FOKLOR INDONESIA
SEJARAH KALIBAWANG, KULON PROGO
2020
SEJARAH KALIBAWANG
1
Sebelumnya pada tahun 1855 terbentuk Kabupaten Kalibawang yang dipimpin oleh
Tumenggung, masuk wilayah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Menurut buku 'Prodjo
Kejawen' pada tahun 1912 Kabupaten Kalibawang bersama Kabupaten Nanggulan, Sentolo dan
Pengasih digabung menjadi satu, kemudian diberi nama Kabupaten Kulon Progo dengan ibukota
di Pengasih. Bupati pertama dijabat oleh Raden Tumenggung Poerbowinoto.Dalam
perjalanannya, sejak 16 Februari 1927 Kabupaten Kulon Progo dibagi atas dua Kawedanan
dengan delapan Kapanewon. Kalibawang menjadi Kapanewon di Kawedanan Nanggulan.
Pada tanggal 15 Oktober 1951 Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Adikarto
digabung menjadi satu Kabupaten dengan nama Kulon Progo. Selanjutnya pada tanggal 29
Desember 1951 proses administrasi penggabungan telah selesai dan pada tanggal 1 Januari 1952,
administrasi pemerintahan baru mulai dilaksanakan dan status Kapanewon Kalibawang menjadi
Kecamatan Kalibawang.Pada tanggal 20 Desember 2019 ditetapkan perubahan nomenklatur
Kecamatan menjadi Kapanewon, maka per tanggal 1 Januari 2020 Kecamatan Kalibawang
kembali disebut Kapanewon Kalibawang.
Banyak yang bilang jika Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kota budaya dan pariwisata
yang tidak akan pernah habis untuk dinikmati. Kekayaan warisan alam dan budaya yang
menyatu dengan keramahan warga menjadi landasan utama dalam perkembangan pariwisata di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Kalibawang yang terdapat disalah satu sudut provinsi
yang berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah ini menjadi salah satu aset kekayaan
wisata di DIY. Lokasinya yang terletak di arah timur laut kabupaten Kulon Progo dengan jarak
tempuh sekitar 40 menit dari kota Yogyakarta dan 20 menit dari obyek wisata Borobudur
menjadikan kawasan kecamatan Kalibawang cukup strategis untuk dikunjungi.
Kalibawang menawarkan eksotika kekayaan alam yang alami maupun buatan untuk dapat
dinikmati oleh para wisatawan. Wisata agro yang ada di Kalibawang menjadi salah satu tumpuan
utama perkembangan kegiatan wisata disana. Terdapat banyak hamparan sawah asri yang jarang
ditemui di kota, ditambah lagi dengan hamparan perkebunan buah naga yang dapat di nikmati
wisatawan, serta deretan perkebunan kakao warga yang dapat menjadi penyegar pikiran untuk
para wisatawan. Apabila berkunjung ke desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang pada bulan
Oktober sampai Desember wisatawan dapat menikmati durian-durian menoreh yang dipetik
langsung dari pohonnya. Desa Banjaroya menjadi desa sentra buah durian menoreh di
Kalibawang. Bahkan kerena tersohornya kenikmatan buah durian menoreh di Desa Banjaroya
pada akhir tahun biasanya diadakan festival durian yang menyedot banyak wisatawan penikmat
buah durian berdatangan ke Kalibawang.
Selain wisata Agro yang menjadi daya tarik wisata, di Kalibawang juga Terdapat obyek
wisata bendungan Ancol menjadi salah satu daya tarik tersendiri dari obyek wisata minat khusus
di Kalibawang. Bentukan bendungan yang gagah membelah kali Progo ini dapat dijadikan
wisatawan sebagai lokasi yang tepat untuk menikmati keindahan Kali Progo yang membentang
gagah sampai ke Pantai Selatan. Keramahan warga yang masih terasa sangat kental dapat
dinikmati dengan berwisata ke Desa Wisata yang terdapat di Kecamatan Kalibawang. Terdapat
Desa wisata Banjarasri, Desa Wisata Banjaroya, dan Desa wisata Banjarharjo. Obyek wisata
Dolan Deso pada Desa Wisata Banjarasri sudah cukup maju dan berkembang. Wisatawan dapat
menikmati pola kehidupan warga desa yang bersahaja, juga terdapat fasilitas outbound yang
ditawarkan pihak pengelola.
Terdapat beberapa obyek wisata religi yang ditawarkan Kalibawang. Salah satu obyek
yang paling terkenal adalah Sendangsono, obyek wisata religi ziarah Goa Maria untuk umat
khatolik ini terdapat pada Desa Banjaroya. Pada hari-hari besar keagamaan khatolik terutama
pada bulan mei dan oktober lokasi ini akan sangat dipenuhi oleh peziarah yang datang. Suasa
tenang dan hikmat menjadi daya tarik para peziarah untuk mendekatkan diri dengan Tuhan.
Keharmonisan kehidupan beragama juga sangat terasa di kalibawang, selain pusat ziarah umat
khatolik di sini juga terdapat obyek wisata religi Makam Nyi Ageng Serang dan Makam Simbah
Kyai Krapyak Tsani yang banyak menarik wisatawan untuk berkunjung ke Kalibawang.
1. SENDANGSONO
Sendangsono berasal dari dua suku kata jawa yakni “Sendang” yang berarti mata air,
sumur, telaga, dan “Sono” yang berarti Pohon Sono. Dengan kata lain Sendangsono diartikan
sebagai mata air di bawah sebatang Pohon Sono. Sendangsono merupakan kompleks wisata
religi Gua Maria, berada di daerah Paroki Promasan, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten
Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dahulu, Sendangsono merupakan mata air yang bernama Sumber Semagung, salah satu
dari tiga mata air yang terdapat di daerah tersebut. Tiga mata air yang menjadi sumber air utama
di Kecamatan Kalibawang adalah Beju Klangon, Tuksanga, dan Semagung. Namun, sejak awal
Sendangdono merupakan mata air yang dianggap paling istimewa.
Di kompleks Goa Maria Lourdes Sendang Sono ini terdapat 4 buah rumah panggung
yang bisa digunakan untuk beristirahat bagi para pejiarah, terdapat pula 3 buah kapel, yakni:
Kapel Tritunggal, kapel Maria (terletak di atas gua, dekat kompleks makam), dan kapel 12 Rasul.
Berdoa di depan Goa Maria Lourdes Sendang Sono yang terletak di belakang pohon sono juga
bisa menjadi pilihan untuk mencari ketenangan batin. Banyak orang memanjatkan doa dengan
bersimpuh dan menyalakan lilin di depan gua ini.
Sendangsono selalu bisa menjadi oasis di tengah gurun pasir dengan pepohonan teduh
dan sumber air segar. Disertai iman sepenuh hati, untaian pengharapan lewat doa dan air dari
Sendangsono niscaya menjadi berkah bagi kedamaian hidup dan kesejahteraan semua mahkluk
beriman. Membawa pulang air sendang dan meminumnya, dipercaya dapat mendatangkan
berkah.
Keindahan alam memang tidak dapat disebandingkan dengan keindahan yang diciptakan
oleh manusia. Fenomena alam bisa menjadi salah satu keindahan alam yang memukau. Salah
satu yang menarik dari fenomena alam adalah air terjun. Air terjun merupakan formasi geologi
dari arus air yang mengalir melalui formasi bebatuan yang mengalami erosi dan jatuh ke bawah
dari ketinggian.
Air terjun yang memukau untuk dikunjungi salah satunya adalah Air Terjun Sidoharjo, terletak
di Pedukuhan Gonolangu, Desa Sidoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulonprogo,
Daerah Istimewa Yogyakarta. Air terjun Sidoharjo merupakan salah satu wisata unggulan
yang terkenal sangat indah dan masih asri dengan ditumbuhi pohon-pohon rindang dan tebing
disekelilingnya. Tempat wisata yang masih sangat alami dan belum banyak di ketahui khalayak
luas ini terdapat di tengah hutan, sehingga ketika ingin mengunjungi air terjun ini diharuskan
berjalan kaki kira-kira sejauh 700 meter dari jalan raya terakhir yang dapat dilewati kendaraan
bermotor. Kendaraan bermotor sementara dapat dititipkan ke rumah warga terdekat.
Perjalanan masuk ke area air terjun sangatlah terasa keasriannya, dengan menyusuri parit-
parit kecil dan jalan setapak yang langsung berbatasan dengan tebing yang sedikit curam.
Setengah perjalanan ke air terjun utama, akan ditemui sebuah curug kecil yang juga memiliki
aliran yang cukup deras, namun jangan terkecoh curug tersebut hanya aliran kecil yang bukan
merupakan air terjun utama. Untuk menemukan air terjun utama perjalanan dilanjutkan dengan
menyebrangi curug kecil dan berjalan kira-kira 300 meter melewati jalan setapak.
Curug atau air terjun ini memiliki ketinggian 75 meter dengan dikelilingi tebing tinggi
sehingga menambah keindahan Air Terjun Sidoharjo. Untuk menuju tempat wisata ini bisa
melewati Desa Banjarasri, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo. Penunjuk arah yang
tersedia sudah dapat menunjukkan arah menuju lokasi air terjun.
Pemerintah Jepang untuk membangun saluran irigasi yang menghubungkan Sungai Progo
dengan Sungai Opak, yang dikenal dengan “Kanal Yoshiro” atau yang sekarang disebut sebagai
“Selokan Mataram”. Proyek saluran irigasi ini diperuntukan bagi pengairan sawah di daerah
Yogyakarta yang masih berfungi dengan baik hingga saat ini.
Bagi pecinta suasana alam yang tersembunyi, masih asri dan asli, taman wisata air ini
cukup menarik untuk dijadikan tempat singgah. Masyarakat lokal sendiri menjadikan tempat ini
sebagai tempat nongkrong kaum muda-mudi. Objek wisata Ancol berlokasi di Dusun Pantog
Wetan, Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo. Tempat ini juga berada dijalur alternatif wisata
Candi Borobudur, sehingga cukup berpotensi sebagai jalur yang strategis untuk dijadikan paket
wisata alam. Tak jauh dari tempat ini terdapat pula Taman Makam Pahlawan Nasional Nyi
Ageng Serang dan kebun Buah Naga yang dapat dijadikan alternatif tempat wisata.
Selain sebagai tempat yang nyaman untuk mendapatkan ketenangan dari hiruk-pikuk
suasana perkotaan, Bendungan Ancol juga sering digunakan sebagai tempat kegiatan outdoor
seperti rafting (arung jeram), outbond, camping (berkemah) dan lain sebagainya. Pecinta
fotografi-pun tak akan rugi untuk berkunjung karena banyak terdapat spot-spot foto yang
menarik sehingga tak jarang tempat ini dijadikan lokasi syuting beberapa production house baik
lokal maupun nasional dan dijadikan sebagai tempat foto pre-wedding.
Sayangnya, dari berbagai potensi yang dihadirkan objek wisata ini kurang didukung
dengan fasilitas dan sarana prasarana yang memadai, seperti akses masuk ke lokasi wisata yang
rusak, tidak adanya penjual makanan/cemilan bagi pengunjung dan tidak adanya tempat
duduk/gazebo layaknya objek wisata, sehingga mereka-mereka yang datang hanya dapat duduk
di atas kendaraan mereka ataupun berdiri di pagar pembatas bendungan.
Untuk itu diharapkan adanya tindak lanjut kongkrit dari pemerintah setempat untuk lebih
serius mengembangkan dan meningkatkan nilai jual objek wisata yang cukup berpotensi ini,
sehingga dapat diekspose kepada masyarakat luas baik lokal, nasional maupun internasional
yang nantinya akan berdampak positif bagi Kabupaten Kulon Progo pada umumnya dan
meningkatkan pendapatan masyarakat setempat pada khususnya dengan memberikan peluang
usaha dibidang pariwisata.
Biasanya makam Nyi Ageng Serang ramai dikunjungi para peziarah pada hari Selasa
Kliwon dan Jumat Kliwon. Mereka datang dengan berbagai maksud, ada yang datang untuk
sekedar berziarah ada pula yang sengaja datang untuk “mencari berkah”. Berbagai acara pentas
seni juga rutin diselenggarakan oleh masyarakat sekitar makam untuk mengenang jasa
kepahlawanan beliau. Pada bulan Sura (Muharram) warga Banjarharjo biasanya
menyelenggarakan berbagai pertunjukan kesenian seperti kuda lumping, tarian dolalak, dan juga
shalawatan. Selain itu, biasanya di sela berbagai pertunjukan tersebut diselenggarakan pula
pameran produk makanan yang dihasilkan oleh warga desa Banjarharjo, seperti hasil pertanian
dan buah-buahan.
Di area kompleks Makam Nyi Ageng Serang ada seorang juru kunci yang bisa memberi
berbaphgai informasi yang dibutuhkan oleh para peziarah, termasuk membantu peziarah yang
berniat untuk “mencari berkah”. Biasanya peziarah yang berniat untuk “mencari berkah” di
Makam Nyi Ageng Serang diminta untuk membawa bunga tujuh rupa dan kemenyan. Selain itu
mereka juga diminta untuk berpuasa selama beberapa hari sebagai wujud laku prihatin para
peziarah.
Situs Makam Nyi Ageng Serang memiliki daya tarik tersendiri karena nilai sejarahnya
yang tinggi dan juga nilai kepahlawanannya. Sekalipun tidak sepopuler R.A. Kartini atau Cut
Nyak Dien, Nyi Ageng Serang merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia yang turut
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Beliau juga merupakan salah satu keturunan dari
Sunan Kalijaga dan juga merupakan leluhur dari Ki Hajar Dewantara.