Tahap 1 :
Kunjungan pasien/panggillan pasien
Tahap 2 :
Staf medis Fungsional
Tahap 3 :
Staf Fisioterapi Profesional
Tahap 4 :
Pelaksanaan Fisioterapi
C. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
1. Pengertian :
1.1 Diagnosis fisioterapi ialah label yang merangkum berbagai simtom, sindrom,
keterbatasan fungsi, keterbatasan gerak, impermen, atau potensi terjadinya, yang
merefleksikan informasi yang didapat dari pemeriksaan pada diri pasien/klien.
1.2 Prognosis fisioterapi ialah rumusan prediksi perkembangan dari kondisi sehat-sakit
pasien/klien yang mungkin dicapai dalam waktu berikutnya dengan intervensi
fisioterapi.
2. Prosedur : Diagnosis fisioterapi dihasilkan dari proses pemeriksaan, pengukuran dan
evaluasi dengan pertimbangan klinis yang dapat menunjukkan adanya disfungsi gerak,
mencakup adanya gangguan atau kelemahan jaringan tertentu, limitasi fungsi, hambatan
dan sindroma. Diagnosis akan berfungsi dalam menggambarkan keadaan pasien/klien,
menuntun penentuan prognosis dan menuntun penyusunan rencana intervensi.
2.1 Merumuskan adanya sintom dan atau sindrom.
2.2 Merumuskan hambatan memelihara diri, aktifitas hidup harian, kerja/sekolah dan
hobi.
2.3 Merumuskan keterbatasan gerak fungsional.
2.4 Merumuskan keterbatasan gerak komponen tubuh.
2.5 Merumuskan gangguan dan atau kelemahan jaringan.
2.6 Merumuskan/mengidentifikasi adanya patologi seluler.
2.7 Merumuskan/mengidentifikasi adanya patologi biomolekuler.
3. Prognosis fisioterapi dihasilkan dengan cara merumuskan prediksi perkembangan varian
kondisi sehat sakit pasien/klien yang mungkin dicapai dalam waktu berikutnya dengan
intervensi fisioterapi.
4. Referensi
4.1 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1363 Tahun 2001 tentang Registrasi dan
Izin Praktik Fisioterapi.
4.2 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 376 Tahun 2007 tentang Standar Profesi
Fisioterapi
4.3 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 517 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
4.4 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 778 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
4.5 Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit oleh Direktorat Jendral Bina
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun 2008, tertulis adanya Fasilitas
Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit.
4.6 Ketetapan IFI Nomor : TAP/02/KONAS IX/VIII/VIII/2004 tentang Standar Profesi
Fisioterapi Indonesia.
4.7 Dokumen World Confederation for Physical Therapy (WCPT), 2007.
4.8 Guide to Physical Therapist Praktice American Physical Therapy Association, 2001
5.4 Derajat pencapaian tujuan dan harapan yang diantisipasi, dan alas an ketidak
tercapaiannya.
6. Dokumen terkait :
6.1 Lampiran :
6.2 Referensi :
6.2.1 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1363 Tahun 2001 tentang
Registrasi dan Izin Praktik Fisioterapi.
6.2.2 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 376 Tahun 2007 tentang Standar
Profesi Fisioterapi
6.2.3 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 517 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
6.2.4 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 778 Tahun 2008 tentang
Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Sarana Kesehatan.
6.2.5 Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit oleh Direktorat
Jendral Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun 2008,
tertulis adanya Fasilitas Pelayanan Fisioterapi di Rumah Sakit.
6.2.6 Ketetapan IFI Nomor : TAP/02/KONAS IX/VIII/VIII/2004 tentang
Standar Profesi Fisioterapi Indonesia.
6.2.7 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 749a/MENKES/PER/XII/1989
tentang Rekam Medik.
6.2.8 Dokumen World Confederation for Physical Therapy (WCPT), 2007.
6.2.9 Guide to Physical Therapist Praktice American Physical Therapy
Association, 2001