Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang
Widhi Wasa karena atas asung kertha wara nugraha-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Konservasi
yang berjudul “Pemeriksaan Ekstraoral dan Intraoral”. Makalah ini dibuat tidak hanya sebagai salah
satu tugas mata kuliah Konservasi semata, namun lebih dari itu. Harapan kami bahwa makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna
dengan keterbatasan yang kami miliki karena sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan,
oleh karenanya segala bentuk kritik, saran dan masukan yang bersifat membangun sangat diharapkan
dari semua pihak untuk perbaikan penyusunan makalah ini. Pada akhirnya semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca semuanya.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
COVER....................................................................................................................................I
KATA PENGANTAR...........................................................................................................II
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5
1.4 Manfaat.............................................................................................................................5
2.2.1 Mulut.......................................................................................................................7
2.2.3 Gingiva.....................................................................................................................7
2.2.4 Lidah........................................................................................................................8
2.2.5 Palatum....................................................................................................................8
2.2.6 Gigi..........................................................................................................................8
2.2.7 Orofaring.................................................................................................................8
2.3.1 Wajah......................................................................................................................9
2.3.2 Bibir........................................................................................................................9
2.3.3 Pipi........................................................................................................................10
1
2.3.8 Kelenjar Sublingualis............................................................................................11
BAB IV PENUTUP..............................................................................................................24
4.1 Kesimpulan.....................................................................................................................24
4.2 Saran...............................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................26
2
DAFTAR GAMBAR
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu hal yang penting untuk kita jaga. Salah satu
upaya untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut adalah dengan memeriksakan secara rutin
setiap 6 bulan sekali ke dokter gigi. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun
dan mengolah data, keterangan, dan bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan.
Maka dari itu, melakukan pemeriksaan merupakan suatu hal yang penting dilakukan
untuk mencegah terjadinya komplikasi yang tidak diinginkan. Pemeriksaan terdapat beberapa
jenis pemeriksaan dapat dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan subjektif dan objektif.
Kombinasi dari kedua jenis pemeriksaan dapat digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis dan menentukan rencana perawatan. Dengan demikian, melakukan pemeriksaan
juga dapat mengatasi keluhan yang ada.
Dari pemeriksaan objektif dibagi lagi menjadi dua yaitu pemeriksaan ekstra oral dan juga
pemeriksaan intra oral. Pemeriksaan Intra Oral dan Ekstra Oral merupakan suatu pemeriksaan
yang penting dilakukan untuk mengetahui keadaan kesehatan gigi dan mulut. Maka dari itu,
penulis ingin membahas secara detail mengenai pemeriksaan Intra Oral dan Ekstra Oral.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumus masalah yang akan dibahas sebagai
berikut:
1.2.1 Apa saja yang termasuk pemeriksaan Ekstra Oral dan bagaimana cara
pemeriksaannya ?
1.2.2 Apa saja yang termasuk pemeriksaan Intra Oral bagaimana cara pemeriksaannya
?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa saja yang termasuk pemeriksaan Ekstra Oral dan
bagaimana cara pemeriksaanya
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja yang termasuk pemeriksaan Intra Oral dan bagaimana
cara pemeriksaannya
1.4 Manfaat
1.4.1 Dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa kedokteran gigi mengenai
pemeriksaan Intra Oral dan Ekstra Oral.
1.4.2 Untuk menambah pengetahuan dan kewaspadaan bagi masyarakat agar selalu
menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan memeriksakan secara rutin.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Palpasi (meraba)
Pemeriksaan fisik lanjutan dengan menyentuh tubuh dan dilakukan bersamaan dengan
inspeksi. Palpasi dilakukan menggunakan telapak tangan, jari, dan ujung jari.
Tujuannya untuk mengecek kelembutan, kekakuan, massa, suhu, posisi, ukuran,
kecepatan, dan kualitas nadi perifer pada tubuh.
Auskultasi (mendengarkan)
Proses mendengarkan suara yang dihasilkan tubuh untuk membedakan suara normal
dan abnormal menggunakan alat bantu stetoskop. Suara yang didengarkan berasal dari
system kardiovaskuler, respirasi, dan gastrointestinal.
Perkusi (mengetuk)
Suatu metode pemeriksaan fisik dengan cara melakukan pengetukan pada bagian
tubuh dengan menggunakan jari, tangan, atau alat kecil untuk mengevaluasi ukuran,
konsistensi, batas atau adanya cairan dalam organ tubuh. Perkusi penting untuk
pemeriksaan dada dan abdomen.
6
karakteristik jaringan dan indurasi. Pemeriksaan intra oral meliputi mulut dan mukosa
mulut, gingiva, lidah, palatum, gigi, dan oropharynx.
2.2.1 Mulut
Mulut merupakan tempat yang amat ideal bagi perkembangbiakan kuman,
karena temperatur, kelembapan, dan makanan yang cukup tersedia. Didalam mulut
terdapat beberapa fisur gigi, sehingga sisa makanan mudah tertinggal. Sisa
makanan tersebut merupakan makanan yang amat disukai oleh kuman. Bila sisa
makanan dimakan oleh kuman, maka akan terjadi proses peragian yang
menghasilkan asam susu yang dapat melunakkan bagian terkeras dari gigi yaitu
email (Rasinta, 1989 dalam Widayatun, 2010). Kesehatan rongga mulut tidak dapat
dipisahkan dari Kesehatan tubuh secara umum (Sadiq, dkk, 2017). Salah satunya
ialah Kesehatan rongga mulut. Kesehatan rongga mulut diukur dari kebersihan
mulut, karena sumber penyakit diawali dengan buruknya kebersihan mulut (Singh,
dkk, 2016).
2.2.3 Gingiva
Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang melekat pada
prosesus alveolaris dan gigi (Santoso Oedijani, 2013). Fungsi gingiva adalah
melindungi akar gigi, selaput periodontal dan tulang alveolar terhadap rangsangan
dari luar, khususnya dari bakteri-bakteri dalam mulut (Itjiningsih, 1995). Dalam
istilah awam disebut gusi (gum). Gingiva merupakan bagian terluar dari jaringan
periodontal yang nampak secara klinis. Pada keadaan yang sehat gingiva biasanya
keras, berwarna merah muda dan tidak berdarah pada saat penyondean. Peradangan
pada gingiva diikuti oleh perubahan bentuk gingiva yang biasanya dinyatakan
menurut warna, ukuran, bentuk, konsistensi dan karakteristik permukaan (Gorrel,
1998).
7
2.2.4 Lidah
Lidah merupakan organ yang terdiri dari otot rangka dan dilapisi oleh
membrane mukosa. Lidah berfungsi dalam mastikasi, menelan, berbicara, dan
sebagai organ sensoris (Berkovitz et all, 2009). Lidah dapat diamati berdasarkan
permukaannya yaitu terdapat lidah yang kasar ataupun yang halus. Lidah dalam
keadaan normal biasanya memiliki karakteristik tekstur permukaan yang kasar.
Lidah terasa kasar sebab pada membrane mukosa lidah terdapat banyak papilla
lingualis, sedangkan permukaan lidah yang halus kemungkinan terjadi karena
adanya inflamasi (Moore KL et all, 2013).
2.2.5 Palatum
Palatum adalah bagian langit-langit yang terdapat di dalam rongga mulut yang
terdiri dari palatum durum merupakan palatum keras yang terdapat di dalam
mukosa palatum, dan palatum molle merupakan palatum lunak yang terdapat pada
bagian mukosa palatum. (Ningsih, 2018:105). Struktur palatum sangat penting
untuk dapat melakukan proses mengunyah dan bernafas pada saat yang sama.
2.2.6 Gigi
Gigi merupakan jaringan paling keras yang dimiliki oleh tubuh, disebabkan
karena gigi mengandung komponen zat anorganik berupa kristal hidroksiapatit
lebih banyak dibandingkan bagian tubuh yang lain seperti tulang. Pada
kenyataannya walaupun gigi sangat keras, namun gigi sangat mudah mengalami
kerusakan yang ditandai dengan adanya lubang gigi yang dikenal dengan istilah
karies gigi (Chrismirina dkk, 2011).
2.2.7 Orofaring
Orofaring adalah bagian dari faring yang berada dibelakang rongga mulut.
Orofaring bisa dilewati udara dan makanan sehingga berperan dalam sistem
pernapasan dan sistem pencernaan. Selain itu, orofaring mempunyai klep yang
8
disebut epiglotis, fungsi epiglotis adalah mengatur makanan agar tidak masuk ke
saluran pernapasan.
2.3.1 Wajah
Wajah adalah bagian depan dari kepala pada manusia meliputi dahi, alis,
mata, hidung, bibir dan lainnya, yang semuanya memiliki ciri-ciri berbeda dan
mencerminkan karakter tertentu. Dengan melihat bagian wajah, ini merupakan
cara yang paling aman dan cepat untuk mengenali karakter seseorang karena
wajah merupakan anggota tubuh yang biasanya pertama kali dipandang
(Tickle, 2015).
2.3.2 Bibir
Bibir merupakan struktur berdaging yang merupakan bagian luar dari mulut
yang paling nampak atau dua struktur bergerak dan berotot yang membentuk
pintu masuk ke mulut. Bibir merupakan struktur yang sangat fleksibel dan
elastis serta mengandung banyak serat kolagen dan elastin serta jaringan adiposa
yang dilapisi oleh lapisan tipis epitel skuamosa berlapis. Bagian luar bibir
menyambung dengan kulit dan ditutupi oleh epitel berkeratin, sedangkan
permukaan bagian dalam menyambung dengan selaput lendir mulut dan ditutupi
oleh epitel nonkeratin. Bibir berbeda dari struktur sekitarnya. Bibir atas dimulai
dari lubang hidung dan dasar ala nasi setiap sisi dan berakhir di lateral pada
lipatan nasolabial. Bibir atas dibagi menjadi subunit oleh phitral columns.
Phitral columns terbentuk oleh serat m. orbicularis oris kontralateral yang
melalui garis tengah. Lekukan ditengah antar philtral columns disebut phitral
groove. Cupid’s bow merupakan bagian persimpangan kulit dan vermilion
9
diantara phitral columns. Bibir bagian bawah dimulai dari lipatan nasolabial di
lateral dan dibatasi oleh lipatan labiomental. Bibir atas dan bawah menyatu di
komisura. (Matros & Pribaz, 2014).
2.3.3 Pipi
Pipi adalah daerah berdaging pada wajah di bawah mata dan di antara
hidung dan telinga kiri atau kanan. Pipi membentuk dinding bagian lateral
masing-masing sisi dari rongga mulut. Pada bagian eksternal dari pipi, pipi
dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada bagian internalnya, pipi dilapisi oleh
membran mukosa, yang terdiri dari epitel pipih berlapis yang tidak terkeratinasi.
Otot-otot businator (otot yang menyusun dinding pipi) dan jaringan ikat
tersusun di antara kulit dan membran mukosa dari pipi. Bagian anterior dari pipi
berakhir pada bagian bibir.
10
submandibularis, dan sublingualis. Selain itu terdapat juga kelenjar saliva minor
yang terdiri dari kelenjar labial, kelenjar bukal, kelenjar Bladin-Nuhn, kelenjar
Von Ebner dan kelenjar Weber.
11
buah. Kelenjar sublingualis menghasilkan sekret yang mukous dan
konsistensinya kental. Saliva pada manusia terdiri atas 5% sekresi kelenjar
sublingualis.
12
BAB III
PEMBAHASAN
Pemeriksaan ekstra oral adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan melihat dan
memeriksa keadaan tubuh pasien secara umum, meliputi kepala, wajah, leher (kelenjar
limfe), bibir, sudut mulut, pipi, kelenjar ludah, sendi temporomandibular (TMJ) dan
kesehatan umum pasien.
13
tersebut ditemukan,perhatikan beberapa besar luasnya, bagaimana
konsisensinya dan dimana kedudukannya, apakah di dalam kulit, pada tulang
atau dibawah kulit terlepas dari tulang.
a. Kelenjar limfe
Melakukan inspeksi pada leher untuk mencari adanya asimetris denyutan
yang tidak lazim, tumor, atau keterbatasan gerak, dengan cara melakukan
ekstensi kesamping secara sederhana pada leher, regangan musculus
Sternokleidomastoideus akan memperlihatkan batas antara trigonum
anterior dan posterior, dan lakukan palpasi kelenjar limfe dengan
mempergunakan ujung jari untuk melakukan tekanan ringan. Fiksasi
kepala penderita dapat dicapai dengan penempatan satu tangan di belakang
oksiput, sementara tangan anda yang lain melakukan palpasi. Lakukan
dengan jari-jari yang melakukan palpasi, lakukan gerakan - gerakan
lambat, hati-hati dan halus, mengeser atau berputar. Mula-mula lakukan
pemeriksaan di trigonum anterior, kemudian di trigonum posterior dan
akhirnya di submental. Pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan posisi
14
pemeriksa berdiri dibelakang pasien dan meraba dengan kedua belah
tangan seluruh daerah leher dari atas ke bawah. Bila terdapat pembesaran
kelenjar limfe, tentukan ukuran, bentuk konsistensi, perlekatan dengan
jaringan sekitarnya.
Pemeriksaan sudut mulut dapat diperiksa secara visual dan palpasi, dan
menentukan adanya cheilitis angularis yang dapat disebabkan oleh faktor
infeksi dan non infeksi.
Pemeriksaan pada pipi diperiksa secara visual dan palpasi untuk mencari
apakah ada pembengkakan, simetris atau tidak, apabila ada pembengkakan,
meraba pipi memakai empat jari dengan menekan pipi secara lembut untuk
merasakan adanya benjolan dan menilai apakah keras, lunak dan ada fluktuasi
atau tidak.
a. Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis terletak dibawah meatus auditory external pada celah antara
mandibula dan depan m. Sternocleidomastoideus. Glandula yang normal
sulit di periksa dengan palpasi namun palpasi dapat dilakukan pada tempat
yg mengalami hiperplastik. Mempunyai duktus ekstretoris disebut duktus
15
stensen. Kelainan kelenjar ini antara lain parotitis, gendongan (mumps),
tumor kelenjar parotis.
b. Kelenjar Submandibularis
c. Kelenjar Sublingualis
Kelenjar sublingualis terletak pada celah antara lidah dan rahang bawah yang
merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar ludah mayor yang mempunyai
duktus ekstretoris disebut duktus rifinus.
16
a. Meliputi tinggi badan dan bentuk tubuh penderita yang dikaitkan dengan
status gizi penderita
c.Tanda tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, pernafasan dan suhu
Pemeriksaan intra oral adalah pemeriksaan klinis yang dilakukan dalam rongga mulut
yang dilakukan dengan cara observasi atau melihat dan meraba atau palpasi. Pemeriksaan
klinis intra oral meliputi bibir yaitu meliputi permukaan kulit dan mukosa, pipi, lidah, dasar
mulut, palatum, gingiva, regio retromolar, faring dan pemeriksaan gigi geligi. Yang termasuk
pemeriksaan intra oral yaitu :
a. Pembengkakan
b. Probing
c. Palpasi
17
Tujuan pemeriksaan palpasi untuk memeriksa konsistensi jaringan dan
respon rasa sakit. Pemeriksaan palpasi dapat menentukan adanya proses
inflamasi yang sudah sampai ke periapikal. Teknik cara melakukan palpasi
adalah melakukan tekanan ringan pada mukosa sejajar dengan apeks gigi.
Faktor intrinsic yang dapat menyebabkan perubahan warna gigi yaitu Blood
discrasias, Amelogenesis imperfectai, dentinogenesis imperfecta, Internal
resorption, Drugs , tetracyclin. Faktor extrinsic yang dapat menyebabkan
perubahan warna gigi yaitu Chromogenic bacteria yg infiltrasi kedalam
materi alba dan calculus.
18
derajat ketiga apabila gerakan lebih besar dari 1 mm atau bergerak ke segala
arah. Sedangkan, tes depresibilitas dilakukan dengan menggerakkan gigi ke
arah vertikal dalam soketnya menggunakan jari atau instrumen (Burns dan
Cohen, 1994).
c. Sondasi
Sondasi merupakan pemeriksaan menggunakan sonde dengan cara
menggerakkan sonde pada area oklusal atau insisal untuk mengecek apakah
ada suatu kavitas atau tidak. Nyeri yang diakibatkan sondasi pada gigi
menunjukkan ada vitalitas gigi atau kelainan pada pulpa. Jika gigi tidak
memberikan respon terhadap sondasi pada kavitas yang dalam dengan pulpa
terbuka, maka menunjukan gigi tersebut novital (Tarigan,1994).
d. Perkusi
Perkusi dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi tidak keras
dengan menggunakan ujung jari, kemudian intensitas pukulan ditingkatkan.
Selain menggunakan ujung jari pemeriksaan ini juga sering dilakukan dengan
menggunakan ujung instrumen. Terkadang pemeriksaan ini mendapatkan
hasil yang bias dan membingungkan penegakan diagnosa. Cara lain untuk
memastikan ada tidaknya kelainan yaitu dengan mengubah arah pukulannya
yaitu mula-mula dari permukaan vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau
horisontal-bukolingual mahkota.
19
yang sama pada regio sebelahnya. Ketika melakukan tes perkusi dokter juga
harus memperhatikan gerakan pasien saat merasa sakit (Grossman, dkk,
1995). Bunyi perkusi terhadap gigi juga akan menghasilkan bunyi yang
berbeda. Pada gigi yang mengalami ankilosis maka akan terdengar lebih
nyaring (solid metalic sound) dibandingkan gigi yang sehat. Gigi yang
nekrosis dengan pulpa terbuka tanpa disertai dengan kelainan periapikal juga
bisa menimbulkan bunyi yang lebih nyaring dikarenakan resonansi di dalam
kamar pulpa yang kosong. Sedangkan pada gigi yang menderita abses
periapikal atau kista akan terdengar lebih redup (dull sound) dibandingkan
gigi yang sehat. Gigi yang sehat juga menimbulkan bunyi yang redul (dull
sound) karena terlindungi oleh jaringan periodontal. Gigi multiroted akan
menimbulkan bunyi yang lebih solid daripada gigi berakar tunggal (Miloro,
2004).
e. Tekanan
f. Gigi Karies
20
1. Karies Superficial merupakan karies yang baru menyerang sampai bagian
enamel gigi.
2. Karies Media merupakan karies yang sudah menyerang enamel dan dentin
tapi belum melewati setengah tebal dentin
g. Test Vitalitas
1. Tes termal, merupakan tes kevitalan gigi yang meliputi aplikasi panas
dan dingin pada gigi untuk menentukan sensitivitas terhadap perubahan
termal (Grossman, dkk, 1995).
Tes dingin, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan,
yaitu etil klorida, salju karbon dioksida (es kering) dan refrigerant (-50oC).
Aplikasi tes dingin dilakukan dengan cara sebagai berikut.
- Mengisolasi daerah gigi yang akan diperiksa dengan menggunakan cotton
roll maupun rubber dam
- Mengeringkan gigi yang akan dites.
- Apabila menggunakan etil klorida maupun refrigerant dapat dilakukan
dengan menyemprotkan etil klorida pada cotton pellet.
- Mengoleskan cotton pellet pada sepertiga servikal gigi.
- Mencatat respon pasien.
Apabila pasien merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan nyeri
tajam yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut vital. Apabila
tidak ada respon atau pasien tidak merasakan apa-apa maka gigi tersebut
21
nonvital atau nekrosis pulpa. Respon dapat berupa respon positif palsu
apabila aplikasi tes dingin terkena gigi sebelahnya tau mengenai gingiva
(Grossman, dkk, 1995). Respon negatif palsu dapat terjadi karena tes dingin
diaplikasikan pada gigi yang mengalami penyempitan (metamorfosis
kalsium).
Tes panas, pemeriksaan ini jarang digunakan karena dapat
menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah apabila stimulus yang diberikan
terlalu berlebih. Tes panas dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan
yaitu gutta perca panas, compound panas, alat touch and heat dan instrumen
yang dapat menghantarkan panas dengan baik (Grossman, dkk, 1995). Gutta
perca merupakan bahan yang paling sering digunakan dokter gigi pada tes
panas. Pemeriksaan dilakukan dengan mengisolasi gigi yang akan di periksa.
Kemudian gutta perca dipanaskan di atas bunsen. Selanjutnya gutta perca
diaplikasikan pada bagian okluso bukal gigi. Apabila tidak ada respon maka
oleskan pada sepertiga servikal bagian bukal. Rasa nyeri yang tajam dan
singkat ketika diberi stimulus gutta perca menandakan gigi vital, sebaliknya
respon negatif atau tidak merasakan apa-apa menandakan gigi sudah non
vital (Walton dan Torabinejad, 2008).
22
4. Tes elektris, merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas
gigi dengan listrik, untuk stimulasi saraf ke tubuh. Alatnya menggunakan
Electronic pulp tester (EPT). Tes elektris ini dilakukan dengan cara gigi yang
sudah dibersihkan dan dikeringkan disentuh dengan menggunakan alat EPT
pada bagian bukal atau labial, tetapi tidak boleh mengenai jaringan lunak.
Sebelum alat ditempelkan, gigi yang sudah dibersihkan diberi konduktor
berupa pasta gigi. Tes ini dilakukan sebanyak tiga kali supaya memperoleh
hasil yang valid. Tes ini tidak boleh dilakukan pada orang yang menderita
gagal jantung dan orang yang menggunakan alat pemacu jantung. Gigi
dikatakan vital apabila terasa kesemutan, geli, atau hangat dan gigi dikatakan
non vital jika sebaliknya. Tes elektris tidak dapat dilakukan pada gigi
restorasi, karena stimulasi listrik tidak dapat melewati akrilik, keramik, atau
logam. Tes elektris ini terkadang juga tidak akurat karena beberapa faktor
antara lain, kesalahan isolasi, kontak dengan jaringan lunak atau restorasi.,
akar gigi yang belum immature, gigi yang trauma dan baterai habis
(Grossman, dkk, 1995).
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pemeriksaan fisik merupakan proses pemeriksaan tubuh pasien untuk menentukan ada
atau tidaknya masalah fisik. Tujuan pemeriksaan adalah untuk mendapatkan informasi valid
tentang Kesehatan pasien. Pemeriksaan harus dapat mengidentifikasi, menganalisis dan
menyusun informasi yang terkumpul menjadi suatu penilaian komprehensif. Terdapat empat
prinsip kardinal pemeriksaan fisik meliputi inspeksi (melihat), palpasi (meraba), auskultasi
(mendengarkan), perkusi (mengetuk), selanjutnya dalam pemeriksaan intra oral meliputi
pemeriksaan mulut, pemeriksaan mukosa mulut, pemeriksaan gingiva, pemeriksaan lidah,
pemeriksaan palatum, pemeriksaan gigi, dan pemeriksaan orofaring. Sedangkan untuk
pemeriksaan ekstra oral meliputi pemeriksaan wajah, pemeriksaan bibir, pemeriksaan pipi,
pemeriksaan limfe, pemeriksaan kelenjar saliva, pemeriksaan kelenjar parotis, pemeriksaan
kelenjar submandibula, pemeriksaan kelenjar sublingualis, pemeriksaan kelenjar saliva minor
dan pemeriksaan temporomandibular joint.
Pemeriksaan ekstra oral adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan melihat dan
memeriksa keadaan tubuh pasien secara umum. Pemeriksaan ekstra oral meliputi
24
pemeriksaan kepala, pemeriksaan leher pada pemeriksaan leher juga bisa dilakukan
pemeriksaan kelenjar limfe ketiga pemeriksaan bibir kemudian ada pemeriksan sudut mulut,
pemeriksaan pipi, kelenjar ludah dimana pada pemeriksaan kelenjar ludah terdapat kelenjar
ludah parotis, submandibularis dan sublingaualis. Dalam pemeriksaan ekstra oral tersebut
dapat dilakukan dengan dengan cara ispeksi dan palpasi kemudian pemeriksaan ekstraoral
berikunya ada pemeriksaan TMJ pada pemeriksaan TMJ dapat dilakukan dengan cara
auskultasi dan palpasi. Dalam pemeriksaan ekstra oral juga bisa dilakukan pemeriksaan
keadaan umum pasien yang meliputi meliputi tinggi badan, bentuk tubuh penderita yang
dikaitkan dengan status gizi penderita ekstremitas atas serta ekstremitas bawah tanda tanda
vital seperti tekanan darah, denyut nadi, pernafasan dan suhu. Pemeriksaan intra oral adalah
pemeriksaan klinis yang dilakukan dalam rongga mulut yang dilakukan dengan cara
observasi atau melihat dan meraba atau palpasi. Pemeriksaan klinis intra oral meliputi bibir
yaitu meliputi permukaan kulit dan mukosa, pipi, lidah, dasar mulut, palatum, gingiva, regio
retromolar, faring pemeriksaan gigi geligi.
4.2 SARAN
Terkait dengan hal tersebut penulis menyarankan beberapa hal untuk diperhatikan
seperti berikut ini, pemeriksaan ekstra oral dan intra oral pada dasarnya dilakukan dengan
cara yang relatif sama yaitu dengan cara inspeksi,palpasi,auskultasi ataupun perkusi sehingga
pada saat pemeriksaan harus dapat mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun informasi
yang terkumpul menjadi suatu penilaian komprehensif dimana bertujuan untuk mendapatkan
informasi valid tentang kesehatan pasien.
25
DAFTAR PUSTAKA
Amerogen van Nieuw. Ludah dan kelenjar ludah arti bagi kesehatan gigi. Alih Bahasa.
Abiyono, R. Yogyakarta: Gadjah Mada University,1991:194-212. Adams, D.
Essentials of oral biology. New York, Churchill Livingstone. 1985:59- 67
Berkovitz B, Holland G, Moxham B. Oral anatomy, histology and embryology. 4th ed. St.
Louis: Mosby; 2009
Birnbaum, W., Dunne, S.M., 2010, Oral Diagnosis The Clinician Guide, SunnyMede Trust,
Wales.
Burkhart, N.W. dan DeLong, L., 2012, The Intraoral and Extraoral Exam, ADA CERP, 1-33.
Burns, C. R., Cohen, S., 1994, Pathways of The Pulp, 6th Ed, Mosby-Year Book,
Philadelphia.
Gorrel, 1998, Periodontal Disease and Diet in Domestic Pets [Homepage of the Journal of
Nutrition], Available: http://www.nutrition.org[29 juni 2004].
26
Grosman, L. I., Seymour, O., Carlos, E., D., R., 1995, Ilmu Endodontik dalam Praktek, edisi
kesebelas, EGC, Jakarta.
Matros, E. & Pribaz, J. J., 2014. Reconstruction of Acquired Lip Deformities. In: Grabb and
Smith's Plastic Surgery. New York: Lippincott Williams & Wilkins, pp. 372-373.
Miloro, M, 2004, Peterson’s Principles of Oral and Maxillofacial Surgery, BC Decker Inc
Hamilton London
Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Clinically oriented anatomy. 7th ed. Philadelphia:
Lippincott Williams and Wilkins; 2013. h. 936- 43.
Ningsih, Juwita Raditya. 2018. Ilmu Dasar Kedokteran Gigi. Surakarta: Muhammadiyah
University Press. 223 Halaman.
Sadiq D, Jaafar H, Rashed H. 2015. Oral hygiene status among Dental Students of School
of Dentistry at University of Sulaimani. 14(9):66–9.
Siahaan, Charmelita Clara. 2012. Pemeriksaan Ekstra Oral dan Intra Oral. Jawa Tengah :
Universitas Jenderal Soedirman
Singh S, Gupta N, Kaur M.2013. An assessment and comparison of oral health status
among dental students and dental professionals of a teaching institute in
Punjab, India using the Hiroshima University -Dental Behavioral Inventory
(HU-DBI). Int J Public Heal Dent. 3(2):9–15.
Tarigan, R., 1994, Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti), Widya Medika, Jakarta.
Walton, R.E., Torabinejad, M., 2008, Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia, EGC, Jakarta.
Yani Carvianindya Rahayu, A. K., 2018. Cairan Rongga Mulut. 2nd ed. Yogyakarta: Pustaka
Panasea.
27
28