TESIS
OLEH
LUSIANA
147017198 /AKT
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
TESIS
OLEH
LUSIANA
147017198 /Akt
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
(Dr. Erwin Abubakar, MBA, Ak, CA) (Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, CA)
Ketua Anggota
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini yang berjudul “Pengaruh
Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan dengan
Struktur Modal Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di BEI”disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister
pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara
adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Lusiana
The objective of the research was to examine and analyze the influence of
good corporate governance with the indicators of institutional ownership,
managerial ownership, audit committee, independency of board of commissioners,
and independency of board of directors partially and simultaneously on financial
performance in manufacture companies listed in BEI (Indonesia Stock Exchange)
and whether capital structure was able to moderate the correlation of the variables
of good corporate governance with the indicators of institutional ownership,
managerial ownership, audit committee, independency of board of commissioners,
and independency of board of directors with financial performance in manufacture
companies listed in BEI. The population was 143 manufacture companies listed in
BEI, and 20 of them were used as the samples, taken by using purposive sampling
technique. The data were analyzed by using multiple linear regression analysis and
residual test. The result of the first hypothesis test showed that, partially, institutional
ownership and managerial ownership had significant influence on financial
performance. Simultaneously, the variables of institutional ownership, managerial
ownership, audit committee, independency of board of commissioners, and
independency of board of directors influenced financial performance. The result of
the second hypothesis showed that capital structure did not moderate the correlation
of the variables of institutional ownership, managerial ownership, audit committee,
independency of board of commissioners, and independency of board of directors
with financial performance in manufacture companies listed in BEI.
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan berkah-Nya, sehingga penelitian yang berjudul“Pengaruh Penerapan Good
Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Struktur Modal
Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
BEI”dapat selesai. Penelitian ini merupakansalah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Bapak Prof Dr. Ramli, SE, MS, selakuDekanFakultasEkonomidan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade FatmaLubis, MAFIS, MBA, CPA, CA, selakuKetua Program
Studi Magister AkuntansiFakultas Ekonomi dan BisnisUniversitasSumatera
Utarasekaligus dosen pembanding yang telah memberikan kritikan, saran dan
masukan kepada penulis sehingga mampu menghasilkan tesis yang lebih baik.
4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, CA selaku sekretaris Program Studi
Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
sekaligus dosen pembanding yang telah memberikan kritikan, saran dan
masukan kepada penulis sehingga mampu menghasilkan tesis yang lebih baik.
5. Bapak Dr. Erwin Abu bakar, MBA, Ak, CA sebagai Ketua Komisi pembimbing
yang telah banyak memberikanwaktubimbingandan saran serta masukan kepada
penulis dalam menyusun tesis.
6. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, CA selaku anggota pembimbing yang telah
banyak membimbing dan memberi saran
dalammenyelesaikanpenyusunantesisini.
7. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, CA selakudosenpembanding yang
telahmemberikankritikan, saran dan masukan kepada penulis sehingga mampu
menghasilkan tesis yang lebih baik.
Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kelemahan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis membuka hati dan pikiran jernih untuk
menerima masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menjadikan tesis ini lebih baik lagi dan bermanfaat.
Lusiana
DATA PRIBADI
Nama : Lusiana
Alamat : Desa Kumbang Indah Blok E No 2-3, Kutacane
Tempat/tgl. Lahir : Kutacane/05 Juni 1989
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum menikah
Nama Ayah : Ir. Syahrudin Hadi Selian
Nama Ibu : Erliyanna Br. Ginting M.Km
RIWAYAT PENDIDIKAN
RIWAYAT PEKERJAAN
ABSTRAK .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
DAFTAR TABEL ...................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian……………………………. 1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………. 13
1.3. Tujuan Penelitian……………………………………... 14
1.4. Manfaat Penelitian……………………………………. 14
1.5. Originalitas…………………………………………… 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………… 16
2.1. Landasan Teori……………………………………….. 16
2.1.1. Teori keagenan ……………………………….. 16
2.1.2. Kinerja Keuangan …………………………….. 17
2.1.2.1. Defenisi Kinerja Keuangan……… 18
2.1.2.2. Manfaat Penilaian Kinerja…….... 18
2.1.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Keuangan ..............................………….... 19
2.1.3 Good Corporate Governance……………….. 22
2.1.3.1 Kepemilikan Institusi..................... 27
2.1.3.2 Kepemilikan Manajerial................. 28
2.1.3.3 Komite Audit..........................….. 30
2.1.3.4 Independensi Dewan Komisaris..... 31
2.1.3.5 Independensi Dewan Direksi......... 34
2.1.4 Struktur Modal…………………………….... 34
2.1.4.1 Jenis-jenis Modal…………………… 37
2.1.4.2. Teori Struktur Modal…………… 38
2.2 Review Peneliti Terdahulu……………………… 41
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS…………. 50
3.1. Kerangka Konsep……………………………….. 50
3.2. Hipotesis…………………………………………. 52
BAB IV METODE PENELITIAN……………………………. 56
4.1. Jenis Penelitian……………………………………. 56
4.2. Lokasi Penelitian………………………………….. 56
4.3. Populasi dan Sampel……………………………..... 57
4.4. Metode Pengumpulan Data……………………… 57
4.5. Jenis dan Sumber Data………………………….. 58
4.6. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel Penelitian
……………………………………………………. 59
4.7. Teknik Analisis Data…………………………….. 63
4.7.1. Statistik Deskriptif ...................................... 63
4.7.2 Uji Asumsi Klasik ....................................... 63
4.7.2.1 Uji Normalitas ................................ 63
4.7.2.2 Uji Multikolinearitas ....................... 63
PENDAHULUAN
memperluas kegiatan usahanya. Dana tersebut dapat di peroleh baik dari pihak
internal, yaitu pihak dari perusahaan itu sendiri, maupun pihak eksternal yaitu
bagi calon investor untuk mengetahui kondisi kenerja keuangan tersebut. Kinerja
keuangan suatu perusahaan pada hakikatnya merupakan salah satu aspek yang tak
akan habis untuk dibahas. Kinerja sebagai gambaran pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan
visi organisasi. Kinerja keuangan yang baik merupakan salah satu faktor untuk
Houston,2006).
Media yang dapat digunakan untuk melihat kinerja keuangan perusahaan adalah
laporan keuangan dengan melakukan analisis laporan keuangan yang bertujuan untuk
namun dapat juga dipakai sebagai sistem peringatan awal (early warning system)
untuk mengetahui posisi perusahaan ditengah perusahaan lain dan bermanfaat bagi
itu, rasio keuangan banyak digunakan oleh berbagai penelitian karena rasio keuangan
terbukti berperan penting dalam evaluasi kinerja keuangan dan dapat digunakan
untuk memprediksi kelangsungan usaha baik yang sehat maupun yang tidak sehat
(Chen, 1981 dalam Gamayuni, 2006). Oleh karena itu dalam menganalisa dan
menilai kondisi keuangan, faktor utama yang pada umumnya mendapat perhatian
khusus oleh para investor atau para pemakai laporan keuangan adalah likuiditas,
Menurut Arifin (2005) dalam tulisannya yang disampaikan pada sidang Senat
Guru Besar Universitas Diponegoro tahun 2005, disebutkan bahwa Good Corporate
Governance (GCG) merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi pemakai laporan
Selanjutnya Arifin (2005) menyatakan bahwa GCG merupakan hal yang sangat
perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder.
Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang
secara akurat, tepat waktu, dan transparans terhadap semua informasi kinerja
bentuk lain penegakan etika bisnis dan etika kerja yang sudah lama menjadi
untuk mampu menyediakan sarana dan sistem penilaian yang dapat mendorong
persaingan ke arah peningkatan efisiensi dan daya saing. Sehubungan dengan itu,
informasi keuangan sangat bermanfaat bagi para investor yang akan menanamkan
modalnya disuatu perusahaan untuk menilai sejauh mana keberhasilan yang telah
dicapai dan membuat prediksi dari informasi yang diperolehnya. Dalam investasi
yang akan dilakukan oleh para investor, maka perlu suatu perencanaan yang matang
dengan melakukan usaha penilaian terhadap kinerja keuangan dimana mereka akan
menanamkan investasinya.
terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan. Pihak-pihak utama dalam tata kelola
Untuk menciptakan situasi perekonomian yang baik bagi semua pihak, GCG
berkembang diberbagai perusahaan baik yang sifatnya publik maupun swasta. Forum
menangani mengenai masalah ini. Secara logika, perusahaan yang baik harus
mempunyai sistem pengendalian yang baik, jika itu dilakukan maka disinilah
perlunya GCG dalam mewujudkan semua itu, namun kenyataannya penerapan GCG
dalam perusahaan khususnya di Indonesia masih relatif rendah, maka tidak heran jika
(Willyz,2010).
Hal ini didukung dari survey yang dilakukan oleh Asian Corporate Governance
Association (ACGA) menghasilakan bahwa 11 negara yang ada di Asia untuk dapat
mendapatkan nilai 80%. Hal ini terlihat bahwa negara Singapura yang memiliki nilai
69% masih membutuhkan jalan panjang untuk mencapai nilai 80%. Apalagi
Indonesia yang baru mencapai setengah dari target yaitu 37% (Asian Corporate
Association, 2012).
melanda Asia Tenggara termasuk Indonesia. Dampak dari krisis tersebut banyak
perusahaan berjatuhan karena tidak mampu bertahan, salah satu penyebabnya adalah
karena pertumbuhan yang dicapai selama ini tidak dibangun atas landasan yang
kokoh sesuai dengan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Dalam studi yang
dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) krisis yang terjadi di Asia
berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi, yang secara khusus menambah kuat dari
sektor koporasi dan memahami lebih kemampuan dalam menarik modal untuk
melumasi ekonomi (Shleifer dan Vishny, 1997). Beroperasi secara transparan dan
pengembalian investasi. Selain itu, tata kelola yang berkualitas tinggi juga membuat
Salah satu permasalahan yang ada di tata kelola perusahaan adalah mengenai
tersebut, diperlukan kerjasama yang kuat antar pemangku kepentingan dan pastinya
untuk mencapai tujuannya, yaitu mendapatkan laba yang besar. Setiap modal
mempunyai biaya, dimana biaya dari setiap modal itu disebut biaya modal. Biaya
modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan
modal.
untuk kegiatan operasional, dan apabila sumber pendanaan internal dari perusahaan
sudah habis, maka perusahaan harus mencari cara bagaimana cara mendapatkan
sumber modal baru. Cara untuk mendapatkan modal bisa dengan berbagai cara,
seperti dari hutang, saham preferen, saham biasa, laba ditahan untuk mendanai
semua operasi perusahaan. Tetapi cara tersebut harus didukung dengan pengelolaan
dan kerja sama tim yang baik dari pemangku kepentingan perusahaan, yaitu dengan
kelola perusahaannya baik, otomatis modal yang akan didapatkan akan sangat
stabilitas ekonomi perusahaan itu sendiri. Semuanya dapat berjalan dengan lancar
yang optimal adalah yang dapat meminimalkan biaya modal dan dapat
struktur modal yang optimal adalah gabungan antara uang dan ekuitas yang akan
mengorganisasi dan melakukan pengontrolan sumber daya yang efektif dan efisien.
Salah satu sumber daya yang harus dikelola manajer adalah sumber daya
antara manajer dan pemegang saham dapat dihilangkan dengan cara pemilihan biaya
modal yang optimal, karena keputusan yang diambil oleh manajemen dalam
2013).
pemegang saham. Hal itu dikarenakan, pemegang saham sangat berpengaruh dalam
pengendalian penjualan saham di perusahaan tersebut. Maka dari hal itu, pemegang
perusahaan tersebut meskipun kekuasaan tertinggi ada pada pemegang saham. Para
manajer bertindak sebaik mungkin untuk jabatan dan nama baik mereka. Semakin
keputusan yang diambil adalah benar, keuntungan yang diperoleh atas jabatannya
pun semakin besar. Manajer menginginkan promosi dan spesialisasi untuk dirinya
mendapatkan sumber modal. Hal tersebut menuntut adanya tata kelola perusahaan
yang baik, agar meminimalisir konflik seperti itu yang berimbas pada
keberlangsungan perusahaan.
dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan
FCGI). Corporate governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan
baik pula. Segalanya berawal dari kondisi internal perusahaan itu sendiri, karena tata
kelola perusahaan yang baik akan membuat kinerja perusahaan menjadi baik. Bukan
hanya itu saja, tetapi dapat meminimalkan biaya modal untuk menghasilkan sumber
Good corporate governance dan struktur modal adalah dua komponen yang
menjadi dasar stabilitas ekonomi sebuah perusahaan. Tanpa dua hal tersebut, kondisi
ekonomi suatu perusahaan akan menajadi pincang. Jika keduanya dapat terjaga
dengan baik, maka akan menghilangkan pengendalian buruk yang ada di perusahaan,
direksi. Dewan direksi merupakan kumpulan dari beberapa orang yang ditunjuk
ditunjuk oleh para pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham (RUPS),
dimana fungsi dari dewan direksi tersebut adalah mengambil keputusan dan
para manajer. Secara otomatis, segala keputusan yang diambil oleh dewan direksi,
kinerja manajer perusahaan akan berdampak pula kepada kinerja perusahaan. Kinerja
manajer baik, kinerja keuangan juga akan menjadi baik. Maka dari itu perusahaan
periode akuntansi yang dimiliki oleh pihak eksternal, seperti lembaga, perusahaan,
asuransi, bank atau institusi lain (Bukhori, 2012). Tindakan monitoring yang
dilakukan oleh sebuah perusahaan dan pihak pemegang saham insitusional lainnya
kelola perusahaan dengan meyakinkan bahwa perusahaan memiliki satu atau lebih
pemegang saham besar. Solomon dan Solomon (2004) menyatakan bahwa pengaruh
yang diukur dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen (Sujono
otomatis manajemen perusahaan akan meningkatkan kinerja lebih baik lagi. Karena
merupakan pegawai atau orang yang berususan langsung dengan perusahaan dan
independen juga dapat memberikan saran untuk pemilihan modal berdasarkan laju
mekanisme tata kelola perusahaan yaitu untuk menetukan kebijakan yang akan
pendek ataupun jangka panjang (Aji, 2012). Penelitian empiris yang dilakukan oleh
Yermarck (1996) memperoleh hasil bahwa dewan direksi tidak berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan sehingga secara umum tidak berpengaruh juga terhadap integritas
tersebut, secara pasti nilai perusahaan akan meningkat dan perusahaan akan dengan
dengan perusahaan yang tidak terdaftar di bursa efek Indonesia dan perusahaan
satu dengan yang lainnya, hal tersebut didukung dengan jumlah perusahaan
manufaktur yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan perusahaan jenis lainnya dan
perubahan metode akuntansi atau kebijakan pajak maupun saham, (4) perusahaan
perbankan mempunyai rasio hutang atas modal yang relatif sangat tinggi dan kriteria
perbankan mempunyai regulasi tersendiri. Selain itu, penelitian ini juga menguji
struktur modal yang dijadikan sebagai variabel moderating antara variabel dependen
Berdasarkan fenomena dan kondisi diatas, membuat peneliti tertarik untuk meneliti
kinerja keuangan. Oleh karena itu peneliti menuangkannya dalam sebuah karya tulis
ini :
terdaftar BEI.
keuangan,dan
1.5 Originalitas
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap
dewan komisaris, dan komite audit tetapi pada penelitian ini menambahkan
dewan komisaris.
adalah data penelitian berasal dari perusahan Consumer Good yang terdaftar
di Bursa efek indonesia dari tahun 2004 sampai dengan 2008 sedangkan pada
penelitian ini berasal dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek
TINJAUAN PUSTAKA
keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal).
Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak
keagenan (agency cost). Sebagai agen, manajer secara moral bertanggung jawab
akan memperoleh GCG sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua
sifatmanusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self
(risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai
internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik
tersebut penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini
diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para
investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka
investasikan. GCG berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer
akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan
dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer. Dengan
kata lain corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau
Untuk memutuskan suatu badan usaha atau perusahaan memiliki kualitas yang
baik maka ada dua penilaian yang paling dominan yang dapat dijadikan acuan untuk
melihat badan usaha atau perusahaan tersebut telah menjalankan suatu kaidah-kaidah
manajemen yang baik. Penilaian ini dapat dilakukan dengan melihat sisi kinerja
performance). Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki oleh
perusahaan atau badan usaha yang bersangkutan dan itu tercermin dari informasi
yang diperoleh pada balance sheet (neraca), income statement (laporan laba rugi),
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau
sasaran yang telah disepakati bersama. Sementara menurut Horn (1998) Kinerja
satu alat yang digunakan oleh para manajer. Kinerja keuangan juga akan
setelah pajak.
keuangan adalah suatu ukuran prestasi keuangan yang digunakan perusahaan dalam
bermanfaat untuk:
1. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi
2. Perbaikan kinerja
3. Kebutuhan latihan dan pengembangan
4. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan,
pemberhentian, dan perencanaan tenaga kerja
5. Untuk kepentingan penelitian pegawai
6. Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai
penggunaan aset oleh sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnis utamanya dan
meningkatkan pendapatan.
menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor-faktor
tersebut ada yang berada dalam kendali pihak manajemen ada pula yang berada
1) Faktor Internal
a) Manajemen personalia
b) Manajemen pemasaran
perusahaan.
c) Manajemen produksi
yang diharapkan.
d) Manajemen keuangan
2) Faktor Eksternal
a) Kondisi perekonomian
b) Kondisi industri
Menurut Lestari dan Sugiharto (2007) ROA adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata
lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam
memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik
atau dividen akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada harga saham
dari perusahaan tersebut di pasar modal yang akan semakin meningkat sehingga
ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Menurut Lestari dan
Sugiharto (2007) angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%.
dengan baik untuk dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh,
yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan
Rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan dalam penelitian ini
adalah Return on Asset (ROA). ROA merupakan perbandingan laba bersih dengan
jumlah aktiva perusahaan. Alasan peneliti memilih ROA sebagai rasio untuk
mengukur kinerja keuangan dikarenakan ROA merupakan rasio yang terpenting dari
rasio profitabilitas yang ada, karena ROA dapat menghitung kinerja perusahaan
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃
= x
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
Kalau berdiri sendiri antara margin laba bersih dan total aset turnover tidak dapat
yang dihasilkan, sedangkan total aset turnover untuk mengukur efisiensi dalam
penggunaan aktiva untuk menghasilkan penjualan. Jadi, disini ROA tidak hanya
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 ℎ
ROA= x100%
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan
karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang
berkaitan dengan hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang
Istilah GCG itu sendiri untuk pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury
Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan mereka
yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report yang mendefinisikan GCG sebagai
pemegang saham, komisaris, dan manajer menyusun tujuan – tujuan perusahaan dan
adalah mengenai suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur
arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi
dalam strategi korporasi dan untuk memastikan bahwa kesalahan – kesalahan yang
perusahaan komersial, layanan keuangan dasar untuk segmen yang luas dan akses
sistem pembayaran (Brigham dan Erhardt, 2005). Pentingnya bank bagi ekonomi
nasional digaris bawahi oleh kenyataan bahwa perbankan secara universal sebuah
industri regulator dan bank memiliki akses ke jaring pengaman pemerintah. Hal ini
sangat penting, oleh karena itu bank harus memiliki tata kelola perusahaan yang
kuat.
Salah satu pilar penting dalam GCG adalah komitmen penuh dari seluruh jajaran
Maka dari itu seluruh karyawan wajib untuk menjunjung tinggi prinsi GCG . Setiap
perusahaan harus memberikan kepastian atas penerapan prinsip atau asas GCG di
setiap aspek bisnisnya. Menurut KNKG (2006), prinsip-prinsip GCG terdiri dari
1. Transparency (Transparansi)
3. Responsibility (Pertanggungjawaban)
4. Independency (Independensi)
manapun.
beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari penerapan GCG yang baik, antara lain:
di Indonesia.
main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan
governance dalam sebuah organisasi (Walsd dan Seward, 1990 dalam Arifin, 2005).
Untuk meminimalkan konflik kepentingan antara principal dan agent akibat adanya
menyoroti fakta bahwa strategi dan teknik yang didasarkan pada Prinsip-prinsip
OECD (Brigham dan Erhardt, 2005), yang merupakan dasar untuk melaksanakan tata
a. Nilai-nilai perusahaan, kode etik dan perilaku lain yang sesuai standar dan
internal dan eksternal, manajemen risiko fungsi independen dari lini bisnis,
Menurut Iskandar dan Chamlao (2000) dalam Lastanti (2004), mekanisme dalam
pengawasan GCG dibagi dalam dua kelompok yaitu internal dan eksternal
dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang
saham, komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuan dengan
kelompok , yaitu unsur –unsur yang berasal dari dalam perusahaan (dan yang selalu
diperlukan di dalam perusahaan) dan unsur – unsur yang ada di luar perusahaan ( dan
yang selalu diperlukan di luar perusahaan) yang dapat menjamin berfungsi Good
Corporate Governance .
GCG yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa unsur yang dimaksud antara
lain:
a. Pemegang Saham.
b. Dewan Komisaris
c. Komite Audit
Yang dimaksud unsur eksternal adalah beberapa unsurr yang berasal dari luar
b. Investor.
d. Akuntan Publik.
f. Pemberi Pinjaman.
g. Pengesah Legalitas.
Menurut Priana (2009) dalam GCG menyangkut masalah siapa yang seharusnya
adalah para pemegang saham dan mengapa (why) adalah hubungan antara pemegang
institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau
institusional, yang juga sering disebut investor canggih (sophisticated). Yang artinya
para investor instituisional lebih tepat dan cepat dalam memprediksi laba masa depan
mendapatkan sumber informasi yang lebih tepat waktu dan relevan yang dapat
dengan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki pihak institusional dari
saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan
manajer, yakni manajer bertindak juga sebagai pemegang saham. Sebagai seorang
manajer sekaligus pemegang saham tidak ingin perusahaan dalam keadaan kesulitan
keuangan bahkan mengalami kebankrutan. Keadaan ini akan merugikan baik sebagai
manajer atau sebagai pemegang saham. Sebagai manajer akan kehilangan insentif
dan sebagai pemegang saham akan kehilangan return ataupun dana yang
diinvestasikannya (Diah, 2009). Menurut Sofiana (2009) dalam Diah (2009) peran
manajerial sebagai sebuah instrumen atau alat untuk mengurangi konflik keagenan
saham.
informasi di dalam pasar modal. Dengan adanya kepemilikan saham oleh pihak
insiders, maka insiders akan ikut memperoleh manfaat langsung atas keputusan-
keputusan yang diambilnya, selain itu para manajer juga akan semakin hati-hati
langsung dari keputusan yang mereka ambil serta akan menanggung kerugian
perusahaan bukan lagi menjadi tanggung jawab pemilik utama. Trisyanti (2009)
dalam Diah (2009) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial itu sendiri dapat
dilihat dari konsentrasi kepemilikan atau persentase saham yang dimiliki oleh dewan
direksi dan manajemen. Prosentase tersebut diperoleh dari banyaknya jumlah saham
yang dimiliki oleh manajerial. Semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada
dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai
penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen
suatu komite yang bekerja secara profesional dan independen yang dibentuk oleh
dewan komisaris dan, dengan demikian, tugasnya adalah membantu dan memperkuat
terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota
komite ini yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite
tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggotalain yang bukan merupakan
komiaris dan dewan direksi. Tujuan komite audit adalah memungkinkan dewan
antara dewan direksi dan pemengang saham, sehingga kinerja yang dihasilkan oleh
perusahaan serta memastikan bahwa para manajer benar- benar meningkatkan kinerja
inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi
bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer
(Chtourou, Bedard, dan Courteau,2001) atau dengan kata lain, semakin kompeten
pelaporan keuangan.
bagi organisasi tersebut. Mereka bisa mengawasi dewan komisaris dan mengawasi
biasanya berguna dalam melerai sengketa antara dewan direksi, atau antara
interest.
berikut:
6. Bebas dari segala kepentingan dan kegiatan bisnis atau hubungan yang lain
kepentingan perusahaan.
Menurut Yusrizal (2011) direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan
sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam
dan Efek yang bersifat ekuitas selain saham yang diterbitkan oleh perusahaan
tercatat.
Sebagaimana tercatat pada Surat Kputusan bagian III Bursa Efek Indonesia
mengatur bahwa calon perusahaan tercatat baik yang akan mencatatkan saham di
Independen berjumlah paling kurang 1 (satu) orang dari jajaran anggota yang dapat
aktivitas investasi aktiva riil perusahaan, dengan cara menentukan struktur modal
antara modal hutang dan modal sendiri. Biasanya berkaitan dengan proyek proposal
yang terefleksi di harga saham. Oleh karena itu, salah satu tugas manajer keuangan
Ada beberapa pengertian atau definisi dari struktur modal. Secara umum struktur
khususnya yang menunjukkan porsi dari modal perusahaan yang berasal dari sumber
hutang (kreditur) dan sekaligus porsi modal yang berasal dari pemilik sendiri.
Menurut Weston dan Brigham (2005), struktur modal yang ditargetkan adalah
bauran atau perpaduan dari utang, saham preferen, saham biasa yang dikehendaki
perusahaan dalam struktur modalnya. Struktur modal yang optimal adalah gabungan
perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal
sendiri. Oleh karena itu, struktur modal diukur dengan debt to equity ratio (DER).
Dari beberapa pandangan para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa struktur
hutang jangka panjang dengan modal sendiri baik dari sumber internal maupun
eksternal.
Menurut Sutrisno (2000) struktur modal juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
2.1.4.1Jenis-jenis Modal
perusahaan. Modal meliputi semua komponen di sisi pasiva pada neraca perusahaan
kecuali hutang lancar. Modal terdiri dari modal hutang dan modal sendiri.
dibandingkan dengan bentuk pinjaman lainnya, hal ini disebabkan karena mereka
memperoleh risiko yang relatif kecil atas segala jenis modal jangka panjang.
2.Modal Sendiri, merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik
perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman
mempunyai jatuh tempo. Ada dua sumber utama modal sendiri, yaitu:
b) Modal saham biasa yang terdiri atas saham biasa dan laba ditahan. Saham
biasa merupakan bentuk modal sendiri yang paling mahal biaya modalnya
utama dalam hak suara, tuntutan atas pendapatan dan aset, jatuh tempo dan perlakuan
pajak atas biaya modal. Harus dipahami posisi pemegang modal sendiri adalah
menanggung risiko yang lebih besar sehingga kompensasi bagi pemegang modal
Ada beberapa teori mengenai struktur modal antara lain adalah sebagai berikut:
1) Trade-off Theory
akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax
shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial
(bankruptcy cost) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency cost) yang
meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Trade-off theory dalam
menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain
pajak, biaya keagenan (agency cost) dan biaya kesulitan keuangan (financial
Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields)
berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan
profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara
profitabilitas yang tinggi cenderung rasio hutangnya rendah. Hal ini berlawanan
dengan pendapat trade-off theory. Trade-off theory tidak dapat menjelaskan korelasi
yang berlimpah.” Dalam pecking order theory ini tidak terdapat struktur modal yang
dalam penggunaan dana. Menurut pecking order theory dikutip oleh Smart,
Megginson, dan Gitman (2004), terdapat skenario urutan (hierarki) dalam memilih
b. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali
mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu utang yang paling rendah risikonya,
turun ke utang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham
yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi,
maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia. Pecking
order theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Pecking order theory
tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi.
Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai
tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat utang yang kecil.
menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti skenario urutan
(hierarki) yang disebutkan dalam pecking order theory. Penelitian yang dilakukan
oleh Singh dan Hamid (1992) dan Singh (1995) menyatakan bahwa “Perusahaan-
hutang terlebih dahulu dari pada menerbitkan saham pada saat membutuhkan
pendanaan eksternal.
Debt to equity ratio merupakan ratio yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas. Ratio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang,
termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Ratio ini berguna untuk mengetahui
Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri
Bagi bank (kreditor), semakin besar rasio ini, akan semangkin tidak
menguntungkan karena akan semangkin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan
yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semangkin besar
rasio akan semangkin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi
tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan
bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini
perusahaan.
karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan dengan arus kas yang
stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang kurang stabil.
Rumus untuk mencari debt to equity ratio dapat digunakan perbandingan antara total
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 (𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 )
Debt to Equity Ratio =
𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 (𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 )
Bukti penelitian empiris yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti tentang
pengaruh penerapan GCG terhadap kinerja keuangan dengan struktur modal sebagai
variabel moderating, dimana Dini (2014) hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
EVA (Economic Value Added).. Uji parsial menunjukkan bahwa struktur Good
laba dan kinerja keuangan, (4) kepemilikan manajerial dankomite audit tidak
bursa efek Indonesia. Hasil penelitian ini adalah secara parsial terdapat dua variabel
penerapan GCG terhadap kinerja keuangan dengan manajemen laba sebagai variabel
intervening dan populasi penelitian ini pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
bukan merupakan variabel yang baik dalam memediasi hubungan antaraGCG dengan
Kinerja Keuangan, dan GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
serta manajemen laba berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja
keuangan.
Keuangan (Ditinjau Dari Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2008-
2011) berdasarkan hasil penelitian ini menggunakan uji t diketahui bahwa variabel
manajerial, kepemilikan institusi dan ukuran perusahaan merupa kan penjelas yang
Penelitian Morita (2010) dengan judul pengaruh struktur modal terhadap kinerja
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan analisa regresi yang
dilakukan terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur modal dengan kinerja
perusahaan sebesar 55,9% dapat diartikan pengaruhnya bersifat linear positif yang
cukup kuat. Dimana semakin besar nilai struktur modal maka semakin besar kinerja
positif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan variabel lain seperti
pada perusahaan Jasa di bursa efek jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan
pengamatan 102 perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode
berganda dengan analisis uji interaksi untuk mengukur kuat lemahnya hubungan
moderating variabel.
perusahaan go publik di Polandia. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
perusahaan.
Nirajini (2013) menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara struktur
modal dan kinerja keuangan. Dan juga struktur modal berpengaruh secara signifikan
Quang dan xin (2015) Bahwa struktur modal memiliki dampak negatif dengan
statistik yang signifikan terhadap kinerja keuangan (dihitung dengan ROA, ROE).
penelitian ini dengan didukung tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu,
maka secara skematis kerangka konseptual dari penelitian ini digambarkan sebagai
berikut :
Good Corporate
Governance (GCG)
Kepemilikan
Institusi
(X1)
Kepemilikan
Manajerial
(X2)
Komite Kinerja
Audit Keuangan
(X3) (Y)
Independensi
Dewan Komisaris
(X4)
Struktur
Modal
Independensi (Z)
Dewan Direksi
(X5)
kinerja. Struktur kepemilikan yang terkonsentrasi dalam hal ini jumlah saham
pengendali berada pada kisaran diatas 50% (lima puluh persen) akan memudahkan
dengan struktur kepemilikan dengan saham pengendali dibawah 50% atau menyebar.
Hal ini akan berjalan dengan baik jika perusahaan melaksanakan tata kelola
perusahaan dengan baik karena tata kelola perusahaan yang baik berarti perusahaan
lainnya.
Investor juga merupakan bagian terpenting dari perusahaan, ketika investor akan
karakteristik keuangan perusahaan, dan ukuran perusahaan adalah alat yang paling
baik untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Hal ini karena perusahaan yang
besar berarti memiliki total aktiva yang besar juga, dan total aktiva yang besar juga
kinerjanya di masa yang akan datang dapat diramalkan. Hubungan pengaruh struktur
hutang untuk membentuk struktur modal optimal yang ditargetkan maka semakin
3.2. Hipotesis
pencapaian profit dan tujuan. Agar penerapan GCG di perusahaan dapat berjalan
dengan baik, maka dalam perusahaan perlu dilengkapi beberapa perangkat antara lain
secara konsistenterdaftar sebagai perusahan LQ45 periode tahun 2005 sampai dengan
tidak signifikan, dewan direksi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pasar
perusahaan. Pengaruh positif dari kepemilikan manajerial ini hanya sampai sekitar
80% dari kinerja perusahaan, kemudian pengaruh akan berubah menjadi negatif.
Perusahaan yang benar-benar dimiliki oleh manajer akan berjalan dengan sangat
baik. Waskito (2014) menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara
kepemilikan manajerial dan kinerja keuangan. Karena dengan adanya kendali dan
konseptual yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis (H1) yang diajukan dalam
H1: Penerapan good corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusi,
Setiap perusahaan harus membuat keputusan struktur modal yang baik untuk
menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara struktur modal dan kinerja
keuangan. Dan juga struktur modal berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
Quang dan xin (2015) menyatakan bahwa struktur modal memiliki dampak
negatif dengan statistik yang signifikan terhadap kinerja keuangan (dihitung dengan
ROA, ROE). Semakin tinggi tingkat hak kepemilikan didalam struktur kepemilikan
suatu perusahaan, maka perusahaan memiliki kinerja keuangan yang lebih baik.
pendanaan hutang dan ekuitas. Dengan rasio hutang terhadap ekuitas, perusahaan
meningkatkan nilai dari pada pemegang saham. Teori trade off dalam struktur modal
ekuitas. Struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
yang tercermin dalam market to book value (Mas.ud, 2008). Ini menandakan bahwa
kebijakan penggunaan hutang dalam struktur modal memberikan suatu sinyal atau
tanda bagi para investor bahwa dengan adanya kebijakan pendanaan oleh perusahaan
dikaitkan dengan harga saham dan penurunan hutang akan menurunkan harga saham
yang hati-hati. Oleh karena itu hipotesis yang dapat dibangun adalah:
METODE PENELITIAN
research). Desain ini berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel
lainnya (Umar, 2001). Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini
komite audit, independensi dewan komisaris, dan independensi dewan direksi dengan
keuangan yang di proksikan dengan rasio ROA (return on asset) sebagai variabel
dependen.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data data sekunder. Untuk
statistika yaitu program SPSS dengan tingkat signifikan pada confidence 95%
Bursa Efek Indonesia tahun 2013 ,2014 dan tahun 2015 perusahaan manufaktur,
tetapi untuk mendapatkan data proksi discretionary accrual akan menambah tahun
amatan 2012, yang diperoleh dari media internet dengan cara men-download melalui
situs www.idx.co.id untuk memperoleh data mengenai laporan keuangan yang telah
dipublikasikan.
Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan adalah dari tahun 2012-2015, dengan
jumlah populasinya 143 (seratus empat puluh tiga) perusahaan. Perusahaan yang
(purposive sampling),yaitu :
1. Telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum tahun 2012 agar tersedia
direksi.
Sesuai dengan kriteria diatas, maka jumlah sampel yang terpilih adalah
(empat) tahun berturut-turut dari tahun 2012-2015, sehingga jumlah sampel yang di
penyelidikannya ditujukan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu,
melalui sumber-sumber dokumen. Dari metode ini diharapkan akan diperoleh catatan
keuangan.
merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak
Data yang digunakan adalah data eksternal. Data eksternal adalah data yang
(Umar,2001). Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap,
tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka, yakni jurnal akuntansi dan buku-buku
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pada tahap kedua, pengumpulan data
sekunder yang diperoleh dari media internet dengan cara mendownload melalui situs
1. Jenis Data
Jenis data penelitian ini adalah data documenter yang diperoleh peneliti
secara tidak lansung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).
Data yang diperoleh adalah data time series. Data time series merupakan sekumpulan
data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu
tertentu misalnya dalam waktu mingguan, bulanan atau tahunan. Data penelitian ini,
juga mencakup data yang berbentuk persentase untuk variabel independen dan
penelitian,
www.idx.co.id
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder yang
Penelitian ini merupakan studi empiris yang bertujuan untuk melihat pengaruh antara
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan (Y). Kinerja
yang berasal dari laporan keuangan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur
dengan menggunakan return on asset (ROA). ROA dihitung dengan rasio dari laba
sebelum bunga dan pajak ditambah depresiasi dibagi dengan total aktiva (Arif dan
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 ℎ
ROA= x100%
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
variabel lain. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalahGCG.
luas. Dimana pada penelitian ini GCG sendiri penulis proksikan ke dalam 4 variabel,
yakni ;
atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan proses
pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang
3. Variabel Moderating
Variabel moderating dalam penelitian ini adalah struktur modal (Z). Struktur
modal adalah hasil atau akibat dari keputusan pendanaan (financing decision) yang
intinya memilih apakah menggunakan hutang atau ekuitas untuk mendanai operasi
perusahaan. Untuk menganalisis struktur modal maka dapat digunakan dengan debt
to equity ratio. Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur perimbangan antara
kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Debt to equity ratio
dipilih dikarenakan untuk menilai tingginya pendanaan atau modal yang berasal dari
(Y) dimiliki.
Penelitian ini menggunkan statistik deskriptif yang terdiri dari minimum, maksimum,
asumsi klasik yang berguna untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah
regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji ini dapat
dilihat dengan menggunakan Normal P-P plot, grafik histogram, dan Kolmogorov
Smirnov test. Menurut Santoso (1999) jika probabilitas > 0.05 maka Ho diterima,
dalam arti data berdistribusi normal. Jika Probabilitas data< 0.05 Ho ditolak dan
korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam model yang digunakan.
Apabila terdapat korelasi yang tinggi sesama variabel bebas tersebut, maka salah satu
Variance Inflasi Factor (VIF) dengan kriteria menurut Singgih (2001) yaitu:
pada data runtun tahun (time series). Apabila terjadi gejala autokorelasi maka
estimator least square masih tidak bias, tetapi menjadi tidak efisien. Dengan
demikian, koefisien estimasi yang diperoleh menjadi tidak akurat (Gujarati, 1995).
b. Model regresi yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan untuk menduga nilai
c. Varian dari koefisiennya menjadi tidak minim lagi (tidak efisien) sehingga
Durbin Watson (DW test). Di mana angka‐angka yang diperlukan dalam metode
tersebut adalah dl, du, 4 . dl, dan 4 . du (Ghozali, 2006). Jika nilainya mendekati 2
autokorelasi (+/‐).
Uji heterokedastisitas adalah uji yang bertujuan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi terdapat ketidaksamaan varian residual dari satu pengamatan
Glejser. Apabila sig>0.05 maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. Model yang
Menurut Bambang dan Nur (2001) metode regresi linear berganda yaitu metode
yang digunakan untuk menguji pengaruh dua arah atau lebih variabel independen
terhadap variabel dependen dengan skala pengukur atau rasio dalam suatu persamaan
linear, sedangkan menurut Dajan (1986) dan Supranto (1996) untuk menguji model
pengaruh dan hubungan variabel independen yang lebih dari dua variabel terhadap
Ordinary Least Squares (OLS). OLS merupakan salah satu cara untuk menghitung
bahwa semakin kecil nilai error maka akan membuat penaksiran itu semakin baik.
regression analysis), karena terdiri dari satu variabel dependen dan beberapa variabel
Dimana,
Y : Kinerja Keuangan
a : Konstanta
b : koefisien Regresi
X1: Kepemilikan Institusi
X2: Kepemilikan Manajerial
X3: Komite Audit
X4: Independensi Dewan Komisaris
kecocokan dari regresi linear berganda yaitu persentase sumbangan (goodness of fit)
dari regresi linear berganda, yaitu persentase sumbangan seluruh variabel bebas
terhadap variabel terikat. Pada penelitian ini digunakan Adjusted R Square karena
variabel dependen dalam persamaan regresi berganda secara parsial. Uji t juga
dilakukan untuk menguji kebenaran koefisien regresi dan melihat apakah koefisien
regresi yang diperoleh signifikan atau tidak. Pengujian dilakukan dengan tingkat
signifikansi (α) sebesar 5 %. Jika t-test lebih besar daripada t-tabel maka koefisien
Uji F dilakukan untuk melihat ada tidaknya pengaruh semua variabel bebas
terhadap variabel terikat serta untuk menguji apakah model yang digunakan sudah
Fix atau tidak. Patokan yang digunakan dengan membandingkan nilai sig yang di
dapat dengan derajat signifikan a = 0.05. Apabila nilai sig lebih kecil dari derajat
signifikansi maka persamaan regresi yang diperoleh dapat diandalkan (sudah fix).
terhadapvariabel dependen (Ghozali, 2006). Ada tiga cara menguji regresi dengan
variabel moderating yaitu : (1) uji interaksi, (2) uji nilai selisih mutlak, dan (3) uji
residual. Dari ketiga model diatas peneliti menggunakan uji interaksi dalam
penelitian ini. Karena, uji interaksi lebih cocok digunakan dalam penelitian ini
mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen) yang
Y =Kinerja Keuangan
Z = Struktur Modal
a = Konstanta
Jika nilai koefiesien parameter kinerja keuangan negatif hasilnya dan signifikan,
80 (20 perusahaan x 4 tahun). Pada tabel 5.1 dibawah ini menunjukkan statistik
deskriptif dari sampel sebanyak 80 (20 perusahaan x 4 tahun) unit analisis sebagai
berikut:
waktu 2012 sampai dengan 2015 yaitu sebesar -20,801 sedangkan nilai maximum
Argo Pantes Tbk pada tahun 2014, sedangkan emiten yang memiliki nilai kinerja
keuangan maksimum adalah PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk pada tahun 2013. Rata-
rata nilai dari kinerja keuangan adalah sebesar 4,850 dan besar standar deviasi adalah
sebesar 10,266.
Nilai minimum dan maksimum kepemilikan institusi adalah 0,130 dan 83,000,
nilai rata-rata sebesar 52,713 dan standar deviasi sebesar 22,317. Emiten yang
memiliki nilai kepemilikan institusi minimum adalah PT. Sarana Central Bajatama
Tbk pada tahun 2012-2013, sedangkan emiten yang memiliki nilai kepemilikan
institusi maksimum adalah PT. Asiaplast Industries Tbk pada tahun 2013.
Nilai minimum dan maksimum kepemilikan manajerial adalah 0,920 dan 77,570,
nilai rata-rata sebesar 22,130 dan standar deviasi sebesar 20,018. Emiten yang
memiliki nilai kepemilikan manajerial minimum adalah PT. Gudang Garam Tbk
manajerial maksimum adalah PT. Sarana Central Bajatama Tbk pada tahun 2014-
2015.
Nilai minimum dan maksimum komite audit adalah 3 dan 4 nilai rata-rata
sebesar 3,050 dan standar deviasi sebesar 0,219. Emiten yang memiliki nilai komite
rata-rata sebesar 1,275 dan standar deviasi sebesar 0,205. Emiten yang memiliki nilai
Nilai minimum dan maksimum independensi direksi adalah 1 dan 2, nilai rata-
rata sebesar 1,025 dan standar deviasi sebesar 1,157. Emiten yang memiliki nilai
gejala multikolinearitas dan gejala autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan
estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (Best Linear
Asumsi distribusi normal adalah suatu persyaratan yang harus dipenuhi dalam
pelaksanaan analisis regresi berganda. Jika asumsi ini terpenuhi maka nilai residual
dari analisis juga berdistribusi normal dan independen. Hasil pengujian normalitas
menjauhi garis diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara
tidak normal. Dari grafik histogram pada Gambar 5.2 tampak bahwa residual
terdistribusi secara normal dan berbentuk simetri tidak menceng ke kanan dan kekiri.
Unstandardized
Residual
N 80
Mean ,0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 9,83555279
Absolute ,178
Most Extreme Differences Positive ,176
Negative -,178
Kolmogorov-Smirnov Z 1,588
Asymp. Sig. (2-tailed) ,013
Dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa data tidak berdistribusi secara
normal karena nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,013< 0,05 oleh karena itu perlu
adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
multikolinearitas terjadi apabila nilai tolerancekurang 0,10 atau sama dengan nilai
VIF lebih dari 10. Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 5.3.
Co e ffic ie n ts a
Collinearity Statistics
Keterangan
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
KI Tidak terjadi
,375 2,668
Multikolinearitas
KM Tidak terjadi
,367 2,723
Multikolinearitas
KA Tidak terjadi
,753 1,329
Multikolinearitas
IDK Tidak terjadi
,875 1,143
Multikolinearitas
IDD Tidak terjadi
,973 1,028
Multikolinearitas
a. Dependent Variable: KK
Dari Tabel 5.3 hasil penelitian nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel
independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10. Hasil perhitungan nilai
Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama tidak ada satu
variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan
bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
Model Summaryb
a. Jika nilai D-W diantara 0 sampai 1,76551 berarti ada autokorelasi positif
b. Jika nilai D-W diantara 1,76551sampai dengan 1,8996 berarti tidak ada
autokorelasi
c. Jika nilai D-W diantara 1,8996 sampai dengan 2 berarti ada autokorelasi
negatif.
Dari Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson dalam penelitian ini
sebesar 1,782 yang menunjukkan bahwa nilai D-W tersebut berada diantara 1,76551
sampai dengan 1,8996 berarti tidak terjadi autokorelasi pada model regresi yang
digunakan.
5.2.4 Heterokedastisitas
plot antara nilai prediksi variabel independen. Jika pada grafik terdapat pola tertentu
tidak ada pola yang jelas maka tidak terjadi heterokedastisitas pada model penelitian.
Dari Gambar 5.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar
baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulakan
bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi
Hasil pengolahan data setelah dilakukan transformasi data dapat dilihat pada
diagonal. Dengan demikian berdasarkan grafik normal probability plot dan uji one-
Gambar 5.5 diatas, uji normalitas dapat juga dilakukan dengan uji statistik
normalitas. Pengujian ini dilakukan terhadap nilai yang dihasilkan dari setiap
Unstandardized
Residual
N 66
a,b
Mean ,0000000
Normal Parameters
Std. Deviation 1,04944230
Absolute ,136
Most Extreme Differences Positive ,136
Negative -,104
Kolmogorov-Smirnov Z 1,108
Asymp. Sig. (2-tailed) ,172
adalah sebesar 0,172> 0,05 Hal ini menyatakan bahwa data berdistribusi normal.
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat korelasi antar variabel
tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi
mengetahui apakah terjadi multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF yang terdapat
Pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa tidak terjadi korelasi antar variabel
bebas dari multikolinearitas jika mempunyai nilai Tolerance lebih besar sama dengan
0,1 dan nilai VIF lebih kecil sama dengan 10. Dari tabel tersebut diperoleh bahwa
semua variabel bebas memiliki nilai Tolerance lebih besar sama dengan 0,1 dan nilai
VIF lebih kecil sama dengan 10 dengan demikian tidak terjadi gejala
Model Summaryb
Dari tabel diatas nilai Durbin-Watson sebesar 1,852 diantara nilai 1,7551
sampai 1,8996 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam
dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari
Deteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya
berikut:
menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada
sumbuY. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi.
simultan), uji t (pengujian secara parsial), koefisien determinasi (R²) dan uji variabel
moderating.
Model Summaryb
Berdasarkan Tabel 5.8 nilai Koefisien (R) sebesar 0,199 yang menunjukkan
sebesar 0,199 atau 19,9%. Hal ini berarti variabel kepemilikan institusi, kepemilikan
sisanya 80,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar model estimasi ini.
+ 0,339SQRTIDD
adalahsebagai berikut:
a. Konstanta
Berdasarkan tabel dan persamaan diatas dapat diketahui konstanta (α) bernilai
10,698 artinya jika tidak ada pengaruh variabel kepemilikan institusi, kepemilikan
direksisama dengan nol maka kinerja keuangan akan tetap sebesar 10,698 pada
kepemilikan institusi sebesar 1%, maka akan terjadi penurunan kinerja keuangan
sebesar 0,337atau 33,7% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi
variabel kepemilikan institusi sebesar 0,009atau 0,9% < α = 5%,dan t-hitung < t-tabel
c. Kepemilikan Manajerial
variabel kepemilikan manajerial sebesar 1%, maka akan terjadi penurunan kinerja
keuangan sebesar 0,413 atau 41,3% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan.
Signifikansi variabel kepemilikan manajerial sebesar 0,001 atau 0,1% < α = 5%, dan
d. Komite Audit
sebesar 1%, maka akan terjadi penurunan kinerja keuangan sebesar 2,601 atau
26,01% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi variabel komite
audit sebesar 0,382 atau 38,2% > α = 5%, dan t-hitung < t-tabel (0,880<1,664) maka
H1tidak diterima, dimana secara parsial komite audit tidak berpengaruh signifikan
kenaikan variabel independensi dewan komisaris sebesar 1%, maka akan terjadi
0,375atau 37,5% > α = 5 %, dan t-hitung < t-tabel (0,894<1,664) maka H1tidak
kinerja keauangan sebesar 0,339atau 33,9% dengan asumsi variabel lain dianggap
konstan. Signifikansi variabel independensi dewan direksi sebesar 0,902 atau 90,2%
> α = 5%, dan t-hitung < t-tabel (0.123<1,664) maka H1tidak diterima dimana,
independensi dewan direksi secara parsial berpengaruh tidak signifikan dan positif
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terdahap faktor
Berdasarkan Tabel 5.10 diketahui bahwa nilai signifikan 0,003 lebih kecil
dari 0,05 dan F >F (3,694>2,33) maka H diterima sehingga dapat dikatakan
hitung tabel 1
varaibel moderating, yaitu: (1) uji interaksi, (2) uji nilai selisih mutlak, dan (3) uji
residual. Dalam penelitian ini digunakan uji residual. Digunakannya uji residual
karena pada uji interaksi dan uji nilai selisish mutlak mempunyai kecenderungan
akan terjadi multikolinearitas yang tinggi antar variabel independen dan hal ini akan
menyalahi asumsi klasik dalam regresi ordinary least square (OLS) (Ghozali, 2013).
Untuk mengatasi multikolinearitas ini, maka dikembangkan metode lain yang disebut
uji residual.
Berdasarkan Tabel 5.11 dan Tabel 5.12 dapat dilihat persamaan hasil uji
residual :
1,294SQRTIDK+ 0,510SQRTIDD
maka,
| e | = -0,049-0,010Y
variabel tak bebas bernilai negatif dan signifikan (Ghozali, 2013). Tabel 5.12
menggambarkan nilai signifikan 0,693 lebih besar dari α = 0,05 dengan nilai
koefisien regresi dari kinerja keuangan bernilai negatif dan tidak signifikan. Jelas
signifikan atau lebih besar dari 0,05 maka struktur modal tidak dapat memoderasi
keuangan. Hal ini dapat diketahui pada Tabel 5.6 dimana nilai signifikan 0,003lebih
mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan yang
GCG yang baik berfokus pada proses manajemen risiko dan pengendalian internal
perusahaan yang pada nantinya dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam
dalam GCG. ROA sebagai indikator kinerja perusahaan, dapat dijadikan sebagai
variabel ini berpengaruh signifikan dan dan negatif terhadap nilai kinerja keuangan.
Nilai negatif dilihat dari nilai koefesien regresi- 0,337dan nilai signifikan 0,009 lebih
kecil dari 0,05.Yang artinya para investor instituisional lebih tepat dan cepat dalam
tepat waktu dan relevan yang dapat mengetahui kegiatan pengolaan laba lebih cepat
dan lebih muda dari investor individual. Tindakan pengawasan para investor
peranan penting dalam kinerja keuangan. Hasil ini mendukung penelitian yang
pengaruh negatif terhada pkinerja keuangan. Tetapi penelitian ini tidak mendukung
bahwa variabel ini berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kinerja keuangan.
Nilai negatif dilihat dari nilai koefesien regresi -0,413 dan nilai signifikan 0,001
lebih kecil dari 0,05. Yang artinya semakin besar proporsi kepemilikan manajerial
pemengan saham.
ini berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja keuangan. Nilai negatif
dilihat dari nilai koefesien regresi -2,601dan nilai signifikan 0,382 lebih besar dari
komiaris dan dewan direksi. Tujuan komite audit adalah memungkinkan dewan
Hasil penelitian ini didukung oleh Farida (2013) dimana secara parsial
menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
nilai perusahaan. Nilai positif dilihat dari nilai koefesien regresi 0,750dan nilai
mengawasi jalannya perusahaan serta memastikan bahwa para manajer benar- benar
komisaris yang independen secara umum mempunyai pengawasan yang lebih baik
menyajikan laporan keuangan yang dilakukan oleh manajeratau dengan kata lain,
bisa jadi dapat menentukan sukses tidaknya suatu perusahaan. Dengan digunakan
penerapan sistem GCG, diharapkan kinerja keuangan akan meningkat dan prediksi
bahwa variabel ini berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja
keuangan. Nilai positif dilihat dari nilai koefesien regresi 0,339dan nilai signifikan
akan diambil baik jangka pendek maupun jangka panjang (Bodroastuti, 2009).
Dewan direksi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan jumlah dewan
direksi. Jumlah dewan direksi yang lebih sedikit akan menciptakan komunikasi yang
lebih baik di antara para direktur, koordinasi yang lebih efektif, dan tindakan yang
lebih cepat dalam mengatasi masalah. Berdasarkan hasil analisis data dapat
disimpulkan bahwa dewan direksi yang diukur dengan menggunakan jumlah dewan
direksi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan. Hasil
ini sesuai dengan hasil penelitian Wulandari (2006), Bayrakdaroglu et al. (2012),
danRomano et al. (2012). Menurut Wulandari (2006) jumlah dewan direksi yang
mengelola perusahaan.
residual tersebut diketahui bahwa variabel struktur modal memiliki nilai signifikan
0,693 lebih besar dari 0,05 namun memiliki nilai koefisien parameter negatif sebesar
-0,049. Karena hasil dari uji koefisien regresi dari kinerja keuangan bernilai negatif
dan tidak signifikan terhadap kinerja keuangan. Hasil uji residual memperoleh hasil
bahwa struktur modal dalam uji residual ini bukanlah merupakan variabel
Dimana pada penelitian Quang dan Xin (2015) dikatakan bahwa struktur
modal memiliki dampak negatif dengan statistik yang signifikan terhadap kinerja
keuangan (dihitung dengan ROA, ROE). Hal ini bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nirajini (2013) dimana ada hubungan yang positif antara
struktur modal dan kinerja keuangan dan juga struktur modal berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Morita (2010) dengan hasil bahwa
struktur modal berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Andhika (2014) hasil
variabel lain seperti dewan direksi dan, komisaris independen tidak berpengaruh
aktivitas investasi aktiva riil perusahaan, dengan cara menentukan struktur modal
antara modal hutang dan modal sendiri. Biasanya berkaitan dengan proyek proposal
yang dapat memaksimalkan harga saham yang merupakan cerminan dari suatu
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasan yang dilakukan pada bab
dependen.
sebanyak 20 perusahaan.
6.3 Saran
moderating.
dijelaskan variabel independen lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
calon investor.
Aji, B.B. (2012). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Tesis.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Amba, S.M. (2013). Corporate Governance and Firms’ Financial Performance,
Journal of Academic and Business Ethics.New York institute of
Technology, Bahrain.
Amidu, M.(2007). How Does Dividend Policy Affect Performance of The Firm On
Ghana Tock Exchange.Investment Management and Financial
Innovations. Volume 4, Issue 2.
Andika, R. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Struktur Modal
Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bei Tahun 2010-2012). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis:
Universitas Diponegoro Semarang.
Asian Corporate Governance Association (ACGA). (2012). Regional Analysis
ACGA Reposts 2012. www.acga-asia.org
Arief, M,dan,.Bambang A.P. (2007). Mekanisme Corporate Governance, Manajemen
Laba dan Kinerja Keuangan: Studi pada Perusahaan Go Publik Sektor
Manufaktur. Simposium Nasional Akuntansi X.
Arifin. (2005). Peran Akuntan dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate
Governance pada Perusahaan di Indonesia (Tinjauan Perspektif Teori
Keagenan).Pidato Sidang Senat Guru Besar Universitas Diponegoro.
Semarang : Universitas Diponegoro.
Arviansyah, Y. (2013). Pengaruh Struktur Modal, Kinerja Keuangan Perusahaan,
Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index
(JII) (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di JII (2008-2011).
Skripsi, Fakultas Ekonomi Syariah. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta
Bambang, R. (1990). Dasar-dasar Pembelanjaan. Yogyakarta: Yayasan Badan
Penerbit Gajah Mada.
Beiner. S., W. Drobetz, F. Schmid dan H. Zimmermann (Eds.). (2003). Is Board zise
An Independent Corporate Governance Mechanism.
http://www.wwz.unibaz.ch/cofi/publications/papers/2003/06.03.pdf.
Bodaghi, A.,& Ahmad, A. (Eds.).(2011). The Effect of Corporate Governance and
Ownership Structure on Capital Structure of Iranian Listed
Companies.7th International Conference on Enterprise Systems,
Accounting and Logistics (7th ICESAL 2010).
Boediono, G. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan
Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo.
1. Penyusunan
dan
Pengajuan
Proposal
2. Bimbingan
Proposal
3. Kolokium
4. Bimbingan
Tesis
5. Seminar
Hasil
6. Sidang akhir
Tesis
Unstandardized
Residual
N 80
Mean ,0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 9,83555279
Absolute ,178
Most Extreme Differences Positive ,176
Negative -,178
Kolmogorov-Smirnov Z 1,588
Asymp. Sig. (2-tailed) ,013
Collinearity Statistics
Keterangan
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
KI Tidak terjadi
,375 2,668
Multikolinearitas
KM Tidak terjadi
,367 2,723
Multikolinearitas
KA Tidak terjadi
,753 1,329
Multikolinearitas
IDK Tidak terjadi
,875 1,143
Multikolinearitas
IDD Tidak terjadi
,973 1,028
Multikolinearitas
SM Tidak terjadi
,937 1,067
Multikolinearitas
a. Dependent Variable: KK
Unstandardized
Residual
N 66
Mean ,0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1,04944230
Absolute ,136
Most Extreme Differences Positive ,136
Negative -,104
Kolmogorov-Smirnov Z 1,108
Asymp. Sig. (2-tailed) ,172
Coefficientsa
Coefficientsa