Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

KAJIAN YURIDIS KELOMPOK PENDUDUK/BELLIGENRENT DALAM


PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

(STUDI KASUS KELOMPOK TALIBAN YANG MENGGULINGKAN


PEMERINTAHAN SAH AFGHANISTAN)

Diajukan Oleh :

FAISAL FAJRI

1810012111140

BAGIAN HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

2021
DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah..............................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................6

C. Tujuan Penelitian.........................................................................6

D. Metode Penelitian........................................................................7

E. Tinjauan Pustaka.........................................................................9

F. Sistematika Penulisan..................................................................11

Daftar Pustaka...................................................................................12

i
A. Latar Belakang Masalah

Hukum Internasional adalah sebuah hukum yang mengatur

hubungan antar negara satu dengan negara lain,yang mana setiap negara

memberikan hak dan kewajiban nya,hukum internasional juga mengatur

aktivitas entitas berskala internasional. Menurut F. Sugeng Istanto

mengemukakan “definisi hukum internasional dalam suatu rumusan yang

membedakannya dengan Hukum Perdata Internasional sekaligus menolak

pandangan bahwa Hukum Internasional hanyalah merupakan moral

internasional saja1.

Subjek hukum internasional adalah merupakan pihak atau entitas yang

dapat dibebani atas hak dan kewajiban dalam hukum internasional baik dalam

segi sifat formal maupun non-formal belligerent atau kelompok pemberontak

juga merupakan salah satu bagian dari subjek hukum internasional.Ketentuan

belligerent sebagai subjek hukum internasional didasari atas hak untuk

menentukan nasib sendiri,hak untuk memilih sistem ekonomi,sosial budaya

sendiri dan hak untuk menguasai sumber daya alam.

Dalam konteks hukum internasional kelompok pemberontak

(Belligerent) masuk dalam subjek hukum internasional yang artinya

kelompok Belligerent memiliki hak dan kewajiban di dalam hukum

internasional. Dalam pengertian umum, pemberontakan adalah penolakan

1
F. Sugeng Istanto, 2014, Hukum Internasional, Edisi Revisi, Cahaya Atma Pustaka,
Yogyakarta,
h. 4-6.

1
2

terhadap otoritas pemerintahan yang sah2.Kelompok pemberontakan dapat

timbul dalam berbagai bentuk, yaitu mulai dari pembangkangan sipil (civil

disobedience) hingga kekerasan terorganisir yang berupaya meruntuhkan

otoritas yang ada. Istilah ini sering pula digunakan untuk merujuk pada

perlawanan bersenjata terhadap pemerintah yang berkuasa, tapi dapat pula

merujuk pada gerakan perlawanan tanpa kekerasan3.

Dalam beberapa kasus terkadang sulit sekali membedakan antara

gerakan pemberontak dengan gerakan pembebasan nasional,menurut Mochtar

Kusumaatmadja berpendapat bahwa “hukum humaniter internasional

memiliki beberapa terminologi untuk membedakan antara gerakan

pemberontak dengan gerakan pembebasan nasional,yaitu biasa di sebut

dengan ‘’war of national liberation‟ dimana jenis peperangan ini hanya

terbatas pada 3 macam jenis sengketa bersenjata saja, yaitu sengketa

bersenjata yang terjadi pada masa penjajahan (kolonialisme), pada situasi

dimana ada pendudukan asing (allien occupation), serta pada situasi dimana

pemerintah dari suatu negara melakukan pemerintahan yang bersifat rasialis

(apartheid)4”. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (4) Protokol I tahun

1977, yang menjelaskan bahwa hal tersebut hanya bisa dilakukan oleh sebuah

bangsa (people) yang berperang untuk menentukan nasibnya sendiri.

Maka dengan demikian gerakan pembebasan nasional,hanya akan

terjadi dimana suatu angkatan bersenjata resmi dari suatu negara berjuang
2
Sugono, 2008,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Kamus Pusat Bahasa Depdiknas
3
Miftahus Sholehudin,”ISIS, Pemberontak, dan Teroris Dalam Hukum Internasional”
https://core.ac.uk/download/pdf/35320919.pdf , diakses pada tanggal 14 Oktober 2021 pukul
00.30
4
Mochtar Kusumaatmadja,Pengantar Hukum Internasional Bagian 1, (Bandung: Bina Cipta,
1986),hlm 103-104
3

melawan pasukan asing dari negara asing. Hal ini berbeda dengan apa yang

dilakukan oleh gerakan para pemberontak dimana tentara resmi dari suatu

negara melawan sebagian warga negara yang mengangkat senjata. Apabila

terjadi sengketa seperti itu, maka berdasarkan hukum humaniter apabila pecah

sengketa bersenjata diwilayah tersebut dalam batas-batas tertentu akan

dianggap sebagai suatu sengketa bersenjata yang bersifat non-internasional.

Sebagai contoh gerakan pembebasan nasional adalah terjadi dalam

kasus antara negara Palestina dan Isreael yang mana Palestina sebagai negara

berdaulat berjuang untuk membebaskan negaranya dari penjajahan negara

Israel.dan sebagai contoh gerakan pemberontak adalah seperti antara kasus

kelompok taliban dengan pemerintahan Afghanistan yang mana kelompok

Taliban ingin merebut kekuasaan pemerintahan Afghanistan yang sah.

Pihak yang berhak menentukan status gerakan pemberontak adalah

negara tempat gerakan pemberontak itu sendiri terjadi atau oleh negara lain

dengan ketentuan netralitas negara ketiga tersebut 5.Jika suatu pengakuan

muncul dari negara bersengketa dengan kelompok pemberontak maka

konsekuensinya adalah negara yang bersangkutan harus memperlakukan para

pemberontak seperti tawanan perang bukan sebagai penjahat, serta setiap

pihak baik pemberontak maupun pemerintah bertanggung jawab atas apa

5
Marcel Gabriel Pailalah, Permasalahan Pengakuan Terhadap Kelompokkelompok
Belligerent Dari Segi Hukum Humaniter Internasional, terdapat pada
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/19039/130200352.pdf?
sequence=1&isAllowed=y diakses pada tanggal 14 Oktober 2021 pukul 14.00
4

yang dilakukan pemberontak terhadap warga asing yang berada dalam

wilayah sengketa6.

Pengakuan terhadap pemberontak didasari atas kemanusiaan,agar para

pemberontak tidak dilakukan sebagai penjahat biasa,namun meskipun

pengakuan telah diberikan kepada pemberontak pemerintah dinegara tersebut

diperbolehkan untuk menumpas gerakan pemberontak tersebut,karena para

pemberontak telah diakui oleh pemerintah dinegara tersebut sebagai pihak

yang berperang maka peperangan bukan lagi dianggap sebagai perang saudara

hal ini dilandasi hukum perang Konvensi Jenewa 1949 dalam Pasal 3 dalam

penyelenggaraan perang non-internasional7.

Pada bulan Agustus tahun 2021 Taliban sebagai kelompok

pemberontak berhasil menguasai sepuluh wilayah negara Afghanistan dalam

kurun waktu enam hari hal ini di mulai semenjak pasukan Amerika Serikat

menggundurkan diri dari wilayah Afghanistan dan hal ini di manfaatkan oleh

kelompok Taliban untuk menguasai negara Afghanistan sepenuhnya dan

membuat pemerintahan yang baru8.

Taliban sebagai pemerintahan sah negara Afhanistan yang sekarang

pada kenyataannya seharusnya diakui sebagai kekuasaan yang sah karena

telah berhasil menguasai wilayah negara Afhganistan sepenuhnya namun


6
Ibid.
7
Konvensi Jenewa 1949
8
Trisna Wulandari, Siapakah Taliban? Begini Sejarah Taliban Sampai Kembali Kuasai
Afghanistan, terdapat pada https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5684921/siapakah-taliban-
begini-sejarah-taliban-sampai-kembali-kuasai-afghanistan diakses pada tanggal 14 Oktober 2021
pukul 15.00
5

pada kenyataannya banyak negara seperti negara Amerika Serikat,Prancis,dan

Inggris tidak mengakui kekuasaan Taliban9.

Hal ini lantas akan membuat berbagai pihak yang ada di dunia

binggung bagaimana kedudukan Taliban dalam hukum internasional apakah

sebagai suatu kekuasaan yang sah atau tidak yang di karenakan statusnya

masih samar-samar sebagai sebuah intensitas yang berdaulat atas suatu negara

atau bukan.

Pengakuan dari negara lain merupakan suatu hal yang penting bagi

keberlangsungan kelompok Taliban dalam menguasai negara Afghanistan

karena tanpa adanya pengakuan akan menjamin kedaulatan dan kekuasaan

Taliban,pengakuan juga akan menjamin pendudukan tempat yang wajar bagi

organisme politik yang merdeka dan berdaulat di tengah-tengah keluarga

bangsa sehingga secara aman mengadakan hubungan denga negara-negara

lain10.

Pengakuan akan ekistensi sebuah negara dalam sudut pandang hukum

internasional merupakan salah satu syarat berdirinya suatu negara baik

pengakuan secara defacto maupun dejure.Selain pengakuan terhadap

eksistensi sebuah negara terdapat pengakuan lain dalam hukum internasional

9
Istman Musaharun Pramadiba,Inggris Tidak Akan Akui Taliban Sebagai Pemerintah
Afghanistan, terdapat pada https://dunia.tempo.co/read/1495052/inggris-tidak-akan-akui-taliban-
sebagai-pemerintah-afghanistan diakses pada tanggal 15 Oktober 2021 pukul 13.00

10
A. Masyhur Effendi, Prinsip Pengakuan Dalam Pembentukan Negara Baru Ditinjau
Dari Hukum Internasional, terdapat pada https://media.neliti.com/media/publications/18064-ID-
prinsip-pengakuan-dalam-pembentukan-negara-baru-ditinjau-dari-hukum-internasiona.pdf diakses
pada tanggal 15 Oktober 2021 pukul 13.30
6

yaitu pengakuan terhadap eksistensi gerakan pemberontak(Belligerent).Secara

umum kaum pemberontak adalah gerakan untuk menentang terhadap

pemerintahan yang sah dan berdaulat di negara tersebut11.

Berdasarkan jabaran permasalahan diatas, penulis tertarik untuk

membuat karya tulis yang berjudul “Kajian Yuridis Kelompok

Penduduk/Belligenrent Dalam Perspektif Hukum Internasional (Studi

Kasus Kelompok Taliban Yang Menggulingkan Pemerintahan Sah

Afghanistan)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas,Peneliti mencoba merumuskan


beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kedudukan kelompok penduduk/Belligerent dalam

perspektif Hukum Internasional ?

2. Bagaimana kajian yuridis kelompok Taliban sebagai kelompok yang

berhasil menggulingkan pemerintahan sah Afghanistan ?

C. Tujuan Penelitian
Berkenaan dengan pokok permasalahan ini, maka tujuan penelitian

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kedudukan kelompok Belligerent dalam perspektif

Hukum Internasional.

2. Untuk mengetahui bagaimana kajian yuridis kelompok Taliban sebagai

kelompok yang berhasil menggulingkan pemerintahan sah Afghanistan.

D. Metode Penelitian

11
Ibid
7

Untuk memperoleh hasil dari apa yang penulis harapkan, maka sesuai

dengan permasalahan yang telah ditetapkan maka penulis melakukan

penelitian dengan cara :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

jenis penelitian yuridis normatif,yaitu Metode penelitian hukum yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau bahan sekunder

belaka12.Metode penelitian ini dilakukan dan ditujukan kepada norma-

norma hukum yang berlaku dan merupakan metode/cara yang digunakan

dalam penulisan karya ilmiah di bidang hukum dengan cara memperoleh

informasi dari bahan pustaka yang ada.

2. Jenis dan Sumber Data

a. Data primer

Data primer adalah semua dokumen peraturan yang mengikat dan

ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang yang relevan dengan masalah

penulisan, yakni berupa Undang-undang, Perjanjian Internasional, dsb.

b. Data Sekunder

Data sekunder, yaitu semua dokumen yang merupakan

tulisantulisan atau karya-karya para ahli hukum dalam buku-buku teks,

tesis, disertasi, jurnal, makalah, surat kabar, majalah, internet, dll yang

terkait dengan masalah penulisan.

12
Soerdjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2015, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali
Pers, Jakarta, hlm 23.
8

a. Bahan hukum primer yang terdiri dari :

a) Hukum Humaniter Internasional dalam konvensi Jenewa

1949,dan kebiasaan Internasional

b) Protokol Tambahan I dan II tahun 1977

c) Konvensi Den Hag 1899

b. Bahan hukum sekunder yang terdiri dari :

a) Buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian

b) Dokumen

c) Jurnal dan artikel

d) Internet dan makalah

3. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan teknik

pengumpulan data Studi Dokumen.Studi dokumen merupakan teknik

pengumpulan data yakni dengan mempelajari peraturan perundang-

undangan, buku-buku, atau literature dan artikel ataupun dokumen-

dokumen yang mendukung permasalahan yang akan dibahas oleh penulis.

atau bahan pustaka, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti

bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder terkait dengan

permasalahan yang dibahas dalam penulisan ini, dengan tujuan agar

penulisan ini bisa lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun

data sekunder yang dipakai dalam penulisan ini antara lain berasal dari

buku-buku koleksi pribadi maupun pinjaman dari perpustakaan, makalah,

jurnal, serta artikel yang diambil dari media cetak maupun media

elektronik.
9

4. Analisis Data

Data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa

secara perspektif dengan memakai metode analisis kualitatif. Analisis data

kualitatif merupakan metode untuk mendapatkan data yang mendalam,

dan, suatu data yang mengandung makna dan dilakukan pada obyek yang

alamiah. Metode ini memakai data yang terbentuk atas suatu penilaian atau

ukuran secara tidak langsung, dengan kata lain, berupa kesimpulan yang

dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan


10

E. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Subjek Hukum Internasional

a) Pengertian belligerent

Belligerent adalah sekelompok orang yang melakukan pemberontakan

terhadap pemerintahan yang sah di dalam suatu negara.Kaum pemberontak

ini biasanya melakukan pelanggaran terhadap undang-undang suatu

negara13,kaum pemberontak ini biasanya bertujuan untuk menggulingkan

pemerintahan sah di negara tersebut atau pemerintah tandingan dan bahkan

ingin membentuk untuk suatu negara baru

Istilah pemberontak sangat beragam artinya dalam forum dunia

internasional yaitu antara lain: “kesatuan non negara”, “kelompok

subversif”, “gerombolan penduduk sipil bersenjata”, “kelompok

perlawanan bersenjata”, “pasukan gerilya”, “pemberontak” (rebel :

tingkatnya lebih rendah, sedangkan insurection : tingkatnya lebih

tinggi).Walaupun terdapat banyak istilah dalam forum dunia internasional

akan tetapi kelompok pemberontak memiliki motivasi atau satu tujuan

yaitu mengangkat senjata melawan pemerintahan yang berdaulat atau

berkeinginan untuk menggulingkan dan menggantikan pemerintahan yang

resmi.

13
Sefriani,op.cit.,h.181
11

b.) Arti Dan Kedudukan Belligerent Sebagai Subjek Hukum

Internasional Dan Hukum Humaniter Internasional

Adakalanya kedudukan kelompok pemberontak ini diakui sebagai

(belligerent) oleh negara-negara lain di dunia jika memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut14:

a.) Memiliki struktur organisasi yang jelas sehingga kelompok tersebut

bisa terorganisir secara terstruktur dan terorganisir dengan baik.

b.) Memiliki tanda pengenal dan menggunakannya secara konsisten

sehingga menujukan identitas sebagai kaum pemberontak.

c.) Sudah menguasai sebagian besar wilayah di tempat kaum pemberontak

melakukan pemberontakanya sehingga kaum pemberontak menguasai

wilayah kekuasaanya secara efektif terhadap wilayah tersebut.

d.) Mendapatk dukungan dari rakyat yang berada di wilayah kekuasaan

nya secara efektif.

Pada saat kaum pemberontak diakui sebagai belligerent maka

kelompok tersebut dapat di akui sebagai subjek hukum

internasional.Pengakuan terhadap belligerent ini pada umumnya sangat

sulit di lakukan oleh suatu negara.Ketika suatu negara memberikan

pengakuan belligerent terhadap kaum pemberontak maka secara otomatis

akan merusak hubungan Negara tersebut dengan Negara dimana

belligerent melakukan pemberontakan.Biasanya tujuan diberikan

pengakuan terhadap belligerent tidak lain demi alasan kemanusiaan semata

karena mereka bukanlah kriminal15.


14
Ibid., h. 180
15
Tasrif S, 1990, Hukum Internasional Tentang Pengakuan dalam Teori dan Praktik,
Abardin, Jakarta, h. 73 dalam Sefriani, Ibid., hlm.178
12

Pemberontakan atau istilah lainya yaitu Non-International Armed

Conflict (NIAC) diatur dalam pasal 3 pada keempat konvensi Jenewa

tahun 1949 yang mengatur tentang konfilk yang bersifat tidak internasional

atau biasa disebut dengan Common Articles 3 dan protokol tambahan II

tahun 1977 dari Konvensi Jenewa (Protocol Additional to The Geneva

Conventions of 12 August 1949, and Relating to The Protection of Victims

of Non-International Armed Conflicts/Protocol II).

Dasar hukum yang menyatakan bahwasanya kaum pemberontak

(Belligerent) sebagai subjek hukum internasional ialah di dasari atas

prinsip sebagai berikut :

1.Hak untuk menentukan nasib sendiri

2.Hak untuk memilih sistem ekonomi,sosial dan budaya sendiri

3.Hak untuk menguasai sumber daya alam

Berdasarkan uraian diatas maka kelompok Taliban memenuhi syarat

sebagai belligerent karena kelompok Taliban memiliki strutukur organisasi

yang jelas dan terorganisir dengan baik,Taliban juga memiliki tanda

penggenal hal ini ditunjukan pada lambing bendera Taliban yang bewarna

putih bertuliskan kalimat syahadat,Taliban juga telah menguasai sebagian

besar wilayah Afghanistan hal ini ditandai dengan lenggsernya

pemerintahan sah Afghansitan terdahulu dan kaburnya Presiden

Afghanistan Ashaf Ghani keluar negeri,Taliban juga mendapat dukungan

dari rakyat Afghanistan hal ini ditandai dengan Taliban berhasil


13

mendapatkan sebagian besar wilayah Afghansitan dan setiap kelompok

Taliban memasuki ibu kota provinsi di Afganistan para penduduk

menyambut pasukan Taliban dengan baik.

2.Tinjauan Tentang Pemerintahan Afghanistan

a.) Negara Afghanistan Dan Sistem Pemerintahan Nya

Negara Afghanistan adalah sebuah negara yang terletak secara

geografis di Asia Tengah,Sistem negara yang dianut oleh Afghanistan

sebelum dikuasai kelompok Taliban pada tahun 2021 adalah berbentuk

negara demokrasi presidensial,namun di saat kelompok Taliban merebut

kekuasaan pemerintahan sah Afghanistan pada tahun 2021 Sitem negara

ini diubah menjadi sitem pemerintahan negara islam yang mana

kekuasaan tertinggi negara berada di tangan ulama senior16.

b.) Penyebab Konflik Taliban Dengan Pemerintahan Afghanistan

Pada tahun 1980an, Uni Soviet menginvasi negara Afghanistan. Saat

itu terdapat pejuang jihad yang memerangi pasukan asing yang disebut

mujahideen. Dengan bantuan Amerika, pejuang mujahideen pun berhasil

mengusir Uni Soviet. Lalu mujahideen terpecah dan memegang kendali

pemerintahan Afghanistan, saat itu pemerintahan dipegang oleh Rabbani.

Namun, pemerintahan Rabbani dinilai menyengsarakan rakyat karena

korup, lemah, anti-Pashtun dan gagal dalam membangun Afghanistan.

Bahkan, selama empat tahun terjadi perang saudara antara kelompok

16
https://id.wikipedia.org/wiki/Afganistan diakses pada tanggal 26 November 2021 pukul 20.00
14

mujahideen dari tahun 1992yang dijadikan momentum oleh para ulama

islam.

Pada tahun 1993-1994, ulama Islam Afghanistan dan mahasiswa,

sebagian besar dari pedesaan, asal Pashtun, membentuk gerakan Taliban.

Taliban berasal dari bahasa Arab yang artinya para pelajar. Taliban

dibentuk oleh Mullah Mohammad Omar dengan ideologi islamis-

nasionalis. Rezim Taliban di Afghanistan berdiri pada tahun 1996 dengan

nama Negara Emirat Islam Afghanistan, dikepalai oleh Mullah

Mohammad Omar. Taliban menerapkan hukum Syariat yang melarang

menonton tv, mendengarkan musik barat, melarang wanita di atas 10 tahun

untuk bersekolah dan bekerja kecuali di bidang medis, melakukan

hukuman fisik seperti eksekusi mati pembunuh dan pelaku zinah di depan

umum dan amputasi bagi pencuri17.

Pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik ini antara lain adalah18:

1.Taliban

2.Al-Qaeda

3.Mujahidin Internasional

4.Afghanistan

5.Amerika Serikat

6.Kanada

7.Britania Raya

17
Katzman, 2014, hlm.5
18
https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_di_Afganistan_(2001%E2%80%932021)
diakses pada tanggal 24 Oktober 2021 pukul 13.44
15

8.NATO

9.Prancis

10.Belanda

11.Australia

Ada banyak upaya yang dilakukan terhadap konflik yang terjadi antara

kelompok Taliban dengan pemerintahan Afghanistan dan sekutunya di

antara lain adalah seperti di lakukannya genjatan senjata,perundingan

untuk mencapai perdamaian dan keamanan hingga perundingan untuk

berhenti berperang dan mencari solusi atas masalah yang ada.

Salah satu contoh nyata upaya yang dilakukan adalah program The

Afghanistan Peace and Reintegration Program (APRP). Program ini

merupakan program yang dipimpin dan dilaksanakan oleh pemerintah

Afghanistan dalam rangka menciptakan perdamaian di Afghanistan.

Program ini dimulai dengan adanya dekrit Presiden yang dikeluarkan pada

bulan Juni tahun 2010.19

c.) Penyebab AS Meninggalkan pasukan di Afghanistan

Faktor utama penyebab negara Amerika Serikat meninggalkan

pasukannya di Afghanistan di antara lain adalah karena adanya beban

ekonomi dan human cost yang meningkat pada saat pandemi covid-19

terjadi di seluruh dunia,akibat pandemi ini presiden Amerika serikat Joe

19
ISAF, Afghanistan Peace and Reintegration Program, terdapat pada
http://www.isaf.nato.int/subordinatecommands/afghanistan-peace-
andreintegrationprogram/index.php, diakses pada tanggal 24 Oktober 2021 pukul 14.27
16

Biden menuntaskan keputusan yang telah di ambil oleh pendahulunya

yakini Donald Trump.

Konflik yang terus berkepanjangan membuat beban ekonomi Amerika

Serikat banyak di habiskan untuk pembelian alat-alat perang dan menggaji

tentara nya sehingga berdampak pada finansial militer negara tersebut

dalam jangka panjang,terlebihlagi biaya operasi militer AS lebih lama di

Afghanistan. Lebih dari US$88 miliar (Rp1,26 kuadriliun) telah

dibelanjakan AS demi keamanan Afghanistan20 (Kompas, 16 Agustus

2021).Maka dengan dampak tersebut di putuskanlah negara Amerika

Serikat menarik diri dari negara Afghanistan kemudian diikuti oleh NATO

dan sekutunya.

d.) Sejarah Kelompok Taliban Terbentuk

Taliban yang mana asal mula nama kelompok pemberontak ini

memiliki sebuah arti yang bernama mahasiswa atau pelajar dalam bahasa

Pashtun.Kelompok ini terbentuk pada tahun 1994 di kota

Kandahar.Kelompok Taliban awalnya adalah salah satu faksi yang

berusaha merebut pucuk kepemimpinan negara Afhganistan setelah

hengkangnya pasukan Unisoviet pada tahun 1980-an21.

20
Poltak Partogi Nainggolan,Taliban Merebut Kembali Kekuasaan Di
Afghanistan,terdapat pada https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-
XIII-16-II-P3DI-Agustus-2021-160.pdf, diakses pada tanggal 25Oktober 2021 pukul 02.07

21
Anton Suhartono ,Sejarah Taliban, dari Pembentukan hingga Menguasai Pemerintahan
Afghanistan, terdapat pada https://www.inews.id/news/internasional/sejarah-taliban-dari-
pembentukan-hingga-menguasai-pemerintahan-afghanistan diakses pada tanggal
25Oktober 2021 pukul 02.15
17

Pada masa awal pembentukan kelompok Taliban banyak anggotanya

yang berasal dari mujahidin,para mujahidin tersebut turun ke medan

perang untuk mengusir pasukan Uni Soviet.Terlebih lagi kalangan

mujahidin tersebut mendapat banyak dukungan dari Amerika Serikat yang

mana pada masa itu terjadi peperangan ideologi antara Amerika Serikat

dan Uni Soviet,hal ini lantas membuat negara Amerika Serikat member

dukungannya kepada kalangan mujahidin agar pengaruh dan kekuasaan

Uni Soviet tidak jadi dikuasai di negara Afghanistan.

Dibawah sokongan mujahidin selama 2 tahun setelah pembentukan

nya,Taliban berhasil memegang kendali atas sebagian negara di

Afghanistan dan memproklamirkan emirat islam pada tahun 1996

dikepalai oleh Mullah Mohammad Omar dengan menerapkan

syariat.Namun sejak saat itu mulai terjadi gesekan dengan kelompok

mujahid yang membuat mereka keluar.

Tujuan kelompok Taliban kurang lebih sama dengan kelompok

pemberontak lainnya yaitu adalah untuk membuat pemerintahan tandingan

dan menggulingkan pemerintahan yang sah dan Taliban ingin menerapkan

hukum syariah jika telah menggambil alih kekuasaan pemerintah sah

Afganistan.

Taliban juga memiliki tujuan lain di Afganistan yaitu merebut kembali

legitimasinya, kredibilitas, dan kekuasaan politik baik dengan atau tanpa

kekerasan22 hal ini dilakukan oleh kelompok Taliban agar mendapat

22
A Yulianty,2015, Strategi Taliban Diberbagai Aspek Dalam Menghadapi Tekanan
Amerika Serikat Pasca Jatuhnya Rezim Taliban,hlm.6
18

dungkungan dari rakyat Afghanistan,karena jika pergerakan Taliban

mendapatkan dukungan dari kalangan rakyat maka hal itu akan

memperlancar pengaruh Taliban di Afghanistan.

Dengan mendapatkan dukungan dari rakyat Afghanistan maka

kelompok Taliban memiliki pemerintahan yang efisien dan parallel

sehingga juga akan memudahkan dalam pengiriman logistik nasional,dan

mendaptkan jaringan intelejen yang luas.

Selama puluhan tahun Amerika Serikat dengan Taliban sudah terlibat

konfilk sangat lama hal ini lantas menimbulkan kerugian di antara dua

belah pihak baik dari segi finansial dan korban jiwa yang di dapat,maka

untuk hal ini Amerika Serikat dengan Taliban berupaya berunding dan

membuat kesepakatan antara dua belah pihak agar konflik ini tidak terus

berlanjut.

Salah satu kesepakatan yang di buat antara Amerika Serikat dengan

Taliban adalah perjanjian Doha yang mana perjanjian tersebut terjadi pada

tanggal 29 Februari 2020 di Sheraton Grand

Doha,Doha,Qatar.Kesepakatan itu ditandai dengan jabat tangan antara

Mullah Abdul Ghani Baradar selaku pemimpin Taliban, dan Zalmay

Khalilzad yang merupakan utusan AS.

Didalam draft perjanjian damai terebut terdiri dari empat bagian

pokok yang menjadi bahasan utama di antara nya yaitu 23:

23
Aditya Jaya Iswara,Perjanjian Damai AS-Taliban 4 poin yang harus kamu
ketahui,terdapat pada
https://www.kompas.com/global/read/2020/03/01/095330770/perjanjian-damai-as-
taliban-ini-4-poin-yang-perlu-anda-ketahui?page=all diakses pada tanggal 27 Oktober 2021
pukul 21.04
19

I. Bagian pertama menerangkan menerengkan jaminan bahwa tanah

Afghanistan tidak boleh di pakai siapapun untuk menyerang keamanan AS

dan sekutunya.

II. Bagian kedua berisi jaminan dan mekanisme AS untuk menarik semua

pasukannya dari Afghanistan.

III. Bagian ketiga adalah perundingan intra-Afghanistan digelar pada 10 Maret

202,dan akan dilakukan setelah kedua belah pihak mmenuhi kewajiban di

bagian pertama dan kedua.

IV. Bagian keempat,mencantumkan gencatan senjata secara permanen dan

komprehensif harus dibahas dalam negosasi intra-Afghanista,seperti

tanggal dan mekanismenya.Bagian pertama dan kedua jika tidak dilanggar

akan membuka jalan kebagian tiga dan keempat.

Menggenai apa saja rincian-rincian isi perjanjian antara Amerika

Serikat dengan Taliban berikut ini adalah poin-poinnya :

I. Amerika Serikat menarik mundur pasukannya secara bertahap. akan

menarik semua personil militernya dari Afghanistan secara bertahap dalam

14 bulan ke depan. Tahapannya sebagai berikut: Selama 135 hari pertama

(4,5 bulan), AS menarik mundur pasukannya dan menyisakan 8.600

personel di Afghanistan. Jumlah ini termasuk sekutu dan pasukan koalisi.

Kemudian di 9,5 bulan sisanya, pihak AS, sekutu, dan koalisi

menyelesaikan penarikan mundur semua pasukannya, dari basis-basis

militer yang tersisa.


20

II. Amerika Serikat melepas tahanan perang pada 10 Maret sebanyak 5.000

tahanan politik dan perang dan 10 ribu tahanan lainnya akan di bebas kan

Amerika Serikat pada 10 Maret 2020.

III. Sanksi Amerika Serikat untuk kelompok Taliban akan di hapus,dengan

dimulainya perjanjian tersebut Amerika Serikat harus meninjau daftar

sanksi administrasi dan hadiah untuk anggota Taliban terhitung dimulai

pada tanggal 27 Agustus 2021.

IV. Taliban Harus melakukan kewajiban-kewajibannya.Taliban akan mengirim

pesan ke semua pihak yang mengancam keamanan AS, dan menekankan

anggota-anggotanya agar tidak bekerja sama dengan siapa pun yang

mengancam keamanan AS beserta sekutunya.

Amerika Serikat akan meminta pengesahan dan pengakuan dari PBB

terkait perjanjian damai ini. Dengan demikian, Amerika Serikat bersama

Taliban berharap hubungan antara Amerika Serikat dengan Afghanistan

akan membaik seiring dibentuknya penyesuaian di pemerintahan

Afghanistan lewat perundingan intra-Afghanistan.

3. Tinjauan Arti Kudeta Menurut Hukum Internasional

Kudeta merupakan bahasa yang berasal dari negara Perancis yang

berarti Coup d’etat yang berarti pukulan terhadap suatu negara (a sudden

blow or strike to a state).Menurut KBBI kudeta adalah perebutan


21

kekuasaan pemerintahan secara paksa24.Mengudeta adalah suatu tindakan

perebutan kekuasaan dengan paksa dan secara tidak sah.

Hukum internasional tidak mengatur dengan jelas aksi dari suatu

kudeta,piagam PBB hanya mengatur prinsip kesetaraan dan non-intervensi

dimana semua negara berada didalam posisi yang sama dan tidak boleh

campur tangan terhadap urusan negara lain,prinsip ini menekankan bahwa

semua negara sebagai subjek hukum internasional memiliki posisi yang

setara dan tidak boleh juga ada negara yang menilai apakah sistem politik

di suatu negara baik atau buruk.

Dalam permasalahan kudeta ini sudah dibahas dalam deklarasi tingkat

tinggi rapat Majelis Umum PBB terkait rule of law di level nasional dan

internasional yang mana negara maju berkeinginan agar prinsip rule of law

ini di terapkan kepada semua negara dengan begitu persoalan kudeta ini

menjadi isi yang berkaitan dengan prinsip rule of law akan tetapi keinginan

negara maju tersebut mendapat banyak pertentangan dari negara

berkembang sehingga saat ini tidak ada larangan terkait perubahan

pemerintahan yang di lakukan secara tidak konstitusional atau tidak sah25.

F. Sistematika Penulisan

24
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kudeta diakses pada tanggal 11 November 2021
pukul 14.11

25
Ady Thea Da,terdapat pada
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt6062e1517d8b7/melihat-status-kudeta-militer-dalam-
perspektif-hukum-internasional diakses pada tanggal 11 November 2021 pukul 15.39
22

BAB I : Bab ini berisikan pendahuluan yang isinya antara lain


memuat, Latar belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan
Sistematika Penulisan.

BAB II : Bab ini berisikan Tinjauan Pustaka yang didalamnya


memuat hal – hal kajian antara lain Pengertian
belligerent,kedudukan belligerent sebagai subjek hukum
internasional,Sistem Pemerintahan Afghanistan,penyebab
konflik Taliban dengan pemerintah Afghansitan,penyebab
Amerika Serikat meninggalkan pasukan di
Afghanistan,Sejarah kelompok Taliban terbentuk,arti
kudeta menurut hukum internasioal

BAB III : Bab ini merupakan hasil penelitian dan pembahasan


tentang :

1. Kedudukan Kelompok Penduduk/Belligerent Dalam


Perspektif Hukum Internasional.
2. Kajian Yuridis Kelompok Taliban Sebagai Kelompok
Yang Berhasil Menggulingkan Pemerintahan Sah
Afghanistan.

BAB IV : Bab ini merupakan uraian tentang penutup yang didapatkan


dalam melakukan penelitian yang berisikan kesimpulan dan
saran mengenai permasalahan yang dibahas.
23

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

A Yulianty,2015, Strategi Taliban Diberbagai Aspek Dalam Menghadapi

Tekanan Amerika Serikat Pasca Jatuhnya Rezim Taliban,hlm.6

F. Sugeng Istanto, 2014, Hukum Internasional, Edisi Revisi, Cahaya Atma

Pustaka, Yogyakarta,hlm. 4-6.

Mochtar Kusumaatdja,. 1986. Pengantar Hukum Internasional Bagian 1.

Bandung: Bina Cipta.

Soerdjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2015, Penelitian Hukum Normatif,

Rajawali Pers, Jakarta, hlm 23

Sugono, 2008,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Kamus Pusat

Bahasa Depdiknas

Tasrif S, 1990, Hukum Internasional Tentang Pengakuan dalam Teori dan

Praktik, Abardin, Jakarta, hlm 73 dalam Sefriani, Ibid., hlm 17.

B. Peraturan Internasional

Hukum Humaniter Internasional dalam konvensi Jenewa 1949

Konvensi Den Hag 1899 dan kebiasaan Internasional

Protokol Tambahan I dan II tahun 1977

kebiasaan Internasional
24

C. Sumber Lainnya
Aditya Jaya Iswara,Perjanjian Damai AS-Taliban 4 poin yang harus kamu
ketahui,terdapat pada
https://www.kompas.com/global/read/2020/03/01/095330770/perja
njian-damai-as-taliban-ini-4-poin-yang-perlu-anda-ketahui?
page=all diakses pada tanggal 27 Oktober 2021 pukul 21.04

A. Masyhur Effendi, Prinsip Pengakuan Dalam Pembentukan Negara Baru


Ditinjau Dari Hukum Internasional, terdapat pada
https://media.neliti.com/media/publications/18064-ID-prinsip-
pengakuan-dalam-pembentukan-negara-baru-ditinjau-dari-hukum-
internasiona.pdf diakses pada tanggal 15 Oktober 2021 pukul
13.30

Anton Suhartono ,Sejarah Taliban, dari Pembentukan hingga Menguasai


Pemerintahan Afghanistan, terdapat pada
https://www.inews.id/news/internasional/sejarah-taliban-dari-
pembentukan-hingga-menguasai-pemerintahan-afghanistan diakses
pada tanggal 25Oktober 2021 pukul 02.15
ISAF, Afghanistan Peace and Reintegration Program, terdapat pada
http://www.isaf.nato.int/subordinatecommands/afghanistan-peace-
andreintegrationprogram/index.php, diakses pada tanggal 24
Oktober 2021 pukul 14.27
Istman Musaharun Pramadiba,Inggris Tidak Akan Akui Taliban Sebagai
Pemerintah Afghanistan, terdapat pada
https://dunia.tempo.co/read/1495052/inggris-tidak-akan-akui-
taliban-sebagai-pemerintah-afghanistan diakses pada tanggal 15
Oktober 2021 pukul 13.00
Marcel Gabriel Pailalah, Permasalahan Pengakuan Terhadap
Kelompokkelompok Belligerent Dari Segi Hukum Humaniter
Internasional, terdapat pada
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/19039/130
200352.pdf?sequence=1&isAllowed=y diakses pada tanggal 14
Oktober 2021 pukul 14.00
Miftahus Sholehudin,”ISIS, Pemberontak, dan Teroris Dalam Hukum
Internasional” https://core.ac.uk/download/pdf/35320919.pdf ,
diakses pada tanggal 14 Oktober 2021 pukul 00.30
Poltak Partogi Nainggolan,Taliban Merebut Kembali Kekuasaan Di
Afghanistan,terdapat pada
25

https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-
XIII-16-II-P3DI-Agustus-2021-160.pdf, diakses pada tanggal
25Oktober 2021 pukul 02.07
Trisna Wulandari, Siapakah Taliban? Begini Sejarah Taliban Sampai
Kembali Kuasai Afghanistan, terdapat pada
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5684921/siapakah-taliban-
begini-sejarah-taliban-sampai-kembali-kuasai-afghanistan diakses
pada tanggal 14 Oktober 2021 pukul 15.00

Anda mungkin juga menyukai