Anda di halaman 1dari 7

Nama : Dinda Sucia Ramadhayanza Korompot

Kelas : G

NIM : 1011418059

Mata Kuliah : Praktek Peradilan Perdata

Contoh Tussenkomst

Contoh mengenai Perkara Intervensi Tussenkomst terdapat dalam PK MA Nomor:


580K/Pdt/2017. Kasus posisi dalam perkara ini berawal ketika PT. Halmahera Shipping
sebagai Penggugat mengajukan gugatan terhadap PT. Bank Permata, Tbk, sebagai Tergugat I,
PT. Bank Permata, Tbk Kantor Cabang Menara Jamsostek, sebagai Tergugat II, PT. Bank
Permata, Tbk, Divisi Consumer Loan Collection, sebagai Tergugat III, PT. Balai Lelang
Pratama, sebagai Tergugat IV, Pemerintah Republik Indonesia cq Kementerian Keuangan
Republik Indonesia cq Direktorat Jenderal Kekayaan Negara cq Kantor Wilayah DJKN
Banten cq Kepala Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Serpong sebagai Tergugat
V dan Juniati Tedjaputera, S.H., sebagai Tergugat VI ke Pengadilan Negeri Tanggerang.
Gugatan tersebut didasarkan pada perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Para
Tergugat. Penggugat mendalilkan awalnya sekitar bulan Januari 2012, Tergugat II yang
diwakilkan oleh saudara Hatta Ardiansyah selaku Branch Manager Bank Permata Jamsostek,
Jakarta Selatan menghubungi Penggugat, dimana dalam komunikasi yang dilakukan Antara
Penggugat dan Tergugat II tersebut Tergugat II memperkenalkan kepada Penggugat produk
perbankan yang dapat memberikan fasilitas pinjam kredit kepada Penggugat. Sebagai tindak
lanjut dari tawaran Tergugat II tersebut Penggugat pun menyampaikan kepada Tergugat II
kebutuhan untuk usaha Penggugat adalah sebesar Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima
miliar rupiah), Tergugat II menyatakan bahwa pengajuan pinjaman Penggugat tersebut dapat
dipenuhi namun untuk tahap awal Tergugat II akan memberikan pinjaman sebesar Rp.
5.300.000.000,00 (lima miliar tiga ratus juta rupiah). Setelah pinjaman Penggugat diproses
lebih lanjut oleh internal Tergugat II mengikatkan diri dalam perjanjian pemberian fasilitas
kredit perbankan. Selanjutnya Penggugat dan Tergugat I menandatangani Akta Perjanjian
Pemberian Fasilitas Perbankan. Dalam Akta Perjanjian Pemberian Fasilitas Perbankan
tersebut, Tergugat I telah menyetujui untuk memberikan 2 (dua) jenis fasilitas kredit kepada
Penggugat yaitu Fasilitas Overdraft Lap (OD-LAP) sebesar Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah) dan Fasilitas Term Loan Lap (TL-LAP) sebesar Rp. 3.300.000.000,00 (tiga miliar
tiga ratus juta rupiah). Kemudian bersamaan dengan itu pula Penggugat dan Tergugat I juga
menandatangani syarat dan ketentuan umum pemberian fasilitas perbankan serta
penandatanganan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) sebagai jaminan atas pelunasan
pembayaran kembali seluruh kewajiban Penggugat kepada Tergugat I berupa Sertifikat Hak
Guna Bangunan (HGB) Nomor: 00149/Lengkong Karya seluas 600 m2 (enam ratus meter
persegi) dan SHGB Nomor: 00285/Lengkong Karya seluas 149 m2 (seratus empat puluh
sembilan meter persegi). Kemudian setelah Penggugat mendapatkan fasilitas perbankan dari
Tergugat I, Penggugat lalai dan tidak melunasi kewajibannya kepada Tergugat I meskipun
sudah diberikan peringatan dan keringanan sehingga jaminan pinjaman Penggugat berupa 2
(dua) buah Sertifikat HGB yang telah dibebani hak tanggungan dan telah didaftarkan oleh
Tergugat I kepada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tanggerang untuk
menjaminkan piutangnya dilakukan pelelangan oleh Tergugat I. Kemudian terhadap gugatan
yang diajukan oleh Penggugat ada pihak yang merasa dirugikan, pihak tersebut bukan
Penggugat atau pun Tergugat melainkan pihak ketiga, pihak ketiga masuk kedalam perkara
atas kepentingannya sendiri (tussenkomst). Pihak ketiga tersebut adalah Bapak Rianto, S.H.,
selaku Penggugat Intervensi mengajukan gugatan intervensi yang mana Tergugat Intervensi
mempermasalahkan tentang lelang yang telah dilaksanakan sebagaimana tertuang dalam
Kutipan Risalah Lelang Nomor: 310/2014, tanggal 26 Agustus 2014. Penggugat Intervensi
mendalilkan bahwa lelang tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hukum
sehingga lelang tersebut yang dimenangkan oleh Penggugat Intervensi adalah sah
berdasarkan hukum. Majelis Hakim (MH) yang memeriksa dan memutus perkara tersebut
mengabulkan gugatan penggugat intervensi sebagian.

Contoh Vrijwaring

Gibran seorang pemuda didesa Telaga biru Gorontalo, selaku penggugat telah membeli
sebuah televisi dari Aska selaku tergugat. Ternyata televisi itu mempunyai cacat yang
tersembunyi. Aska selaku tergugat pada mulanya tidak mengetahui adanya cacat pada TV
tersebut, sebab ia baru Sebulan yang lalu membeli dari PT Panasonic yang telah memberikan
jaminan bahwa TV tersebut baru dan tidak cacat. Oleh kanena itu Aska digugat oleh Gibran
untuk membayar ganti rugi karena adanya cacat tersebut, Aska menarik PT Panasonic untuk
menanggung atau menjamin Gibran.
Contoh Voeging

Ardi menggugat Imran untuk pembayaran suatu utang. Sumanto mendengar perihal itu
menjadi kaget dan mengatakan bahwa hal tersebut bukanlah suatu utang, akan tetapi
adalah modal untuk usaha dagang bersama antara Ardi, Imran dan Sumanto. Oleh karena
itu Sumanto mencampuri gugatan dan memihak atau menggabungkan diri kepada Imran.
Nama : Dinda Sucia Ramadhayanza Korompot

Nim : 1011418059

Kelas : G

UTS: Praktek Peradilan Pidana

1. Analisis Keabsahan Persidangan Peradilan Pidana menggunakan Teleconfrence

Penggunaan teleconference yang menyajikan gambar secara detail dan koneksi dari sebuah
jaringan yang mendukung tentu akan menghasilkan kualitas suara yang jelas sehingga hakim
dapat mengamati serta melihat secara langsung sorot mata, wajah, maupun gestur yang
ditunjukan oleh saksi dalam persidangan. Dapat dikatakan bahwa saat itu saksi hadir di ruang
sidang secara virtual.

Oleh karena itu, pada prinsipnya kehadiran seorang saksi dalam persidangan sebagaimana
dimaksud secara fisik telah terpenuhi dengan media teleconference.8 Dalam ketentuan pasal
161 ayat (1) dan (2) KUHAP, sumpah merupakan syarat mutlak. 9 Artinya, walaupun saksi
dihadirkan secara virtual melalui Audio atau Video Conference tentu diwajibkan untuk
mengucapkan sumpah terlebih dahulu sesuai dengan keyakinannya masing-masing, sehingga
nilai pembuktiaanya sama dengan saksi yang datang langsung ke persidangan.

Hal tersebut pun ditegaskan dalam Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 661K/Pid/1988
tanggal 19 Juli 1991 yang menegaskan bahwa keterangan saksi yang diberikan pada
pemeriksaan tahap penyidikan dan saat memberikan kesaksiannya saksi telah disumpah,
namun atas suatu alasan dan halangan yang sah ia tidak dapat hadir secara langsung di
persidangan dan keterangannya tersebut dibacakan maka nilai keterangannya tersebut adalah
sama dengan keterangan saksi yang disumpah dalam persidangan.

Namun tidak ada kewajiban bagi hakim untuk menggunakan teleconference dalam
pemeriksaan alat bukti saksi karena berdasarkan KUHAP yaitu pada pasal 167 ayat (1),
seorang saksi dituntut hadir untuk memberikan kesaksiannya dalam persidangan. Tetapi,
apabila kita cermati dalam ketentuan pasal 187 ayat (1) sudah jelas menegaskan bahwa
keterangan yang diberikan oleh seorang saksi sebagai alat bukti adalah keterangan yang
dinyatakan di persidangan. Kalimat “dinyatakan disidang pengadilan” ini menjadi abscur atau
tidak jelas karena KUHAP tidak menegaskan apakah saksi dapat menyatakan kesaksiannya
secara langsung atau tidak, sehingga menjadi celah untuk ditafsirkan. Model pemeriksaan
saksi melalui teleconference ini pun dapat ditafsirkan memenuhi pasal 185 ayat (1) KUHAP
karena saksi memberikan keterangannya di depan persidangan namun tidak secara langsung
hadir di persidangan. Pasal 160 ayat (1) huruf a dan pasal 167 KUHAP telah menjelaskan
kehadiran saksi dalam sidang pengadilan adalah mutlak, tetapi pada prakteknya sudah mulai
ditinggalkan untuk mencari kebenaran materiil demi terciptanya suatu keadilan.

Pada prinsipnya, esensi pemeriksaan saksi melalui teleconference adalah sama dengan
pemeriksaan di depan persidangan sepanjang syarat-syarat pemeriksaan sesuai dengan
KUHAP telah dipenuhi. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka dapat ditarik suatu kesimpulan di
Keterangan saksi melalui teleconference dalam pembuktian pada tindak pidana korupsi
adalah legal atau sah menurut hukum yang berlaku sepanjang saksi memenuhi syarat-syarat
antara lain harus mengucapkan sumpah atau janji terlebih dahulu sesuai Pasal 160 ayat (3) jo.
Pasal 185 ayat (7) KUHAP).

2. Contoh Pelaksanaan Peradilan Pidana melalui Teleconfrence

(Tolak Teleconference, Pengacara Ba’asyir Walk Out)

Berdasarkan KUHAP, majelis hakim memang berwenang memerintahkan terdakwa keluar


pada saat mendengarkan keterangan saksi. Namun, apapun keterangan saksi yang diberikan
saat terdakwa di luar ruangan, harus disampaikan kepada terdakwa sebelum persidangan akan
dilanjutkan. Semua ini diatur dalam Pasal 173.

Guntur Fattahillah, anggota tim penasihat hukum, mengatakan KUHAP memang


memperkenankan keterangan saksi tanpa kehadiran terdakwa. Namun, dia mengingatkan
bahwa ketentuan ini hanya berlaku untuk saksi yang memberikan keterangan di persidangan,
bukan teleconference. Lagipula, keterangan saksi melalui teleconference dituding Guntur
sarat dengan rekayasa

3.  Perbedaan Teknis Pelaksanaan sidang (Perkara Pidana) secara langsung dan


menggunakan media Teleconfrence.

Pemeriksaan Persidangan Jarak Jauh

Pemeriksaan persidangan jarak jauh adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh Majelis Hakim
terhadap pemohon dan/atau termohon maupun kuasanya, saksi dan/atau ahli yang dilakukan
secara online dan real time  (seketika) dari jarak jauh melalui teknologi video
conferencing dengan menggunakan telepon dan koneksi jaringan, sehingga memungkinkan
masing-masing untuk saling melihat dan berbicara sebagaimana dalam persidangan
secara offline
Pengajuan Permohonan
MK malaksanakan pemeriksaan melalui persidangan jarak jauh (video conference)
berdasarkan permohonan pemohon dan/atau termohon atau kuasanya.
Permohonan berisi informasi rinci tentang :

a.    identitas yang hendak diperiksa dan didengar keterangannya;


b.    pokok-pokok keterangan yang hendak diberikan;
c.    alokasi waktu pemeriksaan;
d.    petugas lain yang diperlukan.
 
Permohonan ditujukan kepada Ketua MK melalui Kepaniteraan MK. Permohonan
pemeriksaan melalui persidangan jarak jauh disampaikan selambat-lambatnya 5 (lima) hari
kerja sebelum rencana pelaksanaan persidangan jarak jauh, baik secara langsung maupun
secara faksimili, surat elektronik (e-mail), surat kilat khusus, atau media lain yang tersedia.
Dalam hal permohonan disampaikan secara elektronik melalui alamat suarat elektronik (e-
mail) Kepaniteraan MK, permohonan dianggap diterima pada saat telah masuk ke dalam
sistem komputer Kepaniteraan MK.
Kepaniteraan MK memberitahukan jadwal pelaksanaan persidangan jarak jauh kepada
pemohon dan/atau termohon atau kuasanya selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja sebelum
pelaksanaan persidangan jarak jauh dan pemberitahuan tersebut sekaligus sebagai panggilan
sidang

Pemeriksaan Persidangan Jarak Jauh


Pemeriksaan persidangan jarak jauh dapat dilaksanakan dalam:
1.    pemeriksaan pendahuluan; dan
2.    pemeriksaan persidangan.
Dalam pemeriksaan pendahuluan melalui persidangan jarak jauh, Majelis Hakim:
a.    memeriksa kelengkapan permohonan;
b.    meminta penjelasan pemohon tentang materi permohonan yang mencakup kewenangan
MK, kedudukan hukum (legal standing) pemohon, tenggang waktu pengajuan
permohonan, pokok permohonan dan petitum;
c.    memberi nasihat kepada pemohon, baik mengenai kelengkapan administrasi, materi
permohonan, maupun pelaksanaan tata tertib persidangan;
d.    mendengar keterangan termohon dalam hal adanya permohonan untuk menghentikan
sementara pelaksanaan kewenangan yang dipersengketakan;
e.    memeriksa kelengkapan alat-alat bukti yang telah dan akan diajukan oleh pemohon.
Setelah tahap pemeriksaan pendahuluan selesai maka dilakukanlah pemeriksaan persidangan
yang terbuka untuk umum dihadiri sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang Hakim dan
dilaksanakan melalui fasilitas persidangan jarak jauh.
 

Anda mungkin juga menyukai