Anda di halaman 1dari 6

NAMA: ELFIRA S.

YUSUF
KELAS: G/2018

NIM: 1011418026

TUGAS UTS PERDATA:

1.) Contoh kasus voeging


Latifa pemilik sebuah rumah makan ayam geprek di kota Gorontalo,
mengadakan perjanjian bersama Devina bahwa selama Latifa pergi
berkuliah s2 di Jawa barat selama 2 tahun rumah makan tersebut di pegang
sementara oleh Devina dengan catatan pendapatan rumah makan tersebut
akan di bagi hasil. Tiba-tiba rumah makan tersebut akan digusur oleh pak
rizak pemilik kos yang ada di depan rumah makan ayam geprek tersebut
karena menutup akses jalan menuju kos itu. Karena hal itu Devina merasa
dirugikan ia menggugat pak Rizak tersebut ke Pengadilan Negeri Gorontalo.
Mendengar berita itu, Latifa kembali ke Gorontalo dan mengajukan
permohonan kepada Pengadilan Negeri Gorontalo supaya dapat ikut serta
dalam perkara tersebut dengan alasan membela hak miliknya atas rumah
makan nya tersebut. Dalam hal ini Latifa juga membela kepentingan Devina
dan bergabung dengan Devina menghadapi tergugat pak Rizak
2.) Contoh kasus VRIJWARING
Sarah memiliki sebuah toko kue, vira sebagai salah satu produsen kue di
toko tersebut. Nadia sebagai pembeli, menggunggat toko kue tersebut
karena membeli salah satu kue di toko itu dalam keadaan berjamur. Sarah
sebagai pemilik toko yang di gugat oleh Nadia memanggil Vira dengan
secara paksa untuk bertanggung jawab sebagai pihak ke tiga dalam gugatan
tersebut.
3.) Contoh kasus TUSSENKOMST
Izul meminjam PS5 milik Hanifal selama 5 hari. Karena percaya dengan
kerabatnya, PS5 tersebut diserahkan. Izul meminjam uang kepada Wandi
sebanyak Rp 20.000.000 dengan jaminan PS5 . ternyata saat batas waktu
yang ditentuka, Izul tidak membayar hutang tersebut. Atas ini Wandi
menggugat ke Pengadilan Negeri dengan tuntutan agar Izul membayar ke
Wandi dengan permohonan sita jaminan atas PS5 tersebut. Setelah gugatan
diperiksa Hanifal mengetahui perkara ini dan karena PS5 tersebut miliknya,
maka ia mengajukan permohonan ke Pengadilan Negeri untuk ikut serta
dalam perkara yang sedang diperiksa guna membela miliknya atas PS5
tersebut dan ia melawan kedua belah pihak.
NAMA: ELFIRA S. YUSUF

KELAS: G/2018

NI M: 1011418026

TUGAS UTS PIDANA:

1.) Analisis Perkara Pidana melalui Teleconfrence


Secara legitimasi persidangan Teleconference adalah quasi court, sifatnya
darurat abnormal Sehingga ‘tidak’ dimaknai sebagai persidangan pro justitia
murni. Persidangan teleconference adalah quasi court, karena dalam makna
hukum acara pidana, hal itu tidak terikat secara ketat atas aturan formal dan
materil. Sehingga ada khususnya seperti dalam KUHAP.” Kata Indriyanto di
Jakarta, Senin (30/3/2020).
Oleh sebab itu, kata akademisi sekaligus pengacara di Indonesia ini, majelis
hakim dapat memberikan terobosan terhadap regulasinya. Baik itu yang
tidak mengatur atau mengatur maupun yang tidak jelas suatu regulasinya.
“Peradilan pro justitia, seperti teleconference ini, memiliki kewenangan
yang sama, saat KUHAP tidak mengaturnya,” kata Indriyanto.
Indriyanto mengungkapkan bahwa sistem hukum Indonesia memberikan
legitimasi kewenangan diskresioner aktif dengan pertimbangan abnormal.
“Tidak apa-apa menggunakan sistem teleconference walaupun regulasi tidak
mengaturnya Baik dalam bentuk persidangan pro justitia murni maupun
Quasi Court seperti halnya untuk kondisi darurat abnormal seperti saat ini,”
tandasnya.
2.) Contoh kasus Real/Konkret persidangan melalui Teleconference yang telah
diterapkan di Indonesia dan menuai penolakan dari pihak yang
melaksanakan persidangan.
Saya mengambil contoh Pengadilan Negeri Kota Cirebon sebagai salah satu
dari sekian banyak Pengadilan Negeri yang mengadakan persidangan
melalui teleconference. Sesuai hasil analisis saya ada beberapa kendala
dalam pelaksanaan teleconference di Pengadilan Negeri Kota Cirebon ini
yaitu koneksi jaringan dan audio yang kurang sempurna untuk tehnik
persidangannya juga mereka akan terhubung dengan jaksa, hakim dan
pengacara yang berada diruang sidang menurut mereka sidang secara
teleconference ini dapat menekan potensi penyebaran virus corona namun
kendala tehnik empiris lah yang menjadi kendala utama dalam persidangan
teleconference.
3.) Uraikan perbedaan tehnik pelaksanaan sidang (Perkara Pidana) yang di
laksanakan langsung dan tehnik pelaksanaan persidangan melalui
Teleconference.
-Pelaksanaan sidang perkara pidana secara Teleconference:
a. Pembacaan dakwaan dilakukan dengan cara hakim panitera pengganti,
penuntut umum dan penasehat hukum terdakwah berada diruangan sidang
pengadilan yang menyindangkan perkara tersebut.
Terdakwah berada diruangan khusus yang di lengkapi dengan fasilitas
teleconference, sehingga pembacaan dakwaan di dengar oleh terdakwah dan
dan menentukan sikap ato memberi tanggapan setelah berkomunikasi
dengan penasehat hukumnya apakah menunjukan eksepsi ato tidak .
b. Pemirikaan saksi-saksi dengan cara saksi di dengar dimuka persidangan
yang di dengar oleh terdakwah yang berada di ruangan khusus rumah
tahanan negara atau lembaga permasyarakatan.
c. Pemeriksaan terdakwah, pembacaan tuntutan pembelaan dan pembacaan
putusan di lakukan melalui teleconference.
-Pelaksanaan sidang secara langsung:
Sidang dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum (kecuali perkara tertentu
dinyatakan tertutup untuk umum);

a. Penuntut Umum diperintahkan untuk menghadapkan terdakwa ke


depan persidangan dalam keadaan bebas;

b. Terdakwa diperiksa identitasnyadan ditanya oleh Majelis Hakim


apakah sudah menerima salinan surat dakwaan;

c. Terdakwa ditanya pula oleh Majelis Hakim apakah dalam keadaan


sehat dan siap untuk diperiksa di depan persidangan (apabila
menyatakan bersedia dan siap, maka sidang dilanjutkan);
d. Terdakwa kemudian ditanyakan apakah akan didampingi oleh
Penasihat Hukum (apabila didampingi apakah akan membawa sendiri,
apabila tidak membawa/menunjuk sendiri , maka akan ditunjuk
Penasehat Hukum oleh Majleis Hakim dalam hal terdakwa diancam
dengan pidana penjara lima tahun atau lebih (pasal 56 KUHAP ayat
(1));

e. Kemudian Majelis Hakim memerintahkan kepada Penuntut Umum


untuk membacakan surat dakwaan;

f. Setelah pembacaan surat dakwaan, terdakwa ditanya apakah telah


mengerti dan akan mengajukan eksepsi.

g. Dalam terdakwa atau melalui Penasehat Hukumnya mengajukan


eksepsi, maka diberi kesempatan untuk penyusunan eksepsi/keberatan
dan kemudian Majelis Hakim menunda persidangan.

h. Setelah pembacaan eksepsi terdakwa, dilanjutkan dengan tanggapan


Penuntut Umum atas eksepsi;

i. Selanjutnya Majelis Hakim membacakan putusan sela;

j. Apabila eksepsi ditolak, maka persidangan dilanjutkan dengan acara


pemeriksaan pokok perkara (pembuktian)

k. Pemeriksaan saksi-saksi yang diajukan oleh Penuntut Umum (dimulai


dari saksi korban);

l. Dilanjutkan saksi lainnya;

m. Apabila ada saksi yang meringankan diperiksa pula, saksi ahli


Witness/expert

n. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan terhadap terdakwa;


o. Setelah acara pembuktian dinyatakan selesai, kemudian dilanjutkan
dengan acara pembacaan Tuntutan (requisitoir) oleh Penuntut Umum;

Anda mungkin juga menyukai