Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan dan kesehatan melalui status kesehatan
hewan nasional untuk mencapai kondisi kesehatan, produksi dan produktivitas hewan dapat
ditingkatkan secara optimal dengan pembentukan Pos Kesehatan Hewan dengan diperkuat
oleh Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Dalam Negeri Nomor
630/Kpts/TN.510/10/93 dan Nomor 88 Tahun 1993. Melalui Permentan No.
64/Permentan/OT.140/9/2007, istilah Pos Kesehatan Hewan (Poskeswan) diubah menjadi
Pusat kesehatan hewan (Puskeswan) dengan tugas melakukan kegiatan pelayanan kesehatan
hewan di wilayah kerjanya dan melakukan konsultasi veteriner di bidang kesehatan hewan.
Disebutkan pula bahwa Puskeswan mempunyai fungsi pelaksanaan penyehatan hewan,
pemberian pelayanan kesehatan masyarakat veteriner, pelaksanaan epidemiologik dan
pelaksanaan informasi veteriner dan kesiagaan darurat wabah serta pemberian pelayanan
jasa veteriner.
Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) sebagai unit pelayanan kesehatan hewan terpadu
memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pelayanan kepada
masyarakat yaitu pelayanan diagnosa penyakit, pengobatan, penanganan masalah reproduksi
dan kesehatan masyarakat veteriner di wilayah. Dengan keberadaan Puskeswan diharapkan
pelayanan dapat berjalan lebih optimal karena keberadaan Puskeswan yang mempunyai
wilayah kerja yang lebih terbatas. Saat ini di Kabupaten Kepulauan Anambas belum
mempunyai Puskeswan, ke depan untuk menunjang pelayanan yang lebih maksimal maka
idealnya perlu dibangun Puskeswan minimal 3 unit Puskeswan yang masing masing melayani
2-3 wilayah Kecamatan.
Keberadaan Puskeswan ini dalam kegiatan secara terperinci melaksanakan kegiatan sebagai
berikut :
Mencermati hal tersebut di atas maka dapat dilihat bahwa kegiatan Puskeswan bersifat
operasional dan teknis di lapangan. Arti penting pembentukan unit layanan yang mendukung
kegiatan operasional Dinas juga telah tertuang dalam pasal 20 Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pembentukan dan Klasifikasi Cabang Dinas
dan Unit. Disebutkan pula dalam pasal 26 bahwa UPT adalah unit pelayanan kerja yang
melaksanakan kegiatan teknis operasional yang bersifat pelaksanaan dari Dinas yang pada
prinsipnya tidak bersifat pembinaan serta tidak berkaitan langsung dengan perumusan dan
penetapan kebijakan daerah.
Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
18 tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 Tentang Karantina Hewan (Lembaran
Negara republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4002);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 95 tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner dan
Kesejahteraan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 214,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5391);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan Penanggulangan
Penyakit Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 130,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5543);
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);
9. Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pengendalian Zoonosis;
Peraturan Menteri Pertanian no. 64/Permentan/OT.140/9/2007 tentang Pedoman
Pelayanan Pusat Kesehatan Hewan;
10. Menteri Pertanian Nomor 04/Permentan/Ot.140/1/2013 tentang Unit Respon Cepat
Penyakit Hewan Menular Strategis;
11. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 61/Permentan/PK.320/12/2015
Tentang Pemberantasan Penyakit Hewan;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pembentukan
dan Klasifikasi Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 451);
13. Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor 7 tahun 2016 Tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas.
Sesuai dengan Peraturan Bupati Kepulauan Anambas Nomor 52 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Daerah, maka
urusan peternakan menjadi urusan Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan yang berada di
Bidang Pertanian Seksi Pengembangan Peternakan. Berdasarkan hal tersebut, maka UPT
Puskeswan Kabupaten Kepulauan Anambas melaksanakan sebagian kegiatan teknis
operasional pelayanan kesehatan hewan pada sub urusan pemerintahan Bidang Pertanian.
Sehubungan dengan fungsi tersebut, maka keberadaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Puskeswan pada Dinas yang membidangi urusan pertanian sub urusan peternakan menjadi
sangat penting terkait dengan misi dan tupoksi yang diembannya.
Di samping fungsinya pelayanan kesehatan hewan diwilayah kerjanya, UPT Puskeswan juga
bertugas untuk melakukan konsultasi veteriner dan penyuluhan dibidang kesehatan hewan
bagi masyarakat. Pelaksanaan Tupoksi UPT tersebut akan lebih efisien dan efektif bila
didukung dengan sarana dan prasarana yang cukup, kelembagaan yang mantap disertai
sistem tata laksana yang memadai serta sumberdaya manusia yang memenuhi standar
keahlian, keterampilan dan kompetensi serta berdedikasi tinggi.
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan Kegiatan teknis operasional yang dilaksanakan UPT
adalah tugas untuk melaksanakan kegiatan teknis yang secara langsung berhubungan dengan
pelayanan masyarakat. Sedangkan teknis penunjang adalah melaksanakan kegiatan untuk
mendukung pelaksanaan tugas organisasi induknya.
Mandat utama UPT Puskeswan Kabupaten Kepulauan Anambas adalah menjalankan fungsi
pelayanan kesehatan hewan untuk melayani kebutuhan masyarakat terkait pelayanan
kesehatan hewan sesuai dengan visi, misi, dan rencana pemerintah daerah.
UPT Puskeswan Kabupaten Kepulauan Anambas memiliki peran dan fungsi strategis sebagai
pemberi pelayanan kesehatan hewan kepada masyarakat dan pelaksanaan penyehatan
hewan.
Untuk lebih jelasnya, pemisahan kegiatan yang dilaksanakan dapat dilihat pada Tabel 2.1 di
bawah ini.
Tabel 2.1 Matriks Tugas dan Fungsi Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan Kabupaten
Kepulauan Anambas Dengan UPT Puskeswan Kabupaten Kepulauan Anambas
2.1.3 Bukan Merupakan Kegiatan Lintas Perangkat Daerah dan Bukan Pembinaan
Kepada Unit Kerja Lain
Penyelenggara urusan pemerintahan Bidang Pertanian pada Dinas Perikanan Pertanian dan
Pangan sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas Nomor 7 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas
Pasal 4 butir d, yaitu:
UPT Puskeswan Kabupaten Kepulauan Anambas bukan merupakan kegiatan lintas perangkat
daerah karena urusan Pertanian sub urusan pengembangan peternakan hanya menjadi
urusan dari Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan.
Tugas dan fungsi dibidang urusan pelayanan kesehatan hewan hanya terdapat pada Dinas
Perikanan Pertanian dan Pangan.
Rincian tugas dari setiap jabatan dalam UPT Puskeswan Kabupaten Kepulauan Anambas
adalah seperti yang diuraikan di bawah ini.
1. Kepala UPT
a) menyusun rencana program kegiatan UPT sebagai bahan penyusunan Rencana
Strategis serta Rencana Kinerja Dinas;
b) melaksanakan koordinasi kegiatan pengelolaan dan pelayanan kesehatan hewan;
c) mengendalian mutu bahan pangan asal hewan;
d) melaksanakan pembinaan teknis peternakan dan kesehatan hewan kepada
masyarakat;
e) melaksanakan pelestarian sumberdaya pangan asal hewan;
f) melaksanakan pengendalian hama dan penyakit hewan;
g) melaksanakan tugas administrasi pelaporan dan perbaikan data statistik peternakan
secara berkala;
h) melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
c) memberikan sosialisasi dan pelayanan umum terkait lalu lintas hewan dan bahan
pangan asal hewan;
d) mengumpulkan data lalu lintas hewan dan bahan pangan asal hewan;
e) melakukan pengawasan kesehatan masyarakat veteriner;
f) melakukan pengawasan pemotongan ternak;
g) melaksanakan tugas kedinasan lain yang diperintahkan oleh atasan baik secara
tertulis maupun lisan.
9. Pramu Kebersihan
a) menyiapkan sarana dan prasarana kebersihan;
b) melaksanakan kebersihan ruangan dan peralatan kantor;
c) melaksanakan kebersihan halaman kantor;
d) merawat sarana dan prasarana kebersihan;
e) melaporkan sarana dan prasarana kebersihan;
f) melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT atau Kepala Sub Bagian Tata
Usaha sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Berkenaan dengan bentuk jasa/layanan yang disediakan bagi masyarakat, UPT Puskeswan
menyediakan layanan kesehatan hewan untuk masyarakat di Kabupaten Kepulauan
Anambas. Untuk mendapatkan pelayanan tersebut, masyarakat dapat langsung menghubungi
UPT.
Kontribusi dan manfaatnya langsung bagi masyarakat adalah terjaminnya kesehatan hewan
dan kesehatan masyarakat veteriner, terjaminnya keamanan pangan bagi masyarakat melalui
penyediaan daging yang aman, sehat, utuh dan halal. Dengan dibentuknya UPT Puskeswan,
sehingga masyarakat akan lebih mudah untuk mendapatkan pelayanan yang mudah untuk
diakses. Pelayanan kepada masyarakat pun akan menjadi dekat, cepat dan murah.
Dalam hal penyelenggaraan pemerintahan, adanya UPT akan membuat pelayanan kesehatan
hewan menjadi lebih efektif. Pemisahan regulator dan operator akan lebih baik karena
pengelolaan urusan dibidang perbenihan berada dalam satu pintu tanggungjawab yang akan
mengurangi fragmentasi keputusan dan kebijakan, menghindari terjadinya konflik
kepentingan, serta memudahkan dalam pelayanan publik.
Dalam konteks tugas pemerintahan, yang dimaksud dengan regulator adalah pihak yang
mengembangkan kebijakan, norma, dan standar, bagi pelaksanaan pelayanan publik.
Regulator kemudian juga melakukan fungsi pengawasan dan pengendalian agar pelaksanaan
pelayanan publik bisa berjalan sesuai koridor yang telah ditetapkan. Operator, di lain pihak,
merupakan pelaksana pelayanan publik yang melakukan perencanaan dan implementasi
kegiatan sesuai arahan dari regulator. Peran regulator dan operator harus tercermin dengan
jelas pada uraian tugas dan fungsi dari masing-masing institusi.
2.3.3 Layanan Yang Diberikan Belum Disediakan Oleh BUMN, BUMD, Swasta atau
penyedia lainnya
Kebutuhan pegawai pada UPT Puskeswan tidak akan menambah pegawai dari luar Dinas
Perikanan Pertanian dan Pangan. Karena jumlah pegawai yang ada pada Dinas Perikanan
Pertanian dan Pangan terutama dari UPT Dinas yang ada di Kecamatan-kecamatan saat ini
sangat memungkinkan untuk mengisi kebutuhan pegawai pada UPT Puskeswan baik dari segi
pangkat, golongan, kualifikasi pendidikan baik PNS maupun Non PNS. Bahkan jika UPT
Kecamatan yang ada saat ini dinonaktifkan, maka akan terdapat kelebihan pegawai pada
Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan terutama Non PNS.
Sumber daya pegawai pada Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan Kabupaten Kepulauan
Anambas terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Tidak Tetap (PTT). Jumlah
Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan tahun 2017 tercatat
sebanyak 81 orang yang tersebar di Kantor Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan dan UPT
Kecamatan. Sementara jumlah pegawai Non PNS (Pegawai Tidak Tetap) pada Dinas
Perikanan Pertanian dan Pangan berjumlah sebanyak 159 orang.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, pembentukan UPT Puskeswan tidak akan menambah
jumlah pegawai baik PNS maupun PTT. Karena jumlah pegawai yang ada pada Dinas
Perikanan Pertanian dan Pangan terutama dari UPT Dinas yang ada di Kecamatan-kecamatan
saat ini sangat memungkinkan untuk mengisi kebutuhan pegawai pada UPT Puskeswan baik
dari segi pangkat, golongan, kualifikasi pendidikan baik PNS maupun Non PNS.
Tabel 2.2 di bawah ini menunjukkan jumlah pegawai pada Dinas Perikanan Pertanian dan
Pangan sebagai dinas yang mengusulkan pembentukan UPT Puskeswan.
Tabel 2.3 di bawah ini menunjukkan jumlah pegawai pada Dinas Perikanan Pertanian dan
Pangan dan yang tersebar pada UPT Kecamatan-kecamatan dan
Tabel 2.4 menunjukkan tingkat pendidikan Pegawai Tidak Tetap (PTT) pada Dinas Perikanan
Pertanian dan Pangan.
PNS
NO UNIT KERJA Gol IV Gol III Gol II PTT JUMLAH
1. Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan 6 34 4 45 89
2. UPT DPPP Kec. Siantan - 1 - 12 13
3. UPT DPPP Kec. Siantan Timur - 2 - 8 10
4. UPT DPPP Kec. Siantan Tengah - 1 3 11 15
5. UPT DPPP Kec. Siantan Selatan - 3 1 9 13
6. UPT DPPP Kec. Jemaja - 2 5 32 39
7. UPT DPPP Kec. Jemaja Timur - 4 3 19 26
8. UPT DPPP Kec. Palmatak - 3 9 23 35
JUMLAH 6 50 25 159 240
Sumber : Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan , Desember 2017
Jumlah pegawai Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan yang ada pada 7 UPT Kecamatan
adalah sebanyak 151 orang yang terdiri dari 37 PNS dan 114 PTT. Dalam hal untuk mengisi
kebutuhan pegawai pada UPT Perbenihan yang akan dibentuk, diambil dari pegawai UPT
yang ada saat ini. Jumlah kebutuhan pegawai pada UPT Puskeswan diperkirakan sebanyak 12
orang. Dengan demikian terdapat kelebihan jumlah pegawai yang ada pada saat ini terutama
kelebihan jumlah PTT. Jika terdapat kekurangan PNS yang sesuai kualifikasi untuk mengisi
kebutuhan pegawai pada UPT Puskeswan, kekurangan tersebut bisa diambil dari PTT yang
memenuhi kualifikasi pendidikan untuk mendukung operasional UPT Puskeswan.
Selanjutnya kelebihan jumlah pegawai tersebut diserahkan pada Badan Kepegawaian dan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Kabupaten Kepulauan Anambas untuk menempatkan
kelebihan pegawai pada Dinas/Badan/Kantor atau Kecamatan dilingkungan Pemerintah
Kabupaten Kepulauan Anambas yang masih kekurangan pegawai atau membutuhkan
pegawai.
2.4.3 Belanja Pegawai dan Biaya Operasional Kantor Tidak Mengurangi Belanja
Publik
Sumber dana untuk pembiayaan dapat berasal dari APBD Kabupaten Kepulauan Anambas
dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Beroperasinya UPT Puskeswan tidak akan menambah belanja pegawai maupun biaya
operasional kantor pada Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan. Biaya operasional 7 (tujuh)
UPT Kecamatan yang ada saat ini adalah Rp. 529.300.000,-. Sementara UPT Kecamatan
tersebut nantinya tidak akan beroperasi sehingga untuk biaya operasional kantor UPT
Puskeswan bisa diambil dari biaya operasional UPT Kecamatan tersebut.
Biaya operasional yang dibutuhkan untuk beroperasinya UPT Puskeswan hanya untuk biaya
operasional pelayanan kesehatan hewan. Namun penambahan tersebut masih jauh dari yang
dipersyaratkan dalam kelayakan pembentukan UPT. [[
2.4.4 Tersedia Sarana dan Prasarana Kerja Berupa Kantor dan Perlengkapannya
Sarana dan prasarana untuk mendukung operasional UPT Puskeswan terutama gedung
kantor untuk sementara adalah dengan menggunakan gedung kantor UPT Kecamatan
Palmatak yang terletak di Desa Candi Kecamatan Palmatak. Untuk sarana pendukung
operasional kantor juga bisa menggunakan sarana dan prasarana kantor UPT Kecamatan
Palmatak yang tersedia saat ini.
Pada Tahun Anggaran 2017 telah dimulai perencanaan pembangunan UPT Puskeswan
Kecamatan Palmatak dengan tahap penyusunan DED. Sedangkan kegiatan pembebasan lahan
dan pembangunan gedung dan sarana prasarananya akan dilaksanakan pada Tahun
Anggaran 2018.
Selanjutnya sarana dan prasarana yang sudah tersedia untuk mendukung operasional UPT
Puskeswan dan daftar sarana yang sudah tersedia dan dibutuhkan untuk operasional
pelayanan kesehatan hewan dapat dilihat pada Lampiran.
2.6 JABATAN TEKNIS YANG TERSEDIA SESUAI TUGAS DAN FUNGSI UPT
Urusan Peternakan dan pelayanan kesehatan hewan pada Dinas Perikanan Pertanian dan
Pangan Kabupaten Kabupaten Kepulauan Anambas berada pada Bidang Pertanian Seksi
Pengembangan Peternakan. Untuk saat ini memang belum tersedia jabatan teknis atau
jabatan fungsional tertentu yang akan ditempatkan pada UPT Puskeswan. Namun pegawai
Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan dan UPT Kecamatan yang ada pada saat ini baik PNS
maupun PTT sangat memungkinkan untuk ditempatkan pada jabatan teknis atau jabatan
fungsional tertentu yang dibutuhkan. Pada Dinas Perikanan tersedia sumberdaya pegawai
yang mempunyai latar belakang pendidikan Kedokteran Hewan dan Peternakan, seperti
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.5 Data Pegawai Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan yang Latar Belakang
Pendidikan Kedokteran Hewan dan Peternakan
Pegawai tersebut diatas terutama PNS, nantinya bisa mengisi kebutuhan jabatan teknis atau
jabatan fungsional tertentu. Selain hal tersebut, staf pada Dinas Perikanan Pertanian dan
Pangan Kabupaten Kepulauan Anambas sebagian sudah pernah melaksanakan dan mengikuti
pelatihan petugas Inseminasi Buatan (IB) dan Pemeriksaan Kebuntingan (PKB) yang
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Adapun staf
yang telah mengikuti pelatihan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.6 Data Pegawai Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan yang Mengikuti
Pelatihan Inseminasi Buatan (IB) dan Pemeriksaan Kebuntingan (PKB)
Dari 2 (dua) tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pegawai pada Dinas Perikanan Pertanian
dan Pangan baik PNS maupun PTT sudah tersedia untuk mengisi kebutuhan pegawai pada
UPT Puskeswan baik dari segi kualifikasi pendidikan maupun kemampuan teknis yang
dimiliki.
3.1 PENGERTIAN
Analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang
digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu,
atau dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan berapa jumlah
personalia dan berapa jumlah tanggung jawab atau beban kerja yang tepat dilimpahkan
kepada seorang petugas.
Analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan berapa jumlah pegawai yang dibutuhkan
untuk merampungkan suatu pekerjaan dan berapa jumlah tanggung jawab atau beban kerja
yang dapat dilimpahkan kepada seorang pegawai, atau dapat pula dikemukakan bahwa
analisis beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang
digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan beban kerja dalam waktu tertentu.
Dengan cara membagi isi pekerjaan yang mesti diselesaikan oleh hasil kerja rata-rata satu
orang, maka akan memperoleh waktu yang dibutuhkan untuk merampungkan pekerjaan
tersebut. Atau akan memperoleh jumlah pegawai yang dibutuhkan melalui jumlah jam kerja
setiap pegawai tersebut.
Perencanaan kebutuhan pegawai suatu instansi mutlak diperlukan dalam rangka memenuhi
kebutuhan pegawai yang tepat baik jumlah dan waktu, maupun kualitas. Melalui studi
analisis beban kerja yang dilakukan akan dapat memberikan gambaran pegawai yang
dibutuhkan baik kuantitatif maupun kualitatif yang dirinci menurut jabatan dan unit kerja.
1. Kepala UPT
a) menyusun rencana program kegiatan UPT sebagai bahan penyusunan Rencana
Strategis serta Rencana Kinerja Dinas;
b) melaksanakan koordinasi kegiatan pengelolaan dan pelayanan kesehatan hewan;
c) mengendalian mutu bahan pangan asal hewan;
d) melaksanakan pembinaan teknis peternakan dan kesehatan hewan kepada
masyarakat;
e) melaksanakan pelestarian sumberdaya pangan asal hewan;
f) melaksanakan pengendalian hama dan penyakit hewan;
g) melaksanakan tugas administrasi pelaporan dan perbaikan data statistik peternakan
secara berkala;
h) melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
9. Pramu Kebersihan
a) menyiapkan sarana dan prasarana kebersihan;
b) melaksanakan kebersihan ruangan dan peralatan kantor;
c) melaksanakan kebersihan halaman kantor;
d) merawat sarana dan prasarana kebersihan;
e) melaporkan sarana dan prasarana kebersihan;
f) melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPT atau Kepala Sub Bagian Tata
Usaha sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Teknik perhitungan yang digunakan adalah teknik perhitungan yang bersifat “praktis
empiris”, yaitu perhitungan yang didasarkan pada pengalaman-pengalaman basis
pelaksanaan kerja masa lalu, sesuai judgement disana-sini dalam pengukuran kerja dilakukan
berdasarkan sifat beban kerja pada masing-masing jabatan, mencakup Pengukuran kerja
untuk beban kerja abstrak.
Untuk mengukur beban kerja abstrak diperlukan beberapa informasi antara lain :
Untuk mengukur beban kerja konkret diperlukan beberapa informasi antara lain :
Berkaitan dengan alat ukur dan oleh karena instansi pemerintah merupakan instansi non
profit, hal yang dapat dipergunakan sebagai alat ukur adalah “jam kerja” yang harus di isi
dengan kerja untuk menghasilkan berbagai produk baik bersifat konkret maupun abstrak
(benda atau jasa).
Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 Tahun 2011 tentang
Pedoman Umum Penyusunan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil, ditetapkan jam kerja efektif
terdiri dari jumlah jam kerja formal dikurangi dengan waktu kerja yang hilang karena tidak
bekerja seperti melepas lelah, istirahat makan dan sebagainya. Dalam menghitung jam kerja
efektif digunakan ukuran sebagai berikut :
Setiap unit kerja mempunyai hasil kerja yang berbeda satu sama lain baik jenis maupun
satuannya, sehingga agar dapat diukur dengan alat ukur jam kerja efektif, semua
produk/hasil kerja tersebut harus dikonfirmasikan sehingga memiliki satu kesatuan.
Untuk dapat menjadikan hal tersebut, setiap volume kerja yang berbeda antara unit kerja
adalah merupakan variable tidak tetap dalam pelaksanaan analisis beban kerja dalam arti
volume kerja setiap waktu dapat berubah, sedangkan waktu yang dipergunakan untuk
menghasilkan/menyelesaikan produk tersebut (yang selanjutnya akan disebut norma waktu)
relatif tetap, dan selanjutnya akan menjadi variabel tetap dalam pelaksanaan analisis beban
kerja. Berdasarkan definisi yang telah diuraikan dimuka, disebutkan bahwa beban/bobot
kerja merupakan hasil kali volume kerja dengan norma waktu.
Volume kerja setiap unit kerja dapat diketahui berdasarkan dokumentasi hasil kerja yang
ada, sedangkan norma waktu perlu ditetapkan dalam standar norma waktu baku, yang akan
dijadikan faktor tetap dalam setiap melakukan analisis beban kerja, dengan asumsi-asumsi
tidak terdapat perubahan yang menyebabkan norma waktu tersebut berubah. . Hasil analisa
beban kerja UPT Puskeswan Kabupaten Kepulauan Anambas dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini:.
Tabel 3.5 Analisis Beban Kerja Pengawal Penyakit dan Pengendali Penyakit Hewan
UPT Puskeswan
Waktu Jam Kerja
Satuan Beban Jumlah
No Uraian Tugas Penyelesaian Efektif Per
Hasil Kerja Kerja Pegawai
(menit) tahun
1 2 3 4 5 6 7
1 menyiapkan bahan konsep Kegiatan 1,500 72,000 1 0.021
penetapan kebijakan
pencegahan dan
pemberantasan penyakit
hewan
2 memberikan pelayanan Kegiatan 90 72,000 240 0.300
umum dan pelayanan
teknis peternakan
3 melakukan kegiatan Kegiatan 120 72,000 240 0.400
pengamatan dan
penyelidikan penyakit
hewan
4 melakukan kegiatan Kegiatan 60 72,000 48 0.040
pencegahan dan
pemberantasan hama dan
penyakit hewan
5 melakukan kegiatan Kegiatan 60 72,000 240 0.200
sosialisasi tentang
kesehatan hewan dan tata
cara pencegahan penyakit
hewan kepada masyarakat
6 melakukan monitoring, Kegiatan 120 72,000 240 0.400
evaluasi, dan pelaporan
kesehatan hewan
7 melaksanakan tugas Laporan 60 72,000 12 0.010
kedinasan lain yang
diberikan atasan baik lisan
maupun tertulis
JUMLAH 1.37
PEMBULATAN 1
Tabel 3.6 Analisis Beban Kerja Pengawas Lalu Lintas Hewan dan Wilayah Karantina Hewan
UPT Puskeswan
Tabel 3.7 Analisis Beban Kerja Pengelola Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masy. Veteriner
UPT Puskeswan
Tabel 3.8 Analisis Beban Kerja Pengelola Kesehatan Ternak Besar, Kecil dan Unggas
UPT Puskeswan
Waktu Jam Kerja Beban
Satuan Jumlah
No Uraian Tugas Penyelesaian Efektif Per
Hasil Kerja Kerja Pegawai
(menit) tahun
1 2 3 4 5 6 7
1 mengumpulkan bahan Kegiatan 1,500 1 0.021
penyusunan rencana 72,000
kegiatan pengelola
kesehatan ternak besar,
kecil dan unggas
2 membuat Dokumen- Dokumen 60 5 0.004
Dokumen terkait 72,000
pengelolaan kesehatan
ternak besar, kecil dan
unggas
3 memberikan sosialisasi dan Kegiatan 120 240 0.400
pelayanan umum terkait 72,000
kesehatan ternak besar,
kecil dan unggas
4 mengumpulkan data terkait Kegiatan 120 24 0.040
ternak besar, kecil dan 72,000
unggas
5 melakukan kegiatan Kegiatan 120 240 0.400
pengelolaan kesehatan 72,000
ternak besar, kecil dan
unggas
6 melakukan monitoring, Laporan 60 48 0.040
evaluasi dan pelaporan 72,000
7 melaksanakan tugas Laporan 60 12 0.010
kedinasan lain yang 72,000
diperintahkan oleh atasan
baik secara tertulis maupun
lisan
JUMLAH 0.915
PEMBULATAN 1
Berdasarkan hasil analisa beban kerja, didapatkan kebutuhan pegawai dari masing-masing
posisi penugasan atau jabatan yang tersedia adalah seperti yang dapat dilihat pada
Tabel 3.11 di bawah ini.
Berdasarkan pada pasal 24 Permendagri Nomor 12 Tahun 2017, klasifikasi UPT ditetapkan
menurut lingkup tugas dan fungsinya serta jumlah beban kerja. UPT Puskeswan Kabupaten
Kepulauan Anambas yang akan dilaksanakan operasionalnya memiliki lingkup tugas
mencakup lebih dari 1 (satu) Kecamatan di wilayah Kabupaten Kepulauan Anambas yaitu
Kecamatan Palmatak, Kecamatan Siantan Tengah, Kecamatan Siantan Utara dan Kecamatan
Kute Siantan dan beban kerja lebih dari 10.000 jam kerja efektif per tahun. Dengan data
tersebut, maka UPT Puskeswan Kabupaten Kepulauan Anambas bisa dimasukkan ke dalam
Kelas A dengan susunan organisasi terdiri dari:
a) Kepala UPT (Ess IV.a/Pengawas)
b) Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Ess IV.b/Pengawas)
c) Kelompok Jabatan Fungsional.
Kecamatan Palmatak sudah dimulai pada Tahun Anggaran 2017 dengan tahap
penyusunan DED. Pembebasan lahan, pembangunan gedung beserta sarana dan
prasarananya akan dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2018.
2. UPT Puskeswan Kecamatan Siantan yang berlokasi di Desa Temburun. Cakupan wilayah
kerjanya meliputi Kecamatan Siantan, Kecamatan Siantan Timur dan Kecamatan Siantan
Selatan. Perencanaan pembangunan UPT Puskeswan Kecamatan Palmatak sudah
dimulai pada Tahun Anggaran 2017 dengan tahap penyusunan DED.
3. UPT Puskeswan Kecamatan Jemaja Timur yang berlokasi di Desa Bukit Padi. Cakupan
wilayah kerjanya meliputi Kecamatan Jemaja, Kecamatan Jemaja Timur dan Kecamatan
Jemaja Barat. Sarana bangunan fisik sudah tersedia yang dibangun melalui APBD
Provinsi Kepulauan Riau. Namun bangunan tersebut masih terdapat permasalahan
dengan penyedia/kontraktor pelaksana sehingga belum diserahterimakan dengan
Kabupaten Kepulauan Anambas.
Untuk tahap awal, UPT Puskeswan yang akan dilaksanakan operasionalnya pada tahun 2018
adalah UPT PUskeswan Kecamatan Palmatak. Mengingat bangunan gedung dan sarana
prasaranya baru akan dibangun pada Tahun Anggaran 2018, untuk sementara operasional
UPT Puskeswan bisa menggunakan gedung UPT Kecamatan Palmatak yang terletak di Desa
Candi Kecamatan Palmatak.
4.1 PENGERTIAN
Belanja pegawai merupakan belanja yang digunakan untuk membiayai kompensasi dalam
bentuk uang atau barang yang diberikan kepada aparatur negara, baik yang masih aktif
maupun yang telah purnatugas, sebagai imbalan dan penghargaan atas pekerjaan yang
telah dilaksanakan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah:
Belanja pegawai pada belanja tidak langsung merupakan belanja kompensasi, dalam
bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai
negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Belanja pegawai pada belanja langsung adalah untuk pengeluaran honorarium/upah
dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah.
Analisis rasio belanja pegawai dilakukan untuk memastikan dengan membentuk UPT tidak
akan menambah atau memperberat beban keuangan daerah.
Tujuan penghitungan rasio Belanja Pegawai terhadap total Belanja dinas induk adalah untuk
mengetahui proporsi Belanja Pegawai terhadap total Belanja dinas induk. Data Belanja
Pegawai di sini adalah penjumlahan dari Belanja Pegawai langsung dan Belanja Pegawai tidak
langsung. Rasio ini menggambarkan bahwa semakin tinggi angka rasionya maka semakin
besar proporsi APBD yang Analisa Belanja dinas dialokasikan untuk Belanja Pegawai. Begitu
pula sebaliknya, semakin kecil angka rasio Belanja Pegawai maka semakin kecil proporsi
APBD yang dialokasikan untuk Belanja Pegawai APBD.
Tabel 4.1 Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan
Tahun Anggaran 2017
Dengan menggunakan rumus di atas maka didapatkan rasio belanja pegawai dinas induk UPT
Puskeswan adalah seperti yang terlihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2 Rasio Belanja Pegawai Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan Tahun Anggaran 2017
Rasio belanja pegawai setelah dibentuk UPT, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.3 Rasio Belanja Pegawai Setelah dibentuk UPT
Jumlah (Rp)
Dari hasil analisis rasio diatas diperoleh bahwa rasio belanja pegawai sebelum pembentukan
UPT dan setelah pembentukan UPT adalah tetap tidak terdapat perubahan yaitu sebesar
61 %. Idealnya, penambahan biaya belanja pegawai dalam pembentukan UPT adalah sebesar
0,5 %, akan tetapi pembentukan UPT Puskeswan pada Dinas Perikanan Pertanian dan
Pangan berada dibawah angka yang dipersyaratkan yaitu 0 %. Hal ini dikarenakan bahwa
sebelum dibentuk UPT Puskeswan, Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan sudah memiliki
UPT existing sebanyak 7 (tujuh) UPT pada 7 (tujuh) Kecamatan. Bahkan apabila UPT existing
dinonaktifkan atau tidak beroperasional lagi dan dibentuk UPT Puskeswan, maka akan
terjadi pengurangan kebutuhan pegawai pada Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan dan
pada akhirnya juga akan mengurangi belanja pegawai dan rasio belanja pegawai pada Dinas
Perikanan Pertanian dan Pangan akan mengalami penurunan.
Berdasarkan analisis beban kerja, kebutuhan pegawai untuk 1 (satu) UPT Puskeswan adalah
sebanyak 12 orang orang yang teridiri dari 2 orang PNS pejabat pengawas (Esselon IV) dan
10 orang staf pelaksana PNS maupun Non PNS, dengan Total Belanja Pegawai per tahun
diperkirakan kurang lebih sebesar Rp. 933.242.000,-. Rasio Belanja Pegawai UPT Puskeswan
dibandingkan Belanja Pegawai Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan secara keseluruhan
adalah 6.97 %.
Kesimpulan pemenuhan dari setiap kriteria pembentukan UPT adalah sebagai berikut:
NO KRITERIA PEMENUHAN
1 Melaksanakan kegiatan teknis UPT melaksanakan sebagian tugas teknis operasional
operasional atau kegiatan teknis dari Dinas Perikanan Pertanian dan Pangan yang
penunjang tertentu melaksanakan sub urusan pelayanan kesehatan
hewan, kesehatan reproduksi ternak serta pelayanan
teknologi peternakan.
2 Penyedian barang atau jasa yang UPT melaksanakan pelayanan kesehatan hewan dan
diperlukan masyarakat atau pelayanan teknologi peternakan.
perangkat daerah lain