Tesis
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat S2
Program Studi Magister Akuntansi
Oleh:
M. Fahriyal Aldi
187017067
Tesis
Oleh:
M. Fahriyal Aldi
187017067
NIM : 187017067
Prof. Erlina, 0SE, M.Si, 0Ph.D, 0Ak, CA, 0CMA Ketua Penguji/Pembimbing
Dr. Khaira Amalia Fachrudin, SE, MBA Anggota Penguji/Pembimbing
Dr. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak, CA Anggota Penguji
Dr. Idhar Yahya, SE, MBA, Ak, CA, CSRA Anggota Penguji
Dr. Rujiman, MA Anggota Penguji
DATA PRIBADI
Nama : M. Fahriyal Aldi
Alamat : Jalan Kenari XI No. 341. Perumnas Mandala,
Kenangan.
Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 1 Juni 1996
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Email : fahriyal.aldi@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2018 – 2020 : Program Magister Akuntansi (S2) Universitas
Sumatera Utara Medan
Tahun 2013 – 2017 : Program Studi Pendidikan Akuntansi (S1)
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Medan
Tahun 2010 – 2013 : SMA Negeri 10
Tahun 2007 – 2010 : SMP Negeri 13
Tahun 2001 – 2007 : SD Negeri 066052
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmanirrahiim
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Indonesia Periode 2007-2018”. Tesis ini merupakan karya tulis sebagai salah
pihak. Untuk itu secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara
2. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
3. Ibu Prof. Erlina, S.E., M.Si., Ph.D., Ak., CA., CMA., CPA. Selaku Ketua
4. Ibu Dr. Khaira Amalia Fachrudin S.E., M.BA., Ak., CA. Selaku dosen
5. Bapak Dr. Iskandar Muda, S.E., M.Si., Ak., CA., CSP., CPA. Selaku
pembanding yang telah banyak memberikan arahan dan masukan mulai dari
seminar kolokium, seminar hasil tesis dan ujian tesis untuk kesempurnaan
tesis ini.
6. Bapak Dr. Idhar Yahya, S.E., MBA., Ak., CA., CSRA. Selaku dosen
masukan mulai dari seminar kolokium, seminar hasil tesis dan ujian tesis
7. Bapak Dr. Rujiman, MA. Selaku dosen penguji atau pembanding yang telah
seminar hasil tesis dan ujian tesis untuk kesempurnaan tesis ini.
8. Kedua orang tua, yaitu Bapak Ediyono dan Ibu Faridah Sinambela yang
9. Kakak yaitu Nur Fadilah Hafni dan Abang Fahrur Ridho yang saya jadikan
10. Seluruh Bapak/ Ibu dosen Sekolah Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan
pendidikan
11. Seluruh Staf pegawai Sekolah Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
memberikan dukungan dan nasihat kepada penulis serta semua pihak yang
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
tesis ini, dengan penuh harapan bahwa tesis ini bermanfaat untuk pengembangan
M. Fahriyal Aldi
NIM.187017067
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Observasi Awal Rasio Tobin’s Q, Size, DER, ROA dan CR .. 11
Tabel 1.2 Orisinalitas Penelitian .............................................................. 18
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel .................................................. 55
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif Data ........................................................... 66
Tabel 5.2 Hasil Uji Chow ......................................................................... 70
Tabel 5.3 Hasil Uji Hausman ................................................................... 71
Tabel 5.4 Hasil Uji Normalitas................................................................. 72
Tabel 5.5 Hasil Uji Multikolinearitas (VIF) ............................................. 73
Tabel 5.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................... 74
Tabel 5.7 Hasil Analisis Regresi Berganda dengan Data Panel
(Fixed Effect Model)................................................................. 75
Tabel 5.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi .............................................. 77
Tabel 5.9 Hasil Uji F (Simultan) .............................................................. 78
Tabel 5.10 Hasil Uji t (Parsial)................................................................... 79
Tabel 5.11 Hasil Uji Regresi Dengan Variabel Moderasi .......................... 81
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Rata-Rata Nilai Perusahaan Sektor
Industri Barang Konsumsi Tahun 2007-2018 ........................ 2
Gambar 1.2 Nilai Perusahaan Beberapa Perusahaan Sektor
Industri Barang Konsumsi Tahun 2007-2018....................... 3
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual............................................................ 42
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
DAFTAR SINGKATAN
CR Curren Ratio
BAB I
PENDAHULUAN
diharapkan akan mengundang investor baru untuk berinvestasi. Selain itu, nilai
Sehingga dapat dikatakan bahwa Nilai perusahaan dapat menjadi tolak ukur
perusahaan atau pemegang saham, sebab dengan nilai perusahaan yang tinggi
saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang
pemegang saham. Bagi pemegang saham, laba berarti peningkatan nilai ekonomis
informasi yang dapat menganalisis dan memprediksi saham yang diterbitkan oleh
emiten. Selain itu laba dapat digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja
dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka, serta dapat
Machfoedz, 2006).
Efek Indonesia:
3.582
3.281 3.154 3.266 3.241
2.917
2.697
nilai perusahaan terjadi pada tahun 2013 sampai 2015, rata-rata nilai perusahaan
industri barang konsumsi pada tahun 2015 menyentuh angka 2.917 yang menurun
dari tahun sebelumnya yaitu 3,281 dan 3,154 masing-masing pada tahun 2013 dan
2014. Pada tahun 2016 dan 2017 rata-rata nilai perusahaan industri barang
7
Angka Rasio Nilai Perusahaan
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
terjadi selama 12 tahun pada tahun 2007-2018. Pada emiten GGRM atau PT
Gudang Garam Tbk. nilai perusahaan terendah terjadi pada tahun 2008 yaitu
sebesar 0,695 namun dua tahun berikutnya yaitu pada tahun 2010 nilai perusahaan
mengalami kenaikan menjadi 2,810. Pada tahun berikutnya yaitu 2011 nilai
selama 12 tahun yaitu 3,426 namun tahun 2012 kembali mengalami penurunan
nilai perusahaan menjadi 2,969 dan seterusnya mengalami fluktuasi hingga pada
Fluktuasi nilai perusahaan juga terjadi pada emiten TSPC atau Tempo
Scan Pasific Tbk. pada tahun 2007 nilai perusahaan TSPC sebesar 1,451. Namun
menurun ditahun berikutnya yaitu 2008 menjadi sebesar 0,828 yang menjadi nilai
perusahaan terendah untuk TSPC selama 12 tahun. Pada tahun 2012 nilai
perusahaan TSPC sebesar 3,894 yang mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya
yaitu 2011 yang bernilai 2,407. Namun, setelah tahun 2012 TSPC konsisten
emiten TSPC sebesar 2,990, 2,566, 1,563, 1,642, 1,406, 1,104 masing-masing
untuk tahun 2013-2018 hal ini diduga karena peningkatan hutang dan penurunan
laba pada emiten ini yang menyebabkan nilai perusahaan menurun konsisten.
Emiten INDF atau Indofood Tbk pada tahun 2007 mencatat nilai
perusahaan sebesar 1,451 namun pada tahun 2008 mengalami penurunan nilai
perusahaan menjadi 0,874. Sejak tahun 2009 hingga tahun 2015 nilai perusahaan
1,164, 1,290, 1,258, 1,210, 1,025 adapun penurunan nilai perusahaan ini bisa
disebabkan karena penggunaan hutang yang lebih tinggi dari pada modal
perusahaan emiten INDF. Namun pada tahun 2016 tercatat nilai perusahaan INDF
naik menjadi 1,312 dan turun kembali ditahun 2018 menjadi 1,161.
Nilai perusahaan Emiten KLBF atau Kalbe Farma Tbk. juga mengalami
fluktuasi. Pada tahun 2007 nilai perusahaan tercatat sebesar 2,709 namun dua
tahun berturut setelahnya yakni 2008 dan 2009 nilai perusahaan mengalami
penurunan masing-masing menjadi sebesar 0,950 dan 0,668. Namun, pada tahun
2010 nilai perusahaan kembali naik tajam yaitu menjadi 4,873. Dari tahun 2011-
sebesar 4,386, 5,933, 5,859, dan mencatat nilai perusahaan tertinggi sebesar 7,111
pada tahun 2014. Namun pada tahun 2015 nilai perusahaan KLBF mengalami
penurunan menjadi 4,479 hal ini diduga dapat disebabkan karena penurunan
jumlah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham. pada tahun 2016-2017
dan 4,931. Pada tahun 2018 nilai perusahaan KLBF turun kembali dari tahun
perusahaan dimulai dari tahun 2007 nilai perusahaan sebesar 1,567 dan
mengalami penurunan pada tahun berikutnya yaitu 2008 menjadi 0,636. Namun
pada tahun 2011 nilai perusahaan kembali naik menjadi 1,354 yang sebelumnya
tahun 2010 sebesar 0,861. Nilai perusahaan KAEF naik kembali pada tahun 2014
menjadi sebesar 3,176 yang tahun sebelumnya nilai perusahaan hanya 1,738 dan
nilai perusahaan naik kembali pada tahun 2016 menjadi 3,819 yang tahun
sebelumnya 2015 hanya 1,918. Pada tahun 2018 nilai perusahaan KAEF menjadi
2,172 yang turun dari tahun 2017 yaitu 3,038 hal ini diduga disebabkan karena
penggunaan hutang yang tinggi dan penurunan likuiditas pada tahun tersebut.
1.1 dan 1.2 beserta uraiannya, maka diketahui terjadi fluktuasi kenaikan dan
Adapun nilai perusahaan diduga mampu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
kebijakan dividen.
kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium size)
dan perusahaan kecil (small firm). Ukuran Perusahaan diduga salah satu variabel
Total aset yang dimiliki perusahaan menggambarkan permodalan, serta hak dan
kewajiban yang dimilikinya. Perusahaan berukuran besar yang dinilai dari total
aset perusahaan dapat dipastikan semakin besar dana yang dikelola dan semakin
lebih stabil dan lebih mudah mendapatkan sumber pendanaan sehingga akan lebih
menarik bagi investor baru untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut sehingga
yang dilakukan oleh Prasetyorini (2013); dan Saerang et al. (2014) yang
nilai perusahaan, hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dewi & Wirajaya (2013); dan Suwardika & Mustanda (2017) yang
terdiri dari utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Semakin besar rasio
ini menunjukkan bahwa semakin besar struktur modal yang berasal dari hutang
digunakan untuk mendanai ekuitas yang ada. Teori Modigliani & Miller (1963)
ini mengindikasikan bahwa struktur modal yang optimal dapat dicapai dengan
akibat penggunaan hutang yang besar. Penggunaan leverage pada perusahaan juga
yang akan diperoleh perusahaan akan meningkat Sutama & Lisa (2018).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Linawaty & Ekadjaja (2017); Rudangga
& Sudiarta (2016); Zuhroh (2019); Sholekah & Venusita (2014); dan Cheng &
signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun hasil penelitian tersebut tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari & Abundanti (2014) yang menyatakan
periode tertentu (Kasmir, 2015). Berdasarkan sudut pandang investor, salah satu
indikator penting untuk melihat prospek perusahaan dimasa yang akan datang
indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui seberapa besar return
yang dapat diterima oleh investor atas investasi yang dilakukannya. berdasarkan
signaling theory profitabilitas yang tinggi menjadi sinyal yang baik dan positif
untuk investor dan calon investor yang berkaitan dengan prospek perusahaan yang
(2013); Maulinda et al. (2019); Febriana et al. (2016); dan Zuhroh (2019)
perusahaan. Namun hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian
para pemegang saham (Siahaan, 2013). Semakin tinggi likuiditas perusahaan yang
maka semakin banyak dana tersedia bagi perusahaan untuk membayar hutang
baik, hal tersebut akan meningkatkan harga saham serta nilai perusahaan juga
akan meningkat Wijaya & Purnawati (2014). Namun dalam kondisi berbeda,
meningkatkan dividen yang dibayar melainkan menaikkan free cash flow dalam
Rompas (2013); Putra & Sedana (2019); dan Adi & Lestari (2016) menyatakan
bahwa likuiditas yang dihitung dengan current ratio berpengaruh positif dan
& Purnawati (2014); dan Andriani (2019) mendapati hasil yaitu likuiditas
Payout Ratio (DPR), yaitu besarnya persentase laba bersih setelah pajak yang
yang lebih memilih dividen yang tinggi agar mendapatkan keuntungan. Pemodal
atau investor beranggapan bahwa dividen yang diterima lebih berharga dan lebih
pendanaan dan posisi likuiditas, dengan kata lain dividen menyediakan informasi
dampak penting bagi banyak pihak yang terlibat terutama pihak-pihak yang
berbeda, seperti penelitian yang dilakukan oleh Senata (2016) bahwa kebijakan
penelitian yang dilakukan oleh Aprilia & Yulianto (2016) menyatakan bahwa
penelitian yang dilakukan oleh Kusnadi & Tandika (2017) menyatakan bahwa
terhadap nilai perusahaan, namun tidak sejalan dengan hasil penelitian Tahu &
Research gap. Ditemukan juga fenomena lainnya mengenai nilai perusahaan. Hal
tersebut dapat dilihat pada hasil observasi awal pada beberapa perusahaan sektor
Industri Barang Konsumsi. Fenomena disajikan pada tabel 1.1 sebagai berikut :
Garam Tbk yaitu perusahaan yang bergerak di bidang rokok. Adapun untuk
ukuran perusahaan emiten GGRM mengalami kenaikan pada tahun 2018 dari
tahun 2017 sebesar masing masing 31,867 dari tahun sebelumnya 31,832 dan
current ratio tahun 2017 sebesar 1,936 naik di tahun 2018 menjadi 2,058. Namun
nilai perusahaan tahun 2018 menurun menjadi 2,675 yang tahun sebelumnya 2017
menyatakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan dan current ratio yang
Diketahui kode emiten TSPC atau Tempo Scan Pasific Tbk. terjadi
peningkatan DER dari tahun 2017 ke tahun 2018 masing-masing sebesar 0,058
rendah, dapat dilihat pada tahun 2017 nilai perusahaan TSPC yaitu sebesar 1,406
ini menurun menjadi 1,104 pada tahun 2018. Hal ini tidak sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa semakin besar rasio DER sebuah perusahaan maka akan
makan dan dan minuman. Pada fenomena awal ini untuk kode INDF mengalami
kenaikan pada ukuran perusahaan dan DER tahun 2017 ke 2018. Untuk ukuran
perusahaan INDF pada tahun 2018 meningkat dari tahun 2017 sebesar masing
masing 32,201 dari tahun sebelumnya 32,113. DER PT Indofood Tbk pada tahun
2017 sebesar 0,325 naik ditahun 2018 menjadi 0,596 namun nilai perusahaan
tahun 2018 menurun menjadi 1,161 yang pada tahun sebelumnya 2017 yaitu
bahwa semakin besar ukuran perusahaan dan rasio DER yang tinggi dapat
Emiten kode KLBF atau PT Kalbe Farma Tbk yang bergerak di bidang
perusahaan emiten tersebut meningkat. Fenomena ini terjadi pada tahun 2016 ke
2017. ROA KLBF pada tahun 2016 sebesar 0,154 mengalami penurunan menjadi
0,148 pada tahun 2017 namun penurunan ROA tidak menurunkan nilai
perusahaan justru menaikkan nilai perusahaan, pada tahun 2016 nilai perusahaan
emiten KLBF yaitu sebesar 4,846 naik menjadi 4,931 pada tahun 2017. Hal ini
Emiten KAEF atau Kimia Farma Tbk. perusahaan milik negara yang
INDF yaitu pada rasio DER. Dalam hal ini rasio DER untuk KAEF pada tahun
2017 sebesar 0,785 mengalami kenaikan pada tahun 2018 menjadi 1,204. Namun
kenaikan rasio DER tidak pula menaikkan nilai perusahaan pada KAEF tersebut.
Dapat dilihat nilai perusahaan KAEF mengalami penurunan dari tahun 2017 yaitu
3,038 pada tahun 2018 menurun menjadi 2,172. Hal ini tidak sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa DER yang tinggi akan menaikkan nilai perusahaan
serta fenomena-fenomena yang ada. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
kepada investor. Serta adanya research gap mengenai variabel yang diteliti yaitu
dan kebijakan dividen sebagai variabel moderasi menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini.
2007-2018?
2007-2018?
2007-2018.
2007-2018.
1. Kontribusi Praktis
2. Kontribusi Teoritis
penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan wacana yang
3. Kontribusi Kebijakan
manajemen perusahaan.
Dewi & Wirajaya (2013) dengan judul “Pengaruh Struktur Modal, Ukuran
dilakukan oleh Kusnadi & Tandika (2017) dengan judul “Pengaruh Return On
Moderasi”. Perbedaan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.2. berikut ini:
Judul Pengaruh Struktur Modal, Pengaruh Return On Asset Pengaruh Ukuran perusahaan
Ukuran Perusahaan Dan Terhadap Nilai Perusahaan Leverage, Likuiditas dan
Profitabilitas Terhadap Dengan Kebijakan Dividen Profitabilitas Terhadap Nilai
Nilai Perusahaan. Sebagai Variabel Moderasi. Perusahaan Dengan Kebijakan
Dividen Sebagai Variabel
Moderasi.
Variabel Nilai Perusahaan Nilai Perusahaan Nilai Perusahaan
Dependen
Variabel 1. Struktur Modal Return On Asset 1. Ukuran Perusahaan
Independen 2. Ukuran Perusahaan 2. Leverage
3. Profitabilitas 3. Profitabilitas
4. Likuiditas
Variabel - Kebijakan dividen Kebijakan Dividen
Moderasi
Objek Perusahaan perbankan Perusahaan manufaktur yang Perusahaan manufaktur sektor
penelitian konvensional yang terdaftar di Bursa efek indonesia industri barang konsumsi yang
terdaftar di BEI terdaftar di BEI
Tahun 2009-2011 2014-2016 2007-2018
Penelitian
Sumber : Data diolah peneliti, 2020
variabel likuiditas.
2. Perbedaan cara perhitungan variabel dalam hal ini nilai perusahaan. Peneliti
3. Perbedaan juga dapat dilihat juga dari objek penelitian. Adapun dalam hal
4. Perbedaan lain dapat dilihat dari tahun dibuatnya penelitian tersebut yaitu
masing tiga (3) tahun sedangkan peneliti sekarang dua belas (12) tahun.
5. Perbedaan lain yang dapat dilihat dari penelitian sebelum dan sekarang
pengujian statistik dan menggunakan lag data waktu satu tahun. Sedangkan
BAB II
titik temu antara pemilik perusahaan dengan manajemen. Jensen & Meckling
(1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak kerja antara
agent dan principal. Principal adalah pemegang saham atau pemilik perusahaan,
mengelola perusahaan oleh agent, inti dari hubungan keagenan adalah adanya
atau pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemilik perusahaan atau
informasi yang tidak lengkap, yaitu ketika tidak semua keadaan diketahui oleh
tidak dipertimbangkan oleh pihak-pihak tersebut, hal inilah yang disebut dengan
asimetri informasi.
adalah perbedaan informasi yang dimiliki antara principal dan agent yang
apa saja mengenai perusahaan untuk memperoleh keuntungan pribadi, ada potensi
angka laporan yang disajikan yang bisa menguntungkan dirinya sendiri dan
kepada para investor atau pihak eksternal tentang usaha yang dilakukan oleh
ada pihak lain yang ikut mengawasi kinerja dari manajemen perusahaan yaitu
kreditur. Bukan hanya pemegang saham selaku prinsipal saja yang akan
dalam teori agensi, hutang bisa memicu munculnya konflik antara pemegang
saham dan kreditur, terlebih jika ada syarat-syarat tertentu dalam perjanjian
hutang yang bisa bertolak belakang dengan keinginan dari pemegang saham.
Kreditur bisa membatasi penggunaan hutang tersebut kepada agen, rasio hutang
perusahaan untuk memberi informasi atau petunjuk bagi investor tentang apa saja
yang dilakukan oleh perusahaan Brigham & Houston (2006). Sinyal ini dapat
berupa informasi mengenai apa yang sedang dan sudah dilakukan oleh
Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan hal yang penting, karena
penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada dasarnya
menyajikan keterangan, catatan atau gambaran, baik untuk keadaan masa lalu,
saat ini maupun masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup perusahaan dan
perilaku pemakai informasi. Salah satu informasi yang dapat dijadikan sinyal
adalah pengumuman yang dilakukan oleh suatu emiten. Pengumuman ini nantinya
membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk. Signal juga dapat
berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa suatu perusahaan
Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan
beberapa asumsi untuk membangun teori mereka yaitu: a) Tidak terdapat agency
cost. b) Tidak ada pajak. c) Investor dapat menggunakan utang dengan tingkat
Tidak ada biaya kebangkrutan. f) Earnings Before Interest and Taxes (EBIT)
tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang. g) Para investor adalah price-
takers. h) Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar
nilai dari perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Implikasi dari proposisi I
ini adalah struktur modal dari suatu perusahaan tidak relevan, perubahan struktur
Capital (WACC) perusahaan akan tetap sama tidak dipengaruhi oleh bagaimana
Proposisi II: biaya modal saham akan meningkat apabila perusahaan melakukan
atau mencari pinjaman dari pihak luar. Risk of the equity bergantung pada risiko
(financial risk). Brealey, Myers & Marcus (1999) menyimpulkan dari teori
yang menggunakan hutang atau pemegang saham memiliki hutang pada saat
kondisi tanpa pajak dan pasar yang sempurna. Nilai perusahaan tidak bergantung
pada struktur modalnya. Dengan kata lain, manajer keuangan tidak dapat
meningkatkan nilai perusahaan dengan merubah proporsi debt dan equity yang
nilai perusahaan tersebut adalah penghematan pajak yang diperoleh karena bunga
hutang (Subagyo, 2011). Dalam teori Modigliani-Miller dengan pajak ini terdapat
dua proposisi yaitu: Proposisi I: nilai dari perusahaan yang menggunakan hutang
sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak menggunakan hutang ditambah
dengan penghematan pajak karena bunga hutang. Implikasi dari proposisi I ini
hutang. Proposisi II: biaya modal saham akan meningkat dengan semakin
dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal saham. Teori ini
memasukan pajak perorangan dan pajak perusahaan sebagai penghemat pajak atau
tax shield. Teori ini menyatakan bahwa biaya bunga bermanfaat sebagai
terdapat teori struktur modal yang lain yang membahas hubungan antara struktur
modal dengan nilai perusahaan yaitu trade off theory. Teori trade-off menyatakan
bahwa hubungan antara struktur modal dengan nilai perusahaan terdapat suatu
tingkat leverage yang optimal Harjito (2011). Esensi trade-off theory dalam
sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar, tambahan hutang
lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan. Trade-off theory
memilih struktur modal tertentu (Husnan, 1996). Menurut teori trade off adapun
struktur modal yang optimal dicapai, apabila nilai sekarang dari tax shield hutang
adalah sama dengan nilai sekarang dari biaya kesulitan keuangan (Harjito, 2011).
Berdasarkan penjelasan trade off theory dalam struktur modal maka dapat
hanya pada sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan hutang justru
adalah fungsi dari empat variabel: arus kas dari aset di tempat (investasi yang
ada), pertumbuhan yang diharapkan dalam arus kas, panjang periode di mana
Menurut (Sudana, 2015) nilai perusahaan merupakan nilai sekarang dari arus kas
pendapatan atau kas yang diharapkan diterima pada masa yang akan datang. Nilai
harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut
dijual, semakin tinggi nilai perusahaan semakin besar kemakmuran yang diterima
dengan cara memaksimalkan harga pasar saham (Sudana, 2015). Tujuan utama
dalam listing price. Harga pasar mencerminkan berbagai keputusan dan kebijakan
manajemen. Adapun tujuan yang ingin dicapai perusahaan tersebut adalah untuk
akan meningkat apabila hal ini diikuti dengan peningkatan nilai perusahaan yang
ditandai dengan tingkat pengembalian atau return yang tinggi kepada para
dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga baik.
menunjukkan perusahaan memiliki nilai yang tinggi di mata investor maka dapat
Tobin’s Q. Rasio Tobin’s Q dikembangkan oleh Prof. James Tobins tahun 1967.
Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi pasar
keuangan untuk mengukur kinerja perusahaan yaitu dari nilai pasar suatu
perusahaan. Smithers dan Wright (2013) Tobin’s Q dihitung dengan market value
euity yaitu harga saham dikali dengan jumlah saham beredar atau biasa disebut
lalu membandingkan dengan total aset perusahaan pada tahun tersebut. Tobin’s Q
memberikan gambaran tidak hanya pada aspek fundamental, tetapi juga sejauh
mana pasar menilai perusahaan dari berbagai aspek yang dilihat oleh pihak luas
perusahaan akan lebih memiliki arti jika dilihat nilai rasio setiap tahun. Adanya
tinggi. Menurut konsepnya, Tobin’s Q dinilai lebih unggul daripada rasio nilai
perusahaan yang lain karena rasio ini berfokus pada berapa nilai perusahaan saat
ini secara relatif terhadap berapa biaya yang dibutuhkan untuk menggantinya saat
Nilai Tobin’s Q <1 maka menunjukkan bahwa nilai buku aset perusahaan
lebih besar dari nilai pasar perusahaan, sehingga perusahaan akan menjadi sasaran
akuisisi yang menarik baik untuk digabungkan dengan perusahaan lain ataupun
Logikanya pembeli perusahaan memperoleh aset dengan harga yang lebih murah
dibanding jika aset tersebut dijual kembali. Sebaliknya bila nilai Tobin’s Q > 1
menunjukkan bahwa nilai pasar perusahaan lebih tinggi dibandingkan nilai buku
pertumbuhan yang tinggi sehingga nilai perusahaan lebih dari sekedar nilai
perusahaan memiliki prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena
semakin besar nilai pasar aset perusahaan semakin besar kerelaan investor untuk
lain yaitu ukuran perusahaan, Aggarwal & Padhan (2017); Dolontelide (2019);
dan Karmawan (2016). Leverage, Farooq & Masood (2016); Hasna (2014); dan
(2013); dan Sudiyatno et al. (2012). Likuiditas, Febrianti (2012); Gunawan et al.
firm), perusahaan menengah (medium size) dan perusahaan kecil (small firm).
kecilnya sebuah perusahaan yang dapat dilihat atau diukur dari besarnya nilai dari
total aset, investasi, perputaran modal, alat produksi, jumlah pegawai, keluasan
jaringan usaha, penguasaan pasar, output produksi, besaran nilai tambah dan
besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 10
Milyar termasuk tanah dan bangunan serta memiliki penjualan lebih dari Rp. 50
Milyar/tahun.
menanggung risiko yang mungkin timbul dari berbagai situasi yang dihadapi
cenderung menggunakan modal asing atau hutang juga semakin besar, hal ini
disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk
menggunakan modal dari pihak luar apabila modal sendiri tidak mencukupinya
Halim (2015).
Perusahaan besar yang memiliki total aset dengan nilai aset yang cukup besar
Adapun dalam penelitian ini ukuran perusahaan dinilai atau diukur dari total aset
sinyal yang positif kepada calon investor untuk berinvestasi pada perusahaan
tinggi harga saham perusahaan dan hal ini akan mampu meningkatkan nilai
perusahaan. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pratama & Wiksuana
(2016); Handriani & Robiyanto (2018); Maryati & Sari (2018); Suryana &
Rahayu (2018); Setiawati & Lim (2016); Karmawan (2016); Dolontelide (2019);
Gunawan et al. (2019); Lisa (2017); Cheryta et al. (2017); Rachmawati & Pinem
(2015); dan Aggarwal & Padhan (2017) yang menyatakan bahwa ukuran
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil tersebut tidak sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2019); Manoppo & Arie (2016);
Nurminda et al. (2017); dan Rahmawati et al. (2013) menyatakan bahwa ukuran
penelitian yang dilakukan oleh Pantow et al. (2015); Stevani & Pernamasari
(2019); Mangantar & Rumondor (2015); dan Astuti & Yadnya (2019) menyatakan
perusahaan.
2.2.3. Leverage
pihak luar yaitu kreditur Saffudin (2010). Menurut (Sjahrial, 2009) leverage
adalah penggunaan aktiva dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya
tetap (beban tetap) yang berarti sumber dana yang berasal dari pinjaman karena
leverage adalah sumber dana yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai
asetnya di luar sumber dana modal atau ekuitas leverage timbul karena
menimbulkan beban tetap, yang berupa biaya penyusutan dari aktiva tetap, dan
biaya bunga dari hutang tersebut. Menurut (Weston & Brigham, 1984) leverage
safety). Bila pemilik hanya menyediakan suatu bagian kecil dari seluruh
kecil. Ketiga, bila perusahaan menghasilkan laba yang lebih besar daripada
tingkat bunga uang dari pinjaman tersebut, laba pemilik makin akan diperbesar.
Rasio total hutang terhadap harta idealnya sebesar 40% namun dalam
kondisi keuangan yang baik tingkat leverage bisa tinggi karena diharapkan akan
menghasilkan laba operasi yang tinggi (Utari et al., 2014). Hutang sangat sensitif
semakin tinggi harga saham namun, pada titik tertentu peningkatan hutang akan
bunga atas hutang, pembayaran pokok akhir atas hutang dan kewajiban-kewajiban
tetap lainnya. Adapun dalam penelitian ini leverage dihitung dengan Debt to
Equity Ratio (DER). DER merupakan perbandingan antara total hutang dengan
total modal sendiri (ekuitas). Total hutang merupakan total liabilities (kewajiban),
baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. DER menunjukkan
bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan
hutang. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (kreditur) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan hutang (Kasmir, 2015). Apabila DER perusahaan semakin tinggi, maka
semakin besar financial leverage dan semakin besar pula proporsi dana kreditur
debitur yang memiliki tingkat debt to equity ratio (DER) yang tinggi
menimbulkan konsekuensi bagi kreditur yang lebih besar pada saat debitur
Hasil dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pratama & Wiksuana
(2016); Hasna (2014); Sari & Siddiq (2013); Mahfudatin & Maslichah (2017);
Sondakh, & Pusung (2016); Kherismawati et al. (2017); Frederik et al. (2015);
Sudiyatno et al. (2012); Lisa (2017); dan Farooq & Masood (2016) menyatakan
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sambora et al. (2014); Fadhli
et al. (2015); Melisa et al. (2019); Nurminda et al. (2017); dan Hidayat (2019)
signifikan. Serta hasil penelitian yang dilakukan oleh Sofiamira & Haryono
(2017); dan Sari & Abundanti (2014) yang menyatakan bahwa leverage
2.2.4. Profitabilitas
kemampuan dan sumber yang ada sehingga diketahui untuk mengukur tingkat
efisiensi usaha dan keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut, inti dari
kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa
hasil yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Profitabilitas juga mempunyai
mempunyai prospek yang baik di masa yang akan datang, dengan demikian setiap
pengembalian yang tinggi atas investasi perusahaan yang memperoleh laba yang
besar, maka dapat dikatakan berhasil atau memiliki kinerja yang baik. Sebaliknya
jika laba yang diperoleh perusahaan relatif kecil atau menurun dari periode
kinerja yang kurang baik. Laba yang menjadi ukuran kinerja perusahaan harus
dievaluasi dari suatu periode ke periode berikutnya dan bagaimana laba aktual
menunjukan kondisi yang lebih baik jika jumlahnya atau angkanya semakin besar.
Sebaliknya apabila angka rasionya semakin kecil menunjukan kondisi yang tidak
rasio profitabilitas tergantung pada informasi yang diambil dari laporan keuangan.
pendapatan bersih yang diperoleh dari penjualan. Semakin besar rasio ini
bersih bila diukur dari modal pemilik. Dalam rasio ini jika semakin besar
semakin bagus.
antara laba sebelum pajak dengan total aset. ROA juga menggambarkan
perputaran aset diukur dari volume penjualan. Semakin besar ROA suatu
perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari
Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total aset. Dengan kata
lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset (Hery, 2015).
Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah
laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
(2013); Wulandari (2013); Ayu & Suarjaya (2017); Julianti (2015); Indasari &
Yadnyana (2018); Wardoyo & Veronica (2013); Untu & Welley (2015); Frederik
et al. (2015); Sudiyatno et al. (2012); Lisa (2017); Bukit et al. (2018); Mandjar &
Triyani (2019); Manurung et al. (2014); Sisca (2015); Gunawan et al. (2019);
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. tidak sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2017); Sambora et al. (2014);
al. (2019); dan Aggarwal & Padhan (2017) yang menyatakan bahwa profitabilitas
2.2.5. Likuiditas
likuiditas yang baik maka akan dianggap memiliki kinerja yang baik oleh
investor. Hal ini akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan Adi & Lestari (2016). Fungsi rasio likuiditas adalah untuk
kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar
perusahaan maupun didalam perusahaan. Rasio likuiditas atau sering juga disebut
rasio modal kerja merupakan rasio yang sering digunakan untuk mengukur
current ratio atau rasio lancar. Rasio lancar atau current ratio menurut (Kasmir,
kewajiban jangka pendek atau hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia
Current ratio yang tinggi memberikan indikasi jaminan yang baik bagi
pihak eksternal atau kreditor atas pinjaman yang diberikan karena perusahaan
kekurangan modal untuk membayar hutang. Akan tetapi current ratio yang tinggi
belum tentu kondisi perusahaan dikatakan baik karena akan berpengaruh terhadap
berputar atau mengalami pengangguran. Dalam praktik standar rasio yang baik
menurut (Hery, 2015) adalah 2 (aktiva lancar) : 1 (hutang lancar) besaran rasio ini
sering kali dianggap sebagai ukuran yang baik untuk memuaskan bagi tingkat
likuiditas suatu perusahaan. Artinya, dengan hasil perhitungan rasio sebesar itu
perusahaan sudah dapat dikatakan berada dalam posisi aman untuk jangka
pendek.
(2013); Dewi & Sujana (2019); Yanti & Darmayanti (2019); Sukarya & Baskara
(2019) Gunawan et al. (2019); Aggarwal & Padhan (2017); dan Gamayuni (2015)
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan hasil dari penelitian
yang dilakukan oleh Nurhayati (2013); Indasari & Yadnyana (2018); Wulandari
(2013); Uzliawati et al. (2016); Lumoly et al. (2018); Chasanah & Adhi (2017);
Antoro & Hermuningsih (2018); dan Febrianti (2012) menyatakan likuiditas tidak
yang dilakukan oleh Wijaya & Purnawati, (2014); Mandjar & Triyani (2019); dan
pemegang saham dan berapa banyak yang harus ditanam kembali didalam
kepada para pemegang saham (share holders) atas keuntungan yang diperolehnya.
yaitu besarnya persentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan sebagai
dividen yang dipilih untuk penelitian ini adalah Dividend Payout Ratio (DPR),
manajerial yaitu dengan melihat berapa besar keuntungan yang dibagikan kepada
et al., 2013).
pembelanjaan internal perusahaan. Hal ini karena besar kecilnya dividen yang
merupakan salah satu sumber dana internal perusahaan. Selain laba, adapun faktor
diantaranya yaitu likuiditas, akses pada sumber dana, dan kebutuhan dana pada
Terdapat tiga teori tentang kebijakan dividen terhadap harga saham dan
dan Merton Miller. Menurut teori dividen irrelevance kebijakan dividen tidak
dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi harga saham dan nilai
perusahaan.
2. Teori Bird In-the Hand. Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan John
positif terhadap harga pasar saham dan nilai perusahaan. Artinya, jika dividen
nilai perusahaan. Artinya, semakin besar jumlah dividen yang dibagikan oleh
bersangkutan. Hal ini terjadi jika ada perbedaan antara tarif pajak personal
atas pendapatan dividen dan capital gain Brigham & Houston (2001).
saham yang lebih tinggi karena investor akan menghargai saham-saham yang
dividennya lebih tinggi. Dividen stabil bisa diwujudkan dalam jumlah rupiah
yang konstan atau jumlah presentase konstan dari laba bersih setelah pajak
2. Kebijakan Dividen Residu. Laba bersih setelah pajak dikurangi dulu rencana
bahwa laba ditahan itu sangat fleksibel untuk pengembangan usaha atau
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
yaitu ukuran perusahaan (X1), leverage (X2), profitabilitas (X3) dan likuiditas
perusahaan (Y) sebagai variabel dependen dan dengan kebijakan dividen (Z)
sebagai variabel moderasi. Penelitian ini menggunakan lag waktu satu tahun dan
uji yang digunakan adalah uji regresi linier berganda sebagai uji pertama yaitu
simultan dan pengujian kedua dengan menggunakan uji moderasi interaksi untuk
H1
Ukuran Perusahaan (X1)
H2
Leverage (X2)
Nilai Perusahaan (Y)
H3
Profitabilitas (X3)
H4
Likuiditas (X4)
H5 H6 H7 H8
sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan yang telah terjadi atau akan
terjadi, dengan kata lain hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan-
pertanyaan penelitian yang akan diuji secara empiris. Adapun uraian hipotesis
dalam hal ini dapat dinilai dari total aset perusahaan tersebut. Perusahaan yang
besar diukur dengan banyaknya aset yang dimiliki dinilai memiliki kinerja
operasional yang baik dan memiliki keuangan yang mapan karena mampu
mengumpulkan aset yang besar (Apriliyanti et al., 2019). Semakin besar ukuran
perhatian pada perusahaan tersebut, hal ini disebabkan karena perusahaan yang
besar cenderung memiliki kondisi yang lebih stabil jika terjadi krisis, kestabilan
tersebut menjadi penyebab atas naiknya harga saham perusahaan di pasar modal
Selain itu ukuran perusahaan yang besar juga akan mudah untuk
mendapatkan dana dari pihak ketiga yaitu kreditur dengan cara mengajukan
investasi baru terkait dengan ekspansi yang dapat menjadikan perusahaan menjadi
lebih berkembang pesat, hal ini yang dilihat oleh investor sebagai sinyal positif
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang penelitian tersebut dilakukan
oleh Siahaan (2013); Sondakh (2019); Anton (2016); Melisa et al. (2019); dan
Handriani & Robiyanto (2018). Maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
pengelolaan hutang yang baik akan menjadikan perusahaan lebih berkembang dan
yang disebut dengan high risk high return (Fajaria, 2018). Penelitian yang
rasio leverage yang tinggi justru dinilai sebagai perusahaan yang memiliki
seperti pemegang saham dan manajer. Adanya hutang dianggap mampu untuk
mengurangi konflik keagenan. Adanya hutang, maka ada pihak lain yang ikut
perusahaan, namun juga pihak eksternal yaitu kreditur juga mengawasi pihak
kecil. hal ini dianggap sebagai hal positif bagi investor yang mampu dalam
meningkatkan nilai perusahaan Linawaty & Ekadjaja (2017). Adapun jika dilihat
mengeluarkan atau menerbitkan saham baru, hal ini disebabkan jika perusahaan
menerbitkan atau mengeluarkan saham baru untuk pendanaan maka saham yang
ditawarkan akan bertambah sehingga akan menurunkan harga saham, harga saham
nilai perusahaan yang penelitianya dilakukan oleh Farooq & Masood (2016);
Handriani & Robiyanto (2018); Odum et al. (2019); Anton (2016); dan
periode 2007-2018.
kemampuan sebuah perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam satu
periode tertentu. Dari sudut pandang investor, profitabilitas adalah salah satu
indikator penting untuk melihat prospek perusahaan dimasa yang akan datang,
indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui seberapa besar return
yang dapat diterima oleh investor atas investasi yang dilakukannya. Teori
positif oleh investor terkait kinerja perusahaan yang semakin baik dan prospek
nilai perusahaan Ayu & Suarjaya (2017). Penelitian yang dilakukan oleh Tahu &
Susilo (2017); Sabrin et al. (2016); Michael (2019); Fajaria (2018); Saragih et al.
(2019); Mentalita et al. (2019); Dayanti (2018); Manurung et al. (2014); Mangesti
et al. (2019); Fadhli et al. (2015); dan Diani (2017) menyatakan profitabilitas
atau hutang jangka pendek yang harus dipenuhi/jatuh tempo. Tingkat likuiditas
yang tinggi akan menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang baik
yang dapat membayar hutang jangka pendeknya kepada pihak eksternal, semakin
besar nilai dari rasio ini semakin menjukkan hal baik. Dalam hal ini jika likuiditas
sebuah perusahaan tinggi maka para investor akan menangkap sinyal tersebut
Dewi & Sujana (2019). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Andriani (2019); Rompas (2013); Putra & Sedana (2019); Adi Putra & Lestari
(2016); Farooq & Masood (2016); dan Sondakh (2019) menyatakan likuiditas
periode 2007-2018.
Perusahaan ukuran besar dengan akses pasar yang lebih baik, seharusnya
mampu membayar dividen yang tinggi kepada para pemegang sahamnya karena
pembayaran dividen memilik hubungan yang positif, suatu perusahaan yang besar
dan mapan yang dapat dinilai dari total asetnya dinilai mampu memperoleh
sumber dana dari pihak ketiga yaitu kreditur dengan menjaminkan aset
untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Hal tersebut dapat diartikan bahwa
Berbeda dengan perusahaan kecil yang memiliki aset lebih sedikit akan cenderung
membagikan dividen yang rendah karena laba dialokasikan pada laba ditahan
adalah perusahaan yang aliran kasnya tetap terjaga. Adanya penambahan hutang
bunga dan pokok pinjaman yang mengggunakan kas perusahaan sehingga dapat
sumber daya tersebut dalam kegiatan yang lebih produktif. Kebijakan dividen
mampu memperkuat hubungan antara kebijakan hutang dan nilai perusahaan. Hal
perusahaan agar menghasilkan laba yang besar sehingga peningkatan hutang akan
Nilai Perusahaan
lebih tinggi kepada para pemegang saham. Menurut teori sinyal, ada
kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen
dan harga saham akan menurun jika ada penurunan dividen. Artinya dividen
keuntungan atau profit yang biasanya membagikan dividen besar tersebut kepada
para pemegang saham. Profitabilitas yang tinggi serta kebijakan dividen yang
penelitian yang dilakukan Kusnadi & Tandika (2017); dan Oktaviani & Mulya
Perusahaan
melalui posisi kas atau likuiditas perusahaan karena dividen merupakan arus kas
akan mampu membayar dividen lebih besar. Hal ini ditangkap sebagai sebuah
keuntungan dan sinyal baik bagi para pemegang saham dan calon investor untuk
BAB IV
METODE PENELITIAN
karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih
(Erlina, 2008). Penelitian ini menguji pengaruh ukuran perusahaan (X1), leverage
(X2), profitabilitas (X3) dan likuiditas (X4) sebagai variabel independen terhadap
Nilai Perusahaan (Y) sebagai variabel dependen dan dengan kebijakan dividen (Z)
Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2018. Dan
waktu penelitian ini direncanakan pada Januari 2020 sampai dengan Juni 2020.
variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Erlina, 2008).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan
sendiri merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila
Keterangan:
MVE = Market Value Equity (Harga saham closing tahunan dikali (X)
maupun negatif bagi variabel dependen lainnya (Erlina, 2008). Adapun dalam
dilihat dari besarnya nilai ekuitas ataupun total aset dari suatu perusahaan. Skala
pengukuran ukuran perusahaan yang digunakan dalam variabel ini adalah Log
4.2.2.2. Leverage
lainnya. Besarnya hutang yang digunakan perusahaan dapat dilihat pada rasio
Debt to Equity Ratio (DER) dengan cara membandingkan antara total hutang
4.2.2.3. Profitabilitas
yang dapat dihitung dengan Return on Asset (ROA) dengan rumus sebagai
berikut:
4.2.2.4. Likuiditas
untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo
dengan menggunakan aktiva lancar yang dibagi dengan utang lancar yang
berikut:
dampak kontijensi yang kuat pada hubungan variabel independen dan variabel
dependen (Erlina, 2008). Atau dengan kata lain yaitu variabel yang memperkuat
yang harus dibayarkan atau diberikan kepada pemegang saham dan berapa banyak
Kebijakan dividen dalam penelitian ini dihitung dengan Dividend Payout Ratio
independen, dependen dan moderasi, maka dapat diikhtisarkan indikator dan skala
populasi yang akan menjadi sasaran akhir penerapan hasil penelitian (Erlina,
2008). Adapun kriteria populasi sasaran yang dibangun dalam penelitian ini
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah seluruh yang termasuk kedalam
dua belas (12) tahun namun dikarenakan menggunakan lag data satu tahun maka
rentang tahun menjadi sebelas (11) tahun. Adapun sampel adalah delapan (8)
perusahaan dikali (X) rentang waktu sebelas (11) tahun = 88 pengamatan atau
observasi.
adalah studi pustaka dan dokumentasi yaitu data diperoleh dari beberapa literasi
yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Pengumpulan data ini
dilakukan dengan cara pengumpulan secara manual melalui hasil cetakan seperti
buku, jurnal, tesis dan pengumpulan melalui komputer yang berupa data
bagaimana keadaan variabel dependen bila dihubungkan dengan dua atau lebih
yang berjenis syntax yang perintahnya tidak terbatas pada menu. Selain itu output
penelitian. Analisis statistik deskriptif terdiri dari jumlah sampel, mean, standar
deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum (Ghozali, 2013). Statistik deskriptif
antara data runtut waktu (time series) dan data silang (cross section). Ada dua
manfaat yang diperoleh jika menggunakan data panel yaitu pertama mampu
yang lebih besar. Kedua, mampu mengatasi masalah yang timbul ketika ada
paling sederhana untuk mengestimasi data panel. Metode ini secara sederhana
Fixed Effect Model (FEM) memiliki persamaan yang tidak konstan data
cross section, dan koefisien dari regresi tidak berbeda pada setiap individu dan
waktu. Penggunaan pengujian ini disarankan jika data panel memiliki jumlah
berkorelasi sepanjang time series dan cross section. Pengujian Random Effect
Model (REM) ini disarankan jika pada data panel jumlah rentang waktu atau time
pemilihan dari ketiga model yang sudah dipaparkan diatas yaitu Common Effect
Model (CEM), Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effect Model (REM).
Pemilihan model terbaik untuk dapat mengestimasi data panel terdapat beberapa
beberapa uji yang dapat dilakukan yaitu Uji Chow, Uji Hausman dan uji lagrange
multiplier.
digunakan antara Fixed Effect Model (FEM) atau Common Effect Model (CEM).
Adapun ketentuan pemilihan model adalah Jika nilai probability lebih kecil dari
taraf signifikansi 5% (<0,05) maka model yang digunakan adalah Fixed Effect
Model (FEM). Adapun jika nilai probability lebih besar dari > 0,05 maka model
memilih apakah model Fixed Effect atau Random Effect yang paling tepat
digunakan. Ide dasar Hausman test adalah hubungan yang berbanding terbalik
antara model yang bias dan model yang efisien. Adapun pengujian Hausman Test
Jika hasil perhitungan Hausman Test signifikansi lebih < dari 0,05 maka
Begitu sebaliknya jika test signifikansi lebih dari > 0,05 maka H1 ditolak H0
estimasi terbaik antara Common Effect Model (CEM) atau Random Effect Model
(REM). Pengujian ini dilakukan apabila hasil uji chow menunjukkan bahwa
model yang lebih tepat untuk digunakan adalah Common Effect Model (CEM) dan
pada uji hausman menunjukkan bahwa model yang lebih tepat untuk digunakan
H0 : Probability both breusch pagan >0,05, maka common effect valid digunakan.
H1 : Probability both breusch pagan < 0,05, maka random effect valid digunakan.
dikumpulkan harus dilakukan pengujian yang wajib dipenuhi dalam uji asumsi
klasik. Uji asumsi klasik yang wajib dipenuhi yaitu sebagai berikut:
Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah error dalam data penelitian
terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2013). Adapun
STATA maka dapat dilakukan dengan Skewness/Kurtosis test, dengan kriteria jika
nilai Prob Chi2< dari 0,05 maka terjadi gejala normalitas dan jika Chi2> dari 0,05
yang kuat atau sempurna antar variabel bebas. Untuk dapat memperoleh hasil
yang tidak bias, tidak boleh terdapat hubungan linier antar variabel bebas
yang rendah, sebab jika multikolinearitas tinggi maka model tidak bisa
memisahkan efek parsial dari satu variabel bebas terhadap variabel bebas lainnya,
hal ini yang menyebabkan kesimpulan yang salah sehubungan dengan manakah
variabel bebas yang mempunyai pengaruh yang nyata dan yang tidak nyata.
menggunakan alat bantu statistik software STATA dapat dilihat melalui pengujian
Pairwise Pearson Correlation Matrix dan VIF (Variance Inflatian Factor). Dalam
dapat dikatakan mengandung multikolinearitas bila angka korelasi atau hasil dari
konsisten. Model penelitian yang baik adalah model penelitian yang variasinya
heteroskedastisitas dengan melihat Prob. Chi 2. Jika Prob Chi2 < α atau 0,05 maka
digunakan uji f, untuk uji parsial digunakan uji t dan untuk melihat besar variabel-
regresi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Model I:
Keterangan:
Y = Nilai Perusahaan
A = Konstanta
b1-b4 = Koefisien Regresi
X1 = Ukuran Perusahaan
X2 = Leverage
X3 = Profitabilitas
X4 = Likuiditas
e = Nilai error
diperoleh telah tepat dalam menggambarkan hubungan antar variabel yang sedang
adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
atau penolakan hipotesis dalam suatu penelitian dapat dilakukan dengan kriteria
sebagai berikut :
1. Jika nilai prob. t statistik > dari taraf signifikan 5% (>0,05) atau nilai t
hitung < t tabel maka hal ini berarti bahwa suatu variabel independen secara
2. Jika nilai prob. t statistik < dari taraf signifikan 5% (< 0,05) atau t hitung > t
tabel maka hal ini berarti bahwa suatu variabel independen secara individual
penelitian ini < dari taraf signifikan 0,05 dan disesuaikan dengan hipotesis yang
ada dalam penelitian ini, maka hal tersebut dikatakan bahwa kebijakan dividen
Keterangan:
Y = Nilai Perusahaan
A = Konstanta
b1-b8 = Koefisien Regresi
X1 = Ukuran Perusahaan
X2 = Leverage
X3 = Profitabilitas
X4 = Likuiditas
Z = Kebijakan Dividen
e = Nilai error
BAB V
sampel yang digunakan didalam penelitian ini antara lain meliputi: nilai rata-rata
(mean), nilai minimum, nilai maksimum dan standar deviasi untuk masing-masing
variabel. Deskripsi dalam penelitian ini meliputi enam (6) variabel, yakni ukuran
dividen (Z) dan nilai perusahaan (Y). Hasil statistik deskriptif dari data penelitian
Analisis deskriptif digunakan untuk menghasilkan gambaran dari data yang telah
terkumpul. Analisis deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai
terdapat pada kode emiten KAEF atau PT Kimia Farma Tbk pada tahun
2007 hal ini dikarenakan PT Kimia Farma Tbk tahun 2007 yang memiliki
total aset yang masih dalam kategori usaha berkembang. Nilai maksimum
emiten INDF atau PT Indofood Tbk pada tahun 2015 hal ini dikarenakan
Sampoerna Tbk. pada tahun 2015 hal ini berarti leverage HMSP pada tahun
2015 dikatakan bagus karena memiliki jumlah hutang sebesar 0,2% lebih
kecil dari pada modal yang dimiliki. Nilai maksimum leverage adalah
sebesar 1.411908 yang terdapat pada kode emiten INDF atau PT Indofood
Tbk pada tahun 2008 hal ini berarti emiten INDF memiliki jumlah hutang
141,2% lebih banyak dari modal yang dimiliki. Standar deviasi adalah
pada kode emiten UNVR atau PT Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2013.
kode emiten INDF atau PT Indofood Tbk pada tahun 2008. Adapun standar
pada kode emiten HMSP atau PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk pada
tahun 2015. Dan nilai minimum likuiditas sebesar 0.242548 yang terdapat
pada kode emiten KAEF atau PT Kimia Farma Tbk pada tahun 2010.
pada kode emiten UNVR atau PT Unilever indonesia Tbk pada tahun 2017
yang terdapat pada kode emiten KAEF atau PT Kimia Farma Tbk pada
maksimum sebesar 1.0409 yang terdapat pada kode emiten HMSP atau PT
kebijakan dividen sebesar 0.14392 yang terdapat pada kode emiten KLBF
atau PT Kalbe Farma Tbk pada tahun 2007. Adapun standar deviasi untuk
Terdapat tiga metode yang dapat digunakan untuk data panel dalam
penelitian yaitu model regresi Common Effect (CE), Fixed Effect (FE) dan
Random Effect (RE). Untuk menentukan model estimasi yang terbaik dalam
penelitian ini maka dilakukan Uji Chow, Uji Hausman dan Uji Lagrange
Multiplier.
Untuk menentukan model fixed effect atau common effect yang paling
tepat digunakan dalam mengestimasi data panel, maka dilakukan Uji Chow. Uji
ini bertujuan untuk menentukan manakah model yang paling baik di antara
keduanya yaitu fixed effect (FE) atau common effect (CE). Hipotesis yang
1. H0: maka model estimasi yang terbaik digunakan adalah common effect.
2. H1: maka model estimasi yang terbaik digunakan adalah fixed effect
model common effect yang akan digunakan, tetapi jika nilai probabilitas < 0,05
pengujian untuk memilih apakah estimasi yang terbaik adalah fixed effect (FE)
atau common effect (CE) dengan uji Chow yang disajikan pada tabel 5.2 sebagai
berikut :
Berdasarkan tabel 5.2 hasil Uji Chow diketahui nilai probability tabel
sebesar 0.0000 yang lebih kecil dari < 0,05. Berdasarkan hasil tersebut maka H1
diterima. Maka Uji Chow menyatakan bahwa model estimasi yang lebih baik
adalah Fixed Effect (FE) daripada Common Effect (RE)., maka langkah
selanjutnya yaitu melakukan uji Hausman untuk menguji kembali model yang
lebih baik antara fixed effect atau random effect. Hipotesis yang digunakan dalam
model random effect yang akan digunakan. Tetapi jika nilai probabilitas < 0,05,
pengujian untuk memilih apakah model estimasi yang terbaik adalah random
effect atau fixed effect dengan uji Hausman yang disajikan pada tabel sebagai
berikut :
Berdasarkan Tabel 5.3 hasil Uji Hausman diketahui bahwa nilai Prob.
Chi2 lebih kecil dari 0.05 yaitu 0.0000 (0.000<0.05). Maka H1 diterima yang
berarti model terbaik yang harus digunakan adalah fixed effect daripada random
effect. Berdasarkan hasil Uji Chow dapat diketahui bahwa model yang lebih baik
adalah fixed effect daripada common effect. Adapun dari hasil Uji Hausman
menunjukkan bahwa fixed effect juga lebih baik daripada random effect. Maka
tidak perlu dilakukan uji lanjutan yaitu Uji Lagrange Multiplier karena fixed effect
Best Linier Unbiaxed Estimator atau biasa yang disebut dengan BLUE. Model
yang baik maka harus memenuhi asumsi klasik, yaitu data residual harus
Berdasarkan tabel 5.4 maka dapat diketahui bahwa semua variabel yang
digunakan dalam penelitian ini telah memiliki data yang normal karena masing-
masing nilai Prob>Chi2 yang lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan
yang rendah, sebab jika multikolinearitas tinggi maka model tidak bisa
memisahkan efek parsial dari satu variabel bebas terhadap variabel bebas lainnya.
STATA dapat dilihat melalui pengujian VIF (Variance Inflatian Factor). Berikut
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui nilai VIF nilai mean VIF sebesar 1,42.
bahwa data yang digunakan dalam model penelitian ini sudah terbebas dari gejala
multikolinearitas karena memiliki nilai mean VIF yang tidak lebih besar dari 10.
Prob. Chi2. Adapun dengan ketentuan Jika Prob Chi2< α (atau Chi2 stat > Chi2
0,2092 yang lebih besar dari taraf siginifikansi 5% atau 0,05 (0,2092 > 0,05).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini telah terbebas dari gejala
heteroskedastisitas.
regresi linier berganda dengan data panel fixed effect model untuk mengetahui
dalam penelitian ini adalah fixed effect. Berikut hasil analisis regresi linear
berganda data panel dengan menggunakan model fixed effect yang disajikan pada
Tabel 5.7 Hasil Analisis Regresi Berganda Data Panel (Fixed Effect Model)
Variable Coef. Std. Err. T P > [t]
X1 2.158 0.430 5.02 0.000
X2 2.529 0.986 2.56 0.012
X3 25.735 4.805 5.36 0.000
X4 0.203 0.214 0.95 0.346
_cons -65.359 12.701 -5.15 0.000
Sumber: Lampiran 14 hasil output software STATA, 2020
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa persamaan atas regresi data
jika ada rentang nilai yang cukup jauh antara variabel X dan Y.
ini jika variabel lain nilainya tetap dan ukuran perusahaan mengalami
(2,158%).
variabel lain nilainya tetap dan leverage mengalami kenaikan 1% maka nilai
yang positif antara leverage (X2) terhadap nilai perusahaan (Y). Artinya jika
bernilai positif ini menunjukkan bahwa terjadi pengaruh yang positif antara
variabel lain nilainya tetap dan likuiditas mengalami kenaikan 1%, maka
positif likuiditas (X4) terhadap nilai perusahaan (Y). Artinya jika likuiditas
adalah sebesar 0.4535 yang berarti sebesar 0.4535 atau (45,35%) variabel
Sedangkan sisanya sebesar 54,65% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
ini perlu diuji untuk melihat apakah model regresi data panel ini dapat dilanjutkan
dengan melakukan uji t (parsial) atau tidak. Jika hasil uji F menyimpulkan bahwa
tidak perlu dilakukan, karena semua variabel independen tidak ada yang
sebesar 2,48 (lampiran 18) dengan tingkat signifikansi sebesar 5% atau 0,05. Hal
ini membuktikan bahwa nilai sebesar 16,82 lebih besar > dari 2,48
dan nilai probabilitas sebesar 0,000 lebih kecil < dari taraf signifikan 0,05. Maka
Berikut hasil uji t pada model penelitian ini yang disajikan pada tabel berikut:
Berdasarkan tabel 5.10 diketahui hasil uji t model penelitian ini yang
signifikan 5% atau 0,05. Berdasarkan Tabel 5.9 didapat hasil analisis regresi
dengan data panel yang diketahui bahwa ukuran perusahaan (X1) memiliki nilai
sebesar 5,02 > dari yaitu sebesar 1,66342 serta nilai prob. t ukuran
perusahaan sebesar 0.000 < 0.05, artinya ukuran perusahaan (X1) secara parsial
terbukti memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Leverage (X2) diketahui bahwa nilai sebesar 2,56 > dari yaitu
sebesar 1,66342 serta nilai prob. t leverage sebesar 0.012 < 0.05, hal ini berarti
bahwa leverage (X2) secara parsial terbukti memiliki pengaruh yang positif dan
sebesar 1,66342 serta nilai prob. t profitabilitas diketahui sebesar 0.000 < 0.05,
artinya profitabilitas (X3) secara parsial terbukti memiliki pengaruh yang positif
sebesar 0,95 < dari yaitu sebesar 1,66342 serta nilai prob. t likuiditas
sebesar 0.000 < 0.05 maka hal ini berarti (X4) likuiditas secara parsial tidak
Berdasarkan hasil uji t yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan maka
hipotesis dalam penelitian ini yaitu H1, H2 dan H3 diterima, sedangkan likuiditas
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2018 maka H4 ditolak.
kemungkinan dapat dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam
model statistik yang disebut dengan istilah variabel moderasi. Variabel moderasi
penelitian ini adalah kebijakan dividen. Adapun untuk melihat apakah kebijakan
memperlemah dalam penelitian ini dapat dilihat dari nilai probabilitas < taraf sig
0,05 dan pernyataan hipotesis dalam penelitian ini. Hasil uji moderasi interaksi
memiliki nilai prob. 0.426 yang lebih besar dari 0.05. X2Z yang merupakan
interaksi antara kebijakan dividen dengan leverage memiliki nilai prob. 0.786
yang lebih besar dari 0.05. X3Z yang merupakan interaksi antara kebijakan
dividen dengan profitabilitas memiliki nilai prob. 0.000 yang lebih kecil dari 0.05.
dividen hanya mampu memoderasi dua variabel yaitu kebijakan dividen mampu
perusahaan karena nilai sig < 0,05, dan diterimanya moderasi dalam penelitian ini
barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2007-2018. maka dalam hal ini
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2018, maka dari hasil tersebut hipotesis
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sondakh (2019);
Anton (2016); Handriani & Robiyanto (2018); Kosimpang et al. (2017); dan
positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun hasil dalam penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Manoppo & Arie (2016)
yang tampak dalam nilai total aset perusahaan. Perusahaan yang besar diukur
dengan banyaknya aset yang dimiliki dinilai memiliki kinerja operasional yang
mengumpulkan aset yang besar, selain itu ukuran perusahaan yang besar juga
dinilai lebih stabil jika terjadi krisis, sehingga dengan kestabilan dan keuangan
yang mapan ini cenderung telah menarik minat para investor untuk menanamkan
Selain itu ukuran perusahaan yang besar juga akan mudah untuk
mendapatkan dana dari pihak ketiga yaitu kreditur dengan cara mengajukan
investasi baru terkait dengan ekspansi yang dapat menjadikan perusahaan menjadi
lebih berkembang pesat dan memperoleh pendapatan yang besar, hal ini yang
dilihat oleh investor sebagai sinyal positif yang dapat meningkatkan nilai
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil dalam penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Farooq & Masood (2016); Handriani &
Robiyanto (2018); Odum et al. (2019); Anton (2016); dan Ramdhani et al. (2018)
perusahaan. Namun hasil dalam penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian
perlindungan pajak dengan beban biaya sebagai akibat penggunaan hutang yang
besar.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu agency theory. Agency theory menjelaskan bahwa struktur
modal (equity dan liability) dibentuk untuk mengurangi terjadinya konflik antara
adanya hutang, maka ada pihak lain yang ikut mengawasi kinerja dari manajemen
perusahaan, yaitu kreditur. Bukan hanya pemegang saham selaku prinsipal saja
yang akan mengawasi manajemen perusahaan, namun juga pihak eksternal yaitu
melakukan tindakan yang bisa merugikan pemegang saham akan semakin kecil.
hal ini dapat dikatakan sebagai hal positif bagi investor yang dianggap mampu
saham dan manajemen. hutang juga akan menurunkan excess cash flow yang ada
dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. Adapun jika dilihat dari prinsip
permintaan dan penawaran, perusahaan lebih baik menggunakan hutang dari pada
menerbitkan saham baru, hal ini disebabkan jika perusahaan menerbitkan atau
mengeluarkan saham baru untuk pendanaan maka saham yang ditawarkan akan
bertambah sehingga akan menurunkan harga saham, harga saham yang menurun
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil dalam penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Tahu & Susilo (2017); Sabrin et al. (2016);
Michael (2019); Fajaria (2018); Saragih et al. (2019); Mentalita et al. (2019);
Dayanti (2018); Manurung et al. (2014); Mangesti et al. (2019); Fadhli et al.
(2015); Endang (2016); dan Diani (2017) yang menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun hasil dalam
penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunawan
tersebut akan menentukan seberapa baik perusahaan di mata investor dari segi
sinyal positif oleh investor terkait kinerja perusahaan yang semakin baik dan
semakin tinggi rasio profitabilitas berarti semakin besar juga laba perusahaan
yang dimiliki perusahaan yang dapat dibagikan kepada pemegang saham sebagai
dividen. Begitu juga bagi para investor, investor sangat memperhatikan rasio
atas apa yang diinvestasikan sehingga dengan semakin besar rasio profitabilitas
maka return yang didapatkan investor besar pula. Maka hal ini mendorong
semakin banyaknya investasi akan yang dilakukan oleh investor maupun calon
investor kepada perusahaan maka semakin tinggi juga harga saham suatu
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Febrianti (2012);
Nurhayati (2013); Indasari & Yadnyana (2018); dan Chasanah & Adhi (2017)
penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh
Rompas (2013); Putra & Sedana (2019); dan Tahu & Susilo (2017) yang
perusahaan.
perusahaan berada dalam kondisi yang baik para investor akan menangkap sinyal
perusahaan (Dewi & Sujana, 2019). Namun dalam penelitian ini teori tersebut
memenuhi likuiditasnya. Hal ini lah yang membuat likuiditas tidak berpengaruh
tidak meningkat.
perusahaan dimungkinkan karena current ratio yang terlalu besar merupakan hal
yang tidak produktif karena rawan penyimpangan penggunaan dana yang ada atau
banyak dana yang menganggur Mayarina (2017). Selain itu, Adanya piutang tak
tertagih dan persediaan yang belum dijual dapat menyebabkan tingginya current
ratio. Jika hal tersebut lebih mendominasi komponen aktiva lancar lainnya
tentunya ini berdampak pada current ratio perusahaan akan tinggi dan seolah-olah
perusahaan berada dalam kondisi yang likuid (Wijaya & Purnawati, 2014).
dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Raharjo (2016)
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang juga menyatakan bahwa
tingkat probability sebesar 0,397 yang berarti bahwa kebijakan dividen (tidak
probability sebesar 0,425 yang berarti interaksi antara ukuran perusahaan dengan
variabel nilai perusahaan. Variabel ini hanya potensial menjadi variabel moderasi.
besarnya total aset perusahaan akan meningkatkan minat para investor dalam
tersebut lebih memilih melakukan ekspansi atau melakukan investasi yang lebih
besar namun mereka tetap memberikan dividen dengan jumlah yang lebih sedikit.
biasanya lebih mencari perhatian terlebih dahulu kepada investor atau calon
investor untuk mengumpulkan dana agar perusahaan berkembang besar maka itu
perusahaan kecil memberikan dividen yang lebih besar agar para investor terus
menarik perusahaan kecil atau berkembang ini semakin banyak dana yang akan
dikumpulkan.
Selain itu, diduga semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar
dalam jumlah yang lebih kecil karena keuntungan yang diperoleh dengan adanya
hutang terlebih dahulu dibayarkan kepada kreditur beserta biaya bunganya yang
tentunya hal ini akan mempengaruhi persepsi investor terhadap nilai perusahaan
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khoiriyah Nurul (2018) pada
Perusahaan
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Silviana (2018); Tahu
& Susilo (2017); dan Mahendra et al. (2012) yang menyatakan bahwa kebijakan
yang berarti kebijakan dividen tidak mampu meningkatkan nilai perusahaan pada
saat leverage rendah dan kebijakan dividen tidak dapat menurunkan nilai
perusahaan pada saat leverage tinggi Mahendra et al. (2012). Nilai koefisien pada
sebesar 0,612 yang berarti bahwa leverage (tidak signifikan), sedangkan nilai
29,47534 dengan tingkat probability sebesar 0,397 yang berarti bahwa kebijakan
dividen (tidak signifikan). Nilai koefisien untuk variabel interaksi antara leverage
probability sebesar 0,786 yang berarti interaksi antara leverage dengan kebijakan
dimana variabel kebijakan dividen tidak berinteraksi dengan variabel leverage dan
investor akan melihat bahwa perusahaan tersebut memiliki banyak hutang yang
akan dibayarkan di masa yang akan datang, dan para investor cenderung tidak
mau mengambil resiko besar terhadap situasi tersebut. Kebijakan dividen tidak
sebaik apapun kebijakan dividen yang dibuat oleh manajemen perusahaan tidak
leverage perusahaan besar, walaupun ada yang menyatakan bahwa “high risk
high return” namun tidak semua investor berani mengambil resiko besar yang
pendapatan atau laba dari pada membagikan dividen dengan jumlah besar namun
dalam hal ini tetap memberikan dividen dengan porsi yang lebih sedikit.
Penelitian yang dilakukan oleh Ihsan et al. (2017) Muhammad (2016); dan Mery
perusahaan.
Nilai Perusahaan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asvidyan
(2018); Kusnadi & Tandika (2017); Mery (2017); Muhammad (2016); Mayarina
(2017); dan Oktaviani & Mulya (2018) yang menyatakan bahwa kebijakan
sebesar 0,397 yang berarti bahwa kebijakan dividen (tidak signifikan). Nilai
dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Lintner yaitu bird in the hand theory
yang dimana kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan
harga saham. Artinya, jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar,
harga pasar saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya.
Perusahaan yang menghasilkan keuntungan atau profit yang tinggi secara umum
sinyal baik bagi pemegang saham yang akan meningkatkan nilai perusahaan
Asvidyan (2018). Hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil penelitian ini yang
memberikan daya tarik kepada para investor, dimana investor cenderung melihat
digunakan untuk apa, apakah digunakan untuk pembagian dividen atau digunakan
untuk dikelola sementara oleh perusahaan yang disebut laba ditahan. Maka
perusahaan maka para investor yakin bahwa profitabilitas yang dihasilkan akan
baik pula dengan demikian investor yakin akan terus menanamkan modalnya
walaupun pembagian dividen akan dilakukan di masa yang akan datang sehingga
Perusahaan
dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh lestari (2017);
dan Rutin et al. (2019) yang menyatakan kebijakan dividen memoderasi dan
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Mahendra et al. (2012); dan Wijaya
& Purnawati (2014) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mampu
sebesar 0,405 yang berarti bahwa likuiditas (tidak signifikan), sedangkan nilai
29,47534 dengan tingkat probability sebesar 0,397 yang berarti bahwa kebijakan
dividen (tidak signifikan). Nilai koefisien untuk variabel interaksi antara likuiditas
probability sebesar 0,000 yang berarti interaksi antara likuiditas dengan kebijakan
jangka pendek selain itu besaran dividen yang dibayarkan kepada pemegang
saham dapat dilihat melalui posisi kas atau likuiditas perusahaan karena dividen
merupakan arus kas keluar. Maka semakin kuat posisi likuiditas perusahaan,
perusahaan akan mampu membayar dividen lebih besar. Hal ini ditangkap sebagai
sebuah keuntungan dan sinyal baik bagi para pemegang saham dan calon investor
untuk terus menanamkan modal di perusahaan yang berarti nilai perusahaan akan
meningkat.
BAB VI
6.1. Kesimpulan
memperoleh hasil yang lebih baik dari penelitian ini. Berikut adalah keterbatasan
(Tobin’s Q).
6.3. Saran
1. Sesuai dengan kontribusi yang ada, kontribusi praktis ditujukan untuk para
investor dan calon investor, sehingga saran yang dapat diberikan bagi
imbal hasil atas investasi yang ditanamkan. Selain itu, para investor juga
yang tinggi yang dinilai dari tingginya total aset perusahaan tersebut.
investor.
penelitian ini dapat diketahui bahwa kebijakan dividen tidak mampu sebagai
DAFTAR PUSTAKA
Adi Putra, A., & Lestari, P. (2016). Pengaruh Kebijakan Dividen, Likuiditas,
Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan. E-Jurnal
Manajemen Universitas Udayana, 5(7), 4044–4070.
Aggarwal, D., & Padhan, P. C. (2017). Impact of Capital Structure on Firm Value:
Evidence from Indian Hospitality Industry. Theoretical Economics Letters,
07(04), 982–1000. https://doi.org/10.4236/tel.2017.74067
Anton, S. G. (2016). The Impact of Dividend Policy On Firm Value. A Panel Data
Analysis of Romanian Listed Firms. Journal of Public Administration,
Finance and Law THE, 1(10), 107–112.
Apriliyanti, V., Hermi, H., & Herawaty, V. (2019). Pengaruh Kebijakan Hutang,
Kebijakan Dividen, Profitabilitas, Pertumbuhan Penjualan Dan Kesempatan
Investasi Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai
Variabel Moderasi. Jurnal Magister Akuntansi Trisakti, 6(2), 201.
https://doi.org/10.25105/jmat.v6i2.5558
Brigham, E., F., & Houston, J., F. (2006). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan
(2nd ed.). Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Cheng, M.-C., & Tzeng, Z.-C. (2011). The Effect of Leverage on Firm Value and
How The Firm Financial Quality Influence on This Effect. World Journal of
Management, 3(2), 30–53.
Damodaran, A. (2008). The Dark Side Of Valuation (Ed.1). New Delhi, India:
Pearson Power.
Dewi, A., & Wirajaya, A. (2013). Pengaruh Struktur Modal , Profitabilitas Dan
Ukuruan Perusahaan Pada Nilai Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, 2(4), 358–372. https://doi.org/10.1111/j.1748-1716.2008.01865.x
https://doi.org/10.1123/ijsb.8.1.1
Dolontelide, C. M. (2019). Pengaruh Sales Growth Dan Firm Size Terhadap Nilai
Perusahaan Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di
BEI Periode 2015-2018. Jurnal EMBA, 7(3), 3039–3048.
Fadhli, M., Kamilah, & Julita. (2015). Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas dan
Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen sebagai
Variabel Moderasi pada Perusahaan Perbankan, Asuransi & Lembaga
Keuangan Lainnya di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2013. Jurnal Online
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Riau, 2(2), 1–14.
Universitas Diponegoro.
Gitosudarmo, I., & Basri, B. (2002). Manajemen Keuangan (4th ed.). Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta.
Halim, A. (2015). Manajemen Keuangan Bisnis (1st ed.). Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Handriani, E., & Robiyanto, R. (2018). Corporate Finance and Firm Value in The
Indonesian Manufacturing Companies. International Research Journal of
Business Studies, 11(2), 113–127. https://doi.org/10.21632/irjbs.11.2.113-
127
Harjito, D. A. (2011). Teori Pecking Order dan Trade-Off dalam Analisis Struktur
Modal di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Siasat Bisnis, 15(2).
Hirdinis. (2019). Capital Structure and Firm Size on Firm Value Moderated by
Profitability. International Journal of Economics and Business
Administration, VII(1), 174–191.
Ihsan, M., Munthe, I. L., & Manik, T. (2017). Pengaruh Likuiditas, Leverage dan
Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai
Variabel Moderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2015 – 2017. E Jurnal, 1–19.
Jogiyanto. (2003). Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Ed. 3). Yogyakarta:
BPFE UGM.
Kasmir. (2015). Analisis Laporan Keuangan (1st ed.). Jakarta: Rajawali Pers.
Kusnadi, T. W., & Tandika, D. (2017). Pengaruh Return On Asset terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Moderasi ( Studi
pada Sektor Perbankan Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2014-2016 ). Prosiding Manajemen, 5(1), 576–482.
Lumoly, S., Murni, S., & Untu, V. (2018). Pengaruh Likuiditas, Ukuran
Perusahaan Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada
Perusahaan Logam Dan Sejenisnya Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia). Jurnal EMBA, 6(3), 1108–1117.
Mangesti Rahayu, S., Suhadak, & Saifi, M. (2019). The reciprocal relationship
between profitability and capital structure and its impacts on the corporate
values of manufacturing companies in Indonesia. International Journal of
Productivity and Performance Management. https://doi.org/10.1108/ijppm-
05-2018-0196
Manoppo, H., & Arie, F. V. (2016). the Influence of Capital Structure, Company
Size and Profitability Towards Automotive Company Value of IDX Period
2011-2014. Jurnal EMBA, 4(2), 485-497 ISSN 2303-1174.
https://doi.org/10.1002/eji.201444988.This
Mardiyati, U., Ahmad, G. N., & Putri, R. (2013). Pengaruh Kebijakan Dividen,
Kebijakan Hutang Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2005-2010. Jurnal
Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI), 3(1), 1–17.
Maulinda, V., Muda, I., & Badaruddin. (2019). Effect Of Corporate Social
Responsibility, Leverage, Firm Size And Profitability On Firm Value In
Textile And Garment Industry Subsector Company Listed In Indonesia Stock
Exchange In 2014-2016. International Journal Of Public Budgeting,
Accounting And Finance, 2(2), 1–15.
Melisa, Lubis, A. F., & Rujiman. (2019). Effect Of Current Ratio, Debt to Equity
Ratio, Company Size And Corporate Social Responsibility On Company
Mentalita, H., Muda, I., & Erwin, K. (2019). The Effect Of Liquidity,
Profitability, Leverage And Corporate Social Responsibility, Firm Value On
Company Value With Dividend Dividend Policy As A Moderating Variabel
(Emperical Study In LQ45 Company Listed On IDX) I. International
Journal Of Public Budgeting, Accountung And Finance, 2(1), 1–13.
Natalia, Erlina, & Muda, I. (2019). Effect Of Capital structure, Company Growth,
And Profitability On Corporate Values In Coal Mining Subsctor Companies.
International Journal Of Public Budgeting, Accountung And Finance, 2(1),
1–13.
Jasa. Jurnal Keuangan Dan Bisnis Universitas Mercu Buana, 5(2), 144–153.
Odum, A. N., Chinwe, G., Omeziri, R. I., & Egbunike, C. F. (2019). Impact of
Dividend Payout Ratio on the Value of Firm: A Study of Companies Listed
on the Nigerian Stock Exchange. Indonesian Journal of Contemporary
Management Research, 1(1), 25. https://doi.org/10.33455/ijcmr.v1i1.84
Oktarina, D. (2018). The Analysis Of Firm Value In Indonesia Property And Real
Estate Companies. International Journal of Research Science &
Management, 5(9), 85–92. https://doi.org/10.5281/zenodo.1462022
Pantow, M. S., Murni, S., & Trang, I. (2015). Analisa Pertumbuhan Penjualan,
Ukuran Perusahaan, Return on Asset, Dan Struktur Modal Terhadap Nilai
Perusahaan Yang Tercatat Di Indeks LQ 45. Universitas Sam Ratulangi
Manado, 3(1), 961–971.
(JIM), 1(1).
Rahmantio, I., Saifi, M., & Ferina, N. (2018). Pengaruh Debt to Equity Ratio,
Return on Equity, Return on Asset dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai
Perusahaan ( Studi Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun. E-Jurnal Mahasiswa Universitas Brawijaya, 57(1),
151–159.
Rutin, R., Triyonowati, T., & Djawoto, D. (2019). Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel
Moderating. JRAP (Jurnal Riset Akuntansi Dan Perpajakan), 6(01).
Retrieved from
http://journal.univpancasila.ac.id/index.php/jrap/article/view/400
S, S., & Machali, M. (2017). The Effect of Asset Structure and Firm Size on Firm
Value with Capital Structure as Intervening Variable. Journal of Business &
Financial Affairs, 06(04), 4–8. https://doi.org/10.4172/2167-0234.1000298
Sabrin, Sarita, B., Dedy, T., & Sujono. (2016). The Effect of Profitability on Firm
Value in Manufacturing Company at Indonesia Stock Exchange. The
International Journal Of Engineering And Science (IJES), 5(10), 81–89.
Saerang, I., Tommy, P., & Prasetia, T. E. (2014). Struktur Modal, Ukuran
Perusahaan Dan Risiko Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Otomotif
Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan
Akuntansi, 2(2), 879–889.
Saragih, J. R., Maksum, A., & Erwin, K. (2019). Analysis Of The Effect Of Firm
Size, Capital Structure, Firm Growth And Financial Performance On Firm
Value In Manufacturing Companies Listed In Indonesia Stock Exchange
2014-2017. International Journal Of Public Budgeting, Accountung And
Finance, 2(1), 1–10.
Sari, N., & Siddiq, A. (2013). Analisis Financial leverage, Profitabilitas Dan
Earning Per Share (EPS) Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset Manajemen & Akuntansi,
4(7), 1–20.
Sudiyatno, B., Puspitasari, E., & Kartika, A. (2012). The Company’s Policy, Firm
Performance, and Firm Value: An Empirical Research on Indonesia Stock
Exchange. American International Journal of Contemporary Research,
2(12), 30–40.
https://doi.org/10.24843/EJMUNUD.2019.v8.i1.p16
Sutama, D. R., & Lisa, E. (2018). Pengaruh Leverage Dan Profitabilitas Terhadap
Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Food And
Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Sains
Manajemen & Akuntansi, 10(1), 101–118.
Tui, S., Nurnajamuddin, M., Sufri, M., & Nirwana, A. (2017). Determinants of
Profitability and Firm Value: Evidence from Indonesian Banks. IRA-
International Journal of Management & Social Sciences (ISSN 2455-2267),
7(1), 84. https://doi.org/10.21013/jmss.v7.n1.p10
Uzliawati, L., Nofianti, N., & Ratnasari, D. P. (2016). Struktur Modal, Investment
Opportunity Set, Likuiditas Dan Nilai Perusahaan. Jurnal Keuangan Dan
Perbankan, 20(2), 195–203. https://doi.org/10.26905/jkdp.v20i2.254
Vitarini, T., & Siswanto, E. (2012). Sinyal Yang Ditimbulkan Oleh Informasi
Arus Kas, Laba Dan Nilai Tambah Pasar Dalam Mendongkrak Harga Saham
Perusahaan Consumer Goods Di Indonesia. E Jurnal, 1(2011), 1–8.
Zuhroh, I. (2019). The Effects of Liquidity, Firm Size, and Profitability on the
Firm Value with Mediating Leverage. KnE Social Sciences, 3(13), 203.
https://doi.org/10.18502/kss.v3i13.4206
www.idx.com
LAMPIRAN
- Profitability tidak
mampu
memoderasi
pengaruh capital
structure dan firm
size terhadap firm
value
7. Farooq & Impact of Dependen : - Variabel Financial
Masood Financial - Firm Value Leverage dan
(2016) Leverage on Liquidity
Value of Firms: Independen : berpengaruh
Evidence from - Financial positif signifikan
Cement Sector of Leverage terhadap firm value
Pakistan - Firm Size - Variabel Firm size
- Asset Tangibility dan Asset
- Liquidity tangibility
berpengaruh
negatif terhadap
Firm Value
8. Siahaan The Effect of Dependen : - Audit committee
(2013) Good Corporate - Firm Value tidak berpengaruh
Governance terhadap Firm
Mechanism, Value
Leverage, and Independen : - Size of the
Firm Size on Firm - audit committee commissioner’s
Value - size of the board berpengaruh
commissioner’s signifikan terhadap
board firm value
- proportion of - proportion of
independent independent
commissioner’s commissioner’s
board board dan
- Leverage Leverage tidak
- Firm size berpengaruh
signifikan terhadap
Firm Value
- Firm size
berpengaruh positif
signifikan terhadap
firm value
Ratio, Company
Size And
Coorporate Social
Responsibility
terhadap nilai
perusahaan.
18. Natalia et al. Effect Of Capital Dependen : - Capital Structure
(2019) Structure, - Firm Value dan profitability
Company Growth memiliki pengaruh
And Profitability Independen : terhadap nilai
On Company - Capital Structure perusahaan
Value In Coal - Company Growth - Sedangkan variabel
Mining Subscetor - Profitability company growth
Companies tidak berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan
19. Maulinda et Efftect Dependen : - Variabel CSR
al. (2019) Coorporate - Firm Value memiliki pengaruh
Social positf signifikan
Responsibility terhadap Firm
Leverage, Firm Independen : Value
Size And - Coorporate - Variabel leverage
Profitablity On Social dan Firm Size
Firm Value In Responsibility memiliki pengaruh
Textile And - Leverage negatif terhadap
garment Industry - Firm Size Firm Value.
Subsector - Profitability - Sedangan variabel
Company Listed profitability tidak
In Indonesia berpengaruh
Stock Exchane in signifikan terhadap
2014-2016 Firm Value
1 2
1. GGRM PT Gudang Garam Tbk. √ √ 1
2. HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. √ √ 2
3. WIIM PT Wismilak Inti Makmur Tbk. X X -
4. KICI PT Kedaung Indah Can Tbk. √ X -
5. ADES PT Akasha Wira International Tbk. √ X -
6. TCID PT Mandom IndonesiaTbk. √ X -
7. INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk. √ √ 3
8. AISA PT Tiga Pilar sejahtera Food Tbk. √ X -
9. CEKA PT Wilmar Cahaya IndonesiaTbk. √ X -
10. KLBF PT Kalbe Farma Tbk. √ √ 4
11. MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk. √ X -
12. UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. √ √ 5
13. PSDN PT Prashida Aneka Niaga Tbk. √ X -
14. ROTI PT Nippon Indosari Coorpindo Tbk. X X -
15. SKBM PT Sekar Bumi Tbk. √ X -
16. SKLT PT Sekar Laut Tbk. √ X -
17. STTP PT Siantar TopTbk. √ X -
18. ULTJ PT Ultrajaya Milk IndustryTbk. √ X -
19. DLTA PT Delta Djakarta Tbk √ X -
20. ICBP PT Indofoof cbp Sukses Makmur Tbk. X X -
21. DVLA PT Darya Varia LaboratoriaTbk. X X -
22. INAF PT Indofarma Tbk. √ X -
23. TSPC PT Tempo Scan Pasific Tbk. √ √ 6
24. MERK PT Merk Indonesia Tbk. √ X -
25. SIDO PT Sidomuncul Tbk. X X -
26. KAEF PT Kimia Farma Tbk. √ √ 7
27. RMBA PT Bantoel Inter Investama Tbk. √ X -
28. CINT PT Chitose International Tbk. X X -
29. LMPI PT Langgeng Makmur Industri Tbk. √ X -
30. KINO PT Kino IndonesiaTbk. X X -
31. MBTO PT Martina BertoTbk. X X -
32. MRAT PT Mustika Ratu Tbk. √ X -
33. ALTO PT Tri Banyan Tirta Tbk. X X -
34. MYOR PT Mayora Indah Tbk. √ √ 8
35. PYFA PT Prydam Aneka Niaga Tbk. √ X -
36. SCPI PT Merck Sharp Dohme Pharma Tbk √ X -
Sumber : Data diolah peneliti, 2020 (Ginting, 2017)
ID Tahun X1 X2 X3 X4 Y Z
1 2008 30,800 0,313 0,061 1,951 0,695 0,333
1 2009 30,812 0,279 0,078 2,217 1,848 0,358
1 2010 30,935 0,173 0,128 2,460 2,810 0,362
1 2011 31,057 0,126 0,137 2,701 3,426 0,409
1 2012 31,297 0,251 0,127 2,245 2,969 0,393
1 2013 31,357 0,307 0,098 2,170 2,012 0,384
1 2014 31,558 0,441 0,086 1,722 2,435 0,356
1 2015 31,695 0,546 0,093 1,620 2,068 0,285
1 2016 31,782 0,541 0,102 1,770 2,325 0,777
1 2017 31,773 0,499 0,106 1,938 2,783 0,749
1 2018 31,832 0,488 0,116 1,936 2,675 0,645
2 2008 30,383 0,176 0,231 1,780 2,702 0,236
2 2009 30,412 0,157 0,241 1,444 2,982 0,439
2 2010 30,506 0,084 0,287 1,881 6,514 0,517
2 2011 30,653 0,009 0,313 1,613 9,310 1,041
2 2012 30,593 0,008 0,417 1,775 10,423 0,891
2 2013 30,899 0,179 0,379 1,776 10,391 0,771
2 2014 30,942 0,007 0,395 1,753 11,050 0,919
2 2015 30,977 0,214 0,359 1,528 11,664 0,420
2 2016 31,269 0,002 0,273 6,567 10,676 0,999
2 2017 31,381 0,003 0,300 5,234 12,962 0,988
2 2018 31,395 0,003 0,294 5,272 9,501 0,984
3 2008 31,473 0,003 0,291 4,302 1,451 1,041
3 2009 31,310 1,412 0,026 0,898 1,388 0,398
3 2010 31,329 1,116 0,051 1,163 1,380 0,394
3 2011 31,487 0,576 0,062 2,036 1,164 0,396
3 2012 31,612 0,433 0,091 1,910 1,290 0,500
3 2013 31,714 0,449 0,081 2,003 1,258 0,499
3 2014 31,983 0,722 0,044 1,667 1,210 0,498
3 2015 32,085 0,653 0,060 1,807 1,025 0,490
3 2016 32,151 0,639 0,040 1,705 1,312 0,497
3 2017 32,040 0,510 0,064 1,508 1,225 0,498
3 2018 32,113 0,325 0,058 1,523 1,161 0,499
4 2008 29,268 0,078 0,137 4,983 0,950 0,145
4 2009 29,372 0,093 0,124 3,333 0,668 0,179
4 2010 29,500 0,071 0,143 2,987 4,873 0,275
4 2011 29,582 0,005 0,183 4,394 4,386 0,551
4 2012 29,744 0,022 0,184 3,676 5,933 0,629
ID Tahun X1 X2 X3 X4 Y Z
4 2013 29,874 0,029 0,188 3,405 5,859 0,559
4 2014 30,057 0,070 0,174 2,839 7,111 0,459
4 2015 30,152 0,030 0,171 3,404 4,719 0,432
4 2016 30,248 0,036 0,150 3,698 4,846 0,444
4 2017 30,354 0,023 0,154 4,131 4,931 0,448
4 2018 30,441 0,023 0,148 4,509 4,084 0,488
5 2008 29,305 0,064 0,368 1,110 9,672 0,650
5 2009 29,504 0,109 0,370 1,004 11,769 0,698
5 2010 29,644 0,061 0,401 1,042 15,003 0,751
5 2011 29,794 0,047 0,389 0,851 14,333 0,777
5 2012 29,981 0,190 0,397 0,687 13,943 0,542
5 2013 30,115 0,262 0,404 0,668 16,281 0,527
5 2014 30,173 0,234 0,421 0,696 17,775 0,529
5 2015 30,290 0,276 0,402 0,715 18,640 0,613
5 2016 30,387 0,352 0,372 0,654 18,398 0,553
5 2017 30,449 0,509 0,382 0,606 23,286 0,550
5 2018 30,571 0,667 0,370 0,634 18,355 0,550
6 2008 28,651 0,012 0,104 4,055 0,828 0,404
6 2009 28,719 0,015 0,110 3,831 1,258 0,561
6 2010 28,814 0,029 0,111 3,468 2,407 0,438
6 2011 28,909 0,045 0,138 3,368 2,983 0,367
6 2012 29,078 0,047 0,138 3,083 3,894 0,595
6 2013 29,164 0,029 0,137 3,093 2,990 0,540
6 2014 29,319 0,049 0,118 2,962 2,566 0,532
6 2015 29,352 0,023 0,104 3,002 1,563 0,496
6 2016 29,469 0,021 0,084 2,538 1,642 0,435
6 2017 29,516 0,041 0,083 2,652 1,406 0,420
6 2018 29,637 0,058 0,075 2,521 1,104 0,331
7 2008 27,958 0,084 0,038 2,061 0,636 0,300
7 2009 28,000 0,159 0,038 2,113 0,815 0,252
7 2010 28,079 0,069 0,040 1,999 0,861 0,300
7 2011 27,626 0,043 0,084 0,243 1,354 0,200
7 2012 27,677 0,020 0,096 2,748 2,285 0,200
7 2013 27,754 0,019 0,097 2,825 1,738 0,150
7 2014 27,863 0,034 0,087 2,427 3,176 0,254
7 2015 28,014 0,195 0,080 2,387 1,918 0,184
7 2016 28,248 0,174 0,078 1,930 3,819 0,204
7 2017 28,364 0,362 0,059 1,714 3,038 0,201
7 2018 28,413 0,785 0,054 1,546 2,172 0,304
8 2008 28,269 0,347 0,075 1,878 0,862 0,216
ID Tahun X1 X2 X3 X4 Y Z
8 2009 28,704 0,774 0,067 2,189 1,411 0,195
8 2010 28,809 0,584 0,118 2,290 2,409 0,201
8 2011 29,112 0,649 0,114 2,581 2,288 0,199
8 2012 29,518 1,158 0,073 2,219 2,477 0,206
8 2013 29,748 1,234 0,090 2,761 2,989 0,237
8 2014 29,904 0,992 0,104 2,402 2,416 0,203
8 2015 29,963 1,122 0,040 2,090 2,947 0,349
8 2016 30,060 0,690 0,110 2,365 3,361 0,215
8 2017 30,190 0,651 0,107 2,250 3,535 0,339
8 2018 30,333 0,606 0,109 2,386 3,844 0,370
. reg y x1 x2 x3 x4
F(4,76) = 16.82
corr(u_i, Xb) = -0.2216 Prob > F = 0.0000
sigma_u 3.8976358
sigma_e 1.5144291
rho .86883114 (fraction of variance due to u_i)
F test that all u_i=0: F(7, 76) = 12.34 Prob > F = 0.0000
sigma_u .94327776
sigma_e 1.5144291
rho .27951552 (fraction of variance due to u_i)
F(4,76) = 16.82
corr(u_i, Xb) = -0.2216 Prob > F = 0.0000
sigma_u 3.8976358
sigma_e 1.5144291
rho .86883114 (fraction of variance due to u_i)
F test that all u_i=0: F(7, 76) = 12.34 Prob > F = 0.0000
Coefficients
(b) (B) (b-B) sqrt(diag(V_b-V_B))
fe re Difference S.E.
chi2(4) = (b-B)'[(V_b-V_B)^(-1)](b-B)
= 50.34
Prob>chi2 = 0.0000
(V_b-V_B is not positive definite)
. vif
x2 1.70 0.587749
x3 1.44 0.696143
x4 1.36 0.735924
x1 1.20 0.836561
chi2(1) = 1.58
Prob > chi2 = 0.2092
F(4,76) = 16.82
corr(u_i, Xb) = -0.2216 Prob > F = 0.0000
sigma_u 3.8976358
sigma_e 1.5144291
rho .86883114 (fraction of variance due to u_i)
F test that all u_i=0: F(7, 76) = 12.34 Prob > F = 0.0000
Lampiran 15. Hasil Analisis Regresi Data Panel dengan Variabel Moderasi
. xtreg y x1 x2 x3 x4 z x1z x2z x3z x4z, fe
F(9,71) = 12.61
corr(u_i, Xb) = -0.1904 Prob > F = 0.0000
sigma_u 2.9961601
sigma_e 1.3346112
rho .83443389 (fraction of variance due to u_i)
F test that all u_i=0: F(7, 71) = 6.77 Prob > F = 0.0000