Anda di halaman 1dari 6

Insurgent merupakan kualifikasi pemberontakan dalam suatu negara namun secara de facto

belum mencapai tingkat keteraturan sebagai organisasi yang terpadu dalam melakukan
perlawanan. Dalam hal ini, kedudukan pemberontak belum dapat diakui sebagai pribadi
internasional yang menyandang hak dan kewajiban menurut hukum internasional.89
Kualifikasinya sebagai insurgent, pemberontak atau gerakan separatis secara de jure
internasional dilihat sebagai gerakan yang bertujuan mencapai  keberhasilan melalui
penggunaan senjata. Diartikan bahwa, kualifikasi insurgent belum dapat disebut sebagai
perang saudara (civil war) dalam hukum internasional.90
Apabila pemberontakan insurgent semakin memperlihatkan perkembangan yang signifikan,
meliputi wilayah yang semakin luas dan menunjukkan kecenderungan pengorganisasian
semakin teratur serta telah menduduki beberapa wilayah dalam satu negara secara efektif,
maka hal ini menunjukkan pemberontak telah berkuasa secara de facto atas beberapa
wilayah. 91 Menurut hukum internasional tahapan tersebut mengindikasikan
keadaan pemberontakan telah mencapai tahap belligerent.

Belligerent merupakan para pihak yang bersengketa atau negara yang sedang terlibat
dalam peperangan.
Kaum belligerensi pada awalnya muncul sebagai akibat dari masalah dalam negeri
suatu negara berdaulat. Oleh karena itu, penyelesaian sepenuhnya merupakan urusan negara
yang bersangkutan. Namun apabila pemberontakan tersebut bersenjata dan terus berkembang,
seperti perang saudara dengan akibat-akibat di luar kemanusiaan, bahkan meluas ke negara-
negara lain, maka salah satu sikap yang dapat diambil oleh adalah mengakui eksistensi atau
menerima kaum pemberontak sebagai pribadi yang berdiri sendiri, walaupun sikap ini akan
dipandang sebagai tindakan tidak bersahabat oleh pemerintah negara tempat pemberontakan
terjadi. Dengan pengakuan tersebut, berarti bahwa dari sudut pandang negara yang
mengakuinya, kaum pemberontak menempati status sebagai pribadi atau subyek hukum
internasional.

Setiap pemberontak (insurgent) tidak dapat disebut sebagai belligerent karena untuk dapat
diakui sebagai belligerent sebagai subjek hukum interbnasional harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
1.      Memiliki sebuah organisasi “pemerintahan” sendiri.
2.      Kekuatan militernya telah menduduki wilayah tertentu.
3.      Mempunyai kontrol efektif atas wilayah tersebut.
4.      Anggota militernya memiliki seragam dengan tanda-tanda khusus dengan peralatan militer
yang cukup.
Memang, insurgent adalah awal mula pembentukan belligerent. Namun setiap
pemberontak (insurgent) tidak dapat disebut sebagai belligerent jika belum memenuhi unsur-
unsur tersebut.
Dari uraian diatas dapat kita aplikasikan ke keberadaan Organisasi Papua
Merdeka (OPM) di Indonesia.

Syarat pertama untuk menjadi billigirent sudah digenggam oleh Organisasi


Papua Merdeka yang saat ini dipimpin oleh Goliath Tabuni yang selama ini
dikenal sebagai Panglima tentara Pembebasan Nasional OPM.

Syarat kedua, OPM telah memiliki identitasnya yaitu berupa bendera


Bintang Kejora dan lagu kebangsan Hai Tanahku Papua. Syarat ketiga
mencakup wilayah kekuasaan OPM adalah wilayah Kabupaten Puncak dan
Puncak Jaya. Kedua wilayah ini dikuasai dan dijadikan sebagai markas senjata
OPM. Sedangkan dukungan dai masarakat papua terhadap OPM masih
diragukan, pasalnya ada masyarakat yang mdnukung OPM dan tidak sedikit
yang mengingkan Papua masih bagian dari Indonesia.

Pandangan internasional terhadap OPM begitu hati-hati. Masalahnya


negara-negara internasional pastinya masih ingin menjaga hubungan baik
dengan Indonesia. Konflik papua dipandang sebagai masalah domestik
Indonesia dan menjadi wewenang Indonesia untuk menyelesaikan sendiri.

Reaksi dari negara-negara maju dan berkembang lainnyapun sama, mereka


menyerahkan semua ini kepada Indonesia selaku pemerintah yang sah. Tak terkecuali
Inggris yang belum lama ini kantor OPM dibuka disana, melalui perwakilannya Duta
Besar Inggris untuk Indonesia Mozzam Malik pemerintah Inggris membantah bahwa
mendukung OPM1 dan sebelum inipun Perdana Mentri Inggris David Cameron
menyatakan komitmen tetap mendukung Indonesia pada 25 Mei 2013.

1
http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/05/28/np21mn-inggris-tegaskan-tak-dukung-opm
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang merupakan gerakan separatis yang ingin
memisahkan diri dari wilayah negara Indonesia.Dalam hukum Internasional, kaum
pemberontak (belligerency) dapat dikatakan sebagai subjek hukum Internasional.

1. Kaum belligerensi itu harus sudah terorganisasikan secara teratur

Dalam hal ini, Gerakan Aceh Merdeka (GAM) telah mempunyai sistem organisasi yang
teratur. Struktur organisasi GAM dibagi menjadi pucuk pimpinan di pengasingan dan
kepemimpinantingkat menengah, tentara, anggota, dan dukungan basis di Aceh. GAM
menganggap bahwa mereka sebagai wakil sah satu-satunya rakyat Aceh untuk
mendirikan lembaga pemerintah. Kabinet pertama, didirikan oleh Hasan di Tiro selama
di Aceh 1976-1979 terdiri sebagai berikut[6] :

2. Menggunakan tanda-tanda pengenal yang jelas untuk menunjukkan identitasnya

Sebagai sebuah gerakan, identitas merupakan hal yang sangat penting sebagai bentuk
dari ciri dan pembeda dengan gerakan-gerakan yang lain. GAM sebagai sebuah gerakan
mempunyai ciri khas dan identitas, hal ini ditunjukkan melalui penggunaan seragam dan
bendera. Bendera Aceh berbentuk segi empat persegi panjang dengan ukuran lebar 2/3
dari panjang, 2 buah garis lurus putih di bagian atas, 2 buah garus lurus putih di bagian
bawah, 1 garis hitam di bagian atas, 1 garis hitam di bagian bawah. Pada bagian tengah
bendera terdapat gambar bulan bintang dengan warna dasar merah, putih, dan hitam.
Untuk lambang terdiri atas gambar singa, buraq, rencong, gliwang, perisai, rangkaian
bunga, daun padi, jangkar, huruf ta tulisan Arab, kemudi dan bulan bintang dengan
semboyan Hudep Beu Sare Mate Beu Sajan. Dalam beberapa publikasi foto
menunjukkan bahwa anggota GAM tidak hanya berasal dari kaum laki-laki saja akan
tetapi kaum perempuan juga menjadi bagian dari GAM yang dikenal dengan istilah
inoeng Bale (Janda). GAM juga menggunakan seragam doreng hijau, topi baret, namun
terkadang GAM tidak menggunakan seragam pada waktu operasi militernya

3. Menguasai suatu bagian wilayah secara efektif

Gerakan Aceh Merdeka(GAM) beroperasi dan telah menguasai wilayah Aceh. Sejatinya,
basis perjuangan GAM dilakukan dalam dua sisi, diplomatik dan bersenjata. Jalur
diplomasi langsung dipimpin Hasan Tiro dari Swedia. Opini dunia dikendalikan dari sini.
Sementara basis militer dikendalikan dari markasnya di perbatasan Aceh Utara-Pidie.
Seluruh kekuatan GAM dioperasikan dari tempat ini. Termasuk, seluruh komando di
sejumlah wilayah di Aceh dan di beberapa negara seperti Malaysia, Pattani (Thailand),
Moro (Filipina), Afghanistan, dan Kazakhstan. Tetapi, kerap GAM menipu TNI dengan
cara mengubah-ubah tempat markas utamanya. Di seluruh Aceh, GAM membuka tujuh
komando, yaitu komando wilayah Pase Pantebahagia, Peurulak, Tamiang, Bateelik,
Pidie, Aceh Darussalam, dan Meureum. Masing-masing komando dibawahi panglima
wilayah.[7]

4. KESIMPULAN
Dalam hal ini Gerakan aceh Merdeka (GAM) telah memenuhi 3 syarat sebagai kaum
belligerensi, yakni :

1. Kaum belligerensi itu harus sudah terorganisasikan secara teratur


2. Menggunakan tanda-tanda pengenal yang jelas untuk menunjukkan
identitasnya
3. Menguasai suatu bagian wilayah secara efektif

Oleh karena itu, Gerakan Aceh Merdeka dapat diakui sebagai kaum belligerensi
sehingga dapat memperoleh kedudukan sebagai pihak atau subjek hukum internasional
dalam perjanjian internasional.
DAFTAR PUSTAKA

- ----------. Kebudayaan Masyarakat Papua dan Latar Belakang Berdirinya OPM


(Organisasi Papua Merdeka). Online.
http://sociologiwindy.blogspot.com/2013/05/kebudayaan-masyarakat-papua-dan-
latar.html. 13 April 2015.

- Junus Aditjondro, George. Sejarah OPM (Organisasi Papuas Merdeka). Online.


http://tangisantanah.blogspot.com/2009/05/sejarah-opm-organisasi-papua-
merdeka.html. Minggu, 5 Juli 2015.

- Nurjayanti, Rika. Kelompok sparatis organisasi papua merdeka (OPM) yang


mengancam kedaulatan rakyat Indonesia. Online.
http://anafisipunpad13.blogspot.com/2014/10/kelompok-separatis-organisasi-papua.html.
Selasa, 14 April 2015.

- Sefriani. 2014. Hukum Internasional Sebagai Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja


Grafindo Persada.

- Sukmawati, Carmelia. 2000. J.A. Dimara, Lintas Perjuangan Putra Papua. Jakarta: PT
Sakanindo Printama.

Anda mungkin juga menyukai