0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
14 tayangan6 halaman
Dokumen tersebut berisi tentang tugas UTS mata kuliah Perdata dan Pidana yang meliputi contoh kasus, analisis perkara pidana melalui telekonferensi, dan perbedaan teknik pelaksanaan sidang secara langsung dan melalui telekonferensi.
Dokumen tersebut berisi tentang tugas UTS mata kuliah Perdata dan Pidana yang meliputi contoh kasus, analisis perkara pidana melalui telekonferensi, dan perbedaan teknik pelaksanaan sidang secara langsung dan melalui telekonferensi.
Dokumen tersebut berisi tentang tugas UTS mata kuliah Perdata dan Pidana yang meliputi contoh kasus, analisis perkara pidana melalui telekonferensi, dan perbedaan teknik pelaksanaan sidang secara langsung dan melalui telekonferensi.
Latifa pemilik sebuah rumah makan ayam geprek di kota Gorontalo, mengadakan perjanjian bersama Devina bahwa selama Latifa pergi berkuliah s2 di Jawa barat selama 2 tahun rumah makan tersebut di pegang sementara oleh Devina dengan catatan pendapatan rumah makan tersebut akan di bagi hasil. Tiba-tiba rumah makan tersebut akan digusur oleh pak rizak pemilik kos yang ada di depan rumah makan ayam geprek tersebut karena menutup akses jalan menuju kos itu. Karena hal itu Devina merasa dirugikan ia menggugat pak Rizak tersebut ke Pengadilan Negeri Gorontalo. Mendengar berita itu, Latifa kembali ke Gorontalo dan mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri Gorontalo supaya dapat ikut serta dalam perkara tersebut dengan alasan membela hak miliknya atas rumah makan nya tersebut. Dalam hal ini Latifa juga membela kepentingan Devina dan bergabung dengan Devina menghadapi tergugat pak Rizak 2.) Contoh kasus VRIJWARING Sarah memiliki sebuah toko kue, vira sebagai salah satu produsen kue di toko tersebut. Nadia sebagai pembeli, menggunggat toko kue tersebut karena membeli salah satu kue di toko itu dalam keadaan berjamur. Sarah sebagai pemilik toko yang di gugat oleh Nadia memanggil Vira dengan secara paksa untuk bertanggung jawab sebagai pihak ke tiga dalam gugatan tersebut. 3.) Contoh kasus TUSSENKOMST Izul meminjam PS5 milik Hanifal selama 5 hari. Karena percaya dengan kerabatnya, PS5 tersebut diserahkan. Izul meminjam uang kepada Wandi sebanyak Rp 20.000.000 dengan jaminan PS5 . ternyata saat batas waktu yang ditentuka, Izul tidak membayar hutang tersebut. Atas ini Wandi menggugat ke Pengadilan Negeri dengan tuntutan agar Izul membayar ke Wandi dengan permohonan sita jaminan atas PS5 tersebut. Setelah gugatan diperiksa Hanifal mengetahui perkara ini dan karena PS5 tersebut miliknya, maka ia mengajukan permohonan ke Pengadilan Negeri untuk ikut serta dalam perkara yang sedang diperiksa guna membela miliknya atas PS5 tersebut dan ia melawan kedua belah pihak. NAMA: ELFIRA S. YUSUF
KELAS: G/2018
NI M: 1011418026
TUGAS UTS PIDANA:
1.) Analisis Perkara Pidana melalui Teleconfrence
Secara legitimasi persidangan Teleconference adalah quasi court, sifatnya darurat abnormal Sehingga ‘tidak’ dimaknai sebagai persidangan pro justitia murni. Persidangan teleconference adalah quasi court, karena dalam makna hukum acara pidana, hal itu tidak terikat secara ketat atas aturan formal dan materil. Sehingga ada khususnya seperti dalam KUHAP.” Kata Indriyanto di Jakarta, Senin (30/3/2020). Oleh sebab itu, kata akademisi sekaligus pengacara di Indonesia ini, majelis hakim dapat memberikan terobosan terhadap regulasinya. Baik itu yang tidak mengatur atau mengatur maupun yang tidak jelas suatu regulasinya. “Peradilan pro justitia, seperti teleconference ini, memiliki kewenangan yang sama, saat KUHAP tidak mengaturnya,” kata Indriyanto. Indriyanto mengungkapkan bahwa sistem hukum Indonesia memberikan legitimasi kewenangan diskresioner aktif dengan pertimbangan abnormal. “Tidak apa-apa menggunakan sistem teleconference walaupun regulasi tidak mengaturnya Baik dalam bentuk persidangan pro justitia murni maupun Quasi Court seperti halnya untuk kondisi darurat abnormal seperti saat ini,” tandasnya. 2.) Contoh kasus Real/Konkret persidangan melalui Teleconference yang telah diterapkan di Indonesia dan menuai penolakan dari pihak yang melaksanakan persidangan. Saya mengambil contoh Pengadilan Negeri Kota Cirebon sebagai salah satu dari sekian banyak Pengadilan Negeri yang mengadakan persidangan melalui teleconference. Sesuai hasil analisis saya ada beberapa kendala dalam pelaksanaan teleconference di Pengadilan Negeri Kota Cirebon ini yaitu koneksi jaringan dan audio yang kurang sempurna untuk tehnik persidangannya juga mereka akan terhubung dengan jaksa, hakim dan pengacara yang berada diruang sidang menurut mereka sidang secara teleconference ini dapat menekan potensi penyebaran virus corona namun kendala tehnik empiris lah yang menjadi kendala utama dalam persidangan teleconference. 3.) Uraikan perbedaan tehnik pelaksanaan sidang (Perkara Pidana) yang di laksanakan langsung dan tehnik pelaksanaan persidangan melalui Teleconference. -Pelaksanaan sidang perkara pidana secara Teleconference: a. Pembacaan dakwaan dilakukan dengan cara hakim panitera pengganti, penuntut umum dan penasehat hukum terdakwah berada diruangan sidang pengadilan yang menyindangkan perkara tersebut. Terdakwah berada diruangan khusus yang di lengkapi dengan fasilitas teleconference, sehingga pembacaan dakwaan di dengar oleh terdakwah dan dan menentukan sikap ato memberi tanggapan setelah berkomunikasi dengan penasehat hukumnya apakah menunjukan eksepsi ato tidak . b. Pemirikaan saksi-saksi dengan cara saksi di dengar dimuka persidangan yang di dengar oleh terdakwah yang berada di ruangan khusus rumah tahanan negara atau lembaga permasyarakatan. c. Pemeriksaan terdakwah, pembacaan tuntutan pembelaan dan pembacaan putusan di lakukan melalui teleconference. -Pelaksanaan sidang secara langsung: Sidang dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum (kecuali perkara tertentu dinyatakan tertutup untuk umum);
a. Penuntut Umum diperintahkan untuk menghadapkan terdakwa ke
depan persidangan dalam keadaan bebas;
b. Terdakwa diperiksa identitasnyadan ditanya oleh Majelis Hakim
apakah sudah menerima salinan surat dakwaan;
c. Terdakwa ditanya pula oleh Majelis Hakim apakah dalam keadaan
sehat dan siap untuk diperiksa di depan persidangan (apabila menyatakan bersedia dan siap, maka sidang dilanjutkan); d. Terdakwa kemudian ditanyakan apakah akan didampingi oleh Penasihat Hukum (apabila didampingi apakah akan membawa sendiri, apabila tidak membawa/menunjuk sendiri , maka akan ditunjuk Penasehat Hukum oleh Majleis Hakim dalam hal terdakwa diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih (pasal 56 KUHAP ayat (1));
e. Kemudian Majelis Hakim memerintahkan kepada Penuntut Umum
untuk membacakan surat dakwaan;
f. Setelah pembacaan surat dakwaan, terdakwa ditanya apakah telah
mengerti dan akan mengajukan eksepsi.
g. Dalam terdakwa atau melalui Penasehat Hukumnya mengajukan
eksepsi, maka diberi kesempatan untuk penyusunan eksepsi/keberatan dan kemudian Majelis Hakim menunda persidangan.
h. Setelah pembacaan eksepsi terdakwa, dilanjutkan dengan tanggapan
Penuntut Umum atas eksepsi;
i. Selanjutnya Majelis Hakim membacakan putusan sela;
j. Apabila eksepsi ditolak, maka persidangan dilanjutkan dengan acara
pemeriksaan pokok perkara (pembuktian)
k. Pemeriksaan saksi-saksi yang diajukan oleh Penuntut Umum (dimulai
dari saksi korban);
l. Dilanjutkan saksi lainnya;
m. Apabila ada saksi yang meringankan diperiksa pula, saksi ahli
Witness/expert
n. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan terhadap terdakwa;
o. Setelah acara pembuktian dinyatakan selesai, kemudian dilanjutkan dengan acara pembacaan Tuntutan (requisitoir) oleh Penuntut Umum;