DI SUSUN OLEH:
Rahmat Saputro
(1206246811)
(1306384984)
(1306410446)
Eka Marifah
(1406578943)
Cintya Irsanty
(1406542552)
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2016
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat ini telah melakukan perubahan besar yang
bisa dilihat dengan konsep baru yang bernama Ruang Publik Terpadu Ramah Anak
(RPTRA), yaitu pembangunan taman multifungsi di wilayah padat penduduk. Melalui
Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 349 Tahun 2015 mengenai pembangunan Ruang
Publik Terpadu Ramah (RPTRA) merupakan wujud dari pelaksanaan kota layak anak yang
memiliki tujuan menjadikan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) sebagai sarana
tumbuh kembang anak secara aman dan kreatif.1
Dalam pembangunan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) juga harus
melibatkan warga masyarakat, sehingga keinginan apa yang dikehendaki di dalam
pembangunan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) tersebut bisa dipadukan dan
nantinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di desain dengan konsep modern yang
ramah anak dengan dilengkapi berbagai sarana prasarana pendukung seperti Gazebo untuk
tempat belajar, pentas anak-anak, sarana olah raga, perpustakaan, dan toilet.
Dengan di bangunnya ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) dapat menjadi
pusat interaksi publik sekaligus sebagai media pembelajaran bagi anak-anak dimana setiap
kelurahan memiliki satu RPTRA yang dapat berfungsi sebagai sebagai ruang kumpul setiap
keluarga di Ibu Kota.
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) telah didirikan diberbagai Kelurahan
yang tersebar di DKI Jakarta seperti pembangunan RPTRA di Kemayoran, Jalan Krida RW
01 Kelurahan Serdang Jakarta Pusat yang masih dalam proses pembangunan, yang mulai
dibangun pada bulan akhir Desember 2015 dan akan selesai diperkirakan pada akhir bulan
Juni 2016.
Ruang Publik Terbuka Ramah Anak (RPTRA) yang dibangun untuk warga Serdang
akan berfungsi sebagai sarana interaksi sosial dan edukasi, khususnya bagi kecerdasan
tumbuh kembang anak. Selain itu fasilitas yang nantinya akan di manfaatkan warga
Serdang seperti kegiatan PKK, posyandu, posbindu, serta perpustakaan anak.
Adapun tidak hanya sebagai untuk anak-anak, dengan dibangunnya fasilitasi ruang
publik terpadu ramah anak (RPTRA) juga diharapkan mampu untuk menampung berbagai
macam kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar diberbagai kalangan serta
pemanfaatannya pun akan dirasakan oleh banyak pihak baik para pemuda seperti
karangtaruna, ibu rumah tangga, hingga para lansia yang nantinya dapat merasakan
1
http://bpbd.jakarta.go.id/assets/attachment/rules/KEPGUB_NO_349_TAHUN_2015.
pdf
kualitas hidup yang lebih baik dengan kondisi lingkungan yang sehat berkat adanya
pembangunan RPTRA di lingkungan Kelurahan Serdang.
Dengan demikian semua kegiatan yang akan di lakukan di RPTRA diperlukan
dukungan oleh warga masyarakat baik di dalam maupun di luar bangunan RPTRA dan
terjalin komunikasi antar warga masyarakat, sehingga berperan menjadi community center
pembangunan di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Krida Kelurahan Serdang,
Jakarta Pusat pernah terjadi konflik yang menyebabkan terhambatnya tujuan terebntuknya
RPTRA tersebut?
Signifikansi
Akademis
Manfaat akademis dalam penelitian ini adalah mampu mengetahui serta mendalami
konsep mengenai identifikasi sebuah konflik yang terjadi pada masyarakat sebelum
pembangunan dan selama proses pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak
(RPTRA) Krida Kelurahan Serdang, Jakarta Pusat. Dalam penelitian ini, peneliti diharapkan
mampu menjelaskan permasalahan yang terjadi secara sosiologis.
Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini, peneliti dapat secara nyata mampu membantu
masyarakat dana pemerintah guna menemukan solusi dari konflik yang terjadi selama
proses pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Krida Kelurahan
Serdang, Jarta Pusat yang pada akhirnya mampu memberikan solusi preventif terhadap
kemungkinan konflik yang akan terjadi.
KERANGKA KONSEPTUAL
Konflik merupakan hubungan antara dua pihak atau lebih yang memiliki, atau
merasa memiliki sasaran-sasaran yang tidak sejalan. Munculnya konflik dalam kehidupan
sosial dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu sebagai berikut :
-
Sebuah kelompok merasa dirinya sebagai suatu entitas yang berbeda atau terpisah
dari kelompok lain
Satu kelompok memiliki keluhan atau masalah terhadap kelompok yang lain.
Ketika suatu kelompok merasa memiliki masalah dan merasa tidak puas akan suatu
hal, kelompok harus membuat strategi untuk dapat mengubah keadaan yang ada
Anggota
dari
suatu
kelompok
ketidaknyamanan/ketidakpuasan
percaya
bahwa
hanya
dengan
melawan
dapat berubah
Menurut Kriesberg terdapat faktor internal yag melatarbelakangi terjadinya konflik
yaitu faktor internal yang terdiri dari:
-
Human Nature
Manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa diasuh dan tersosialisasi di dalam
lingkungan sosial. Sifat manusia yang mendasar memerlukan tiga jalan utama. Yaitu
dengan biological dan jalan evolusioner, proses psikologikal dan sosio-psikologikal,
dan dengan studi berbagai macam kehidupan manusia.
Social Interaction
adanya variasi dalam proses social dapat memunculkan melahirkan konflik yang
bergantung pada kondisi sosial. Proses sosialisasi dapat menyebabkan kerentanan
individu atau kelompok untuk tetap berkonflik tergantung pada sosialisasi yang
dilakukan oleh kelompok masing-masing.
-
Social System
Sistem sosial memilikki karakteristik yang dapat memengaruhi anggotanya untuk
berkonflik dengan pihak lain.
Selain didasarkan atas beberapa hal di atas, konflik dapat dilatarbelakangi oleh
beberapa faktor salah satunya yaitu kekuasaan. Kekuasaan merupakan unsur penting
dalam setiap masalah manusia dan suatu konflik seringkali berpusat pada upaya untuk
memperoleh kekuasaan. Selain itu, kekuasaan sangat berepengaruh terhadap kehidupan
manusia. Kekuasaan merupakan sesuatu yang tidak terlihat sehingga cenderung sulit untuk
dianalisis.
Terdapat beberapa sumber kekuasaan yaang dapat memengaruhi situasi tertentu yaitu
-
Otoritas
Otoritas atau posisi dapat dimiliki oleh inidvidu maupun kelompok yang didasarkan
atas perannya. Otoritas ini didukung oleh peraturan, norma, sumber daya, dan
kekuatan lain seperti polisi dan tentara. Selain itu, keanggotaan dalam suatu kelas,
kastau atau ras dapat memberikan kekuasaan kepada sesorang terhadap yang
lainnya.
Jaringan kerja
Koneksi sosial merupakan sumber kekuasaan yang penitng dan dapat digunakan
sebagai alat untuk menerapkan pengaruh.
Terdapat beberapa tipe konflik yaitu :
Konflik laten
Merupakan konflik yang bersifat tersembunyi dan perlu diangkat ke permukaan agar
dapat ditangani secara efektif
Konflik terbuka
Adalah konflik yang berakar dalam dan sangat nyata, dan memerlukan berbagai
tindakan untuk mengatasi akar penyebab dan dampaknya.
Konflik di permukaan
Adalah konflik yang memiliki akar yang dangkal dan hanya muncul karena adanya
kesalahpahaman mengenai sasaran, serta dapat diatasi dengan meningkatkan
komunikasi,
Cooperative
Cooperative atau kerja sama merupakan interaksi antara dua orang atau lebih ataupun
kelompok yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan.
Cooperative dibutuhkan karena manusia memiliki faktor yang terbatas seperti waktu, energi,
special knowledge, dan kebutuhan lainnya. Oleh karena itu, untuk mengatasi ketebatasan
tersebut, beberapa bentuk cooperative menjadi metode yang efektif untuk mengatasinya.
Teredapat tiga tipe cooperative yaitu simbiosis, informal cooperation dan formal cooperation.
Tipe simbiosis merupakan kerjasama yang didasarkan adanya
hubungan saling
ketergantungan dan hubungan tersebut bertahan karena adanya keuntungan yang diperoleh
dari masing-masing pihak. Kemudian kerjasama informal merupakan kerjasama yang
dilakukan secara spontan dan nonkontraktual dan biasnya terjadi diantara anggota keluarga
dan komunitas ketetanggaan sedangkan kerjasama formal meruapakn kerjasama yang
dilatarbelakangi adanya kepentingan organisasi tertentu dan dilakukan secara kontraktual.
DESKRIPSI TAMAN DAN PEMANFAATANNYA
Kondisi sebelum dibangun: fasilitas, kegiatan, pemanfaat/kelompok pemanfaat, pola
relasi antar pemanfaat/kelompok
Dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan dapat diketahui kondisi fisik
taman sebelum dibangun menjadi RPTRA terbilang tidak begitu buruk dan masih layak
untuk digunakan. Fasilitas bermain anak seperti ayunan belum berkarat, kondisi lapangan
bagus dan masih dapat digunakan dengan baik. Hanya saja lampu di taman sebelum
diperbaiki kurang terang atau remang-remang serta pagar taman tidak pernah dikunci
sehingga siapa saja dan kapan saja dapat memasuki taman tersebut. Hal ini disalah
gunakan terutama oleh para remaja untuk nongkrong hingga larut malam bahkan dini hari,
juga pasangan muda-mudi yang berpacaran di taman. Para remaja ini tidak hanya berasal
dari RW 01 saja tetapi juga berasal dari RW lain. Hal ini meresahkan warga karena suatu
ketika sempat ditemukan rokok serta kondom di taman tersebut. Kejadian ini terjadi sebelum
Bapak Koesmanto belum menjabat sebagai ketua RW. Bapak Koesmanto adalah warga RW
01 yang berprofesi sebagai anggota TNI. Setelah Bapak Koesmanto menjabat menjadi
ketua RW, beliau menindak tegas keresahan yang warga rasakan dengan mengambl alih
kunci pagar taman dan selalu menguncinya setelah habis maghrib untuk menghindari hal-ha
yang tidak diinginkan. Selain itu, sebelum pembangunan RPTRA, Taman Krida ini ramai
didatangi anak-anak kecil pada siang hingga sore hari untuk bermain ayunan atau bermain
bola di lapangan taman. Lapangan ini juga dipakai untuk acara-acara besar seperti 17
agustusan.
Kondisi sesudah dibangun: fasilitas, kegiatan, pemanfaat/kelompok pemanfaat, pola
relasi antar pemanfaat/kelompok
RPTRA di Taman Krida kelurahan Serdang masih dalam proses pembangunan.
RPTRA ini rencananya selesai dibangun setelah lebaran. Kondisi terakhir, 18 Mei 2016
Taman Krida Serdang masih dalam kondisi 80% untuk benar-benar menjadi RPTRA.
Fasilitas yang terlihat berbeda dari kondisi sebelumnya yaitu adanya aula berbentuk joglo di
Taman Krida. Lampu di taman pun sudah tidak remang-remang lagi, cat yang sebelumnya
terkesan pucat sekarang terlihat lebih berwarna. Tetapi, belum ada kesepakatan lebih lanjut
mengenai siapa saja yang dapat memanfaatkan taman serta kegiatan apa saja yang boleh
dilakukan di taman dikarenakan kondisi taman yang belum jadi. Namun, beberapa warga
sudah mulai mengusulkan kegiatan apa saja yang akan dilakukan di RPTRA Serdang.
Selain untuk tempat bermain anak, kelompok yang nantinya ikut memanfaatkan RPTRA
salah satunya ibu-ibu PKK dengan kegiatannya yang akan dilakukan seperti Posyandu dan
Posbindu setiap bulan. Usulan lain dari warga yaitu pemanfaatan aula RPTRA untuk warga
yang ingin meminjam misalnya untuk acara pernikahan, sebab di RW 01 cukup padat
penduduknya jika membuat acara dirumah, lokasi dari rumah yang satu ke yang lain tidak
memungkinkan untuk membuat acara seperti itu. namun, usulan ini masih dipertimbangkan
karena fungsi RPTRA akan menjadi berbeda nantinya. Pemuda Karang Taruna juga
berharap RPTRA ini dapat digunakan untuk menampung kebutuhan komunitas seperti
contohnya dapat dipakai untuk latihan band yang beranggotakan para pemuda
karangtaruna agar band tersebut tetap berjalan dan latihan di tempat yang sesuai.
DESKRIPSI ISU/MASALAH KEBERADAAN TAMAN DAN PEMANFAATAN
TAMAN
Sebelum menjadi RPTRA
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, sebelum dibangun RPTRA, lampu di
Taman Serdang remang-remang dan pagar taman tidak pernah dikunci. Alhasil, taman
disalah manfaatkan untuk nongkrong-nongkrong yang tidak jelas dan pacaran malammalam oleh remaja yang bahkan tidak diketahui darimana asalnya, bahkan warga sempat
menemukan rokok dan kondom di taman. Hal ini tentunya sangat meresahkan warga.
Namun, setelah Pak Koesmanto menjabat sebagai ketua RW, yang notabene beliau adalah
anggota TNI, kunci pagar taman diambil alih oleh Pak RW dan pagar taman selalu dikunci
setiap habis maghrib agar tidak disalah gunakan.
Di RW 01 dahulu ada sebuah kelompok musik yang berisi anggota karang taruna,
mereka selalu latihan musik di POS RW, tetapi ternyata latihan mereka meresahkan warga
sebab karang taruna kalau sudah main lupa waktu dan lupa kerapihan. Dengan ketegasan
dan kedisiplinan Pak Koesmanto selaku ketua RW, akhirnya band tersebut dibubarkan. Hal
ini menimbulkan gesekan antara pemuda karang taruna dan ketua RW. Ketika RPTRA akan
dibangun, dilakukan Focus Group Discussion antara karang taruna dan ketua RW mengenai
pemanfaatan RPTRA karena tujuan RPTRA selain untuk bermain anak juga untuk
menampung kebutuhan komunitas. Akhirnya, Pak Koesmanto memberikan izin band
tersebut untuk melakukan latihan di RPTRA nanti, tetapi dengan syarat yaitu harus
memperhatikan waktu dan kerapihan. Pembangunan RPTRA di Taman Krida Serdang justru
meredam konflik bukan menjadi potensi konflik.
TEMUAN LAPANGAN
Ruang Publik Terpadu Rumah Anak selanjutnya disebut dengan RPTRA, yang
terletak di Kelurahan Serdang, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat (sampai tulisan ini
dibuat) masih belum selesai pembangunannya. Sosialisasi terhadap warga mengenai
pembangunan RPTRA sudah dilakukan sejak Desember 2015 dan pembangunan RPTRA
sebenarnya dimulai dari Januari 2016 namun sempat terhenti selama dua bulan.
Rencananya bulan pembangunan akan selesai pada bulan Juni namun dengan kondisi
sekarang tidak diketahui pasti pembangunan akan selesai kapan, mungkin tidak sesuai
target rencana awal.
Pembangunan RPTRA ini merupakan program kerjasama antara pemerintah DKI
Jakarta dengan CSR dari Agung Sedayu Group, di mana keuntungan dari perusahaan
disisihkan untuk membantu pemerintah dalam pengadaan RPTRA. Di Kecamatan
Kemayoran ada dua RPTRA yang sedang dibangun, yakni di Kelurahan Serdang dan satu
lagi di Kelurahan Harapan Mulya. Tujuan dari dibangunnya RPTRA ini yaitu sebagai sarana
yang digunakan masyarakat untuk melakukan berbagai macam kegiatan dan juga untuk
ruang bermain anak.
Sebelum dibangun RPTRA, taman Krida merupakan lapangan bulutangkis dan
terdapat ayunan untuk bermain anak. Kondisi taman sebelumnya sebenarnya sudah baik
dan terawat namun belum ada penjagaan atau orang yang memegang kunci taman. Saat
ini, setelah dibangun RPTRA fungsi taman Krida memnadi bertambah, selain untuk taman
bermain, RPTRA juga digunakan oleh warga untuk berbagai kegiatan bersama. Ruang
lingkup pengguna juga semakin bertambah, dari awalnya hanya untuk RW 01, sekarang
bisa digunakan untuk warga Serdang secara keseluruhan. Sebelumnya juga taman tersebut
digunakan oleh pemuda atau anggota karang taruna untuk mengadakan acara-acara seperti
tujuh belasan, halal bihalal, ataupun acara dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Sebelum dibangun menjadi RPTRA taman Krida digunakan sebagai taman bermain
anak dan bermain bulutangkis warga namun seringkali taman juga digunakan sebagai
tempat nongkrong oleh pemuda sampai larut malam sehingga warga sekitar merasa
terganggu. Selain itu, taman juga sering digunakan untuk pacaran karena kondisi
penerangan yang minim dan gerbang tidak dikunci. Taman tersebut, selain digunakan
sebagai tempat bermain anak-anak dan tempat untuk bersantai-santai warga, tetapi taman
tersebut juga digunakan untuk tempat resepsi pernikahan warga sekitar. Mungkin setelah
dibangun juga akan salah satunya akan digunakan sebagai tempat resepsi. Akan tetapi, jika
secara spesifik akan digunakan untuk apa, masih belum disepakati dengan RW yang lain.
Menurut keterangan dari Pak Dindin, seorang penjaga keamanan lingkungan
Serdang, sekarang warga jarang berkumpul di taman tersebut, padahal dulu warga terutama
bapak-bapak sering ngumpul di pos RW. Kegiatan yang masih dilaksanakan rutin setiap
tahun yaitu acara 17 Agustus yang dibuat oleh RW. Perbedaan juga terjadi di dalam karang
taruna Serdang, Karang Taruna sekarang pasif padahal dulu aktif, pemudanya juga tidak
seaktif dulu yang memiliki kegiatan aktif seperti band dan pecinta alam namun untuk PKK
dari dulu hingga sekarang aktif.
Saat direncanakan untuk dibuat RPTRA warga khususnya ibu-ibu yang ikut dalam
kader PKK diajak bersosialisasi, Ibu Vera ikut dalam sosialisasi tersebut untuk mengetahui
apa saja fungsi dan pemanfaatan tama khususnya untuk PKK sendiri. Ibu Vera beserta
kader yang lain juga mengkuti pelatihan dan sosialisasi di RPTRA Karet Tengsin.
Pada awal pembangunan, terdapat masalah mengenai dana pembangunan RPTRA
yaitu pemborong membawa kabur dana pembangunan. Hal inila yang membuat
pembangunan terhenti. Melihat kejadian ini, beberapa warga protes ke kelurahan dan
kemudian kelurahan mencari pemborong baru. Selain itu perselisihan juga sempat terjadi
antara Ketua RW yang baru menjabat dengan remaja yang dilatarbelakangi karena Ketua
RW memarahi remaja yang sedang nonton bareng pertandingan bola di pos RW.
Kemarahan Pak RW muncul karena kegiatan nonton bareng tersebut membuat berisik
warga. Hal ini membuat pemuda tidak menyukai Ketua RW yang baru menjabat tersebut.
Pembangunan RPTRA di setiap wilayah ada standarnya, sehingga hampir sama
untuk setiap RPTRA. Standarnya disosialisasikan dari PKK Provinsi untuk semua RPTRA,
ada listnya. Akan tetapi dari list tersebut, dilihat juga dari rembukan warga, apa saja yang
menjadi kebutuhan warga di sini, sehingga desain ruangan ditentukan sesuai kebutuhan
warga. Untuk desain RPTRA Krida sendiri sudah berganti beberapa kali sesuai rembukan,
jadilah desain yang terakhir yang seperti sekarang.
Dalam pembuatan RPTRA diadakan tiga kali rembukan antara perwakilan warga,
kelurahan, pihak Agung Sedayu, dan kelompok Social Mapping dari Labsosio. Awalnya
diadakan pengenalan terlebih dahulu kepada perwakilan warga, kemudian diadakan dialog
terkait RPTRA ini. Perwakilan warga tersebut fokus pada RW 01 karena wilayah yang akan
dibangun RPTRA ada di RW 01 dan juga RW 02 karena wilayah terdekat dari lokasi
RPTRA. Jadi komposisi perwakilan warga banyak dari RW 01 dan RW 02 sedangkan dari
RW 03 sampai RW 07 hanya 3 unsur yaitu ketua RW, perwakilan PKK, sama satu warga
saja.
Dari hasil sosialisasi dan rembukan tersebut, warga rata-rata setuju akan didirikan
RPTRA, terutama warga sekitar lokasi RPTRA. Hal tersebut karena kekhawatiran
masyarakat sekitar ketika malam hari banyak kelompok pemuda (ABG) yang tidak diketahui
dari mana, datang ke taman tersebut dan sempat ditemukan rokok serta kondom, sehingga
meresahkan warga sekitar.
Gesekan yang terjadi yaitu dalam seleksi pengelola, sempat ada permintaan dari
ketua RW 01 agar pengelola dapat dipilih dari warga RW 01 agar lebih mudah di kontrol
karena lokasi RPTRA berada di wilayah RW 01. Akan tetapi pihak kelurahan tidak dapat
menjanjikan hal tersebut karena pengelola diseleksi langsung oleh pihak pemerintah
Provinsi. Ibu Mariah berharap apabila tidak ada pengelola yang berasal dari RW 01, hal
tersebut tidak akan menjadi masalah nantinya karena adanya keinginan ketua RW 01
tersebut.
RENCANA RPTRA DAMAI BERKELANJUTAN
Jika dari penuturan Koesmanto, Ketua RW 01, awal terbentuknya RPTRA
merupakan gagasan langsung dari Pemerintah DKI Jakarta. Kemudian, pembangunannya
dilaksanakan oleh perusahaan properti yang ada di Jakarta sebagai sebuah bentuk CSR.
Untuk lahan yang digunakan sebagai bangunan dan taman RPTRA sebenarnya sudah
menjadi taman yang cukup baik dan digunakan oleh warga. Selanjutnya, semua desain dan
pembangunan diserahkan kepada tim peneliti dan pengembang. Dari pihak RW 01 tidak
terdapat sebuah usulan, atau tanggapan untuk masalah desain RPTRA.
Di wilayah RW 01 terdapat 14 RT, 768 KK, kurang lebih yang sudah dewasa 3500an
orang, dan total warga kurang lebih ada 4500an orang. Relasi antar warganya bisa
dikatakan baik dan kondusif. Untuk masalah status sosial dan ekonomi, rata- rata penduduk
RW 01 merupakan warga kelas menengah ke atas. Tidak terdapat pemukiman yang padat
dan atau pemukiman kumuh.
Selama pembangunan belum ada konflik yang terjadi tetapi sebelum pembangunan
taman dulunya dijadikan tempat nongkrong oleh pemuda darimana saja setiap malam
minggu yang justru itu membuat warga resah dan terjadi cekcok ketika Pak RW yang baru
yang menjabat saat ini mengusir para pemuda sampai akhirnya tidak ada lagi yang
menongkrong setiap malam minggu yang samapi larut malam. Dan ketika ingin dibuat
RPTRA warga justru senang karena fungsi taman jadi lebih jelas dan lebih bermanfaaat bagi
warga sekitar.
Kepengurusan RPTRA akan diurus ketika RPTRA sudah dibangun dan nantinya
akan diberikan dari perwakilan masing-masing wilayah untuk didaftarkan. Setelah
didaftarkan, kemudian akan diseleksi oleh pihak Pemda DKI, karena pengurus RPTRA akan
mendapatkan gaji dari Pemda. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Vera, kelompok
yang nantinya ikut memanfaatkan RPTRA salah satunya ibu-ibu PKK yang kegiatannya
akan dilakukan seperti Posyandu, Posbindu, dan Warga lainnya yang akan memanfaatkan
RPTRA untuk kegiatan lain, tetapi itu masih dibicarakan. Karena RPTRA nya sendiri belum
jadi, ada kemungkinan masih banyak yang belum dibicarakan bagaimana cara
pengoprasiannya.
Dalam pengelolaan RPTRA Krida nanti dari pihak RW 01 meminta harus ada warga
dari RW 01 yang ikut dalam pengelolaan RPTRA Krida minimal 3 orang dari 6 pengelolaan
baik itu dari kader PKK, pemuda, atau warga lainnya. Karena RPTRA tersebut akan
digunakan banyak kegiatan oleh ibu-ibu PKK dan anak-anak untuk bermain sehingga
terawasi oleh warga masyarakat yang ada di lingkungan RW 01 juga. Kegiatan bersama
yang akan di lakukan menurut wawancara dengan Ibu Vera, mungkin ketika acara-acara
penting saja seperti HUT RI, atau kesianan anak-anak, dan yang sudah jelas banyak
kegiatan disana dari PKK dalam penggunaannya untuk ibu dan anak, dan waktu yang sering
dilakukan adalah adanya posyandu dan posbindu yang setiap bulan rutin dilakukan
sehingga adanya komunikasi sesama warga, namun ada beberaa usulan dari warga untuk
penggunaan lainnya tetapi itu masih dibicarakan. Untuk yang lainnya sampai saat ini
kelurahan sendiri belum memberikan informasi lagi terkait RPTRA karena masih dalam
proses pembangunan.
Menurut PKK sendiri, pengelola dan pengurus itu berbeda. Untuk pengelola akan
dibentuk setelah pembangunan RPTRA selesai, dan pengelola ini sudah diseleksi
sebelumnya dari tingkat Provinsi, nanti akan diumumkan tenaga-tenaganya dari hasil yang
lolos seleksi yaitu 6 orang. Bulan April kemarin, ada seleksi untuk jadi pengelola RPTRA
dengan syarat-syarat dari Pemerintah Provinsi, lalu kelurahan menyampaikan pengumuman
ke para RW untuk disampaikan ke warga. Kemudian habis seleksi berkas, yang lolos 18
orang dari kelurahan Serdang, kemudian diseleksi sama pemerintah provinsi dengan tes,
dari 18 orang itu akan terpilih 6 orang untuk jadi pengelola. Nantinya dalam pengelola akan
ada 3 shift jaga yaitu pagi, siang, dan malam. Belum tau yang terpilih akan perempuan atau
laki-laki, tapi yang daftar dibebaskan mau laki-laki atau perempuan. Gaji dari pengelola
sendiri setara dengan UMR, sehingga cukup menarik warga yang ingin menjadi pengelola
RPTRA. Ketika sudah terpilih pengelolanya, akan ada sosialisasi dari PKK Provinsi ke Kota
kemudian ke Pokja Kelurahan. Nanti ada pembinaan di pokja-pokja untuk kegiatan apa aja
yang akan dijalankan di RPTRA. Hingga sekarang sudah dibentuk Poksus, yaitu tim yang
dibentuk untuk me-monitor kegiatan pengelola. Poksus juga akan memberikan pelatihan
kepada pengelola RPTRA nantinya. Untuk pengurus RPTRA sendiri belum ada karena
gedungnya saja belum jadi.
Dari rembuk warga sendiri ada usulan yang masih dalam proses pertimbangan yaitu
adanya pemanfaatan aula RPTRA untuk warga yang ingin meminjam misalnya untuk acara
pernikahan, karena di RW 01 cukup padat penduduknya warga mengusulkan untuk aula
tersebut bisa atau tidak dipinjam untuk acara pernikahan dilihat jika membuat acara dirumah
lokasi dari rumah yang satu ke yang lain tidak memungkinkan untuk membuat acara seperti
itu. Namun itu masih menjadi pertimbangan dikarena fungsi RTPTRA akan jadi berbeda
nantinya. Semua kegiatan sampai saat ini dengan adanya focus group discussion disepakati
bahwa siapa saja yang akan meminjam aula RPTRA selagi itu masih berhubungan dengan
fungsi nya untuk anak-anak dan kegiatan PKK dan itu masih masuk dalam warga kelurahan
Serdang masih boleh memanfaatkan aula tersebut tetapi sesuai dengan izin dan jadwal
yang nantinya sudah dibuat.
Relasi antar warga kondusif. Warga menggunakan RPTRA biasanya adalah anakanak dan ibu-ibu yang memanfaatkan waktu senggang untuk bersantai sambil bermain
bersama anaknya di taman Serdang. Permasalahan yang pernah terjadi antar kelompok
adalah adanya karang taruna dan alumni karang taruna yang mengusulkan adanya sebuah
tempat untuk latihan musik. Karena sekitar tahun 2011, karang taruna tersebut
menggunakan kantor RW sebagai tempat untuk latihan musik, namun keberadaan karang
taruna tersebut mengganggu warga. Akhirnya saat ini, dari pihak RW melarang kegiatan
tersebut. Sampai saat ini relas antar kelompok baik, karena yang aktif hanya PKK saja,
sehingga belum ada bentrok antar kelompok. Warga juga setuju dalam pembuatan RPTRA
agar ada kontrol terkait penggunaan taman sehingga tidak meresahkan warga sekitar.
Sedangkan untuk karang taruna karena tidak aktif maka belum tahu nantinya karang taruna
akan ikut menggunakan RPTRA atau tidak.
Karena secara umum kondisi warga masyarakat di daerah RPTRA Kemayoran aman
dan kondusif, serta tidak terdapat konflik ataupun potensi yang besar akan adanya konflik,
jadi menurut kami RPTRA yang ada di Kemayoran akan berjalan dengan baik. Akan tetapi,
yang perlu diperhatikan adalah nantinya jika telah dipilih pengurus dan pengelola RPTRA
harus terus diawasi agar RPTRA bisa dimanfaatkan secara maksimal dan juga bisa
digunakan untuk seluruh warga.
Daftar Pustaka
Bertrand, Alfin L. Rural Sociology, Anaysis of contenporary Rural Life Chapter Cooperation
and opposision in rural society p.303
Fisher, Simon. Et al. (200). Mengelola Konflik: Ketrampilan dan Strategi untuk bertindak.
(Terj. Kartikasari dkk). Jakarta: The British Council
Kriesberg, Louis. (2003). Constructive Conflicts: From Escalation to Resolution. Maryland:
Rowman and Littlefield Publishers Inc.
Keputusan
Gubernur
No.
349
Tahun
2015
http://bpbd.jakarta.go.id/assets/attachment/rules/KEPGUB_NO_349_TAHUN_2015.pdf
diakses pada tanggal 07 Juni 2016 pada pukul 20. 12 WIB
Umar, Musni. 2015. RPTRA Community Center Warga dan Anak-Anak di DKI Jakarta.
http://www.kompasiana.com/musniumar/rptra-community-center-warga-dan-anakanak-di-dki-jakarta_562ae44c107f611305d9b3fc diakses pada tanggal 24 Oktober
2016 pukul 11.22 WIB.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
MATRIKS INFORMAN 1
Nama Informan
Umur
: -
Pewawancara
Kondisi wawancara
Aspek/Dimensi
Taman dan
Ide
Karakteristik sosial dan
Temuan
Pemegang
Keterangan
Wilayah
ekonomi
jabatan
seperti
lingkungan
menengah-keatas, kalaupun
ada
yang
menengah-
mereka
nurut
aja
apa-apa
disupport
menengah-atas.
Sebelum dibangun RPTRA,
terkait taman
di
bagus.
Namun,
taman
remang-
disalah
manfaatkan
untuk nongkrong-nongkrong
yang tidak jelas dan pacaran
malam-malam. Setelah Pak
RW
yang
adalah
mereka
POS
RW,
mereka
latihan
tetapi
suka
di
latihan
ngeresahin
band
tersebut
dengan
Pak
RPTRA.
sendiri
menampung
kebutuhan
komunitas,
jadi
latihan
Namun,
di
RPTRA.
Pak
RW
RPTRA
justru
meredam
MATRIKS INFORMAN 2
Nama Informan
: Pak Dindin
Status
: Petugas Keamanan RW 1
Pewawancara
Kondisi wawancara
Aspek/Dimensi
Taman dan
Ide
Kondisi taman
Temuan
Sebelum dibangun RPTRA,
Wilayah
sebelum dibangun
taman
RPTRA
lapangan
bulutangkis
terdapat
ayunan
Krida
merupakan
dan
untuk
sebenarnya
baik
dan
terawat
kunci taman.
Sebelum dibangun menjadi
sebelum dibangun
RPTRA
taman
RPTRA
digunakan
sebagai
Krida
taman
warga
namun
seringkali
taman
juga
digunakan
sebagai
tempat
nongkrong
oleh
pemuda
sekitar
merasa
karena
kondisi
Keterangan
Pembangunan RPTRA
Krida
mengenai
RPTRA
pembangunan
sudah
dilakukan
RPTRA
dimulai
dari
bulan
bulan
Juni
dengna
kondisi
tidak
diketahui
namun
sekarang
pasti
Kegiatan bersama
target rencan.
Menurut keterangan dari Pak
Antar warga
Dindin,
masyarakat
RPTRA Krida
sekarang
warga
yang
rutin
masih
setiap
Organisasi
warga
sekitar
di
RPTRA
Serdang
Karang
pasif
Taruna
padahal
sekarang
dulu
aktif,
seperti
band
dan
dari
dulu
hingga
sekarang aktif.
Relasi Antar
Permasalahan atau
Pada
awal
kelompok
masyarakat
selama proses
pembangunan RPTRA
Krida
Hal
inila
pembangunan,
yang
membuat
pembangunan
Melihat
terhenti.
kejadian
ini,
dan
kelurahan
kemudian
mencari
juga
sempat
menjabat
dengan
karena
kegiatan
nonton
bareng
tersebut
MATRIKS INFORMAN 3
Nama Informan
: Koesmanto
Status
Umur
: -
Pewawancara
Tanggal wawancara
: 21 April 2016
: Kantor RW 01
Kondisi wawancara
Ide
Awal terbentuknya
Temuan
Jika
dari
Wilayah
RPTRA
Koesmanto,
Keterangan
penuturan
awal
terbentuknya
RPTRA
merupakan
langsung
DKI
gagasan
dari
Pemerintah
Jakarta.
Kemudian,
pembangunannya
dilaksanakan
perusahaan
ada
di
oleh
properti
Jakarta
yang
sebagai
yang
sebagai
digunakan
bangunan
dan
warga.
semua
desain
pembangunan
kepada
Selanjutnya,
tim
dan
diserahkan
peneliti
dan
tidak
terdapat
sebuah
Karakteristik kelompok
Di wilayah RW 01 terdapat
menggunakan RPTRA
dan
total
warga
kurang
lebih
ada
4500an
dikatakan
kondusif.
baik
Untuk
dan
masalah
warga
kelas
pemukiman
yang
kumuh.
Kepengurusan RPTRA akan
oleh masyarakat
dari
perwakilan
Setelah
karena
pengurus
Antar warga
bersama yang
taman
masyarakat
nantinya dilakukan
digunakan
bermain
ada di lingkungan
RPTRA Krida
RPTRA,
tersebut
selain
sebagai
anak-anak
tempat
dan
pernikahan
warga
sekitar.
Mungkin
setelah
akan
digunakan
belum
disepakati
Sebelumnya
juga
taman
tersebut
masyarakat
taruna
digunakan
untuk
acara-acara
belasan,
oleh
mengadakan
seperti
halal
tujuh
bihalal,
kegiatan lainnya.
Salah satu peraturan yang
disepakati masyarakat
disepakati
di RPTRA Krida
adalah
seluruh
warga
yang
digunakan
pengaturan
dilakukan
akan
setelah
Relasi Antar
kepengurusan terbentuk.
Relasi antar warga kondusif.
kelompok
yang akan
masyarakat
memanfaatkan taman
RPTRA
dan
ibu-ibu
memanfaatkan
senggang
sambil
yang
waktu
untuk
bersantai
bermain
bersama
Permasalahan atau
selama dibentuknya
RPTRA Krida
(termasuk saat
sebelum dibuat
karang
dalam proses
menggunakan
pembangunannya)
taruna
tersebut
kantor
RW
taruna
tersebut
mengganggu
warga.
melarang
kegiatan
tersebut.
MATRIKS INFORMAN 4
Nama Informan
: Ibu Vera
Status
: Kader PKK
Umur
: -
Pewawancara
Kondisi wawancara
informan.
Aspek/Dimensi
Taman dan
Ide
Awal terbentuknya
Temuan
Saat direncanakan
untuk
Wilayah
RPTRA
dibuat
warga
RPTRA
Keterangan
kader
PKK
diajak
sosialisasi
tersebut
dan
pemanfaatan
Ibu
Vera
beserta
kader
yang
mengkuti
lain
juga
pelatihan
dan
Karakteristik kelompok
Berdasarkan
hasil
menggunakan RPTRA
yang
belum
pengoprasiannya.
Dalam pengelolaan RPTRA
oleh masyarakat
RPTRA Krida
minimal
orang
pengelolaan
baik
dari
itu
dari
lainnya.
RPTRA
tersebut
Karena
akan
oleh
masyarakat
yang
warga
ada
di
lingkungan RW 01 juga.
Interaksi Sosial
Antar warga
bersama yang
di
masyarakat
nantinya dilakukan
ada di lingkungan
RPTRA Krida
atau
lakukan
menurut
kesianan
anak-anak,
posyandu
dan
dilakukan
sehingga
dari
warga
untuk
dibicarakan.
Untuk
sendiri
memberikan
belum
informasi
lagi
ada
masyarakat
usulan
yang
masih
ingin
untuk
meminjam
acara
pernikahan, karena di RW 01
cukup
padat
penduduknya
warga
mengusulkan
untuk
untuk
pernikahan
acara
dilihat
membuat
acara
jika
dirumah
yang
lain
tidak
memungkinkan
untuk
nantinya.
Semua kegiatan sampai saat
disepakati masyarakat
ini
di RPTRA Krida
dengan
adanya
focus
aula
RPTRA
fungsi
nya
untuk
kelurahan
Serdang
kelompok
yang akan
masyarakat
memanfaatkan taman
RPTRA
diskusi
perwakilan
masih
warga,
kader
taruna
kelurahan.
banyak
jadwal
kegiatan
apa-apa
rembukwarga
diawal,
saja
jadi
untuk
yang
akan
kelihatan
hanya
lainnya
belum
Permasalahan atau
dibicarakan.
Selama pembangunan belum
sebelum
selama dibentuknya
taman
RPTRA Krida
tempat
(termasuk saat
sebelum dibuat
dalam proses
pembangunannya)
dulunya
dijadikan
nongkrong
ini
pemuda
tidak
pembangunan
mengusir
sampai
ada
oleh
para
akhirnya
lagi
yang
Dan
ketika
ingin
bermanfaaat
sekitar.
bagi
warga
MATRIKS INFORMAN 5
Nama Informan
: Ibu Mariah
Status
Umur
:-
Pewawancara
Tanggal Wawancara
: 20 Mei 2015
Kondisi wawancara
Aspek/Dimensi
Peta Taman dan
Ide
Awal terbentuknya
Temuan
Pembangunan RPTRA ini
Wilayah
RPTRA
merupakan program
kerjasama antara pemerintah
DKI Jakarta dengan CSR dari
Agung Sedayu Group, di mana
keuntungan dari perusahaan
disisihkan untuk membantu
pemerintah dalam pengadaan
RPTRA. Di Kecamatan
Kemayoran ada dua RPTRA
yang sedang dibangun, yakni
di Kelurahan Serdang dan
satu lagi di Kelurahan Harapan
Mulya. Tujuan dari
dibangunnya RPTRA ini yaitu
sebagai sarana yang
digunakan masyarakat untuk
melakukan berbagai macam
kegiatan dan juga untuk ruang
bermain anak.
Keterangan
Proses dalam
Pembangunan
RPTRA
Rancangan
Pembangunan RPTRA di
Pembangunan
RPTRA
Perkembangan
Pembangunan
pembangunannya belum
RPTRA
kelompok
masyarakat yang
akan menggunakan
RPTRA
disepakati
masyarakat
oleh
disampaikan ke warga.
Kemudian habis seleksi
berkas, yang lolos 18 orang
dari kelurahan Serdang,
kemudian diseleksi sama
pemerintah provinsi dengan
tes, dari 18 orang itu akan
terpilih 6 orang untuk jadi
pengelola. Nantinya dalam
pengelola akan ada 3 shift
jaga yaitu pagi, siang, dan
malam. Belum tau yang terpilih
akan perempuan atau laki-laki,
tapi yang daftar dibebaskan
mau laki-laki atau perempuan.
Gaji dari pengelola sendiri
setara dengan UMR, sehingga
cukup menarik warga yang
ingin menjadi pengelola
RPTRA. Ketika sudah terpilih
pengelolanya, akan ada
sosialisasi dari PKK Provinsi
ke Kota kemudian ke Pokja
Kelurahan. Nanti ada
pembinaan di pokja-pokja
untuk kegiatan apa aja yang
akan dijalankan di RPTRA.
Hingga sekarang sudah
dibentuk Poksus, yaitu tim
yang dibentuk untuk memonitor kegiatan pengelola.
Poksus juga akan memberikan
pelatihan kepada pengelola
RPTRA nantinya. Untuk
pengurus RPTRA sendiri
belum ada karena gedungnya
saja belum jadi
Interaksi
Sosial
Kegiatan
bersama
Antar
warga
yang
nantinya
masyarakat
dilakukan
lain
yang
masyarakat
diperbolehkan menggunakan
RPTRA untuk acara kawinan,
karena biaya sewa tempat
kawinan mahal. Untuk
kegiatan lain belum ada
Peraturan yang
disepakati
masyarakat di
RPTRA karena
RPTRA Krida
Relasi
Antar
Relasi antar
kelompok
masyarakat
memanfaatkan
taman RPTRA
Permasalahan atau
atau tidak.
Gesekan yang terjadi yaitu
gesekan yang
kelompok selama
dibentuknya RPTRA
sebelum dibuat
dalam proses
pembangunannya)
REFLEKSI KRITIS
Nama : Rahmat Saputro
NPM
: 1206246811
DKI Jakarta sebagai kota paling besar dan paling banyak penduduknya di seluruh
Indonesia memiliki tantangan untuk mampu menyediakan ruang publik yang cukup bagi
semua warganya. Isu ruang publik menjadi penting karena merupakan salah satu kebutuhan
pokok yang harus dipenuhi oleh masyarakat. Di ruang publik, masyarakat dapat
menyalurkan hobi, inspirasi, atau bahkan mengaktualisasi diri dan yang paling utama adalah
untuk menjadi tempat bertemunya masyarkat. Sehingga, di ruang publik diharapkan terjadi
sebuah hubungan sosial yang baik antar masyarkat.
Masyarakat yang saling mengenal satu sama lain akan menciptakan sebuah
suasana yang dekat, aman, dan nyaman dalam lingkungan. Kondisi seperti tersebut
sangatlah ideal untuk masyarkat, khususnya lagi untuk anak-anak. Anak- anak merupakan
salah satu fase yang paling penting dalam perkembangan manusia. Ketika masih anakanak, atau pada game stage dan play stage, manusia mulai mencari nilai-nilai dan peran
yang ada dalam masyarkat, kemudian menirukannya dan menginternalisasi dalam dirinya.
Bisa dibayangkan, jika ruang publik tempat anak-anak tersebut berkembang, mencari nilai
dan peran dalam masyarkat, kondisinya tidak baik, maka bisa terjdai kemungkinan jika
anak-anak tersebut akan berkembang menjadi orang dewasa yang perilakunya kurang baik
atau bahkan menyimpang.
Kemudian, di Jakarta ini sudah sepantasnya dibuat sebuah ruang publik yang ramah
anak. Maka, menurut saya kebijakan pemerintah daerah khusus ibukuota Jakarta untuk
membangun Ruang Publik Terpadu Ramah Anak tersebut adalah keputusan yang sudah
benar. Strategi yang digunakan untuk membangun juga baik, yaitu dengan menggunakan
lahan kritis yang dimiliki oleh Pemda DKI Jakarta. Akan tetapi, dari keputusan tersebut tentu
dibutuhkan kajian yang mendalam dan menyeluruh agar ketika realsiasi kebijakan tersebut
dilaksanakan berbagai kendala bisa diminimalisasi.
Sudah sejak tahun 2015, RPTRA mulai dibangun diberbagai wilayah di Jakarta,
tercatat terdapat 60 RPTRA yang direncanakan untuk dibangun. Meskipun pada realisasinya
beberapa RPTRA terkendala pembangunannya, akan tetapi gubernur saat ini optimis untuk
menyelesaikan pembangunan RPTRA dan menjadikan Jakarta sebagai keto yang ramah
anak. Hal tersebut patut didukung oleh seluruh warga DKI Jakarta, karena tidak mungkin
program pemerintah tersebut dapat berjalan dengan baik jika tidak ada kerjasama antar
warga dan pemerintah, serta sektor swasta.
Dari beberapa kasus di beberapa pembangunan RPTRA yang saya amati, terkendalanya
pembangunan dan penggunaan RPTRA secara baik dikarenakan oleh beberapa faktor.
Pertama, lamanya negosiasi antara warga dengan pihak pengembang untuk masalah
desain RPTRA. Hal tersebut dikarenakan keinginan warga yang bermacam-macam, serta
adanya
kepentingan
kelompok-kelompok
warga
yang
menginginkan
mendapatkan
REFLEKSI KRITIS
Nama : Ruri Dindasari Fatimah
NPM
: 1306384984
Keluarahan Serdang RW 01, sangat antusias dengan adanya pembuatan Ruang
Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) yang dibuat di lingkungan RW 01 RPTRA ini
merupakan program pemerintah pemda DKI Jakarta untuk meciptakan ruang publik bagi
anak-anak di beberapa daerah padat penduduk. Tujuan dari RPTRA ini dibuat sebagai
sarana tumbuh kembang anak secara aman dan kreatif yang memiliki fungsi positif bagi
anak-anak yang ada disana selain itu RPTRA ini juga dapat dirasakan oleh semua warga
dan menjadi tempat sarana dan prasarana bermain anak yang nyaman. Dengan adanya
pembuatan RPTRA ini salah satu warga yang dapat di wawancarai kebetulan ia adaah
kader PKK yang tinggal di RW 01 bernama Ibu Vera, Ibu Vera pun ikut dalam rembukwarga
pertama ketika rencaa RPTRA Krida ini dibuat.
Sebelum dibuat menjadi RPTRA dulunya lahan yang digunakan hanya taman biasa
yang digunakan untuk anak-anak bermain sepeda sore hari, dan jika malam hari taman ini
tidak memiliki penerangan yang cukup baik jadi taman ini gelap, dan disalah fungsikan oleh
beberapa pemuda yang berasal dari RW 01 tetapi dari pemuda daerah lain juga khusunya
pada malam minggu banyak pemuda yang datang ke taman untuk bermain musik,
nongkrong, dan pacaran, hal ini membuat warga resah, tetapi warga disana juga tidak bisa
berbuat apa-apa. Maka dari itu ketika akan dibuatnya RPTRA warga sangat senang sekali
karena fungsi dan pemanfaatan taman lebih jelas.
Dari cerita yang Ibu Vera kemukakan pemanfaatan RPTRA ini lebih banyak pada
kegiatan sosial seperti program dari PKK ada posyandu, posbindu, acara kesenian anakanak dan lain sebagainya yang terpenting RPTRA ini dapat dirasakan oleh semua warga
kelurahan Serdang, dari yang anak-anak sampai lansia. Jika dalam pengelolaannya nanti
RW 01 meminta dari warganya untuk sebagian ada yang mengelola karena jika ada dari
warga RW 01 yang menjadi pengelola ini jauh lebih baik karena pengelolaannya langsung
diawasi oleh warga setempat, permintaan itu dari ketua RW 01 sendiri kepada keluarahan
dalam rembukwarga. Untuk kegiatan apa saja dan bagaimana mekanismenya Ibu Vera tidak
terlalu mengerti karena belum ada kelanjutan lagi dari kelurahan untuk membicarakan
bagaimana teknis yang akan dijalan saat RPTRA Krida selesai dan ada kemungkinan itu
akan diberitahu saat peresmian RPTRA nanti. Tidak banyak warga yang ikut dalam focus
group discussion perwakilan warga hanya dari RT, RW, Kader PKK, beberapa warga dan
ketua Karangtaruna Kelurahan. Saat ini proses pembangunan sudah mencapai 85% saat
saya datang kesana pada bulan Mei lalu dan ada kemungkinan akan selesai di akhir juni.
Pembangunan RPTRA ini sempat tersendat selama kurang lebih satu bulan yang
dikarenakan menurut Ibu Vera pemborong yang mengerjakan pembangunan tersebut kabur
dan akhirnya pekerjaannya pun tertunda selama satu bulan.
Hal yang menarik lainnya ketika saya wawancara dengan Ibu Vera ia mengatakan
bahwa sampai saat ini kegiatan yang nantinya akan berjalan adalah dari program PKK yang
seharusnya kegiatan lain bisa dilakukan disana seperti kegiatan dari karangtaruna, namun
ada sedikit masalah antara pemuda karangtaruna dengan Ketua RW 01 yang akhirnya
membuat hubungan anatara pemuda disana dan ketua Rw 01 tidak berjalan baik yang
sampai akhirnya tidak ada anggota pemuda satupun yang ikut dalam diskusi pembangunan
RPTRA Krida, hanya ada ketua karangtaruna tingkat kelurahan. Adanya indikasi konflik
hubungan antara ketua RW 01 dan pemuda disana sampai saat ini seperti perang dingin,
ketua RW disana jadi disegani oleh para pemuda karena sikapnya yang keras yang berlatar
belakang ABRI dan sempat memarahi para pemuda yang nongkrong-nongkrong sampai
malam di taman, dan renggangnya komunikasi oleh kedua pihak ini membuat mereka
menjadi tidak terlibat dalam perencanaan RPTRA Krida.
Dari permasalahan yang ada saat ini adanya hubungan yang kurang baik antara
pemuda karangtaruna dan ketua RW 01 harus segera dibacarakan bersama, seperti yang
dijelaskan oleh Fisher adanya orang lain diluar yang berkonflik sangat dibutuhkan sebagai
penengah atau mediator agar terciptanya komunikasi antara pihak yang berkonflik. Dalam
kasus ini konflik yang terjadi masih menjadi konflik laten dan jika tidak ada penangan yang
sesuai dalam hal ini maka kemungkinan adanya indikasi konflik yang semakin dan melebar
serta berlarut-larut ini bisa saja akhirnya menjadi konflik permukaan atau sampai konflik
terbuka maka dari itu untuk menghindari ini harus ada pihak ketiga yang dapat
menjembatani antara pemuda karangtaruna dan ketua RW 01 agar warga disana pun bisa
merasakan fasilitas publik dengan rasa nyaman tanpa menyegagani siapapun.
Dalam proses pembangunan RPTRA Krida belum cukup terlihat hal apa saja yang
akan dilakukan karena dari pihak keluarahan sendiri masih belum memberikan penjelasan
lebih lanjut mengenai RPTRA Krida karena ini masih pada tahap pembangunan. Ada
baiknya setelah proses pembangunan RPTRA selesai siapa yang akan menjadi
pengelolanya dapat mengelola RPTRA dengan baik jadwal penggunaan dapat tersusun
dengan benar sehingga tidak ada bentrok antar pengguna RPTRA lainnya yang akan
menimbulkan adanya indikasi konflik. Siapapun yang akan menggunakan RPTRA dari anakanak, pemuda, ibu-ibu, dan warga masyarakat lainnya semua bisa memelihara dan menjaga
RPTRA dengan baik.
REFLEKSI KRITIS
Nama : Johanna Ursulla Serenakartika
NPM
: 1306410446
Ketika kami belajar dalam masyarakat terkait didirikannya RPTRA di berbagai daerah
di DKI Jakarta, dengan melihat strategi dari berbagai pihak serta isu dan masalah yang
dibahas dengan analisis konflik, maka ada hal-hal yang dapat dikatakan merupakan konflik
laten dalam kondisi masyarakat setempat. Khususnya pada RPTRA di kelurahan Serdang,
Kemayoran. Pembangunan RPTRA yang masih dalam proses, menurut saya merupakan
tahapan prakonflik, dimana aktivitas masyarakat belum berjalan dalam penggunaan RPTRA,
akan tetapi terlihat beberapa ketidaksesuaian di antara beberapa pihak yang dapat
mengindikasikan potensi konflik.
Potensi konflik yang terlihat dalam pembangunan RPTRA di Kelurahan Serdang,
Kemayoran ini adalah ketika beberdapa informan mengatakan bahwa ketua RW 01 sebagai
ketua RW tempat didirikannya RPTRA, mempunyai beberapa keinginan apabila RPTRA itu
sudah dibangun dan berjalan penggunaannya. Ketika saya bertemu dengan ketua RW 01,
terlihat bahwa ia memang memiliki keinginan tertentu apabila nantinya RPTRA ini sudah
jadi. Pak RW meninginkan nantinya pengurus RPTA haruslah berasal dari salah satu
warganya agar lebih mudah dicari apabila dibutuhkan untuk menggunakan RPTA karena
lokasimya ada di wilayah RW 01. Hal ini dapat menjadi konflik apabila dari pengelola
RPTRA nantinya yang terpilih tidak ada yang berasal dari warga RW 01, maka kelurahan
dan PKK mengkhawatirkan akan adanya konflik terkait hal ini.
Salah satu konflik laten yang sedang terjadi adalah konflik antara ketua RW 01
dengan para karang taruna yang menyebabkan karang taruna di RW tersebut tidak aktif
saat ini. Pada saat di lapangan, informasi yang ada di masyarakat adalah ketika sebelum
dibangun RPTRA tersebut karang taruna sering beraktivitas di malam hari dan hal ini tidak
disukai oleh ketua RW 01 sehingga pada suatu hari para remaja ini digrebek oleh RW dan
kemudian mereka tidak lagi menjalankan aktivitas karang taruna.
RPTRA Serdang yang belum selesai dibangun tersebut belum ada perencanaan
akan digunakan untuk kegiatan apa saja, sehingga belum ada indikasi terjadinya konflik.
Akan tetapi pihak kelurahan dan PKK berencana untuk membuat jadwal penggunaan
sehingga tidak terjadi bentrok antar kelompok yang akan menggunakan RPTRA tersebut. Di
sisi lain, dengan karang taruna yang sedang tidak aktif, pihak kelurahan dengan PKK belum
dapat memutuskan apakah nantinya karang taruna akan turut menggunakan RPTRA
tersebut.
Pembangunan RPTRA ini sangat didukung oleh warga karena sebelumnya taman
tersebut digunakan oleh remaja yang tidak diketahui asalnya dengan ditemukan kondom
serta rokok. Hal ini membuat warga resah, sehingga diharapkan didirikannya RPTRA dapat
menjaga taman agar tidak terjadi penyalahgunaan taman oleh pihak lain yang dapat
memperburuk citra warga setenpat.
Adanya pembangunan RPTRA ini justru menjadikan warga dengan pihak kelurahan,
RT, dan RW menjadi saling bekerjasama guna mengontrol pembangunan RPTRA dan juga
perencanaan pembangunan serta penggunaan RPTRA. Harapan dari kelurahan dan pihak
PKK adalah adanya RPTRA dapat digunakan untuk kegiatan warga baik dalam pelatihanpelatihan maupun kegiatan yang bermanfaat lainnya. Mereka juga berharap agar dalam
penggunaannya nanti tidak ada bentrok antar kelompok sehingga tidak memicu konflik.
REFLEKSI KRITIS
Nama: Cintya Irsanty
NPM : 1406542552
Pertumbuhan penduduk semakin meningkat, khususnya di kota-kota besar
seperti Jakarta. Akbibat semakin padatnya penduduk, ruang terbuka di Jakarta pun
semakin sedikit. Akhirnya melalui Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 349 Tahun
2015, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan perubahan besar yang bernama
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA), yaitu pembangunan taman multifungsi
di wilayah padat penduduk.
Dengan di bangunnya ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) dapat
menjadi pusat interaksi publik sekaligus sebagai media pembelajaran bagi anak-anak
dimana setiap kelurahan memiliki satu RPTRA yang dapat berfungsi sebagai sebagai
ruang kumpul setiap keluarga di Ibu Kota.
Salah satu RPTRA yaitu RPTRA Serdang yang berada di Jalan Krida RW 01
Kelurahan Serdang Jakarta Pusat, mulai dibangun pada bulan akhir Desember 2015
dan akan selesai diperkirakan pada akhir bulan Juni 2016. Kondisi fisik taman
sebelum dibangun menjadi RPTRA terbilang tidak begitu buruk dan masih layak untuk
digunakan. Hanya saja lampu di taman sebelum diperbaiki kurang terang atau
remang-remang serta pagar taman tidak pernah dikunci sehingga siapa saja dan
kapan saja dapat memasuki taman tersebut. Hal ini disalah gunakan terutama oleh
para remaja untuk nongkrong hingga larut malam bahkan dini hari, juga pasangan
muda-mudi yang berpacaran di taman. Para remaja ini tidak hanya berasal dari RW 01
saja tetapi juga berasal dari RW lain. Hal ini meresahkan warga karena suatu ketika
sempat ditemukan rokok serta kondom di taman tersebut.
Selain itu, ada masalah lain yang meresahkan warga RW 01. Di RW 01
dahulu ada sebuah kelompok musik yang berisi anggota karang taruna, mereka selalu
latihan musik di POS RW, latihan mereka ini lah meresahkan warga sebab karang
taruna kalau sudah main lupa waktu dan lupa kerapihan.
Semua kejadian ini terjadi sebelum Bapak Koesmanto belum menjabat
sebagai ketua RW. Bapak Koesmanto adalah warga RW 01 yang berprofesi sebagai
anggota TNI. Setelah Bapak Koesmanto menjabat menjadi ketua RW, beliau
menindak tegas keresahan yang warga rasakan. Keresahan warga mengenai
penyalah gunaan taman diselesaikan oleh Pak Koesmanto dengan mengambil alih
kunci pagar taman dan selalu menguncinya setelah habis maghrib untuk menghindari
hal-ha yang tidak diinginkan. Keresahan warga yang lain yaitu band yang selalu
latihan sampai malam di pos RW akhirnya dibubarkan oleh Pak Koesmanto selaku
ketua RW. Namun ternyata hal ini menimbulkan gesekan antara pemuda karang
taruna dan ketua RW.
Dalam menyelesaikan konflik antara karang taruna dan ketua RW dapat
dianalisis menggunakan alat bantu analisis konflik analogi bawang bombay. Menurut
Fisher, analogi bawang bombay adalah suatu cara untuk menganalisis konflik melihat
posisi, kebutuhan, dan kepentingan dari masing-masing pihak yang berkonflik. Analogi
ini dibuat bagaikan lapisan-lapisan. Lapisan yang pertama adalah posisi pihak yang
berkonflik di di publik. Pada kasus ini, posisi karng taruna yaitu sebagai organisasi
pemuda di lingkungan RW 01 kelurahan Serdang, sedangkan posisi Pak Koesmanto
yaitu sebagai Ketua RW 01 Kelurahan Serdang. Lapisan yang kedua yaitu
kepentingan dari pihak yang berkonflik. Kepentingan karang taruna sendiri yaitu agar
tetap dapat melakukan latihan band, sedangkan kepentingan Pak Koesmanto adalah
menindak keresahan-keresahan warga. Lapisan yang ketiga adalah lapisan
kebutuhan. Kebutuhan karang taruna yaitu mempunyai tempat yang layak untuk
melakukan latihan band mereka karena selama ini mereka latihan di depan pos RW,
dan kebutuhan Pak Koesmanto selaku ketua RW adalah memenuhi semua aspirasi
warganya.
Dengan analogi bawang bombay ini dapat ditemukan titik temu penyelesaian
konflik ini. Saran dari penulis yaitu sebaiknya dilakukan Focus Group Discussion
terkait dengan pemanfaatan RPTRA Serdang yang tujuan pembangunannya adalah
untuk memenuhi kebutuhan komunitas yang ada di kelurahan Serdang. Dengan
Focus Group Discussion atau rembuk warga dengan menggunakan analogi bawang
bombay ini setiap pihak dapat mengetahui apa yang kepentingan dan kebutuhan
mereka.
REFLEKSI KRITIS
Nama : Eka Marifah
NPM
: 1406578943
Ruang di DKI Jakarta semakin sempit seiring dengan semakin banyaknya penduduk
yang tinggal. Dengan segala keterbatasan tersebut Pemerintah DKI Jakarta berupaya untuk
memenuhi kebutuhan ruang seluruh warganya, termasuk kebutuhan anak-anak untuk
mendapatkan
ruang
yang
aman
dan
nyaman
bagi
masa
pertumbuhan
dan
perkembangannya. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta dalam hal ini yaitu
membangun RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak). RPTRA merupakan program
yang sengaja dibuat untuk menciptakan ruang publik yang ramah dalam mendukung
tumbuh kembang anak. Namun lebih dari itu, RPTRA tidak hanya memberikan fasilitas untuk
anak tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh warga untuk aktivitas lainnya yang tentunya
berkaitan dengan kepentingan publik.
Program RPTRA dimulai pada tahun 2015 dengan membangun 63 RPTRA di
beberapa wilayah. Di tahun 2016 ini Pemerintah DKI Jakarta berencana untuk membnagun
sebanyak 150 RPTRA. Terkait dengan pendanaan, dana pembangunan ini sepenuhnya
berasal dari program Corporate Social Responsibility (CSR), bukan berasal dari dana APBD
DKI Jakarta. Hal ini menunjukkan keseriusan untuk menemukan solusi dalam menyediakan
ruang ramah anak di tengah padatnya Ibukota Jakarta. Dalam melihat pembangunan
RPTRA ini kita tidak hanya melihat pembangunan fisiknya saja tetapi kita juga harus melihat
dan mengamati fenomena apa saja yang terjadi dalam proses maupun pasca
pembangunan.
Pembangunan RPTRA Krida di Kelurahan Serdang, Kebayoran mempelihatkan
bahwa terdapat dinamika masyarakat sebagai reaksi atas pembangunan RPTRA tersebut.
secara umum warga Serdang sangat antusias menyambut pembangunan RPTRA ini karena
mereka berharap RPTRA dapat menjadi wadah bagi warga dalam menjalankan aktivitas
atau kegiatan bersama. Sebelum RPTRA dibangun, terjadi gesekan antara Ketua RW 01
yang baru saja menjabat dengan para pemuda. Hal ini terjadi karena para pemuda
seringkali nongkrong di taman Krida hingga larut malam dan dirasa mengganggu warga
sekitar. Menanggapi hal ini, Ketua RW 01 menegur mereka kemudian mengusir dan
melarang mereka untuk nongkrong di taman. Hal ini menimbulkan perasaan tidak suka
terhadap ketua RW yang baru menjabat tersebut. Ketua RW ini dikenal sebagai sosok yang
tegas karena latar belakangnya adalah TNI.
setelah taman Krida diubah dan dibangun menjadi RPTRA gesekan-gesekan tersebut justru
dapat terselesaikan karena nantinya RPTRA akan mengakomodasi kegiatan-kegiatan
warga, tidak hanya digunakan sebagai tempat bermain anak. Dengan dibangunnya RPTRA,
pengelolaan taman juga menjadi terorganisir sehingga dapat dikatakan bahwa sejauh ini
pembangunan RPTRA Krida di Kelurahan Serdang tidak memicu konflik tetapi justru dapat
meredam konflik.
Saat ini pembangunan RPTRA Krida masih dalam proses karena belum sepenuhnya
selesai. Keterlambatan ini terjadi karena pembangunan sempat terhenti selama dua bulan
dikarenakan uang pembangunan dibawa kabur oleh pemborong. Hal ini memicu kemarahan
warga namun pada akhirnya dapat diredam karena pembangunan RPTRA dapat kembali
berjalan.
Selanjutnya terkait dengan pemanfaatan RPTRA, warga sendiri belum menentukan
secara pasti bagaimana mekanisme penggunaan RPTRA untuk kegiatan warga karena
pembangunan juga belum selesai namun sejauh ini warga telah beberapa kali melakukan
rembuk warga untuk membicarakan hal ini. Hasilnya adalah kurang lebih RPTRA akan
digunakan untuk kegiatan PKK seperti Posyandu dan Posbindu. Untuk Karang taruna belum
diketahui akan menggunakan fasilitas di RPTRA atau tidak karena saat ini Karang taruna
cenderung pasif dan tidak memiliki kegiatan sehingga diraasa kurang membutuhkan ruang.
Selain itu dalam rembuk warga juga dibahas mengenai usulan agar RPTRA dapat disewa
untuk acara-acara seperti pernikahan warga namun usulan ini belum diputuskan karena
khawatir akan hilangnya fungsi utama RPTRA itu sendiri. Pemanfaatan ini tentu saja hanya
pemanfaatan sekunder karena fungsi pembangunan RPTRA sesungguhnya adalah
menyediakan ruang yang ramah anak.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa program RPTRA yang dicanangkan
oleh Pemerintah DKI Jakarta disambut baik oleh warga karena memiliki banyak manfaat
bagi warga meskipun pada awalnya terjadi beberapa gesekan antar individu maupun
kelompok.