Nim : 1011418104
Kelas :G
UTS : Praktek Peradilan Pidana dan Praktek Peradilan Perdata
SOAL UTS
(Praktek Peradilan Pidana)
1. Buatlah Analisis tentang Keabsahan/Legalitas terkait pelaksanaan Sidang (PerkaraPidana)
melalui Teleconfrence !
2. Sertakan contoh Real/Konkret persidangan melalui Teleconfrence yang telah diterapkan di
Indonesia dan menuai Keberatan/Penolakan dari pihak yang melaksanakan persidangan,
yaitu Jaksa/Hakim/Penasehat Hukum (pilih saja salah satunya). Buatlah analisis terkait
Keberatan/Penolakan tersebut !
3. Uraikan perbedaan teknis pelaksaaan sidang (Perkara Pidana) yang dilaksanakan secara
langsung di pengadilan dan teknis pelaksanaan sidang melalui Teleconfrence !
JAWABAN
Menurut saya :
Salah satu contoh yang kita dapat ambil yaitu selama masa pandemi covid-19 ini
membuat beberapa atau bahkan telah merubah seluruh peraturan atau kebiasaan yang telah
kita lakukan. Wabah covid-19 berdampak pula pada lembaga penegak hukum salahs atunya
adalah menggelar sidang perkara pidana secara daring (online) dengan melalui
teleconference atau videoconference. Dan masih banyak pro dan kontra mengenai
teleconference tersebut. Walaupun demikian putusan dalam persidangan berada pada
putusan hakim. Prinsipnya Hakim tidak boleh terpengaruh dengan keadaan di sekelilingnya
atau tekanan dari siapa pun dalam mengeluarkan putusan. Hakim harus menjauhkan diri dari
keadaan yang dapat memengaruhi mereka di dalam menegakkan keadilan, baik di dalam
pengadilan ataupun di luar pengadilan
• Disisi lain ada pihak yang belum bisa menggunakan teknologi informasi dan ketersediaan
jaringan internet di daerah tertentu. Meski sudah ada nota kesepahaman terkait
penggunaan video conference perkara pidana, terutama untuk pemeriksaaan saksi, namun
ketersediaan perangkat elektronik di masing-masing instansi, posisi terdakwa, dan
keberadaan pihak terkait (saksi) belum merata dan memadai.
• Persidangan pidana secara online pada akhirnya dapat mengganggu prinsip fair trial
(peradilan jujur dan adil). Sebab, jika infrastruktur untuk mendukung peradilan online
yang kurang memadai potensial mengurangi keabsahan proses pembuktian.
Menurut saya :
Dalam proses persidangan melalui teleconference sejatinya pemeriksaan saksi
melalui teleconference atau videoconference sudah galib dilakukan pengadilan Indonesia.
Sejak pengadilan menyalakan lampu hijau kepada mantan Presiden BJ Habibie untuk
memberikan kesaksian lewat teleconference pada 2002, praktik sejenis kian sering
dipakai. Lebih jauh, simak artikel Pelaksanaan Teleconference Kesaksian Habibie
Merupakan Terobosan Hukum. Praktik ini, meski tak diatur KUHAP, kian lazim
dilakukan. Jadi untuk persidangan melalui teleconference ini selama aturan penggunaan
teleconference dalam sidang harus dengan izin hakim, seharusnya ide ini bisa diterapkan
dengan mudah jika tuntutan sangat kuat, terlebih teleconference ini sudah berkali-kali
diterapkan, sehingga tidak ada alasan hakim menolak teleconference
3. Perbedaan Teknis Pelaksaaan Sidang Yang Dilaksanakan Secara Langsung Di Pengadilan
Dan Teknis Pelaksanaan Sidang Melalui Teleconfrence
Sistem pembuktian yang berlaku dalam hukum acara pidana, merupakan suatu system
pembuktian didepan pengadilan. Sebelum menjatuhkan suatu pidana, hakim harus
memperhatikan 2 (dua) syarat mutlak yang ditentukan dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana yaitu: alat bukti yang cukup serta sah dan keyakinan hakim. Alat
bukti yang sah dalam hukum acara pidana diatur dalam ketentuan Pasal 184 ayat (1)
KUHAP antara lain: keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan
terdakwa. Sedangkan Pemeriksaan persidangan jarak jauh adalah pemeriksaan yang
dilakukan oleh Majelis Hakim terhadap pemohon dan/atau termohon maupun kuasanya,
saksi dan/atau ahli yang dilakukan secara online dan real time (seketika) dari jarak jauh
melalui teknologi video conferencing dengan menggunakan telepon dan koneksi jaringan,
sehingga memungkinkan masing-masing untuk saling melihat dan berbicara sebagaimana
dalam persidangan secara offline.
Pada persidangan langsung terbuka untuk umum dan Pemeriksaan Sidang Pengadilan,
Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali pun terbuka untuk umum bertujuan agar semua
persidangan pengadilan jelas, terang dilihat dan diketahui masyarakat. Tidak boleh
persidangan gelap dan bisik-bisik kecuali dalam perkara mengenai kesusilaan atau
terdakwanya anak-anak. Sedangkan sidang melalui teleconfereence, Majelis Hakim
memeriksa perkara melalui sarana videoconference tanpa dihadiri oleh pihak maupun
masyarakat. Namun secara virtual persidangan tersebut dapat diakses seacara langsung
oleh khayalak melalui siaran langsung via internet ( live streaming ).
Dalam persidangan langsung di pengadilan dihadiri langsung oleh anggota sidang yaitu
Hakim, JPU, Penasihat Hukum, terdakwa dll. Untuk hadir langsung atau mengikuti secara
langsung proses persidangan. Sedangkan dalam persidangan melalui teleconference
terhadap dakwa yang dilakukan penahanan, pemerikasaan dilaksanakan tanpa kehadiran
terdakwa maupun JPU di muka persidangan. Poisis terdakwa berada di Lapas, JPU
berdiam di kantor kejaksaan, sementara Penasihat Hukum bersemayam di ruang
Posbakum di pengadilan setempat, atau lebih singkatnya persidangan dilakukan secara
online sesuai keberadaan masing2 anggota sidang.
SOAL UTS
(Praktek Peradilan Perdata)
Carilah permasalahan (perkara Perdata) yang ada disekitar kalian yang mengandung unsur
keterlibatan pihak Intervensi ( VOEGING, TUSSENKOMST, dan VRIJWARING). Atau carilah
perkara perdata yang telah Inkracgt yang pada penyelesaiannya melibatkan Pihak Intervensi.
JAWABAN