Anda di halaman 1dari 42

SOAL UAS EPIDEMOLOGI INTERMEDIET 2017

1. Untuk mempelajari distribusi dan frekwensi penyakit di populasi dipakai disain studi
epidemiologi…
A. Deskriptif
B. Analitik
C. Disain studi kohort (cohort study)
D. Disain studi kasus-kontrol (case-control study)
E. Disain studi intervensi (intervention study)
Jawaban : A
2. "Gambaran kepadatan tulang pada lansia berdasarkan hasil X-Ray" contoh diatas
termasuk ke dalam kategori penelitian…
A. Deskriptif
B. Analitik
C. Kohort
D. Case-control
E. Experimental
Jawaban : A
3. Berikut ini termasuk studi epidemiologi deskriptif, kecuali …..
A. Case-report
B. Case-series
C. Correlation-study
D. Cross-sectional
E. Case-control
Jawaban: E
4. Berikut ini yang termasuk studi epidemiologi deskriptif dengan unit pengamatan/analisis
agregat adalah …..
A. Case-report
B. Case-series
C. Correlation-study
D. Cross-sectional
E. Case-control
Jawaban: C
5. Perhatikan ciri-ciri desain studi penelitian berikut:
(a) Merupakan studi epidemiologi yang bersifat observasional
(b) Unit pengamatan/analisisnya individual
(c) merupakan laporan kasus-kasus penyakit dengan diagnosis yang diduga sama
(d) Biasanya merupakan penyakit-penyakit baru, masalah kesehatan baru, fenomena
baru yang belum jelas
(e) Menggambarkan riwayat penyakit, pengalaman klinis dari masing-masing kasus
(f) laporan kasus-kasus kemudian dapat dianalisis secara sederhana yakni dengan
melihat distribusi/ frekwensi penyakit dan berdasarkan : gejala-gejala klinis “ orang,
tempat, waktu
Menurut ciri-ciri diatas merupakan penelitian epidimiologi deskriptif dengan desain
studi...
A. Desain studi laporan kasus (case-report)
B. Desain studi serial kasus (case-series)
C. Desain studi korelasi (correlation study)
D. Desain studi potong lintang (cross-sectional)
E. Desain studi kohort
Jawaban: A
6. Berikut ini bukan merupakan kekurangan desain studi potong lintang (cross-sectional)
kecuali…
A. Dapat untuk melihat distribusi frekwensi penyakit di populsi
B. Dapat untuk melihat hubungan variabel “exposure” dan variabel “outcome”
C. Hasil analisisnya dapat dipakai untuk membangun hipotesis baru
D. Tidak dapat untuk melihat hubungan sebab akibat, karena variabel “exposure” dan
variabel “outcome” diukur secara simultan
E. Dapat menambah reverensi ilmu pengetahuan
Jawaban : D
7. Di suatu kota x dilaporkan terdapat temuan kasus penyakit baru yang menimpa satu
individu dengan gejala klinik tertentu. Untuk membantu menganalisa temuan tersebut,
studi apa yang paling cocok dilakukan...
A. Correlation study
B. Cohort study
C. Case-report study
D. Cross-sectional
E. Case-control study
Jawaban: C
8. Dilakukan sebuah penelitian untuk mencari apakah ada hubungan antara merokok dengan
hipertensi. Penelitian dilakukan di sebuah pabrik dengan menggunakan sampel 1500
orang secara random dari populasi.
Di bawah ini pernyataan dari penelitian diatas adalah benar, kecuali...
A. Merokok adalah data kategorik
B. Hasil analisis menghasilkan hubungan sebab akibat
C. Hasil analisis deskriptif berupa distribusi frekwensi dari merokok dan hipertensi
D. Hasil analisis analitik dapat melihat korelasi/hubungan antara variabel-variabel diteliti
E. Semua benar
Jawaban: B
9. Ukuran agregat dalam studi korelasi di gunakan untuk mengukur…
A. Nilai modus
B. Nilai rata-rata
C. Nilai media
D. Jawaban b dan c benar
E. Semua jawaban benar
Jawaban: D
10. Berikut adalah kelebihan dari studi korelasi adalah, kecuali
A. Dapat untuk melihat distribusi frekuensi kejadian penyakit
B. Dapat melihat hubungan antara variabel
C. Dapat membangun/memformulasikan hipotesis baru
D. Data telah tersedia maka relatif lebih murah
E. Dapat melihat hubungan di tingkat individu
Jawaban: E
11. Salah satu disain studi epidemiologi analitik adalah studi kohort. Setiap disain studi
mempunyai kekuatan dan kelemahan. Berikut merupakan kekuatan dari studi kohort,
kecuali :
a. Dapat untuk melihat sekuens/urutan kejadian sebab akibat, yakni E → D
b. Dapat menghindari terjadinya bias dalam pengukuran variabel-variabel E
c. Dapat meneliti beberapa outcome sekaligus
d. Jumlah dari variabel outcome dapat bertambah selama proses follow up
e. Membutuhkan sampel yang besar
Jawaban : E

12. Penelitian dengan disain studi kohort bersifat observasional tanpa melakukan
intervensi. Dibawah ini merupakan prinsip dari stusi kohort antara lain :
a. Penelitian dimulai dari status keterpaparan terhadap faktor risiko (exposure) pada subjek-
subjek yang diteliti, kemudian dikelompokkan menjadi kelompok terpapar dan tidak
terpapar
b. Kedua kelompok di follow up
c. Kemudian diukur outcome (disease) pada masing-masing kelompok dan dibandingkan
d. Jawaban a,b dan c benar
e. Penelitian dilakukan pada subjek-subjek yang sudah sakit
Jawaban : D

13. Pada studi kohort :


a. Dapat dievaluasi beberapa “outcomes”
b. Dapat dievaluasi beberapa factor risiko atau “exposures”
c. Sangat rentan terhadap adanya “recall bias” (kesalahan responden memberikan informasi
karena lupa)
d. Semua diatas benar
e. Bukan salah satu di atas
Jawab : A

14. Suatu penelitian ingin mengetahui hubungan konsumsi makanan manis dengan
kejadian karies gigi pada siswa sekolah dasar. Siswa sekolah dasar ini diikuti selama 5
tahun kemudian dilihat proporsi siswa yang menjadi karies gigi dihubungkan dengan
keterpaparan makanan manis. Jenis penelitian ini dipakai :
a. Studi Ekologi
b. Studi Cross Sectional
c. Studi Case Control
d. Studi Kohort
e. Studi Eksperimental
Jawab : D

15. Pada penelitian dengan studi kohort, hal-hal dibawah ini benar kecuali :
a. Dimulai dari pengukuran status keterpaparan terhadap factor resiko
b. Mengukur outcome dari masing-masing kelompok yang diteliti
c. penelitian dilakukan pada kelompok yang masih bebas dari outcome (disease)
d. bersifat prospektif saja
e. bukan salah satu diatas
Jawab : D

16. Syarat dari populasi kohort terbuka atau kohort dinamik, adalah sebagai berikut:
a. Kumpulan individu yang anggotanya bertambah dan berkurang selama periode masa
tertentu atau yg anggotanya mudah berganti/ berubah status pajanannya.
b. Setiap anggota boleh mulai diamati kapan saja
c. Boleh ada anggota kohort baru yang bergabung di tengah masa pengamatan
d. Bukan salah satu diatas
e. Semua diatas benar
Jawab : E

17. Berikut ini adalah kelebihan studi kohort :


a. Biaya penelitian tidak terlalu besar
b. Dapat untuk melihat urutan sebab akibat
c. Waktu penelitian relative pendek
d. Dapat dipakai untuk penelitian kasus yang jarang
e. Tidak perlu sampel yang besar
Jawaban :B

18. Yang termasuk studi epidemiologi analitik adalah :


a. Case report
b. Case series
c. Correlation study
d. Cross sectional
e. Cohort study
Jawaban : E

19. Cohort meupakan istilah yang beearti sekelompok tentara yang maju bersama-sama
ke medan pertempuran yang berasalal dari bahasa :
a. Yunani kuno
b. Romawi kuno
c. Mesir
d. Vatikan
e. Sansekerta
Jawaban : B

20. Oleh karena penelitian kohort diikuti dalam suatu periode tertentu, maka
rancangannya dapat bersifat :
A. Retrospektif
B. Progresif
C. Prospektif
D. A san B benar
E. A dan C benar
Jawaban : E

21. Berikut adalah karakteristik penelitian kohort, kecuali :


A. Tidak bersifat observasional
B. Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat
C. Disebut sebagai studi insidens
D. Terdapat kelompok kontrol
E. Terdapat hipotesis spesifik
Jawaban : A

22. Dibawah ini yang bukan merupaka ciri-ciri penelitian dari kasus kontrol, yaitu :
a. Unit analisis individu
b. Bersifat observasional
c. Sampel tidak begitu besar
d. Durasi penelitian relatif singkat
e. Biaya sangat mahal
Jawaban: E

23. Pola dasar :

Pola dasar berikut merupakan pola desain :


a. Ekperimen
b. Kohort
c. Kasus kontrol
d. Intervensi
e. Crossectional
Jawaban: C
24. Melihat hubungan (asosiasi) antara variabel disease dan variabel exposure
merupakan bentuk analisis yang dilakukan?
a. Analisis univariate
b. Analisis bivariate
c. Analisis multivariate
d. Analisis data
e. Analisis faktor-faktor
Jawaban: B

25. Analisis yang dilakukan pada studi kasus-kontrol tergantung pada faktor?
a. Distribusi dari variabel tidak sesuai dengan uji statistik
b. Skala pengukuran dari variabel disease
c. Skala pengukuran dari variabel disease dan variabel exposure
d. Besarnya confidence interval
e. Skala kontinyu
Jawaban: C

26. Apa yang dimaksud dengan kelompok kontrol dalam studi case control?
a. Sekelompok orang yang memiliki kesamaan kasus dan pengukuran tertentu tetapi tidak
memiliki penyakit
b. Sekelompok orang yang memiliki kesamaan penyakit tertentu
c. Sekelompok orang yang memiliki kesamaan kasus dan kesamaan penyakit tertentu
d. Sekelompok orang yang memiliki kesamaan kasus tapi boleh dengan pengukuran yang
berbeda
e. Semua jawaban tidak tepat
Jawaban: A

Berikut merupakan langkah-langkah dalam studi case control secara acak untuk menjawab
pertanyaan no 6 dan 7:
1. Mengidentifikasi paparan potensial yang mungkin akan terkait dengan kejadian suatu
penyakit
2. Menemukan siapa saja yang telah terpapar melalui kuesioner
3. Memilih kelompok kontrol
4. Mendifinisikan kasus dan mengumpulkan seluruh kasus yang akan dimasukkan ke dalam
studi
5. Menghitung OR untuk masing-masing variabel paparan yang akan dimasukkan ke dalam
studi menggunakan tabel 2x2
27. Langkah kedua dalam case control yaitu:
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
Jawaban: C

28. Langkah terakhir dalam case control yaitu:


a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
Jawaban: E

29. Berikut yang bukan merupakan kelemahan dari case control, yaitu:
a. Tidak cocok untuk kasus yang langka
b. Tidak dapat menghitung relative risk
c. Tidak dapat menyatakan hubungan sebab-akibat kejadian suatu penyakit
d. Tidak dapat menghitung odd ratio
e. Tidak dapat menghitung incidence rate
Jawaban: D

Berikut merupakan tabel 2x2 kejadian suatu penyakit akibat paparan tertentu untuk soal no 9
dan 10:
Disease No Disease Total
Exposed A B A+B
Not Exposed C D C+D
Total A+C B+D A+B+C+D

30. Manakah yang merupakan cara menghitung odds terpapar dari kelompok yang
memiliki penyakit?
a. A/C
b. A/D
c. B/C
d. B/D
e. A/B
Jawaban: A

31. Manakah yang merupakan cara menghitung odds terpapar dari kelompok yang tidak
memiliki penyakit?
a. A/C
b. A/D
c. B/C
d. B/D
e. A/B
Jawaban: D

32. Dibawah ini yang merupakan kelebihan studi ekperimental adalah..


a. Cocok untuk penelitian dgn frekwensi “outcome” jarang
b. Lebih murah
c. Tidak membatasi skope penelitian
d. Dapat memberikan bukti kuat adanya hubungan sebab-akibat
e. Durasi penelitian relatif singkat

33. Urutkan langkah-langkah dalam studi kuasi eksperimental:


1. Pilih sampel dari populasi
2. Aplikasikan intervensi secara “blind”
3. Ukur variabel-variabel dasar (yang diduga sebagai confounder)
4. Ukur variabel “outcome” pada kelompok yang diteliti secara “blind”
5. Follow-up kelompok-kelompok yang diteliti
a. 1, 3, 2, 5, 4
b. 1,2, 3, 4, 5
c. 1, 3, 4, 2, 5
d. 1, 3, 2, 4, 5
e. 1, 2 ,5 ,3, 4

34. Meneliti hubungan variabel exposure dengan variabel outcome, yang dimana
exposure dapat berupa obat, program-program kesehatan, pelatihan, tindakan medis dan
lain-lain sedangkan outcomenya dapat berupa status klinis, status psikologis, status
kesehatan, status laboratoris, status pengetahuan, dll merupakan definisi dari istilah
design penelitian..
a. Between group design
b. True experimental design
c. Randomized clinical trial
d. Quasi experimental design
e. Within group design

35. Berbeda dengan studi kohort dan case control, dari segi sampel, biaya dan waktu,
berikut ini yang termasuk ciri-ciri studi experimental..
a. Sampel banyak
b. Sampel mudah didapat
c. Biaya relative murah dengan waktu singkat
d. Biaya besar namun waktu relative singkat
e. Kurang efisien dari segi biaya dan waktu

36. Berikut ini merupakan bias-bias yang mungkin dapat terjadi pada studi experimental,
kecuali..
a. Bias alokasi intervensi
b. Bias seleksi
c. Bias kontaminasi
d. Bias kepatuhan
e. Loss to follow-up bias

37. Dibawah ini merupakan hal-hal yang berkaitan dengan Whithin Group Design (pre-
experimental design) , kecuali :
a. nama lain single group design, pre-test and post-test design
b. individu-individu yang diteliti sebelum dilakukan intervensi dilakukan pengukuran
terhadap variabel outcome
c. tidak dilakukan randomisasi
d. seluruh individu yang sama mendapat variabel exposure
e. seluruh individu tidak di “follow-up”dan tidak diukur variabel outcome

38. Terdapat dua kelompok siswa yang dipilih secara random dalam sebuah sekolah.
Kelompok pertama diberikan perlakuan, yaitu menerima pelajaran di kelas yang berisi
AC, dan kelompok yang lain tidak diberi AC. Kemudian dibandingkan perbedaan prestasi
antara siswa yang menerima pelajaran di ruang ber-AC dengan siswa yang menerima
pelajaran di ruangan yang tidak ber-AC. Apabila terdapat perbedaan prestasi yang sangat
signifikan maka ruangan ber-AC sangat memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar
siswa. Termasuk dalam bentuk-bentuk desain eksperimental apakah yang dilakukan pada
kasus tersebut?
a. Posttest Only Control Group Design
b. Pretest-posttest with control group design.
c. Control Time Series Design
d. Non Equivalent control group
e. One-Group Pretest-Posttest

39. Penelitian ini mencoba mempelajari faktor-faktor resiko dengan kejadian suatu
penyakit dengan memberikan perlakuan atau manipulasi terhadap faktor risiko pada
subjek. Efek perlakuan yang diberikan secara kolektif pada individu dalam masyarakat
tersebut dapat diamati dengan pendekatan individual, tetapi pengamatan tersebut lebih
sering dilakukan dengan pendekatan kelompok. Aplikasi penelitian eksperimental apakah
yang dimaksud?
a. Penelitian Intervensi Kuratif
b. Penelitian Intervensi Promotif
c. Penelitian Intervensi Preventif
d. Penelitian Intervensi Rehabilitatif
e. Penelitian Intervensi Kelompok

40. Penelitian yang bertujuan untuk menguji efektifitas kontrasepsi oral baru dalam
mencegah kehamilan, dilakukan dengan metoda penelitian:
a. Diskriptif
b. Kasus kontrol
c. Kohort
d. Eksperimental
e. Cross Sectional

41. Untuk mengukur efek dari suatu intervensi terhadap hasil tertentu yang diprediksi
sebelumnya, adalah tujuan dari penelitian:
a. Penelitian Eksperimental
b. Penelitian Kohort
c. Penelitian Cross Sectional
d. Penelitian Kasus control
e. Penelitian Deskriptif
42. Ukuran Epidemiologi untuk mengukur keeratan hubungan statistic antara factor
tertentu dengan kejadian penyakit yang diduga merupakan akibat pemaparan tersebut
adalah :

A. Ukuran Frekuensi Penyakit

B. Ukuran Asosiasi

C. Ukuran Dampak/Efek

D. Ukuran Rasio

E. Jawaban A, B, C benar

Jawaban adalah B

Untuk soal no 2 dan 3 Kaitan antara kadar kolesterol dan angka insidens penyakit jantung
koroner dalam suatu kohort (Data hipotetis)

Kategori kadar kolesterol Jumlah kasus stroke Orang - tahun observasi


Tingkat insidens stroke (per 100.000 orang tahun)

Rendah 120 600.000


20,0

Tinggi 360 720.000


50,0

Total 480 1.320.000


36,4

43. Berapa RDI/ rasio rate/ Rasio Density Rate?

a. 2,8

b. 3,8

c. 2,5

d. 4

e. 3,5

Jawaban adalah C
Karena RR = Insden terpajan : insiden tidak terpajan

RR = 50:20 = 2,5

44. Berapa Rasio rate atau rasio densitas insidens (RDI) ?

a. 30

b. 10

c. 20

d. 50

e. 40

Jawaban A

45. Hubungan asosiasi dibawah ini yang benar, adalah

a. Hubungan kausal

b. Hubungan familial

c. Hubungan terestial

d. Hubungan lokal

e. Hubungan global

Jawaban A

46. Ukuran Dampak Dibawah ini kurang tepat

a. Attributable Risk -- Angka

b. Attributable Risk Percent -- Persentase

c. Population Attributable Risk -- Angka

d. Population Attributable Risk Percent -- Persentase

e. Excess Risk -- Huruf

Jawaban E
47. Ratio atau perbandingan Insiden pada kelompok terpajan “exposure” dengan
kelompok yang tidak terpajan “exposure” disebut RR ( Risiko relatif ). RR juga dapat
dihitung dengan membandingkan antara Insiden Density dengan exposure positif
dibandingkan Insiden Density dengan exposure negatif. Untuk tabulasi silang dibawah ini
perhitungan RR yang tepat adalah

D+ D- Jumlah

E+ a c a+c

E- b d b+d

Jumlah a+b c+d

a. (aa+c)/(bb+d)

b. (aa+b)/(cc+d)

c. (bb+d)/(aa+c)

d. (aa+b)/(cc+d)

e. (cc+d)/(aa+b)

Jawaban A

48. Pada suatu lokasi konstruksi, terdapat 118 pekerja. 66 diantaranya menggunakan APD
secara lengkap dan sisanya memakai APD seadanya dan 20 orang diantaranya mengalami
kecelakaan kerja ringan seperti terkena paku, terkena pecahan kaca dan lain-lain. Dari data
yang diperoleh, 5 orang yang biasanya memakai APD secara lengkap juga mengalami
kecelakaan kerja ringan. Hitung berapa rasio oods-nya?

a. 7,625

b. 0,341
c. 0,762

d. 3,411

e. 19,52

Jawaban : A

49. Apa arti dari hasil rasio odds diatas?

a. Kecenderungan pekerja yang tidak menggunakan APD untuk mengalami kecelakaan


kerja adalah 0,34 kali lebih besar dari pada pekerja yang memakai APD

b. Kecenderungan pekerja yang tidak menggunakan APD untuk mengalami kecelakaan


kerja adalah 7,625 kali lebih besar dari pada pekerja yang memakai APD

c. Kecenderungan pekerja yang tidak menggunakan APD untuk mengalami kecelakaan


kerja adalah 19,52 kali lebih besar dari pada pekerja yang memakai APD

d. Kecenderungan pekerja yang tidak menggunakan APD untuk mengalami kecelakaan


kerja adalah 3,411 kali lebih besar daripada pekerja yang memakai APD

e. Kecenderungan pekerja yang tidak menggunakan APD untuk mengalami kecelakaan


kerja adalah 0,762 kali lebih besar dari pada pekerja yang memakai APD

Jawaban : B

50. Kondisi tercampurnya efek dari factor resiko yang diteliti terhadap kejadian penyakit oleh
factor ketiga yang mengakibatkan over-estimate ataupun under-estimate dari pengukuran
asosiasi yang sesungguhnya disebut

A. Error type I

B. Power

C. Confounding

D. Error Type II

E. Bias

Jawaban C

51. Ukuran asosiasi yang biasa digunakan dalam epidemiologi dibawah ini, kecuali..
a. Risk Ratio

b. Rate Ratio

c. Attributable Ratio

d. Odds Ratio

e. Prevalens Ratio

Jawaban C

52. Berbagai strategi yang digunakan dalam penelitian yang bersifat individual adalah
kecuali …
A. Studi kasus-kontrol
B. Case report
C. Case series
D. Studi potong lintang
E. Studi korelasi
Jawaban : E
53. Penelitian yang bersifat studi kontrol deskriptif adalah kecuali …
A. Studi eksperimen
B. Case report
C. Studi korelasi
D. Studi potong lintang
E. Case series
Jawaban : A
54. Sebuah studi dilakukan untuk melihat hubungan antara pajanan
radiasi sinar dan penyakit katarak lensa mata di sebuah laboratorium
perusahaan besar X. Setelah dilakukan skrining, semua pegawai lab
yang bebas dari katarak diajak berpartisipasi dalam studi longitudinal
tersebut. Dengan asumsi tidak ada drop-out atau loss to follow-up,
setelah 10 tahun masa pengamatan, dari 5.000 pegawai yang
terpajan/ terpapar radiasi didiagnosis sebanyak 50 kasus katarak,
sementara dari 20.000 pegawai yang tidak terpajan, ditemukan 100
kasus.
A. Besarnya risiko untuk terkena katarak pada kelompok pegawai yang terpajan
radiasi per tahun adalah:
B. Besarnya risiko untuk terkena katarak pada kelompok pegawai yang tidak terpajan
radiasi selama 10 tahun adalah:
C. Yang dapat disimpulkan dari hasil studi di atas adalah :
Jawab :
Eksposure Radiasi Disease (Katarak) Total

+ + - 5000

50

4950

100 19900 20000

150 24850 25000

Petugas lab yang terpajan radiasi 5000 dan terdiagnosa katarak 50 orang Petugas lab yang
tidak terpajan radiasi 20.000 dan terdiagnosa katarak 100 orang

a. Risiko yang terpajan dan terkena katarak = 0.0325

b. Risiko yang terpajan dan terkena katarak =


c. Jadi petugas lab yang terpajan radiasi berisiko 2 kali lebih besar terkena katarak daripada
yang tidak terpajan radiasi
55. Berikut ini merupakan hasil dari studi kohort yang meneliti hubungan antara merokok
dan penyakit jantung koroner (PJK) yang dilakukan selama 10 tahun

“Outcome” setelah
10 tahun
Pada awal PJK
studi PJK (+) (-)
2000
perokok) 65 1.935
4000 bukan
perokok 20 3.980
Jawab :
“Outcome” Tota
setelah l
Incidens per 1.000
10 tahun Incedens rate per
Pada awal penyakit tahun
studi

PJK
PJK (+) (-) a+b
2000 perokok) a b a
a+b
65 1.935 2.000 65 = 0,0325 0,0324 x 1.000 = 32,5
65+1.935
4000 bukan c d c
perokok c+d
20 3.980 4.000 20 = 0,005 0,005 x 1.000 = 5
20+3.980

A. Insidens PJK pada kelompok perokok ?

32,5 per 1.000 = 33 orang per 1.0000 penduduk (pembulatan)

Insidens PJK pada kelompok bukan perokok ?

5 per 1.000

Hitung kuatnya hubungan antara merokok dengan PJK

a+b

Relative Risk Risk


(RR) = in exposed = c=32,5 = 6,5➢
+
Risk in nonexposed c+d 5 b

+
b

> 1 = Resiko terpapar lebih besar dari tidak terpapar. Ada hubungan positif (kemungkinan
penyebab). Dapat dikatakan resiko terpapar rokok berhubungan dan ada kemungkinan untuk
dapat menyebabkan Penyakit Jantung Koroner (PJK). Kesimpulan : Perokok mempunyai
resiko 6,5 kali lebih besar untuk menderita Penyakit Jantung Koroner daripada yang bukan
perokok.
Attributale risk % dari penyakit ini adalah

Attributale risk = Insidens in exposed group - Insidens in non exposed group x 100%

Insidens in exposed group

= 32,5 – 5 = 27,5 = 0,846 = 84,6%

32,5 32,5

E. Apa arti attributable risk % pada studi ini:

84,6% kesakitan (morbiditas) pada kasus Penyakit Jantung Koroner di kalangan perokok
disebabkan oleh merokok dan mungkin dapat dicegah dengan menghilangkan paparan dan
konsumsi rokok.

56. Suatu pabrik yang mempunyai tingkat kebisingan yang tinggi, diharapkan pekerja
menggunakan tutup telinga yang disediakan. Higiene perusahaan mendapatkan 100 dari 500
pekerja tidak menggunakan tutup telinga dengan alasan alat tersebut mengganggu.

Pada test pendengaran ditemukan 16 pekerja yang menggunakan tutup telinga dan 40 pekerja
yang tidak menggunakan menderita hilang pendengaran. Semua pekerja tidak mempunyai
masalah dalam pendengaran 4 tahun sebelumnya yaitu waktu pabrik itu dibuka.
A. Berapa cummulative incidence hilang pendengaran pada pekerja yang menggunakan tutup
telinga per tahun?
B. Berapa resiko relatif tidak menggunakan tutup telinga untuk terjadi hilang pendengaran?
Eksposure Kebisingan Disease (Hilang Pendengaran) Total

+ -
+ 40 60 100
- 16 384 400
56 444 500

C. Berapa resiko hilang pendengaran yang disebabkan oleh tidak menggunakan tutup telinga
(adatattributable risk) per tahun?

Artinya 36 orang bisa terhindar dari hilang pendengaran jika pekerja memakai tutup telinga

57. Saudara bertugas sebagai pejabat kesehatan didaerah X .Didaerah X ada kota Baru
,sebuah kota yang maju pesat dimana penduduknya terutama orang pensiunan atau orang
tua. Daerah ini merupakan rawa yang tidak dihuni 10 tahun yang lalu.Penduduk kota
baru resah karena ada kabar “bahwa rate kanker lambung tinggi dan diperkirakan ada
karsinogen pada sumber air kota tersebut.”

Saudara mencari informasi kenapa ada kesimpulan itu. Kemudian saudara dapati rate kanker
lambung kota Baru tsbt dibandingkan dengan rate kanker lambung kota Lama .Kota Lama
adalah sebuah kota yang sudah lama berdiri , dimana ada kompleks tentara dan beberapa
pabrik industri makanan. Penduduk kota Baru menanyakan saudara mengenai kebenaran.
Kota Kota
Tahun 2000 Baru Lama
Total populasi 48.000 120.000
Angka kematian kanker 16 10
lambun
g

A. Ukuran penyakit apa yang dapat digunakan untuk kalkulasi dari data tersebut diatas ?
Ukuran yang Sesuai untuk mengkalkulasi data diatas adalah Ukuran Frekuensi menggunakan
Prevalensi, Ukuran Asosiasi menggunakah PR (Prevalence Risk)
B. Kalkulasi ukuran frekuensi tsbt untuk setiap kota.
PR Kota Baru PR Kota Lama
Pada Tahun 2000 risiko rata- Pada Tahun 2000 risiko rata-
rata rata
penyakit kanker lambung di Kota
Baru penyakit kanker lambung di Kota
Lama sebanyak 8/100.000
sebanyak 33/100.000 penduduk penduduk

C. Berapa resiko relative kota Baru dibandingkan kota Lama?

Risiko untuk mengalami kanker lambung pada yang tinggal di kota baru 4 kali lebih tinggi
dari yang tinggal di kota lama.
D. Disamping kemungkinan masalah lingkungan sebagai penyebabnya, faktor

apakah yg dapat membuat perbedaan rate kanker lambung pada kedua kota tsbt.

Jumlah Populasi,

Usia,

Faktor Host (karakteristik dan life style),

fasilitas layanan kesehatan.

Genetic

E. Data tambaahan apa yang diperlukan dari kedua kota itu.

Pemeriksaan Fisik, Kimia air sungai

Karakteristik penduduk,

Recall pola Makanan

Untuk latihan nomer ini, E disebut sebagai merokok, D1 sebagai kanker paru dan D2 sebagai
penyakit jantung.E menyebabkan terjadinya D1 dan D2.
dilaporkan per 100.000 person years.Tabel dibawah ini
Rates merupakan angka
rates dari data ini.
D 1D 2

Merokok 13 100
Tidak
merokok 1 50

A. Hitung RR terjadinya D1 oleh E. Hitung RR terjadinya d2 oleh E. Penyakit mana yg


memberikan asosiasi yang lebih kuat/besar ?
RR terjadinya D1 oleh E
RR terjadinya D2 oleh E

Penyakit kanker paru (D1) memberikan asosiasi yang lebih kuat (RR = 13)

dibandingkan dengan penyakit jantung (RR = 2)

B. Hitung RD (risk difference) terjadinya D1 oleh E. Hitung RD (risk difference)

terjadinya D2 oleh E. Penyakit mana yang meberikan efek yang lebih besar?

RD = Risk in eksposed – Risk in non eksposed

- RD terjadinya D1 oleh E = 13-1 = 12

RD terjadinya D2 oleh E = 100-50 = 50

RD terjadinya D2 atau penyakit jantung (RD = 50) lebih tinggi dibandingkan RD terjadinya
D1 atau kanker paru (RD = 12)

C. Jelaskan terjadinya paradox antara jawaban A dan B?

Kejadian penyakit jantung lebih banyak terjadi di masyarakat, dan jumlah orang yang bisa
diselamatkan atau terhindar dari kematian jika kebiasaan merokok dihilangkan, lebih banyak
pada penyakit jantung dibandingkan kanker paru.
Hal ini berguna untuk mengukur besarnya masalah yang terjadi di masyarakat dan
pengambilan kebijakan. Sebagai contoh penggerakkan program pencegahan penyakit jantung
lebih digencarkan daripada kanker paru dalam hubungannya dengan akibat merokok.

58. Cell phone use and auto accidents. One aspect of cell phone use that deserves our
attention is its potential to cause driving accidents. Dreyer (1999) estimated fatal auto
accidents rates of 5, 10, and 12 per 100,000 person-years for light, moderate, and heavy
cell phones use.

Using the light users as the reference category, calculate the risk differences associated with
moderate and heavy cell phone use.

JAWABAN 1
RD penggunaan ponsel moderate adalah Risk = x 100.000 = 2 per 100.000 Orang

RD penggunaan ponsel heavy adalah


Risk = x 100.000 = 2,4 per 100.000 Orang

Moderate risk lebih rendah 83% dari heavy

59. Hepatitis B and liver cancer (fictitious data). A study of Hepatitis B infection and liver
cancer found 65 cases of liver cancer in 65,000 person with Hepatitis B. In a Hepatitis-free
cohort, there are 5 cases in 215,000 individuals.

Calculate the RR of liver cancer in this study. Interpret this statistic.

Jawab

Interpretasinya adalah bahwa seseorang yang terinfeksi Hepatitis B 50 kali lebih rentan terkena
kanker hati di banding yang tidak terinfeksi Hepatitis B

Calculate the RD. Interpret the results. [Units are required when interpreting rate differences.]

Jawab

RD = AR = Insidence Rate terpapar – Incidence Rate tidak terpapar =0,001 – 0,00002 = 0,00098

=98 per 100.000

Jadi, jika Hepatitis B dapat dihindari/dicegah maka kasus (angka kejadian) kanker hati dapat
diturunkan menjadi 98 per 100.000
Which of the above statistics quantifies the strength of the association? Which quantifies the
effect in absolute terms?

Jawab

digunakan untuk menentukan hubungan asosiasi yaitu seberapa besar etiologi infeksi hepatitis
B terhadap kemungkinan terjadinya kanker hati (liver cancer)

dan

AR digunakan untuk menentukan seberapa besar dampak atau efek kasus kanker hati yang
disebabkan karena hepatitis B dibandingkan dengan kasus kanker hati yang bukan karena
hepatitis B. AR dapat digunakan untuk menentukan suatu kebijakan, misal penentuan kebijakan
berupa imunisasi Hepatitis B yang akan menurunkan kasus kanker hati secara signifikan

60. Seorang ahli epidemiologi saudara diminta untuk menjelaskan dampak merokok terhadap
kejadian stroke pada pertemuan di suatu perusahaan penerbangan yang ingin mengadopsi
peraturan “Dilarang Merokok”. Saudara menggunakan hasil penelitian epidemiologi pada
tempat kerja lain yang mirip penerbangan tsbt. Dari studi kasus kontrol, informasi tentang
yang berpotensi sebagai penyebab stroke dikumpulkan dari 171 kasus stroke dan 7829
kontrol selama 4 tahun. Diantara factor resiko tsbt adalah merokok.Data dibawah ini
merupakan hasil studi.

Group Stroke Total


Ya Tidak
Merokok 84 2916 3000
Tidak merokok 87 4913 5000
Total 171 7829 8000

JAWABAN 1

A. Bagaimana saudara menjelaskan resiko terjadinya stroke yang dihubungkan dengan merokok?
Jadi dapat disimpulkan bahwa perokok memiliki risiko 1,63 kali lebih besar untuk mengalami
stroke dibandingkan dengan orang yang tidak merokok

B. Bagaimana saudara menjelaskan dampak merokok terhadap kejadian stroke?


Contoh dari pengaruh confounding yang menyebabkan over-estimate pada ukuran
asosiasi, kecuali:

Suatu studi menunjukkan adanya hubungan antara meningkatnya aktifitas fisik dan
menurunnya resiko myocard infarct (MI).

Orang-orang yang dapat melakukan aktifitas fisik yang berat adalah kelompok usia muda

Pada studi akan diperoleh hasil bahwa aktifitas fisik menurunkan resiko MI.

Ukuran asosiasi yang diperoleh akan menunjukkan over-estimate dari ukuran asosiasi
yang sesungguhnya.

Ukuran asosiasi yang diperoleh akan menunjukkan under-estimate dari ukuran asosiasi yang
bukan sesungguhnya.

ANSWER: E.

Contoh dari pengaruh confounding yang menyebabkan under-estimate pada ukuran


asosiasi, kecuali:

Suatu studi menunjukkan adanya asosiasi antara meningkatnya aktifitas fisik dengan
resiko menurunnya MI.
Aktifitas fisik yang berat biasanya lebih banyak dilakukan oleh laki-laki dari pada
wanita.

Resiko MI lebih tinggi pada laki-laki dari pada wanita.

Akibatnya asosiasi antara efek dari aktifitas fisik dan resiko MI yang terukur akan “under
estimate” dari asosiasi yang sesungguhnya.

Akibatnya asosiasi antara efek dari aktifitas fisik dan resiko MI yang terukur akan “over
estimate” dari asosiasi yang bukan sesungguhnya

ANSWER: E.

61. Terjadinya penyakit pada manusia sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara :
Agen, Host dan Lingkungan
Agen dan Host
Agen dan Lingkungan
Host dan Lingkungan
Agen biologik

Jawaban : (a) Agen, Host dan Lingkungan

62. Epidemiologi kerap dikaitkan dengan keberadaan penyakit di suatu tempt. Adanya
penyakit yang menetap dalam suatu daerah dan waktu tertentu, disebut …
A. Epidemi
B. Pandemi
C. Endemis
D. Wabah
E. KLB

Jawaban : (C)Endemis
63. Upaya mendeteksi/mencari penderita dengan penyakit tertentu dalam masyarakat dengan
melaksanakan pemisahan berdasarkan gejlan yang ada atau pemeriksaan laboratorium untuk
memisahkan yang sehat dan yang kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis
dan pengobatan, merupakan pengertian dari :
a. Surveilans
b. Screening
c. Studi Cohort
d. Studi Cross Sectional
e. Studi Case Control
ANSWER: B

64. Kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan mereka yang benar-benar sakit
terhadap yang sehat merupakan pengertian dari :
a. Validitas
b. Reliabilitas
c. Derajat screening
d. Sensitifitas
e. Spesitifitas
ANSWER: A

65. Kemampuan suatu test memberikan hasil yang sama/konsisten bila test diterapkan lebih
dari satu kali pada sasaran yang sama dan kondisi yang sama. Merupakan pengertian dari:
a. Validitas
b. Reliabilitas
c. Derajat screening
d. Sensitifitas
e. Spestifitas
ANSWER: B

66. Tujuan dilakukannya skrining yaitu, kecuali :


a. Mengetahui mereka yang sehat sedini mungkin dapat dengan segera memperoleh pengobatan
b. Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat
c. Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin
d. Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang sifat penyakit dan
selalu waspada melakukan pengamatan terhadap gejala dini
e. Mendapatkan keterangan epidemiologis yang berguna bagi klinisi dan peneliti
ANSWER: A

67. Dibawah ini yang merupakan contoh skrining, kecuali :


a. Mammografi untuk mendeteksi Ca Mammae
b. Pap smear untuk mendeteksi Ca Cervix
c. Pemeriksaan Tekanan darah untuk mendeteksi hipertensi
d. Pemeriksaan reduksi untuk mendeteksi cholesterol
e. Pemeriksaan EKG untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner
ANSWER: D

68. Keberhasilan suatu tes skrining berhubungan dengan tujuan skrining. Wilson dan Junger
menganjurkan untuk memperhatikan persyaratan untuk keberhasilan skrining diantaranya
sebagai berikut, kecuali :
a. Harus ada tes atau pemeriksaan yang sesuai
b. Riwayat alamiah yang di skrining harus dimengerti secara baik
c. Test cukup sensitif dan spesifik
d. Tes atau pemeriksaan harus diterima masyarakat
e. Tidak tersedia  fasilitas pengobatan dan diagnosis 
ANSWER: E

69. Pap’s smear skrining pada wanita usia >40 tahun untuk mendeteksi Ca Cervix dan
mammography skrining untuk wanita yang punya riwayat keluarga menderita Ca, termasuk
jenis skrining :
a. Mass Screening
b. Single disease screening
c. Case finding screening
d. Multiphasic screening
e. Selective screening
ANSWER: E
70. Test skrining hipertensi dilakukan pada 14.000 orang di suatu daerah. Tabel dibawah ini
adalah hasil test skrining tersebut.
Hipertensi
Hasil skrining
+ -
+ 85 1.165 1.250
- 2.665 10.085 12.750
2.750 11.250 14.000
Berdasarkan tabel di atas, berapakah persentase sensitivitas dan spesivitas test skrining :
a. 6.8% dan 79.1%
b. 3.09% dan 89.64%
c. 3.19% dan 0.09%
d. 3.09% dan 79.1%
e. 6.8% dan 89.64%
ANSWER: B

71. Pada suatu daerah di Amerika Serikat, diketahui prevalensi sistiserkosis kurang lebih
sebesar 5%. Kegiatan skrining sistiserkosis kemudian dilakukan pada 15.000 orang dewasa.
Alat skrining tersebut mempunyai sensitivitas 30% dan spesifisitas 75%. Berapa persentase
positif palsu :
a. 25%
b. 94.06%
c. 5.94%
d. 23.75%
e. 70%
ANSWER: B

72. Dalam proses skrining /penapisan membutuhkan partisipasi dari masyarakat yang dinilai
cocok untuk menjalani pemeriksaan, hal tersebut diatas merupakan prinsip dalam
skrining/penapisan :
a. Skrining / penapisan harus aman dan dapat diterima oleh masyarakat
b. Skrining/penapisan harus akurat dan reliable
c. Harus mengerti riwayat alamiah penyakit dengan baik
d. Skrining/penapisan dilakukan pada jenis penyakit yang parah
e. Skrining/penapisan bukanlah hal yang perlu dilakukan
ANSWER: A
73. Berikut ini yang tidak termasuk kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) menurut Permenkes
1501 Tahun 2010 adalah :

A. Timbulnya suatu penyakti menular tertentu yag sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada
suatu daerah

B. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari
atau minggu berturut – turut menurut jenis penyakitnya

C. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya
dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya.

D. Rata – rata jumlah kesakitan per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat
atau lebih dibandingkan dengan rata – rata jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun
sebelumnya.

E. Jumlah penderita baru dalam periode waktu satu bulan tidak menunjukkan kenaikkan
dibandingkan dengan angka rata – rata jumlah perbulan dalam tahun sebelumnya.
ANSWER :

74. Bila penularan dari orang – ke orang, berpuncak banyak dan berjarak masa 1 inkubasi
disebut kurva epidemic...

A. Point source epidemic

B. Continous common source epidemic

C. Intermittent common source epidemic

D. Propograted Epidemic

E. Non – Propogated Epidemic

ANSWER : D

75. Suatu keadaan dimana terjadi kenaikan frekuensi penyakit yang dramatis pada suatu
populasi dalam periode waktu tertentu disebut dengan…….

A. Investigasi

B. Kasus

C. Surveilans
D. Skrining

E. Epidemi

ANSWER : E

76. Berikut merupakan kondisi yang dapat mendukung suatu kejadian


dikatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), kecuali……

A. Terjadi kenaikan frekuensi penyakit yang dramatis (epidemi)

B. Terjadi dalam waktu yang singkat

C. Terjadi kenaikan frekuensi penyakit yang normal/biasa (endemi)

D. Terjadi dalam area geografis yang terbatas

E. Terjadi epidemi secara tiba-tiba

ANSWER : C

77. Pada saat penentuan investigasi wabah, apa yang lebih utama dilakukan
bila sumber/cara penularan dan agen penyebab penyakit sama-sama
diketahui...

A. Lebih mengutamakan penanggulangan penyakit dibanding investigasi wabah

B. Lebih mengutamakan investigasi wabah dibanding penanggulangan penyakit

C. Sama-sama mengutamakan investigasi wabah dibanding penanggulangan penyakit

D. Tidak dilakukan keduanya

E. Mendeklarasikan terjadi wabah

ANSWER : A
78. Pada saat penentuan investigasi wabah, apa yang lebih utama dilakukan bila sumber/cara
penularan diketahui dan agen penyebab penyakit tidak diketahui...

A. Lebih mengutamakan penanggulangan penyakit dibanding investigasi wabah

B. Lebih mengutamakan investigasi wabah dibanding penanggulangan penyakit

C. Sama-sama mengutamakan investigasi wabah dibanding penanggulangan penyakit

D. Tidak dilakukan keduanya

E. Mendeklarasikan terjadi wabah

ANSWER : C

79. KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna
secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan wabah adalah
suatu peningkatan kejadian kesakitan dan/ataukematian yang telah meluas secara cepat. Dari
penjabaran tersebut, maka perbedaan dari KLB dan Wabah adalah?

A. Waktu

B. Tempat

C. Populasi

D. Jenis penyakit

E. Politik

ANSWER : E

80. Berdasarkan ilustrasi pengertian pada soal sebelumnya. Dapat diketahui bahwa..

A. KLB merupakan pintu masuk terjadinya wabah

B. Wabah merupakan pintu masuk terjadinya KLB

C. Wabah dan KLB adalah kejadian yang berbeda


D. Wabah dan KLB adalah sama

E. Wabah dan KLB saling merugikan

ANSWER : A

81. Dalam memastikan apakah terjadi wabah atau tidak, perlu dipertimbangkan faktor-faktor
berikut yang akan mempengaruhi investigasi wabah antara lain, kecuali :

A. Keparahan penyakit

B. Potensi penyebaran penyakit

C. Pertimbangan politik dan relasi publik

D. Lokasi kejadian

E. Ketersediaan sumber daya

ANSWER : D

82. Kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) yang baru-baru ini ditetapkan oleh pemerintah adalah
tentang penyakit ...

A. DBD

B. Difteri

C. Varicella

D. Malaria

E. Tetanus

ANSWER : B
83. Kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah
masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan
tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan
data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara
program kesehatan merupakan definisi Surveilans menurut :
a. SK Menkes No 1116 Tahun 2003
b. SK Menkes No 2226 Tahun 2003
c. SK Menkes No 3336 Tahun 2003
d. SK Menkes No 4446 Tahun 2003
e. SK Menkes No 5556 Tahun 2003
Jawaban : A

84. Berikut Ini adalah tujuan dari surveilans, kecuali :


a. Penyusunan Profil Kesehatan
b. Monitor trend penyakit endemis
c. Deteksi dini & Prediksi adanya KLB
d. Monitor kemajuan kinerja program
e. Evaluasi program intervensi
Jawaban : A

85. Kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah
masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan
penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan
penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan merupakan
definisi Surveilans Terpadu Penyakit (STP) menurut :
a. SK Menkes No 1479 /Menkes/SK/X/2003
b. SK Menkes No 2479/Menkes/SK/X/2003
c. SK Menkes No 3479 /Menkes/SK/X/2003
d. SK Menkes No 4479 /Menkes/SK/X/2003
e. SK Menkes No 5479 /Menkes/SK/X/2003
Jawaban : A

86. Adapun Ruang Lingkup pelaksanaan Surveilans Terpadu Penyakit Menurut SK Menkes
1479 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi
Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu, kecuali :
a. STP bersumber data Klinik Kesehatan
b. STP bersumber data puskesmas
c. STP bersumber data rumah sakit
d. STP bersumber data laboratorium
e. STP bersumber data klb penyakit dan keracunan dinkes kabupaten / kota
Jawaban : A

87. Sasaran Surveilans Terpadu Penyakit (STP) bersumber data di Puskesmas harus
melaporkan jenis penyakit sebanyak?
a. 25 Jenis Penyakit Menular
b. 29 Jenis Penyakit Menular
c. 9 Jenis Penyakit Menular
d. 25 Jenis Penyakit Penyakit Menular dan 2 Jenis Penyakit Tidak Menular
e. 29 Jenis Penyakit Menular dan 20 Penyakit Tidak Menular
Jawaban : A

88. Aktivitas pengumpulan data surveilans dibedakan menjadi dua yaitu?


a. Surveilans Aktif dan Surveilans Pasif
b. Surveilans Parsial dan Surveilans Aktif
c. Surveilans Terpadu Penyakit dan Surveilans Epidemiologi
d. Surveilans Sentinel dan Surveilans Khusus
e. Surveilans Rutin Terpadu dan Surveilans Khusus
Jawaban : A
89. Indikator Kelengkapan dan Indikator Ketepatan Laporan Bulanan STP Pelayanan
Kesehatan Ke Dinas Kesehatan Kabupate/kota sebesar ?
a. 90 % Kelengkapan dan 80 % Ketepatan
b. 80 % Kelengkapan dan 90 % Ketepatan
c. 85 % Kelengkapan dan 75 % Ketepatan
d. 75 % Kelengkapan dan 85 % Ketepatan
e. 50 % Kelengkapan dan 50 % Ketepatan
Jawaban : A

90. Melakukan aktivitas pemantauan terhadap suatu populasi luas atau suatu populasi tertentu
yang difokuskan pada indikator kesehatan kunci disebut dengan?
a. Surveilans sentinel
b. Surveilans Terpadu Penyakit
c. Surveilans Aktif
d. Surveilans Pasif
e. Surveilans Khusus
Jawaban : A

91. Tujuan surveilans Sentinel yaitu untuk mendapatkan informasi tepat waktu dengan cara
yang relative murah menggunakan data?
a. Insidens dan CFR Paenyakit
b. Bulanan Penyakit
c. Survei Penyakit
d. Rutin Penyakit
e. Pemantauan Wilayah Stempat (PWS)
Jawaban : A

92. Surveilans Sentinel terdiri dari 3 (tiga) type yaitu ?


a. Surveilans Health Event, Surveilans Site, dan Surveilans Provider
b. Surveilans Health Event, Surveilans Site, dan Surveilans Aktif
c. Surveilans Health Event, Surveilans Pasif, dan Surveilans Provider
d. Surveilans Health Event, SurveilansTerpadu Penyakit, dan Surveilans Provider
e. Surveilans Aktif , Surveilans Site, dan Surveilans Provider
Jawaban : A

93. Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan Masyarakat di Indonesia dilakukan berdasarkan


pada hal berikut ini, kecuali?
a. Survei Penyakit
b. Metode pelaksanaan
c. Aktivitas pengumpulan data
d. Pola pelaksanaan
e. Kualitas pemeriksaan
Jawaban : A
94. Suatu kegiatan pengamatan yang dilaksanakan secara terus menerus dan sistematis
terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta faktor yang mempengaruhinya, dapat
dilakukan tindakan berupa perbaikan atau penelitian, kegiatan ini disebut:
a. Survey kesehatan
b. Surveilains
c. Skrining
d. Treatment
e. Implementation
Jawaban: B

95. Untuk memperoleh informasi epidemiologi Penyakit menular dan Penyakit tidak
menular tertentu dan terdistribusinya informasi kepada program terkait, pusat kajian dan pusat
penelitian serta unit surveilains lain, ini merupakan:
a. Fungsi surveilains
b. Manfaat surveilains
c. Tujuan surveilains
d. Prinsip surveilains
e. Cakupan surveilains
Jawaban: C

Anda mungkin juga menyukai