Anda di halaman 1dari 11

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Geometri Stockpile


Geometri stockpile merupakan gambaran mengenai susunan bidang timbunan
tanah yang akan ditimbun berbentuk limas terpancung. Geometri memiliki
variabel diantaranya panjang, tinggi, lebar, serta sudut yang saling
berkesinambungan membentuk suatu stockpile.
Geometri stockpile ditentukan dari banyaknya batubara yang akan di timbun
serta luas daerah yang tersedia. Angle of repose batubara digunakan untuk
menggambarkan susunan timbunan batubara yang akan di aplikasikan ke
stockpile.
Timbunan batubara yang akan digunakan pada Stockpile Tanjung Baru
meniru timbunan batubara yang terdapat di Stockpile Kertapati. Tinggi timbunan
batubara yang direncanakan adalah sebesar 6 meter dengan lebar dan panjang 50
meter. Angle of Repose batubara adalah sebesar 38o.
Berdasarkan data – data yang didapat dari lapangan, kemudian dihitung
(lampiran) akan menghasilkan rencana timbunan batubara seperti Gambar 4.1
(tampak samping) dan Gambar 4.2 (tampak atas).

38 Universitas Sriwijaya
39

Gambar 4.1 Tampak Samping Timbunan Batubara

Gambar 4.2 Tampak Atas Timbunan Batubara

Panjang dari timbunan batubara yang akan di aplikasikan ke Stockpile adalah


50 meter dan lebarnya sebesar 50 meter. Panjang permukaan batubara sebesar 34
meter dan lebarnya 34 meter. Dengan sudut angle of repose sebesar 380. Geometri
seperti gambar diatas memiliki berat 3.781,336 MT dan volume sebesar 10.712
M3. Luasan ini mampu memudahkan backhoe untuk melakukan pemadatan.
Perhitungan yang terlampir menyebutkan bahwa satu tumpukan batubara
memiliki berat sebesar 3.781,336 MT. Target muatan Stockpile Tanjung Baru
berkapasitas 16.000 MT. Oleh karena itu, akan ada lima tumpukan batubara yang
terdapat di stockpile sehingga memenuhi kapasitas yang diinginkan oleh PT.
MAS. Penjelasan mengenai lokasi timbunan batubara dapat dilihat pada gambar
4.3. Lima timbunan batubara terbagi menjadi dua blok dengan dipisahkan satu
jalan angkut untuk memudahkan distribusi dari timbunan ke belt conveyour.
Nantinya, timbunan ini dapat diisi sesuai dengan jenis dari batubara yang diangkut
dari Lahat.
40

Gambar 4.3 Rencana Lokasi Timbunan Batubara

Gambar di atas menunjukkan rencana geometri stockpile batubara yang akan


di aplikasikan ke Stockpile Tanjung Baru. Huruf A,B,C,D dan E menyatakan
timbunan batubara yang akan ditimbun di stockpile. Lima timbunan batubara serta
lebar dari jalan angkut membutuhkan setidaknya 2 Ha luas area. Hal ini dapat
terlaksana karena dari segi area yang akan digunakan PT. MAS memiliki luas area
sebesar 24 Ha. Luas area sebesar 2 Ha tadi yang akan di timbun menggunakan
tanah untuk sebagai alas dari stockpile. Areal seluas 2 Ha harus ditimbun setinggi
lebih dari 1,7 meter agar menghindari tergenangnya timbunan dari luapan sungai
musi yang terjadi pada saat pasang yang biasanya terjadi pada pukul 14.00 –
17.00 yang akan menggenangi area stockpile

4.2 Timbunan dan Pembuatan Stockpile


41

Dalam menentukan timbunan dan pembuatan stockpile dibutuhkan


perencanaan yang tepat agar dapat menghindari resiko kerugian serta kerusakan
timbunan yang akan kita buat. Untuk melakukan timbunan stockpile yang harus
dilakukan adalah:
1. Menentukan material;
2. Menghitung gaya daya dukung dan ground pressure timbunan pondasi
agar tidak terjadi keruntuhan daya dukung
3. Membuat komposisi timbunan yang akan digunakan
4. Menentukan gradasi agar stockpile tidak mudah tergenang air hujan

4.2.1 Material yang digunakan


Material yang akan digunakan untuk timbunan pondasi stockpile adalah tanah
laterit (merah). Tanah merah digunakan karena sifatnya yang mudah menyerap
air, serta tekstur tanahnya yang relatif padat dan kokoh membuat tanah laterit
cocok digunakan untuk Base Course. Untuk Subbase Course digunakan pasir
dibungkus dengan geotekstil yang berfungsi untuk sebagai lapisan peresapan, agar
air tanah tidak berkumpul pada pondasi, serta untuk menyebarkan beban ke tanah
dasar. Tanah laterit didapat dari pembelian tanah laterit di Indralaya yang
diangkut menggunakan dump truck ke lokasi stockpile di Tanjung Baru,
Kertapati.

4.2.2 Menghitung gaya daya dukung dan ground pressure timbunan pondasi
Pada bagian menghitung daya dukung akan dibagi dua wilayah karena
bebannya yang tidak sama. Gambar 4.4 menjelaskan daerah yang akan dihitung
ground pressure-nya. Berdasarkan perhitungan (Lampiran E) dapat dilihat bahwa
ground pressure yang diberikan oleh timbunan batubara yang memiliki berat
persatuan luas sebesar 145,27 kN/m2 dapat ditahan oleh daya dukung tanah dasar
yang memiliki kekuatan sebesar 5185,18 kN/m2. Dari perhitungan ini dapat
dikatakan bahwa timbunan dengan menggunakan pasir dan tanah laterit dapat
menopang beban batubara diatasnya. Hal ini menunjukkan bahwa timbunan
stockpile akan aman dari ancaman keruntuhan daya dukung. Gambar 4.5
menjelaskan hubungan antara ground pressure dan daya dukung yang terjadi pada
area stockpile bagian atas.
42

Gambar 4.4 Daerah Perhitungan Daya Dukung dan Ground Pressure pada area
stockpile A, B, C

Gambar 4.5 Sketsa Antara Ground Pressure dan Daya Dukung Tanah
43

Area kedua juga dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode yang


sama dengan area pertama. Pada area ini beban yang diberikan lebih sedikit oleh
karena itu perhitungan beban nya juga lebih sedikit namun kita juga harus
mengetahui beban yang diberikan di area kedua ini. Gambar 4.6 menjelaskan
daerah yang akan dihitung ground pressure-nya. Berdasarkan perhitungan yang
terlampir dapat dilihat bahwa ground pressure yang diberikan oleh timbunan
batubara yang memiliki berat persatuan luas sebesar 145,27 kN/m2 dapat ditahan
oleh daya dukung tanah dasar yang memiliki kekuatan sebesar 5185,18 kN/m 2.
Dari perhitungan ini dapat dikatakan bahwa timbunan dengan menggunakan pasir
dan tanah laterit dapat menopang beban batubara diatasnya. Hal ini menunjukkan
bahwa timbunan stockpile akan aman dari ancaman keruntuhan daya dukung.
Spesifikasi timbunan stockpile di daerah yang dihitung terdiri dari pasir dan
tanah laterit. Stockpile akan terhindar dari bahaya keruntuhan daya dukung apabila
pembangunan stockpile menggunakan prosedur dan material yang disarankan di
dalam skripsi ini. Keruntuhan daya dukung dapat mengancam karena letak dari
Stockpile Tanjung Baru yang berada di tepi Sungai Musi.

Gambar 4.6 Daerah Perhitungan Daya Dukung dan Ground Pressure


44

4.2.3 Komposisi Timbunan yang Akan Digunakan


Berdasarkan data perhitungan di atas dan pemilihan material yang telah
dibahas, maka komposisi penimbunan yang seharusnya dilakukan adalah seperti
gambar di bawah dengan agregat batuan di bagian lapisan permukaan
menggunakan kerikil/batubara berkalori rendah. Kerikil/batubara berkalori rendah
berfungsi sebagai penyaring air hujan agar tidak masuk ke dalam timbunan
stockpile. Selain itu kerikil/batubara juga tidak licin apabila terkena air hujan
sehingga tidak menimbulkan masalah seperti selipnya ban bagi kendaraan atau
terpelesetnya batubara yang akan ditumpuk itu sendiri. Penggunaan batubara
muda sebagai agregat dapat dilakukan dengan cara menghancurkan (crushing)
batubara muda kemudian dihamparkan ke permukaan dari timbunan stockpile.
Elevasi timbunan setinggi 2,95 meter. Lebih tinggi dari masuknya air Sungai
Musi pada saat pasang yaitu setinggi 77,3 cm sehingga air dari Sungai Musi yang
masuk pada saat pasang tidak akan masuk ke area stockpile dan merusak batubara
yang disimpan. Pada lapis pondasi atas menggunakan tanah laterit yang
dipadatkan dengan nilai CBR sebesar ≥ 8%. Tanah laterit yang akan digunakan
harus memiliki berat isian/berat jenis kurang lebih sebesar 16,660 kN/m 3 supaya
aman dari bahaya keruntuhan daya dukung.
Lapisan pondasi bawah menggunakan pasir urug yang dipadatkan dengan CBR
≥ 5%. Pasir dilapisi dengan geotekstil agar menghindari masuknya air yang bisa
saja masuk dari pori – pori yang terbentuk pada lapis pondasi atas (tanah laterit).
Selain itu, fungsi dari geotekstile ini juga memberikan tambahan daya dukung
untuk menahan beban dari batubara yang ditimbun di atasanya sehingga lebih
besar daya dukung makan akan semakin baik timbunan.
Tanah dasar yang terdapat di Tanjung Baru sangat tidak memungkinkan untuk
dijadikan alas menaruh batubara, karena tanahnya yang sangat lengket dan
letaknya yang dapat dimasuki air dari Sungai Musi sehingga perlu dilakukannya
penimbunan tanah. Subgrsde di Tanjung Baru ini pertama harus dikeruk setinggi
55 mm agar terbebas dari lumpur yang lengket baru setelahnya di hampar
geosintetik. Gambar 4.6 menjelaskan komposisi material apa saja yang akan
digunakan untuk menimbun daerah stockpile agar aman dari keruntuhan daya
dukung dan masuknya air pasang Sungai Musi.
45

Gambar 4.7 Komposisi Timbunan Stockpile

4.2.4 Gradasi Timbunan (Kemiringan Timbunan)


Gradasi atau kemiringan timbunan perlu dilakukan agar air yang jatuh ke
permukaan yang dapat berasal dari air hujan mampu dialirkan ke tempat yang
lebih rendah menuju ke saluran air. Gradasi ideal untuk jalan sebesar 4%.
Perhitungan gradasi stockpile sebesar 4% berarti stockpile harus ditinggikan di
bagian tengahnya sebesar:

61,5 meter x 4 %
X= = 2,46 meter
100 %

Jadi, pada bagian tengah stockpile harus ditinggikan sebesar 2,46 meter dengan
sudut 2,29o agar air tidak menggenang di permukaan stockpile sehingga batubara
yang disimpan tidak rusak yang diakibatkan oleh air. Gambar 4.8 menjelaskan
sketsa dari gradasi yang harus dibuat agar stockpile terhindar dari genangan. Air
hujan yang masuk akan mengalir dan dialirkan menuju saluran pembuangan air.
Gambar dibuat dengan skala 1 : 700 pada kertas A4 yang berarti setiap 1
centimeter nya mewakili sebesar 700 centimeter keadaan di lapangan yang
sebenarnya. Gambar menjadi relevan apabila diprint menggunakan kertas A4.
Sudut timbunan didapat dari data sekunder angle of repose tanah merah yang
digunakan yaitu sebesar 150.
46

Gambar 4.8 Gradasi Stockpile

4.3 Timbunan dan Pembuatan Jalan Angkut


Pembuatan jalan angkut perlu diperhatikan agar kendaraan dapat dengan leluasa
untuk melakukan pekerjaannya yaitu hauling. Untuk menentukan timbunan jalan
yang harus dilakukan adalah:
1. Menentukan material;
2. Menghitung gaya daya dukung dan ground pressure timbunan agar
dapat menahan beban dump truck;
3. Menentukan lebar jalan angkut;
4. Menentukan gradasi agar jalan tidak mudah tergenang air hujan

4.3.1 Material Yang Akan Digunakan


Timbunan jalan sebenarnya hampir mirip dengan timbunan stockpile bedanya
hanya pada bagian agregat nya. Kalau stockpile menggunakan kerikil/batubara
muda (berkalori rendah), jalan menggunakan batu koral yang dihampar ke
permukaan timbunan. Pemilihan batu koral sebagai agregat dikarenakan sifatnya
47

yang kuat memudahkan alat transportasi tidak mudah selip dan tergelincir apabila
melewati jalan tersebut.
Material yang akan digunakan untuk timbunan jalan angkut adalah tanah
laterit (merah). Tanah merah digunakan karena sifatnya yang mudah menyerap
air, serta tekstur tanahnya yang relatif padat dan kokoh membuat tanah laterit
cocok digunakan untuk Base Course. Untuk Subbase Course digunakan pasir
dibungkus dengan geotekstil yang berfungsi untuk sebagai lapisan peresapan, agar
air tanah tidak berkumpul pada pondasi, serta untuk menyebarkan beban ke tanah
dasar. Tanah laterit didapat dari pembelian tanah laterit di Indralaya yang
diangkut menggunakan dump truck ke lokasi stockpile di Tanjung Baru,
Kertapati.

4.3.2 Daya Dukung dan Ground Pressure


Berdasarkan perhitungan (Lampiran E) dapat dilihat bahwa ground pressure
yang diberikan oleh dump truck dan isi batubara yang memiliki berat persatuan
luas sebesar 59,524 kN/m2 dapat ditahan oleh daya dukung tanah dasar yang
memiliki kekuatan sebesar 5185,18 kN/m 2. Dari perhitungan ini dapat dikatakan
bahwa timbunan dengan menggunakan pasir dan tanah laterit dapat menopang
beban dump truck dan isi batubara diatasnya. Hal ini menunjukkan bahwa
timbunan stockpile akan aman dari ancaman keruntuhan daya dukung.

4.3.3 Lebar Jalan Angkut


Setelah menghitung daya dukung dari jalan, selanjutnya menentukan lebar
jalan. Tipe jalan angkut yang akan digunakan di stockpile ini adalah dua jalur
dengan kondisi jalan lurus. Jalan yang akan dibuat mirip seperti jalan angkut
tambang. Setelah melakukan perhitungan maka, didapat lebar minimum yang
dibutuhkan oleh stockpile agar alat angkut dapat beroperasi dengan baik adalah
sebesar 10 meter.

4.3.4 Gradasi Jalan Angkut


Gradasi atau kemiringan timbunan perlu dilakukan agar air yang jatuh ke
permukaan yang dapat berasal dari air hujan mampu dialirkan ke tempat yang
lebih rendah menuju ke saluran air. Gradasi yang akan digunakan di timbunan
48

jalan ini adalah sebesar 4% yaitu gradasi ideal untuk jalan agar air dapat mengalir
dan juga aman bagi kendaraan yang melewatinya. Perhitungan gradasi jalan
angkut sebesar 4% berarti jalan harus ditinggikan di bagian tengahnya sebesar :

5 meter x 4 %
X= = 0,2 meter
100 %

Jadi, pada bagian tengah jalan harus ditinggikan sebesar 0,2 meter dengan sudut
yang terbentuk 2,29o agar air tidak menggenang di permukaan jalan sehingga
dump truck yang menggunakan jalan tersebut tidak terganggu oleh adanya
genangan air dan menimialisir kecelakaan kerja akibat dari selipnya ban dump
truck.

Gambar 4.9 Gradasi Jalan Angkut

Anda mungkin juga menyukai