Anda di halaman 1dari 2

Litigasi 

- Hubungan kerja antara pengusaha dan pekerja sejatinya


didasarkan atas perlindungan dan kepastian hukum bagi kedua belah pihak
terhadap permasalahan yang timbul pada saat pelaksanaan kerja
berlangsung. Salah satu bentuk perlindungan dan kepastian hukum bagi
pekerja dan pengusaha tersebut timbul akibat adanya perjanjian kerja,
sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 angka 14 UU No. 1 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) yang menyatakan
bahwa “perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan
pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan
kewajiban para pihak”.
Perjanjian kerja merupakan awal mula terciptanya hubungan kerja antara
pekerja dan pengusaha. Hal tersebut yang dapat menimbulkan hak dan
kewajiban bagi pekerja dan pengusaha. Hubungan kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 15 UU Ketenagakerjaa, yaitu “Hubungan
kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh
berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan
perintah”.
Perbuatan yang dilakukan antara pekerja dan pengusaha dapat dikatakan
mempunyai Hubungan kerja apabila telah memenuhi unsur-unsur
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Pasal 1 angka 15 UU
Ketenagakerjaan, dengan uraian sebagai berikut:
1. Unsur Pekerjaan
Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan (obyek
perjanjian), pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja
dengan ijin pengusaha. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam 1603 a
KUHperdata, yang menyatakan bahwa “Buruh wajib melakukan sendiri
pekerjaannya, hanya dengan seijin majikan ia dapat menyuruh orang ketiga
menggantikannya”.
2. Unsur Upah
Terkait dengan upah pekerja, ada beberapa kebijakan pemerintah yang
perlu diperhatikan untuk menetapkan upah pekerja seperti Upah Minimum
Propinsi (UMP) maupun upah minimum kabupaten (UMK) dan skala
pengupahan berdasarkan ketentuan perusahaan. Upah juga telah diatur
dengan tegas dalam Pasal 1 angka 30 UU Ketenagakerjaan, yang
menyatakan bahwa “Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau
pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-
undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas
suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
3. Unsur Perintah
Unsur perintah dalam sebuah hubungan kerja artinya ada pihak yang
memberi perintah dan ada pihak yang wajib melakukan perintah tersebut.
Makna “perintah” dalam UU Ketenagakerjaan, tidak memberikan batasan
serta definisi yang jelas. sehinga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) “perintah” yaitu perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan
sesuatu.
Dengan penjelasan uraian di atas, semakin jelaslah status pekerja dan
pengusaha, dikatakan mempunyai hubungan kerja apabila unsur pekerjaan,
upah dan perintah telah terpenuhi. apabila hubungan kerja sudah terjalin
antara pekerja dengan pengusaha, maka hak dan kewajiban diantara
pekerja dengan pengusaha secara tidak langsung sudah menimbulkan
akibat hukum apabila terjadi perselesihan dikemudian hari (Red).

Anda mungkin juga menyukai