Anda di halaman 1dari 8

Nama : Laode Muhammad Fahrul

NIM : 1011418250

Kelas : G

Tugas : Pengganti UTS Praktek Peradilan Pidana Dan Praktek Peradilan Perdata

A. Tugas Praktek Peradilan Pidana

Perkara Perdata Yang Memuat Pihak Intevensi (Vrijwaring, Tussenkomst, Voeging )

1. Kasus perkara prdata yang mengandung pihak intervensi ( Vrijwaring )

Agus selaku penggugat telah membeli sebuah televisi dari Bondan selaku tergugat.
Ternyata televisi itu mempunyai cacat yang tersembunyi. Bondan selaku tergugat pada mulanya
tidak mengetahui adanya cacat pada TV tersebut, sebab ia baru 3 bulan lalu Voeging membeli
darin PT Panasonic yang telah memberikan jaminan bahwa TV tersebut baru dan tidak cacat.
Oleh kanena Bondan digugat oleh Agus untuk membayar ganti rugi karena adanya cacat
tersebut, Bondan menarik PT Panasonic untuk menanggung atau menjamin Bondan.

2. Kasus perkara prdata yang mengandung pihak intervensi ( Tussenkomst )

Ali meminjam mobil Toyota Kijang milik Abu selama satu minggu. Karena percaya dengan
temannya, mobil tersebut diserahkan. Setelah itu Ali meminjam uang ke Badu sebesar Rp
10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dengan jaminan mobil Toyota Kijang tersebut. Setelah lampau
waktu yang diperjanjikan Ali  tidak membayar utangnya tersebut. Atas dasar ini Badu
menggugat pengadilan negeri dengan tuntutan agar Ali membayar utangnya ke Badu dengan
permohonan sita jaminan atas mobil tersebut. Setelah gugatan diperiksa Abu mengetahui perkara
ini dan karena mobil tersebut miliknya, maka ia mengajukan permohonan ke pengadilan negeri
untuk  ikut serta dalam perkara yang sedang diperiksa guna membela miliknya atas mobil
tersebut dan ia melawan kedua belah pihak.
3. Kasus perkara prdata yang mengandung pihak intervensi ()

Anton pemilik sebidang kebun coklat di Bekasi, mengadakan perjanjian Jamhar bahwa
selama Anton pergi tugas belajar empat tahun ke Inggeris kebun coklat tersebut digarap oleh
Jamhar secara bagi hasil. Kemudian kebun coklat tersebut digusur oleh PT Mandala Bakti,
perusahaan perumahan real estate karena membuka jalan menuju proyek perumahan itu. Karena
Jamhar merasa dirugikan ia menggugat perusahaan tersebut ke Pengadilan Negeri Bekasi.
Mendengar berita itu, Anton kembali ke Bekasi dan mengajukan permohonan kepada Pengadilan
Negeri Bekasi supaya dapat ikut serta dalam perkara tersebut dengan alasan membela hak
miliknya atas kebun tersebut. Dalam hal iniAnton di samping membela kepentingannya sendiri,
juga membela kepentingan Jamhar dan bergabung dengan Jamhar menghadapi tergugat PT
Mandala Bakti.

B. Tugas Praktek Peradilan Pidana


1. Analisis Tentang Keabsahan/Legalitas Terkait Pelaksanaan Sidang ( Perkara
Pidana) Melalui Teleconference!

Meskipun di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) tidak mengatur
acara persidangan melalui teleconference, namun ada peraturan lain yang mengatur
tentang teleconference sebagaimana Pasal 9 Ayat (3) UU 31/2014 tentang Perubahan Atas UU
13/2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, menyatakan Saksi dan/atau Korban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula didengar kesaksiannya secara langsung melalui
sarana elektronik dengan didampingi oleh pejabat yang berwenang.

Selain itu, melalui kerja sama antara Kejaksaan, Mahkamah Agung dan Kementerian Hukum
dan HAM sebagaimana termuat dalam Perjanjian Kerja Sama Nomor 402/DJU/HM.01.1/4/2020,
Nomor KEP.17/E/Ejp/4/2020 dan Nomor Pas-06.HH.05.05 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan
Persidangan Melalui Teleconference, yang maksud dan tujuannya adalah pedoman bagi para
pihak dalam melaksanakan kegiatan persidangan melalui teleconference dan untuk tercapainya
optimalisasi, efektivitas, efisiensi dan keamanan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi para pihak
terkait dengan pelaksanaan kegiatan persidangan melalui teleconference.

Menurut perjanjian kerjasama ini, persidangan teleconference berlaku sampai dengan adanya


pengumuman resmi dari pemerintah untuk mencabut kondisi kedaruratan pandemi COVID-19.
2. contoh Real/Konkret persidangan melalui Teleconfrence yang telah diterapkan di
Indonesia dan menuai Keberatan/Penolakan dari pihak yang melaksanakan
persidangan, yaitu Jaksa Penuntut Umum!

Jaksa penuntut umum (JPU) perkara peninjauan kembali Djoko Soegianto Tjandra menolak
permohonan tim kuasa hukum Djoko Soegianto Tjandra untuk menggelar sidang peninjauan
kembali (PK) secara daring.

Hal tersebut disampaikan JPU dalam persidangan peninjauan kembali Djoko Soegianto
Tjandra (Djokcan) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta.

"Menolak untuk dilakukan persidangan peninjauan kembali secara daring atau online atau
teleconference sebagaimana yang tertuang dalam surat permohonan Djoko Soegianto Tjandra
yang dibacakan kuasa hukum Djoko Soegianto Tjandra," kata Jaksa Penuntut Ridwan Ismawanta

JPU beralasan, Djokcan tidak memenuhi panggilan dalam persidangan peninjauan kembali.
Hal tersebut bertentangan dengan SEMA Nomor 1 tahun 2012 yang menyatakan pemohon PK
wajib hadir dalam sidang PK.

Kemudian, JPU juga mengacu kepada SEMA Nomor 4 tahun 2016 yang menyatakan
permintaan peninjauan kembali diajukan oleh terpidana atau ahli waris jika terpidana tengah
menjalani pidana.

Dengan demikian kami berpendapat bahwa sesuai ketentuan yang berlaku dalam persidangan
peninjauan kembali harus dihadiri oleh terpidana selaku pemohon sedangkan pemohon yang
mengajukan peninjauan kembali terhadap Djoko Soegianto Tjandra tidak pernah hadir sekalipun
dalam persidangan.

Alasan Djokcan yang meminta sidang secara daring karena alasan pandemi Covid-19 serta
kondisi kesehatan yang memburuk tidak dapat diterima. JPU pun berpendapat, surat keterangan
sakit yang disampaikan tidak diikuti dengan bukti lain bahwa yang bersangkutan sakit seperti
dokumen rekam medis.

Dengan kata lain Djoko Soegianto Tjandra selaku pemohon PK tidak menghormati
persidangan serta tidak beritikad baik dalam proses persidangan peninjauan kembali. Dengan
demikian kami berpendapat pemeriksaan sidang peninjauan kembali ini tidak dapat dilaksanakan
secara online atau daring dan sudah sepantasnya majelis hakim menyatakan tidak dapat
menerima permohonan peninjauan kembali.

JPU juga mengatakan kalau Kejaksaan Agung dan Mahkamah Agung sudah menggelar kerja
sama dalam pelaksanaan sidang daring. JPU mengingatkan persidangan daring digelar hanya
bisa di pengadilan negeri, kantor kejaksaan dan lembaga pemasyarakatan atau rumah tahanan.
Berdasarkan pandangan tersebut, JPU meminta majelis hakim untuk menolak permohonan
persidangan Djoko Tjandra.Permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh pemohon Djoko
Soegianto Tjandra dengan nomor perkara 12/Pid/PK/2020/PN.JKT.Sel harus dinyatakan ditolak
dan tidak dapat diterima dan berkas perkaranya tidak dilanjutkan ke Mahkamah Agung.

3. Uraikan perbedaan teknis pelaksaaan sidang (Perkara Pidana) yang dilaksnakana


secara langsung di pengadilan dan teknis pelaksanaan sidang melalui
Teleconfrence!
 Teknis pelaksanaan siding secara langsung :
a. Sidang dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum (kecuali perkara tertentu dinyatakan
tertutup untuk umum).
b. PU diperintahkan untuk menghadapkan terdakwa ke depan persidangan dalam keadaan
bebas.
c. Terdakwa ditanyakan identitasnya dan ditanya apakah sudah menerima salinan surat
dakwaan.
d. Terdakwa ditanya pula apakah dalam keadaan sehat dan bersedia untuk diperiksa di
depan persidangan (kalau bersedia sidang dilanjutkan).
e. Terdakwa ditanyakan apakah akan didampingi oleh Penasihat Hukum (apabila
didampingi apakah akan membawa sendiri, kalau tidak membawa sendiri akan ditunjuk
PH oleh Majlis Hakim dalam hal terdakwa diancam dengan pidana penjara lima tahun
atau lebih/pasal 56 KUHAP ayat (1).
f. Dilanjutkan pembacaan surat dakwaan.
g. Atas pembacaan surat dakwaan tadi terdakwa (PH) ditanya akan mengajukan eksepsi
atau tidak.Dalam terdakwa/PH mengajukan eksepsi maka diberi kesempatan dan sidang
ditunda
h. Apabila ada eksepsi dilanjutkan tanggapan JPU atas eksepsi (replik).
i. Selanjutnya dibacakan putusan sela oleh Majlis Hakim.
j. Apabila eksepsi ditolak dilanjutkan pemeriksaan pokok perkara (pembuktian)
k. Pemeriksaan saksi-saksi yang diajukan oleh PU (dimulai dari saksi korban).
l. Dilanjutkan saksi lainnya.
m. Apabila ada saksi yang meringankan diperiksa pula, saksi ahli Witness/expert)
n. Pemeriksaan terhadap terdakwa.
o. Tuntutan (requisitoir).
p. Pembelaan (pledoi).
q. Replik dari PU.
r. Duplik.
s. Putusan oleh Majlis Hakim.
 Teknis Persidangan Perkara Pidana Secara Teleconference
 Persiapan Persidangan

Sebelum persidangan dimulai, panitera/panitera pengganti mengecek kesiapan peserta


dan persidangan serta melaporkan kepada hakim/majelis hakim.

Dalam sidang yang dilakukan secara elektronik, terdakwa yang didampingi oleh
penasihat hukum harus secara fisik berada di ruangan yang sama dengan penasihat hukumnya.

Ruangan tempat terdakwa mengikuti sidang elektronik hanya dihadiri oleh terdakwa,
penasihat hukum, petugas rutan/lapas, dan petugas IT, kecuali petugas/pihak lain yang
ditentukan dengan peraturan perundang-undangan.

Selain itu, ruangan tersebut juga harus dilengkapi dengan alat perekam/kamera/CCTV
yang dapat memperlihatkan keseluruhan kondisi ruangan.

 Dakwaan dan Keberatan

Dokumen keberatan/eksepsi dikirim ke hakim/majelis hakim dan filenya diteruskan kepada


penuntut dengan ketentuan file tersebut berbentuk portable document format (PDF), dikirim ke
alamat pos-el pengadilan sebelum dibacakan, serta harus diverifikasi antara yang dibacakan
dengan yang diunduh.
Pendapat penuntut terhadap keberatan terdakwa/eksepsi dikirim kepada hakim/majelis hakim
dengan cara yang sama seperti di atas.

 Pemeriksaan Saksi dan Ahli

Pemeriksaan saksi dan/atau ahli dilakukan dalam ruang sidang pengadilan meskipun


persidangan dilakukan secara elektronik.

Namun untuk keadaan tertentu, hakim/majelis hakim dapat menetapkan pemeriksaan saksi
dan/atau ahli yang berada di: kantor penuntut dalam daerah hukumnya.

pengadilan tempat saksi/ahli berada apabila yang bersangkutan berada di dalam dan di luar
daerah hukum pengadilan yang menyidangkan perkara.

kedutaan/konsulat jenderal Republik Indonesia atas persetujuan/rekomendasi menteri luar


negeri, dalam hal saksi/ahli berada di luar negeri; atau tempat lain yang ditentukan oleh
hakim/majelis hakim.

 Pemeriksaan Terdakwa

Dalam pemeriksaan terdakwa pada sidang yang dilakukan secara elektronik: terdakwa yang
berada dalam tahanan didengar keterangannya dari tempat ia ditahan dengan didampingi/tidak
didampingi oleh penasihat hukum. terdakwa yang berada dalam tahanan, tetapi tempat terdakwa
ditahan tidak memiliki fasilitas untuk sidang elektronik, didengar keterangannya dari kantor
penuntut; atau apabila terdakwa tidak ditahan, didengar keterangannya di pengadilan, kantor
penuntut, atau tempat lain yang ditentukan oleh hakim/majelis hakim melalui penetapan. 

Bagi terdakwa yang tidak ditahan, ketua/kepala pengadilan tempat terdakwa didengar
keterangannya menyediakan fasilitas persidangan secara elektronik serta menunjuk 1 orang
hakim dan 1 orang panitera/panitera pengganti tanpa menggunakan atribut persidangan untuk
mengawasi jalannya pemeriksaan terdakwa.

 Pemeriksaan Barang Bukti


Pada sidang yang dilakukan secara elektronik, barang bukti yang akan diperiksa tetap berada di
kantor penuntut,di mana penuntut memperlihatkan barang bukti ke hakim/majelis hakim secara
elektronik.

Jika barang bukti berupa dokumen cetak, hakim/majelis hakim mencocokkan dokumen
hasil pindai yang ada dalam berkas perkara dengan dokumen asli yang diperlihatkan penuntut
secara elektronik.

Tetapi jika barang bukti bukan merupakan dokumen cetak, barang bukti bisa
difoto/divideokan dan dikirim ke alamat pos-el pengadilan sebelum diajukan sebagai barang
bukti.

Dalam hal terdakwa mengajukan barang bukti yang meringankan, baik berupa dokumen
cetak maupun bukan, barang bukti diperlakukan sama dengan di atas.

Hakim/majelis hakim mencocokkan barang bukti yang dikirim dengan aslinya secara
elektronik.

 Tuntutan, Pembelaan, Replik, dan Duplik

Dalam sidang yang dilaksanakan secara elektronik, dokumen tuntutan pidana, pembelaan,
replik, dan duplik dikirim ke alamat pos-el pengadilan sebelum dibacakan, serta setelah
dibacakan, dokumen itu dikirim ke alamat pos-el penuntut/terdakwa dan/atau penasihat hukum.

 Putusan dan Pemberitahuan Putusan

Pada dasarnya, putusan diucapkan oleh hakim/majelis hakim di sidang yang terbuka untuk
umum dengan dihadiri penuntut dan terdakwa/penasihat hukum, kecuali ditentukan lain oleh
undang-undang.

Namun dalam keadaan tertentu, berdasarkan penetapan hakim/majelis hakim, sidang


pengucapan putusan dapat dilangsungkan secara elektronik.

Jika terdakwa tidak hadir dalam pembacaan putusan, pemberitahuan putusan disampaikan
pengadilan ke terdakwa melalui domisili elektronik berupa pos-el, alamat Whatsapp, atau SMS.
Kemudian, hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan sidang pidana secara
elektronik adalah: Semua peserta sidang harus terlihat di layar monitor dengan terang dan suara
yang jelas.

Panitera/panitera pengganti melaporkan kesiapan persidangan dan memastikan terkoneksinya


dengan peserta sidang kepada hakim/majelis hakim.

Hakim, panitera/panitera pengganti, penuntut, dan penasihat hukum menggunakan atribut


sidang masing-masing.

Setiap dokumen elektronik yang disampaikan penuntut, penasihat hukum, dan terdakwa
harus berbentuk portable document format (PDF).

Anda mungkin juga menyukai