Anda di halaman 1dari 21

Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017

Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

Menggagas Ruang Publik Berbasis Demokrasi Deliberatif: Studi Dinamika Pengelolaan


Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Jakarta Utara

Initiating Deliberative Democracy-Based Public Space: A Study on Dynamic Management


of Child-Friendly Integrated Public Space (RPTRA) in North Jakarta

Dodi Faedlulloh, Retnayu Prasetyanti, Indrawati


Prodi Ilmu Administrasi Publik
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
dodifaedlulloh@gmail.com

Abstrak
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang melakukan upaya membangun kanal-kanal ruang
publik untuk merubah wajah kota dengan cara membangun Ruang Publik Terpadu Ramah
Anak (RPTRA) sebagai upaya mendukung Jakarta menjadi Kota Layak Anak. Berbeda
dengan gagasan Jürgen Habermas yang menjelaskan konsep ruang publik sebagai ruang yang
mandiri dan terpisah dari negara dan pasar, RPTRA justru merupakan hasil dari kemitraan
antara pemerintah dengan perusahaan melalui CSR. Penelitian ini ditujukan untuk
menganalisa RPTRA dalam perspektif ruang publik yang berbasis demokrasi deliberatif.
Adapun lokasi penelitian ini yaitu RPTRA Sungai Bambu dan RPTRA Sunter Jaya Berseri
yang keduanya berada di Kota Administrasi Jakarta Utara. Proyek pembangunan RPTRA
merupakan momentum untuk mengoptimalkan dan memperluas ruang-ruang publik yang
mampu diakses dan dikontrol lansung oleh publik di DKI Jakarta pada umumnya, dan Jakarta
Utara khususnya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian
kualitatif dengan menggali informasi dan data melalui observasi langsung, wawancara
mendalam, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa RPTRA telah
memenuhi karakter ruang publik sebagai ruang interaksi masyarakat, dikelola dan dikontrol
bersama untuk kepentingan publik, terbuka bagi semua tanpa kecuali, dan secara relatif
menjadi ruang kebebasan dan aktualisasi bagi warga. Namun bila ditinjau dalam perspektif
demokrasi deliberatif, kekurangan terjadi saat proses pembangunan RPTRA karena warga
tidak dilibatkan secara aktif. Aktor yang dominan dalam proses pembangunan adalah pihak
swasta dan pemerintah. Adapun transformasi demokrasi deliberatif tercipta saat pada proses
pengelolaan RPTRA.
Kata Kunci: Ruang Publik, RPTRA, CSR

Abstract
The government of DKI Jakarta province is attempting to build public space channels to
change the city face by means of constructing Children-Friendly Public Space (thereafter
called RPTRA) as the attempt of supporting Jakarta to be Children-Friendly City. In contrast
to Jurgen Hubermas’ idea explaining public space concept as an independent space separated
from the state and the market, RPTRA is instead the product of partnership between
government and companies through CSR. This research aimed to analyze RPTRA in public
space perspective based on deliberative democracy. This research was taken place in RPTRA
43
Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017
Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

Sungai Bambu and RPTRA Sunter Jaya Berseri, both of which are located in North Jakarta
Administrative City. The RPTRA development project is a moment to optimize and to expand
the public spaces accessible and controllable to the public in DKI Jakarta in general and
North Jakarta in particular. The research method employed was qualitative one by means of
exploring information and data through direct observation, in-depth interview, and
documentation. The result of research showed that RPTRA had fulfilled the character of
public space as society interaction room, managed and controlled jointly for the sake of
public interest, opened to everyone, and relatively becoming the space of freedom and
actualization to the citizens. However, viewed from deliberative democracy perspective, the
limitation occurred during RPTRA construction process because the citizens did not
participate actively. The dominant actors in construction process were private and
government. Deliberative democracy transformation was created during RPTRA management
process.
Keywords: Public Space, RPTRA, CSR

A. Pendahuluan untuk berkumpul, berekspresi dan


Jakarta menjadi salah satu kota yang beraspirasi. Dalam konteks ini, saat ini
paling padat di dunia. Sebagai kota yang Pemerintah Provinsi DKI sedang
menjadi pusat pemerintahan dan juga melakukan upaya membangun kanal-
pusat ekonomi membuat Jakarta seperti kanal ruang publik tersebut untuk
magnet yang terus dikunjungi oleh merubah wajah kota.
masyarakat Indonesia dari segala penjuru.
Setiap tahun jumlah penduduk semakin Komisi Nasional Perlindungan Anak
bertambah. Data terakhir tahun 2014 dari (Komnas PA) menyatakan Jakarta
BPS menginformasikan penduduk di DKI merupakan kota yang paling tinggi tingkat
Jakarta berjumlah lebih dari sepuluh juta kekerasan terhadap anak
jiwa. Implikasi dari masalah (www.tempo.com 2015). Banyak faktor
kependudukan ini mengakibatkan yang menyebabkan permasalahan ini
berbagai masalah sosial turunan lainnya. saling berkelindan, mulai karena faktor
Banyak permasalahan keseharian yang ekonomi, sosial, dan hukum. Oleh karena
dihadapi oleh kaum urban Jakarta. itu dalam rangka mewujudkan komitmen
Permasalahan kepadatan penduduk guna menjamin terpenuhinya hak anak
mempersempit ruang gerak masyarakat untuk hidup, tumbuh, berkembang dan
yang tinggal di sekitar Jakarta. Ruang berpartisipasi secara optimal sesuai
berinteraksi pun menjadi minim karena dengan harkat dan martabat kemanusiaan
lahan-lahan telah banyak digunakan untuk serta mendapat perlindungan terhadap
membangun gedung-gedung tinggi dan kekerasan dan diskriminasi, Pemerintah
perumahan. Padahal masyarakat Provinsi DKI Jakarta telah membangun
membutuhkan ruang yang dimanfaatkan beberapa Ruang Publik Terpadu Ramah
44
Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017
Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

Anak (RPTRA) sebagai upaya dan Anak (Kemen PPA). Hal menarik
mendukung Jakarta menjadi Kota Layak lainnya yaitu RPTRA dibangun dekat
Anak.. Targetnya yaitu Jakarta akan dengan permukiman warga, terutama
memiliki 306 taman di tahun 2017 warga miskin. Sehingga RPTRA dapat
(www.news.detik.com, 2016). Sampai berperan sebagai community center bagi
bulan Maret 2017 setidaknya sudah ada masyarakat sekitar (www.news.detik.com
185 RPTRA yang tersebar dan sudah 2016).
diresmikan oleh Pemprov DKI Jakarta.
Inisiasi Pemerintah DKI Jakarta ini Sebagai community center, RPTPA dicita-
merupakan agenda yang menarik dan citakan memiliki multifungsi yang bisa
segar di tengah permasalahan- mengakomodasi aktivitas dan suara
permasalahan kepadatan penduduk dan masyarakat, dari mulai aktivitas seperti
mempersempitnya ruang gerak bagi olahraga, kegiatan kesehatan ibu dan
masyarakat ibu kota. anak, bahkan sebagai prasarana
pendidikan politik. Selain itu, disediakan
Selain pembangunan fisik, RPTRA secara pula perpustakaan, tempat bermain futsal,
tidak langsung juga membangun harapan jogging track, hingga amphi theater.
karena memiliki potensi berperan menjadi Fasilitas tersebut untuk menopang
melting pot warga dengan berbagai latar kegiatan-kegiatan anak maupun remaja
belakang yang heterogen dan menjadi secara positif (www.fastnews.com 2015).
katalisator ragam kegiatan masyarakat, Adapun fungsi RPTRA sesuai dengan
dari mulai aktivitas sosial, budaya bahkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah
rekreasi keluarga. Ruang publik Khusus Ibukota Jakarta Nomor 196 Tahun
mengakomodasi interaksi sosial. Bila hal 2015, pasal 6 sebagai berikut:
ini berlangsung secara berkelanjutan 1. Taman terbuka publik
dapat mendorong pembelajaran bagi 2. Wahana permainan dan tumbuh
masyarakat untuk saling mengerti satu kembang anak
sama lain, ruang berbagi antara komunitas 3. Prasarana dan sarana kemitraan
yang berbeda, hingga akhirnya antara Pemerintah Daerah dan
membangun kesatuan pemahaman tentang masyarakat dalam memenuhi hak
kebhinekaan sebagai sesuatu yang anak
niscaya. 4. Bagian dari prasarana dan sarana
Kota Layak Anak
Konsep berbeda yang ditawarkan dalam 5. Ruang terbuka hijau dan tempat
RPTPA yaitu lahan yang dibangun tidak penyerapan air tanah
sekedar menjadi taman semata. RPTPA 6. Prasarana dam sarana kegiatan
didorong untuk dapat memenuhi 31 sosial warga, termasuk
Indikator kota layak anak yang ditetapkan pengembangan pengetahuan dan
Kementarian Pemberdayaan Perempuan keterampilan kader PKK
42
Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017
Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

7. Usaha peningkatan pendapatan dan terpisah dari negara (state) dan pasar
keluarga (market), justru dalam RPTRA ini berada
8. Pusat informasi dan konsultasi di antaranya, karena RPTRA dibangun
keluarga dan dirawat tanpa menggunakan dana
9. Halaman keluarga yang asri APBD. Adapun dana pembangunan
teratur indah dan nyaman, dan RPTRA berasal dari sumbangan CSR
10. Sistem informasi manajemen sejumlah perusahaan. Sebanyak 11
perusahaan swasta memberikan
Banyak fungsi yang diharapkan bisa sumbangan CSR untuk membantu
dimanfaatkan oleh khalayak luas dari membangun RPTRA di antaranya seperti
proses pembangunan RPTPA ini, bahkan Agung Sedayu Group, Summarecon
tidak hanya yang bersifat publik, untuk Agung, Agung Podomoro, Ciputra,
ihwal yang bersifat privat (seperti tempat Intiland Development, PT Djarum (Bli-
pernikahan bagi yang tidak mampu) pun bli.com), Metropolitan Kencana, Barito
bisa difasilitasi. Tentunya dalam hal ini Pacific, Alfa Goldland (Alam Sutra),
pemerintah pun berharap besar pihak yang Nestle Indonesia, Dharma Suci.
mendapatkan keuntungan dan manfaat Sementara perguruan tingginya yaitu
terbesar dari keberadaan taman tiada lain Universitas Indonesia, Universitas
adalah warga di sekitar RPTRA. Hamka, Unversitas Mercu Buana,
Universitas Ibnu Chaldun, dan Univeritas
Proses pembangunan RPTRA melibatkan Bunda Mulia (www.jakarta.bisnis.com
masyarakat sekitar. Bahkan perawatan 2015). Akan tetapi hal inilah yang
taman juga dilakukan oleh masyarakat di menjadi menarik. Bukan lantas ide
sekitar RPTRA dan dikoordinir oleh ibu- Habermas menjadi tidak kontekstual,
ibu PKK. Sederhananya, RPTRA justru gagasan Habermas bisa menjadi
memosisikan warga sebagai pemilik dan pijakan awal dalam melihat kepublikan
pengelola taman, bukan sekadar penikmat dari ruang publik yang difasilitasi
taman. Berarti ada proyeksi RPTRA ini kemitraan antara negara dan pasar.
benar-benar menjadi ruang publik yang
memberikan akses kepada setiap warga Di antara RPTRA-RPTRA yang sudah
negara untuk menjadi subjek yang diresmikan di berbagai wilayah di DKI
mandiri dan rasional serta memastikan Jakarta, Jakarta Utara menjadi salah satu
setiap orang menjadi pengusung opini kota yang dijadikan proyek pembangunan
publik di ruang yang dibangun bersama RPTRA di tahun 2015. Di Jakarta Utara
tersebut. sendiri di antaranya RPTRA Sungai
Bambu yang diresmikan pada tanggal 13
Berbeda dengan gagasan Jürgen Mei 2015 dan RPTRA Sunter Jaya Berseri
Habermas yang menjelaskan konsep diresmikan tanggal 18 Desember 2015
ruang publik sebagai ruang yang mandiri lalu. RPTRA yang telah dibangun akan
43
Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017
Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

ada pengurusnya, sehingga pelibatan aktif B. Metode Penelitian


dari masyarakat sekitar menjadi perlu Secara sistematis, penelitian ini
untuk menjaga dan mengawal keberadaan menggunakan metode kualitatif. Metode
RPTRA. Selain itu, RPTRA juga bisa kualitatif merupakan prosedur
berperan pemberdayaan masyarakat. pengumpulan data yang menghasilkan
Seperti yang dilansir beberapa media, data deskriptif berupa kata-kata tertulis
Gubernur DKI Jakarta Basuki Purnama atau lisan dari orang-orang dan perilaku
mengharapkan ketika ada persoalan- yang diamati (Moleong 2004). Sedangkan
persolan masyarakat sekitar bisa langsung untuk memilih informan peneliti
terserap informasinya dengan cepat, menggunakan purposive sampling. Lokasi
sehingga bisa langsung dilakukan penelitian dilakukan di RPTRA Sungai
antisipasi dan memberikan solusi Bambu dan RPTRA Sunter Jaya Berseri.
(www.jakarta.bisnis.com 2015). Untuk mengukur validitas penelitian,
peneliti menggunakan triangulasi sumber
Penelitian ini berlokasi di Jakarta Utara, dengan membandingkan data hasil
dengan studi di RPTRA Sungai Bambu pengamatan dan wawancara, keadaan
dan RPTRA Sunter Jaya Berseri. Jakarta dengan perspektif orang, dan hasil
Utara memiliki sisi yang menarik untuk wawancara dengan isi dokumen (Moleong
dikaji lebih dalam karena 24,1% dari 2004).
12.500.000 penduduk DKI tersebar di
Kota Administrasi Jakarta Utara. Hal ini C. Hasil dan Pembahasan
menandakan penduduk di Jakarta Utara a. Membaca Ruang Publik
sangat padat. Konsekuensi permasalahan Dalam Ruang publik semua warga negara
kepadatan penduduk ini yaitu ruang gerak memiliki akses dalam menyuarakan dan
masyarakat yang menjadi sempit. Luas merundingkan aspirasinya untuk
daratan Kota Administrasi Jakarta Utara mendorong menjadi opini publik. Opini
adalah 139,560 KM², sedangkan publik ini berperan untuk mempengaruhi
rekapitulasi luas taman dari data yang segala yang ada dalam ruang publik, baik
dilansir dari Sudin Pertamanan Kota secara formal maupun informal, untuk
Administrasi Jakarta Utara (2014) seluas melakukan produksi dan sirkulasi
320,391,14 M². Hal ini kembali diskursus yang secara prinsip merupakan
menunjukan secara keruangan di Jakarta hal yang sangat penting bagi negara.
Utara masih belum optimal. Oleh Ruang publik juga bukan seperti pasar
karenanya pendirian RPTRA adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli,
momentum bagi Jakarta Utara untuk tetapi merupakan tempat untuk hubungan-
memperluas ruang terbuka untuk publik, hubungan yang berbeda-beda dan menjadi
tentunya dengan lebih banyak tempat untuk melakukan perdebatan dan
memberikan peran aktif langsung dari permusyawaratan. Singkatnya, ruang
masyarakat yang lebih emansipatif. publik berarti sebuah ruang yang menjadi
44
Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017
Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

mediasi antara masyarakat dan negara di dalam persfektif perancangan kota.


mana publik mengatur dan Sunaryo et al., (2010) menjelaskan
mengorganisirnya sendiri sebagai pemilik karakter-karakter ruang publik sendiri
opini publik. Konsep ruang publik yaitu: Pertama, ruang publik merupakan
diambil dari sejarah ruang publik kaum tempat masyarakat berinteraksi,
borjuis di Jerman pada abad delapan belas melakukan beragam kegiatan secara
(Habermas 1964). Habermas memberi berbagi dan bersama, meliputi interaksi
tafsiran ruang publik borjuis saat itu sosial, ekonomi dan budaya, dengan
berfungsi untuk memediasi keprihatinan penekanan utama pada aktivitas sosial.
individu-individu dalam kehidupan sosial, Kedua, ruang publik diadakan, dikelola
ekonomi, dan keluarga, yang dihadapkan dan dikontrol secara bersama, baik oleh
dengan tuntutan-tuntutan dan keprihatinan negara atau privat, yang didedikasikan
dari kehidupan sosial dan publik. untuk kepentingan publik. Hal ini menjadi
Walaupun kemudian Habermas relevan dengan kajian dalam penelitian
menjelaskan tentang kematian ruang ini, mengingat RPTRA yang dibangun
publik karena transisi dari kapitalisme merupakan hasil dari kerjasama antara
liberal ke kapitalisme monopoli (Eley negara dan pasar melalui CSR. Ruang
1992), dia tetap berargumen bahwa ruang publik tentunya tidak berjalan di ruang
publik tetap bisa dijadikan sebuah tipe hampa, akan ada perubahan-perubahan
ideal (Habermas 1992) untuk prospek yang terjadi yang akan mempengaruhi
demokrasi pada masa kini. status kepemilikan ruang publik. Namun
dalam konteks perubahan ini masih dapat
Ruang publik ideal akan terbentuk ketika ditarik ikhtisar bahwa ruang yang
topik diskusi yang terbangun dibatasi didedikasikan untuk kepentingan publik
pada kebaikan bersama. Dalam proses dapat didefinisikan sebagai ruang publik.
tersebut, para partisipan Jadi dalam konteks ini, RPTRA
ditransformasikan dari koleksi pencarian merupakan dari ruang publik. Konsensus
diri sendiri, individu pribadi ke dalam menjadi aspek pengendali bukan individu
semangat publik secara kolektif, mampu atau sekelompok tertentu, baik tirani
untuk bertindak bersama dalam mayoritas maupun dominasi minoritas.
kepentingan bersama. Dalam pandangan
ini, kepentingan individu tidak punya Ketiga, ruang publik merupakan ruang
tempat yang layak dalam politik ruang yang terbuka dan aksesibel secara visual
publik (Kadarsih 2008). maupun fisik bagi semua tanpa kecuali.
Sebuah ruang publik harus terbuka bagi
RPTRA merupakan bagian dari bagian semua orang dari latar belakang tanpa
dari perspektif perancangan kota. Sebagai perkecualian. Dalam hal ini ruang publik,
ruang publik, maka RPTRA akan menjadi keberadaannya seperti public goods yang
fokus utama dalam proses dan produk pemanfaatan dan penggunaannya tidak
45
Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017
Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

bisa menafikan pihak lain. Terakhir komunikasi yang setara. Misal, saat
karaktersitik keempat yaitu ruang publik terdapat satu pihak yang masih belum
merupakan ruang yang mana masyarakat setuju, katakanlah masyarakat, maka
mendapat kebebasan beraktivitas. forum proses publik tidak mampu
Semangat yang menyelimuti ruang publik dilanjutkan dan kesepakatan standar
yaitu kebebasan ekspresi dan aktualisasi pelayanan publik tidak mampu disahkan
diri,akan tetapi karena karakteristik yang oleh pejabat yang berwenang. Di sini,
publik maka kebebasan tersebut tidak terdapat keseimbangan relasi kekuasaan,
berlaku mutlak, selalu ada batasan yang pada akhirnya akan mendesak
terhadap kebebasan yang lain. orientasi dari para partisipan forum untuk
mengedepankan kepentingan bersama,
b. Demokrasi Deliberatif atau hal-hal yang lebih luas dari self-
Keterlibatan masyarakat dalam interest maupun group-interest nya
berpartisipasi merupakan inti dari masing-masing.
demokrasi deliberatif. Demokrasi
deliberatif berbeda dengan demokrasi Pemikiran Jurgen Habermas tentang
perwakilan, yang hari ini berlaku di tindakan komunikatif serta nalar
Indonesia yang malah menjadi demokrasi berorientasi konsensus menjadi landasan
prosedural semata. Gagasan keterlibatan teoritis dalam penelitian ini, di mana
masyarakat yang emansipatif merujuk Habermas menilai bahwa proses
pada proses komunikasi serta pencapaian komunikasi harus setara demi tercapainya
konsensus di dalam forum-forum yang kesepakatan yang mampu diterima
diselenggarakan di ruang publik di mana seluruh pihak, atau dengan kata lain,
para partisipan didesak untuk melakukan Habermas melihat integrasi sosial hanya
proses komunikasi secara terbuka, setara mampu dicapai melalui proses tindakan
dan menggunakan pendekatan komunikatif yang berujung pada
musyawarah dalam mencapai sebuah pencapaian konsensus. Dalam hal ini,
kesepakatan yang menghargai opini Habermas mencatat bahwa tindakan
mayoritas maupun minoritas. Lebih komunikatif harus dimaknai sebagai,
lanjut, praktik dalam proses tim penyusun “…reach understanding
kebijakan publik maupun dalam proses [verstandigung] is considered to be a
publik harus mengedepankan prinsip process of reaching agreement
[einigung] among speaking and acting
kesetaraan serta keterbukaan dalam proses
subjects… it has to be accepted or
komunikasinya, agar mampu presupposed as valid by participants…
terselenggara proses musyawarah yang a communicatively achieved agreement
fair. Melalui adanya keseimbangan dalam has a rational basis; it cannot be
hak dan otoritas baik dari ahli, birokrasi, imposed by either party, whether
komisi legislatif dan masyarakat dalam instrumentally through intervention in
forum-forum tersebut, maka akan tercipta the situation directly or strategically
46
Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017
Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

through influencing the decision of melainkan lewat argumentasi. Berbeda


opponents…” (Habermas 1984) dengan Marx yang menganalsa
perkembangan masyarakat akan terjadi
Melalui kesepemahaman antara subjek melalui revolusi yang kemudian
atau partisan dalam forum sebuah masyarakat akan terbebaskan dari
tindakan komunikatif mampu berjalan, belenggu penindasan, Habermas justru
tetapi saat terjadi pemaksaan dan menawarkan alternatif lain yaitu
kebohongan, maka tindakan komunikatif paradigma komunikatif yang bebas
berubah menjadi tindakan strategis dan penguasaan, agar perubahan masyarakat
instrumental yang tidak akan berujung tidak lagi melahirkan tirani baru, tidak
pada konsensus, melainkan penguasaan melahirkan penindasan baru. Dalam
dan pemenuhan ambisi atau tujuan-tujuan konsepsi masyarakat komunikatif,
pribadi (self-interest). Seperti yang Habermas menekankan pada terciptanya
disinggung secara implisit ruang publik ruang dialogal yang bebas dari dominasi
memiliki fungsi signifikan, yakni sebagai atau penguasaan satu pihak dengan tujuan
ruang di mana opini publik yang otentik, agar terciptanya konsensus di tengah
kritisme masyarakat terhadap kekuatan masyarakat.
politik maupun ekonomi demi mencapai
keseimbangan dan keadilan sosial, dapat Dalam komunikasi menurut Habermas,
terbentuk dan tersebar luas kepada seluruh setiap komunikator ingin membuat lawan
warga negara, sekaligus sebagai penekan bicaranya memahami maksudnya dengan
terhadap segala bentuk manipulasi ruang berusaha mencapai apa yang disebutnya
publik. Manipulasi ruang publik ini lah klaim-klaim kesahihan (validity claims),
yang harus “diwaspadai” oleh para peserta yang terdiri dari; pertama, klaim
musyawarah. kebenaran (claim of truth) yaitu ketika
kita sepakat kepada dunia alamiah dan
Budi Hardiman (1991) menyatakan, objektif. Kedua, klaim ketepatan (claim of
“...Habermas menempuh jalan konsensus rightness), kala kita sepakat pada
dengan sasaran terciptanya demokrasi pelaksanaan norma-norma dalam
radikal yaitu hubungan sosial yang terjadi kehidupan sosial. Ketiga, klaim kejujuran
dalam lingkup komunikasi bebas (claim of sincerity) yaitu kalau kita
penguasaan.” Dengan kata lain Habermas sepakat tentang kesesuaian antara
menggunakan pendekatan komunikatif bathiniah dengan ekspresi seseorang.
yang diharapkan mambangun masyarakat Keempat, klaim komprehensibilitas (claim
serta sistem sosial komunikatif. Dalam hal of comprehensibility) jika kita sepakat dan
ini kembali Budi Hardiman (1993) mampu menjelaskan ketiga klaim
menjelaskan masyarakat komunikatif sebelumnya. Komunikasi yang efektif
bukanlah masyarakat yang melakukan melibatkan keempat klaim tersebut karena
kritik lewat revolusi dengan kekerasan,
47
Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017
Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

merupakan standar kompetensi c. Menelusuri yang Publik dari RPTRA


komunikatif (Sunarto 2000). Seperti yang dijelaskan sebelumnya,
pembangunan RPTRA dibiayai melalui
Kesetaraan menjadi prakondisi yang harus CSR, oleh karenanya pasar begitu
ada sebelum terciptanya konsensus. Setiap berperan dalam pembangunan ruang
orang yang menjadi peserta demokrasi untuk publik. Hal ini menarik untuk bisa
memiliki kesempatan yang sama untuk diproblematisir dalam membaca
menyampaikan opini dan gagasannya, kemungkinan potensi kepublikan yang
memberi tanggapan baik dari mulai ada dalam proses pembangunan (dan
mengkritik atau menerima terhadap suara pengelolaan) RPTRA. Pada kesempatan
partisipan lain. Sehingga setiap ini peneliti akan mencoba mengelaborasi
pernyataan yang muncul telah masuk dan fokus pada diskursus yang muncul
dalam telaah kritis. Semua ini bisa dan tersebar selama proses pembangunan
menjadi tindakan komunikatif bila tanpa dan pengelolaan RPTRA selama ini.
ada pengaruh yang berasal dari dominasi
pihak-pihak tertentu baik yang bersifat RPTRA Sunter Jaya Berseri dibangun atas
terbuka ataupun tertutup karena bila ruang dasar keinginan warga sekitar yang
publik direbut oleh pihak-pihak tertentu berharap di wilayah mereka terdapat
yang mendominanasi, maka keputusan ruang terbuka atau taman yang bisa
yang menjadi hasil hanya sekedar menjadi dijadikan lokasi bermain bagi anak-anak
ketundukan. Alih-alih ruang publik malah atau tempat berkumpul warga. Hal ini pun
menjadi ruang dominasi. diakui langsung oleh beberapa informan
dari warga yang peneliti temui. Mereka
Hal yang bisa dilakukan agar subjek- mengemukakan sebelumnya memang
subjek partisipan terbebas dari berbagai warga memiliki aspirasi agar ada tempat
pengaruh kelas atau pihak yang bermain bagi anak-anak. Kebijakan
mendominasi ruang publik, maka melalui program pembangunan RPTRA
diperlukan sebuah kondisi dialogis, menjadi titik temu antara harapan warga
hubungan intersubjektif yang dengan program pemerintah.
berkelanjutan dan bebas dari dominasi.
Oleh karena itu rasio atau kesadaran Adapun lokasi yang akhirnya dipilih
manusia bukan lagi sebagai rasio dijadikan RPTRA adalah di di Jalan
bertujuan, yang intrumentalis melainkan Bentengan 6 No 1, RT 06/05, Kelurahan
menjadi rasio komunikatif, yang mana Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok,
rasio senantiasa menguji dirinya dalam Jakarta Utara yang mana lahan tersebut
suasana dialogis. Maka dengan langkah persis bersebelahan dengan Kantor
itu semua konsensus sejati bisa tercipta. Kelurahan Sunter Jaya. Luas lahan yang
dijadikan RPTRA Sunter Jaya Berseri
seluas 2.200 m². Lokasi tersebut dulunya
48
Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017
Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

merupakan lahan yang kurang terawat Namun realitasnya, pendambaan ruang


sehingga sering dijadikan pasar malam publik yang dikehendaki Habermas sulit
yang membuat lahan tersebut terkesan menemukan realisasinya. Karena ruang
kotor dan kumuh. Menurut pengelola, publik tidak berada dalam ruang yang
kondisi demikian yang mendorong warga vakum, manuver politik dan pasar akan
untuk mengusulkan agar lahan tersebut selalu menyelimuti ruang-ruang publik.
menjadi RPTRA. Atas kerjasama Dalam konteks inilah agenda penting bagi
Pemprov DKI Jakarta dengan PT Astra publik lahir, yaitu bagaimana publik dapat
International Tbk melalui CSR, akhirnya mengamankan karakter kepublikan yang
lokasi tersebut berhasil merubah wajah melekat dalam ruang publik. Sejauh ini,
taman menjadi lebih hijau dan asri. walaupun pada awal proses pembangunan
RPTRA Sunter Jaya Berseri dilengkapi RPTRA warga tidak terlibat dalam tahap
berbagai fasilitas, diantaranya seperti perencanaan secara menyeluruh, namun
taman baca, sarana bermain, open theatre, proses pengelolaan RPTRA melibatkan
ruang berkumpul, PKK Mart, ruang warga sekitar. Seperti perawatan taman
laktasi sampai lapangan untuk bulu yang dilakukan oleh warga di sekitar
tangkis. RPTRA dan dikoordinir oleh ibu-ibu
PKK. RPTRA memposisikan warga
Sedangkan RPTRA Sungai Bambu sebagai pemilik dan pengelola taman,
berlokasi di Jalan Jati Raya RW 06, bukan sekadar penikmat taman. Kerja-
Kelurahan Sungai Bambu, Kecamatan kerja “teknis” seperti ini penting untuk
Tanjung Priok, Jakarta Utara. Lokasi merawat kepublikan dari ruang publik
RPTRA persis di bawah Jalan layang tol karena dari kerja-kerja kecil yang
yang menghubungkan Cawang dengan dilaksanakan oleh warga bisa
Tanjung Priok. Adapun luas lahan sebesar menciptakan rasa kepemilikan kepada
3.832 m². RPTRA Sungai Bambu ruang publik yang secara perlahan
merupakan hasil kerjasama antara berbroses untuk berpikir dan bertindak
Pemprov DKI Jakarta dengan perusahaan bagaimana menjaganya.
sebagai manifestasi dari CSR, di
antaranya yaitu PT Astra International Proyek pembangunan RPTRA bisa
Tbk, PT Pembangunan Jaya dan PT Citra menjadi elemen yang penting dalam
Marga Nusaphala Persada (CMNP). memajukan peradaban kota seperti DKI
Jakarta. Karena dari ruang inilah
Analisa Habermas tentang ruang publik kerekatan sosial dan modal sosial antar
yang berjarak dengan pasar dan warga berpotensi bisa diperkuat dengan
pemerintah memiliki konsekuensi logis akumulasi interaksi. Harapannya warga
sebagai prasyarat untuk lahir dan yang tercerai berai merekat menjadi civil
berkembangannya otonomi publik dalam society. Namun seperti yang sudah
menyampaikan gagasan dan aspirasinya. diingatkan oleh Foucault, ruang akan
49
Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017
Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

selalu mengerucut pada hal yang paling semacam politik etis dalam etika
mendasar dari praktik kekuasaan. kapitalisme. Karena pada ujungnya CSR
Begitupula yang disampaikan oleh Henri digunakan untuk menjaga nama baik dan
Levebre bahwa ruang adalah produk citra perusahaan. Kritik ini menjadi
sosial yang dinamis dan dibentuk oleh pertimbangan dalam menganalisa potensi
orang-orang yang memiliki kontrol dan demokrasi deliberatif pada RPTRA di
tentu saja dominasi atas kekuasaan (Bima Sungai Bambu dan Sunter Jaya.
2013). Permasalahan klasik terkait ruang
publik di Indonesia, khususnya DKI Kritik tersebut tidak ditujukan menjadi
Jakarta adalah ruang ruang publik yang tendesius dan justru tetap relevan agar
kerapkali dikuasai oleh segelintir pihak tetap menjaga fungsi negara, dalam hal ini
tertentu. Ruang publik malah pemerintah, untuk memberikan hak-hak
diperebutkan dan sering dikomersialkan. yang yang laik diberikan kepada
Misal ada Pantai Ancol yang mana warga warganya tanpa menyerahkan begitu saja
harus membayar untuk menikmati ruang kepada mekanisme pasar melalui CSR.
pantai. Jalur pejalan kaki di kota-kota Apakah setelah CSR berjalan, wacana
besar yang diambil alih oleh perusahaan- kepublikan menjadi memudar? Sehingga
perusahaan besar properti. Dari case by warga merasa bahwa yang berperan besar
case ini maka tidak heran warga tidak bisa dalam pembangunan RPTRA ini adalah
mengerti dan menghargai esensi dan pihak swasta, alih-alih inisiatif dan
pentingnya sebuah ruang publik. praktik dari pemerintah.

Pembangunan RPTRA pun sebenarnya Dalam kesempatan ini peneliti mencoba


berpretensi demikian walaupun dengan melakukan observasi terkait bagaimana
rupa yang tidak sama. Problem laten dan wacana hal ihwal yang publik yang hadir
mendasar dari CSR adalah selalu menjadi dalam (pembangunan) pengelolaan
proyek pembangunan yang dijalankan RPTRA di dua lokasi penelitian. Seperti
suatu perusahaan untuk mengganti disinggung sebelumnya, RPTRA
kerugian sosial dan ekonomi masyarakat merupakan program hasil kolaborasi dari
setempat. Melalui kegiatan CSR, pemerintah dan pihak swasta. Di atas
perusahaan lalu memperoleh legitimasi kertas, tidak ada yang permasalahan
atas aktivitas bisnisnya. Dampak lebih terkait dengan konsep kolaborasi tersebut,
jauh dari kegiatan CSR ini, masyarakat bahkan secara regulasi mengamanatkan
lalu berpikir bahwa kebutuhan atas demikian. Dalam mewujudkan Kota
pendidikan, air bersih, kesehatan, Layak Anak (KLA), salah satu indikator
merupakan tanggung jawab perusahaan, dari Peraturan Menteri Negara
bukan tanggung jawab negara Pemberdayaan Perempuan dan
(Fanimbang 2011). Dengan kata lain ada Perlindungan Anak Republik Indonesia
istilah no free luch dalam logika CSR atau pasal 6 hurup (g) yaitu perlunya
50
Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017
Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

keterlibatan dunia usaha dalam Sunter Jaya dipilih langsung hasil dari
pemenuhan hak anak. Namun catatan rembug warga yang difasilitasi oleh
tersebut, jangan sampai melupakan kelurahan setempat. “Yang memilih
“publik” dari ruang publik tersebut. Dari tempat untuk jadi RPTRA di sini (Sunter
hasil penelitian melalui wawancara Jaya) adalah dari warga langsung,”
dengan beberapa informan serta ungkap satu informan dari pihak
pengamatan langsung dan observasi Kelurahan Sunter Jaya saat peneliti temui.
lapangan, bila dilihat dalam perspektif Begitupula RPTRA Sungai Bambu.
demokrasi deliberatif, peneliti
menemukan hadirnya konsekuensi logis Satu informan dari salah satu warga
dari sebuah program “top down”. Peneliti sekitar RPTRA Sungai Bambu
menggunakan tanda petik (“) dalam mengkonfirmasi bahwa terkait pemilihan
topdown, karena pada implementasinya lokasi merupakan hasil dari musyawarah
warga tidak terlibat terlalu jauh dalam warga. Hal menarik dari RPTRA Sungai
proses pembangunan RPTRA. Memang, Bambu yang berada tepat di bawah Jalan
pada dasarnya RPTRA diperuntukkan layan tol yang menghubungkan Cawang
bagi publik atau warga sekitar agar dan Tanjung Priok, tepatnya di Jalan Jati
bermanfaat serta menjadi ruang interaksi Raya RW 06 Kelurahan Sungai Bambu,
antar warga. Sebagaimana yang diungkap Kecamatan Tanjung Priok ini dulunya
sebelumnya oleh Gubernur DKI Jakarta merupakan lahan kosong yang tidak
saat itu, Ahok, bahwa RPTRA adalah terawat yang dipenuhi semak belukar.
inisiasi untuk memperluas ruang terbuka
(hiijau) bagi warga. Pada saat pembukaan Pemilihan lokasi dilakukan atas masukan
RPTRA Sunter Jaya saat itu, Ahok langsung dari warga, sedangkan proses
mengungkapkan, “Memang saat ini pembuatan RPTRA dilaksanakan oleh
keberadaan ruang berkumpul masyarakat pihak swasta, dari mulai perancangan
di DKI Jakarta, dari janin hingga ibu-ibu sampai ke tahap pembangunan. Hal inilah
belum ada. Maka dari itu Pemprov DKI yang menjadi sedikit kelemahan dari
Jakarta berkomitmen terus membangun RPTRA bila ditinjau dalam perspektif
dan memperbanyak ruang terbuka hijau, demokasi deliberatif. Karena saat proses
salah satunya RPTRA. Saya berharap pembangunan, warga yang mana memiliki
adanya RPTRA ini akan sangat “kedaulatan” atas lahan publik tersebut
bermanfaat bagi warga,” Statmen ini tidak terlibat secara aktif. Secara tidak
menjadi hal yang penting sebagai dasar langsung, warga menyerahkan haknya
untuk melihat secara lebih dalam atas ruang terbuka hijau kepada pihak
bagaimana praktik implementasi swasta. Namun karena RPTRA
(selanjutnya) dan konsistensi pemerintah merupakan program yang sudah tersusun
dalam membangun RPTRA. Lokasi rapi yang melibatkan pihak-pihak
RPTRA Sungai Bambu dan RPTRA profesional, maka di lapangan, ketidak-
51
Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017
Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

terlibatan warga secara aktif dalam proses infrastruktur" (www.beritajakarta.id


pembangunan tersebut tidak menjadi 2017).
“masalah besar” secara ontologis.
Namun bila soal keterlibatan warga dalam
Ketidak-terlibatan secara aktif warga saat pembangunan RPTRA ini direduksi nilai
proses pembangunan RPTRA masih deliberatifnya, misal keterlibatan dalam
reasonable mengingat biaya yang sosialisasi, maka hal tersebut memang
dibutuhkan tidak sedikit. Misalnya, untuk terlaksana. Pemerintah Provinsi DKI
pembuatan RPTRA Sungai Bambu Jakarta mengenalkan proram RPTRA ini
melibatkan beberapa perusahaan. PT melalui sosialisasi dengan Focus Group
Pembangunan Jaya dengan dana CSR Discussion (FGD) bersama para warga.
sebesar Rp. 412.154.795 (empat ratus dua Proses FGD dilakukan sebelum
belas juta seratus lima puluh empat ribu pembangunan RPTRA untuk
tujuh ratus sembilan puluh lima rupiah), mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
PT Citra Marga Nushapala Persada warga yang bisa dipeloleh melalui
dengan dana CSR Rp. 220.000.000,- (dua hadirnya RPTRA. Baik di Sungai Bambu
ratuh dua puluh juta rupiah), dan PT maupun di Sunter Jaya, pemerintah
Toyota Motor Manufacturing Indonesia setempat sempat melaksanakan sosialisasi
dengan dana sebesar Rp. 87.664.000,- kepada warga terkait rencana akan
(delapan tujuh puhuh juta enam ratur dibangunnya RPTRA. Akan tetapi
enam puluh empat ribu rupiah). Angka demokrasi deliberatif tentunya sama
tersebut tentu cukup besar bila warga sekali tidak bisa diinterpertasikan menjadi
harus terlebih dahulu patungan sebatas sosialisasi.
membiayai pembangunan tersebut. Oleh
karenanya dana CSR bisa Dalam demokrasi deliberatif
mengakselererasi pembangunan RPTRA. mengandaikan kesepemahaman antara
subjek atau partisan dalam sebuah forum
Selain soal nominal, ketidak-terlibatan yang berlandaskan pada tindakan
secara aktif warga selama proses komunikatif, sedangkan sosialisasi tidak
pembangunan RPTRA karena faktor memenuhi syarat persamaan posisi karena
sumber daya manusia. Tidak semua warga tentunya pihak pemerintah setidaknya
memahami hal yang berkaitan dengan pasti sudah memiliki tujuan yang
arsitektur. Seperti yang diungkap mengarahkan agar warga mengikuti sesuai
langsung oleh Ahok, "Saya memang dengan apa yang dikehendaki mereka.
sering minta sama pengusaha untuk
membangun proyek-proyek semacam ini, Selanjutnya, untuk kembali menelusuri
karena mereka jauh lebih profesional hal ihwal yang publik dari RPTRA,
dalam proses pembangunan gedung dan peneliti melakukan analisis berdasarkan
pada karakter ruang publik yang
52
Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017
Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

diargumentasikan oleh Sunaryo et al., RPTRA. Tidak ada tiket untuk berkunjung
(2010). Pertama ruang publik merupakan ke RPTRA, siapapun boleh datang tanpa
tempat berinteraksi masyarakat. Hasil terkecuali. Walaupun bukan warga sekitar
temuan menunjukan baik di RPTRA Sungai Bambu maupun Sunter Jaya,
Sunter Jaya maupun RPTRA Sungai kedua RPTRA terbuka untuk dikunjungi
Bambu telah berhasil menjadi ruang siapa saja. Bahkan tidak sedikit intitusi
bersama para warga sekitar. Interaksi dari luar datang untuk menyelenggarakan
sosial tercipta. Hal ini disebabkan karena kegiatan di RPTRA Sungai Bambu
lokasi dari RPTRA sendiri yang unik, maupun RPTRA Sunter Jaya. Karakter
berada tepat di tengah pemukiman warga. keempat, ruang publik merupakan ruang
Sehingga warga memiliki akses yang yang mana warga mendapat kebebasan
sangat mudah untuk berkunjung ke beraktivitas.
RPTRA. Warga dari kategori usia anak-
anak sampai lansia berinteraksi dan Sampai saat ini, warga mendapatkan
bersosialisasi di RPTRA. kebebasan untuk melakukan berbagai
aktivitas positif. Namun, tentunya
Kedua, ruang publik diadakan, dikelola kebebasan tersebut tidak bisa bersifat
dan dikontrol secara bersama, baik oleh mutlak, karena bagaimanapun RPTRA
negara atau privat, yang didedikasikan dibangun untuk wahana bermain yang
untuk kepentingan publik. Karakter ini nyaman bagi anak-anak dan ruang
relevan dengan RPTRA yang diadakan keluarga, sehingga kegiatan-kegiatan yang
oleh negara dengan pihak swasta untuk bisa menggangu hak anak-anak tidak bisa
kepentingan publik. Sedangkan dilakukan di RPTRA. Kegiatan seperti
pengelolaannya dilaksanakan langsung kampannye partai, aktivitas politik
oleh warga sekitar. Dengan segala praktis, event yang menyediakan stand
dinamikanya, warga sekitar RPTRA perusahaan rokok, dll dilarang di RPTRA.
secara otonomi relatif (karena telah ada Pada dasarnya, semangat yang
regulasi yang mengatur) telah melakukan menyelimuti ruang publik tak lain adalah
kontrol terhadap ruang publiknya. Warga kebebasan berekspresi dan aktualisasi,
sangat mendukung penuh terhadap proyek namun selalu ada batasan terhadap
RPTRA ini, secara perlahan namun pasti kebebasan pihak lain, begitupula RPTRA
warga memiliki rasa kepemlikian terhadap yang dibatasi oleh fungsinya.
ruang publik mereka.

Selanjutnya ketiga, ruang publik


merupakan ruang yang terbuka dan
aksesibel secara visual maupun fisik bagi
semua tanpa kecuali. Kriteria ruang
publik ini kembali relevan bagi konteks
53
Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017
Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

Tabel 1. Karakteristik Ruang Publik di partisipasi. Irisan dari relasi tersebut


RPTRA Sunter Jaya dan RPTRA Sungai menciptakan dinamika interaksi antara
Bambu warga negara dengan administrasi publik
Karakter RPTRA RPTRA
Ruang Publik Sunter Jaya Sungai yang semakin hari semakin
Bambu berkembang/berevolusi. Proses awal
Tempat Ya Ya evolusi, posisi citizens as subjects dan
berinteraksi
masyarakat public administration as rulers, bergeser
Diadakan, Ya Ya ke arah citizens as voters dan public
dikelola dan
administration as trustees, lantas bergeser
dikontrol
bersama yang lagi ke arah citizens as clients/costumer
didedikasikan dan public administration as managers,
untuk
kepentingan selanjutnya citizens as partners dan public
publik administration as partners, terakhir,
Ruang yang Ya Ya citizens as owners dan public
terbuka dan
aksesibel bagi administration as subjects (Kumorotomo
semua 2007). Pada titik inilah, warga negara
Warga mendapat Relatif Relatif
sebagai pemilik memiliki konsekuensi
kebebasan
beraktivitas kedaulatan. Oleh karenanya, pendekatan
Sumber: Data diolah Peneliti (2017) top down dalam proyek pembangunan
RPTRA sebenarnya menjadi kurang
d. Jejak Partisipasi Publik relevan.
Sebagai ruang publik, RPTRA perlu
memposisikan publik sebagai pusat, tidak RPTRA sebenarnya bisa diartikulasikan
hanya sebagai penikmat atau pengguna. sebagai ruang publik dalam bentuk
RPTRA Sungai Bambu merupakan pilot musyawarah bersama yang melibatkan
project RPTRA yang pertama kali seluruh elemen stakeholders, baik dalam
dibangun Pemprov DKI Jakarta. bentuk material maupun immaterial.
Begitupula RPTRA Sunter Jaya Berseri Dalam bentuk material hal yang dilakukan
adalah proyek lanjutan pembangunan adalah dengan menyelenggarakan dialog
RPTRA yang dibiayai oleh CSR. Oleh bersama, tidak hanya pemerintah dengan
karenanya analisa yang dilakukan tidak perusahaan tapi juga warga untuk
bisa lepas dari konteks proyek tersebut menentukan standar pembangunan dan
pada awalnya lebih dominan bersifat top pengelolaan RPTRA. Tindakan
down. komunikatif tersebut terus digalakan
sampai konsensus tercapai. Jadi proses
RPTRA adalah hasil dari kebijakan publik analisis pembangunan RPTRA harusnya
yang mengkondisikan relasi antara negara tidak lagi dilakukan hanya oleh para
dan warganegara. Di antara relasi tersebut teknokrat atau para profesional semata,
tercipta irisan yang disebut sebagai melainkan semua pihak yang terlibat
54
Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017
Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

langsung (Faedlulloh 2015). Akan tetapi, sekitar Kelurahan Sungai Bambu dan
seperti dijelaskan sebelumnya, warga Sunter Jaya. Setiap hari RPTRA Sunter
ternyata tidak terlibat secara aktif pada Jaya dan RPTRA Sungai Bambu selalu
saat proses pembangunan, namun hal ramai oleh warga, dari pagi sampai sore
tersebut tidak lantas menggambarkan hari. Bahkan ada jadwal khusus dalam
kondisi RPTRA minim partisipatif dalam penggunaan dan pemanfaatan RPTRA
semua hal. Karena setelah RPTRA selesai untuk komunitas-komunitas sekitar
dibangun, warga langsung merasakan RPTRA.
manfaat dari RPTRA tersebut. Hal ini
yang kemudian mendorong publik secara Untuk pengelolaan ruang publik maka
altruis untuk berpartisipasi dalam menjaga diperlukan kontrol dan regulasi yang
dan merawat RPTRA. disepakati secara konsensus termasuk bila
di dalamnya perlu regulasi dalam hal
Partisipasi publik yang terlaksana dalam pembiayaan perawatan. Untuk regulasi,
pengelolaan RPTRA di Sungai Bambu pembiayaan merujuk pada Peraturan
dan Sunter Jaya adalah pada proses Gubernur Provinsi Daerah Khusus
pemanfaat ruang publik. Walaupun para Ibukota Jakarta Nomor 196 Tahun 2015
pengelola direkrut secara profesional, pasal 29, yakni dibiayai dari APBD atau
dengan diawali informasi pembukaan sumber dana lain yang sah (enam bulan
rekruitmen “lowongan kerja” namun pada pertama dibiayai oleh CSR). Akan tetapi
praktiknya masing-masing kelurahan untuk menjaga dan merawat ruang publik
mengutamakan sumber daya lokal, yakni memerlukan sumberdaya lain dalam
warga sekitar untuk menjadi pengelola pemeliharaannya. Pada konteks inilah
tetap. Proses perekrutan pengelola melalui partsipasi warga begitu berperan dalam
tahap fit and proper test yang pengelolaan dan perawatan RPTRA.
dilaksanakan oleh tim penilai yang
ditunjuk langung oleh TP PKK DKI Partisipasi tidak sebatas aktivitas fisik,
Jakarta. Ada banyak kriteria, bagi yang namun juga melibatkan mental dan
telah memenuhi kriteria akan diangkat emosional orang-orang pada situasi
menjadi pengelola RPTRA dengan kelompok untuk memberikan kontribusi
stausus Petugas Harian Lepas (PHL). untuk mencapai tujuan kelompok (Davis
Dalam kesempatan ini, peneliti tidak & Newstrom 2007). Hal menarik dari
melakukan penelusuran kinerja pengelola, konsepsi yang digagas Davis dan
namun bagaimana terciptanya hubungan Newstrom ini adanya keterlibatan mental
dialektis antara warga dengan pengelola dan emosi seseorang. Keterlibatan mental
RPTRA yang menjadi berjalan harmonis. warga akan ikut andil dalam proses
Segala aktivitas warga kini dipusatkan di pengelolaan dan perawatan ruang publik,
RPTRA dari mulai kumpulan PKK tak terkecuali RPTRA. Hal inilah yang
sampai dengan komunitas pemuda di peneliti temui di RPTRA, baik Sungai
55
Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017
Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

Bambu maupun Sunter Jaya. Rasa


kepemilikan warga terhadap RPTRA-nya
begitu tinggi, sehingga “dengan Pembangunan Pengelolaan
RPTRA
sendirinya” para warga ikut andil tanpa War
RPTRA
Swast
perlu ada aturan yang mengikat mereka. ga Pem
Swa
War
a
erint ga
Situasi ini ditunjukan dengan aktivitas ah sta
Pem
bersih-bersih yang dilakukan warga erint
ah
sebagai bagian dari perawatan RPTRA
yang dilakukan secara rutin perbulannya.
Selain itu, warga sekitar pun berpartisipasi
secara ekonomi. Dalam setiap kegiatan Gambar 1. Diagram Transformasi
yang dilaksanakan di RPTRA para warga Deliberasi pada Pembangunan dan
sekitar RPTRA melakukan swadaya Pengelolaan RPTRA
dalam mengumpulkan anggaran. Sumber: Hasil Penelitian Peneliti (2017)

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas Demokrasi partisipatif memerlukan


menunjukan RPTRA merupakan situs struktur pembuatan keputusan yang
transformasi demokrasi deliberatif. Saat terdesentralisasi, dan desentralisasi
proses pembangunan RPTRA, demokrasi merupakan unsur utama dari suatu visi
deliberatif belum menjadi dasar karena alternatif untuk melakukan perubahan dari
aktor yang banyak berperan adalah swasta bawah (Ife & Tesoriero 2008). Untuk
dan pemerintah. Sedangkan pada proses lebih meradikalkan demokrasi deliberatif
pengelolaan RPTRA, warga (bukan hanya yang menyelimuti RPTRA, maka perlu
pengelola) secara altruis sudah mulai penekanan pada asas desentralisasi ini
terlibat aktif dan merasakan langsung kepada publik, agar publik benar-benar
manfaat dari proyek pembanguna dalam posisi yang setara dengan pihak
RPTRA. Rasa kepemilikan menghasilkan pemerintah dan swasta, bahkan bisa
partisipasi, partisipasi menciptakan menjadi ruang untuk beradu opini dengan
pemberdayaan bagi warga. Secara tidak pihak pemerintah dan swasta. Di luar
lansung, ramainya RPTRA memberikan konteks lokasi peneltian, misal dari kasus
manfaat bagi para pelaku usaha kecil hadirnya salah satu anak perusahaan
menengah yang berada di sekitar RPTRA rokok (bli-bli.com anak perusahaan dari
sehingga berimbas pada kesejahteraan PT Djarum) yang menjadi sponsor dari
mereka. Untuk menggambarkan hasil dari proyek RPTRA sempat menjadi sorotan
transformasi demokrasi deliberatif tersendiri di awal-awal implementasi
tersebut bisa dilihat dari diagram berikut: RPTRA. Dengan hal ini publik berusaha
merebut ruang publik agar tidak
didominasi oleh kepentingan perusahaan
semata.
56
Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017
Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

D. Kesimpulan pembelajaran bagi masyarakat untuk


RPTRA telah menjadi ruang yang terbuka saling mengerti satu sama lain, ruang
dan aksesibel bagi semua orang tanpa dialogal, ruang berbagi antara komunitas
kecuali. RPTRA Sungai Bambu dan yang berbeda, sehingga potensi demokrasi
RPTRA Sunter Jaya Berseri secara deliberatif pun bisa menjadi lebih kuat
perlahan menjadi ruang yang demokratis untuk menjadi jangkar dalam menjaga dan
dan tempat bersua khalayak banyak. merawat RPTRA. Sampai pada waktunya,
Kedua lokasi tersebut memenuhi karakter seperti dari hasil penelitian yang
dari ruang publik. Keberadaannya di menunjukan adanya kekurangan (lack)
wilayah yang dekat dengan pemukiman demokrasi deliberatif pada proses
warga, khususnya warga miskin adalah pembangunan, bisa ditutup oleh kekuatan
bentuk affirmative action yang layak publik sendiri yang memilih jalan
diapresiasi di tengah banyak ruang-ruang partisipasi langsung yang bebas dari
hak publik yang justru dinikmati secara dominasi dan penguasaan satu pihak
ekslusif oleh segelintir pihak. RPTRA tertentu. Sehingga RPTRA bisa tetap
bisa menjadi ruang bagi warga untuk berjalan sebagaimana mestinya.
berinteraksi dan belajar bertoleransi
terhadap perbedaan, kemudian tidak Daftar Pustaka
menutup kemungkinan menjadi tempat Bima, W., 2013. Merebut Kuasa atas
warga berlatih menghadapi kejutan- Ruang Publik: Pertarungan Ruang
Komunitas Mural di Surabaya.
kejutan sosial yang mungkin muncul.
Available at:
Kehadiran RPTRA adalah inovasi http://repository.petra.ac.id/16179/1/
Pemprov DKI Jakarta yang layak Publikasi1_02032_1056.pdf.
diapresiasi di tengah menyempitnya ruang Davis, K. & Newstrom, J., 2007. Perilaku
gerak warga Jakarta karena dampak dalam Organisasi, Jakarta: Erlangga.
pembangunan komersil. RPTRA dapat Eley, G., 1992. Nations, Publics, and
merubah wajah Ibu Kota menjadi lebih Political Cultures: Placing Habermas
in the Nineteenth Century’ Habermas
ramah terhadap anak-anak. RPTRA
and the Public Sphere, London: The
adalah menifestasi ruang publik yang MIT Press, 1992. In C. Calhoun, ed.
tidak semata sebagai sarana berkumpul Habermas and the Public Sphere.
dan bermain anak-anak tapi juga London: The MIT Press.
berpotensi berperan menjadi melting pot Faedlulloh, D., 2015. Local Public Sphere
warga dengan berbagai latar belakang for Discursive Public Service in
yang heterogen dan menjadi katalisator Indonesia : Habermas Perspective.
European Journal of Social Sciences
ragam kegiatan masyarakat, dari mulai
Education and Research, 5(1),
aktivitas sosial, budaya bahkan rekreasi pp.427–432.
keluarga. RPTRA mengakomodasi Fanimbang, P., 2011. Tanggung Jawab
interaksi sosial. Bila hal ini berlangsung Sosial Persuhaan Sebuah Kritik.
secara berkelanjutan dapat mendorong Indoprogress.
57
Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017
Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

Habermas, J., 1992. Further Reflections dalam Transformasi Konsepsi


on the Public Sphere. In C. Calhoun, Urbanitas Kota Indonesia. In:
ed. Habermas and the Public Sphere. Seminar Nasional Bidang Ilmu
The MIT Press, p. 42. Arsitektur dan Perkotaan:Morfologi
Habermas, J., 1964. The Public Sphere: Transformasi dalam Ruang
An Encyclopedia Article, New Perkotaan yang Berkelanjutan. In
German Critique3 (Autumn/1974). Seminar Nasional Bidang Ilmu
Habermas, J., 1984. The Theory of Arsitektur dan Perkotaan:Morfologi
Communicative Action: Reason and Transformasi dalam Ruang
The Rationalization Of Society. Perkotaan yang Berkelanjutan.
Volume I, Boston: Beacon Press. Universitas Dipenogoro.
Hardiman, B., 1991. Kritik Ideologi; www.beritajakarta.id, 2017. Basuki Puji
Menyingkap Pertautan Pengetahuan Kualitas RPTRA Sunter Jaya.
dan Kepentingan Bersama Jurgen Available at:
Habermas, Yogyakarta: Kanisius. http://www.beritajakarta.id/read/226
Hardiman, B., 1993. Menuju Masyarakat 80/Basuki-Puji-Kualitas-RPTRA-
Komunikatif: Ilmu, Masyarakat, Sunter-Jaya#.WUtKbt9LzIU
Politik dan Posmodernisme Menurut [Accessed January 4, 2017].
Jürgen Habermas, Yogyakarta: www.fastnews.com, 2015. Ahok
Kanisius. Resmikan Ruang Publik Terpadu
Ife, J. & Tesoriero, F., 2008. Community Ramah Anak. Available at:
Development: Alternatif http://www.fastnewsindonesia.com/a
Pengembangan Masyarakat di Era rticle/ahok-resmikan-ruang-publik-
Globalisasi, Yogyakarta: Pustaka terpadu-ramah-anak [Accessed
Pelajar. September 18, 2015].
Kadarsih, R., 2008. Demokrasi dalam www.jakarta.bisnis.com, 2015. DKI
Ruang Publik. Jurnal Dakwah. Vol Bangun Ruang Publik Terpadu
IX No. 1 Januari-Juni 2008. Jurnal Ramah Anak. Available at:
Dakwah, Vol IX(No. 1). http://jakarta.bisnis.com/read/201508
Kumorotomo, W., 2007. Citizen Charter 07/77/460290/dki-bangun-ruang-
(Kontrak Pelayanan): Pola publik-terpadu-ramah-anak
Kemitraan Strategis Untuk [Accessed January 18, 2016].
Mewujudkan Good Governance www.news.detik.com, 2016. Mengenal
Dalam Pelayanan Publik. Seminar Lebh Jauh RPTRA Taman
Persadi. Multifungsi di Sudut Ibu Kota. Detik.
Moleong, L.J., 2004. Metode Penelitian Available at:
Kualitatif, Bandung: PT. Remaja http://news.detik.com/berita/2951941
Rosdakarya. /mengenal-lebih-jauh-rptra-taman-
Sunarto, 2000. Pers Mahasiswa : multifungsi-di-sudut-sudut-ibu-kota
Persemaian Public Sphere Civil [Accessed January 18, 2016].
Society. In Forum Komunikasi Pers www.tempo.com, 2015. Jakarta Tertinggi
Mahasiswa Indonesia pada tanggal Kasus Kekerasan Seksual terhadap
21 Okteober 2000. Anak. Tempo. Available at:
Sunaryo et al., 2010. Posisi Ruang Publik http://nasional.tempo.co/read/news/2

58
Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017
Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

015/08/07/078690010/jakarta-
tertinggi-kasus-kekerasan-seksual-
terhadap-anak [Accessed January 18,
2016].

59
Spirit Publik Volume 12, Nomor 2, Oktober 2017
Halaman 43-60
P-ISSN. 1907-0489 E-ISSN 2580-3875

60

Anda mungkin juga menyukai