Anda di halaman 1dari 9

Nama: Iwan Yusuf

NIM: 1011418231

Kelas/Semeter: G/5

Tugas :Pengganti UTS Praktek Peradilan Pidana Dan Praktek Peradilan


Perdata

A. Tugas Praktek Peradilan Pidana


1. Analisis Tentang Keabsahan/Legalitas Terkait Pelaksanaan Sidang
( Perkara Pidana) Melalui Teleconference!

Secara legitimasi persidangan teleconference adalah quasi court, sifatnya darurat


abnormal. Sehingga 'tidak' dimaknai sebagai persidangan pro justitia murni.
Persidangan teleconference adalah quasi court, karena dalam makna hukum acara
pidana, hal itu tidak terikat secara ketat atas aturan formal dan materil. Sehingga ada
kekhususannya seperti dalam KUHAP.

Oleh ebab itu majelis hakim dapat memberikan terobosan terhadap regulasinya.
Baik itu yang tidak mengatur atau mengatur maupun yang  tidak jelas suatu
regulasinya. "Peradilan pro justitia, seperti teleconference ini, memiliki kewenangan
yang sama, saat KUHAP tidak mengaturnya.

Indriyanto juga menyebutkan bahwa doktrin maupun yurisprudensi itu


memberikan legitimasi penggunaan teleconference walaupun KUHAP tidak
mengaturnya. "Karena tidak ada aturan yang melarang atau memperbolehkan sidang
dengan cara teleconference. Majelis hakim dapat mengatur dengan dasar adanya
kondisi abnormal (abnormal recht voor abnormaal). Misalnya seperti wabah
pandemik Covid19 saat ini, agar sistem persidangan dilakukan dengan cara dan
sistem teleconference ataupun E-Device.
sistem hukum Indonesia juga memberikan legitimasi kewenangam diskresioner
aktif dengan pertimbangan abnormaal. “Tidak apa-apa menggunakan sistem
teleconference walaupun regulasi tidak mengaturnya. Baik dalam bentuk persidangan
pro justitia murni maupun Quasi Court seperti halnya untuk kondisi darurat abnormal
seperti saat ini. Pelaksanaan sidang online dilakukan untuk mengurangi jumlah
pengunjung yang hadir di pengadilan. Hal ini sejalan dengan kebijakan social
distancing serta self-quarantine yang diimbau pemerintah terkait merebaknya virus
corona.

2. contoh Real/Konkret persidangan melalui Teleconfrence yang telah


diterapkan di Indonesia dan menuai Keberatan/Penolakan dari pihak
yang melaksanakan persidangan, yaitu Jaksa Penuntut Umum!

Jaksa penuntut umum (JPU) perkara peninjauan kembali Djoko Soegianto


Tjandra menolak permohonan tim kuasa hukum Djoko Soegianto Tjandra untuk
menggelar sidang peninjauan kembali (PK) secara daring.

Hal tersebut disampaikan JPU dalam persidangan peninjauan kembali Djoko


Soegianto Tjandra (Djokcan) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta.

"Menolak untuk dilakukan persidangan peninjauan kembali secara daring atau


online atau teleconference sebagaimana yang tertuang dalam surat permohonan
Djoko Soegianto Tjandra yang dibacakan kuasa hukum Djoko Soegianto Tjandra,"
kata Jaksa Penuntut Ridwan Ismawanta

JPU beralasan, Djokcan tidak memenuhi panggilan dalam persidangan peninjauan


kembali. Hal tersebut bertentangan dengan SEMA Nomor 1 tahun 2012 yang
menyatakan pemohon PK wajib hadir dalam sidang PK.

Kemudian, JPU juga mengacu kepada SEMA Nomor 4 tahun 2016 yang
menyatakan permintaan peninjauan kembali diajukan oleh terpidana atau ahli waris
jika terpidana tengah menjalani pidana.
Dengan demikian kami berpendapat bahwa sesuai ketentuan yang berlaku dalam
persidangan peninjauan kembali harus dihadiri oleh terpidana selaku pemohon
sedangkan pemohon yang mengajukan peninjauan kembali terhadap Djoko Soegianto
Tjandra tidak pernah hadir sekalipun dalam persidangan.

Alasan Djokcan yang meminta sidang secara daring karena alasan pandemi
Covid-19 serta kondisi kesehatan yang memburuk tidak dapat diterima. JPU pun
berpendapat, surat keterangan sakit yang disampaikan tidak diikuti dengan bukti lain
bahwa yang bersangkutan sakit seperti dokumen rekam medis.

Dengan kata lain Djoko Soegianto Tjandra selaku pemohon PK tidak


menghormati persidangan serta tidak beritikad baik dalam proses persidangan
peninjauan kembali. Dengan demikian kami berpendapat pemeriksaan sidang
peninjauan kembali ini tidak dapat dilaksanakan secara online atau daring dan sudah
sepantasnya majelis hakim menyatakan tidak dapat menerima permohonan
peninjauan kembali.

JPU juga mengatakan kalau Kejaksaan Agung dan Mahkamah Agung sudah
menggelar kerja sama dalam pelaksanaan sidang daring. JPU mengingatkan
persidangan daring digelar hanya bisa di pengadilan negeri, kantor kejaksaan dan
lembaga pemasyarakatan atau rumah tahanan. Berdasarkan pandangan tersebut, JPU
meminta majelis hakim untuk menolak permohonan persidangan Djoko
Tjandra.Permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh pemohon Djoko
Soegianto Tjandra dengan nomor perkara 12/Pid/PK/2020/PN.JKT.Sel harus
dinyatakan ditolak dan tidak dapat diterima dan berkas perkaranya tidak dilanjutkan
ke Mahkamah Agung.
3. Uraikan perbedaan teknis pelaksaaan sidang (Perkara Pidana) yang
dilaksnakana secara langsung di pengadilan dan teknis pelaksanaan
sidang melalui Teleconfrence!
 Teknis pelaksanaan siding secara langsung :
a. Sidang dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum (kecuali perkara tertentu
dinyatakan tertutup untuk umum).
b. PU diperintahkan untuk menghadapkan terdakwa ke depan persidangan dalam
keadaan bebas.
c. Terdakwa ditanyakan identitasnya dan ditanya apakah sudah menerima
salinan surat dakwaan.
d. Terdakwa ditanya pula apakah dalam keadaan sehat dan bersedia untuk
diperiksa di depan persidangan (kalau bersedia sidang dilanjutkan).
e. Terdakwa ditanyakan apakah akan didampingi oleh Penasihat Hukum (apabila
didampingi apakah akan membawa sendiri, kalau tidak membawa sendiri
akan ditunjuk PH oleh Majlis Hakim dalam hal terdakwa diancam dengan
pidana penjara lima tahun atau lebih/pasal 56 KUHAP ayat (1).
f. Dilanjutkan pembacaan surat dakwaan.
g. Atas pembacaan surat dakwaan tadi terdakwa (PH) ditanya akan mengajukan
eksepsi atau tidak.Dalam terdakwa/PH mengajukan eksepsi maka diberi
kesempatan dan sidang ditunda
h. Apabila ada eksepsi dilanjutkan tanggapan JPU atas eksepsi (replik).
i. Selanjutnya dibacakan putusan sela oleh Majlis Hakim.
j. Apabila eksepsi ditolak dilanjutkan pemeriksaan pokok perkara (pembuktian)
k. Pemeriksaan saksi-saksi yang diajukan oleh PU (dimulai dari saksi korban).
l. Dilanjutkan saksi lainnya.
m. Apabila ada saksi yang meringankan diperiksa pula, saksi ahli Witness/expert)
n. Pemeriksaan terhadap terdakwa.
o. Tuntutan (requisitoir).
p. Pembelaan (pledoi).
q. Replik dari PU.
r. Duplik.
s. Putusan oleh Majlis Hakim.
 Teknis Persidangan Perkara Pidana Secara Teleconference
 Persiapan Persidangan

Sebelum persidangan dimulai, panitera/panitera pengganti mengecek kesiapan


peserta dan persidangan serta melaporkan kepada hakim/majelis hakim.

Dalam sidang yang dilakukan secara elektronik, terdakwa yang didampingi


oleh penasihat hukum harus secara fisik berada di ruangan yang sama dengan
penasihat hukumnya.

Ruangan tempat terdakwa mengikuti sidang elektronik hanya dihadiri oleh


terdakwa, penasihat hukum, petugas rutan/lapas, dan petugas IT, kecuali
petugas/pihak lain yang ditentukan dengan peraturan perundang-undangan.

Selain itu, ruangan tersebut juga harus dilengkapi dengan alat


perekam/kamera/CCTV yang dapat memperlihatkan keseluruhan kondisi ruangan.

 Dakwaan dan Keberatan

Dokumen keberatan/eksepsi dikirim ke hakim/majelis hakim dan filenya


diteruskan kepada penuntut dengan ketentuan file tersebut berbentuk portable
document format (PDF), dikirim ke alamat pos-el pengadilan sebelum dibacakan,
serta harus diverifikasi antara yang dibacakan dengan yang diunduh.

Pendapat penuntut terhadap keberatan terdakwa/eksepsi dikirim kepada


hakim/majelis hakim dengan cara yang sama seperti di atas.

 Pemeriksaan Saksi dan Ahli

Pemeriksaan saksi dan/atau ahli dilakukan dalam ruang sidang


pengadilan meskipun persidangan dilakukan secara elektronik.
Namun untuk keadaan tertentu, hakim/majelis hakim dapat menetapkan
pemeriksaan saksi dan/atau ahli yang berada di: kantor penuntut dalam daerah
hukumnya.

pengadilan tempat saksi/ahli berada apabila yang bersangkutan berada di dalam


dan di luar daerah hukum pengadilan yang menyidangkan perkara.

kedutaan/konsulat jenderal Republik Indonesia atas persetujuan/rekomendasi


menteri luar negeri, dalam hal saksi/ahli berada di luar negeri; atau tempat lain yang
ditentukan oleh hakim/majelis hakim.

 Pemeriksaan Terdakwa

Dalam pemeriksaan terdakwa pada sidang yang dilakukan secara elektronik:


terdakwa yang berada dalam tahanan didengar keterangannya dari tempat ia ditahan
dengan didampingi/tidak didampingi oleh penasihat hukum. terdakwa yang berada
dalam tahanan, tetapi tempat terdakwa ditahan tidak memiliki fasilitas untuk sidang
elektronik, didengar keterangannya dari kantor penuntut; atau apabila terdakwa tidak
ditahan, didengar keterangannya di pengadilan, kantor penuntut, atau tempat lain
yang ditentukan oleh hakim/majelis hakim melalui penetapan. 

Bagi terdakwa yang tidak ditahan, ketua/kepala pengadilan tempat terdakwa


didengar keterangannya menyediakan fasilitas persidangan secara elektronik serta
menunjuk 1 orang hakim dan 1 orang panitera/panitera pengganti tanpa menggunakan
atribut persidangan untuk mengawasi jalannya pemeriksaan terdakwa.

 Pemeriksaan Barang Bukti

Pada sidang yang dilakukan secara elektronik, barang bukti yang akan diperiksa tetap
berada di kantor penuntut,di mana penuntut memperlihatkan barang bukti ke
hakim/majelis hakim secara elektronik.
Jika barang bukti berupa dokumen cetak, hakim/majelis hakim mencocokkan
dokumen hasil pindai yang ada dalam berkas perkara dengan dokumen asli yang
diperlihatkan penuntut secara elektronik.

Tetapi jika barang bukti bukan merupakan dokumen cetak, barang bukti bisa
difoto/divideokan dan dikirim ke alamat pos-el pengadilan sebelum diajukan sebagai
barang bukti.

Dalam hal terdakwa mengajukan barang bukti yang meringankan, baik berupa
dokumen cetak maupun bukan, barang bukti diperlakukan sama dengan di atas.

Hakim/majelis hakim mencocokkan barang bukti yang dikirim dengan aslinya


secara elektronik.

 Tuntutan, Pembelaan, Replik, dan Duplik

Dalam sidang yang dilaksanakan secara elektronik, dokumen tuntutan pidana,


pembelaan, replik, dan duplik dikirim ke alamat pos-el pengadilan sebelum
dibacakan, serta setelah dibacakan, dokumen itu dikirim ke alamat pos-el
penuntut/terdakwa dan/atau penasihat hukum.

 Putusan dan Pemberitahuan Putusan

Pada dasarnya, putusan diucapkan oleh hakim/majelis hakim di sidang yang


terbuka untuk umum dengan dihadiri penuntut dan terdakwa/penasihat hukum,
kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.

Namun dalam keadaan tertentu, berdasarkan penetapan hakim/majelis hakim,


sidang pengucapan putusan dapat dilangsungkan secara elektronik.

Jika terdakwa tidak hadir dalam pembacaan putusan, pemberitahuan putusan


disampaikan pengadilan ke terdakwa melalui domisili elektronik berupa pos-el,
alamat Whatsapp, atau SMS.
Kemudian, hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan sidang pidana
secara elektronik adalah: Semua peserta sidang harus terlihat di layar monitor dengan
terang dan suara yang jelas.

Panitera/panitera pengganti melaporkan kesiapan persidangan dan memastikan


terkoneksinya dengan peserta sidang kepada hakim/majelis hakim.

Hakim, panitera/panitera pengganti, penuntut, dan penasihat hukum


menggunakan atribut sidang masing-masing.

Setiap dokumen elektronik yang disampaikan penuntut, penasihat hukum, dan


terdakwa harus berbentuk portable document format (PDF).

B. Praktek Peradilan Perdata

Perkara Perdata Yang ada di Sekitar Yang Mengandung Unsur Keterlibatan


Pihak Intervensi ( Veoging, Tussenkomst dan Vrijwaring

1. Perkara Perdata yang keterlibatan Pihak intervensi ( Veoging dan


Tussenkomst )

Ada sebidang tanah kepemilikan la ndoasa di suatu tertentu dalam keadaan


mendesak lan ndoasa memerlukan uang, lan ndoasa memita tolong kepada la kamdiri
untuk di pinjamkan uang dengan jaminan sebidang tanah, selama la ndoasa blm bisa
mengembalikan uang tanah tersebut akan terus di kelolah oleh la kamdiri, dan
ternyata tanah tersebut di gusur oleh cv. Karisma kasma untuk dibuatkan jalan
penghubung dua desa, karnah la kamdiri merasa keberatan atas gusuran tersebut la
kamdiri menggugat vc. Karisma kasma di Pengadilan Negeri Muna, mendengar hal
itu la ndoasa mengajukan permohonan kepada pengadilan negeri Muna agar dapat
ikut serta dalam perkara tersebut dengan alasan membelah hak miliknya atas tanah
tersebut. Dalam hal ini selain untuk kepentingannya sendiri, juga membelah
kepentingan la kamdiri dan bergabung dengan la kamdiri melawan tergugat cv.
Karma karisma.
2. Perkara Perdata yang keterlibatan Pihak intervensi ( Tussenkomst )
Laode Rizal selaku Penggugat menggugat Laode Pali oleh ka rena Laode Pali
telah menjual tanah kepadanya seluas 2000 m2 akan tetapi tidak mau menyerahkan
tanah tersebut. Mendengar tentang adanya gugatan itu, Laode Ringgasa yang juga
merasa telah membeli tanah tersebut datang ke persidangan mencampuri perkara
tersebut sebagai pihak ketiga. Ia sebagai pihak ketiga disebut intervenient. Apabila
intervensi dikabulkan maka perdebatan menjadi perdebatan segi tiga. Dapat juga
intervensi itu ditolak dan sehubungan dengan hal itu dijatuhkan putusan sela, dalam
hal ini putusán insidental.

3. Perkara Perdata Yang Melibatkan Pihak Intervensi ( Vrijwaring )

Laode kasman pemilik sebuah tanah perkebunan, namun tanah tersebut di kelolah
oleh la waweha karnah laode kasman tinggalnya dan meniti karir di bandung
sedangkan tanah tersebut berada di desa pola kabupaten muna,sebelum di berikan izin
la waweha untuk mengelolah tanah tersebut laode kasman melakukan perjanjanjian
tengan isi perjanjaian selama laode kasman di bandung lawaweha yang berhak untuk
mengelolanya, dan jika laode kasman kembali di kampung dan menetap di sana maka
tanah perkebunan tersebut akan diambil alihnya sendiri. Namun sudah bertahun-tahun
laode kasman tidk pulang di kampung, maka la waweha mendirikan rumah di tanah
perkebunan tersebut. Setelah bertahun-tahun laode kasman tidak pulang kampung, dia
mendengar kabar bahwa lawaweha sudah mendirikan rumah dan mebuat setifikat atas
tanah tersebut. Namun mendengar hal itu laode kasman merasa keberatan dan
menggugat di pengadilan negeri muna. Saat mendengar laode kasman menggugat la
waweha ( selalu tergugat ) memanggil salah satu pihak atas nama la bulade untuk ikut
serta untuk menanggungnya dalam perkara tersebut.

Anda mungkin juga menyukai