Anda di halaman 1dari 135

PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE

GOVERNANCETERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN STRUKTUR


MODAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BEI

TESIS

OLEH

LUSIANA
147017198 /AKT

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCETERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN STRUKTUR
MODAL SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BEI

TESIS

UntukMemperolehGelar Magister Sains dalam Magister


AkuntansipadaFakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara

OLEH

LUSIANA
147017198 /Akt

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


Judul Penelitian : PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE
GOVERNANCETERHADAP KINERJA KEUANGAN
DENGAN STRUKTUR MODAL SEBAGAI
VARIABEL MODERATING PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

Nama Mahasiswa : LUSIANA


Nomor Pokok : 147017198
Program Studi : Magister Akuntansi

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

(Dr. Erwin Abubakar, MBA, Ak, CA) (Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, CA)
Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA,CPA,CA) (Prof.Dr.Ramli, SE, MS)

Tanggal Lulus : 31 Januari 2017

Universitas Sumatera Utara


Telah Diuji pada
Tanggal : 31 Januari 2017

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Dr. Erwin Abubakar, MBA, Ak, CA

Anggota : 1.Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, CA

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, CA

3. Dra. Tapi Anda Lubis, M.Si, Ak, CA

4. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, CA

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini yang berjudul “Pengaruh
Penerapan Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan dengan
Struktur Modal Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di BEI”disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister
pada Program Studi Akuntansi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara
adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan – pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian


tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan
sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian disertasi


ini bukan hasil karya penulis atau adanya plagiat dalam bagian – bagian tertentu,
penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang
dan sanksi –sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 31 Januari 2017


Yang membuat Pernyataan

Lusiana

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh good


corporate governance dengan indikator yang terdiri dari kepemilikan institusi,
kepemilikan manajerial, komite audit, independensi dewan komisaris dan
independensi dewan direksi berpengaruh secara parsial maupun simultan terhadap
kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan juga untuk menguji dan menganalisis apakah kemampuan struktur
modal dapat memoderasi hubungan antar variabel good corporate governance
dengan indikator yang terdiri dari kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial,
komite audit, independensi dewan komisaris dan independensi dewan direksi pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar Bursa Efek Indonesia.Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Dari
143 perusahaan sebagai populasi diambil sampel sebanyak 20 perusahaan yang
ditentukan dengan metode purposive sampling. Metode analisis yang digunakan
adalah analisis regresi linear berganda dan uji residual.Hasil pengujian hipotesis
pertama secara parsial menunjukkan bahwakepemilikan institusi dan kepemilikan
manajerial berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, sedangkan secara
simultan menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial,
komite audit, independensi dewan komisaris dan independensi dewan direksi
berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Pengujian hipotesis kedua menunjukkan
bahwa struktur modal tidak mampu memoderasi hubungan variabel kepemilikan
institusi, kepemilikan manajerial, komite audit, independensi dewan komisaris dan
independensi dewan direksi terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar Bursa Efek Indonesia.

Kata kunci :Kinerja keuangan,good corporate governance, kepemilikan institusi,


kepemilikan manajerial, komite audit, independensi dewan komisaris,
independensi dewan direksi, dan struktur modal

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The objective of the research was to examine and analyze the influence of
good corporate governance with the indicators of institutional ownership,
managerial ownership, audit committee, independency of board of commissioners,
and independency of board of directors partially and simultaneously on financial
performance in manufacture companies listed in BEI (Indonesia Stock Exchange)
and whether capital structure was able to moderate the correlation of the variables
of good corporate governance with the indicators of institutional ownership,
managerial ownership, audit committee, independency of board of commissioners,
and independency of board of directors with financial performance in manufacture
companies listed in BEI. The population was 143 manufacture companies listed in
BEI, and 20 of them were used as the samples, taken by using purposive sampling
technique. The data were analyzed by using multiple linear regression analysis and
residual test. The result of the first hypothesis test showed that, partially, institutional
ownership and managerial ownership had significant influence on financial
performance. Simultaneously, the variables of institutional ownership, managerial
ownership, audit committee, independency of board of commissioners, and
independency of board of directors influenced financial performance. The result of
the second hypothesis showed that capital structure did not moderate the correlation
of the variables of institutional ownership, managerial ownership, audit committee,
independency of board of commissioners, and independency of board of directors
with financial performance in manufacture companies listed in BEI.

Keywords: Financial Performance, Good Corporate Governance, Institutional


Ownership, Managerial Ownership, Audit Committee, Independency of
Board of Commissioners, and Independency of Board of Directors,
Capital Structure

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan berkah-Nya, sehingga penelitian yang berjudul“Pengaruh Penerapan Good
Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Struktur Modal
Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
BEI”dapat selesai. Penelitian ini merupakansalah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Bapak Prof Dr. Ramli, SE, MS, selakuDekanFakultasEkonomidan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Ade FatmaLubis, MAFIS, MBA, CPA, CA, selakuKetua Program
Studi Magister AkuntansiFakultas Ekonomi dan BisnisUniversitasSumatera
Utarasekaligus dosen pembanding yang telah memberikan kritikan, saran dan
masukan kepada penulis sehingga mampu menghasilkan tesis yang lebih baik.
4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, CA selaku sekretaris Program Studi
Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
sekaligus dosen pembanding yang telah memberikan kritikan, saran dan
masukan kepada penulis sehingga mampu menghasilkan tesis yang lebih baik.
5. Bapak Dr. Erwin Abu bakar, MBA, Ak, CA sebagai Ketua Komisi pembimbing
yang telah banyak memberikanwaktubimbingandan saran serta masukan kepada
penulis dalam menyusun tesis.
6. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, CA selaku anggota pembimbing yang telah
banyak membimbing dan memberi saran
dalammenyelesaikanpenyusunantesisini.
7. Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, CA selakudosenpembanding yang
telahmemberikankritikan, saran dan masukan kepada penulis sehingga mampu
menghasilkan tesis yang lebih baik.

Universitas Sumatera Utara


8. Segenap Bapak/IbudosensertaStafSekretariatProgram Studi Magister Akuntansi
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utarasertasemuapihak
yang telahmembantumenyelesaikantesisini.
9. Teristimewa untuk orang tua yang sangat penulis cintai dan hormati Ir.Syahrudin
Hadi Selian dan Erliyanna Br. Ginting M.Km, serta abang tersayang Dedy
Selian ST, Fran Sinatra SIP M.Si, adek tersayang Surianta, dan keluarga yang
telahmemberikandorongan, doa, pengorbanan, didikan dan semangat yang
sangat berarti sertakasihsayangkepadapenulisselamamenyelesaikantesisini.
10. Rekan seperjuangan di Program Magister Akuntansi USU yang telah
mendukung sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kelemahan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis membuka hati dan pikiran jernih untuk
menerima masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menjadikan tesis ini lebih baik lagi dan bermanfaat.

Medan, 31 Januari 2017


Penulis,

Lusiana

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Lusiana
Alamat : Desa Kumbang Indah Blok E No 2-3, Kutacane
Tempat/tgl. Lahir : Kutacane/05 Juni 1989
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum menikah
Nama Ayah : Ir. Syahrudin Hadi Selian
Nama Ibu : Erliyanna Br. Ginting M.Km

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 2014 – 2017 : Program Magister Akuntansi (S2) Universitas Sumatera


Utara
Tahun 2011 – 2013 : Program Ekonomi Akuntansi (S1) Universitas Darma Agung
Tahun 2005 – 2008 : Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Medan
Tahun 2002 – 2005 : Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Badar
Tahun 1996 – 2002 : Sekolah Dasar (SD) Negeri 5 Badar
Tahun 1993 – 1996 : Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kutacane

RIWAYAT PEKERJAAN

Tahun 2014 : BPJS Kesehatan Jakarta Pusat


Tahun 2017 : Kementerian Dalam Negeri, Direktorat Ormas

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
DAFTAR TABEL ...................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian……………………………. 1
1.2. Rumusan Masalah……………………………………. 13
1.3. Tujuan Penelitian……………………………………... 14
1.4. Manfaat Penelitian……………………………………. 14
1.5. Originalitas…………………………………………… 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………… 16
2.1. Landasan Teori……………………………………….. 16
2.1.1. Teori keagenan ……………………………….. 16
2.1.2. Kinerja Keuangan …………………………….. 17
2.1.2.1. Defenisi Kinerja Keuangan……… 18
2.1.2.2. Manfaat Penilaian Kinerja…….... 18
2.1.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Keuangan ..............................………….... 19
2.1.3 Good Corporate Governance……………….. 22
2.1.3.1 Kepemilikan Institusi..................... 27
2.1.3.2 Kepemilikan Manajerial................. 28
2.1.3.3 Komite Audit..........................….. 30
2.1.3.4 Independensi Dewan Komisaris..... 31
2.1.3.5 Independensi Dewan Direksi......... 34
2.1.4 Struktur Modal…………………………….... 34
2.1.4.1 Jenis-jenis Modal…………………… 37
2.1.4.2. Teori Struktur Modal…………… 38
2.2 Review Peneliti Terdahulu……………………… 41
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS…………. 50
3.1. Kerangka Konsep……………………………….. 50
3.2. Hipotesis…………………………………………. 52
BAB IV METODE PENELITIAN……………………………. 56
4.1. Jenis Penelitian……………………………………. 56
4.2. Lokasi Penelitian………………………………….. 56
4.3. Populasi dan Sampel……………………………..... 57
4.4. Metode Pengumpulan Data……………………… 57
4.5. Jenis dan Sumber Data………………………….. 58
4.6. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel Penelitian
……………………………………………………. 59
4.7. Teknik Analisis Data…………………………….. 63
4.7.1. Statistik Deskriptif ...................................... 63
4.7.2 Uji Asumsi Klasik ....................................... 63
4.7.2.1 Uji Normalitas ................................ 63
4.7.2.2 Uji Multikolinearitas ....................... 63

Universitas Sumatera Utara


4.7.2.3 Uji Autokorelasi ............................. 64
4.7.2.4 Uji Heterokedasitas ........................ 64
4.7.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ................... 65
4.7.3.1 Analisis Regresi Pertama ................ 65
4.7.3.1.1 Uji Koefisien Determinasi . 66
4.7.3.1.2 Uji t Statistik (Uji Parsial).. 66
4.7.3.1.3 Uji F (f-test) ....................... 66
4.7.3.2 Uji Hipotesis Kedua (H2) ............. 67
4.7.3.2.1 Uji Resdual ....................... 67
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............... 69
5.1 Statistik Deskriptif ....................................................... 69
5.2 Uji Asumsi Klasik ...................................................... 71
5.2.1 Uji Normalitas ................................................... 71
5.2.2 Uji Multikolinearitas ......................................... 73
5.2.3 Uji Autokorelasi ................................................. 75
5.2.4 Heterokedastisitas ............................................. 75
5.3 Uji Asumsi Klasik Setelah Transformasi ................... 76
5.3.1 Uji Normalitas ................................................... 76
5.2.2 Uji Multikolinearitas ......................................... 78
5.2.3 Uji Autokorelasi ................................................. 80
5.2.4 Heterokedastisitas ............................................. 80
5.4 Uji Hipotesis ................................................................ 81
5.4.1 Koefisien Determinasi ........................................ 82
5.4.2 Uji Signifikan Parsial ......................................... 82
5.4.3 Signifikan Simultan ............................................ 85
5.5 Uji Hipotesis Kedua .................................................... 86
5.5.1 Regresi Variabel Moderating ............................... 86
5.6. Pembahasan Hasil Penelitian ......................................... 88
5.6.1 GCG Terhadap Kinerja Keuangan ....................... 88
5.6.2 Pengaruh Kepemilikan Institusi Terhadap Kinerja
Keuangan
............................................................................... 89
5.6.3 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja
Keuangan............................................................... 90
5.6.4 Pengaruh Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan 90
5.6.5 Pengaruh Independensi Dewan Komisaris Terhadap
Kinerja Keuangan................................................... 91
5.6.6 Pengaruh Independensi Dewan Direksi Terhadap Kinerja
Keuangan.............................................................. 92
5.6.7 Struktur Modal dalam Memoderasi Terhadap Kinerja
Keuangan .............................................................. 93
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ........................................... . 95
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………....... . 98
LAMPIRAN ..............……………………………………………............... 105

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ............................................................ 45


Tabel 4.1 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ............ 61
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif .................................................................................... 69
Tabel 5.2 Hasil Kolmogorov-Smirnov ............................................................ 73
Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Transformasi ........................ 74
Tabel 5.4 Hasil Uji Autokorelasi Sebelum Transformasi .................................... 75
Tabel 5.5 One Sampel-Kolmogorov Smirnov Sebelum Transformasi ............ 78
Tabel 5.6 Hasil Pengujian Multikolinearitas Sebelum Transformasi ........................ 79
Tabel 5.7 Hasil Pengujian Autokorelasi ............................................................ 80
Tabel 5.8 Koefisien Determinasi ........................................................................ 82
Tabel 5.9 Hasil Uji Statistik t .................................................................................... 83
Tabel 10 Hasil Uji Statistik F .................................................................................... 86
Tabel 5.11 Uji Residual (Struktur Modal) ............................................................ 87
Tabel 5.12 Hasil Uji Residual .................................................................................... 87

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ........................................................................ 50


Gambar 5.1 Normal P-Plot Sebelum Transformasi ................................................ 72
Gambar 5.2 Grafik Histogram Sebelum Transformasi .................................... 72
Gambar 5.3 Hasil Uji Heterokedastisitas Sebelum Transformasi ........................ 76
Gambar 5.4 Normal P-Plot Setelah Transformasi ................................................ 77
Gambar 5.5 Grafik Histogram Setelah Transformasi ................................................77
Gambar 5.6 Uji Heterokedastisitas Setelah Transformasi .................................... 81

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Tabel 1.1 Waktu Penelitian .................................................................................. 105


Tabel 2.1 Daftar Populasi Dan Sampel Perusahaan Manufaktur 2012-2015 ....... 106
Tabel 4.1 Data Perusahaan Manufaktur Periode 2012-2015 ...................... 111
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif ...................................................................... 113
Gambar 5.1Normal P-Plot Sebelum Transformasi .............................................. 113
Gambar 5.2Grafik Histogram Sebelum Transformasi .................................. 114
Tabel 5.2 Hasil Uji One Sampel Kolmogorov-Smirnov .................................. 114
Tabel 5.3 Uji Multikolinearitas Sebelum Transformasi .................................. 115
Tabel 5.4 Uji Autokorelasi Sebelum Transformasi .............................................. 115
Gambar 5.3Hasil Heterokedastisitas Sebelum Transformasi .................................. 116
Gambar 5.4Normal P-Plot Setelah Transformasi .............................................. 117
Gambar 5.6Grafik Histogram Setelah Transformasi .............................................. 117
Tabel 5.5 Hasil Uji One Sampel Kolmogorov-Smirnov Setelah Transformasi 118
Tabel 5.6 Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi .................................. 118
Tabel 5.7 Uji Autokorelasi Setelah Transformasi .............................................. 119
Gambar 5.7Hasil Heterokedastisitas Setelah Transformasi .................................. 119
Tabel 5.8 Koefisien Determinasi ...................................................................... 119
Tabel 5.9 Uji Statistik T .................................................................................. 120
Tabel 5.10 Uji Statistik F .................................................................................. 120
Tabel 5.11 Uji Residual (Struktur Modal) .......................................................... 121
Tabel 5.12 Uji Hasil Residual ...................................................................... 121

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang penelitian

Perusahaan membutuhkan dana untuk membiayai kegiatan usaha dan

memperluas kegiatan usahanya. Dana tersebut dapat di peroleh baik dari pihak

internal, yaitu pihak dari perusahaan itu sendiri, maupun pihak eksternal yaitu

investor. Dalam menentukan keputusan investasi dalam sebuah perusahaan,penting

bagi calon investor untuk mengetahui kondisi kenerja keuangan tersebut. Kinerja

keuangan suatu perusahaan pada hakikatnya merupakan salah satu aspek yang tak

akan habis untuk dibahas. Kinerja sebagai gambaran pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan atau program atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan

visi organisasi. Kinerja keuangan yang baik merupakan salah satu faktor untuk

meningkatkan nilai perusahaan.Menurut Theresia (2005) Kinerja keuangan

dipengaruhi oleh terkonsentrasi atau tidaknya struktur kepemilikan dan

pengungkapan laporan keuangan (Disclousure). Dimana peningkatan nilai atau citra

merupakan cara untuk meningkatkan kesejahteraan para pemiliknya, atau untuk

memaksimalkan kekayaan pemegang saham perusahaan (Brigham dan

Houston,2006).

Media yang dapat digunakan untuk melihat kinerja keuangan perusahaan adalah

laporan keuangan dengan melakukan analisis laporan keuangan yang bertujuan untuk

menyediakan informasi menyangkut posisi keuangan serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai laporan

keuangan dalam pengambilan keputusan. Analisis terhadap laporan keuangan dapat

dilakukan dengan melakukan analisis rasio keuangan. Dengan analisis rasio

Universitas Sumatera Utara


keuangan dapat diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaan di bidang keuangan,

namun dapat juga dipakai sebagai sistem peringatan awal (early warning system)

terhadap kemunduran kondisi keuangan perusahaan. Rasio keuangan akan membantu

untuk mengetahui posisi perusahaan ditengah perusahaan lain dan bermanfaat bagi

para investor dan pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.Selain

itu, rasio keuangan banyak digunakan oleh berbagai penelitian karena rasio keuangan

terbukti berperan penting dalam evaluasi kinerja keuangan dan dapat digunakan

untuk memprediksi kelangsungan usaha baik yang sehat maupun yang tidak sehat

(Chen, 1981 dalam Gamayuni, 2006). Oleh karena itu dalam menganalisa dan

menilai kondisi keuangan, faktor utama yang pada umumnya mendapat perhatian

khusus oleh para investor atau para pemakai laporan keuangan adalah likuiditas,

solvabilitas / leverage, aktivitas dan profitabilitas.

Menurut Arifin (2005) dalam tulisannya yang disampaikan pada sidang Senat

Guru Besar Universitas Diponegoro tahun 2005, disebutkan bahwa Good Corporate

Governance (GCG) merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi pemakai laporan

keuangan dalam pengambilan keputusan karena prinsip transparansi dan

akuntabilitas, serta penyajian informasi akuntansi yang berkualitas dan lengkap.

Selanjutnya Arifin (2005) menyatakan bahwa GCG merupakan hal yang sangat

bermanfaat bagi pemakai laporankeuangan dalam pengambilan keputusan karena

prinsip transparansi danakuntabilitas, serta penyajian informasi akuntansi yang

berkualitas dan lengkap.

GCG secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan

perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder.

Ada dua hal yang ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang

Universitas Sumatera Utara


saham untuk memperoleh informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya

dan kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure)

secara akurat, tepat waktu, dan transparans terhadap semua informasi kinerja

perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.

Penerapan konsepGCG di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan

profesionalitas manajer dan kesejahteraan pemegang saham tanpa mengabaikan

kepentingan stakeholder yang akhirnya akan meningkatkan kinerja keuangan

(Sulistyanto dan Haris, 2003).

Riset The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), 2002,

menemukan bahwa alasan utama perusahaan menerapkan GCGadalah kepatuhan

terhadap peraturan. Perusahaan meyakini bahwa implementasi GCG merupakan

bentuk lain penegakan etika bisnis dan etika kerja yang sudah lama menjadi

komitmen perusahaan, dan implementasi GCG yang berhubungan dengan

peningkatan citra perusahaan. Perusahaan yang mempraktikkan GCG akan

mengalami perbaikan citra, dan peningkatan nilai perusahaan.

Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang terjadi, menuntut perusahaan

untuk mampu menyediakan sarana dan sistem penilaian yang dapat mendorong

persaingan ke arah peningkatan efisiensi dan daya saing. Sehubungan dengan itu,

informasi keuangan sangat bermanfaat bagi para investor yang akan menanamkan

modalnya disuatu perusahaan untuk menilai sejauh mana keberhasilan yang telah

dicapai dan membuat prediksi dari informasi yang diperolehnya. Dalam investasi

yang akan dilakukan oleh para investor, maka perlu suatu perencanaan yang matang

dengan melakukan usaha penilaian terhadap kinerja keuangan dimana mereka akan

menanamkan investasinya.

Universitas Sumatera Utara


Menurut Wikipedia, corporate Governance atau Tata Kelola Perusahaan adalah

rangkaian proses, kebiasaan, kebijakan, aturan, dan institusi yang mempengaruhi

pengarahan, pengelolaan, serta pengontrolan, suatu perusahaan. Tata Kelola

perusahaan juga mencakup hubungan antara para pemangku (stakeholder) yang

terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan. Pihak-pihak utama dalam tata kelola

perusahaan adalah pemegang saham, manajemen, dan dewan direksi. Pemangku

kepentingan lainnya termasuk karyawan, pemasok, pelanggan, bank dan kreditor

lain, regulator, lingkungan serta masyarakat luas.

Untuk menciptakan situasi perekonomian yang baik bagi semua pihak, GCG

berkembang diberbagai perusahaan baik yang sifatnya publik maupun swasta. Forum

for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) telah berdiri di Indonesia untuk

menangani mengenai masalah ini. Secara logika, perusahaan yang baik harus

mempunyai sistem pengendalian yang baik, jika itu dilakukan maka disinilah

perlunya GCG dalam mewujudkan semua itu, namun kenyataannya penerapan GCG

dalam perusahaan khususnya di Indonesia masih relatif rendah, maka tidak heran jika

perusaan di Indonesia umumnya belum dapat maksimal secara kualitas

(Willyz,2010).

Hal ini didukung dari survey yang dilakukan oleh Asian Corporate Governance

Association (ACGA) menghasilakan bahwa 11 negara yang ada di Asia untuk dapat

dibandingkan dan dikatakan telah mengikuti standar internasional haruslah

mendapatkan nilai 80%. Hal ini terlihat bahwa negara Singapura yang memiliki nilai

69% masih membutuhkan jalan panjang untuk mencapai nilai 80%. Apalagi

Indonesia yang baru mencapai setengah dari target yaitu 37% (Asian Corporate

Association, 2012).

Universitas Sumatera Utara


Dalam mengembangkan GCG lembaga ini dilandasi oleh pemikiran pentingnya

mengetahui sejauh mana perusahaan-perusahaan publik telah menerapkan prinsip

GCG dan keikutsertaannya dalam program ini secara sukarela.

Konsep GCG mulai banyak diperbincangkan di Indonesia saat krisis ekonomi

melanda Asia Tenggara termasuk Indonesia. Dampak dari krisis tersebut banyak

perusahaan berjatuhan karena tidak mampu bertahan, salah satu penyebabnya adalah

karena pertumbuhan yang dicapai selama ini tidak dibangun atas landasan yang

kokoh sesuai dengan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Dalam studi yang

dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) krisis yang terjadi di Asia

disebabkan oleh lemahnya penerapan corporate governance.

Tata kelola perusahaan juga berpengaruh besar terhadap pembangunan

berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi, yang secara khusus menambah kuat dari

sektor koporasi dan memahami lebih kemampuan dalam menarik modal untuk

melumasi ekonomi (Shleifer dan Vishny, 1997). Beroperasi secara transparan dan

tanggung jawab dan dilakukan demi kepentingan bersama akan membawa

keberhasilan dalam praktis bisnis perusahaan. Dimana terdapat kemudahan dalam

pengembalian investasi. Selain itu, tata kelola yang berkualitas tinggi juga membuat

budaya perusahaan yang dapat meningkatkan motivasi manajemen dalam mengambil

tindakan-tindakan yang membuat keuntungan bagi perusahaan dengan

meminimalkan biaya modal.

Salah satu permasalahan yang ada di tata kelola perusahaan adalah mengenai

perencanaan, koordinasi, pemberian mandat dan bagaimana mengambil kebijakan

ekonomi perusahaan oleh pemegang kepentingan di perusahaan itu. Setiap

perusahaan mempunyai visi misi tersendiri. Tentunya dengan adanya visimisi

Universitas Sumatera Utara


tersebut, perusahaan mempunyai arah dan tujuan. Tetapi untuk mencapai hal

tersebut, diperlukan kerjasama yang kuat antar pemangku kepentingan dan pastinya

dengan tata kelola perusahaan yang baik.

Pemangku kepentingan yang ada di perusahaan antara lain kepemilikan institusi,

kepemilikan manajerial, komite audit, dewan komisaris independen, dewan direksi

independen, dan lain-lain. Kesemua faktor tersebut diduga berpengaruh dalam

penentuan sumber modal.

Kebutuhan akan modal juga sangatlah penting bagi perusahaan untuk

menjalankan kegiatan operasional. Tanpa modal, perusahaan akan sangat kesulitan

untuk mencapai tujuannya, yaitu mendapatkan laba yang besar. Setiap modal

mempunyai biaya, dimana biaya dari setiap modal itu disebut biaya modal. Biaya

modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan

modal.

Perusahaan harus dengan bijak ketika menggunakan modal untuk kegiatan

operasional. Modal yang diperoleh perusahaan akan digunakan sebaik mungkin

untuk kegiatan operasional, dan apabila sumber pendanaan internal dari perusahaan

sudah habis, maka perusahaan harus mencari cara bagaimana cara mendapatkan

sumber modal baru. Cara untuk mendapatkan modal bisa dengan berbagai cara,

seperti dari hutang, saham preferen, saham biasa, laba ditahan untuk mendanai

semua operasi perusahaan. Tetapi cara tersebut harus didukung dengan pengelolaan

dan kerja sama tim yang baik dari pemangku kepentingan perusahaan, yaitu dengan

menciptakan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).

GCG sangat berpengaruh dengan pemerolehan modal perusahaan. Jika tata

kelola perusahaannya baik, otomatis modal yang akan didapatkan akan sangat

Universitas Sumatera Utara


optimal. Bukan hanya itu, tata kelola perusahaan yangbaik dapat meiningkatkan

stabilitas ekonomi perusahaan itu sendiri. Semuanya dapat berjalan dengan lancar

jika tata kelola perusahaannya berhasil.

Penentuan sumber modal mempunyai kelemahan dan kelebihan. Struktur modal

yang optimal adalah yang dapat meminimalkan biaya modal dan dapat

memaksimalkan nilai perusahaan (Riyanto, 2001). Seperti hukum ekonomi yang

bagaimana mengeluarkan pengorbanan sekecil-kecilnya untuk mendapatkan

keuntungan sebesar besarnya, sedangkan menurut Brigham dan Houston (1998),

struktur modal yang optimal adalah gabungan antara uang dan ekuitas yang akan

memaksimalkan harga saham. Dengan kata lain, perusahaan harus menganalisis

semua faktor-faktor yang akan mempengaruhi struktur modal untuk mendapatkan

sumber modal yang minim akan biaya modal.

Pemilik perusahaan dalam menjalankan tugasnya menunjuk seorang manajer,

yang akan menentukan kebijakan-kebijakan strategis guna kepentingan perusahaan

yang seusai dengan kondisi pasar. Tugas manajer adalah mengkoordinasikan,

mengorganisasi dan melakukan pengontrolan sumber daya yang efektif dan efisien.

Salah satu sumber daya yang harus dikelola manajer adalah sumber daya

permodalan. Dimana sumber daya permodalan sangatlahpenting bagi

keberlangsungan operasional yang dapat mengoptimalisasi nilai perusahaan,

memaksimumkan kemakmuran investor, dan meminimalkan biaya modal. Konflik

antara manajer dan pemegang saham dapat dihilangkan dengan cara pemilihan biaya

modal yang optimal, karena keputusan yang diambil oleh manajemen dalam

pencairan sumber modal tersebut dipengaruhi oleh pemegang saham (Nugroho,

2013).

Universitas Sumatera Utara


Pemilihan struktur modal juga digunakan untuk meningkatkan kemakmuran

pemegang saham. Hal itu dikarenakan, pemegang saham sangat berpengaruh dalam

pengendalian penjualan saham di perusahaan tersebut. Maka dari hal itu, pemegang

saham menginginkan kondisi perusahaan tetap menguntungkan bagi dirinya entah

bagaimanapun caranya. Tetapi manajer lebih mengetahui kondisi internal

perusahaan, sehingga mereka lah yang bisa memberikan usulan kebijakan di

perusahaan tersebut meskipun kekuasaan tertinggi ada pada pemegang saham. Para

manajer bertindak sebaik mungkin untuk jabatan dan nama baik mereka. Semakin

keputusan yang diambil adalah benar, keuntungan yang diperoleh atas jabatannya

pun semakin besar. Manajer menginginkan promosi dan spesialisasi untuk dirinya

sendiri dengan cara bekerja dengan semaksimal mungkin untuk perusahaan.

Kepentingan antara manajer dan pemegang saham ini dapat menimbulkan

adanya masalah keagenan. Masalah keagenan ini ditimbulkan karena adanya

pertentangan kepentingan antara agen dan prinsipal. Pemisahan fungsi kepemilikan

dan fungsi pengelolaan perusahaan sering menimbulkan konflik (Jensen dan

Meckling, 1976). Konflik tersebut berdampak pada pengambilankeputusan

penggunaan aktivitas modal dan pencairan modal, termasuk bagaimana cara

mendapatkan sumber modal. Hal tersebut menuntut adanya tata kelola perusahaan

yang baik, agar meminimalisir konflik seperti itu yang berimbas pada

keberlangsungan perusahaan.

GCG merupakan seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara

pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para

pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak

dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan

Universitas Sumatera Utara


mengendalikan perusahaan (Forum For Corporate Governance in Indonesia /

FCGI). Corporate governance secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan

mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah (value added) untuk

semua stakeholder (Monks, 2003). Perusahaan yang telah menetapkan corporate

govcernance dengan baik, tentunya dapat mengembangkan usahanya dengan sangat

baik pula. Segalanya berawal dari kondisi internal perusahaan itu sendiri, karena tata

kelola perusahaan yang baik akan membuat kinerja perusahaan menjadi baik. Bukan

hanya itu saja, tetapi dapat meminimalkan biaya modal untuk menghasilkan sumber

modal yang mencukupi untuk perusahaan.

Good corporate governance dan struktur modal adalah dua komponen yang

menjadi dasar stabilitas ekonomi sebuah perusahaan. Tanpa dua hal tersebut, kondisi

ekonomi suatu perusahaan akan menajadi pincang. Jika keduanya dapat terjaga

dengan baik, maka akan menghilangkan pengendalian buruk yang ada di perusahaan,

kebudayaan yang buruk, bahkan kegagalan yang mengarah padakebangkrutan

sekalipun. Karena bagaimanapun juga, sebuah perusahaan harus dikendalikan oleh

orang-orang yang berkompeten yang mampu mengambil kebijakan dalam

perusahaan dengan tepat.

GCG dalam penelitian ini dipengaruhi oleh kepemilikan institusi, kepemilikan

manajerial, komite audit, independensi dewan komisaris dan independensi dewan

direksi. Dewan direksi merupakan kumpulan dari beberapa orang yang ditunjuk

untuk memimpin perusahaan. Bisa pemilik perusahaan tersebut, atau orang

profesional yang dianggap dapat memimpin perusahaan tersebut. Dewan direksi

ditunjuk oleh para pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham (RUPS),

dimana fungsi dari dewan direksi tersebut adalah mengambil keputusan dan

Universitas Sumatera Utara


membuat kebijakan yang mewakili pihak pemegang saham serta mengawasi kinerja

para manajer. Secara otomatis, segala keputusan yang diambil oleh dewan direksi,

berpengaruh atas peningkatan kemakmuran pemegang saham. Pengawasan terhadap

kinerja manajer perusahaan akan berdampak pula kepada kinerja perusahaan. Kinerja

manajer baik, kinerja keuangan juga akan menjadi baik. Maka dari itu perusahaan

akan dengan mudah mendapatkan modal.

Kepemilikan institusional merupakan persentase jumlah saham pada akhir

periode akuntansi yang dimiliki oleh pihak eksternal, seperti lembaga, perusahaan,

asuransi, bank atau institusi lain (Bukhori, 2012). Tindakan monitoring yang

dilakukan oleh sebuah perusahaan dan pihak pemegang saham insitusional lainnya

dapat membatasi perilaku para manajer dalam pengendalian dan pengambilan

keputusan (Cornett , Marcuss, Saunders dan Tehranian, 2006). Beiner,

Drobetz,Schmid danZimmermann(2003) menegaskan bahwa untuk memperbaiki tata

kelola perusahaan dengan meyakinkan bahwa perusahaan memiliki satu atau lebih

pemegang saham besar. Solomon dan Solomon (2004) menyatakan bahwa pengaruh

pemegang saham institusional terhadap manajemen perusahaan dapat menjadi sangat

penting serta dapat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan manajemen dengan

para pemegang saham.

Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajermen perusahaan

yang diukur dengan presentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen (Sujono

dan Soebiantoro, 2007). Dengan meningkatnya kepemilikan manajerial, secara

otomatis manajemen perusahaan akan meningkatkan kinerja lebih baik lagi. Karena

kinerja yang mereka berikan untuk perusahaan, juga berpengaruh terhadap

kemakmuran mereka sebagai pemegang saham. Otomatis, keuntungan yang akan

Universitas Sumatera Utara


diterima perusahaan akan semakin besar, dan itu dapat dijadikan sebagai sumber

pendanaan modal perusahaan. Masalah keagenan akan berkurang karena selarasnya

antara kepentingan pemegang saham dan manajemen perusahaan.

Komisaris independen merupakan sekelompok orang atau anggota yang bukan

merupakan pegawai atau orang yang berususan langsung dengan perusahaan dan

tidak mewakili pemegang saham. Komisaris independen sangat dibutuhkan oleh

perusahaan karena tindakannya yang independen membuat kebijakan yang

ditetapkan semata-mata untuk kepentingan perusahaan. Fungsi dari komisaris

independen ini juga menghindari benturan transaksi yang mengandung kepentingan

antar pemegang saham karena dianggap objektif dalammenentukan sikap. Komisaris

independen juga dapat memberikan saran untuk pemilihan modal berdasarkan laju

perkembangan ekonomi perusahaan, sehingga penilaian mereka selalu

dipertimbangkan karena keobjektivitasannya.

Komisaris independen dan dewan direksi memiliki peran penting dalam

mekanisme tata kelola perusahaan yaitu untuk menetukan kebijakan yang akan

dijalankan perusahaan serta perlindungan terhadap pihak investor dalam jangka

pendek ataupun jangka panjang (Aji, 2012). Penelitian empiris yang dilakukan oleh

Yermarck (1996) memperoleh hasil bahwa dewan direksi tidak berpengaruh terhadap

kinerja perusahaan sehingga secara umum tidak berpengaruh juga terhadap integritas

laporan keuangan. Kepemilikan institusional dan kepemilikan manajemen dalam

perusahaan merupakan struktur kepemilikan yang berfungsi melihat kewajaran

laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan (Leo, 2012).

Dengan adanya kinerja yang meningkat dari pemangku kepentingan perusahaan

tersebut, secara pasti nilai perusahaan akan meningkat dan perusahaan akan dengan

Universitas Sumatera Utara


mudah mendapatkan pendanaan modal. Penelitian ini mengambil data dari

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015. Alasan mengapa

menjadikan perusahaan manufaktur sebagai data penelitian karena: (1) perusahaan

manufaktur harus memberikan informasi yang jelas kepada publik dibandingkan

dengan perusahaan yang tidak terdaftar di bursa efek Indonesia dan perusahaan

tersebut telah mendaftarkan laporan keuangannya kepada Bapepam dan

dipublikasikan, (2) kemampuan analis harus dapat membandingkan perusahaan yang

satu dengan yang lainnya, hal tersebut didukung dengan jumlah perusahaan

manufaktur yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan perusahaan jenis lainnya dan

saham emiten yang paling aktif diperdagangkan di bursa, 70 persen merupakan

perusahaan manufaktur, (3) perusahaan manufaktur sangat sensitif terhadap dampak

perubahan metode akuntansi atau kebijakan pajak maupun saham, (4) perusahaan

perbankan mempunyai rasio hutang atas modal yang relatif sangat tinggi dan kriteria

pengungkapannya lebih rumit dibandingkan perusahaan manufaktur, dan perusahaan

perbankan mempunyai regulasi tersendiri. Selain itu, penelitian ini juga menguji

struktur modal yang dijadikan sebagai variabel moderating antara variabel dependen

dengan variabel independen.

Berdasarkan fenomena dan kondisi diatas, membuat peneliti tertarik untuk meneliti

kemungkinan beberapa instrumen laporan keuangan yang dapat mempengaruhi

kinerja keuangan. Oleh karena itu peneliti menuangkannya dalam sebuah karya tulis

ilmiah yang berbentuk tesis dengan judul: “Pengaruh PenerapanGood Corporate

Governance Terhadap Kinerja KeuanganDengan Menggunakan Struktur

Modal Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan ManufakturYang

Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.

Universitas Sumatera Utara


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, penulis merumuskan masalah penelitian

ini :

1. Apakah good corporate governance dengan indikator yang terdiri dari

kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, komite audit,independensi

dewan komisarisdan independensi dewan direksi berpengaruh secara parsial

maupun simultan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar BEI?

2. Apakah struktur modal mampu memoderasi hubungan antara good corporate

governance dengan indikator yang terdiri dari kepemilikan institusi,

kepemilikan manajerial, komite audit,independensi dewan komisarisdan

independensi dewan direksidengan kinerja keuangan pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar BEI?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahuiGCG dengan indikator yang terdiri dari kepemilikan

institusi, kepemilikan manajerial, komite audit,independensi dewan

komisarisdan independensi dewan direksiberpengaruh secara parsial maupun

simultan terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar BEI.

2. Untuk mengetahuistruktur modal mampu memoderasi hubungan antara GCG

dengan indikator yang terdiri dari kepemilikan institusi, kepemilikan

manajerial, komite audit,independensi dewan komisarisdan independensi

Universitas Sumatera Utara


dewan direksiberpengaruh terhadap kinerja keuangan pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar BEI.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh diharapkan sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, melalui penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan,

khususnya mengenai pengaruh penerapan GCG terhadap kinerja keuangan

pada perusahaan manufaktur yang terdaftar BEI melalui struktur modal

sebagai variabel moderating.

2. Bagi manajemen perusahaan manufaktur, hasil penelitian dapat digunakan

sebagai bahan masukan dalam menentukan dan menerapkan kebijakan dan

strategi khususnya mengenai GCG dan pengaruhnya terhadap kinerja

keuangan,dan

3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan

sebagai bahan masukan dalam penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis

khususnya yang berkaitan dengan GCG serta pengaruhnya kinerja keuangan

dan struktur modal sebagai variabel moderating.

1.5 Originalitas

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap

penelitian sebelumnya yang dilakukan Jojor (2010). Yang membedakan penelitian

ini dengan penelitian sebelumnya adalah :

1. Pada penelitian pendahulu , variabel yang digunakan untuk memproksikan

variabel independen GCG yang di proksikan dengan kepemilikan institusi,

kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran

dewan komisaris, dan komite audit tetapi pada penelitian ini menambahkan

Universitas Sumatera Utara


variable independensi dewan direksi dan tidak menggunakan variabel ukuran

dewan komisaris.

2. Pada penelitian ini menggunakan struktur modal sebagai variabel moderating

sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan manajemen laba

sebagai variabel intervening.

3. Pada penelitian pendahulu menyebutkan bahwa keterbatasan penelitiannya

adalah data penelitian berasal dari perusahan Consumer Good yang terdaftar

di Bursa efek indonesia dari tahun 2004 sampai dengan 2008 sedangkan pada

penelitian ini berasal dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa efek

Indonesia dari tahun 2012 sampai dengan 2015.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Keagenan

Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk

memahamiGCG. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan

keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal).

Konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen tidak

selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya

keagenan (agency cost). Sebagai agen, manajer secara moral bertanggung jawab

untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya

akan memperoleh GCG sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua

kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana masing-masing pihak

berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang

dikehendaki (Arif, 2007).

Eisenhardt (1989) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi

sifatmanusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self

interest),(2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi

masamendatang(bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko

(risk averse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai

manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya .

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi

internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik

(pemegang saham). Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi

Universitas Sumatera Utara


perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui

pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan

tersebut penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini

berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Arif, 2007).

GCG yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan,

diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para

investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka

investasikan. GCG berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer

akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin bahwa manajer tidak akan

mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang tidak

menguntungkan berkaitan dengan dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor,

dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer. Dengan

kata lain corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau

menurunkan biaya keagenan (agency cost).

2.1.2. Kinerja Keuangan

Untuk memutuskan suatu badan usaha atau perusahaan memiliki kualitas yang

baik maka ada dua penilaian yang paling dominan yang dapat dijadikan acuan untuk

melihat badan usaha atau perusahaan tersebut telah menjalankan suatu kaidah-kaidah

manajemen yang baik. Penilaian ini dapat dilakukan dengan melihat sisi kinerja

keuangan (financial performance) dan kinerja non keuangan (non financial

performance). Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki oleh

perusahaan atau badan usaha yang bersangkutan dan itu tercermin dari informasi

yang diperoleh pada balance sheet (neraca), income statement (laporan laba rugi),

Universitas Sumatera Utara


dan cash flow statement (laporan arus kas) serta hal-hal lain yang turut mendukung

sebagai penguat penilaian financial performance tersebut.

2.1.2.1. Defenisi Kinerja Keuangan

Menurut Rivai (2005) Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan

seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu didalam melaksanakan tugas

dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau

sasaran yang telah disepakati bersama. Sementara menurut Horn (1998) Kinerja

keuangan merupakan ukuran prestasi perusahaan maka keuntungan merupakan salah

satu alat yang digunakan oleh para manajer. Kinerja keuangan juga akan

memberikan gambaran efisiensi atas penggunaan dana mengenai hasil akan

memperoleh keuntungan dapat dilihat setelah membandingkan pendapatan bersih

setelah pajak.

Berdasarkan defenisi-defenisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja

keuangan adalah suatu ukuran prestasi keuangan yang digunakan perusahaan dalam

mengukur prestasi perusahaan secara keseluruhan selama periode tertentu dalam

mencapai sasaran atau target yang telah disepakati.

2.1.2.2. Manfaat Penilaian Kinerja

Menurut Umam (2010) secara terperinci penilaian kinerja bagi organisasi

bermanfaat untuk:

1. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi
2. Perbaikan kinerja
3. Kebutuhan latihan dan pengembangan
4. Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan,
pemberhentian, dan perencanaan tenaga kerja
5. Untuk kepentingan penelitian pegawai
6. Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan uraian diatas maka manfaat kinerja adalah sebagai tolok ukur penilaian

individu terhadap pekerjaan dan tanggung jawabnya, serta kontribusi dalam

pencapaian tujuan organisasi.

Kinerja keuangan pada dasarnya diperlukan sebagai alat untuk mengukur

financial health (kesehatan keuangan) perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan

digunakan sebagai media pengukuran subyektif yang menggambarkan efektifitas

penggunaan aset oleh sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnis utamanya dan

meningkatkan pendapatan.

2.1.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Faktor-

faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor-faktor

tersebut ada yang berada dalam kendali pihak manajemen ada pula yang berada

diluar kendali manajemen. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

keuangan perusahaan yaitu, Harjosoemarto (1994) dalam Mulyati (2011):

1) Faktor Internal

a) Manajemen personalia

Berkaitan dengan SDM agar dapat didayagunakan seoptimal mungkin untuk

mencapai tujuan perusahaan secara manusiawi.

b) Manajemen pemasaran

Berkaitan dengan program-program yang ditujukan untuk mencapai tujuan

perusahaan.

c) Manajemen produksi

Universitas Sumatera Utara


Berkaitan dengan faktor-faktor produksi agar barang dan jasa yang dihasilkan sesuai

yang diharapkan.

d) Manajemen keuangan

Berkaitan dengan perencanaan, mencari dan memanfaatkan dana untuk

memaksimalkan efisiensi perusahaan.

2) Faktor Eksternal

a) Kondisi perekonomian

Kondisi yang dipengaruhi kebijakan pemerintah, keadaan dan stabilitas politik

ekonomi, sosial dan lain-lain.

b) Kondisi industri

Meliputi tingkat persaingan, jumlah perusahaan dan lain-lain.

Menurut Lestari dan Sugiharto (2007) ROA adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata

lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam

memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik

perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan

perusahaan tersebut semakin diminati oleh investor, karena tingkat pengembalian

atau dividen akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak pada harga saham

dari perusahaan tersebut di pasar modal yang akan semakin meningkat sehingga

ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Menurut Lestari dan

Sugiharto (2007) angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%.

ROA dapat membantu perusahaan yang telah menjalankan praktik akuntansi

dengan baik untuk dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang menyeluruh,

yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan

Universitas Sumatera Utara


sehingga dapat diketahui posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan

salah satu langkah dalam perencanaan strategi.

Rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan dalam penelitian ini

adalah Return on Asset (ROA). ROA merupakan perbandingan laba bersih dengan

jumlah aktiva perusahaan. Alasan peneliti memilih ROA sebagai rasio untuk

mengukur kinerja keuangan dikarenakan ROA merupakan rasio yang terpenting dari

rasio profitabilitas yang ada, karena ROA dapat menghitung kinerja perusahaan

secara keseluruhan. Berdasarkan teori Du Pont perhitungan ROA adalah:

ROA = Margin laba bersih x Total Asset Turnover

𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 ℎ 𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃
= x
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇

Kalau berdiri sendiri antara margin laba bersih dan total aset turnover tidak dapat

memberikan pengukuran yang memadai atas efektivitas keseluruhan. Margin laba

bersih berfungsi untuk mengukur profitabilitas yang berkaitan dengan penjualan

yang dihasilkan, sedangkan total aset turnover untuk mengukur efisiensi dalam

penggunaan aktiva untuk menghasilkan penjualan. Jadi, disini ROA tidak hanya

mampu mengukur profitabilitas penjualan, namun juga mampu mengukur efisiensi

dalam penggunaan aktiva dalam penjualan. Return on Asset (ROA) dapat

dirumuskan sebagai berikut (Weston dan Brigham, 1998) :

𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 ℎ
ROA= x100%
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇

2.1.3 Good Corporate Governance

GCG muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan

pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah masalah keagenan.

Universitas Sumatera Utara


Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal dengan manajer

adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan

tidak diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak

mendatangkan return. GCG diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan

antara pemilik dan manajer

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikan

Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan

antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan , pihak kreditur, pemerintah ,

karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang

berkaitan dengan hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang

mengendalikan perusahaan yang bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi

semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).

Istilah GCG itu sendiri untuk pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury

Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan mereka

yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report yang mendefinisikan GCG sebagai

suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi.

The Organization for Economic Corporation and Development (1999) dalam

mendefinisikan corporate governance sebagai suatu struktur yang olehnya para

pemegang saham, komisaris, dan manajer menyusun tujuan – tujuan perusahaan dan

sarana untuk mencapai tujuan –tujuan tersebut dan mengawasi kinerja.

Berdasarkan definisi – definisi di atas dapat disimpulkan GCG pada intinya

adalah mengenai suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur

hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam

arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi

Universitas Sumatera Utara


demi tercapainya tujuan organisasi. GCG dimaksudkan untuk mengatur hubungan –

hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan – kesalahan (mistakes) signifikan

dalam strategi korporasi dan untuk memastikan bahwa kesalahan – kesalahan yang

terjadi dapat diperbaiki dengan segera.

Bassel Committee on Banking Supervision-Federal Reserve menetapkan bahwa

bank merupakan suatu komponen kritis ekonomi. Mereka menyediakan pembiayaan

perusahaan komersial, layanan keuangan dasar untuk segmen yang luas dan akses

sistem pembayaran (Brigham dan Erhardt, 2005). Pentingnya bank bagi ekonomi

nasional digaris bawahi oleh kenyataan bahwa perbankan secara universal sebuah

industri regulator dan bank memiliki akses ke jaring pengaman pemerintah. Hal ini

sangat penting, oleh karena itu bank harus memiliki tata kelola perusahaan yang

kuat.

a. Prinsip Good Corporate Governance

Salah satu pilar penting dalam GCG adalah komitmen penuh dari seluruh jajaran

pengurus hingga pegawai yang terendah untuk melaksanakan ketentuan tersebut.

Maka dari itu seluruh karyawan wajib untuk menjunjung tinggi prinsi GCG . Setiap

perusahaan harus memberikan kepastian atas penerapan prinsip atau asas GCG di

setiap aspek bisnisnya. Menurut KNKG (2006), prinsip-prinsip GCG terdiri dari

Transparency, Accountability, Responsibility, Independency dan Fairness diperlukan

untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan

memperhatikan pemangkukepentingan (stakeholders) seperti halnya sebagai berikut:

1. Transparency (Transparansi)

Keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta

keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan

Universitas Sumatera Utara


2. Accountablity (Akuntabilitas)

Merupakan kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ

perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.

3. Responsibility (Pertanggungjawaban)

Adanya kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan bank terhadap prinsip

korporasi yang sehat seta peraturan perundangan yang berlaku.

4. Independency (Independensi)

Pengelolaan bank secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak

manapun.

5. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)

Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul

berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Prinsip ini

menekankan bahwa semua pihak baik pemegang saham minoritas maupun

asing harus diperlakukan sama atau setara.

b. Manfaat dan Tujuan Good Corporate Governance

GCG dapat memberikan kerangka acuan yang memungkinkan pengawasan

berjalan efektif, sehingga dapat tercipta mekanisme checks and balance di

perusahaan. Menurut Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) ada

beberapa manfaat yang dapat kita ambil dari penerapan GCG yang baik, antara lain:

1. Meningkatkan kinerja perusahaan .

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah yang pada

akhirnya akan meningkatkan corporate value.

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk kembali menanamkan modalnya

di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena

sekaligus akan meningkatkan Shareholders’s value dan deviden

c. Mekanisme Good Corporate Governance

Mekanisme merupakan cara kerja sesuatu secara tersistem untuk memenuhi

persyaratan tertentu. Mekanisme corporate governance merupakan suatu aturan

main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan

dengan baik yang melakukan kontrol/ pengawasan terhadap keputusan tersebut.

Mekanisme GCG diarahkan untuk menjamin dan mengawasi berjalannya sistem

governance dalam sebuah organisasi (Walsd dan Seward, 1990 dalam Arifin, 2005).

Untuk meminimalkan konflik kepentingan antara principal dan agent akibat adanya

pemisahan pengelolaan perusahaan, diperlukan suatu cara efektif untuk mengatasi

masalah ketidakselarasan kepentingan tersebut. Menurut Boediono (2005),

mekanisme GCG merupakan suatu sistem yang mampu mengendalikan dan

mengarahkan kegiatan operasional perusahaan serta pihak-pihak yang terlibat

didalamnya, sehingga dapat digunakan untuk menekan terjadinya masalah keagenan.

Dalam paper Bassel Committee on Banking Supervision-Federal Reserve, telah

menyoroti fakta bahwa strategi dan teknik yang didasarkan pada Prinsip-prinsip

OECD (Brigham dan Erhardt, 2005), yang merupakan dasar untuk melaksanakan tata

kelola perusahaan meliputi:

a. Nilai-nilai perusahaan, kode etik dan perilaku lain yang sesuai standar dan

sistem yang digunakan untuk memastikan kepatuhan mereka.

b. Pembentukan mekanisme untuk interaksi dan kerjasama di antara dewan

direksi, manajemen senior, dan para auditor.

Universitas Sumatera Utara


c. Sistem pengendalian internal yang kuat, termasuk fungsi-fungsi audit

internal dan eksternal, manajemen risiko fungsi independen dari lini bisnis,

dan check and balance lainnya.

Menurut Iskandar dan Chamlao (2000) dalam Lastanti (2004), mekanisme dalam

pengawasan GCG dibagi dalam dua kelompok yaitu internal dan eksternal

mechanism. Internal mechanism adalah cara untuk mengendalikan perusahaan

dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang

saham, komposisi dewan direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuan dengan

board of director. Sedangkan external mechanism adalah cara mempengaruhi

perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme internal, seperti pengendalian

perusahaan dan mekanisme pasar.

d. Unsur –unsur Good Corporate Governance

Menurut Kresnohadi (2002) unsur – unsur Corporate Governance terdiri atas 2

kelompok , yaitu unsur –unsur yang berasal dari dalam perusahaan (dan yang selalu

diperlukan di dalam perusahaan) dan unsur – unsur yang ada di luar perusahaan ( dan

yang selalu diperlukan di luar perusahaan) yang dapat menjamin berfungsi Good

Corporate Governance .

1. Corporate Governance – Internal Perusahaan.

Maksud unsur – unsur internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanan praktek

GCG yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa unsur yang dimaksud antara

lain:

a. Pemegang Saham.

b. Dewan Komisaris

c. Komite Audit

Universitas Sumatera Utara


d. Direksi / manager /karyawan / serikat pekerja

2. Corporate Governance – Eksternal Perusahaan.

Yang dimaksud unsur eksternal adalah beberapa unsurr yang berasal dari luar

perusahaan yang sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG. Diantaranya:

a. Kecukupan undang – undang dan perangkat hukum.

b. Investor.

c. Institusi Penyedia Informasi.

d. Akuntan Publik.

e. Institusi yang memihak kepentingan publik bukan golongan.

f. Pemberi Pinjaman.

g. Pengesah Legalitas.

2.1.3.1. Kepemilikan Institusi

Menurut Priana (2009) dalam GCG menyangkut masalah siapa yang seharusnya

mengendalikan terlaksananya kegiatan korporasi dan mengapa harus dilakukan

pengendalian terhadap terlaksananya kegiatan korporasi yang dimaksud siapa (who)

adalah para pemegang saham dan mengapa (why) adalah hubungan antara pemegang

saham dengan berbagai pihak yang berhubungan dengan perusahaan. Kepemilikan

institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau

lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan

institusi lain (Tarjo, 2008).Kepemilikan institusional bisa disebut sebagai investor

institusional, yang juga sering disebut investor canggih (sophisticated). Yang artinya

para investor instituisional lebih tepat dan cepat dalam memprediksi laba masa depan

dibanding investor non-institusional. Investor institusional mempunyai akses untuk

mendapatkan sumber informasi yang lebih tepat waktu dan relevan yang dapat

Universitas Sumatera Utara


mengetahui kegiatan pengolaan laba lebih cepat dan lebih muda dari investor

individual. Tindakan pengawasan para investor institusional dapat mempengaruhi

kinerja manager yang langsung berpengaruh terhadap managemen laba yang

berakibat pada kinerja keuangan perusahaan. Kepemilikan institusional ini diukur

dengan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki pihak institusional dari

seluruh jumlah saham perusahaan.

2.1.3.2. Kepemilikan Manajerial

Menurut Wahidahwati (2001) Kepemilikan manajerial adalah pemegang

saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan

perusahaan. Kepemilikan manajerial menunjukkan adanya peran ganda seorang

manajer, yakni manajer bertindak juga sebagai pemegang saham. Sebagai seorang

manajer sekaligus pemegang saham tidak ingin perusahaan dalam keadaan kesulitan

keuangan bahkan mengalami kebankrutan. Keadaan ini akan merugikan baik sebagai

manajer atau sebagai pemegang saham. Sebagai manajer akan kehilangan insentif

dan sebagai pemegang saham akan kehilangan return ataupun dana yang

diinvestasikannya (Diah, 2009). Menurut Sofiana (2009) dalam Diah (2009) peran

struktur kepemilikan manajerial dapat dilihat dari dua sudutpandang, yaitu:

pendekatan keagenan dan pendekatan informasi asimetri atau ketidakseimbangan

informasi. Dimana pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan

manajerial sebagai sebuah instrumen atau alat untuk mengurangi konflik keagenan

diantara berbagai klaim terhadap perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan

meningkatkan kepemilikan manajerial untuk mensejajarkan kedudukan manajer

dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang

saham.

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan menurut pendekatan kedua, informasi asimetri menganggap

struktur kepemilikan manajerial sebagai salah satu cara untuk mengurangi

ketidakseimbangan informasi antara insiders dan outsiders melalui pengungkapan

informasi di dalam pasar modal. Dengan adanya kepemilikan saham oleh pihak

insiders, maka insiders akan ikut memperoleh manfaat langsung atas keputusan-

keputusan yang diambilnya, selain itu para manajer juga akan semakin hati-hati

dalam menentukan hutang perusahaan karena mereka akan memeperoleh manfaat

langsung dari keputusan yang mereka ambil serta akan menanggung kerugian

sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Sehingga kebangkrutan

perusahaan bukan lagi menjadi tanggung jawab pemilik utama. Trisyanti (2009)

dalam Diah (2009) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial itu sendiri dapat

dilihat dari konsentrasi kepemilikan atau persentase saham yang dimiliki oleh dewan

direksi dan manajemen. Prosentase tersebut diperoleh dari banyaknya jumlah saham

yang dimiliki oleh manajerial. Semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada

perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giatuntuk kepentingan pemegang

saham dimana pemegang saham adalah dirinya sendiri.

2.1.3.3. Komite Audit

Komite audit merupakan sekelompok orang yang dipilih dari dewan

komisaris perusahaan yang bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam

mempertahankan independensinya dari manajemen. Keberadaan komite audit sangat

penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru

dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai

penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen

dalam menanggung masalah pengendalian.

Universitas Sumatera Utara


Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI) mendefinisikan komite audit sebagai

suatu komite yang bekerja secara profesional dan independen yang dibentuk oleh

dewan komisaris dan, dengan demikian, tugasnya adalah membantu dan memperkuat

fungsi dewan komisaris (atau dewan pengawas) dalam menjalankan fungsi

pengawasan atas proses pelaporan keuangan, manajemen risiko, pelaksanaan audit

dan implementasi dari corporate governance di perusahaan-perusahaan.

Berdasarkan Surat Edaran BEI, SE-008/BEJ/12-2001, keanggotaan komite audit

terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit. Anggota

komite ini yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite

yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris independen perusahaan

tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggotalain yang bukan merupakan

komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal yang independen.

Tujuan pembentukan komite audit dalam perusahaan adalah untuk

meningkatkan efektifitas, akuntabilitas, transparansi, dan obyektivitas dewan

komiaris dan dewan direksi. Tujuan komite audit adalah memungkinkan dewan

komisaris untuk memberikan penilaian independen atas kinerja keuangan

perusahaan, memperkuat posisi auditor eksternal, membuat indepensi serta

obyektivitas auditor internal dalam memberikan rekomendasi perbaikan,

memperbaiki kualitas pelaporan keuangan yang mengakibatkan meningkatnya

keyakinan publik, khusunya investor terhadap perusahaan.

2.1.3.4. Independensi Dewan komisaris

Dewan komisaris memiliki peran untuk memonitor kebijakan direksi. Peran

komisaris ini diharapkan dapat meminimalisir permasalahan agensi yang muncul

antara dewan direksi dan pemengang saham, sehingga kinerja yang dihasilkan oleh

Universitas Sumatera Utara


perusahaan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Dewan komisaris

memegang peran penting dalam mengarahkan strategi dan mengawasi jalannya

perusahaan serta memastikan bahwa para manajer benar- benar meningkatkan kinerja

perusahaan sebagai bagian dari pencapaian perusahaan. Dewan komisaris merupakan

inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi

perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan

terlaksananya akuntabilitas (Egon, 2000).

Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa komisaris independen dapat

bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer

internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada

manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan

fungsi monitoring agar terciptanya perusahaan GCG.

Dewan komisaris yang independen secara umum mempunyai pengawasan

yang lebih baik terhadap manajemen , sehingga mempengaruhi kemungkinan

kecurangan dalam menyajikan laporan keuangan yang dilakukan oleh manajer

(Chtourou, Bedard, dan Courteau,2001) atau dengan kata lain, semakin kompeten

dewan komisaris maka semakin mengurangi kemungkinan kecurangan dalam

pelaporan keuangan.

Komisaris independen diangkat karena pengalamannya dianggap berguna

bagi organisasi tersebut. Mereka bisa mengawasi dewan komisaris dan mengawasi

bagaimana dewan direksi menjalankan perusahaan tersebut. Komisaris independen

biasanya berguna dalam melerai sengketa antara dewan direksi, atau antara

pemegang saham dan dewan komisaris. Komisaris independen dianggap berguna

Universitas Sumatera Utara


karena mereka bisa bersikap objektif dan memiliki resiko kecil dalam conflict of

interest.

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (2006) menetapkan beberapa

kriteria untuk menjadi komisaris independen pada perusahaan tercatat sebagai

berikut:

1. Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham pengendali

perusahaan yang bersangkutan.

2. Tidak memiliki hubungan afiliasi dengan Direktur dan/atau Komisaris lainnya

pada perusahaan yang bersangkutan.

3. Tidak bekerja rangkap sebagai Direktur di perusahaan lainnya yang terafiliasi

dengan perusahaan yang bersangkutan.

4. Tidak menduduki jabatan eksekutif atau mempunyai hubungan bisnis dengan

perusahaan yang bersangkutan dan perusahaan-perusahaan lainnya yang

terafiliasi dalam jangka waktu 3 tahun terakhir.

5. Tidak menjadi partner atau principal di perusahaan konsultan yang

memberikan jasa pelayanan professional pada perusahaan dan perusahaan-

perusahaan lainnya yang terafiliasi.

6. Bebas dari segala kepentingan dan kegiatan bisnis atau hubungan yang lain

yang dapat diinterpretasikan akan menghalangi atau mengurangi kemampuan

Komisaris Independen untuk bertindak dan berpikir independen demi

kepentingan perusahaan.

7. Memahami peraturan perundang-undangan, undang-undang Pasar Modal serta

peraturan-peraturan lain yang terkait.

Universitas Sumatera Utara


Dengan demikian, terlihat bahwa pada dasarnya komisaris independen memiliki

peranan yang sama dengan komisaris yaitu menjamin pelaksanaan strategis

perusahaan, mengawasi manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan, serta

terlaksananya akuntabilitas. Pada intinya komisaris independenmerupakan suatu

mekanisme independen (netral) mengawasi dan mekanisme untuk memberikan

petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan.

2.1.3.5. Independensi Dewan Direksi

Menurut Yusrizal (2011) direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan

bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan,

sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam

maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

Direktur independen menggantikan istilah Direktur Tidak Terafiliasi

berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bursa Efek Indonesia Nomor Kep-

00001/BE/01-2014 perihal perubahan Peraturan Nomor I-A tentang pncatatan saham

dan Efek yang bersifat ekuitas selain saham yang diterbitkan oleh perusahaan

tercatat.

Sebagaimana tercatat pada Surat Kputusan bagian III Bursa Efek Indonesia

mengatur bahwa calon perusahaan tercatat baik yang akan mencatatkan saham di

papan utama maupun di papan pengembangan wajib memenuhi beberapa persyaratan

diantaranya adalah wajib memiliki Direktur Independen.

Pada bagian III I.5.1 Peraturan Nomor A-1ditentukan bahwa Direktur

Independen berjumlah paling kurang 1 (satu) orang dari jajaran anggota yang dapat

Universitas Sumatera Utara


dipilih terlebih dahulu melalui RUPS sebelum pencatatan dan mulai aktif bertindak

sebagai direktur independen setelah saham perusahaan tersebut tercatat.

2.1.4. Struktur Modal

Teori struktur modal berkenaan dengan bagaimana modal dialokasikan dalam

aktivitas investasi aktiva riil perusahaan, dengan cara menentukan struktur modal

antara modal hutang dan modal sendiri. Biasanya berkaitan dengan proyek proposal

atau investasi perusahaan dan tugas manajemen keuangan adalah menentukan

struktur modal yang optimal untuk menunjang kegiatan investasi perusahaan.

Keputusan pendanaan oleh manajemen akan berpengaruh pada penilaian perusahaan

yang terefleksi di harga saham. Oleh karena itu, salah satu tugas manajer keuangan

adalah menentukan kebijakan pendanaan yang dapat memaksimalkan harga saham

yang merupakan cerminan dari suatu nilai perusahaan.

Ada beberapa pengertian atau definisi dari struktur modal. Secara umum struktur

modal didefinisikan sebagai komposisi modal perusahaan dilihat dari sumbernya

khususnya yang menunjukkan porsi dari modal perusahaan yang berasal dari sumber

hutang (kreditur) dan sekaligus porsi modal yang berasal dari pemilik sendiri.

Menurut Weston dan Brigham (2005), struktur modal yang ditargetkan adalah

bauran atau perpaduan dari utang, saham preferen, saham biasa yang dikehendaki

perusahaan dalam struktur modalnya. Struktur modal yang optimal adalah gabungan

ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan.

Robert (1997) dalam Arviansyah (2013) mengungkapkan, struktur modal adalah

perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal

sendiri. Oleh karena itu, struktur modal diukur dengan debt to equity ratio (DER).

Universitas Sumatera Utara


DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang

terhadap total shareholder's equity yang dimiliki perusahaan.

Dari beberapa pandangan para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa struktur

modal merupakan pembelanjaan permanen yang mencerminkan perimbangan antara

hutang jangka panjang dengan modal sendiri baik dari sumber internal maupun

eksternal.

Menurut Sutrisno (2000) struktur modal juga dipengaruhi oleh beberapa faktor

utama, antara lain:

a. Persesuaian atau Suitability


Merupakan persesuaian antara cara pemenuhan dana dengan jangka waktu
kebutuhannya. Bila yang dibutuhkan perusahaan-perusahaan berjangka
pendek bila dibelanjai dengan hutang, obligasi atau dengan mengeluarkan
modal sendiri kurang sesuai. Sebaliknya cara pemenuhan dana disesuaikan
dengan jangka waktu kebutuhannya, artinya bila kebutuhan dana berjangka
pendek maka sebaiknya dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek dan
bila kebutuhan dana jangka panjang sebaiknya dipenuhi dengan sumber dana
jangka panjang.
b. Pengawasan atau Control
Pengendalian atau pengawasan perusahaan ada ditangan para pemegang
saham. Manajemen perusahaan mengemban tugas untuk menjalankan hasil
keputusan pemegang saham. Biasanya sebuah perusahaan dimiliki oleh
beberapa pemegang saham sehingga bila diperlukan tambahan dana perlu
dipertimbangkan apakah tugas pengawasan dari pemilik lama tidak akan
terkurangi. Oleh sebab itu dengan pertimbangan tersebut, biasanya pemilik
lama lebih menginginkan mengeluarkan obligasi dibanding dengan
menambah saham.
c. Laba/Earning per Share
Memilih sumber dana apakah dari saham atau hutang, secara finansial
harusnya bisa menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham lebih besar.
d. Tingkat Risiko/Riskness
Hutang merupakan sumber dana yang mempunyai risiko tinggi sebab
bunganya tetap harus dibayarkan baik pada saat perusahaan mendapatkan
keuntungan maupun ketika mengalami kerugian. Oleh karena itu semakin
besar penggunaan dana dari hutang mengindikasikan bahwa perusahaan
memiliki tingkat risiko yang lebih besar.

Menurut Brigham (2006), ada empat faktor yang mempengaruhi keputusan

struktur modal, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


1. Risiko Bisnis
Yaitu risiko yang melekat pada operasi perusahaan apabila perusahaan tidak
menggunakan hutang, semakin besar risiko bisnis perusahaan maka semakin
rendah rasio hutang yang optimal.
2. Posisi Pajak Perusahaan
Yakni dalam menggunakan hutang maka biaya bunga dapat dikurangkan
dalam perhitungan pajak sehingga menurunkan biaya hutang yang
sesungguhnya.
3. Fleksibilitas Keuangan
Yaitu kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang wajar
dalam keadaan yang memburuk, para manajer dana perusahaan mengetahui
bahwa modal yang kuat diperlukan untuk operasi yang stabil dan pemilik
modal lebih suka menanamkan modalnya pada perusahaan dengan posisi
neraca yang baik bila keadaan perekonomian stabil.
4. Konservatisme atau Agresivitas Manajemen
Yakni ada sebagian manajer lebih agresif dari yang lain, sehingga sebagian
perusahaan lebih cenderung menggunakan hutang untuk meningkatkan laba,
dimana hal ini tidak mempengaruhi struktur modal yang optimal, tetapi akan
mempengaruhi struktur modal yang ditargetkan.

2.1.4.1Jenis-jenis Modal

Terminologi modal menunjukkan sumber dana yang digunakan pada suatu

perusahaan. Modal meliputi semua komponen di sisi pasiva pada neraca perusahaan

kecuali hutang lancar. Modal terdiri dari modal hutang dan modal sendiri.

Jenis-jenis modal antara lain:

1. Modal Pinjaman, termasuk semua pinjaman jangka panjang yang diperoleh

perusahaan. Diketahui bahwa biaya modal pinjaman relatif lebih rendah

dibandingkan dengan bentuk pinjaman lainnya, hal ini disebabkan karena mereka

memperoleh risiko yang relatif kecil atas segala jenis modal jangka panjang.

2.Modal Sendiri, merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik

perusahaan/pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam

perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman

mempunyai jatuh tempo. Ada dua sumber utama modal sendiri, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


a) Modal saham preferen yang merupakan bentuk khusus kepemilikan

perusahaan dimana dividen diperoleh secara tetap serta pembayarannya

harus didahulukan dari dividen saham biasa.

b) Modal saham biasa yang terdiri atas saham biasa dan laba ditahan. Saham

biasa merupakan bentuk modal sendiri yang paling mahal biaya modalnya

diikuti dengan laba ditahan dan saham preferen.

Hubungan antara modal pinjaman dan modal sendiri mempunyai perbedaan

utama dalam hak suara, tuntutan atas pendapatan dan aset, jatuh tempo dan perlakuan

pajak atas biaya modal. Harus dipahami posisi pemegang modal sendiri adalah

sekunder dibanding pemegang modal pinjaman. Pemegang modal sendiri

menanggung risiko yang lebih besar sehingga kompensasi bagi pemegang modal

sendiri harus lebih tinggi dibanding dengan pemegang saham pinjaman.

2.1.4.2. Teori Struktur Modal

Ada beberapa teori mengenai struktur modal antara lain adalah sebagai berikut:

1) Trade-off Theory

Menurut trade-off theory yang diungkapkan oleh Myers (2001), “Perusahaan

akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax

shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial

distress)”. Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan

(bankruptcy cost) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency cost) yang

meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Trade-off theory dalam

menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain

pajak, biaya keagenan (agency cost) dan biaya kesulitan keuangan (financial

Universitas Sumatera Utara


distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric

information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang.

Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields)

mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (cost of

financial distress). Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan

berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan

keuangan dalam penentuan struktur modal. Perusahaan-perusahaan dengan tingkat

profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara

meningkatkan rasio hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi

pajak. Dalam kenyataannya jarang manajer keuangan yang berpikir demikian.

Penelitian yang pernah dilakukan terhadap perilaku struktur modal perusahaan di

Amerika Serikat menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan dengan tingkat

profitabilitas yang tinggi cenderung rasio hutangnya rendah. Hal ini berlawanan

dengan pendapat trade-off theory. Trade-off theory tidak dapat menjelaskan korelasi

negatif antara tingkat profitabilitas dan rasio hutang.

2) Pecking Order Theory

Menurut Myers (2001), pecking order theory menyatakan bahwa ”Perusahaan

dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah,

dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal

yang berlimpah.” Dalam pecking order theory ini tidak terdapat struktur modal yang

optimal. Secara spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki)

dalam penggunaan dana. Menurut pecking order theory dikutip oleh Smart,

Megginson, dan Gitman (2004), terdapat skenario urutan (hierarki) dalam memilih

sumber pendanaan, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


a. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau

pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh

dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan.

b. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali

mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu utang yang paling rendah risikonya,

turun ke utang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham

preferen, dan yang terakhir saham biasa.

c. Terdapat kebijakan deviden yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan

jumlah pembayaran deviden yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya

perusahaan tersebut untung atau rugi.

d. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan dividen

yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi,

maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia. Pecking

order theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Pecking order theory

menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan

tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi.

Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai

tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat utang yang kecil.

Dalam kenyataannya, terdapat perusahaan-perusahaan yang dalam

menggunakan dana untuk kebutuhan investasinya tidak sesuai seperti skenario urutan

(hierarki) yang disebutkan dalam pecking order theory. Penelitian yang dilakukan

oleh Singh dan Hamid (1992) dan Singh (1995) menyatakan bahwa “Perusahaan-

perusahaan di negara berkembang lebih memilih untuk menerbitkan ekuitas daripada

berhutang dalam membiayai perusahaannya.” Hal ini berlawanan dengan pecking

Universitas Sumatera Utara


order theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan memilih untuk menerbitkan

hutang terlebih dahulu dari pada menerbitkan saham pada saat membutuhkan

pendanaan eksternal.

Debt to equity ratio merupakan ratio yang digunakan untuk menilai utang

dengan ekuitas. Ratio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang,

termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Ratio ini berguna untuk mengetahui

jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan.

Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri

yang dijadikan untuk jaminan utang.

Bagi bank (kreditor), semakin besar rasio ini, akan semangkin tidak

menguntungkan karena akan semangkin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan

yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semangkin besar

rasio akan semangkin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi

tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan

bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini

juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan

perusahaan.

Debt to equity ratio untuk setiap perusahaan tentu berbeda-beda, tergantung

karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan dengan arus kas yang

stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang kurang stabil.

Rumus untuk mencari debt to equity ratio dapat digunakan perbandingan antara total

hutang dengan total ekuitas sebagai berikut.

𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 (𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 )
Debt to Equity Ratio =
𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 (𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 )

Universitas Sumatera Utara


2.2. Review Peneliti Terdahulu

Bukti penelitian empiris yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti tentang

pengaruh penerapan GCG terhadap kinerja keuangan dengan struktur modal sebagai

variabel moderating, dimana Dini (2014) hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

secara bersama-sama struktur good corporate governance dan ukuran perusahaan

berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui

EVA (Economic Value Added).. Uji parsial menunjukkan bahwa struktur Good

Corporate Governance yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional

berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui

EVA (Economic Value Added). Sedangkan struktur komisaris indenpenden dan

komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Jojor (2010) melakukan penelitian dengan judul analisis Pengaruh Corporate

Governanceterhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Consumer Goods yang

Terdaftar di BEI,dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening.Hasil

penelitian ini membuktikan bahwa (1) secara simultan kepemilikaninstitusional,

kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen,ukuran dewan

komisaris dan komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerjakeuangan, (2)

melalui manajemen laba secara simultan kepemilikan institusional,kepemilikan

manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewankomisaris dan

komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan,(3) kepemilikan

institusional, ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikanterhadap manajemen

laba dan kinerja keuangan, (4) kepemilikan manajerial dankomite audit tidak

berpengaruh baik terhadap manajemen laba maupun kinerjakeuangan, (5) komposisi

Universitas Sumatera Utara


dewan komisaris independen berpengaruh signifikanterhadap manajemen laba tetapi

tidak terhadap kinerja keuangan.

Farida (2013) melakukan penelitian dengan judul pengaruh good corporate

governance terhadap kinerja keuangan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di

bursa efek Indonesia. Hasil penelitian ini adalah secara parsial terdapat dua variabel

independen yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yaitu ukuran

dewan komisaris dan komite audit.

Maf’ul (2013) melakukan penelitian dengan judul penelitian pengaruh

penerapan GCG terhadap kinerja keuangan dengan manajemen laba sebagai variabel

intervening dan populasi penelitian ini pada perusahaan perbankan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan GCG

berpengaruh signifikan secara langsung terhadap Kinerja Keuangan (KK). Dan

Penerapan GCGdengan mengunakan Manajemen Laba sebagai variabel intervening

tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan, artinya manajemen laba

bukan merupakan variabel yang baik dalam memediasi hubungan antaraGCG dengan

Kinerja Keuangan, dan GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba

serta manajemen laba berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kinerja

keuangan.

Penelitian waskito (2014) dengan judul Pengaruh Struktur Kepemilikan

Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja

Keuangan (Ditinjau Dari Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI tahun 2008-

2011) berdasarkan hasil penelitian ini menggunakan uji t diketahui bahwa variabel

kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja keuangan,

variabel kepemilikan institusi mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja

Universitas Sumatera Utara


keuangan dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja

keuangan sedangkan untuk hasil uji F diketahui bahwa variabel kepemilikan

manajerial, kepemilikan institusi dan ukuran perusahaan merupa kan penjelas yang

signifikan dan bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Penelitian Morita (2010) dengan judul pengaruh struktur modal terhadap kinerja

keuangan perusahaan dengan populasi penelitian pada perusahaan makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan analisa regresi yang

dilakukan terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur modal dengan kinerja

keuangan perusahaan, dimana struktur modal mempengaruhi kinerja keuangan

perusahaan sebesar 55,9% dapat diartikan pengaruhnya bersifat linear positif yang

cukup kuat. Dimana semakin besar nilai struktur modal maka semakin besar kinerja

keuangan perusahaan tersebut atau sebaliknya.

Penelitaian Andhika (2014) dengan judul good corporate governance

terhadap struktur modal perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa variabel konsentrasi kepemilikan dan kepemilikan manajerial berpengaruh

positif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan variabel lain seperti

ukuran dewan direksi dan, komisaris independen.

Penelitian Harun (2010) dengan judul pengaruh pertumbuhan perusahaan

terhadap struktur modal dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel moderating

pada perusahaan Jasa di bursa efek jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan

pengamatan 102 perusahaan jasa yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama periode

3 tahun dari tahun 2005-2007. Denganmenggunakan metode analisis regresi

berganda dengan analisis uji interaksi untuk mengukur kuat lemahnya hubungan

suatu variabel dengan melakukan pengujianasumsi klasik.Hasil penelitian

Universitas Sumatera Utara


menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruhsignifikan pada taraf

alpha 5% terhadap struktur modal dengan kepemilikan manajerial sebagai

moderating variabel.

Penelitian Gruszczynski (2006) melakukan penelitian terhadap perusahaan

perusahaan go publik di Polandia. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh pelaksanaan GCG terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Sampel yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam

perusahaan unggulan menurut Polish Corporate Governance Forum. Hasil penelitian

ini menunjukkan adanya pengaruh penerapan GCG terhadap kinerja keuangan

perusahaan.

Nirajini (2013) menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara struktur

modal dan kinerja keuangan. Dan juga struktur modal berpengaruh secara signifikan

terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Quang dan xin (2015) Bahwa struktur modal memiliki dampak negatif dengan

statistik yang signifikan terhadap kinerja keuangan (dihitung dengan ROA, ROE).

Semakin tinggi tingkat hak kepemilikan didalam strukturkepemilikan suatu

perusahaan, maka perusahaan memiliki kinerja keuangan yang lebih baik.

Berikut secara ringkas dijelaskan penelitian yang telah dilakukan peneliti

sebelumnya terhadap variabel yang dilakukan di dalam penelitian.

Tabel 1.1Tinjauan Penelitian Terdahulu

Nama Judul Variabel Hasil


No Peneliti & Penelitian Penelitian Penelitian
Tahun
1. Dini Kristin Pengaruh Good Independen: Hasil penelitian ini
singarimbun Corporate Governance Good Corporate menunjukkan bahwa
(2014) Dan Ukuran Governance secara bersama-sama
Perusahaan Terhadap Ukuran struktur good

Universitas Sumatera Utara


Kinerja Keuangan Perusahaan corporate governance
Perusahaan Dependen: dan ukuran
Manufaktur Yang Kinerja perusahaan
Terdaftar Di Bei Perusahaan berpengaruhsignifikan
terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
Uji parsial
menunjukkan bahwa
struktur Good
Corporate
Governance yaitu
kepemilikan
manajerial dan
kepemilikan
institusional
berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja keuangan
perusahaan Sedangkan
struktur komisaris
indenpenden dan
komite audit tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
kinerja keuangan
perusahaan
2. Jojor Lisbet Analisis Pengaruh Independen: simultan kepemilikan
Sibarani Corporate Governance Good Corporate institusional,
(2010) terhadap Kinerja Governance kepemilikan
Keuangan pada Dependen: manajerial, komposisi
Perusahaan Consumer Kinerja dewan komisaris
Goods yang Terdaftar Perusahaan independen, ukuran
di BEI, Intervening; dewan komisaris dan
dengan Manajemen Manajemen komite audit
Laba Sebagai Variabel Laba berpengaruh
Intervening. signifikan terhadap
kinerja keuangan,
kepemilikan
institusional, ukuran
dewan komisaris
berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba dan
kinerja keuangan,
komposisi dewan

Universitas Sumatera Utara


komisaris independen
berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba tetapi
tidak terhadap kinerja
keuangan.
3. Farida Pengaruh Good Independen: Hasil penelitian ini
Manurung Corporate Governance Good Corporate adalah secara parsial
(2013) Terhadap Kinerja Governance terdapat dua variabel
Keuangan Pada Dependen: independen yang
Perusahaan Perbankan Kinerja berpengaruh terhadap
Yang Terdaftar Di Perusahaan kinerja keuangan
Bursa Efek Indonesia perusahaan yaitu
ukuran dewan
komisaris dan
komiteaudit.
4. Maf’ul Pengaruh penerapan Independen: Dengan signifikan α
Taufiq Good Corporate Good Corporate lebih kecil dari pada
(2013) Governance Terhadap Governance 0,05 kesimpulan dari
Kinerja Perusahaan Dependen: penelitian ini adalah
Dengan menggunakan Kinerja GCG secara simultan
manajemen laba Perusahaan dan parsial
sebagai variabel Intervening; mempunyai pengaruh
Intervening (studi pada Manajemen yang tidak signifikan
Perusahaan Perbankan Laba terhadap kinerja
yang terdaftar di Bursa perusahaan.
Efek Indonesia)
5. Waskito Pengaruh Struktur Independen: Hasil penelitian ini
(2014) Kepemilikan menunjukkan bahwa
Manajerial, Kepemilikan variabel kepemilikan
Kepemilikan Manajerial, manajerialmempunyai
Institusional, dan Kepemilikan pengaruhpositif
Ukuran Perusahaan Institusional, terhadapkinerjakeuang
Terhadap Kinerja Ukuran an, variabel
Keuangan (Ditinjau Perusahaan kepemilikan institusi
Dari Perusahaan mempunyai pengaruh
Manufaktur Yang Dependen: negatif
Terdaftar di BEI tahun Kinerja terhadapkinerja
2008-2011) Keuangan keuangan.
6. Morita Pengaruh Struktur Independen: Struktur modal
Sylviana Modal Terhadap Struktur modal berpengaruh positif
(2010) Kinerja Keuangan (DER) terhadap kinerja
Perusahaan (Studi keuangan
Kasus Pada Dependen:
Perusahaan Makanan Kinerja

Universitas Sumatera Utara


dan Minuman Yang Keuangan(ROE)
Terdaftar di BEJ)
7. Andhika Pengaruh Good Independen: Hasil penelitian ini
Rahadian Corporate Governance Ukuran Dewan menunjukkan bahwa
(2014) Terhadap Struktur Direksi variabel konsentrasi
Modal Perusahaan Komisaris kepemilikan dan
(Studi Empiris Pada Independen kepemilikanmanajeria
Perusahaan Kepemilikan l berpengaruh positif
Manufaktur Yang Manajerial dan signifikan
Terdaftar Di Bei Konsentrasi terhadap struktur
Tahun 2010-2012) kepemilikan modal. Sedangkan
Dependen: variabel lain seperti
Struktur Modal ukuran dewan direksi
dan, komisaris
independen tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal.
8. Gruszczynski Good corporate Independen: Good Corporate
(2006) Governance and Good corporate Governanceberpengar
Financial Governance uhsignifikan positif
Performance of Dependen: terhadap Kinerja
Companies in Poland Financial Keuangan
Performance
9. Nirajini Impact of Capital Independen : Bahwa ada hubungan
(2013) Structure on Financial Capital yang positif antara
Performance of the Structure struktur modal dan
Listed Trading in Sri Dependen : kinerja keuangan. Dan
Langka Financial juga struktur modal
performance berpengaruh secara
signifikan terhadap
kinerja keuangan
perusahaan.
10. Do Xuan - Measuring Impact of Independen : Bahwa struktur modal
Quang Capital Structure on Capital memiliki dampak
dan Financial Performance Structure negatif dengan
Wu Zhong- of Vietnamese Soes. Dependen : statistik yang
Xin. Financial signifikan terhadap
(2015) performance kinerja keuangan
(dihitung dengan
ROA, ROE). Semakin
tinggi tingkat hak
kepemilikan didalam
strukturkepemilikan
suatu perusahaan,
maka perusahaan

Universitas Sumatera Utara


memiliki kinerja
keuangan yang lebih
baik.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan untuk tercapainya

penelitian ini dengan didukung tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu,

maka secara skematis kerangka konseptual dari penelitian ini digambarkan sebagai

berikut :

Good Corporate
Governance (GCG)
Kepemilikan
Institusi
(X1)

Kepemilikan
Manajerial
(X2)

Komite Kinerja
Audit Keuangan
(X3) (Y)

Independensi
Dewan Komisaris
(X4)
Struktur
Modal
Independensi (Z)
Dewan Direksi
(X5)

Gambar 3.1 : Kerangka Konseptual

Gambaran di atas menunjukkan mengenai keadaan keuangan perusahaan

dalam jangka waktu tertentu yang digunakan perusahaan dalam mengukur

keberhasilan dalam mencapai sasaran atau target yang telah ditetapkan.

Perusahaan sering menggunakan rasio-rasio keuangan untuk mengetahui

tingkat perkembangan kinerja keuangan, sehingga diperlukan suatu teknik

Universitas Sumatera Utara


monitoring kinerja yang mampu mengurangi resiko informasi yang diterima para

stakeholder yang akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Komposisi struktur kepemilikan menjadi salah satu pilihan teknik monitoring

kinerja. Struktur kepemilikan yang terkonsentrasi dalam hal ini jumlah saham

pengendali berada pada kisaran diatas 50% (lima puluh persen) akan memudahkan

monitoring dan pengawasan serta mengurangi resiko informasi, dibandingkan

dengan struktur kepemilikan dengan saham pengendali dibawah 50% atau menyebar.

Hal ini akan berjalan dengan baik jika perusahaan melaksanakan tata kelola

perusahaan dengan baik karena tata kelola perusahaan yang baik berarti perusahaan

telah mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar dan

memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan

lainnya.

Investor juga merupakan bagian terpenting dari perusahaan, ketika investor akan

menilai kinerja keuangan perusahaan sebaiknya terlebih dahulu mengamati

karakteristik keuangan perusahaan, dan ukuran perusahaan adalah alat yang paling

baik untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Hal ini karena perusahaan yang

besar berarti memiliki total aktiva yang besar juga, dan total aktiva yang besar juga

akan memperkecil resiko ketidakpastian dimasa yang akan datang, sehingga

kinerjanya di masa yang akan datang dapat diramalkan. Hubungan pengaruh struktur

modal terhadap kinerja perusahaan ditunjukkan dengan semakin besar tambahan

hutang untuk membentuk struktur modal optimal yang ditargetkan maka semakin

baik kinerja keuangan khususnya dalam menghasilkan profit.

3.2. Hipotesis

Universitas Sumatera Utara


Dari kerangka konseptual penerapan Good Corporate Governance

merupakan keharusan dalam perusahaan untuk memenuhi tuntutan efisiensi dan

pencapaian profit dan tujuan. Agar penerapan GCG di perusahaan dapat berjalan

dengan baik, maka dalam perusahaan perlu dilengkapi beberapa perangkat antara lain

kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, komite audit,independensi dewan

komisarisdan independensi dewan direksi. Amba (2013) juga meneliti pengaruh

Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perusahaan.Penelitian ini

menggunakan variabel komisaris yang merangkap (CEO duality), komite audit,

komisaris indenpenden, kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan, investor

institusional. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa Corporate Governance

berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Komisaris yang merangkap

(CEO duality), komisaris indenpenden dan leverage berpengaruh negatif terhadap

kinerja keuangan sementara komite audit dan kepemilikan institusional berpengaruh

positif terhadap kinerja keuangan.

Sekaredi (2011), penelitian dilakukan dengan metode purposive

sample.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 18 perusahaan yang

secara konsistenterdaftar sebagai perusahan LQ45 periode tahun 2005 sampai dengan

2009. Hasil penilitian ini menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh

positif signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, dewan komisaris

independen berpengaruh negatif signifikan, dewan komisaris berpengaruh positif

tidak signifikan, dewan direksi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap pasar

sedangkan terhadap kinerja operasional berpengaruh negatif signifikan, dan komite

audit berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap pasar sedangkan berdasarkan

operasional perusahaan berpengaruh negatif signifikan.

Universitas Sumatera Utara


Elisabeth (2001) menyatakan bahwa good corporate governance yang diukur

dengan kepemilikan manajerial memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan

perusahaan. Pengaruh positif dari kepemilikan manajerial ini hanya sampai sekitar

80% dari kinerja perusahaan, kemudian pengaruh akan berubah menjadi negatif.

Perusahaan yang benar-benar dimiliki oleh manajer akan berjalan dengan sangat

baik. Waskito (2014) menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara

kepemilikan manajerial dan kinerja keuangan. Karena dengan adanya kendali dan

perhatian dari manajerial perusahaan akan bisa optimal dalam kinerjanya.

Berdasarkan tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu dan kerangka

konseptual yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis (H1) yang diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1: Penerapan good corporate governance yang terdiri dari kepemilikan institusi,

kepemilikan manajerial, komite audit, independensi dewan komisaris, dan

independensi dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Setiap perusahaan harus membuat keputusan struktur modal yang baik untuk

mendapatkan keuntungan dan membawa bisnis mereka berhasil. Nirajini (2013)

menyatakan bahwa ada hubungan yang positif antara struktur modal dan kinerja

keuangan. Dan juga struktur modal berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja

keuangan perusahaan.

Quang dan xin (2015) menyatakan bahwa struktur modal memiliki dampak

negatif dengan statistik yang signifikan terhadap kinerja keuangan (dihitung dengan

ROA, ROE). Semakin tinggi tingkat hak kepemilikan didalam struktur kepemilikan

suatu perusahaan, maka perusahaan memiliki kinerja keuangan yang lebih baik.

Universitas Sumatera Utara


Teori struktur modal (Myers, 1984) menyatakan bahwa struktur modal

perusahaan berhubungan dengan biaya dan manfaat yang dikaitkan dengan

pendanaan hutang dan ekuitas. Dengan rasio hutang terhadap ekuitas, perusahaan

perusahaan dapat mencapai biaya pendanaan terendah dan sebagai akibatnya

meningkatkan nilai dari pada pemegang saham. Teori trade off dalam struktur modal

secara teoritis menyeimbangkan keuntungan pajak dari pinjaman untuk menutup

biaya-biaya kesulitan keuangan. Penelitian lain yang dilakukan Myers (1984)

dalamteori pecking order didasarkan pada masalah-masalah informasi yang

asimetris. Myers (1984) memprediksi bahwa perusahaan-perusahaan akan lebih

menyukai pendanaan internal untuk membiayai investasi. Jika akan mempergunakan

pendanaan eksternal maka akan menggunakan hutang terlebih dahulu daripada

ekuitas. Struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan

yang tercermin dalam market to book value (Mas.ud, 2008). Ini menandakan bahwa

kebijakan penggunaan hutang dalam struktur modal memberikan suatu sinyal atau

tanda bagi para investor bahwa dengan adanya kebijakan pendanaan oleh perusahaan

dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Dengan adanya hutang dalam struktur modal dapat digunakan untuk

mengendalikan penggunaan arus kas bebas secara berlebihan oleh

manajemen,dengan demikian akan menghindari investasi yang sia-sia (Jensen, 1976).

Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai tersebut

dikaitkan dengan harga saham dan penurunan hutang akan menurunkan harga saham

(Masulis, 1988). Namun demikian peningkatan hutang juga akan menimbulkan

peningkatan resiko kebangkrutan bila tidak diimbangi dengan penggunaan hutang

yang hati-hati. Oleh karena itu hipotesis yang dapat dibangun adalah:

Universitas Sumatera Utara


H2: Struktur modal memoderasi hubungangood corporate governance yang terdiri

dari kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, komite audit, independensi

dewan komisaris, dan independensi dewan direksiterhadap kinerja

keuanganpada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian hubungan sebab akibat (Causal

research). Desain ini berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel

dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel

lainnya (Umar, 2001). Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah GCG dengan inidikator Kepemilikan institusional, Kepemilikan manajerial,

komite audit, independensi dewan komisaris, dan independensi dewan direksi dengan

struktur modal dalam penelitian inisebagai variable moderating, serta kinerja

keuangan yang di proksikan dengan rasio ROA (return on asset) sebagai variabel

dependen.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data data sekunder. Untuk

ketepatan perhitungan sekaligus mengurangi human error di pergunakan alat

statistika yaitu program SPSS dengan tingkat signifikan pada confidence 95%

dengan Alpha 0.05.

4.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar pada

Bursa Efek Indonesia tahun 2013 ,2014 dan tahun 2015 perusahaan manufaktur,

tetapi untuk mendapatkan data proksi discretionary accrual akan menambah tahun

amatan 2012, yang diperoleh dari media internet dengan cara men-download melalui

situs www.idx.co.id untuk memperoleh data mengenai laporan keuangan yang telah

dipublikasikan.

Universitas Sumatera Utara


4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI). Periode pengamatan adalah dari tahun 2012-2015, dengan

jumlah populasinya 143 (seratus empat puluh tiga) perusahaan. Perusahaan yang

menjadi sampel dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu

(purposive sampling),yaitu :

1. Telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum tahun 2012 agar tersedia

data untuk menghitung akrual,

2. Menerbitkan Laporan Keuangan dari tahun 2012-2015 dan laporan keuangan

tersebut telah di audit oleh Auditor Independen, dan

3. Memiliki data mengenai kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial,

komite audit, independensi dewan komisaris, dan independensi dewan

direksi.

Sesuai dengan kriteria diatas, maka jumlah sampel yang terpilih adalah

sebanyak 20 (dua puluh) perusahaan. Tahun amatan yang digunakan adalah 4

(empat) tahun berturut-turut dari tahun 2012-2015, sehingga jumlah sampel yang di

observasi adalah sebanyak 80 sampel (lampiran II).

4.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi

dokumentasi berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

tahun 2012-2015. Metode dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data yang

penyelidikannya ditujukan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu,

melalui sumber-sumber dokumen. Dari metode ini diharapkan akan diperoleh catatan

Universitas Sumatera Utara


mengenai data-data yang ada hubungannya dengan penelitian ini yaitu laporan

keuangan.

Peneliti menggunakan data sekunder dalam penelitian ini. Data sekunder

merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak

pengumpul data primer atau oleh pihak lain (Umar,2001).

Data yang digunakan adalah data eksternal. Data eksternal adalah data yang

dicari secara manual dengan cara mendapatkannya dari luar perusahaan

(Umar,2001). Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap,

tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka, yakni jurnal akuntansi dan buku-buku

yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Pada tahap kedua, pengumpulan data

sekunder yang diperoleh dari media internet dengan cara mendownload melalui situs

www.idx.co.id untuk memperoleh data mengenai laporan keuangan yang telah

dipublikasikan. Dimana data telah terlapir pada lampiran III.

4.5. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Jenis data penelitian ini adalah data documenter yang diperoleh peneliti

secara tidak lansung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

Data yang diperoleh adalah data time series. Data time series merupakan sekumpulan

data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu

tertentu misalnya dalam waktu mingguan, bulanan atau tahunan. Data penelitian ini,

juga mencakup data yang berbentuk persentase untuk variabel independen dan

variabel dependen. Jenis data yang digunakan berupa:

1. Laporan keuangan tahunan dari setiap perusahaan yang merupakan sampel

penelitian,

Universitas Sumatera Utara


2. Informasi keuangan lainnya yang berkaitan dengan variabel penelitian.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari .

www.idx.co.id

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh melalui Indonesian Capital Market Directory, Situs resmi BEI,Penelitian

menggunakan data dari laporan keuangan perusahaan-perusahaan sampel. Tahun

periode data adalah tahun 20012-2015.

4.6. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel Penelitian

Penelitian ini merupakan studi empiris yang bertujuan untuk melihat pengaruh antara

penerapan GCG, struktur kepemilikan dan ukuran perusahaan terhadap kinerja

keuangan. Untuk itu ditentukan variabel penelitian sebagai berikut:

1. Variabel dependen/variabel terikat.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan (Y). Kinerja

keuangan merefleksikan kinerja fundamental perusahaan dan diukur dengan data

yang berasal dari laporan keuangan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur

dengan menggunakan return on asset (ROA). ROA dihitung dengan rasio dari laba

sebelum bunga dan pajak ditambah depresiasi dibagi dengan total aktiva (Arif dan

Bambang, 2007). Skala Pengukuran variabel ini menggunakan skala rasio.

𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 ℎ
ROA= x100%
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇

2. Variabel independen/variabel bebas

Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi

variabel lain. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalahGCG.

Universitas Sumatera Utara


GCG adalah sistem dan struktur untuk mengelola perusahaan dengan tujuan

meningkatkan nilai pemegang saham (stakeholders' value) serta mengalokasikan

berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders) seperti

kreditor, supplier, asosiasi usaha, konsumen, pekerja, pemerintah, dan masyarakat

luas. Dimana pada penelitian ini GCG sendiri penulis proksikan ke dalam 4 variabel,

yakni ;

1. Kepemilikan institusional (X1) adalah kepemilikan saham perusahaan

oleh institusi seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan

institusi lain. Kepemilikan institusional diukur dengan skala rasio melalui

jumlah saham yang dimiliki oleh investor institusional dibandingkan

dengan total saham perusahaan.

2. Kepemilikan manajerial (X2) adalah jumlah kepemilikan saham oleh

pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar.

3. Komite Audit (X3) , berdasarkan Peraturan BI No.8/4/PBI/2006

menyatakan tentang tugas komite audit adalah melakukan pemantauan

dan evaluasi atas perencanaan dan pelaksanaan audit serta pemantauan

atas tindak lanjut hasil audit dalam rangka menilai kecukupan proses

pelaporan keuangan .Komie Audit diukur dengan menggunakan indikator

jumlah komite audit yang ada di perusahaan tersebut,

4. Independensi Dewan Komisaris(X4) adalah anggota dewan komisaris

yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris

lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan

bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya

Universitas Sumatera Utara


untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi

kepentingan perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006).

5. Independensi Dewan Direksi (X5) adalah direksi yang tidak terafiliasi

dengan manajemen, anggota dewan direksi lainnya dan pemegang saham

pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang

dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau

bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.

3. Variabel Moderating

Variabel moderating dalam penelitian ini adalah struktur modal (Z). Struktur

modal adalah hasil atau akibat dari keputusan pendanaan (financing decision) yang

intinya memilih apakah menggunakan hutang atau ekuitas untuk mendanai operasi

perusahaan. Untuk menganalisis struktur modal maka dapat digunakan dengan debt

to equity ratio. Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur perimbangan antara

kewajiban yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Debt to equity ratio

dipilih dikarenakan untuk menilai tingginya pendanaan atau modal yang berasal dari

modal sendiri atau hutang perusahaan.

Tabel 4.2 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

No. Variabel Defenisi Parameter Skala


Operasional
1. Variabel Kemampuan
Dependent: perusahaan dalam
Kinerja menghasilkan laba ROA=𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 ℎ x100% Rasio
Keuangan dari total aktiva yang 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇

(Y) dimiliki.

2. Variabel Sistem yang


Independen: mengatur dan
mengendalikan
Pelaksanaan perusahaan untuk
GCG menciptakan nilai
tambah untuk semua
stakeholder

Universitas Sumatera Utara


Kepemilikan Persentase saham
Institusi (X1) yang dimiliki oleh Σsaham yang dimiliki institusi Rasio
institusi terhadap Σsaham yang beredar
total saham yang
beredar
Kepemilikan Persentase
Manajerial Kepemilikan saham Σkepemilikan saham manajemen
(X2) manajemen terhadap Σsaham yang beredar Rasio
seluruh saham yang
beredar

Komite Audit Jumlah anggota


(X3) komite audit di
dalam suatu Jumlah anggota komite audit Nominal
perusahaan

Independensi Total dewan


Dewan komisaris
Jumlah dewan komisaris
Komisaris independen di dalam Nominal
independen
(X4) suatu perusahaan

Independensi Total dewan direksi


Dewan independen atau
Jumlah dewan direksi
Direksi (X5) direksi yang tidak Nominal
independen/ tidak terafiliasi
terafiliasi di dalam
suatu perusahaan
3. Variabel Mencerminkan
Moderating kemampuan
Struktur perusahaan dalam
Modal (M) memenuhi seluruh
kewajibannya, yang DER=𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 Rasio
ditunjukkan oleh 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇

berapa bagian modal


sendiri yang
digunakan untuk
membayar hutang

Universitas Sumatera Utara


4.7. Teknik Analisis Data

4.7.1. Statistik Deskriptif

Statistik ini digunakan untuk memberikan gambaran profil data sampel.

Penelitian ini menggunkan statistik deskriptif yang terdiri dari minimum, maksimum,

rata-rata, dan standar deviasi.

4.7.2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian regresi, terlebih dahulu dilakukan pengujian

asumsi klasik yang berguna untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah

memenuhi model regresi. Pengujian ini meliputi:

4.7.2.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data. Model

regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji ini dapat

dilihat dengan menggunakan Normal P-P plot, grafik histogram, dan Kolmogorov

Smirnov test. Menurut Santoso (1999) jika probabilitas > 0.05 maka Ho diterima,

dalam arti data berdistribusi normal. Jika Probabilitas data< 0.05 Ho ditolak dan

dikatakan bahwa data tidak berdistribusi normal.

4.7.2.2 Uji Multikolineritas

Pengujian multikolineritas dimaksudkan untuk mengetahui apakah terdapat

korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam model yang digunakan.

Apabila terdapat korelasi yang tinggi sesama variabel bebas tersebut, maka salah satu

diantaranya di eliminir (dikeluarkan) dari model regresi berganda atau menambah

variabel bebasnya. Korelasi antara variabel dapat dideteksi dengan menggunakan

Variance Inflasi Factor (VIF) dengan kriteria menurut Singgih (2001) yaitu:

 Jika angka tolerance diatas 0.1 dan VIF < 10 dikatakan

Universitas Sumatera Utara


 varians variabel dependen diantara rentang nilai variabel independen.
Masalah heterokedastisitas terjadi ketika penyebaran tersebut tidak
seimbang atau ketika varian dari distribusi probabilitas gangguan tidak
tidak terdapat gejala multikolinearitas.
 Jika angka tolerance diatas 0.1 dan VIF > 10 dikatakan terdapat gejala
multikolineritas

4.7.2.3 Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah adanya hubungan antara kesalahan-kesalahan yang muncul

pada data runtun tahun (time series). Apabila terjadi gejala autokorelasi maka

estimator least square masih tidak bias, tetapi menjadi tidak efisien. Dengan

demikian, koefisien estimasi yang diperoleh menjadi tidak akurat (Gujarati, 1995).

Akibat adanya autokorelasi adalah (Widarjono, 2005):

a. Varian sampel tidak dapat menggambarkan varian populasi.

b. Model regresi yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan untuk menduga nilai

variabel terikat dari nilai variabel bebas tertentu.

c. Varian dari koefisiennya menjadi tidak minim lagi (tidak efisien) sehingga

koefisien estimasi yang diperoleh kurang akurat.

Untuk menguji keberadaan autokorelasi dalam penelitian ini digunakan Uji

Durbin Watson (DW test). Di mana angka‐angka yang diperlukan dalam metode

tersebut adalah dl, du, 4 . dl, dan 4 . du (Ghozali, 2006). Jika nilainya mendekati 2

maka tidak terjadi autokorelasi, sebaliknya jika mendekati 0 atau 4 terjadi

autokorelasi (+/‐).

4.7.2.4 Uji Heteroskedasitas

Uji heterokedastisitas adalah uji yang bertujuan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi terdapat ketidaksamaan varian residual dari satu pengamatan

ke pengamatan yang lain. Konsep heteroskedastisitas atau homokedastisitas

didasarkan pada penyebaran konstan untuk seluruh pengamatan atau variabel

Universitas Sumatera Utara


independen. Untuk menguji terjadi tidaknya heterokedastisitas digunakan Uji

Glejser. Apabila sig>0.05 maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. Model yang

baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.7.3. Pengujian Hipotesis Penelitian

4.7.3.1 Analisis Regresi Pertama

Menurut Bambang dan Nur (2001) metode regresi linear berganda yaitu metode

yang digunakan untuk menguji pengaruh dua arah atau lebih variabel independen

terhadap variabel dependen dengan skala pengukur atau rasio dalam suatu persamaan

linear, sedangkan menurut Dajan (1986) dan Supranto (1996) untuk menguji model

pengaruh dan hubungan variabel independen yang lebih dari dua variabel terhadap

variabel dependen digunakan persamaan regresi linear berganda dengan metode

Ordinary Least Squares (OLS). OLS merupakan salah satu cara untuk menghitung

parameter α, β dan e dari suatu persamaan regresi. Supranto (1996) mengemukakan

bahwa semakin kecil nilai error maka akan membuat penaksiran itu semakin baik.

Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda (multiple linear

regression analysis), karena terdiri dari satu variabel dependen dan beberapa variabel

independen. Persamaan dirumuskan sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

Dimana,

Y : Kinerja Keuangan
a : Konstanta
b : koefisien Regresi
X1: Kepemilikan Institusi
X2: Kepemilikan Manajerial
X3: Komite Audit
X4: Independensi Dewan Komisaris

Universitas Sumatera Utara


e : Standard Error
4.7.3.1.1 Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) intinya mengukur tingkat ketepatan atau

kecocokan dari regresi linear berganda yaitu persentase sumbangan (goodness of fit)

dari regresi linear berganda, yaitu persentase sumbangan seluruh variabel bebas

terhadap variabel terikat. Pada penelitian ini digunakan Adjusted R Square karena

variabel bebas yang digunakan pada penelitian lebih dari satu.

4.7.3.1.2 Uji t-Statistik (Uji parsial)

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independent terhadap

variabel dependen dalam persamaan regresi berganda secara parsial. Uji t juga

dilakukan untuk menguji kebenaran koefisien regresi dan melihat apakah koefisien

regresi yang diperoleh signifikan atau tidak. Pengujian dilakukan dengan tingkat

signifikansi (α) sebesar 5 %. Jika t-test lebih besar daripada t-tabel maka koefisien

regresi adalah signifikan dan begitu sebaliknya.

4.7.3.1.3 Uji F (F-Test)

Uji F dilakukan untuk melihat ada tidaknya pengaruh semua variabel bebas

terhadap variabel terikat serta untuk menguji apakah model yang digunakan sudah

Fix atau tidak. Patokan yang digunakan dengan membandingkan nilai sig yang di

dapat dengan derajat signifikan a = 0.05. Apabila nilai sig lebih kecil dari derajat

signifikansi maka persamaan regresi yang diperoleh dapat diandalkan (sudah fix).

4.6.3.2 Uji Hipotesis Kedua (H2)

4.6.3.2.1 Uji Residual

Universitas Sumatera Utara


Pengujian ini untuk membuktikan hipotesis bahwa struktur modal merupakan

variabel moderating. Variabel moderating adalah variabel independen yang akan

memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen lainnya

terhadapvariabel dependen (Ghozali, 2006). Ada tiga cara menguji regresi dengan

variabel moderating yaitu : (1) uji interaksi, (2) uji nilai selisih mutlak, dan (3) uji

residual. Dari ketiga model diatas peneliti menggunakan uji interaksi dalam

penelitian ini. Karena, uji interaksi lebih cocok digunakan dalam penelitian ini

dimana Moderated Regression Analysis (MRA) merupakan aplikasi yang khusus

digunakan untuk regresi berganda linier dimana dalam persamaan regresinya

mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen) yang

dapat memperkuat atau memperlemah hubungan variabel dependen. Pengujian ini

dilakukan dengan meggunakan uji residual dapat mengatasi multikolinearitas.

Seluruh variabel independen harus diregreskan dengan moderating. Untuk

mengertahui pengaruhnya, dapat dilakukan persamaan regresi moderating pertama

dengan model berikut :

Z = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + +b4X4+b5X5+e....... (1)

Setelah menghasilkan persamaan diatas, maka akan menghasilkan nilai

residual, selanjutnya akan di transformasikan yang akan menghasilkan nilai absolute

residual yang akan diregresikan dengan variabel kinerja keuangan, sehingga

menghasilkan persamaan regresi moderasi ke dua dengan model berikut;

|e| = a + 𝒃𝒃𝟔𝟔 Y .........(2)


Dimana :

Y =Kinerja Keuangan
Z = Struktur Modal
a = Konstanta

Universitas Sumatera Utara


b1-b5 = Koefisien regresi variabel X1X5
b6 = koefisien regresi variabel moderating
X1 = Kepemilikan Institusi
X2 = Kepemilikan Manajerial
X3 = Komite Audit
X4 = Independensi Dewan Komisaris
X5 = Independensi Dewan Direksi
|e| = Error

Jika nilai koefiesien parameter kinerja keuangan negatif hasilnya dan signifikan,

maka variabel struktur modal merupakan variabel moderating.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk melakukan proses penyeleksi

data(screening data), sehingga data-data yang dianalisis memiliki distribusi

normal.Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah kepemilikan

institusi, kepemilikan manajerial, komite audit, independensi dewan komisaris, dan

independensi dewan direksi.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufakturyang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2015 yaitu sebanyak 20 perusahaan.

Jumlah sampel yang diperoleh berdasarkan pemilihan purposive samplingadalah

sebanyak 20 sampel perusahaan untuk periode 2012-2015 dengan jumlah observasi

80 (20 perusahaan x 4 tahun). Pada tabel 5.1 dibawah ini menunjukkan statistik

deskriptif dari sampel sebanyak 80 (20 perusahaan x 4 tahun) unit analisis sebagai

berikut:

Tabel 5.1 Statistik Deskriptif


Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KK 80 -20,80 74,84 4,8508 10,26696


KI 80 ,13 83,00 52,7136 22,31727
KM 80 ,92 77,57 22,1306 20,01883
KA 80 3,00 4,00 3,0500 ,21932
IDK 80 1,00 3,00 1,2750 ,50253
IDD 80 1,00 2,00 1,0250 ,15711
Valid N (listwise) 80
Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

BerdasarkanTabel 5.1 menunjukkan nilai kinerja keuangan dalam kurun

waktu 2012 sampai dengan 2015 yaitu sebesar -20,801 sedangkan nilai maximum

Universitas Sumatera Utara


sebesar 74,844. Emiten yang memiliki nilai kinerja keuangan minimum adalah PT.

Argo Pantes Tbk pada tahun 2014, sedangkan emiten yang memiliki nilai kinerja

keuangan maksimum adalah PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk pada tahun 2013. Rata-

rata nilai dari kinerja keuangan adalah sebesar 4,850 dan besar standar deviasi adalah

sebesar 10,266.

Nilai minimum dan maksimum kepemilikan institusi adalah 0,130 dan 83,000,

nilai rata-rata sebesar 52,713 dan standar deviasi sebesar 22,317. Emiten yang

memiliki nilai kepemilikan institusi minimum adalah PT. Sarana Central Bajatama

Tbk pada tahun 2012-2013, sedangkan emiten yang memiliki nilai kepemilikan

institusi maksimum adalah PT. Asiaplast Industries Tbk pada tahun 2013.

Nilai minimum dan maksimum kepemilikan manajerial adalah 0,920 dan 77,570,

nilai rata-rata sebesar 22,130 dan standar deviasi sebesar 20,018. Emiten yang

memiliki nilai kepemilikan manajerial minimum adalah PT. Gudang Garam Tbk

pada tahun 2012-2015, sedangkan emiten yang memiliki nilai kepemilikan

manajerial maksimum adalah PT. Sarana Central Bajatama Tbk pada tahun 2014-

2015.

Nilai minimum dan maksimum komite audit adalah 3 dan 4 nilai rata-rata

sebesar 3,050 dan standar deviasi sebesar 0,219. Emiten yang memiliki nilai komite

audit minimum tahun amatan 2012-2015 adalah sebanyak 76 dari 20 perusahaan,

sedangkan emiten yang memiliki nilai komite audit maksimum sebanyak 4.

Nilai minimum dan maksimum independensi komisaris adalah 1 dan 3, nilai

rata-rata sebesar 1,275 dan standar deviasi sebesar 0,205. Emiten yang memiliki nilai

independensi komisaris minimum tahun amatan 2012-2015 adalah sebanyak 70 dari

Universitas Sumatera Utara


20 perusahaan , sedangkan emiten yang memiliki nilai independensi komisaris hanya

PT.Indo Kordsa Tbk pada tahun 2012-2013.

Nilai minimum dan maksimum independensi direksi adalah 1 dan 2, nilai rata-

rata sebesar 1,025 dan standar deviasi sebesar 1,157. Emiten yang memiliki nilai

independensi direksi minimum tahun amatan 2012-2015 adalah sebanyak 78 dari 20

perusahaan, sedangkan emiten yang memiliki nilai independensi direksi hanya

PT.Berlina Tbk pada tahun 2014-2015.

5.2 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi

regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heterokedastisitas,

gejala multikolinearitas dan gejala autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan

estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (Best Linear

Unbiased estimator) yakni tidak terdapat heterokedastisitas, tidak terdapat

multikolinearitas dan tidak terdapat autokorelasi.

5.2.1 Uji Normalitas

Asumsi distribusi normal adalah suatu persyaratan yang harus dipenuhi dalam

pelaksanaan analisis regresi berganda. Jika asumsi ini terpenuhi maka nilai residual

dari analisis juga berdistribusi normal dan independen. Hasil pengujian normalitas

data dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5.1. Normal P-Plot

Sumber ; Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Gambar 5.2. Grafik Histogram

Universitas Sumatera Utara


Sumber ; Hasil penelitian 2016 (data diolah)

Pada grafik normal probability gambar 5.1 menunjukkan titik-titik menyebar

menjauhi garis diagonal dan hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara

tidak normal. Dari grafik histogram pada Gambar 5.2 tampak bahwa residual

terdistribusi secara normal dan berbentuk simetri tidak menceng ke kanan dan kekiri.

Uji Kologorov-Smirnov dapat dilakukan untuk menguji apakah residual

berdistribusi secara normal. Hasil uji Kologorov-Smirnov tampak dibawah ini ;

Tabel 5.2 Hasil Kologorov-Smirnov


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 80
Mean ,0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 9,83555279
Absolute ,178
Most Extreme Differences Positive ,176
Negative -,178
Kolmogorov-Smirnov Z 1,588
Asymp. Sig. (2-tailed) ,013

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Dari tabel 5.2 diatas dapat dilihat bahwa data tidak berdistribusi secara

normal karena nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,013< 0,05 oleh karena itu perlu

dilakukan transformasi data melalui SQRT atau akar kuadrat.

5.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Pengujian dilakukan

Universitas Sumatera Utara


dengan melihat nilai collinearity satistic dan nilai koefisien korelasi diantara variabel

bebas. Nilai yang umumnya digunakan untuk menunjukkan tidak adanya

multikolinearitas terjadi apabila nilai tolerancekurang 0,10 atau sama dengan nilai

VIF lebih dari 10. Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Hasil Uji Multikolinearitas

Co e ffic ie n ts a

Collinearity Statistics
Keterangan
Model Tolerance VIF
1 (Constant)

KI Tidak terjadi
,375 2,668
Multikolinearitas
KM Tidak terjadi
,367 2,723
Multikolinearitas
KA Tidak terjadi
,753 1,329
Multikolinearitas
IDK Tidak terjadi
,875 1,143
Multikolinearitas
IDD Tidak terjadi
,973 1,028
Multikolinearitas
a. Dependent Variable: KK

Sumber ; Hasil Penelitian,2016 (data diolah)

Dari Tabel 5.3 hasil penelitian nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel

independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10. Hasil perhitungan nilai

Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama tidak ada satu

variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan

bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

5.2.3 Uji Autokorelasi

Tabel 5.4 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Universitas Sumatera Utara


Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Estimate
a
1 ,287 ,082 ,007 10,2317728 1,782

a. Predictors: (Constant), IDD, KI, IDK, KA, KM


b. Dependent Variable: KK
Sumber ; Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Dimana kriteria pengujiannya adalah ;

a. Jika nilai D-W diantara 0 sampai 1,76551 berarti ada autokorelasi positif

b. Jika nilai D-W diantara 1,76551sampai dengan 1,8996 berarti tidak ada

autokorelasi

c. Jika nilai D-W diantara 1,8996 sampai dengan 2 berarti ada autokorelasi

negatif.

Dari Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson dalam penelitian ini

sebesar 1,782 yang menunjukkan bahwa nilai D-W tersebut berada diantara 1,76551

sampai dengan 1,8996 berarti tidak terjadi autokorelasi pada model regresi yang

digunakan.

5.2.4 Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Pendeteksi

gejala heterokedastisitas dalam model regresi dilakukan dengan menggunakan grafik

plot antara nilai prediksi variabel independen. Jika pada grafik terdapat pola tertentu

yang teratur, maka mengidentifikasikan terlah terjadi heterokedastisitas dan apabila

tidak ada pola yang jelas maka tidak terjadi heterokedastisitas pada model penelitian.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5.3 Hasil Uji Heterokedastisitas

Sumber ; Hasil penelitian,2016 (data diolah)

Dari Gambar 5.3 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar

baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulakan

bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi

layak dipakai untuk memprediksi kinerja keuangan berdasarkan masukan variabel

independen Kepemilikan Institusi, Kepemilikan Manajerial, Komite Audit,

Independensi Dewan Komisaris, dan Independensi Dewan Direksi.

5.3 Uji Asumsi Klasik Hipotesis Pertama Setelah Transformasi

Setelah ditemukan masalah maka dilakukan transformasi data dengan

menggunakan teknik transformasi data melalui SQRT atau akar kuadratsehingga

dapat menyelesaikan masalah dan memenuhi syarat pengujian asumsi klasik

(Ghozali, 2016). Hasil transformasi adalah sebagai berikut :

5.3.1 Uji Normalitas Setelah Transformasi

Hasil pengolahan data setelah dilakukan transformasi data dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5.4 Normal P-Plot Setelah Transformasi

Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Pada gambar 5.4 terlihat bahwa titik–titik menyebar mendekati garis

diagonal. Dengan demikian berdasarkan grafik normal probability plot dan uji one-

samplekolmogorov-smirnov di atas diketahui bahwa data telah berdistribusi normal.

Gambar 5.5 Grafik Histogram Setelah Transformasi

Universitas Sumatera Utara


Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Gambar 5.5 diatas, uji normalitas dapat juga dilakukan dengan uji statistik

Kolmogorov-Smirnov yang merupakan pengujian yang paling valid di atas

normalitas. Pengujian ini dilakukan terhadap nilai yang dihasilkan dari setiap

variabel dengan hasil yang terlihat pada tabel 5.5 berikut ;

Tabel 5.5 One – Sampel Kolmogorov Smirnov test


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 66

a,b
Mean ,0000000
Normal Parameters
Std. Deviation 1,04944230
Absolute ,136
Most Extreme Differences Positive ,136
Negative -,104
Kolmogorov-Smirnov Z 1,108
Asymp. Sig. (2-tailed) ,172

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)


Dari tabel 5.3 diatas dapat dilihat nilai signifikansi (Asymp. Sig. (2 – tailed))

adalah sebesar 0,172> 0,05 Hal ini menyatakan bahwa data berdistribusi normal.

5.2.2 Uji Multikolinearitas

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat korelasi antar variabel

independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini

tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi

antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013).Untuk

mengetahui apakah terjadi multikolinearitas dapat dilihat dari nilai VIF yang terdapat

pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Hasil Pengujian Multikolinearitas

Universitas Sumatera Utara


Coefficientsa

Model Unstandardized Standardize t Sig. Collinearity


Coefficients d Statistics
Coefficients

B Std. Error Beta Toleranc VIF


e

(Constan 10,698 6,293 1,700 ,094


t)

SQRTKI -,337 ,125 -,512 -2,687 ,009 ,340 2,943

SQRTK -,413 ,114 -,615 -3,620 ,001 ,426 2,346


M

1 SQRTKA -2,601 2,955 -,119 -,880 ,382 ,676 1,479

SQRTID ,750 ,838 ,115 ,894 ,375 ,747 1,339


K

SQRTID ,339 2,754 ,014 ,123 ,902 ,947 1,056


D

a. Dependent Variable: SQRTKK


Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa tidak terjadi korelasi antar variabel

independen artinya tidak terjadi multikolinearitas. Suatu model regresi dinyatakan

bebas dari multikolinearitas jika mempunyai nilai Tolerance lebih besar sama dengan

0,1 dan nilai VIF lebih kecil sama dengan 10. Dari tabel tersebut diperoleh bahwa

semua variabel bebas memiliki nilai Tolerance lebih besar sama dengan 0,1 dan nilai

VIF lebih kecil sama dengan 10 dengan demikian tidak terjadi gejala

multikolinearitas pada variabel independen yang diteliti.

5.2.3. Uji Autokorelasi

Universitas Sumatera Utara


Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara

kesalahan pengganggu pada periode tertentu dengan kesalahan pengganggu

periodesebelumnya. Dalam penelitian ini gejala autokorelasi dideteksi dengan

menggunakan Tabel Durbin Watson.

Tabel 5.7 Hasil Pengujian Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-


Square the Estimate Watson

,523a 0,273 0,199 1,10151 1,852


1
a. Predictors: (Constant), SQRTKI, SQRTIDD, SQRTIDK, SQRTKA, SQRTKM

b. Dependent Variable: SQRTKK

Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Dari tabel diatas nilai Durbin-Watson sebesar 1,852 diantara nilai 1,7551

sampai 1,8996 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam

variabel penelitian ini.

5.2.4. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari pengujian heteroskedastisitas ini adalah untuk menguji apakah

dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari

satupengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual suatu

pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas.

Sebaliknya jika varians berbeda, maka disebut heteroskedastisitas (Erlina, 2008).

Deteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu. Jika membentuk pola tertentu maka telah terjadi

gejalaheteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar

berikut:

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5.6 Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Berdasarkan Gambar 5.6 grafikscatterplotsterlihat bahwa titik-titik

menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada

sumbuY. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada

model regresi.

5.4. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji F (pengujian secara

simultan), uji t (pengujian secara parsial), koefisien determinasi (R²) dan uji variabel

moderating.

Universitas Sumatera Utara


5.4.1 Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengetahui seberapa besar

faktor independen dapat menjelaskan faktor dependen. Hasil uji koefisien

determinasi (R²) dapat dilihat pada tabel ini.

Tabel 5.8. Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-


Square the Estimate Watson

,523a 0,273 0,199 1,10151 1,852


1
a. Predictors: (Constant), SQRTKI, SQRTIDD, SQRTIDK, SQRTKA, SQRTKM

b. Dependent Variable: SQRTKK

Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 5.8 nilai Koefisien (R) sebesar 0,199 yang menunjukkan

besarnya hubungan antara variabel dengan koefisien determinasi (Adjusted R square)

sebesar 0,199 atau 19,9%. Hal ini berarti variabel kepemilikan institusi, kepemilikan

manajerial, komite audit,independensi dewan komisarisdan independensi dewan

direksidapat menjelaskan variabel kinerja keuangan sebesar 19,9% sedangkan

sisanya 80,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar model estimasi ini.

5.4.2. Uji Signifikan Parsial (Uji Statistik – t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu faktor

independen secara individual atau parsial dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel ini:

Tabel 5.9 Hasil Uji Statistik t

Universitas Sumatera Utara


Coefficientsa

Model Unstandardized Standardize t Sig. Collinearity


Coefficients d Statistics
Coefficients

B Std. Error Beta Toleranc VIF


e

(Constant 10,698 6,293 1,700 ,094


)

SQRTKI -,337 ,125 -,512 -2,687 ,009 ,340 2,943

SQRTKM -,413 ,114 -,615 -3,620 ,001 ,426 2,346

SQRTKA -2,601 2,955 -,119 -,880 ,382 ,676 1,479


1
SQRTID ,750 ,838 ,115 ,894 ,375 ,747 1,339
K
SQRTID ,339 2,754 ,014 ,123 ,902 ,947 1,056
D

a. Dependent Variable: SQRTKK


Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan seperti pada tabel 5.9maka diperoleh

persamaan berikut ini:

Y = 10,698 - 0,337SQRTKI - 0,413SQRTKM–2,601SQRTKA + 0,750SQRTIDK

+ 0,339SQRTIDD

Adapun interpretasi dari persamaan regresi linier berganda di atas

adalahsebagai berikut:

a. Konstanta

Berdasarkan tabel dan persamaan diatas dapat diketahui konstanta (α) bernilai

10,698 artinya jika tidak ada pengaruh variabel kepemilikan institusi, kepemilikan

manajerial, komite audit,independensi dewan komisarisdan independensi dewan

direksisama dengan nol maka kinerja keuangan akan tetap sebesar 10,698 pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2012-2015.

Universitas Sumatera Utara


b. Kepemilikan Institusi

Variabelkepemilikan institusi bernilai -0,337artinya setiap kenaikan variabel

kepemilikan institusi sebesar 1%, maka akan terjadi penurunan kinerja keuangan

sebesar 0,337atau 33,7% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi

variabel kepemilikan institusi sebesar 0,009atau 0,9% < α = 5%,dan t-hitung < t-tabel

(-2,687<1,664) maka H1 diterima dimana, kepemilikan institusi secara parsial

berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kinerja keuangan.

c. Kepemilikan Manajerial

Variabel kepemilikan manajerial bernilai -0,413artinya setiap kenaikan

variabel kepemilikan manajerial sebesar 1%, maka akan terjadi penurunan kinerja

keuangan sebesar 0,413 atau 41,3% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan.

Signifikansi variabel kepemilikan manajerial sebesar 0,001 atau 0,1% < α = 5%, dan

t-hitung < t-tabel (-3,620<1,664) maka H1diterima, dimana kepemilikan manajerial

secara parsial berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kinerja keuangan.

d. Komite Audit

Komite audit bernilai-2,601, artinya setiap kenaikan variabelKomite audit

sebesar 1%, maka akan terjadi penurunan kinerja keuangan sebesar 2,601 atau

26,01% dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Signifikansi variabel komite

audit sebesar 0,382 atau 38,2% > α = 5%, dan t-hitung < t-tabel (0,880<1,664) maka

H1tidak diterima, dimana secara parsial komite audit tidak berpengaruh signifikan

dan positif terhadap kinerja keuangan.

e. Independensi Dewan Komisaris

Variabel independensi dewan komisaris bernilai 0,750, artinya setiap

kenaikan variabel independensi dewan komisaris sebesar 1%, maka akan terjadi

Universitas Sumatera Utara


kenaikan kinerja keuangan sebesar 0,750 atau 75% dengan asumsi variabel lain

dianggap konstan. Signifikansi variabel independensi dewan komisaris sebesar

0,375atau 37,5% > α = 5 %, dan t-hitung < t-tabel (0,894<1,664) maka H1tidak

diterima dimana, independensi dewan komisaris secara parsial berpengaruh tidak

signifikan dan positif terhadap kinerja keuangan.

f. Independensi Dewan Direksi

Variabel independensi dewan direksi bernilai0,339, artinya setiap kenaikan

variabelindependensi dewan direksi sebesar 1%, maka akan terjadi peningkatan

kinerja keauangan sebesar 0,339atau 33,9% dengan asumsi variabel lain dianggap

konstan. Signifikansi variabel independensi dewan direksi sebesar 0,902 atau 90,2%

> α = 5%, dan t-hitung < t-tabel (0.123<1,664) maka H1tidak diterima dimana,

independensi dewan direksi secara parsial berpengaruh tidak signifikan dan positif

terhadap kinerja keuangan.

5.4.3Signifikan simultan (Uji Statistik – F)

Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua faktor independen

yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terdahap faktor

dependen. Hasil uji F dapat dilihat pada tabel ini:

Tabel 5.10 Uji Statistik F


ANOVAa
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square

Universitas Sumatera Utara


26,89 6 4,482 3,694 ,003b
Regression
71,586 59 1,213
Residual
98,477 65
1 Total
a. Dependent Variable: SQRTKK
b. Predictors: (Constant), SQRTKI, SQRTIDD, SQRTIDK, SQRTKA, SQRTKM

Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 5.10 diketahui bahwa nilai signifikan 0,003 lebih kecil

dari 0,05 dan F >F (3,694>2,33) maka H diterima sehingga dapat dikatakan
hitung tabel 1

bahwagood corporate governance dengan indikator yang terdiri dari kepemilikan

institusi, kepemilikan manajerial, komite audit,independensi dewan komisarisdan

independensi dewan direksi berpengaruh secara simultan terhadap kinerja keuangan.

5.5 Uji Hipotesis Kedua

5.5.1 Regresi Variabel Moderating

Ghozali (2013) menyatakan terdapat tiga cara menguji regresi dengan

varaibel moderating, yaitu: (1) uji interaksi, (2) uji nilai selisih mutlak, dan (3) uji

residual. Dalam penelitian ini digunakan uji residual. Digunakannya uji residual

karena pada uji interaksi dan uji nilai selisish mutlak mempunyai kecenderungan

akan terjadi multikolinearitas yang tinggi antar variabel independen dan hal ini akan

menyalahi asumsi klasik dalam regresi ordinary least square (OLS) (Ghozali, 2013).

Untuk mengatasi multikolinearitas ini, maka dikembangkan metode lain yang disebut

uji residual.

Tabel 5.11Uji Residual(Struktur Modal)


Coefficientsa

Model Unstandardized Standardize t Sig. Collinearity


Coefficients d Statistics
Coefficients

Universitas Sumatera Utara


B Std. Error Beta Toleranc VIF
e

(Constan -1,352 2,418 -,559 ,578


t)

SQRTKI -,155 ,050 -,551 -3,092 ,003 ,303 3,296

SQRTK -,127 ,047 -,425 -2,678 ,009 ,382 2,617


M
1
SQRTKA 1,142 1,171 ,117 ,975 ,333 ,674 1,484

SQRTID 1,294 ,312 ,436 4,148 ,000 ,870 1,149


K

SQRTID ,510 ,879 ,058 ,580 ,564 ,976 1,025


D

a. Dependent Variable: SQRTSM


Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Tabel 5.12 Hasil Uji Residual


Coefficientsa

Model Unstandardized Standardize t Sig. Collinearity


Coefficients d Statistics
Coefficients

B Std. Error Beta Toleranc VIF


e

(Constan ,422 ,068 6,199 ,000


1 t)

SQRTKK -,010 ,026 -,049 -,396 ,693 1,000 1,000

a. Dependent Variable: AbsRes_1


Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 5.11 dan Tabel 5.12 dapat dilihat persamaan hasil uji

residual :

Z = -1,352 - 0,155SQRTKI -0,127SQRTKM + 1,142DSQRTKA +

1,294SQRTIDK+ 0,510SQRTIDD

maka,

| e | = -0,049-0,010Y

Universitas Sumatera Utara


Suatu variabel dikatakan memoderasi variabel bebas jika koefisien regresi

variabel tak bebas bernilai negatif dan signifikan (Ghozali, 2013). Tabel 5.12

menggambarkan nilai signifikan 0,693 lebih besar dari α = 0,05 dengan nilai

koefisien parameter negatif yaitu -0,049. Hasil Penelitian menunjukan bahwa

koefisien regresi dari kinerja keuangan bernilai negatif dan tidak signifikan. Jelas

terlihat bahwa walaupun nilai koefisien parameter negatifnamun, nilai tidak

signifikan atau lebih besar dari 0,05 maka struktur modal tidak dapat memoderasi

hubungan antara variabel GCG yang di dijelaskan dengan variabel kepemilikan

institusi, kepemilikan manajerial, komite audit,independensi dewan komisarisdan

independensi dewan direksiterhadap struktur modal.

5.6 Pembahasan Hasil Penelitian

5.6.1 Kepemilikan Institusi, Kepemilikan Manajerial, Komite

Audit,Independensi Dewan KomisarisDan Independensi Dewan Direksi

Terhadap Kinerja Keuangan

Hasil pengujian hipotesis secara simultan menunjukkan bahwa variabel

kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, komite audit,independensi dewan

komisarisdan independensi dewan direksiberpengaruh signifikan terhadap kinerja

keuangan. Hal ini dapat diketahui pada Tabel 5.6 dimana nilai signifikan 0,003lebih

besar dari α = 0,05 (0,003<α = 0,05).

Secara teoritis praktik GCG dapat meningkatkan kinerja keuangan mereka,

mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan yang

menguntungkan sendiri, umumnya GCG dapat meningkatkan kepercayaan investor

untuk menanamkan modalnya yang akan berdampak terhadap kinerjanya. Penerapan

GCG yang baik berfokus pada proses manajemen risiko dan pengendalian internal

Universitas Sumatera Utara


yang efektif akan meningkatkan kinerja dan daya saing serta kreatifitas nilai

perusahaan yang pada nantinya dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam

penelitian ini mengungkapkan bahwa penerapan ROA sebagai indikator kinerja

keuangan perusahaan sangat sesuai dan mendukung prinsip-prinsip yang terdapat

dalam GCG. ROA sebagai indikator kinerja perusahaan, dapat dijadikan sebagai

pintu gerbang dalam mewujudkan terlaksananya GCG di Indonesia.

5.6.2 Pengaruh kepemilikan institusi terhadapkinerja keuangan

Hasil penelitian terhadap variable kepemilikan institusi menunjukkan bahwa

variabel ini berpengaruh signifikan dan dan negatif terhadap nilai kinerja keuangan.

Nilai negatif dilihat dari nilai koefesien regresi- 0,337dan nilai signifikan 0,009 lebih

kecil dari 0,05.Yang artinya para investor instituisional lebih tepat dan cepat dalam

memprediksi laba masa depan dibanding investor non-institusional. Investor

institusional mempunyai akses untuk mendapatkan sumber informasi yang lebih

tepat waktu dan relevan yang dapat mengetahui kegiatan pengolaan laba lebih cepat

dan lebih muda dari investor individual. Tindakan pengawasan para investor

institusional dapat mempengaruhi kinerja manager yang langsung berpengaruh

terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Pengaruh signifikan menunjukkan bahwa kepemilikan institusi mempunyai

peranan penting dalam kinerja keuangan. Hasil ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Dini (2014) dimana kepemilikan institusi berpengaruh signifikan

terhadap kinerja keuangan.Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian

Waskito (2014) menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusi mempunyai

pengaruh negatif terhada pkinerja keuangan. Tetapi penelitian ini tidak mendukung

Universitas Sumatera Utara


hasil penelitian yang dilakukan oleh Endang(2009) dengan menggunakan

kepemilikan institusional sebagai indikator penerapan GCG.

5.6.3 Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kinerja keuangan

Hasil penelitian terhadap variabel kepemilikan manajerial menunjukkan

bahwa variabel ini berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kinerja keuangan.

Nilai negatif dilihat dari nilai koefesien regresi -0,413 dan nilai signifikan 0,001

lebih kecil dari 0,05. Yang artinya semakin besar proporsi kepemilikan manajerial

pada perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giatuntuk kepentingan

pemegang saham dimana pemegang saham adalah dirinya sendiri.Pengaruh

signifikan menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial mempunyai peranan penting

dalam kinerja keuangan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Waskito (2014) menunjukkan

bahwa variabel kepemilikan manajerialmempunyaipengaruhpositif terhadapkinerja

keuangan. Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajemen dalam perusahaan

dapat mengindikasikan adanya kesamaan kepentingan antar menajemen dan

pemengan saham.

5.6.4 Pengaruh komite audit terhadap kinerja keuangan

Hasil penelitian terhadap variable komite audit menunjukkan bahwa variabel

ini berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja keuangan. Nilai negatif

dilihat dari nilai koefesien regresi -2,601dan nilai signifikan 0,382 lebih besar dari

0,05. Tujuan pembentukan komite audit dalam perusahaan adalah untuk

meningkatkan efektifitas, akuntabilitas, transparansi, dan obyektivitas dewan

komiaris dan dewan direksi. Tujuan komite audit adalah memungkinkan dewan

komisaris untuk memberikan penilaian independen atas kinerja keuangan

Universitas Sumatera Utara


perusahaan, memperkuat posisi auditor eksternal, membuat indepensi serta

obyektivitas auditor internal dalam memberikan rekomendasi perbaikan,

memperbaiki kualitas pelaporan keuangan yang mengakibatkan meningkatnya

keyakinan publik, khusunya investor terhadap perusahaan.

Hasil penelitian ini didukung oleh Farida (2013) dimana secara parsial

bahwasanya komite audit berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan.

5.6.5 Pengaruh independensi dewan komisaris terhadap kinerja keuangan

Hasil penelitian terhadap variable independensi dewan komisaris

menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

nilai perusahaan. Nilai positif dilihat dari nilai koefesien regresi 0,750dan nilai

signifikan 0,375 lebih besar dari 0,05

Dewan komisaris memegang peran penting dalam mengarahkan strategi dan

mengawasi jalannya perusahaan serta memastikan bahwa para manajer benar- benar

meningkatkan kinerja perusahaan sebagai bagian dari pencapaian perusahaan.Dewan

komisaris yang independen secara umum mempunyai pengawasan yang lebih baik

terhadap manajemen , sehingga mempengaruhi kemungkinan kecurangan dalam

menyajikan laporan keuangan yang dilakukan oleh manajeratau dengan kata lain,

semakin kompeten dewan komisaris maka semakin mengurangi kemungkinan

kecurangan dalam pelaporan keuangan.

Pengaruh tidak signifikan menunjukkan bahwa independensi dewan

komisaris tidak mempunyai peranan penting dalam kinerja keuangan.Hasil ini

didukung oleh Jojor (2010) dimana dewan komisaris independen berpengaruh

signifikan terhadap kinerja keuangan.

Universitas Sumatera Utara


Struktur GCG dalam hal ini independensi dewan komisaris bagi perusahaan

bisa jadi dapat menentukan sukses tidaknya suatu perusahaan. Dengan digunakan

penerapan sistem GCG, diharapkan kinerja keuangan akan meningkat dan prediksi

kebangkrutan tidak akan terjadi di tahun-tahun berikut.

5.6.6 Pengaruh independensi dewan direksi terhadap kinerja keuangan

Hasil penelitian terhadap variable independensi dewan direksi menunjukkan

bahwa variabel ini berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja

keuangan. Nilai positif dilihat dari nilai koefesien regresi 0,339dan nilai signifikan

0,902 lebih besar dari 0,05.

Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang

akan diambil baik jangka pendek maupun jangka panjang (Bodroastuti, 2009).

Dewan direksi dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan jumlah dewan

direksi. Jumlah dewan direksi yang lebih sedikit akan menciptakan komunikasi yang

lebih baik di antara para direktur, koordinasi yang lebih efektif, dan tindakan yang

lebih cepat dalam mengatasi masalah. Berdasarkan hasil analisis data dapat

disimpulkan bahwa dewan direksi yang diukur dengan menggunakan jumlah dewan

direksi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan. Hasil

ini sesuai dengan hasil penelitian Wulandari (2006), Bayrakdaroglu et al. (2012),

danRomano et al. (2012). Menurut Wulandari (2006) jumlah dewan direksi yang

optimal tergantung masing-masing perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah

dewan direksi tidak menjamin keefektifan dalam menjalankan tanggung jawabnya

mengelola perusahaan.

5.6.7 Struktur modal dalam memoderasi terhadap kinerja keuangan

Universitas Sumatera Utara


Pengujian hipotesis moderasi ini dilakukan dengan uji residual, dari hasil

pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa struktur modal tidak dapat

memoderasi hubungan antara variabel independen yaitu kepemilikan institusi,

kepemilikan manajerial, komite audit,independensi dewan komisarisdan

independensi dewan direksi terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan hasil uji

residual tersebut diketahui bahwa variabel struktur modal memiliki nilai signifikan

0,693 lebih besar dari 0,05 namun memiliki nilai koefisien parameter negatif sebesar

-0,049. Karena hasil dari uji koefisien regresi dari kinerja keuangan bernilai negatif

dan tidak signifikan terhadap kinerja keuangan. Hasil uji residual memperoleh hasil

bahwa struktur modal dalam uji residual ini bukanlah merupakan variabel

moderating yang dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh yaitu kepemilikan

institusi, kepemilikan manajerial, komite audit,independensi dewan komisarisdan

independensi dewan direksiterhadap kinerja keuangan.

Dimana pada penelitian Quang dan Xin (2015) dikatakan bahwa struktur

modal memiliki dampak negatif dengan statistik yang signifikan terhadap kinerja

keuangan (dihitung dengan ROA, ROE). Hal ini bertentangan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nirajini (2013) dimana ada hubungan yang positif antara

struktur modal dan kinerja keuangan dan juga struktur modal berpengaruh secara

signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Morita (2010) dengan hasil bahwa

struktur modal berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Andhika (2014) hasil

penelitian menunjukkan bahwa variabel konsentrasi kepemilikan dan kepemilikan

manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan

variabel lain seperti dewan direksi dan, komisaris independen tidak berpengaruh

terhadap struktur modal.

Universitas Sumatera Utara


Struktur modal berkenaan dengan bagaimana modal dialokasikan dalam

aktivitas investasi aktiva riil perusahaan, dengan cara menentukan struktur modal

antara modal hutang dan modal sendiri. Biasanya berkaitan dengan proyek proposal

atau investasi perusahaan dan tugas manajemen keuangan adalah menentukan

struktur modal yang optimal untuk menunjang kegiatan investasi perusahaan.

Keputusan pendanaan oleh manajemen akan berpengaruh pada penilaian perusahaan

yang terefleksi di harga saham. Oleh karena itumenentukan kebijakan pendanaan

yang dapat memaksimalkan harga saham yang merupakan cerminan dari suatu

kinerja keuangan suatu perusahaan.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data serta pembahasan yang dilakukan pada bab

sebelumnya, maka penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil pengujian secara simultan maka kepemilikan institusi,

kepemilikan manajerial, komite audit, independensi dewan komisaris

dan independensi dewan direksimempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap nilai perusahaan pada perusahaanmanufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2015. Berdasarkan hasil

pengujian secara parsial hanyakepemilikan institusi dan kepemilikan

manajerialyang mempunyai pengaruh yang signifikandan negatif

terhadapkinerja keuangan, sementara komite audit, independensi dewan

komisaris dan independensi dewan direksisecara parsial berpengaruh

tidak signifikan terhadap kinerja keuangan.

2. Berdasarkan hasil pengujian moderating menunjukkan bahwa koefisien

regresi variabel dependen yaitukinerja keuanganbernilai negatif dantidak

signifikan. Hasil uji moderasi memperoleh hasil bahwa struktur

modaltidak dapat memoderasi kepemilikan institusi, kepemilikan

manajerial, komite audit, independensi dewan komisaris dan

independensi dewan direksiterhadap kinerja keuangan.

6.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


1. Struktur modalsebagai variabel moderating dalam penelitian ini tidak

dapat memoderasi pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen.

2. Kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen

yang hanya sebesar 19,9%.

3. Pemilihan objek penelitian hanya menggunakan perusahaan manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2015 yaitu

sebanyak 20 perusahaan.

6.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan sebagaimana telah disebutkan di

atas, dapat dibuat saran sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan variabel penelitian

yang lain sebagai variabel moderating. Peneliti selanjutnya dapat

menggunakan variabel pertumbuhan perusahaan sebagai variabel

moderating.

2. Jumlah variabel independen sebaiknya ditambah karena penelitian ini hanya

mampu menjelaskan 19,9% terhadap kinerja keuangan dan 80,1% lagi

dijelaskan variabel independen lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Peneliti selanjutnya dapat menggunakan variabel lain yang dapat

mempengaruhi kinerja keuangan misalnya ukuran perusahaan, current ratio

dan variabel lainnya.

3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian lanjutan yang

menyerupai penelitian ini disarankan untuk menggunakan objek penelitian

Universitas Sumatera Utara


pada perusahaan lain yang terdapat di Bursa Efek Indonesia, sehingga dapat

memberikan hasil lebih baik terhadap masalah yang diteliti.

4. Bagi para manajemen perusahaan dan investor, diharapkan penelitian ini

dapat dijadikan bahan pertimbangan dan evaluasi sebelum perusahaan

menetapkan kebijakan baru agar meningkatkan kinerja keuangan karena

dengan baiknya kinerja perusahaan perusahaan akan dipandang baik oleh

calon investor.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Aji, B.B. (2012). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba. Tesis.
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.
Amba, S.M. (2013). Corporate Governance and Firms’ Financial Performance,
Journal of Academic and Business Ethics.New York institute of
Technology, Bahrain.
Amidu, M.(2007). How Does Dividend Policy Affect Performance of The Firm On
Ghana Tock Exchange.Investment Management and Financial
Innovations. Volume 4, Issue 2.
Andika, R. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Struktur Modal
Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bei Tahun 2010-2012). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis:
Universitas Diponegoro Semarang.
Asian Corporate Governance Association (ACGA). (2012). Regional Analysis
ACGA Reposts 2012. www.acga-asia.org
Arief, M,dan,.Bambang A.P. (2007). Mekanisme Corporate Governance, Manajemen
Laba dan Kinerja Keuangan: Studi pada Perusahaan Go Publik Sektor
Manufaktur. Simposium Nasional Akuntansi X.
Arifin. (2005). Peran Akuntan dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate
Governance pada Perusahaan di Indonesia (Tinjauan Perspektif Teori
Keagenan).Pidato Sidang Senat Guru Besar Universitas Diponegoro.
Semarang : Universitas Diponegoro.
Arviansyah, Y. (2013). Pengaruh Struktur Modal, Kinerja Keuangan Perusahaan,
Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai
Perusahaan pada Perusahaan Yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index
(JII) (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di JII (2008-2011).
Skripsi, Fakultas Ekonomi Syariah. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta
Bambang, R. (1990). Dasar-dasar Pembelanjaan. Yogyakarta: Yayasan Badan
Penerbit Gajah Mada.
Beiner. S., W. Drobetz, F. Schmid dan H. Zimmermann (Eds.). (2003). Is Board zise
An Independent Corporate Governance Mechanism.
http://www.wwz.unibaz.ch/cofi/publications/papers/2003/06.03.pdf.
Bodaghi, A.,& Ahmad, A. (Eds.).(2011). The Effect of Corporate Governance and
Ownership Structure on Capital Structure of Iranian Listed
Companies.7th International Conference on Enterprise Systems,
Accounting and Logistics (7th ICESAL 2010).
Boediono, G. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate
Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan
Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) VIII Solo.

Universitas Sumatera Utara


Brigham, E., & Houston, J. (Eds.). (1998). Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan.
Jakarta: Erlangga.
Bukhori, I. (2012). Pengaruh Good Corporate Governance danUkuran Perusahaan
Terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro.
Chinaemerem, O. C.,&Odita, A. (Eds.).(2012). Impact of Capital Structure on The
Financial Performance of Nigerian Firms.Arabian Journal of Business
and Management Review (OMAN Chapter). Vol. 1, No.12
Chtourou, S. M., Bedard, J., &Courteau, L. (Eds.).(2001). “Corporate Governance
and Earnings Management. Working Paper”. Canada : Quebec City,
Universite Laval.
Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders danTehranian H, (Eds.). (2006). Earnings
Management, Corporate Governance, and True Financial Performance.
http://papers.ssrn.com/.
Demsetz, H., & Villalonga, B. (2001). Ownership and Corporate Performance.
Journal of corporate finance 7, P:209-233.
Diah. N. P. (2009). Pengaruh Faktor-Faktor Intern Perusahaan Terhadap Kebijakan
Hutang: Dengan Pendekatan Pecking Order Theory. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Dini. K. S. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bei. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Dissanayake. (2012). The Determinants of Return on Equity: Evidences From Sri
Lankan Microfinance Institutions. Journal Of Arts, Science &
Commerce. Vol.iii, Issue 22.
Eisenhardt, K. (1989). Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of
Management Review, 14. Hal 57-74.
Egon Zehnder International. (2000). Corporate Governance and the Role of The
Board of Directors.
Farida, M. (2013). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara.
Fama, E., &Jensen, M. (1983). Agency Problems and Residual Claims. Journal of
Law and Economics 26: 327-350.
Fama, E.F., & Jensen, M.C. (1983). Separation of Ownership and Control.Journal of
Law and Economics. Vol.26.hal.301-325.

Universitas Sumatera Utara


Gamayuni, R.R. (2006). Rasio Keuangan Sebagai Prediktor Kegagalan Perusahaan di
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3, No. 1, September 2006.
Bandar Lampung.
Ghozali, I. (2001). Aplikasi Analisis Multivariete dengan Program IBM SPSS 23.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro ; Semarang.
Gitman, M. S (2004). Corporate Finance. Ohio: South-Western, Thomson Learning.
Gruszczynski, M. (2006).Corporate Governance and Financial Performance of
Companies in Poland. International Advances in Economic Research.
Poland : Vol. 12 No. 2
Hart, P.G.,& Oulton, N. (1996). Growth and saze of firm. Economic Journal, 106,.
1242-1252.
Hasan, S.U.,& Ahmed A. (Eds.). (2012). Corporate Governance, Earning
Manajemen and Financial performance: a case of Nigerian
Manufacturing Firms.
Hermalin, B. dan Welsbach, M.S. (1991). The Effects of Board Composition and
Direct Incentives on Firm Performance. Financial Management. 20:101-
112.
Horn, V., &James C. (1998). Sustainable Growth Modelling. Journal of corporate
finance
Jama’an. (2008). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Dan Kualitas Kantor
Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan. Tesis.
Universitas Diponegoro.
Jensen, M.C. (1986). Agency Cost of Free cash Flow, Corporate Finance, and
Takeovers. American Economic Review 76 (2), 323-329.
Jensen, M. C, dan W.H. Meckling. (1976). Theory of The Firm: Managerial
Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics 3. hal. 305-360.
JiLiauw, S., & Mas’ud, M. (1998). Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik
perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 1 (2) Juli: 174:191. Indonesia :
Jakarta.
Jojor, L. S. (2010). Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja
Keuangan pada Perusahaan Consumer Goods yang Terdaftar di
BEI,dengan Manajemen Laba Sebagai Variabel Intervening. Tesis.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Sumatera Utara.

Kaplan, F.(2012). Kaplan Financial Knowledge Bank.


Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). 2006. PedomanUmum Good
Corporate Governance Indonesia. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


Komite Nasional Kebijakan Good Corporate Governance (KNKG). (2006).Pedoman
Umum Good Corporate Governance (GCG). Indonesia.
Kresnohadi, A. (2000). Good Corporate Governanca dan konsep penegakannya
BUMN dan Lingkungan Usahanya, Usahawan No.10 Th XXIX Oktober
2000
Lestari, M. I. danSugiharto, T. 2007. Kinerja Bank Devisa Dan Bank Non Devisa
Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Proceeding PESAT
(Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek & Sipil). 21-22 Agustus, Vol.2.
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma.
Leo, J. (2012). Pengaruh konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan dan
mekanisme good corporate governance terhadap pengungkapan dalam
laporan tahunan. Berkala ilmiah mahasiswa akuntansi.
Mas.ud, M. (2008). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal dan
Hubungannya terhadap Nilai Perusahaan., Manajemen dan Bisnis,
Volume 7Nomor 1 Maret 2008.
Maf’ul, T. (2013). Pengaruh penerapan Good Corporate Governance Terhadap
Kinerja Dengan menggunakan manajemen laba sebagai variabel
Intervening (studi pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia). Tesis. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas
Sumatera Utara.
Megginson, S. S. B., Gitman. (2004). Corporate Finance. Ohio: South-Western,
Thomson Learning.
Monks, R. A. G.2003. Corporate Governance. Third Edition, Blackwell Publishing.
Morita, S. (2010). Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
(Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di
BEJ). Skripsi. Fakultas Ekonomi Reguler Mandiri : Universitas Andalas
padang.
Mulyadi, M.S.,&Yunita. (2012). Impact of Corporate Social Responsibility Toward
Firm Value and Profitability. The Business Review, Cambridge. Vol. 19 ,
Num. 2.
Mulyati,S.M. (2011). "Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI periode 2007-2009)", Skripsi, Fakultas Ekonomi:
Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Myers, S. The Capital Structure Puzle, Journal of Finance, Vol. 39. July, 1984
Nickmanesh, S.S.Z. Reza, G., & Mahmoud, M. (2011). The effect of corporate
governance on Malaysian listed companies’ capital structure and
Performance. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research In
Business. Vol 3, No 7.

Universitas Sumatera Utara


Nirajini. (2013). Impact of Capital Structure on Financial Performance of the Listed
Trading in Sri Langka. International Journal of Scientific and Research
Publications, Volume 3, Issue 5
Nugroho, R. A. 2013. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan
Pembelian Dengan Sistem Pre Order Secara online. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Pertiwi, Tri Kartika. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance
Terhadap Nilai Perusahaan Food and Beverage. Jurnal Manajemen dan
Kewirausahawan. Vol.14, No. 2.
Pithaloka, N.D. (2009). “Pengaruh Faktor-Faktor Intern Perusahaan terhadap
Kebijakan Hutang: Dengan Pendekatan Pecking Order Theory”. Skripsi
Universitas Lampung: Bandar Lampung.
Prasinta, D. (2012). Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja
Keuangan. Accounting Analysis Journal. Indonesia : Fakultas Ekonomi
UNS.
Priana, D.G. (2009). Pengaruh PBV, DER, EPS, DPR, dan ROA terhadap Harga
Saham (Studi Empiris pada Perusahaan Food and Beverage yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tesis .Depok : Universitas
Gunadarma.
Quang, D. X., & Xin, W. Z. (2013). “Measuring Impact of Capital Structure on
Financial Performance of Vietnamese Soes. ” . Innovative Journal of
Business and Management.
Riyanto, B 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan
Ketujuh, Yogyakarta : BPFE
Rivai, V. (2005). Performance Appraisal. Jakarta: PT RajagrafindoPersada.
Saad, N. M. (2010). Corporate Governance Compliance and the Effects to Capital
Structure in Malaysia.International Journal of Economics and
Finance.Vol 2(1), 105-114.
Santoso. (1999). Mengolah Data Statistik secara profesional. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Sekaredi, S. (2011). Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan. Skripsi. Semarang : Fakultas Ekonomi, Universitas
Dipenogoro.
Shleifer, A. dan R.W. Vishny. (1986). iLarge Shareholders and Corporate Controlî.
Journal of Political Economy. Vol. 94, hal. 461-488.
Singgih, S. (2001). Mengolah Data Statistik Secara Profesional . PT. Alex Media
Komputindo. Jakarta.
Solomon, J., dan Solomon, A. (2004), Corporate Governance and Accountability,
John Wiley & Sons, Ltd.

Universitas Sumatera Utara


Soumadi, M. M., &Hayajneh, O. S. (2011). Capital structure and corporate
performance: Empirical study on the public Jordanian shareholdings
firms listed in the Amman stock market. European Scientific Journal,
8(26), 173-189.
SujonodanSoebiantoro, 2007. PengaruhStrukturKepemilikanSaham, Leverage,
Factor Intern dan Factor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan, Jurnal
Ekonomi Manjemen, Facultas Ekonomi, Universitas Petra.
Sulistyanto, S. Dan Haris W. (Eds.).(2003). Good Corporate Governance:
Berhasilkah Diterapkan Di Indonesia. Artikel Pendidikan. Indonesia :
Jakarta.
Supratikno, Novi, I.,&Jogiyanto, H. (2005). Pengaruh atribut perusahaan terhadap
relevansi laba dan arus kas. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.8 No.
3 (September : 211-234).
Sutrisno, 2000. ”Manajemen Keuangan”. Ekonosia. Yogyakarta.
Tarjo, (2008). Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan Institusional leverage terhadap
manajemen laba, Nilai Pemegang Saham serta Cost Of Equity Capital.
Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak
Theresia,D.H. (2005). Hubungan Antara Good Corporate Governance Dan Struktur
Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus Pada Perusahaan
Yang Listing Di Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi
VIII, IAI.
Ujiyantho, Arif, M.,&Pramuka, B. A. (2007). MekanismeCorporate Governance,
ManajemenLabadanKinerjaKeuangan. Simposium Nasional Akuntansi X.
IAI. 2007.
Umam, K. 2010. PerilakuOrganisasi. Bandung: PustakaSetia.
Vafeas, N.,&Afxentiou, Z. (1998). The association Betwen the SEC’s 1992
Compensation Disclosure Rule and Executive Compensation Policy
Changes. Journal of accounting and public policy 17 (1), 27-54.
Wahidahwati. (2001).Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan
Institutional pada Kebijakan Hutang Perusahaan : Sebuah Perspektif
Teori Agensi. Simposium Nasional Akuntansi IV Ikatan Akuntan.
Indonesia: 2001, Hal 1084-1107.
Waskito, T. 2014. "Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan".
Skripsi. Surakarta : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah.
Widarjono, A. (2005). Ekonometrika Teori dan Aplikasinya , Edisi Pertama.
Yogyakarta: Ekonisia
Willyz. W. 2010. Influence of Good Corporate Governance to disclosure. Journal of
accountin.

Universitas Sumatera Utara


Weston, J. F.,& Thomas E.C. (1999). Manajemen Keuangan. Jakarta : Edisi 8,
Cetakan Kesepuluh, Jilid 1. Penerbit Erlangga.
Yolana, C., & Martani, D. (2005). Variabel-Variabel yang mempengaruhi Fenomena
Under pricing pada Penawaran Saham Perdana di BEJ tahun 1994-2001.
Simposium Nasional Akuntansi VIII.IAI.
Yermarck, D. (1996). Higher Market Valuation of Companies with a Small Board of
Directors. Journal of Financial Economics 40, 185-233.
Yusrizal, M. (2011). Tugas, Kewajiban, Kewenangan Serta Tanggung jawab Direksi,
Komisaris Dan Wali Amanat. http://myrizal76.blogspot.com/
2011/08/tugas-kewajiban-kewenangan serta.html.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1
TABEL 1.1 WAKTU PENELITIAN
2016
No. Kegiatan
Jun July Agst Sept Okt Nov Des Jan

1. Penyusunan
dan
Pengajuan
Proposal
2. Bimbingan
Proposal
3. Kolokium

4. Bimbingan
Tesis
5. Seminar
Hasil
6. Sidang akhir
Tesis

Universitas Sumatera Utara


Lampiran II
Tabel 2.1 Daftar Populasi Dan Sampel Perusahaan Manufaktur Periode 2012-
2015
Kriteria
No KODE Perusahaan Sampel
1 2 3
1. Industri Dasar & Kimia
1.1 Sub Sektor Semen
1 INTP Indocement Tunggal Prekasa Tbk √ √ x -
2 SMBR Semen Baturaja Persero Tbk √ √ x -
3 SMCB Holcim Indonesia Tbk √ √ x -
4 SMGR Semen Gresik Tbk √ √ x -
5 WTON Wijaya Karya Beton Tbk √ √ x -
1.2 Sub Sektor keramik, Porselen &
Keramik
6 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk √ √ x -
7 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk √ √ x -
8 IKAI Inti Keramik Alam Sari Industri Tbk √ √ x -
9 KIAS Keramik Indonesia Assosiasi Tbk √ √ x -
10 MLIA Mulia Industrindo Tbk √ √ x -
11 TOTO Surya Toto Indonesia √ √ x -
1.3 Sub Sektor Logam &
Sejenisnya
12 ALKA Alaska Industrindo Tbk √ √ x -
13 ALMI Alumindo Light Metal Industri Tbk √ √ x -
14 BAJA Sarana Central Bajatama Tbk √ √ √ 1
15 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk √ √ √ 2
16 CTBN Citra Turbindo Tbk √ √ x -
17 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk √ √ x -
18 INAI Indal Aluminium Industry Tbk √ √ √ 3
19 ISSP Steel Pipe Industry Of Indonesia Tbk √ √ x -
20 JKSW Jakarta Kyoei Work LTD Tbk √ √ x -
21 JPRS Jaya Pari Steel Tbk √ √ √ 4
22 KRAS Krakatau Steel Tbk √ √ x -
23 LION Lion Metal Works Tbk √ √ x -
24 LMSH Lionmesh Prima Tbk √ √ √ 5
25 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk √ √ x -
26 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk √ √ x -
27 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk √ √ x -
1.4 Sub Sektor Kimia
28 BRPT Barito Pasific Tbk √ √ x -
29 BUDI Budi Acid Jaya Tbk √ √ x -
30 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk √ √ √ 6
31 EKAD Ekadharma Internasional Tbk √ √ x -
32 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk √ √ x -

Universitas Sumatera Utara


33 INCI Intan Wijaya Internasional Tbk √ √ √ 7
34 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo √ √ x -
35 SRSN Indo Acitama Tbk √ √ x -
36 TPIA Chandra Asri Petrochenical Tbk √ √ x -
37 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk √ √ x -
1.5 Sub Sektor Pelastik & Kemasan
38 AKKU Alam Karya Unggul Tbk √ √ x -
39 AKPI Argha Karya Prima Industy Tbk √ √ x -
40 APLI Asiaplast Industries Tbk √ √ √ 8
41 BRNA Berlina Tbk √ √ √ 9
42 FPNI Titan Kimia Nusantara Tbk √ √ x -
43 IGAR Champion Pasific Indonesia Tbk √ √ x -
44 IMPC Impack Pratama Industri Tbk √ √ x -
45 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk √ √ x -
46 SIAP Sekawan Intipratama Tbk √ √ x -
47 SIMA Siwani Makmur Tbk √ √ x -
48 TALF Tunas Alfin Tbk √ √ x
49 TRST Trias Sentosa Tbk √ √ x -
50 YPAS Yana Prima Hasta Persada Tbk √ √ x -
1.6 Sub Sektor pakan Ternak
51 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk √ √ x -
52 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk √ √ x -
53 MAIN Malindo Feedmill Tbk √ √ x -
54 SIPD Siearad Produce Tbk √ √ x -
1.7 Sub Sektor Kayu &
Pengolahannya
55 SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk √ √ x -
56 TIRT Tirta Mahakam Resource Tbk √ √ x -
1.8 Sub Sektor Pulp & Kertas
57 ALDO Alkindo Maratama Tbk √ √ √ 10
58 DAJK Dwi Aneka Jaya Kemasindo Tbk √ √ x -
59 FASW Fajar Surya WisesaTbk √ √ x -
60 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk √ √ x -
61 INRU Toba Pulp Lestari Tbk √ √ x -
62 KBRI Kertas Basuki Rachmad Indinesia Tbk √ √ x -
63 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk √ √ x -
64 SPMA Suparma Tbk √ √ x -
65 TKIM Pabrik Kertas Tjiwa Kimia Tbk √ √ x -
2. Aneka Industri
2.1 Mesin & Alat Berat
66 AMIN Alteliers Mecaniques D’Indonesie Tbk √ x x -
67 KRAH Grand Kartech Tbk √ √ x -
2.2 Otomotif & Komponen
68 ASII Astra Internasional Tbk √ √ x -
69 AUTO Astra Auto Part Tbk √ √ x -

Universitas Sumatera Utara


70 BOLT Garuda Metalindo Tbk √ x x -
71 BRAM Indo Kordsa Tbk √ √ √ 11
72 GDYR Goodyear Indonesia Tbk √ √ x -
73 GJTL Gajah Tunggal Tbk √ √ x -
74 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk √ √ x -
75 INDS Indospring Tbk √ √ x -
76 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk √ √ x -
77 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk √ √ x -
78 NIPS Nippres Tbk √ √ √ 12
79 PRAS Prima Alloy Steel Universal Tbk √ √ x -
80 SMSM Selamat Sempurna Tbk √ √ x -
2.3 Tekstil & Garment
81 ADMG Polychem Indonesia Tbk √ √ x -
82 ARGO Argo Pantes Tbk √ √ √ 13
83 CNTX Centex Tbk √ √ x -
84 ERTX Eratex Tbk √ √ x -
85 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk √ √ x -
86 HDTX Pan Asia Indosyntex Tbk √ √ x -
87 INDR Indo Rama Synthetic Tbk √ √ x -
88 MYTX Apac Citra Centertex Tbk √ √ x -
89 PBRX Pan Brothers Tbk √ √ x -
90 POLY Asia Pasific Fibers Tbk √ √ x -
91 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk √ √ x -
92 STAR Star Petrochem Tbk √ √ x -
93 TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk √ √ x -
94 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk √ √ x -
95 SSTM Sunson Textile Manufacturer Tbk √ √ √ 14
96 TRIS Trisula Internasional Tbk √ √ x -
97 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk √ √ x -
2.4 Alas Kaki
98 BIMA Primarindo Asia Infrastrukture Tbk √ √ x -
99 BATA Sepatu Bata Tbk √ √ x -
2.5 Kabel
100 IKBI Sumi indo Kabel Tbk √ √ x -
101 JECC Jembo Cable Company Tbk √ √ x -
102 KBLI KMI Wire and Murni Tbk √ √ x -
103 KBLM Kabelindo Murni Tbk √ √ √ 15
104 SCCO Supreme Cable Manufacturing and -
√ √ x
Commerce Tbk
105 VOKS Voksel Electric Tbk √ √ x -
2.6 Elektronika
106 PTSN Sat Nusa Persada Tbk √ √ √ 16
3 Industri Barang Konsumsi
3.1 Makanan & Minuman
107 AISA Tiga Pilar Sejahtera Tbk √ √ x -

Universitas Sumatera Utara


108 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk √ √ x -
109 CEKA Cahaya Kalbar Tbk √ √ x -
110 DLTA Delta Djakarta Tbk √ √ x -
111 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk √ √ x -
112 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ x -
113 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ x -
114 MYOR Mayora Indah Tbk √ √ x -
115 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk √ √ x -
116 ROTI Nippon Indosari Corporindo Tbk √ √ x -
117 SKBM Sekar Bumi Tbk √ √ x -
118 SKLT Sekar Laut Tbk √ √ x -
119 STTP Siantar Top Tbk √ √ x -
120 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading 17
√ √ √
Company Tbk
3.2 Rokok
121 GGRM Gudang Garam Tbk √ √ √ 18
122 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk √ √ x -
123 RMBA Bentoel Internasioal Investama Tbk √ √ x -
124 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk √ √ √ 19
3.3 Farmasi
125 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk √ √ x -
126 INAF Indofarma Tbk √ √ x -
127 KAEF Kimia Farma Tbk √ √ x
128 KLBF Kalbe Farma Tbk √ √ x -
129 MERK Merch Tbk √ √ x -
130 PYFA Pyridam Farma Tbk √ √ √ 20
131 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk √ √ x -
132 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido
√ √ x -
Muncul Tbk
133 SQBI Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk √ √ x -
134 TSPC Tempo Scan Pasific Tbk √ √ x -
3.4 Kosmetik & Barang Keperluan
Rumah Tangga
135 ADES Akasha Wira Internasional Tbk √ √ x -
136 KINO Kino Indonesia Tbk √ x x -
137 MBTO Martina Berto Tbk √ √ x -
138 MRAT Mustika Ratu Tbk √ √ x -
139 TCID Mandom Indonesia Tbk √ √ x -
140 UNVR Unilever Indonesia Tbk √ √ x -
3.5 Peralatan Rumah Tangga
141 CINT Chitose Internasional Tbk √ √ x -
142 KICI Kedaung Indag Can Tbk √ √ x -
143 LMPI Langgeng Makmur Industry Tbk √ √ x -

Universitas Sumatera Utara


Sumber : http://www.sahamok.com/perusahaan-manufaktur-di-bei/manufaktur-
2015/ di akses September 2016.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran III
Tabel 4.1 Data Perusahaan Manufaktur Periode 2011-2013

No Kode Tahun KK KM KI KA IDK IDD SM


1 BAJA 2012 2,301173379 0,13 73,92 4 1 1 2,1919359
2013 -
9,149417269 0,13 73,92 4 1 1 3,8375745
2014 1,444441138 0,22 77,57 4 1 1 4,175299
2015 -
0,985576847 0,22 77,57 3 1 1 4,8695461
2 BTON 2012 17,06535448 81,83 9,58 3 1 1 0,2820488
2013 14,69489485 81,83 9,58 3 1 1 0,2688359
2014 4,38107925 81,83 9,58 3 1 1 0,18765
2015 3,45354857 79,8 9,5 3 1 1 0,2281077
3 INAI 2012 3,782112429 65,88 10,72 3 2 1 3,7378868
2013 0,655454307 65,88 10,72 3 2 1 5,0631264
2014 2,458424442 65,88 10,72 3 2 1 5,1524252
2015 2,151160037 67,25 10,72 3 2 1 4,5468829
4 JPRS 2012 2,410895945 68,42 15,53 3 1 1 0,1470408
2013 3,995580827 68,42 15,53 3 1 1 0,0386708
2014 -
1,868085657 68,42 15,53 3 1 1 0,0431203
2015 -
6,053432067 68,42 15,53 3 1 1 0,092661
5 LMSH 2012 32,11485204 32,22 25,61 3 1 1 0,3181031
2013 10,15046084 32,22 25,61 3 1 1 0,2827063
2014 5,291031762 32,22 26,39 3 1 1 0,2066735
2015 1,453433555 32,22 19,65 3 1 1 0,1898
6 DPNS 2012 11,16196191 66,64 5,89 3 1 1 0,1858738
2013 74,8437325 59,61 5,71 3 1 1 0,1474524
2014 5,400238771 59,64 5,71 3 1 1 0,138913
2015 3,591843575 59,86 5,71 3 1 1 0,1375365
7 INCI 2012 3,359565766 20,8 25,6 3 1 1 0,1427004
2013 7,589134874 20,8 25,6 3 1 1 0,0797037
2014 7,451703797 20,8 25,56 3 1 1 0,0792955
2015 10,00357035 20,8 22,85 3 1 1 0,1005818
8 APLI 2012 1,259184046 80,86 28,28 3 1 1 0,5270495
2013 0,619906849 83 28,28 3 1 1 0,3944048
2014 3,524733915 56,65 28,28 3 1 1 0,2125074
2015 0,600738773 62,36 23,26 3 1 1 0,3929347
9 BRNA 2012 7,073874847 51,42 15,88 3 1 1 1,5523772
2013 -
1,086004943 51,42 14,35 3 1 1 2,6783357
2014 4,272513166 51,42 11,68 3 1 2 2,6413129
2015 -
0,393237199 63,01 6,56 3 2 2 1,1992429
10 ALDO 2012 6,6226061 58,41 14,32 3 1 1 0,960607
2013 7,49272752 58,41 14,32 3 1 1 1,1552226
2014 5,902515036 58,41 19,57 3 1 1 1,2381651
2015 6,578764026 58,41 14,32 3 1 1 1,1413043

Universitas Sumatera Utara


11 BRAM 2012 9,805599756 65,82 33,38 3 3 1 0,355553
2013 2,318678104 65,82 34,49 3 3 1 0,4676812
2014 5,152927951 65,82 34,49 3 2 1 0,7257033
2015 4,308461643 65,82 23,92 3 2 1 0,5953022
12 NIPS 2012 4,100420639 37,11 24,4 3 1 1 1,4457757
2013 4,24244246 37,11 12,4 3 1 1 2,383859
2014 4,154189322 62,9 6,01 3 1 1 1,0956183
2015 1,981710982 62,9 6,01 3 1 1 1,5414011
ARGO 2012 -
13
6,573603696 54,67 2,41 3 2 1 7,1719722
2013 3,486049024 54,67 2,41 3 2 1 6,1731535
2014 - -
20,80078432 54,67 2,41 3 2 1 7,7195248
2015 -8,3781349 54,67 2,41 3 2 1 -5,115834
SSTM 2012 -
14
1,744714147 70 8 3 2 1 1,8436888
2013 -
1,649652186 70 8 3 2 1 1,9511832
2014 -
1,659637336 70 8 3 2 1 1,9886198
2015 -
1,449287519 70 8 3 2 1 1,957433
15 KBLM 2012 3,296672896 74,72 15,34 3 1 1 1,7306966
2013 1,173475002 80,32 8,93 3 1 1 1,426338
2014 3,164905812 80,34 8,93 3 1 1 1,2312221
2015 1,949919466 82,54 8,93 3 1 1 1,2072181
16 PTSN 2012 1,063326449 22,07 70 3 1 1 0,718353
2013 1,813767419 22,07 70 3 1 1 0,5271629
2014 -
4,066372084 20 70 3 1 1 0,3394386
2015 0,171008563 20 66,47 3 1 1 0,2944655
17 ULTJ 2012 14,59984394 46,6 17,97 3 1 1 0,4439401
2013 11,56368515 46,6 17,8 3 1 1 0,3952436
2014 4,290058001 46,6 17,9 3 1 1 0,3893685
2015 14,7768593 44,52 17,91 3 1 1 0,2654115
18 GGRM 2012 9,801920412 75,55 0,92 3 1 1 0,5601659
2013 8,634844055 75,55 0,92 3 1 1 0,7259241
2014 9,266982821 75,55 0,92 3 2 1 0,7521168
2015 10,16107714 75,55 0,92 3 2 1 0,6708473
19 WIIM 2012 6,403142346 22,48 47,52 3 1 1 0,8394692
2013 10,76654318 22,48 47,52 3 1 1 0,5729146
2014 8,425562755 27,52 43,64 3 1 1 0,5600059
2015 6,980680865 22,48 43,64 3 1 1 0,4308926
20 PYFA 2012 3,907250644 53,85 23,08 3 1 1 0,5489311
2013 3,538165476 53,85 23,08 3 1 1 0,8649322
2014 1,538755449 53,85 23,08 3 1 1 0,788927
2015 1,93002488 53,85 23,08 4 2 1 0,5802043

Universitas Sumatera Utara


Lampiran IV
Hasil Pengujian Statistik
1. Tabel 5.1 Statistik Desriptif
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

KK 80 -20,80 74,84 4,8508 10,26696


KI 80 ,13 83,00 52,7136 22,31727
KM 80 ,92 77,57 22,1306 20,01883
KA 80 3,00 4,00 3,0500 ,21932
IDK 80 1,00 3,00 1,2750 ,50253
IDD 80 1,00 2,00 1,0250 ,15711
SM 80 -7,72 7,17 1,0586 1,94900
Valid N (listwise) 80

2. Gambar 5.1 Normal P-Plot

Universitas Sumatera Utara


3. Gambar 5.2 Grafik Histogram

4. Tabel 5.2 Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 80
Mean ,0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 9,83555279
Absolute ,178
Most Extreme Differences Positive ,176
Negative -,178
Kolmogorov-Smirnov Z 1,588
Asymp. Sig. (2-tailed) ,013

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Universitas Sumatera Utara


5. Tabel 5.3 Uji Multikolinearitas
Co e ffic ie n ts a

Collinearity Statistics
Keterangan
Model Tolerance VIF
1 (Constant)

KI Tidak terjadi
,375 2,668
Multikolinearitas
KM Tidak terjadi
,367 2,723
Multikolinearitas
KA Tidak terjadi
,753 1,329
Multikolinearitas
IDK Tidak terjadi
,875 1,143
Multikolinearitas
IDD Tidak terjadi
,973 1,028
Multikolinearitas
SM Tidak terjadi
,937 1,067
Multikolinearitas
a. Dependent Variable: KK

6. Tabel 5.4 Uji Autokorelasi


Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate
a
1 ,287 ,082 ,007 10,2317728 1,782

a. Predictors: (Constant), IDD, KI, IDK, KA, KM


b. Dependent Variable: KK

Universitas Sumatera Utara


7. Gambar 5.3 Hasil Heterokedastisitas

Universitas Sumatera Utara


SETELAH TRANSFORMASI DATA

8. Gambar 5.4 Normal P-Plot Setelah Transform

9. Gambar 5.6 Grafik Histogram Setelah Transform

Universitas Sumatera Utara


10. Tabel 5.5 Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Setelah
Transform
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 66
Mean ,0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1,04944230
Absolute ,136
Most Extreme Differences Positive ,136
Negative -,104
Kolmogorov-Smirnov Z 1,108
Asymp. Sig. (2-tailed) ,172

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

11. Tabel 5.6 Uji Multikolinearitas Setelah Transform

Coefficientsa

Model Unstandardized Standardize t Sig. Collinearity


Coefficients d Statistics
Coefficients

B Std. Error Beta Toleranc VIF


e

(Constant 10,698 6,293 1,700 ,094


)

SQRTKI -,337 ,125 -,512 -2,687 ,009 ,340 2,943

SQRTKM -,413 ,114 -,615 -3,620 ,001 ,426 2,346

SQRTKA -2,601 2,955 -,119 -,880 ,382 ,676 1,479


1
SQRTID ,750 ,838 ,115 ,894 ,375 ,747 1,339
K

SQRTID ,339 2,754 ,014 ,123 ,902 ,947 1,056


D

a. Dependent Variable: SQRTKK

12. Tabel 5.7 Uji Autokorelasi Setelah Transform

Universitas Sumatera Utara


Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-


Square the Estimate Watson

,523a 0,273 0,199 1,10151 1,852


1
a. Predictors: (Constant), SQRTKI, SQRTIDD, SQRTIDK, SQRTKA, SQRTKM

b. Dependent Variable: SQRTKK

13. Gambar 5.7 Hasil Heterokedastisitas Setelah Transform

14. Tabel 5.8 Koefisien Determinasi


Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of Durbin-


Square the Estimate Watson

,523a 0,273 0,199 1,10151 1,852


1
a. Predictors: (Constant), SQRTKI, SQRTIDD, SQRTIDK, SQRTKA, SQRTKM

b. Dependent Variable: SQRTKK

Universitas Sumatera Utara


15. Tabel 5.9 Uji Statistik t

Coefficientsa

Model Unstandardized Standardize t Sig. Collinearity


Coefficients d Statistics
Coefficients

B Std. Error Beta Toleranc VIF


e

(Constant 10,698 6,293 1,700 ,094


)

SQRTKI -,337 ,125 -,512 -2,687 ,009 ,340 2,943

SQRTKM -,413 ,114 -,615 -3,620 ,001 ,426 2,346

SQRTKA -2,601 2,955 -,119 -,880 ,382 ,676 1,479


1
SQRTID ,750 ,838 ,115 ,894 ,375 ,747 1,339
K

SQRTID ,339 2,754 ,014 ,123 ,902 ,947 1,056


D

a. Dependent Variable: SQRTKK

16. Tabel 5.10 Uji Statistik F


ANOVAa
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
26,89 6 4,482 3,694 ,003b
Regression
71,586 59 1,213
Residual
98,477 65
1 Total
a. Dependent Variable: SQRTKK
b. Predictors: (Constant), SQRTKI, SQRTIDD, SQRTIDK, SQRTKA, SQRTKM

Universitas Sumatera Utara


17. Tabel 5.11 Uji Residual (Struktur Modal)
Coefficientsa

Model Unstandardized Standardize t Sig. Collinearity


Coefficients d Statistics
Coefficients

B Std. Error Beta Toleranc VIF


e

(Constan -1,352 2,418 -,559 ,578


t)

SQRTKI -,155 ,050 -,551 -3,092 ,003 ,303 3,296

SQRTK -,127 ,047 -,425 -2,678 ,009 ,382 2,617


M
1
SQRTKA 1,142 1,171 ,117 ,975 ,333 ,674 1,484

SQRTID 1,294 ,312 ,436 4,148 ,000 ,870 1,149


K

SQRTID ,510 ,879 ,058 ,580 ,564 ,976 1,025


D

a. Dependent Variable: SQRTSM

18. Tabel 5.12 Uji Hasil Residual


Coefficientsa

Model Unstandardized Standardize t Sig. Collinearity


Coefficients d Statistics
Coefficients
B Std. Error Beta Toleranc VIF
e

(Constan ,422 ,068 6,199 ,000


1 t)

SQRTKK -,010 ,026 -,049 -,396 ,693 1,000 1,000

a. Dependent Variable: AbsRes_1

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai