Anda di halaman 1dari 7

Nama : Sarah Magfirah Daud

Nim : 1011418104
Kelas :G
UTS : Praktek Peradilan Pidana dan Praktek Peradilan Perdata

SOAL UTS
(Praktek Peradilan Pidana)
1. Buatlah Analisis tentang Keabsahan/Legalitas terkait pelaksanaan Sidang (PerkaraPidana)
melalui Teleconfrence !
2. Sertakan contoh Real/Konkret persidangan melalui Teleconfrence yang telah diterapkan di
Indonesia dan menuai Keberatan/Penolakan dari pihak yang melaksanakan persidangan,
yaitu Jaksa/Hakim/Penasehat Hukum (pilih saja salah satunya). Buatlah analisis terkait
Keberatan/Penolakan tersebut !
3. Uraikan perbedaan teknis pelaksaaan sidang (Perkara Pidana) yang dilaksanakan secara
langsung di pengadilan dan teknis pelaksanaan sidang melalui Teleconfrence !

JAWABAN

1. Mahkamah Agung dapat mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung (Perma) sebagai


bentuk payung hukum bagi pelaksanaan keterangan saksi melalui teleconference. Selain itu
juga melalui kebijakan hukum materiil, yaitu syarat pelaksanaan penyelenggaraan kesaksian
melalui teleconference yang meliputi: harus memenuhi ketentuan mengenai keterangan saksi
sebagai alat bukti, jenis kejahatan yang dapat menggunakan sarana media teleconference,
tempat pelaksanaan kesaksian diatur secara jelas dan para pihak yang ikut mendampingi
saksi pada waktu teleconference.
-Pertama, pelaksanaan keterangan saksi melalui teleconference supaya sah sebagai alat
bukti dalam proses peradilan pidana, maka ketentuan yang harus dipenuhi adalah keterangan
saksi di muka sidang pengadilan, dengan disumpah terlebih dahulu serta tentang peristiwa
tertentu yang ia dengar, ia lihat dan ia alami sendiri (Nontestimonium de Auditu). Dengan
demikian, supaya tidak menimbulkan pro dan kontra di masa yang akan datang, maka
regulasi mengenai keterangan saksi melalui teleconference sebagai alat bukti dalam perkara
pidana dapat dilakukan dengan menetapkan kebijakan hukum secara formulatif, yaitu
melakukan amandemem KUHAP.
-Kedua, dalam RUU KUHAP, keterangan saksi melalui teleconference diatur dalam
Pasal 180 ayat 2 RUU KUHAP yang menyebutkan bahwa dalam hal saksi tidak dapat
dihadirkan dalam pemeriksaan di sidang pengadilan, keterangan saksi dapat diberikan secara
jarak jauh melalui alat komunikasi audio-visual dengan dihadiri oleh penasihat hukum dan
penuntut umum. Namun sepanjang KUHAP tersebut belum disahkan, maka untuk
mengantisipasinya

Menurut saya :

Terkait pelaksanaan Sidang (PerkaraPidana) melalui Teleconfrence, meskipun di


dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) tidak mengatur acara
persidangan melalui teleconference, namun ada peraturan lain yang mengatur tentang
teleconference sebagaimana Pasal 9 Ayat (3) UU 31/2014 tentang Perubahan Atas UU
13/2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, menyatakan Saksi dan/atau Korban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat pula didengar kesaksiannya secara langsung
melalui sarana elektronik dengan didampingi oleh pejabat yang berwenang. Menurut saya
dengan melalui telecontrence, dalam perkembangan sidang ini terkadang ditemui berbagai
kesulitan untuk menghadirkan saksi di persidangan. Selain mempertimbangan faktor jarak
(jika saksi berada di tempat yang jauh), keamanan saksi dari ancaman pihak-pihak lain yang
tidak mau dia bersaksi, dan juga ada kalanya kendala muncul karena kesehatan saksi yang
terganggu. Maka dari itu keterangan saksi melalui media teleconference dianggap sah
sebagai alat bukti dalam perkara pidana dengan syarat penyelenggaraan kesaksian
teleconference tersebut harus memenuhi ketentuan terkait keterangan saksi sebagai alat bukti
yaitu jenis kejahatannya dapat menggunakan sarana teleconference, pengaturan yang jelas
mengenai tempat pelaksanaan dalam memberikan kesaksian dan adanya kehadiran para
pihak yang ikut mendampingi saksi pada waktu pelaksanaan teleconference.

Salah satu contoh yang kita dapat ambil yaitu selama masa pandemi covid-19 ini
membuat beberapa atau bahkan telah merubah seluruh peraturan atau kebiasaan yang telah
kita lakukan. Wabah covid-19 berdampak pula pada lembaga penegak hukum salahs atunya
adalah menggelar sidang perkara pidana secara daring (online) dengan melalui
teleconference atau videoconference. Dan masih banyak pro dan kontra mengenai
teleconference tersebut. Walaupun demikian putusan dalam persidangan berada pada
putusan hakim. Prinsipnya Hakim tidak boleh terpengaruh dengan keadaan di sekelilingnya
atau tekanan dari siapa pun dalam mengeluarkan putusan. Hakim harus menjauhkan diri dari
keadaan yang dapat memengaruhi mereka di dalam menegakkan keadilan, baik di dalam
pengadilan ataupun di luar pengadilan

Beberapa catatan yang telah saya simpulkan yaitu:

• Advokat senior Luhut MP Pangaribuan mengatakan penggunaan teknologi


teleconference dalam sidang-sidang pengadilan untuk masa depan adalah sebuah
keniscayaan. Namun, dia menilai penerapan sidang perkara pidana secara online secara
tergesa-gesa dapat mengurangi (mengesampingkan) ketentuan hukum acara pidana yang
berlaku, khususnya standar pembuktian.

• Disisi lain ada pihak yang belum bisa menggunakan teknologi informasi dan ketersediaan
jaringan internet di daerah tertentu. Meski sudah ada nota kesepahaman terkait
penggunaan video conference perkara pidana, terutama untuk pemeriksaaan saksi, namun
ketersediaan perangkat elektronik di masing-masing instansi, posisi terdakwa, dan
keberadaan pihak terkait (saksi) belum merata dan memadai.

• Persidangan pidana secara online pada akhirnya dapat mengganggu prinsip fair trial
(peradilan jujur dan adil). Sebab, jika infrastruktur untuk mendukung peradilan online
yang kurang memadai potensial mengurangi keabsahan proses pembuktian.

2. Contoh Penolakan Teleconference yang Terjadi di Indonesia


Tim Baasyir Tetap Tolak "Teleconference"
Tim kuasa hukum terdakwa kasus terorisme Abu Bakar Ba'asyir menyatakan
pihaknya tetap menolak pemeriksaan saksi melalui teleconference. Dalam persidangan
sebelumnya, sejumlah saksi diperiksa jarak jauh atas permintaan mereka dan disetujui
hakim. Salah satu kuasa hukum, Achmad Michdan, menilai, pemeriksaan cara ini tidak
adil bagi kliennya. "Kami sejak awal menginginkan agar prosesnya lebih transparan.
Saksi-saksi dihadapkan ke persidangan. Kalau mereka keberatan dipertemukan dengan
terdakwa (Baasyir), bisa saja terdakwa di luar (ruang sidang) dan saksi diperiksa di ruang
sidang. Kami ingin fairness trial," kata Michdan saat dihubungi Kompas.com, pagi ini.
Dari sisi lokasi, keberadaan saksi yang di antaranya memberikan keterangan di Tahanan
Mako Brimob, dinilainya memberikan tekanan bagi saksi. Salah satu saksi yang sudah
memberikan keterangan melalui teleconference adalah Luthfi Haidaroh alias Ubaid, yang
tengah mendekam di Tahanan Mako Brimob. Ubaid adalah saksi penting yang dapat
menunjukkan dugaan keterlibatan Ba'asyir dalam pelatihan militer kelompok teroris di
Pegunungan Jalin Jantho, Aceh. Berdasarkan keterangan pihak PN Jakarta Selatan,
sejumlah saksi yang juga akan diperiksa dengan cara yang sama adalah Abdul Haris,
Hendro Sultoni, dan Sholehudin. "Kami tetap menolak teleconference. Keputusan tim
kuasa hukum, kami akan kembali berperan aktif kalau penolakan ini diterima. Kesehatan
Ustad juga kami cermati," ujar Michdan. Sebelumnya, majelis hakim memutuskan
menerima permohonan 16 dari 138 saksi dalam perkara terdakwa teroris, Abu Bakar
Ba'asyir, untuk tidak bersaksi di ruang sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Hakim mengizinkan pemeriksaan mereka melalui teleconference. Hal ini diputuskan
setelah jaksa mengajukan permohonan pemeriksaan 16 saksi di luar ruang sidang.

Menurut saya :
Dalam proses persidangan melalui teleconference sejatinya pemeriksaan saksi
melalui teleconference atau videoconference sudah galib dilakukan pengadilan Indonesia.
Sejak pengadilan menyalakan lampu hijau kepada mantan Presiden BJ Habibie untuk
memberikan kesaksian lewat teleconference pada 2002, praktik sejenis kian sering
dipakai. Lebih jauh, simak artikel Pelaksanaan Teleconference Kesaksian Habibie
Merupakan Terobosan Hukum. Praktik ini, meski tak diatur KUHAP, kian lazim
dilakukan. Jadi untuk persidangan melalui teleconference ini selama aturan penggunaan
teleconference dalam sidang harus dengan izin hakim, seharusnya ide ini bisa diterapkan
dengan mudah jika tuntutan sangat kuat, terlebih teleconference ini sudah berkali-kali
diterapkan, sehingga tidak ada alasan hakim menolak teleconference
3. Perbedaan Teknis Pelaksaaan Sidang Yang Dilaksanakan Secara Langsung Di Pengadilan
Dan Teknis Pelaksanaan Sidang Melalui Teleconfrence
 Sistem pembuktian yang berlaku dalam hukum acara pidana, merupakan suatu system
pembuktian didepan pengadilan. Sebelum menjatuhkan suatu pidana, hakim harus
memperhatikan 2 (dua) syarat mutlak yang ditentukan dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana yaitu: alat bukti yang cukup serta sah dan keyakinan hakim. Alat
bukti yang sah dalam hukum acara pidana diatur dalam ketentuan Pasal 184 ayat (1)
KUHAP antara lain: keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan
terdakwa. Sedangkan Pemeriksaan persidangan jarak jauh adalah pemeriksaan yang
dilakukan oleh Majelis Hakim terhadap pemohon dan/atau termohon maupun kuasanya,
saksi dan/atau ahli yang dilakukan secara online dan real time (seketika) dari jarak jauh
melalui teknologi video conferencing dengan menggunakan telepon dan koneksi jaringan,
sehingga memungkinkan masing-masing untuk saling melihat dan berbicara sebagaimana
dalam persidangan secara offline.
 Pada persidangan langsung terbuka untuk umum dan Pemeriksaan Sidang Pengadilan,
Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali pun terbuka untuk umum bertujuan agar semua
persidangan pengadilan jelas, terang dilihat dan diketahui masyarakat. Tidak boleh
persidangan gelap dan bisik-bisik kecuali dalam perkara mengenai kesusilaan atau
terdakwanya anak-anak. Sedangkan sidang melalui teleconfereence, Majelis Hakim
memeriksa perkara melalui sarana videoconference tanpa dihadiri oleh pihak maupun
masyarakat. Namun secara virtual persidangan tersebut dapat diakses seacara langsung
oleh khayalak melalui siaran langsung via internet ( live streaming ).
 Dalam persidangan langsung di pengadilan dihadiri langsung oleh anggota sidang yaitu
Hakim, JPU, Penasihat Hukum, terdakwa dll. Untuk hadir langsung atau mengikuti secara
langsung proses persidangan. Sedangkan dalam persidangan melalui teleconference
terhadap dakwa yang dilakukan penahanan, pemerikasaan dilaksanakan tanpa kehadiran
terdakwa maupun JPU di muka persidangan. Poisis terdakwa berada di Lapas, JPU
berdiam di kantor kejaksaan, sementara Penasihat Hukum bersemayam di ruang
Posbakum di pengadilan setempat, atau lebih singkatnya persidangan dilakukan secara
online sesuai keberadaan masing2 anggota sidang.
SOAL UTS
(Praktek Peradilan Perdata)
Carilah permasalahan (perkara Perdata) yang ada disekitar kalian yang mengandung unsur
keterlibatan pihak Intervensi ( VOEGING, TUSSENKOMST, dan VRIJWARING). Atau carilah
perkara perdata yang telah Inkracgt yang pada penyelesaiannya melibatkan Pihak Intervensi.

JAWABAN

Contoh Kasus Yang Telah Inkracgt (VOEGING)


Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta Nomor 100/Pdt.G/2014/PN.Yyk,
 Dalam pengadilan tersebut diterangkan bahwa Pengadilan, setelah memperhatikan
permohonan Penggugat Intervensi dan tanggapan para Penggugat dan Tergugat terhadap
permohonan itu, menerima permohonan dari pemohon gugatan intervensi untuk
menggabungkan diri pada perkara tersebut sebagai Penggugat Intervensi (hal. 11).
 Dalam kasus tersebut, Penggugat Intervensi adalah kuasa hukum dari Tergugat, sama
seperti para Penggugat asal. Mereka bersengketa dengan Tergugat mengenai
pelunasan fee atas jasa para Penggugat asal dan Penggugat Intervensi, sebagai kuasa
hukum Tergugat dalam suatu perkara. Fee ini belum dibayar Tergugat (hal. 10).
 Dalam tanggapannya, para Penggugat dan Tergugat membenarkan status Penggugat
Intervensi sebagai salah satu kuasa hukum yang dimaksud. Perjanjian pemberian fee  itu
pun memang melibatkan Penggugat Intervensi (hal. 10 – 11).
 Dalam putusannya, Pengadilan menyatakan para Penggugat dan Penggugat Intervensi
berhak atas pemberian fee sebesar Rp6 miliar (hal. 35).
 Pengadilan juga menyatakan para Penggugat dan Penggugat Intervensi menderita
kerugian berupa keuntungan yang hilang sebesar Rp4,32 miliar (hal. 35).
 Maka, Pengadilan menghukum Tergugat untuk membayar kepada Penggugat dan
Penggugat Intervensi sebesar Rp10,32 miliar (hal. 35).
 
Contoh Kasus Yang Telah Inkracgt (TUSSENKOMST)
Putusan Pengadilan Negeri Tabanan Nomor 47/Pdt.G/2018/PN Tab,
 Dalam putusan tersebut tergambar bahwa Pengadilan telah mengabulkan permohonan
gugatan intervensi untuk masuk dalam perkara tersebut sebagai pihak intervensi, karena
gugatan intervensi berhubungan erat dengan gugatan dalam perkara pokok (hal. 57 dan
62).
 Para Penggugat Intervensi membela kepentingannya sendiri, berupa hak untuk
menempati villa-villa yang menjadi objek sengketa (hal. 13 - 20).
 Dalam berkas putusan, Penggugat asal diterangkan melawan Tergugat. Para Penggugat
Intervensi kemudian melawan Penggugat asal (Tergugat Intervensi I) dan Tergugat
(Tergugat Intervensi II) (hal. 1 – 2).

 Contoh Kasus Yang Telah Inkracgt (VRIJWARING)


Putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Nomor 453/PDT/2019/PT DKI,
 Dalam putusan tersebut tergambar bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
telah mengabulkan permohonan vrijwaring Tergugat dan menetapkan PT Asuransi ASEI
Indonesia sebagai Tergugat Vrijwaring (hal. 10).
 Tergugat menarik Tergugat Vrijwaring dan menyatakan Tergugat Vrijwaring wajib
menjamin pembayaran kepada Tergugat atas pencairan garansi bank (hal. 47).

Anda mungkin juga menyukai