Terapi Hijau LG Pasien DM
Terapi Hijau LG Pasien DM
Oleh :
NI PUTU SONIYA DARMAYANTI
NIM : P07120214040
ii
iii
iv
v
PENGARUH TERAPI WARNA HIJAU TERHADAP KECEMASAN
PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI UPT
PUSKESMAS ABIANSEMAL I
TAHUN 2018
ABSTRAK
vi
THE IMPACT OF ASSERTIVE BEHAVIOUR TO DEPRESSION
ON DIABETES MELLITUS PATIENTS AT GIANYAR I
PRIMARY HEALTH CENTER ON 2018
ABSTRACT
vii
RINGKASAN PENELITIAN
Pengaruh Terapi Warna Hijau Terhadap Kecemasan Pada Pasien Diabetes Melitus
Di UPT Puskesmas Abiansemal I Tahun 2018
viii
melitus yaitu penyakit kardiovaskuler, saraf, mata, ginjal dan komplikasi
kehamilan.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Terapi Warna Hijau Terhadap Kecemasan Pada Pasien Diabetes Melitus di UPT
Puskesmas Abiansemal I Tahun 2018” tepat pada waktunya dan sesuai dengan
harapan.
melainkan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. untuk itu melalui
ini.
x
6. Keluarga, kerabat, serta sahabat peneliti yang telah memberikan doa,dorongan
7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi ini yang tidak
Kemajuan selalu menyertai segala sisi kehidupan menuju ke arah yang lebih
kesempurnaan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan
peneliti selanjutnya.
Peneliti
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................iii
SKRIPSI.................................................................................................................iii
SKRIPSI DENGAN JUDUL:.................................................................................iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT........................................................v
ABSTRAK..............................................................................................................vi
RINGKASAN PENELITIAN..............................................................................viii
KATA PENGANTAR.............................................................................................x
DAFTAR ISI..........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL..................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
1. Tujuan umum 5
2. Tujuan khusus 5
D. Manfaat Penelitian 5
1. Manfaat teoritis 5
2. Manfaat praktis 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus 7
xii
6. Penatalaksanaan diabetes melitus 13
7. Dampak diabetes melitus 16
B. Kecemasan 17
1. Definisi kecemasan 17
2. Faktor penyebab kecemasan pasien diabetes melitus 18
3. Gejala kecemasan pasien diabetes melitus 19
4. Tingkat kecemasan 20
5. Penilaian kecemasan 22
6. Dampak kecemasan pasien diabetes mellitus 25
7. Penanganan gangguan kecemasan 25
C. Terapi Warna Hijau 27
1. Variabel penelitian 32
3. Definisi operasional 32
4. Hipotesis 34
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 35
B. Bagan Alur 36
1. Populasi penelitian 38
2. Sampel penelitian 38
3. Jumlah dan besar sampel 39
4. Teknik sampling 40
xiii
E. Jenis dan Metode Pengumpulan Data 40
1. Jenis data 40
2. Cara pengumpulan data 41
3. Instrumen pengumpulan data 42
4. Prosedur Terapi Warna Hijau 44
F. Pengolahan dan Analisis Data 45
1. Informed cocent 47
2. Autonomy/menghormati harkat dan martabat manusia 48
3. Confidentiality/kerahasiaan 48
4. Justice/keadilan 48
5. Beneficience dan non maleficience 48
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian………………………………………………………………..50
1.Kondisi lokasi penelitian 50
B.PembahasanPenelitian........................................................................................58
1. Kecemasan sebelum diberikan perlakuan terapi warna hijau 58
C.KeterbatasanPenelitian.......................................................................................64
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan............................................................................................................65
A. Saran 65
xiv
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................67
LAMPIRAN...........................................................................................................69
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
xvi
Abiansemal I Tahun 2018 ……………………………….. 57
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
xix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
insulin, kerja insulin ataupun kedua hal tersebut. Di Indonesia seseorang yang
telah meningkat lebih cepat hampir 80% orang diabetes melitus ada di negara
melitus secara global di tahun 2014 sebesar 7,9% ( 387 juta orang) dan pada
tahun 2015 sebesar 8,8% (415 juta orang), jika ini terus berlanjut maka pasien
diabetes akan meningkat menjadi 10,4% (642 juta orang) pada tahun 2040.
India, Brazil, Rusia, dan Meksiko dengan jumlah estimasi orang dengan diabetes
melitus sebesar sepuluh juta dengan jumlah pasien 7,6 juta pada rentang usia
sekitar 20-79 tahun dan jika terus berlanjut diperkirakan pada tahun 2040 akan
meningkat menjadi 16,2 juta orang atau menempati urutan ke-6 ((IDF)
Menurut catatan Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2016 jumlah kunjungan
pasien diabetes melitus sebanyak 12.553 orang. Data Dinas Kesehatan Kabupaten
Badung mencatat penyakit Diabetes mellitus pada tahun 2016 sebanyak 4.757
orang dan pada tahun 2017 sebanyak 6.890 orang. Menurut hasil studi
pendahuluan peneliti pada tanggal 22 Januari 2018 di peroleh data jumlah pasien
menjalani perawatan pada tahun 2016 sebanyak 420 orang dan pada tahun 2017
dari pengaturan pola makan, olahraga, kontrol gula darah, dan lain-lain yang harus
salah satunya kecemasan. Selain perubahan tersebut jika pasien diabetes melitus
ini telah mengalami komplikasi maka akan menambah kecemasan pada pasien
banyak biaya, pandangan negatif tentang masa depan, dan lain-lain (Novitasari,
2012).
pasien diabetes melitus yang melakukan kunjungan rutin setiap bulan untuk
2
mengecek kadar glukosa darah, setelah diukur menggunakan HRS-A 8 dari 11
pasien diabetes melitus didapatkan hasil bahwa pasien tidak bisa istirahat dengan
tenang, sulit untuk memulai tidur, gelisah, sukar untuk berkonsentrasi, dan
terhadap kadar glukosa darah yang tinggi dan cemas akan timbulnya komplikasi
pada pasien diabetes melitus ini tidak ditangani secara baik maka akan
menejemen diabetes harian, dan dihubungkan dengan hasil medis yang buruk
serta biaya yang tinggi sehingga dapat menyulitkan proses penatalaksanaan pasien
suatu ketegangan atau kecemasan pada individu (Thompson, 2008). Warna hijau
cemas, menyeimbangi, dan menenangkan emosi. Warna hijau berefek pada sistem
saraf secara keseluruhan, terutama bermanfaat bagi sistem saraf pusat. Warna ini
3
Penelitian yang di lakukan oleh Ebrahem & Masry, (2017) yang berjudul
pengaruh terapi relaksasi terhadap depresi, kecemasan, stres, dan kualitas hidup
hidup pada pasien diabetes mellitus. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh
warna. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Muharyani & Sijabat (2015)
dengan judul Pengaruh Terapi Warna Hijau Terhadap Tingkat Kecemasan Pada
Ibu Primigravida Trimester III menunjukkan bahwa adanya pengaruh terapi warna
B. Rumusan Masalah
masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Terapi Warna Hijau
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi
warna hijau terhadap kecemasan pada pasien diabetes melitus di UPT. Puskesmas
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
hijau terhadap kecemasan pasien diabetes melitus, dan untuk acuan bagi penelitian
pengaruh terapi warna hijau terhadap kecemasan pada pasien diabetes melitus.
5
2. Manfaat praktis
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus adalah penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar gula
dalam darah akibat gangguan sekresi insulin dan penyakit kronis yang kompleks
yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin,
organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (American
pankreas (kelenjar ludah perut) tidak memproduksi cukup insulin atau ketika
tubuh tidak secara efektif menggunakan insulin. Insulin adalah hormon penting
yang diproduksi di pankreas kelenjar tubuh, dan transpor glukosa dari aliran darah
ke sel tubuh dimana glukosa diubah menjadi energi. Kurangnya insulin atau
infeksi virus, toksin atau beberapa faktor makanan telah dilibatkan. Penyakit ini
bisa berkembang pada segala usia tapi diabetes tipe 1 paling sering terjadi pada
anak-anak dan remaja. Orang dengan diabetes tipe 1 memerlukan suntikan insulin
setiap hari agar mempertahankan kadar glukosa dalam kisaran yang tepat dan
b. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah tipe diabetes yang paling umum dalam masyarakat,
terhitung sekitar 90% dari semua kasus diabetes melitus. Pada diabetes tipe 2,
hiperglikemia adalah hasil dari produksi insulin yang tidak memadai didefinisikan
sebagai retensi insulin. Selama keadaan resistensi insulin, insulin tidak efektif.
Diabetes tipe 2 Paling sering terlihat pada orang dewasa yang lebih tua, tapi
memang begitu semakin terlihat pada anak-anak, remaja dan orang dewasa muda
karena meningkatnya tingkat obesitas, ketidakaktifan fisik dan pola makan yang
buruk.
8
c. Lapas dan haus terus menerus.
d. Kelelahan berkepanjangan.
f. Imunitas tubuh rendah, daya sembuh lambat terutama jika mengalami luka
g. Mendengar bunyi berdengung serta mati rasa pada tungkai, tangan dan jari.
a. Riwayat keluarga
Faktor keluarga atau genetik mempunyai kontribusi yang sangat besar untuk
seseorang terserang penyakit diabetes melitus. Jika kita berasal dari keluarga
menderita penyakit diabetes melitus misalnya salah satu dari orang tua kita
terhadap hormone insulin. Sel-sel tubuh bersaing ketat dengan jaringan lemak
9
c. Usia Yang Makin Bertambah
Usia diatas 40 tahun banyak organ-organ vital melemah dan tubuh mulai
insulin.
e. Merokok
diabetes melitus.
f. Ras/etnis
Ada beberapa ras manusia di dunia ini yang punya potensi tinggi untuk
terserang diabetes melitus. Peningkatan pasien diabetes di wilayah Asia jauh lebih
tinggi dibanding benua lainnya. Bahkan diperkirakan lebih dari 60% berasal dari
Asia.
g. Riwayat Diabetes Gestational atau melahirkan bayi dengan berat lahir > 4 kg
keseimbangan hormon insulin dan pada kasus tertentu memicu untuk sel tubuh
menjadi resisten terhadap hormone insulin. Kondisi ini biasanya kembali normal
setelah masa kehamilan atau pasca melahirkan. Namun demikian menjadi sangat
10
berisiko terhadap bayi yang dilahirkan untuk kedepan mempunyai potensi
diabetes melitus.
dalam tubuh termasuk hormone insulin. Disamping itu setres bisa memacu sel-sel
tubuh bersifat liar yang berpotensi untuk seseorang terkena penyakit kanker juga
memicu untuk sel-sel tubuh menjadi tidak peka atau resisten terhadap hormone
insulin.
untuk terserang penyakit diabetes melitus apabila tekanan darah tidak terkontrol.
kadar glukosa darah kronis, kerusakan pada kapiler retina, yang menyebabkan
11
focus dan penglihatan ganda. Hal ini dapat dikelola melalui pemeriksaan mata
secara teratur dan menjaga glukosa dan kadar lipid pada atau mendekati
normal.
darah kecil di ginjal yang mengarah ke ginjal menjadi kurang efisien atau
gagal sama sekali. Penyakit ginjal jauh lebih umum pada orang dengan
normal di dekat gula darah dan tekanan darah dapat sangat mengurangi risiko
penyakit ginjal.
d. Penyakit saraf (neuropati diabetic) dan diabetic foot : diabetes melitus dapat
tekanan darah yang terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan masalah
saraf di daerah ini disebut neuropati perifer, dan dapat menyebabkan nyeri,
kesemutan, dan hilangnya rasa. Hilangnya rasa sangat penting karena dapat
radang gusi (periodontitis) atau hiperplasia gingival jika glukosa darah tidak
12
lumut, planus, gangguan neurosensori, disfungsi saliva dan xerostomia, dan
gangguan rasa.
diabetes selama kehamilan risiko sejumlah komplikasi jika mereka tidak hati-
organ mungkin untuk janin, wanita dengan diabetes tipe 1 atau diabetes tipe 2
badan.
Banyaknya komplikasi kronik yang dapat terjadi pada pasien diabetes melitus
tipe 2 dan harus dicegah sedini mungkin dengan cara penatalaksanaan yang tepat.
2, terdapat 4 pilar yang harus dilakukan dengan tepat. Empat pilar pengelolaan
1) Pendidikan / edukasi
mempengaruhi sikap serta ketrampilan orang lain, baik individu, kelompok, atau
masyarakat, sehingga melakukan apa yang diharapkan pendidik ((Potter & Perry
kontinuitas pelayanan dari rumah sakit ke rumah (Potter & Perry, 2005). Peran
13
berhubungan dengan semua tahap kesehatan dan tingkat pencegahan (Barnard,
2011).
Pengelolaan diet pada pasien diabetes melitus tipe 2 sangat penting. Tujuan
dari pengelolaan diet ini adalah untuk membantu penderita memperbaiki gizi dan
untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik yaitu ditunjukkan pada
tipe 2 yang paling penting adalah kebutuhan kalori, dengan prinsip tidak ada diet
khusus diabetes dan tidak ada bahan makanan yang tidak boleh dikonsumsi.
Kegiatan jasmani sehari-hari yang dilakukan secara teratur (3-4 kali seminggu
selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan
diabetes tipe 2. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
insulin berkurang. Ada beberapa latihan jasmani yang disarankan bagi penderita
14
diabetes melitus, diantaranya: jalan, bersepeda santai, jogging dan berenang.
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani
(Kurniali, 2013).
4) Pengobatan
Terapi non farmakologi yang dilakukan yaitu diet yang terkontrol dan
b) Terapi farmakologi
secara oral atau tablet. Penderita diabetes memerlukan suntikan insulin pada
kondisi tertentu, atau bahkan kombinasi suntikan insulin dan tablet (PERKENI,
2015).
Merupakan obat penurun kadar glukosa pada darah yang diresepkan oleh
dokter khusus bagi diabetesi. Obat penurun glukosa darah bukanlah hormon
insulin yang diberikan secara oral. OHO bekerja melalui beberapa cara untuk
(ADO) yang dapat digunakan dan telah dipasarkan di Indonesia yakni golongan :
(Kurniali, 2013).
15
2) Insulin
Insulin merupakan obat untuk diabetes melitus tipe 1 dan beberapa jenis
diabetes melitus tipe 2. Untuk terapi awal, regular insulin dan insulin kerja sedang
merupakan pilihan dan di berikan dua kali sehari. Dosis ditingkatkan secara
bertahap sesuai hasil pemeriksaan glukosa darah dan urin. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pemberian insulin adalah jenis preparat, dosis insulin,
waktu dan cara penyuntikan insulin, serta penyimpanan insulin (Suyono, 2015).
keluarganya. Dampak dari penyakit diabetes melitus tipe 2 yang bisa terjadi
meliputi :
Dampak dari salah satu anggota keluarga yang sakit dan dirawat dirumah
mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Waktu perawatan yang lama dan biaya
yang banyak akan mempengaruhi keadaan ekonomi keluarga dan perubahan peran
pada keluarga karena salah satu anggota keluarga tidak dapat menjalankan
b) Pada individu
Pola dan gaya hidup penderita akan berubah dengan adanya penyakit ini.
Berikut adalah dampak secara fisik dan psikologis yang dialami pasien diabetes
16
1) Dampak fisik
Akibat produksi insulin yang tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan
sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah
menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine
(glukosuria).
2) Dampak Psikologis
biaya perawatan dan pengobatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak
tersinggung.
B. Kecemasan
1. Definisi kecemasan
perasaan aprehansi atau keadaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu hal
buruk akan segera terjadi (Suliswati, 2005). Stuart (2014) mengungkapkan bahwa
keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik.
17
Keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi kehidupan maupun
gangguan sakit. Sejalan dengan pernyataan Suliswati dan Stuart menurut (Donsu,
2017) mengungkapkan kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik dan aktivitas
yang sering ditemukan dan sering kali merupakan suatu emosi yang normal.
atau genetik. Pada penyakit diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi yang dapat
orang lain. Hal ini akan meningkatkan kecemasan dan mengubah segalanya dalam
yang dapat menimbulkan cemas pada diri seseorang yakni lingkungan yang asing,
bantuan orang lain, berpisah dengan pasangan atau keluarga, masalah biaya,
kurang informasi, ancaman akan penyakit yang lebih parah dan masalah
pengobatan.
faktor-faktor penyebab kecemasan pada pasien diabetes melitus tipe 2, antara lain:
18
a) Faktor-faktor intrinsik antara lain : usia, pengalaman menjalani pengobatan,
Menurut Stuart (2014), gejala kecemasan dapat dilihat dari tiga kategori, yaitu :
a) Respon fisiologis :
2) Pernafasan : nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada, nafas dangkal,
panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.
hiperventilasi.
19
c) Respon kognitif : perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam
ketakutan, gugup.
b) Mudah lelah
h) Tidur terganggu
4. Tingkat kecemasan
Stuart (2016) mengatakan cemas sangat berkaitan dengan perasaan yang tidak
pasti dan tidak berdaya. Keadaan cemas ini tidak memiliki objek spesifik dan
20
berbeda satu sama lain, manifestasi yang terjadi tergantung pada kematangan
a) Cemas ringan
(Suliswati, 2005). Cemas ringan atau cemas yang normal menjadi bagian dari
(Nevid, 2005).
b) Cemas sedang
yang penting dan mengesampingkan hal yang lain sehingga individu mengalami
perhatian yang selektif yang lebih terarah (Nevid, 2005). Menurut Novitasari
dan diperhatikan.
c) Cemas berat
cenderung memikirkan hal kecil saja dan mengabaikan yang lain (Stuart, 2016).
21
Pada penyakit diabetes mellitus yang sudah komplikasi yang membutuhkan
tindakan pembedahan, sehingga terjadi keluhan fisik dan individu terus menerus
d) Panik
Panik pada tahap ini lapangan persepsi sudah terganggu, sehingga individu
tidak mampu mengendalikan diri dan tidak dapat melakuakan apa-apa walaupun
5. Penilaian kecemasan
Perilaku non verbal dapat digunakan sebagai tanda bahwa seseorang mengalami
kecemasan digunakan suatu skala penilaian buku yaitu Hamilton Rating Scale for
a) Perasaan cemas yang terdiri dari cemas, firasat buruk, takut akan pikiran
b) Ketegangan, terdiri dari merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat tenang,
c) Ketakutan dibagi atas ketakutan pada gelap, ketakutan pada orang asing,
ditinggal sendiri, pada binatang besar, pada keramaian lalu lintas, dan pada
22
d) Gangguan tidur terdiri dari sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,
tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak bermimpi, mimpi buruk dan
mimpi menakutkan.
menurun.
kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini hari, dan perasaan berubah-ubah
sepanjang hari.
g) Gejala somatik/fisik (otot) terdiri dari sakit dan nyeri di otot-otot, kaku,
h) Gejala sensorik terdiri dari telinga berdenging, penglihatan kabur, muka pucat,
denyut jantung cepat, berdebar, nyeri dada, denyut jantung mengeras, lesu,
j) Gejala respiratori (pernafasan) terdiri dari rasa tertekan atau sempit di dada
rasa tercekik, sering menarik nafas, dan nafas pendek atau cepat.
perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar lembek, sukar
l) Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) terdiri dari sering buang air kecil
dan tidak dapat menahan air seni. Tidak datang bulan (tidak ada haid), darah
haid berlebihan, darah haid amat sedikit, masa haid berkepanjangan, masa
23
haid dangat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan, menjadi dingin (frigid)
berkeringat, kepala pusing, kepala terasa berat, kepala terasa sakit, dan bulu-
bulu berdiri.
n) Tingkah lau (sikap) pada wawancara terdiri dari gelisah, tidak tenang, jari
24
6. Dampak kecemasan pasien diabetes mellitus
pernafasan, mual, muntah, diare, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, berat
atau berkurang, sikap menolak, sukar tidur, berbicara kasar, gerakan yang
aneh-aneh.
halusinasi.
a) Terapi humanistika
dirinya yang sejati dan bukan dengan bereaksi pada kecemasan setiap kali
25
b) Terapi psikofarmaka
c) Terapi somatik
keluhan-keluhan fisik pada organ tubuh yang bersangkutan yang timbul sebagai
akibat dari stres, kecemasan dan depresi yang berkepanjangan (Hawari, 2016).
d) Terapi psikososial
agar yang bersangkutan dapat kembali berfungsi secara wajar dalam kehidupan
e) Pendekatan keluarga
f) Konseling
Konseling dapat dilakukan secara efisien dan efektif bila ada motivasi dari
kedua belah pihak, antara klien (orang yang mendapat konsultasi) dan konselor
26
g) Terapi psikoreligius
h) Psikoterapi
Terapi dilakukan dalam sebuah group dan biasanya dipilih group terapi
dengan kondisi anggota yang satu tidak jauh beda dengan anggota yang lain
sehingga proses penyembuhan dapat berjalan lebih efektif. Dalam psikoterapi ini
dilakukan terapi pernafasan dan teknik relaksasi dengan cara terapi warna hijau
(Thompson, 2008).
Terapi adalah sebuah label iklusif untuk semua cara dan bentuk perawatan
penyakit atau gangguan. Warna hijau didefinisikan secara obyektif atau fisik
sebagai sifat cahaya yang dipancarkan yang dapat membuat tubuh menjadi rileks,
atau secara subjektif atau psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera
(2012) terapi warna hijau adalah teknik mengobati penyakit melalui penerapan
warna hijau, agar tubuh tetap sehat, tenang, nyaman, dan memperbaiki
27
medicine atau pengobatan dengan gelombang elektromagnetik. Tanpa disadari
tubuh memiliki respon bawaan yang otomatis terhadap warna dan cahaya. Hal itu
dapat terjadi karena pada dasarnya warna merupakan unsur dari cahaya dan
cahaya adalah salah satu bentuk dari energi. Pemberian energi akan menimbulkan
dialami seseorang karena diotak manusia ada kelenjar paniel yang bertugas
mengatur ritme hidup dari hari ke hari. Warna yang berbeda memiliki panjang
gelombang dan frekuensi yang berbeda pula. Perbedaan gelombang itulah yang
Berikut ini metode dan manfaat yang terkandung dari terapi warna hijau :
penyembuhan, karena dalam hal ini warna dapat memberikan suasana yang
tenang, damai, dan nyaman dalam beristirahat yaitu warna hijau yang
macam masalah kesehatan berkenaan dengan organ jantung dan tekanan darah
28
Metode terapi warna hijau yang digunakan adalah pernafasan warna hijau dan
meditasi warna hijau. Pernafasan dalam dan terfokus membantu mengubah udara
yang kita tarik saat bernafas menjadi energi positif (Darmaprawira W.A, 2002).
kedamaian jiwa.
Diabetes
Penelitian yang di lakukan oleh Ebrahem & Masry, (2017) yang berjudul
pengaruh terapi relaksasi terhadap depresi, kecemasan, stres, dan kualitas hidup
(14,3%), cemas ringan (22,9%), cemas sedang (57,1%). Setelah diberikan terapi
(51,4%), cemas ringan (25,7%), cemas sedang (17,1%). Dari penelitian tersebut
kecemasan, stres, depresi dan kualitas hidup pada pasien diabetes melitus.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Harini, (2013) dengan judul terapi
terapi warna dapat mengurangi kecemasan. Selain itu hasil penelitian dari
Muharyani & Sijabat, (2015) dengan judul pengaruh terapi warna hijau terhadap
29
tingkat kecemasan pada ibu primigravida trimester III menunjukkan bahwa
emosi (Struthers, 2012). Warna hijau berefek pada sistem saraf secara
keseluruhan, terutama bermanfaat bagi sistem saraf pusat. Warna ini memiliki
30
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin ditelit (Setiadi, 2013).
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Kemampuan berkomunikasi
4. Sosial ekonomi
5. Kepribadian
Keterangan :
: variabel yang di teliti
: variabel yang tidak di teliti
: alur
1. Variabel penelitian
Variabel adalah karakteristik yang diamati serta mempunyai variasi nilai dan
merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris
atau ditentukan tingkatannya (Setiadi, 2013). Dalam penelitian ini terdapat dua
variabel yaitu:
a. Variabel bebas
lain (Nursalam, 2016). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah terapi warna
hijau.
b. Variabel terikat
Variabel terikat (dependent) adalah faktor yang diamati dan diukur untuk
menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam,
3. Definisi operasional
operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti
lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Definisi operasional dari
variabel sangat diperlukan, terutama untuk menentukan alat atau instrumen yang
32
akan digunakan dalam pengumpulan data. Adapun definisi operasional dapat
Tabel 1
Definisi Operasional Pengaruh Terapi Warna Hijau Terhadap Kecemasan Pada
Pasien Diabetes Mellitus di UPT. Puskesmas Abiansemal I Tahun 2018
No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Skala Skor
33
4. Hipotesis
dangkal dan perlu diuji, patokan duga atau dalil sementara yang kebenarannya
akan dibuktikan dalam penelitian (Setiadi, 2013). Hipotesis pada penelitian ini
adalah ada pengaruh terapi warna hijau terhadap kecemasan pada pasien diabetes
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
dependen dan tidak adanya variabel kontrol serta sampel tidak dipilih secara
Gambar 3
Rancangan Penelitian Pengaruh Terapi Warna Hijau Terhadap Kecemasan Pada
Pasien Diabetes Melitus di UPT. Puskesmas Abiansemal I Tahun 2018
R O1 X1 O2
Keterangan:
K : Subjek perlakuan (pasien diabetes melitus)
O : Pengukuran Kecemasan sebelum perlakuan
I : Intervensi (terapi warna hijau selama 10 menit)
O1 : Pengukuran Kecemasan sesudah perlakuan
B. Bagan Alur
Kecemasan
Pengaruh Terapi Warna Hijau Terhadap Kecemasan Pada Pasien Diabetes melitus
di UPT. Puskesmas Abiansemal I Tahun 2018
Populasi :
Pasien DM yang berobat di Puskesmas Abiansemal 1, berjumlah 565 orang
Teknik Sampling :
Menggunakan non-probability sampling dengan teknik purposive sampling
Sampel :
Pasien DM yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, berjumlah 12 orang
Analisis univariat
36
Pengolahan Data
(Analisa Bivariat)
Kesimpulan Kesimpulan
Desa Abiansemal. Penelitian akan dilaksanakan dari bulan April - Mei 2018.
Adapun jadwal penelitian yang akan dilakukan dapat di lihat pada lampiran 1.
37
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi penelitian
2016). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diabetes melitus yang
orang.
2. Sampel penelitian
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai
teknik yang dipergunakan untuk mengambil sampel dari populasi (Setiadi, 2013).
Adapun kriteria inklusi dan ekslusi dari sampel yang diambil yaitu:
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2016). Kriteria inklusi dalam
b. Kriteria eksklusi
38
Kriteria eksklusi adalah mengeliminasi subjek atau sampel yang tidak
memenuhi kriteria inklusi atau tidak layak menjadi sampel (Nursalam, 2016).
Keterangan :
(2008) dengan judul pengaruh terapi warna hijau terhadap stres pada lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar didapatkan nilai µ2 = 35,3
39
Berdasarkan perhitungan rumus di atas maka perkiraan jumlah sampel
sebanyak 10 orang untuk menghindari subjek ada yang drop out saat penelitian
4. Teknik sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability
kriteria inklusi dan ekslusi sesuai dengan yang dikehendaki oleh peneliti
(Nursalam, 2016).
40
E. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
1. Jenis data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder.
a. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil
ini data diperoleh dari sampel yang akan diteliti dengan menggunakan instrumen
pengumpulan data yaitu HRS-A. Adapun data yang dikumpulkan adalah data
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen yang ada pada suatu
lembaga atau orang lain (Setiadi, 2013). Data sekunder yang dikumpulkan pada
Abiansemal I yang didapat dari buku register dan tercatat masih melakukan rawat
Kemenkes Denpasar.
41
c. Mengurus surat permohonan izin untuk melakukan penelitian ke Kesbang
sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini digunakan Hamilton Rating Scale for
anxiety (HRS-A) untuk mengukur kecemasan pada pasien diabetes melitus dan
(Muharyani and Sijabat, 2015). Hasil dicatatat dalam suatu lembar rekapitulasi
42
kecemasan, instrumen pengumpulan data lainnya adalah lembar prosedur
Hamilton Rating Scale for anxiety (HRS-A). Alat ukur ini telah diuji validitas dan
reliabilitas oleh Kautsar, Gustopo and Achmadi, (2015) dengan judul Uji Validitas
Correlation seluruh soal memiliki nilai positif dan lebih besar dari syarat 0.05.
dengan jumlah items 14 butir lebih besar dari 0.6, maka kuisioner yang digunakan
dua bagian yaitu tentang data umum mengenai karakteristik pasien diabetes
melitus. Dalam kuisioner data umum memuat tentang jenis kelamin, umur,
43
gejala autonom dan tingkah laku pada saat wawancara. Setiap pertanyaan tersebut
disertai tiga sampai sembilan jawaban, pemberian skor tergangtung dari jawaban
pasien terhadap setiap pertanyaan tersebut. Skor 0 jika tidak memilih, skor 1 jika
memilih 1 dari gejala yang ada, skor 2 jika memilih 2 sampai dengan separuh dari
gejala yang ada, skor 3 jika memilih lebih dari separuh gejala yang ada dan skor 4
jika memilih semua gejala yang ada. Jumlah skor terendah adalah 0 dan skor
yaitu skor kurang dari 14 tidak ada kecemasan, skor 14-20 kecemasan ringan, skor
21-27 kecemasan sedang, skor 28-41 kecemasan berat, dan skor 42-56 kecemasan
Prosedur terapi warna hijau dibuat berdasarkan kajian penelitian terkait oleh
Muharyani & Sijabat (2015) dan diambil dari buku Struthers (2012). Prosedur
pengarah terapi itu sendiri. Terapi warna hijau dilakukan dengan cara duduk
dengan posisi yang nyaman dan rileks, menarik nafas secara perlahan: tarik nafas
melalui hidung selama dua detik dengan lambat dan dalam, rasakan dengan perut
melalui bibir. Lalu pejamkan mata secara perlahan dan melepaskan seluruh
anggota tubuh dari kepala, bahu, punggung, tangan, sampai kaki secara perlahan-
lahan. Imajinasikan pemandangan hijau dan lakukan berulang selama kurang lebih
10 menit. Bila dirasakan sudah nyaman dan rileks, tetap duduk tenang dengan
44
mata masih tertutup untuk beberapa saat. Langkah terakhir buka mata secara
data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan
(Setiadi, 2013).
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan peneliti dalam pengolahan data, yaitu:
a. Editing
lengkap dan memilih data yang diperlukan (Setiadi, 2013). Pada penelitian ini
kecemasan sebelum dan sesudah diberikan terapi warna hijau dan mengecek
kelengkapan lembar cek list dan melengkapi lembar cek list yang belum lengkap.
b. Coding
adalah mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat
entry data (Setiadi, 2013). Data yang sudah terkumpul selanjutnya akan dilakukan
pengkodingan yaitu pada data umur. Data tingkat kecemasan : kode 1 (tidak ada
45
c. Processing
Setelah semua HRS-A sudah terisi penuh dan sudah melalui tahap coding,
maka langkah selanjutnya adalah memproses data yang diteliti agar dapat
d. Cleaning
Pembersihan data dilakukan dengan melihat variabel apakah data sudah benar
kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan
2013).
2. Variabel
Analisis data merupakan suatu proses atau analisa yang dilakukan secara
sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan dengan tujuan supaya data trend
a. Analisis univariat
menggunakan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk table atau
deskriptif dan disajikan dalam bentuk table distribusi frekuensi yang memuat
b. Analisis bivariat
46
Analisis bivariat digunakan untuk menganalisis perbedaan kecemasan
sebelum dan sesudah pemberian terapi warna hijau dengan menggunakan uji
paired t-test oleh karena data yang tersedia pada kelompok sampel (data pre test
dan post test) adalah sampel kelompok berpasangan. Sebelum dilakukan uji
paired t-test, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data. Uji normalitas data
merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
normal jika nilai skewness dibagi dengan standar errornya menghasilkan angka ≤
2 dan dikatakan tidak berdistribusi normal jika nilai skewness dibagi dengan
dilanjutkan dengan menggunakan uji analisis paired t-test dan apabila tidak
berdistribusi normal menggunakan uji wilcoxon (dengan αlpha 0,05 atau tingkat
kepercayaan 95%) yang akan diolah dengan bantuan komputer. Jika p-value pada
kolom Sig (2-tailed) ≤ nilai alpha (0,05) maka Ho ditolak atau ada pengaruh yang
signifikan dari penelitian yang dilakukan. Jika p-value pada kolom Sig (2-tailed) >
nilai alpha (0,05) maka Ho gagal ditolak atau tidak ada pengaruh yang signifikan
G. Etika Penelitian
etika penelitian. Hal ini dilaksanakan agar peneliti tidak melanggar hak-hak
47
1. Informed cocent
kehidupan dan cara bermoral mereka sendiri (Potter & Perry, 2005). Peneliti
tidak. Peneliti tidak memaksa calon responden yang tidak bersedia menjadi
responden. Calon responden yang tidak bersedia menjadi responen tetap akan
3. Confidentiality/kerahasiaan
(Potter & Perry, 2005). Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
dengan cara memberikan kode reponden dan inisial bukan nama asli responden.
4. Justice/keadilan
Justice berarti bahwa dalam melakukan sesuatu pada responden, peneliti tidak
ekonomi, politik ataupun atribut lainnya dan harus adil dan merata (Hidayat,
responden tanpa memandang suku, agama, ras dan status sosial ekonomi.
48
5. Beneficience dan non maleficience
itu sangat berisiko terjadi kerugian fisik dan psikis terhadap subjek penelitian.
bahaya atau merugikan pasien sampai mengancam jiwa pasien (Wasis, 2008).
Penelitian ini memberikan manfaat rileks, kenyaman dan tenang pada klien yang
pasien diabetes melitus serta meningkatkan rasa percaya diri dan semangat hidup.
Penelitian ini juga tidak berbahaya karena responden hanya akan diberikan terapi
49
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
maka wilayah kerja di bagi menjadi dua. Batas wilayah kerja UPT.Puskesmas
Abiansemal I per tahun 2014 adalah batas utara Desa Carangsari, batas timur Desa
Selat, Desa Punggul, Desa Bongkasa, batas selatan Desa Mambal, batas barat
Jumlah tenaga kerja yang ada di UPT. Puskesmas Abiansemal 1 sebanyak 178
PTT), Dokter tenaga peningkatan, dokter gigi, perawat yang bekerja baik PNS
maupun PTT serta perawat tenaga peningkata, SPR, perawat gigi, , Asisten
Apoteker yang bekerja baik sudah PNS maupun peningkatan, Analisa Lab serta
tenaga peningkatan Analisa lab, Ahli gizi serta tenaga peningkatan ahli gizi,
Tenaga Sopir yang bekerja, baik yang sudah PNS maupun peningkatan
(pelayanan dan KBS), Tenaga Satpam, Tenaga PPTI, tenaga CS, Tenaga Operator
KBS, Tenaga KPA, Tenaga Rekam Medis, Jumantik berjumlah 38 orang, LKB
mengacu pada Permenkes No. 75 Tahun 2014 dan SK Kepala Dinas Kesehatan
51
2. Karakteristik subjek penelitian
a. Usia
usia dewasa awal (20–30) tahun, dewasa madya (31-59) tahun, dewasa akhir ≥ 60
tahun. Dalam penelitian ini usia 20-30 tidak ditemukan. Subjek penelitian
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia di
UPT Puskesmas Abiansemal I Tahun 2018
Usia (Tahun) f %
31-59 8 66,6
≥60 4 33,4
Total 12 100
b. Jenis kelamin
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
di UPT Puskesmas Abiansemal I Tahun 2018
Jenis Kelamin f %
Laki - laki 4 33,3
Perempuan 8 66,7
Total 12 100
52
Tabel 4 menunjukkan bahwa jenis kelamin pada subjek penelitian yang lebih
banyak adalah perempuan sebanyak 8 orang (66,7%).
c. Pendidikan
dalam tabel 5.
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di
UPT Puskesmas Abiasemal I Tahun 2018
Penddiikan f %
Dasar 8 58,3
Menengah 2 25,0
Tinggi 2 16,7
Total 12 100
d. Pekerjaan
dalam tabel 6.
53
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan di
UPT Puskesmas Abiansemal I Tahun 2018
Penddiikan f %
Pensiunan 1 8,3
Pegawai Swasta 1 8,3
Petani 1 8,3
Buruh 3 25,0
Wiraswasta 4 33,3
Tidak Bekerja 2 16,7
Total 12 100
penelitian
Hasil pengamatan tingkat kecemasan pada pasien diabetes melitus sebelum dan
Tabel 6
Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Warna Hijau di
UPT Puskesmas Abiansemal I Tahun 2018
54
Tabel 7 menunjukkan tingkat kecemasan terendah sebelum perlakuan adalah
a. Kecemasan pada pasien diabetes melitus sebelum diberikan terapi warna hijau
kecemasan (0-14), kecemasan ringan bila rentang skor (14-20), kecemasan sedang
bila rentang skor (21-27), kecemasan berat bila rentang skor (28-41), panik bila
rentang skor (42-56). Dalam penelitian tidak ditemukan kecemasan berat dan
panik sehingga hanya diuraikan kecemasan ringan dan sedang. Hasil penelitian
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Sebelum
Diberikan Perlakuan Terapi Warna Hijau di UPT Puskesmas Abiansemal I
Tahun 2018
Tingkat Kecemasan f %
Ringan 3 25,0
Sedang 9 75,0
Total 12 100
terapi warna hijau pada subjek penelitian sebagian besar berada pada kategori
b. Kecemasan pada pasien diabetes melitus setelah diberikan terapi warna hijau
55
Dalam penelitian tidak ditemukan kecemasan berat dan panik sehingga hanya
diuraikan kecemasan ringan dan sedang. Hasil penelitian disajikan dalam tabel 9.
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Setelah
Diberikan Perlakuan Terapi Warna Hijau di UPT Puskesmas Abiansemal I
Tahun 2018
Tingkat Kecemasan f %
Ringan 5 41,7
Sedang 7 58,3
Total 12 100
hijau pada subjek penelitian sebagian besar berada pada kategori kecemasan
Uji normalitas data perlu dilakukan sebelum pengujian hipotesis dan untuk
uji normalitas perlu dilakukan untuk mengetahui sebaran data apakah variabel
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data ini menggunakan uji
normalitas Shapiro-Wilk karena subjek penelitian kurang dari 50. Data dikatakan
berdistribusi normal jika nilai signifikan > 0,05 (Riadi, 2016). Hasil uji normalitas
data tingkat kecemasn sebelum dan sesudah diberikan perlakuan terapi warna
56
Tabel 9
Hasil Uji Normalitas Data Tingkat Kecemasan Pasien Diabetes Melitus
Sebelum dan Sesudah Diberikan Perlakuan Terapi Warna Hijau
di UPT Puskesmas Abiansemal I Tahun 2018
n p
kecemasan sebelum diberikan terapi warna hijau didapat p = 0,037 hasil tersebut
lebih kecil dari p = 0,05 berarti data berdistribusi tidak normal. Hasil uji
hijau didapat p = 0,040 hasil tersebut lebih kecil dari p = 0,05 berarti variabel
tidak normal.
6. Analisis data
Hasil uji hipotesis ditentukan dari tingkat signifikansi atau nilai p yang dipilih
oleh peneliti, jika memilih singnifikansi 0,05 maka hipotesis akan diterima apabila
nilai p ≤ 0,05 (Heavey, 2015). Teknik uji hipotesis yang digunakan adalah uji
statistic nonparametrik yaitu uji Wilcoxon Signed Ranks Test. Uji Wilcoxon
Signed Ranks Test digunakan untuk menguji beda mean dua hasil pengukuran
pada dua kelompok data yang berpasangan (Riadi, 2016). Interpretasi hasil dari
uji Wilcoxon bila nilai signifikan p< 0,05 artinya ada perbedaan bermakna
57
diantara dua hasil pengukuran pada kelompok data tersebut (Dahlan, 2016). Hasil
analisis dengan uji Wilcoxon Signed Ranks Test, disajikan dalam tabel 11.
Table 10
Hasil Analisis Pengaruh Terapi Warna Hijau Terhadap Kecemasan Pada
Pasien Diabetes Melitus di UPT Puskesmas Abiansemal I Tahun 2018
Ranks Test diperoleh p = 0,013 lebih kecil dari p = 0,05 berarti hipotesis diterima.
Artinya ada pengaruh yang signifikan terapi warna hijau terhadap kecemasan pada
pasien diabetes melitus di UPT Puskesmas Abiansemal I tahun 2018, bahwa terapi
warna hijau dapat menurunkan tingkat kecemasan pada pasien diabetes melitus.
B. Pembahasan Penelitian
diberikan terapi warna hijau pada subjek penelitian sebagian besar pasien diabetes
melitus berada pada kategori kecemasan sedang, yaitu 9 orang (75,0%). Hasil
penelitian yang didapat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ebrahem
and Masry, (2017) dengan judul pengaruh terapi relaksasi terhadap depresi,
kecemasan, stres, dan kualitas hidup pada pasien diabetes melitus di Rumah Sakit
58
subjek penelitian sebanyak 70 orang. Hasil penelitian menemukan bahwa
sebagian besar subjek penelitian yaitu 67 orang (57,1%) memiliki tingkat cemas
Jakarta Pusat yang berjudul Faktor yang Berperan Terhadap Depresi, Kecemasan
dan Stress pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan jumlah sampel 5 orang
pasien diabetes melitus memperoleh hasil bahwa peran aspek kognitif, lama sakit,
Namun penelitian lain ada yang tidak sesuai dengan hasil penelitian ini,
Kecemasan Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus, jenis
penelitian kuantitatif mendapatkan hasil pada lansia sehat tahun 2015 (n=76) dan
tahun 2016 (n=43). Hasil yang didapatkan pada tahun 2016 bahwa 45% (n=24)
Effect of Group Training on Depression and Anxiety among Patients with Type
Penelitian ini menemukan yang sebagian besar pasien mengalami cemas sedang
banyak pasien diabetes melitus yang mengalami komplikasi seperti diabetic foot,
59
memberi obat golongan antidiabetes untuk mengontrol glukosa darah, penanganan
perawatan diri menjadi buruk. Pendapat ini didukung oleh pasien diabetes melitus
yang sulit disembuhkan pasien akan merasa terkejut kemudian cemas berlebihan,
di otak ini adalah suatu sistem yang mengatur kerja neurotransmitter di otak yang
dalam otak inilah yang dapat membuat pasien diabetes melitus rentan terhadap
dalam hidupnya, mulai dari pengaturan pola makan, olahraga, dan kontrol gula
darah yang harus dilakukan sepanjang hidupnya. Perubahan dalam hidup yang
60
2. Kecemasan setelah dilakukan perlakuan terapi warna hijau
perlakuan terapi warna hijau sebagian besar pasien diabetes melitus mengalami
cemas sedang yaitu 7 orang (58,3%) dan depresi ringan sejumlah 5 orang
(41,7%). Berarti adanya peningkatan jumlah yang ringan dan penurunan jumlah
yang sedang.
Penelitian yang sesuai yaitu penelitian yang dilakukan oleh Harini (2013)
sejalan adalah hasil penelitian Muharyani and Sijabat, (2015) yang menyatakan
Effect of Group Training on Depression and Anxiety among Patients with Type
melitus tipe 1 dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, setelah
intervensi diperoleh hasil yang signifikan (p=0,002) bahwa Group Training dapat
Pendapat peneliti didukung oleh Kartika et al., (2016) bahwa banyak jenis
percobaan dan kegagalan sebelum menemukan kombinasi dosis yang tepat untuk
61
kecemasan pada pasien diabetes melitus. Kemudian sekarang tergantung situasi di
Terapi warna hijau yang dilakukan dalam penelitian ini dapat menurunkan
pasien diabetes melitus masih dalam kategori cemas sedang dan ringan. Tingkat
kecemasan pada hasil penelitian ini dikuatkan oleh teori Baji et al., (2014) bahwa
14: tidak ada gejala kecemasan, (2) 14-20: kecemasan ringan, (3) 21-27:
Hasil uji hipotesis menunjukkan ada pengaruh yang signifikan saat diberikan
perlakuan terapi warna hijau terhadap kecemasan pada pasien diabetes melitus di
UPT Puskesmas Abiansemal I tahun 2018, dengan p =0,013 (p < 0,05). Peneliti
belum menemukan penelitian lain yang sama persis dengan subjek pasien diabetes
oleh Muharyani and Sijabat, (2015) dengan judul Pengaruh Terapi Warna Hijau
62
Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Trisemeter III. Penelitian ini
terapi warna hijau didapatkan hasil kecemasan dengan nilai 0,001 < p = 0,05.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi warna hijau terhadap
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Ebrahem and Masry, (2017) dengan
0,001 < 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi warna
hijau terhadap kecemasan pada pasien diabetes melitus. Terapi warna hijau dapat
dilakukan pasien untuk merilekskan tubuh untuk meningkatkan rasa percaya diri
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dari Thompson (2008) menyatakan
terapi warna hijau telah terbukti efektif dalam mengatasi kecemasan, kemarahan,
karena lingkungan yang tidak adil. Dengan pasien melakukan terapi warna hijau
secara rutin, pasien mulai sadar terhadap hak pasien untuk relaks, dan bisa
meluangkan waktu untuk diri pasien sehingga dapat manajemen perawatan diri
pasien.
Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ditunjukkan, terapi warna hijau
dapat berpengaruh karena mampu memberikan efek rileks pada tubuh. maka
63
seperti kecemasan salah satunya dengan memberikan atau mengajarkan terapi
warna hijau. Selain mudah dilakukan terapi warna hijau bisa dilakukan oleh siapa
saja dan kapan saja sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri pada pasien
diabetes melitus.
C. Keterbatasan Penelitian
jenis penelitian yang digunakan adalah one-group pra-post test design sehingga
64
BAB VI
A. Simpulan
Tahun 2018.
B. Saran
berikut.
Hasil penelitian ini sebaiknya dapat dijadikan dasar pemberian terapi warna
hijau pada pasien diabetes melitus serta dapat ditambahkan ke dalam kegiatan
khususnya pasien diabetes melitus yang diadakan setiap bulan di UPT Puskesmas
dengan menambah variable dan sampel dalam ruang lingkup yang sama dan
66
DAFTAR PUSTAKA
Bassano, M. (2001) Healing with music and colour. Edisi bahasa Indonesia, terapi
musik dan warna. Bahasa Ind. Yogyakarta: Rumpun.
68
Struthers, J. (2012) TERAPI WARNA ; cara praktis menggunakan warna untuk
menyembuhkan dan meningkatkan kualitas hidup. Yogyakarta: Kanisius.
Stuart, G. W. (2014) Buku Saku Keperawatan Jiwa. 5th edn. Jakarta: EGC.
Wasis (2008) Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
World Health Organization (2016) ‘Global Report on Diabetes’, Isbn, 978, p. 88.
doi: ISBN 978 92 4 156525 7.
LAMPIRAN
69
Lampiran 1
No Kegiatan Waktu
Feb Mar Apr Mei
2018 2018 2018 2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan proposal
2 Seminar proposal
3 Revisi proposal
4 Pengurusan izin
penelitian
5 Pengumpulan data
6 Pengolahan data
7 Analisis data
8 Penyusunan laporan
9 Sidang hasil penelitian
10 Revisi laporan
11 Pengumpulan skripsi
Lampiran 2
Kepada
Dengan hormat,
Denpasar,..............................2018
Peneliti
Lampiran 4
Persetujuan Menjadi Responden
Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
Sebagai Peserta Penelitian
orang dengan syaratnya yaitu kriteria inklusi berupa pasien diabetes mellitus yang
buta warna, pasien tidak memiliki gangguan pernafasan, pasien dalam keadaan
sehat, pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan kriteria eksklusi berupa pasien
dengan buta warna, pasien yang memiliki gangguan pernafasan, pasien dalam
keadaan sakit, pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Peserta akan
diberikan terapi warna hijau sehingga dapat mengurangi kecemasan dan membuat
peserta rileks, kegiatan akan dilakukan selama 10 menit. Kegiatan ini akan
kepada peserta penelitian oleh karena itu perlu dilakukan lebih dari satu kali.
Kegiatan ini juga tidak berbahaya karena responden hanya akan diberikan terapi
warna hijau yang dapat merilekskan, menenangkan dan membuat pasien merasa
nyaman. Bagi peserta akan mengetahui apakah mengalami kecemasan atau tidak
serta dapat mencegah terjadinya kecemasan serta meningkatkan rasa percaya diri
Kompensasi lain yaitu peneliti akan memberikan insentif serta snack selama
ini dengan menyimpannya dengan baik dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
menghentikan kepesertaan dari penelitian kapan saja tanpa ada sanksi. Keputusan
tentang penelitian ini. Bapak/Ibu akan diberi salinan persetujuan yang sudah
penelitian, peneliti akan menyampaikan hal ini kepada Bapak/Ibu. Bila ada
CP : Soniya (087861539920)
kepada peneliti tentang penelitian ini dan menyetujui untuk menjadi *peserta
penelitian/Wali.
_______________________________ _______________________________
Tanggal : / / Tanggal : / /
_________________________________________
Peneliti
__________________________________
Tanggal : / /
Tanda tangan saksi diperlukan pada formulir Consent ini hanya bila
Wali dari peserta penelitian tidak dapat membaca/ tidak dapat bicara atau
buta
Komisi Etik secara spesifik mengharuskan tanda tangan saksi pada penelitian
ini (misalnya untuk penelitian resiko tinggi dan atau prosedur penelitian
invasive)
Catatan:
Saksi harus merupakan keluarga peserta penelitian, tidak boleh anggota tim
penelitian.
Saksi:
dengan benar dan dimengerti oleh peserta penelitian atau walinya dan persetujuan
___________________________________
Tanggal : / /
(Jika tidak diperlukan tanda tangan saksi, bagian tanda tangan saksi ini
dibiarkan kosong)
A. Pasien/klien
1. Beritahu klien
2. Atur posisi dalam posisi duduk atau
berbaring
B. Alat
Gambar pemandangan warna hijau.
C. Lingkungan
Atur lingkungan senyaman dan setenang
mungkin agar pasien/klien mudah
berkonsentrasi
Pelaksanaan :
79
Lampiran 6
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Kode Responden :
Tanggal Pengisian :
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti dan benar
A. Data Demografi
1. Umur ........tahun
2. Pendidikan
SD SMA
SMP Perguruan Tinggi
D-I
D-II
D-III
D-IV
S1
S2
S3
3. Agama
Islam Hindu
Kristen Budha
Katolik
4. Perkerjaan
Pensiunan PNS/TNI/Polri
Pegawai Swasta Buruh
Petani Wiraswasta
Nelayan Tidak Bekerja
5. Jenis Kelamin
Laki-Laki Perempuan
6. Status Perkawinan
Kawin Janda
Belum Kawin Duda
Interpretasi Hasil :
1. Skor <14 : tidak ada kecemasan
2. Skor 14-20 : kecemasan ringan
3. Skor 21-27 : kecemasan sedang
4. Skor 28-41 : kecemasan berat
5. Skor 42-56 : panik
Lampiran 7
84
85
87
88
89
90
91
92