Anda di halaman 1dari 5

Nama : Sarah Marsa Tamimi

NIM : 132011101012
RESUME JURNAL
Judul Jurnal Binocular Rivalry dengan Prisma Perifer Digunakan untuk
Rehabilitasi Pasien yang Mengalami Hemianopia

Andrew M. Haun dan Eli Peli


Schepens Eye Research Institute & Massachusetts Eye and Ear,
Harvard Medical School, Boston, USA
Pendahuluan Untuk mendapatkan kembali akses ke bagian bidang visual
(bagian otak) yang telah hilang akibat cedera otak, terutama pada
kasus hemianopia homonim, prisma dapat digunakan untuk
mengalihkan sebagian bidang buta ke dalam pandangan. Pendekatan
perluasan lapang pandang ini bertujuan untuk memperbaiki mobilitas
pasien yang mengalami kehilangan lapang pandang dengan cara
memberi informasi yang lebih bermanfaat tentang rintangan dan
bahaya yang ada di depan, karena salah satu masalah utama yang
dihadapi oleh pasien ini adalah saat akan menghindari bahaya, baik
statis maupun bergerak, selama pasien bergerak.
Ada dua poin utama yang membedakan antara satu teknik
koreksi prismatik dengan teknik koreksi prismatik yang lain untuk
memperluas lapang pandang. Dua poin tersebut antara lain (1) di
mana lensa kacamata prisma harus dipasang, dan (2) apakah harus
dipasang di depan salah satu atau kedua mata. Prisma yang
ditempatkan di tepi penglihatan dapat menggeser cahaya dari area
yang mengalami kerusakan ke daerah yang masih berfungsi di bidang
periferal. Visibilitas periferal memungkinkan seorang pasien
memusatkan perhatian ke sebuah objek. Apabila tidak dipusatkan ke
obyek tersebut, obyek tersebut akan tidak akan terlihat. Prisma yang
terpasang di depan kedua mata (tepat secara bilateral) memiliki
keuntungan yang serupa antara kedua mata, secara sederhana hal ini
dapat menyebabkan pergeseran cahaya secara lokal, meskipun
pemasangan prisma seperti ini dapat menyebabkan penutupan
sebagian lapang pandang secara binokular. Sehingga hal inilah yang

1
dapat mengurangi potensi keuntungan dari teknik pemasangan prisma
ini. Prisma yang dipasang hanya di depan satu mata (tepat secara
unilateral) menghasilkan konflik interokular lokal (permasalahan
antara satu mata dengan mata lain), yang dapat menyebabkan
Binocular Rivalry atau penurunan fungsi mata secara total. Karena
cahaya yang digeser oleh prisma memiliki kualitas yang relatif lebih
rendah, dan Binocular Rivalry lebih cenderung pada penglihatan yang
tajam atau penglihatan dengan kontras yang tajam, mungkin prisma
yang digunakan untuk memperluas lapang pandang yang dipasang
pada salah satu mata menyebabkan gambaran menjadi kabur akibat
reflek binokuler. Dalam penelitian saat ini, kami menjawab
pertanyaan ini secara langsung: bagaimana konflik interocular terjadi
pada pasien dengan prisma unilateral?
Kami meneliti tentang Binocular Rivalry dalam bentuk yang
kompleks dan dinamis yang dirancang untuk menstimulasikan
penglihatan pasien dalam dunia nyata yang memiliki kasus tertentu
seperti: penggunaan prisma untuk memperluas lapang pandang pasien
yang mengalami kehilangan lapang pandang yang besar akibat cedera
otak (misalnya hemianopia homonim). Kami mengukur Binocular
Rivalry dari lapang pandang lokal yang mana pada orang normal
gambar tersebut dapat dilihat secara jelas. Konflik interokuler dapat
terjadi apabila pasien yang telah menggunakan prisma pada salah satu
mata, melihat sebuah obyek. Kami melakukan penelitian ini dengan
tujuan mengevaluasi penggunaan prisma untuk memperluas lapang
pandang. Kami memiliki hipotesis bahwa kualitas prisma harus kabur
karena gambar yang dihasilkan oleh prisma tersebut dimanipulasi
agar memiliki kontras dan ketajaman yang relatif buruk dibandingkan
penglihatan mata lainnya agar tercipta penglihatan monokuler.
Tujuan Mengevaluasi efektivitas rehabilitasi binokuler dengan cara
membandingkan penglihatan pada objek yang bergerak dimana objek
itu dilihat melalui kacamata prisma perifer (untuk memperluas lapang
pandang monokuler) vs penglihatan objek kontras yang bergerak
secara langsung (tanpa prisma).
Metode Menggunakan paradigma binocular rivalry untuk mengukur

2
efektivitas penglihatan binokuler pada percobaan penglihatan objek
langsung vs penglihatan objek dengan memakai prisma. Empat
subjek penelitian dengan penglihatan normal dilakukan percobaan
untuk menilai kemampuan penglihatan dengan binocular rivalry
melalui gambar berwarna yang tampak ganda di bagian lapang
pandang yang sama. Dengan menggunakan prisma baik pada gambar
yang bergerak ataupun gambar statis didapat posisi retina atau
eccentricity pada target, dan mengontrol saturasi target.
Hasil Kami menghitung durasi predominan perbandingan waktu
perekaman yang diperlukan bagi peserta agar menimbulkan persepsi
dan durasi dominasi, durasi rata-rata laporan ini untuk setiap peserta
penelitian. Data tersebut dikelompokkan ke dalam empat lokasi uji.
Nilai predominasi menunjukkan proporsi waktu perekaman 24 menit
yang mampu memberikan persepsi pada peserta penelitian: menilai
berapa waktu yang diperlukan bagi peserta penelitian untuk melihat
objek melalui prisma, penglihatan langsung, atau campuran.
Untuk masing-masing peserta penelitian, ada bias umum yang
mempengaruhi penglihatan langsung: dalam kondisi utama, saat
terdapat kontras yang bergerak pada lapang pandang kedua mata,
pada saat itu penglihatan langsung rata-rata dapat melihat objek 53%,
dan penglihatan melalui prisma rata-rata dapat melihat objek 31%,
dengan adanya perbedaan yang cukup besar antara keempat peserta
penelitian. Bila hanya ada kontras yang bergerak pada penglihatan
langsung, penglihatan langsung rata-rata dapat melihat objek 74%;
sedangkan ketika ada kontras yang bergerak hanya dalam penglihatan
melalui prisma, penglihatan melalui prisma rata-rata dapat melihat
objek 58%.
Hasil dominasi sesuai dengan hasil penelitian lain tentang
Binocular Rivalry yang khas: mengurangi tajam penglihatan pada
salah satu mata dapat meningkatkan dominasi mata lainnya (hal ini
sesuai dengan hukum Binocular Rivalry Levelt).
Pembahasan Hasil percobaan kami menunjukkan bahwa penglihatan
melalui Fresnel prisma untuk memperluas lapang pandang dalam
binokular relatif lemah dibandingkan dengan penglihatan langsung,

3
namun tetap dapat bersaing dalam kemampuan penglihatan. Jadi,
penglihatan melalui prisma monokular tidak mengalami ganggaun
yang berat oleh adanya supresi interokular. Kita mungkin akan
berpendapat bahwa dalam aplikasi klinis, ketidakseimbangan
interokuler akan lebih sedikit lagi: prisma PMMA Fresnel yang
digunakan secara permanen untuk meningkatkan lapang pandang
memiliki kualitas optik yang lebih baik dibandingkan prisma
sementara yang kita gunakan dalam penelitian ini. Selain itu, PMMA
Fresnel tersebut juga biasanya ditempatkan pada eccentricity yang
lebih besar, di mana resolusi visual yang lebih rendah dapat membuat
penglihatan melalui prisma menjadi buram. Dominasi sensorik pada
mata, yang memicu Binocular Rivalry, mungkin menjadi masalah
dalam penempatan layar dichoptic pada bagian tepi. Salah satu subjek
penelitian (S2) menunjukkan bias yang tetap pada penglihatan mata
kanan dalam semua kondisi percobaan, meskipun dia memiliki
penglihatan binokuler yang normal menurut prosedur penyaringan
standar (penglihatan pusat). Hal ini terjadi karena adanya variasi
lokal dalam dominasi mata.
Bias predominasi yang mempengaruhi penglihatan secara
langsung semakin menurun apabila terjadi peningkatan eccentricity
target. Alasan terjadinya hal ini masih belum pasti, tapi ada dua
kemungkinan yang saling berhubungan. Pertama, dengan
meningkatnya eccentricity, resolusi penglihatan objek statis terus
menurun, sehingga stimulus yang kabur dapat berubah secara visual
menjadi lebih baik karena ditampilkan secara lebih eksentrik. Jadi,
penglihatan melalui prisma yang lebih eksentrik dapat membaik
dengan Binocular Rivalry secara lebih efektif, memiliki pengaruh
lebih baik daripada gambar yang sama dilihat tidak eksentrik. Kedua,
peralatan untuk menampilkan gambar dapat membingungkan
eccentricity target dengan jarak dari tepi prisma. Gambaran yang
berasal dari prisma dan terlihat di dekat tepi prisma akan tampak
lebih kabur karena adanya pupil vignetting, yang akan membuat
gambaran tersebut menjadi lebih buram dalam Binocular Rivalry.
Stimulus yang terletak lebih dekat dengan interior prisma akan
4
tampak lebih jelas karena mengalami distorsi yang lebih ringan, dan
akan tampak lebih kontras pada Binocular Rivalry.
Rangsangan dan hasil penelitian kita dapat dipahami sebagai
kaitan dengan konteks praktis dari penglihatan alami. Dalam
penelitian eksperimental ini, kami memiliki tiga situasi yang ideal:
memindahkan objek statis ke tempat-tempat yang berbeda (lapang
pandang kedua mata), menggerakkan objek hanya pada penglihatan
yang melalui prisma, dan menggerakkan objek hanya pada
penglihatan langsung (tanpa prisma). Di dunia nyata, kekuatan
gambar akan bervariasi secara substansial dari waktu ke waktu di
kedua lapang pandang mata. Idealnya, tampilan yang dilihat oleh
peserta penelitian yang menggunakan prisma akan memiliki
penglihatan yang lebih baik. Hal ini tidak mungkin terjadi apabila
gambar yang dilihat melalui prisma bersifat statis dan mengandung
sedikit atau tidak ada objek yang kontras (seperti dalam kondisi
penglihatan secara langsung). Hal ini dapat memberikan risiko yang
serius bagi pengguna prisma tersebut. Sebaliknya, rintangan atau
bahaya cenderung memiliki kontras yang lebih tinggi dan seringkali
dalam kondisi bergerak (seperti pada kedua kondisi atau penglihatan
melalui prisma). Sehingga pengguna prisma tersebut akan memiliki
kesempatan yang lebih baik untuk mendeteksi adanya rintangan atau
bahaya meski ada kelemahan pada penglihatan melalui prisma.
Kesimpulan Gambaran penglihatan dari prisma tampak monokuler,
pelebaran lapang pandang dengan prisma perifer lebih lemah
daripada penglihatan objek secara langsung pada mata lainnya,
gambaran penglihatan dari prisma masih terlihat proporsional,
terutama ketika ditampilkan objek statis pada penglihatan langsung.
Kami menyimpulkan bahwa rasio binocular rivalry dari prisma
cukup efektif untuk aplikasi klinis rehabilitasi hemianopia.

Anda mungkin juga menyukai