PENDAHULUAN
Separatisme adalah suatu gerakan untuk mendapatkan dan memisahkan suatu wilayah
atau kelompok manusia (biasanya kelompok dengan kesadaran nasional yang tajam) dari satu
sama lain (atau suatu negara lain). Istilah ini biasanya tidak diterima para kelompok separatis
sendiri karena mereka menganggapnya kasar, dan memilih istilah yang lebih netral seperti
determinasi diri.
Gerakan separatis sering merupakan gerakan yang politis dan damai. Telah ada gerakan
separatis yang Gerakan separatis biasanya berbasis nasionalisme atau kekuatan religius. Selain
itu, separatisme juga bisa terjadi karena perasaan kurangnya kekuatan politis dan ekonomi suatu
kelompok.
latar belakang seperatisme adalah konflik vertikal dan konflik horizontal yang terjadi
dalam suatu negara. Kedua konflik tersebut menjadi faktor penyebab separatisme yang paling
utama.
Konflik vertikal adalah konflik yang terjadi antara rakyat dengan pemerintah. Sedangkan
konflik horizontal merupakan konflik antara rakyat dengan rakyat, kelompok dengan kelompok,
yang sederajat.
Separatisme adalah gerakan yang kerap kali terjadi karena faktor ekonomi. Krisis
ekonomi dan kemanusiaan menjadi alasan utama terjadinya gerakan separatisme. Ekonomi yang
lemah pada suatu negara menyebabkan terjadinya berbagai tindak kejahatan, seperti merampok,
mencuri, membunuh, dan sebagainya. Selain itu, penyebab separatisme adalah pemulihan dari
krisis ekonomi yang lamban dan berlangsung begitu lama dan tidak efektif. Hal ini bisa menjadi
pemicu yang sangat kuat timbulnya gerakan separatisme.
Selanjutnya, penyebab separatisme adalah masalah sosial dan politik. Pejabat yang korup
dan hanya memperjuangkan kepentingan pribadi secara terus menerus tidak pelak akan
menyebabkan kemarahan rakyat. Hal ini tentunya dapat menjadi penyebab terjadinya gerakan
separatisme.
Sementara itu, masalah sosial seperti adanya pembedaan berdasarkan SARA, intimidasi
terhadap kamu tertentu, dan masalah-masalah sosial lainnya juga menjadi salah satu faktor
penyebab separatisme terjadi.
Selain itu, lemahnya penegakan hukum dan Hak Asasi Manusia hingga masuknya negara lain
untuk mengajak memisahkan diri dari suatu negara juga menjadi pemicu timbulnya gerakan
separatisme ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Berikut adalah beberapa contoh gerakan separatisme yang pernah ada di Indonesia:
Republik Maluku Selatan atau RMS adalah sebuah republik di Kepulauan Maluku yang
diproklamasikan tanggal 25 April 1950. Pulau-pulau terbesarnya adalah Seram, Ambon, dan
Buru. RMS di Ambon dikalahkan 2 oleh militer Indonesia pada November 1950, tetapi konflik
di Seram masih berlanjut sampai Desember 1963. Kekalahan di Ambon berujung pada
pengungsian pemerintah RMS ke Seram, kemudian mendirikan pemerintahan dalam
pengasingan di Belanda pada tahun 1966. Ketika pemimpin pemberontak Dr. Chris Soumokil
ditangkap militer Indonesia dan dieksekusi tahun 1966, presiden dalam pengasingan dilantik di
Belanda.Pemerintahan terasing ini masih berdiri dan dipimpin oleh John Wattilete, pengacara
berusia 55 tahun, yang dilantik pada April 2010.
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) adalah sebuah organisasi separatis yang memiliki
tujuan supaya Aceh lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konflik antara pemerintah
RI dan GAM yang diakibatkan perbedaanb keinginan ini telah berlangsung sejak tahun 1976 dan
menyebabkan jatuhnya hampir sekitar 15.000 jiwa. Gerakan ini juga dikenal dengan nama Aceh
Sumatra National Liberation Front (ASNLF). GAM dipimpin oleh Hasan Di Tiro selama hampir
tiga dekade bermukim di Swedia dan berkewarganegaraan Swedia. Pada tanggal 2 Juni 2010, ia
memperoleh status kewarganegaraan Indonesia, tepat sehari sebelum ia meninggal dunia di
Banda Aceh.
Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah organisasi yang didirikan pada tahun 1965
untuk mengakhiri pemerintahan Provinsi Papua dan Papua Barat yang saat ini di Indonesia, yang
sebelumnya dikenal sebagai Irian Jaya, dan untuk memisahkan diri dari Indonesia. Gerakan ini
dilarang di Indonesia, dan memicu untuk terjadinya kemerdekaan bagi provinsi tersebut yang
berakibat tuduhan pengkhianatan. Sejak awal OPM telah menempuh jalur dialog diplomatik,
melakukan upacara pengibaran bendera Bintang Kejora, dan dilakukan aksi militan sebagai
bagian dari konflik Papua. Pendukung secara rutin menampilkan bendera Bintang Kejora dan
simbol lain dari kesatuan Papua, seperti lagu kebangsaan "Hai Tanahku Papua" dan lambing
negara, yang telah diadopsi pada periode 1961 sampai pemerintahan Indonesia dimulai pada Mei
1963 di bawah Perjanjian New York.
3. Krisis social
4. Krisis politik
Aksi dan tindakan separatisme juga dapat menyebabkan pergolakan politik. Dimana
pihak pihak lawan politik memanfaatkan kondisi ini untuk memperburuk situasi dan
memecahbelah bangsa. Terlebih lagi banyak pihak dan lawan yang menjadikan situasi seolah
seolah membuat pemerintah tidak dapat berkutik di hadapan para anggota separatis. Hal ini
dijadikan senjata untuk menyerang pemerintah. Sehingga situasi politik semakin memanas dan
menjadikan kondisi pemerintahan tidak stabil.
Pemerintah indonesia dalam mengatasi gerakan separatis seperti : pemulihan kondisi keamanan
dan ketertiban serta menindak secara tegas para pelaku separatisme bersenjata yang melanggar
hak-hak masyarakat sipil, peningkatan kualitas pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi
serta demokratisasi, peningkatan deteksi dini dan pencegahan awal potensi konflik dan
separatisme, peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah rawan konflik atau separatisme,
melalui perbaikan akses masyarakat lokal terhadap sumber daya ekonomi dan pemerataan
pembangunan antar daerah, pelaksanaan pendidikan politik secara formal, informal, dialogis,
serta melalui media massa dalam rangka menciptakan rasa saling percaya, penerapan konsep
penyelesaian konflik secara damai, menyeluruh, dan bermartabat. Dalam cara penanganan
acaman separatisme, indonesia juga cukup berhasil dengan cara tersebut,
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah Indonesia dalam
menangani permasalahan gerakan separatis adalah:
Perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia telah
dilalui dengan sangat berat, baik perjuangan fisik maupun diplomasi. Berbagai pertempuran
antara tentara dan rakyat Indonesia dengan tentara Belanda terjadi di mana-mana. Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang merdeka dan berdaulat dengan wilayah meliputi
bekas daerah jajahan Belanda, telah terpecah-pecah oleh politik devide et impera Belanda.
Yang berakibat munculnya berbagai pemberontakan lokal radikal atau gerakan separatis,
masalah ini tampaknya menjadi bukti nyata rasa kebangsaan yang memudar dan sekaligus
sebagai ancaman terhadap eksistensi Indonesia sebagai kesatuan entitas dalam sebuah negara-
bangsa. Untuk itu perlu adanya pemantapan keamanan dalam negeri yang dimaksudkan sebagai
usaha meningkatkan dan memantapkan keamanan dan ketertiban wilayah Indonesia terutama di
daerah rawan, seperti wilayah laut Indonesia, wilayah perbatasan, dan pulau-pulau terluar, serta
meningkatkan kondisi aman
3.2 Saran
Dalam penelitian ini peneliti banyak menemukan kekurangan baik karena
keterbatasan kapabilitas peneliti, maupun kendala – kendala non teknis. Maka dalam
penelitian ini peneliti ingin memberi saran, yaitu :
Dalam proses kerjasama atau hubungan bilateral antara kedua negara, butuh
adanya saling menghormati dan saling mengharagai satu sama lain agar hubungan luar negeri
kedua negara dapat berjalan harmonis kedepannya. Hal ini juga yang harus ditekankan
pemerintah Indonesia kepada pemerintah Belanda, kebebasan yang diberikan Belanda kepada
gerakan separatis RMS dinegaranya, sama halnya dengan tidak menghormati kemerdekaan
dan kedaultan bangsa.