INSTRUKSI KERJA 01
DOKUMEN
NO. REVISI -
Pemeriksaan Glukosa Pada TANGGAL 01/01/20
Urine (Manual)
HALAMAN -
Pelaksana Staf Laboratorium Kimia Klinik
Metode Reduksi Benedict
Glukosa dalam urine dapat mereduksi ion cupri menjadi ion cupro
Prinsip pada larutan, sehingga terjadi perubahan warna kuning menjadi merah
bata.
Tujuan Mengetahui sejumlah glukosa yang terdapat didalam urin
1. Mikropipet
2. Penjepit
Alat
3. Tabung reaksi
B. Analitik
Analitik adalah tahap pengerjaan pengujian sampel sehingga diperoleh hasil
pemeriksaan. Tahap ini harus ekstra teliti dalam memulai pemeriksaan laboratorium, yang
termasuk dalam tahapan analitik antara lain :
1. Pemeriksaan spesimen
2. Pemeliharaan dan Kalibrasi alat
3. Uji kualitas Reagen
4. Uji Ketelitian
5. Uji Ketepatan
C. Pasca Analitik
Pasca analitik ialah tahap akhir pemeriksaan yang dikeluarkan untuk meyakinkan
bahwa hasil pemeriksaan yang dikeluarkan benar – benar valid atau benar.
Pra analitik sangat berpengaruh terhadap kualitas sampel walaupun tidak dapat
dinyatakan secara kuantitas. Tahap pra analitik ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
sehingga jika terjadi kesalahan pada hasil pemeriksaan sangat sulit untuk ditelusuri atau
dilacak. Oleh karenanya sebagai petugas laboratorium harus benar – benar berusaha bekerja
sesuai dengan petunjuk pelaksanaan kerja sehingga meminimalisasi terjadinya kesalahan.
Disamping faktor pengerjaan dari internal pada tahap pra analitik juga sangat tergantung pada
kondisi pasien saat itu, kejujuran dan kelengkapan pasien dalam memberi informasi, kondisi
sampel itu sendiri, suasana lingkungan dan bahan pembantu yang digunakan.
Adapun faktor – faktor yang pada umumnya berpengaruh pada tahap pra analitik antara lain :
1. Kondisi pasiena.
a. Riwayat penyakit yang diderita pasien, penyakit turunan ataupun kelainan
bawaan tentunya akan mempengaruhi kondisi tubuh pasien tersebut.
b. Berat badan, tinggi badan, luas permukaan tubuh. Kondisi fisik pasien secara
spesifik tentunya akan berbeda dan memberi pengaruh antar individu.
c. Kondisi pasien yang sedang fit atau tidak. Kondisi pasien saat pemeriksaan
tentunya akan mempengaruhi kondisi sampel yang diberikan.
d. Kelainan – kelainan yang diderita oleh pasien. Jika pasien memiliki kelainan
maka tentunya akan mempengaruhi kondisi pasien juga sampel dari pasien
tersebut.
e. Aktivitas fisik pasien. Aktifitas yang dilakukan pasien dapat meningkatkan
kadar – kadar tes tertentu.
f. Gaya hidup pasien, kebiasaan pasien yang tentunya juga akan mempengaruhi
kondisi sampel, contohnya pada pasien yang memiliki kebiasaan merokok, hal
ini dapat meningkatkan hasil/kadar pada pemeriksaan tumor marker.
2. Lama puasa pasien (Untuk pemeriksaan tertentu yang memerlukan puasa)
Lama puasa pasien sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan, misalnya pada
pemeriksaan glukosa puasa jika pasien berpuasa > 14 jam maka hasil pemeriksaan glukosa
tidak akan memperlihatkan kondisi sebenarnya, begitu juga pada pemeriksaan gula 2 jam PP
jika pasien diambil darah > 10 menit pada 2 jam setelah makan maka hasil pemeriksaan tidak
akan menggambarkan kondisi glukosa darah pasien yang sesungguhnya.
Sampel yang diambil haruslah sampel yang sesuai/tepat dengan jenis pemeriksaannya,
cara pengambilan sampelpun harus benar. Penggunaan bahan pembantu yang tidak tepat
tentunya akan merusak sampel. Kondisi lingkungan seperti suhu, kebersihan tentunya
mempengaruhi stabilitas dan kualitas sampel sehingga dapat berakibat terhadap hasil
pemeriksaan. Kualitas bahan pembantu juga mempengaruhi hasil karena jika kualitasnya
tidak baik tentunya dapat merusak sampel dan atau menurunkan kualitas yang ada.