 m
dari B, dihubungkan oleh pipa 1 = AC dengan panjang 2 kilometer, diameter 0,35
m dan koefisien gesekan f = 0,015 dan dari C pipa disambung dengan dua pipa
paralel munuju B. Karakteristik pipa yang dihubungkan secara paralel, pipa 2: L2
= 1 km, D2 =0,35 m, f2 = 0,015 dan pipa 3: L3 = 1 km, D3 =.25 m dan f3 = 0,015.
Hitung debit aliran pada masing-masing pipa bila minor losses diabaikan.
5. Dua kolam A dan B mempunyai elevasi muka air + 100 m dan + 115 m
mengalirkan air melalui pipa pipa 1 dan 2 yang berdiameter 0,35 m dan 0,30 m
menuju pipa utama 3 yang berdiameter 0,50 mmenuju kolam C yang mempunyai
elevasi muka air + 50 m. Panjang pipa 1,2 dan 3 adalah 3000 m, 2500 m dan 4000
m. Tentukan debit aliran masing-masing pipa. Apabila titik pertemuan pipa 1,2
dan 3 adalah T yang berada pada elevasi + 52 m, hitung tekanan di titik T.
Koefisien gesekan semua pipa f = 0,012 dan kehilangan energi sekunder
diabaikan.

6. Hitung distribusi debit pada jaringan pipa berikut dengan metoda Cross dan
kehilangan energi berdasarkan cara Darcy-Weisbach

125 k=2 k=3 40

k=3 k=2 k=1


k=5

k=4 60
25

Anda mungkin juga menyukai