Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KEGIATAN TURUN LAPANGAN

DI RPTRA SERDANG, KEMAYORAN

DI SUSUN OLEH:
Rahmat Saputro

(1206246811)

Ruri Dindasari Fatimah

(1306384984)

Johanna Ursulla Serenakartika

(1306410446)

Eka Marifah

(1406578943)

Cintya Irsanty

(1406542552)

DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2016

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat ini telah melakukan perubahan besar yang
bisa dilihat dengan konsep baru yang bernama Ruang Publik Terpadu Ramah Anak
(RPTRA), yaitu pembangunan taman multifungsi di wilayah padat penduduk. Melalui
Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 349 Tahun 2015 mengenai pembangunan Ruang
Publik Terpadu Ramah (RPTRA) merupakan wujud dari pelaksanaan kota layak anak yang
memiliki tujuan menjadikan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) sebagai sarana
tumbuh kembang anak secara aman dan kreatif.1
Dalam pembangunan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) juga harus
melibatkan warga masyarakat, sehingga keinginan apa yang dikehendaki di dalam
pembangunan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) tersebut bisa dipadukan dan
nantinya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di desain dengan konsep modern yang
ramah anak dengan dilengkapi berbagai sarana prasarana pendukung seperti Gazebo untuk
tempat belajar, pentas anak-anak, sarana olah raga, perpustakaan, dan toilet.
Dengan di bangunnya ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) dapat menjadi
pusat interaksi publik sekaligus sebagai media pembelajaran bagi anak-anak dimana setiap
kelurahan memiliki satu RPTRA yang dapat berfungsi sebagai sebagai ruang kumpul setiap
keluarga di Ibu Kota.
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) telah didirikan diberbagai Kelurahan
yang tersebar di DKI Jakarta seperti pembangunan RPTRA di Kemayoran, Jalan Krida RW
01 Kelurahan Serdang Jakarta Pusat yang masih dalam proses pembangunan, yang mulai
dibangun pada bulan akhir Desember 2015 dan akan selesai diperkirakan pada akhir bulan
Juni 2016.
Ruang Publik Terbuka Ramah Anak (RPTRA) yang dibangun untuk warga Serdang
akan berfungsi sebagai sarana interaksi sosial dan edukasi, khususnya bagi kecerdasan
tumbuh kembang anak. Selain itu fasilitas yang nantinya akan di manfaatkan warga
Serdang seperti kegiatan PKK, posyandu, posbindu, serta perpustakaan anak.
Adapun tidak hanya sebagai untuk anak-anak, dengan dibangunnya fasilitasi ruang
publik terpadu ramah anak (RPTRA) juga diharapkan mampu untuk menampung berbagai
macam kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar diberbagai kalangan serta
pemanfaatannya pun akan dirasakan oleh banyak pihak baik para pemuda seperti
karangtaruna, ibu rumah tangga, hingga para lansia yang nantinya dapat merasakan
1
http://bpbd.jakarta.go.id/assets/attachment/rules/KEPGUB_NO_349_TAHUN_2015.
pdf

kualitas hidup yang lebih baik dengan kondisi lingkungan yang sehat berkat adanya
pembangunan RPTRA di lingkungan Kelurahan Serdang.
Dengan demikian semua kegiatan yang akan di lakukan di RPTRA diperlukan
dukungan oleh warga masyarakat baik di dalam maupun di luar bangunan RPTRA dan
terjalin komunikasi antar warga masyarakat, sehingga berperan menjadi community center

untuk meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat di DKI Jakarta.


Rumusan Masalah
Pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) yang ada di wilayah padat
penduduk DKI Jakarta membuat warga masayarakat kini memiliki sarana dan prasarana
baru yang dapat dirasakan pemanfaatannya oleh semua kalangan mulai dari anak-anak
sampai dengan orangtua. Selain itu pembangunannya pun bisa langsung dipantau oleh
warga masyarakatnya sendiri dengan maksud muncul rasa memiliki dan rasa tanggung
jawab terhadap ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA). Namun, pada pelaksanaan
pembangunannya di Kelurahan Serdang masih banyak warga yang tidak mengetahui
pembuatan taman untuk apa, hal ini terlihat dari kurangnya komunikasi dan sosialisasi
antara warga masyarakat di Kelurahan Serdang khusunya di RW 01.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi mendalam mengenai
pembangunan serta pemanfaatan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Krida
Kelurahan Serdang, Jakarta Pusat setelah selesai dibangun dan mengidentifikasi adanya
konflik yang terjadi sebelum proses pembangunan ruang publik terpadu ramah anak
(RPTRA).
Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian dalam

penelitian ini adalah Apakah selama masa

pembangunan di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Krida Kelurahan Serdang,
Jakarta Pusat pernah terjadi konflik yang menyebabkan terhambatnya tujuan terebntuknya
RPTRA tersebut?

2 http://www.kompasiana.com/musniumar/rptra-community-center-warga-dananak-anak-di-dki-jakarta_562ae44c107f611305d9b3fc Diakses pada tanggal 24


Oktober 2016 pukul 11.22 WIB

Signifikansi
Akademis
Manfaat akademis dalam penelitian ini adalah mampu mengetahui serta mendalami
konsep mengenai identifikasi sebuah konflik yang terjadi pada masyarakat sebelum
pembangunan dan selama proses pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak
(RPTRA) Krida Kelurahan Serdang, Jakarta Pusat. Dalam penelitian ini, peneliti diharapkan
mampu menjelaskan permasalahan yang terjadi secara sosiologis.
Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini, peneliti dapat secara nyata mampu membantu
masyarakat dana pemerintah guna menemukan solusi dari konflik yang terjadi selama
proses pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Krida Kelurahan
Serdang, Jarta Pusat yang pada akhirnya mampu memberikan solusi preventif terhadap
kemungkinan konflik yang akan terjadi.
KERANGKA KONSEPTUAL
Konflik merupakan hubungan antara dua pihak atau lebih yang memiliki, atau
merasa memiliki sasaran-sasaran yang tidak sejalan. Munculnya konflik dalam kehidupan
sosial dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu sebagai berikut :
-

Sebuah kelompok merasa dirinya sebagai suatu entitas yang berbeda atau terpisah
dari kelompok lain

Satu kelompok memiliki keluhan atau masalah terhadap kelompok yang lain.

Ketika suatu kelompok merasa memiliki masalah dan merasa tidak puas akan suatu
hal, kelompok harus membuat strategi untuk dapat mengubah keadaan yang ada

Anggota

dari

suatu

kelompok

ketidaknyamanan/ketidakpuasan

percaya

bahwa

hanya

dengan

melawan

yang dirasakan oleh suatu kelompok tersebut

dapat berubah
Menurut Kriesberg terdapat faktor internal yag melatarbelakangi terjadinya konflik
yaitu faktor internal yang terdiri dari:
-

Human Nature
Manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa diasuh dan tersosialisasi di dalam
lingkungan sosial. Sifat manusia yang mendasar memerlukan tiga jalan utama. Yaitu
dengan biological dan jalan evolusioner, proses psikologikal dan sosio-psikologikal,
dan dengan studi berbagai macam kehidupan manusia.

Social Interaction
adanya variasi dalam proses social dapat memunculkan melahirkan konflik yang
bergantung pada kondisi sosial. Proses sosialisasi dapat menyebabkan kerentanan

individu atau kelompok untuk tetap berkonflik tergantung pada sosialisasi yang
dilakukan oleh kelompok masing-masing.
-

Social System
Sistem sosial memilikki karakteristik yang dapat memengaruhi anggotanya untuk
berkonflik dengan pihak lain.

Selain didasarkan atas beberapa hal di atas, konflik dapat dilatarbelakangi oleh
beberapa faktor salah satunya yaitu kekuasaan. Kekuasaan merupakan unsur penting
dalam setiap masalah manusia dan suatu konflik seringkali berpusat pada upaya untuk
memperoleh kekuasaan. Selain itu, kekuasaan sangat berepengaruh terhadap kehidupan
manusia. Kekuasaan merupakan sesuatu yang tidak terlihat sehingga cenderung sulit untuk
dianalisis.
Terdapat beberapa sumber kekuasaan yaang dapat memengaruhi situasi tertentu yaitu
-

Otoritas
Otoritas atau posisi dapat dimiliki oleh inidvidu maupun kelompok yang didasarkan
atas perannya. Otoritas ini didukung oleh peraturan, norma, sumber daya, dan
kekuatan lain seperti polisi dan tentara. Selain itu, keanggotaan dalam suatu kelas,
kastau atau ras dapat memberikan kekuasaan kepada sesorang terhadap yang
lainnya.

Jaringan kerja
Koneksi sosial merupakan sumber kekuasaan yang penitng dan dapat digunakan
sebagai alat untuk menerapkan pengaruh.
Terdapat beberapa tipe konflik yaitu :

Konflik laten
Merupakan konflik yang bersifat tersembunyi dan perlu diangkat ke permukaan agar
dapat ditangani secara efektif

Konflik terbuka
Adalah konflik yang berakar dalam dan sangat nyata, dan memerlukan berbagai
tindakan untuk mengatasi akar penyebab dan dampaknya.

Konflik di permukaan
Adalah konflik yang memiliki akar yang dangkal dan hanya muncul karena adanya
kesalahpahaman mengenai sasaran, serta dapat diatasi dengan meningkatkan
komunikasi,

Cooperative
Cooperative atau kerja sama merupakan interaksi antara dua orang atau lebih ataupun
kelompok yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan.

Cooperative dibutuhkan karena manusia memiliki faktor yang terbatas seperti waktu, energi,
special knowledge, dan kebutuhan lainnya. Oleh karena itu, untuk mengatasi ketebatasan
tersebut, beberapa bentuk cooperative menjadi metode yang efektif untuk mengatasinya.
Teredapat tiga tipe cooperative yaitu simbiosis, informal cooperation dan formal cooperation.
Tipe simbiosis merupakan kerjasama yang didasarkan adanya

hubungan saling

ketergantungan dan hubungan tersebut bertahan karena adanya keuntungan yang diperoleh
dari masing-masing pihak. Kemudian kerjasama informal merupakan kerjasama yang
dilakukan secara spontan dan nonkontraktual dan biasnya terjadi diantara anggota keluarga
dan komunitas ketetanggaan sedangkan kerjasama formal meruapakn kerjasama yang
dilatarbelakangi adanya kepentingan organisasi tertentu dan dilakukan secara kontraktual.
DESKRIPSI TAMAN DAN PEMANFAATANNYA
Kondisi sebelum dibangun: fasilitas, kegiatan, pemanfaat/kelompok pemanfaat, pola
relasi antar pemanfaat/kelompok
Dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa informan dapat diketahui kondisi fisik
taman sebelum dibangun menjadi RPTRA terbilang tidak begitu buruk dan masih layak
untuk digunakan. Fasilitas bermain anak seperti ayunan belum berkarat, kondisi lapangan
bagus dan masih dapat digunakan dengan baik. Hanya saja lampu di taman sebelum
diperbaiki kurang terang atau remang-remang serta pagar taman tidak pernah dikunci
sehingga siapa saja dan kapan saja dapat memasuki taman tersebut. Hal ini disalah
gunakan terutama oleh para remaja untuk nongkrong hingga larut malam bahkan dini hari,
juga pasangan muda-mudi yang berpacaran di taman. Para remaja ini tidak hanya berasal
dari RW 01 saja tetapi juga berasal dari RW lain. Hal ini meresahkan warga karena suatu
ketika sempat ditemukan rokok serta kondom di taman tersebut. Kejadian ini terjadi sebelum
Bapak Koesmanto belum menjabat sebagai ketua RW. Bapak Koesmanto adalah warga RW
01 yang berprofesi sebagai anggota TNI. Setelah Bapak Koesmanto menjabat menjadi
ketua RW, beliau menindak tegas keresahan yang warga rasakan dengan mengambl alih
kunci pagar taman dan selalu menguncinya setelah habis maghrib untuk menghindari hal-ha
yang tidak diinginkan. Selain itu, sebelum pembangunan RPTRA, Taman Krida ini ramai
didatangi anak-anak kecil pada siang hingga sore hari untuk bermain ayunan atau bermain
bola di lapangan taman. Lapangan ini juga dipakai untuk acara-acara besar seperti 17
agustusan.
Kondisi sesudah dibangun: fasilitas, kegiatan, pemanfaat/kelompok pemanfaat, pola
relasi antar pemanfaat/kelompok
RPTRA di Taman Krida kelurahan Serdang masih dalam proses pembangunan.
RPTRA ini rencananya selesai dibangun setelah lebaran. Kondisi terakhir, 18 Mei 2016
Taman Krida Serdang masih dalam kondisi 80% untuk benar-benar menjadi RPTRA.
Fasilitas yang terlihat berbeda dari kondisi sebelumnya yaitu adanya aula berbentuk joglo di

Taman Krida. Lampu di taman pun sudah tidak remang-remang lagi, cat yang sebelumnya
terkesan pucat sekarang terlihat lebih berwarna. Tetapi, belum ada kesepakatan lebih lanjut
mengenai siapa saja yang dapat memanfaatkan taman serta kegiatan apa saja yang boleh
dilakukan di taman dikarenakan kondisi taman yang belum jadi. Namun, beberapa warga
sudah mulai mengusulkan kegiatan apa saja yang akan dilakukan di RPTRA Serdang.
Selain untuk tempat bermain anak, kelompok yang nantinya ikut memanfaatkan RPTRA
salah satunya ibu-ibu PKK dengan kegiatannya yang akan dilakukan seperti Posyandu dan
Posbindu setiap bulan. Usulan lain dari warga yaitu pemanfaatan aula RPTRA untuk warga
yang ingin meminjam misalnya untuk acara pernikahan, sebab di RW 01 cukup padat
penduduknya jika membuat acara dirumah, lokasi dari rumah yang satu ke yang lain tidak
memungkinkan untuk membuat acara seperti itu. namun, usulan ini masih dipertimbangkan
karena fungsi RPTRA akan menjadi berbeda nantinya. Pemuda Karang Taruna juga
berharap RPTRA ini dapat digunakan untuk menampung kebutuhan komunitas seperti
contohnya dapat dipakai untuk latihan band yang beranggotakan para pemuda
karangtaruna agar band tersebut tetap berjalan dan latihan di tempat yang sesuai.
DESKRIPSI ISU/MASALAH KEBERADAAN TAMAN DAN PEMANFAATAN
TAMAN
Sebelum menjadi RPTRA
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, sebelum dibangun RPTRA, lampu di
Taman Serdang remang-remang dan pagar taman tidak pernah dikunci. Alhasil, taman
disalah manfaatkan untuk nongkrong-nongkrong yang tidak jelas dan pacaran malammalam oleh remaja yang bahkan tidak diketahui darimana asalnya, bahkan warga sempat
menemukan rokok dan kondom di taman. Hal ini tentunya sangat meresahkan warga.
Namun, setelah Pak Koesmanto menjabat sebagai ketua RW, yang notabene beliau adalah
anggota TNI, kunci pagar taman diambil alih oleh Pak RW dan pagar taman selalu dikunci
setiap habis maghrib agar tidak disalah gunakan.
Di RW 01 dahulu ada sebuah kelompok musik yang berisi anggota karang taruna,
mereka selalu latihan musik di POS RW, tetapi ternyata latihan mereka meresahkan warga
sebab karang taruna kalau sudah main lupa waktu dan lupa kerapihan. Dengan ketegasan
dan kedisiplinan Pak Koesmanto selaku ketua RW, akhirnya band tersebut dibubarkan. Hal
ini menimbulkan gesekan antara pemuda karang taruna dan ketua RW. Ketika RPTRA akan
dibangun, dilakukan Focus Group Discussion antara karang taruna dan ketua RW mengenai
pemanfaatan RPTRA karena tujuan RPTRA selain untuk bermain anak juga untuk
menampung kebutuhan komunitas. Akhirnya, Pak Koesmanto memberikan izin band
tersebut untuk melakukan latihan di RPTRA nanti, tetapi dengan syarat yaitu harus
memperhatikan waktu dan kerapihan. Pembangunan RPTRA di Taman Krida Serdang justru
meredam konflik bukan menjadi potensi konflik.

Sesudah menjadi RPTRA


Dari temuan data di lapangan yang peneliti temukan, tidak ada konflik yang berarti di
RPTRA Serdang karena kondisi taman yang memang belum sepenuhnya jadi. Isu atau
masalah yang ada pun masih bisa ditangani dengan baik. Isu atau masalah yang ada
selama proses pembangunan RPTRA belangsung yaitu dana untuk pembangunan RPTRA
dibawa kabur oleh tukang bangunan yang membangun RPTRA sehingga menyebabkan
pembangunan menjadi terhambat. Rencana awal RPTRA akan selesai sebelum memasuki
puasa, tetapi karena masalah ini akhirnya pembangunan diundur dan rencananya akan
selesai setelah lebaran.
Masalah lain selama proses pembangunan RPTRA yaitu dalam seleksi pengelola
taman. Sempat ada permintaan dari ketua RW 01 agar pengelola taman dapat diambil dari
warga RW 01 sendiri agar lebih mudah di kontrol karena lokasi RPTRA memang berada di
wilayah RW 01. Akan tetapi pihak kelurahan tidak dapat menjanjikan hal tersebut karena
pengelola diseleksi langsung oleh pihak Pemerintah Provinsi. Pada bulan April kemarin,
diadakan seleksi untuk menjadi pengelola RPTRA dengan syarat-syarat dari Pemerintah
Provinsi, lalu kelurahan menyampaikan pengumuman kepada para RW untuk disampaikan
ke warga. Kemudian setelah seleksi berkas, terdapat 18 orang yang lolos dari kelurahan
Serdang, lalu diseleksi lagi oleh Pemerintah Provinsi melalui tes. Dari 18 orang tersebut
akan terpilih 6 orang untuk menjadi pengelola. Nantinya dalam pengelola akan ada 3 shift
jaga yaitu pagi, siang, dan malam. Belum dapat diketahui yang terpilih akan perempuan
atau laki-laki, tetapi yang daftar dibebaskan baik laki-laki atau perempuan. Gaji dari
pengelola sendiri setara dengan UMR, sehingga cukup menarik warga yang ingin menjadi
pengelola RPTRA. Ketika sudah terpilih pengelolanya, akan ada sosialisasi dari PKK
Provinsi ke Kota kemudian ke Pokja Kelurahan. Selanjutnya, ada pembinaan di pokja-pokja
untuk kegiatan apa saja yang akan dijalankan di RPTRA. Hingga saat ini, sudah dibentuk
Poksus, yaitu tim yang dibentuk untuk me-monitor kegiatan pengelola. Poksus juga akan
memberikan pelatihan kepada pengelola RPTRA nantinya. Diharapkan nantinya ketua RW
01 dapat menerima siapa saja yang menjadi pengelola RPTRA walaupun bukan berasal dari
warga RW 01.
Sampai saat ini tidak ditemukan potensi-potensi yang dapat memicu konflik yang
besar karena RPTRA Serdang masih dalam proses pembangunan sehingga belum ada
kesepakatan lebih lanjut mengenai siapa saja dan kegiatan apa saja yang boleh dilakukan di
RPTRA tersebut. Selebihnya, warga setuju dengan pembangunan RPTRA sebab fungsi
taman menjadi lebih jelas pemanfaatannya, bahkan pembangunan RPTRA dapat meredam
konflik yang sebelumnya ada di kelurahan Serdang seperti konflik antara karang taruna dan
ketua RW 01.

TEMUAN LAPANGAN
Ruang Publik Terpadu Rumah Anak selanjutnya disebut dengan RPTRA, yang
terletak di Kelurahan Serdang, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat (sampai tulisan ini
dibuat) masih belum selesai pembangunannya. Sosialisasi terhadap warga mengenai
pembangunan RPTRA sudah dilakukan sejak Desember 2015 dan pembangunan RPTRA
sebenarnya dimulai dari Januari 2016 namun sempat terhenti selama dua bulan.
Rencananya bulan pembangunan akan selesai pada bulan Juni namun dengan kondisi
sekarang tidak diketahui pasti pembangunan akan selesai kapan, mungkin tidak sesuai
target rencana awal.
Pembangunan RPTRA ini merupakan program kerjasama antara pemerintah DKI
Jakarta dengan CSR dari Agung Sedayu Group, di mana keuntungan dari perusahaan
disisihkan untuk membantu pemerintah dalam pengadaan RPTRA. Di Kecamatan
Kemayoran ada dua RPTRA yang sedang dibangun, yakni di Kelurahan Serdang dan satu
lagi di Kelurahan Harapan Mulya. Tujuan dari dibangunnya RPTRA ini yaitu sebagai sarana
yang digunakan masyarakat untuk melakukan berbagai macam kegiatan dan juga untuk
ruang bermain anak.
Sebelum dibangun RPTRA, taman Krida merupakan lapangan bulutangkis dan
terdapat ayunan untuk bermain anak. Kondisi taman sebelumnya sebenarnya sudah baik
dan terawat namun belum ada penjagaan atau orang yang memegang kunci taman. Saat
ini, setelah dibangun RPTRA fungsi taman Krida memnadi bertambah, selain untuk taman
bermain, RPTRA juga digunakan oleh warga untuk berbagai kegiatan bersama. Ruang
lingkup pengguna juga semakin bertambah, dari awalnya hanya untuk RW 01, sekarang
bisa digunakan untuk warga Serdang secara keseluruhan. Sebelumnya juga taman tersebut
digunakan oleh pemuda atau anggota karang taruna untuk mengadakan acara-acara seperti
tujuh belasan, halal bihalal, ataupun acara dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Sebelum dibangun menjadi RPTRA taman Krida digunakan sebagai taman bermain
anak dan bermain bulutangkis warga namun seringkali taman juga digunakan sebagai
tempat nongkrong oleh pemuda sampai larut malam sehingga warga sekitar merasa
terganggu. Selain itu, taman juga sering digunakan untuk pacaran karena kondisi
penerangan yang minim dan gerbang tidak dikunci. Taman tersebut, selain digunakan
sebagai tempat bermain anak-anak dan tempat untuk bersantai-santai warga, tetapi taman
tersebut juga digunakan untuk tempat resepsi pernikahan warga sekitar. Mungkin setelah
dibangun juga akan salah satunya akan digunakan sebagai tempat resepsi. Akan tetapi, jika
secara spesifik akan digunakan untuk apa, masih belum disepakati dengan RW yang lain.
Menurut keterangan dari Pak Dindin, seorang penjaga keamanan lingkungan
Serdang, sekarang warga jarang berkumpul di taman tersebut, padahal dulu warga terutama
bapak-bapak sering ngumpul di pos RW. Kegiatan yang masih dilaksanakan rutin setiap

tahun yaitu acara 17 Agustus yang dibuat oleh RW. Perbedaan juga terjadi di dalam karang
taruna Serdang, Karang Taruna sekarang pasif padahal dulu aktif, pemudanya juga tidak
seaktif dulu yang memiliki kegiatan aktif seperti band dan pecinta alam namun untuk PKK
dari dulu hingga sekarang aktif.
Saat direncanakan untuk dibuat RPTRA warga khususnya ibu-ibu yang ikut dalam
kader PKK diajak bersosialisasi, Ibu Vera ikut dalam sosialisasi tersebut untuk mengetahui
apa saja fungsi dan pemanfaatan tama khususnya untuk PKK sendiri. Ibu Vera beserta
kader yang lain juga mengkuti pelatihan dan sosialisasi di RPTRA Karet Tengsin.
Pada awal pembangunan, terdapat masalah mengenai dana pembangunan RPTRA
yaitu pemborong membawa kabur dana pembangunan. Hal inila yang membuat
pembangunan terhenti. Melihat kejadian ini, beberapa warga protes ke kelurahan dan
kemudian kelurahan mencari pemborong baru. Selain itu perselisihan juga sempat terjadi
antara Ketua RW yang baru menjabat dengan remaja yang dilatarbelakangi karena Ketua
RW memarahi remaja yang sedang nonton bareng pertandingan bola di pos RW.
Kemarahan Pak RW muncul karena kegiatan nonton bareng tersebut membuat berisik
warga. Hal ini membuat pemuda tidak menyukai Ketua RW yang baru menjabat tersebut.
Pembangunan RPTRA di setiap wilayah ada standarnya, sehingga hampir sama
untuk setiap RPTRA. Standarnya disosialisasikan dari PKK Provinsi untuk semua RPTRA,
ada listnya. Akan tetapi dari list tersebut, dilihat juga dari rembukan warga, apa saja yang
menjadi kebutuhan warga di sini, sehingga desain ruangan ditentukan sesuai kebutuhan
warga. Untuk desain RPTRA Krida sendiri sudah berganti beberapa kali sesuai rembukan,
jadilah desain yang terakhir yang seperti sekarang.
Dalam pembuatan RPTRA diadakan tiga kali rembukan antara perwakilan warga,
kelurahan, pihak Agung Sedayu, dan kelompok Social Mapping dari Labsosio. Awalnya
diadakan pengenalan terlebih dahulu kepada perwakilan warga, kemudian diadakan dialog
terkait RPTRA ini. Perwakilan warga tersebut fokus pada RW 01 karena wilayah yang akan
dibangun RPTRA ada di RW 01 dan juga RW 02 karena wilayah terdekat dari lokasi
RPTRA. Jadi komposisi perwakilan warga banyak dari RW 01 dan RW 02 sedangkan dari
RW 03 sampai RW 07 hanya 3 unsur yaitu ketua RW, perwakilan PKK, sama satu warga
saja.
Dari hasil sosialisasi dan rembukan tersebut, warga rata-rata setuju akan didirikan
RPTRA, terutama warga sekitar lokasi RPTRA. Hal tersebut karena kekhawatiran
masyarakat sekitar ketika malam hari banyak kelompok pemuda (ABG) yang tidak diketahui
dari mana, datang ke taman tersebut dan sempat ditemukan rokok serta kondom, sehingga
meresahkan warga sekitar.
Gesekan yang terjadi yaitu dalam seleksi pengelola, sempat ada permintaan dari
ketua RW 01 agar pengelola dapat dipilih dari warga RW 01 agar lebih mudah di kontrol

karena lokasi RPTRA berada di wilayah RW 01. Akan tetapi pihak kelurahan tidak dapat
menjanjikan hal tersebut karena pengelola diseleksi langsung oleh pihak pemerintah
Provinsi. Ibu Mariah berharap apabila tidak ada pengelola yang berasal dari RW 01, hal
tersebut tidak akan menjadi masalah nantinya karena adanya keinginan ketua RW 01
tersebut.
RENCANA RPTRA DAMAI BERKELANJUTAN
Jika dari penuturan Koesmanto, Ketua RW 01, awal terbentuknya RPTRA
merupakan gagasan langsung dari Pemerintah DKI Jakarta. Kemudian, pembangunannya
dilaksanakan oleh perusahaan properti yang ada di Jakarta sebagai sebuah bentuk CSR.
Untuk lahan yang digunakan sebagai bangunan dan taman RPTRA sebenarnya sudah
menjadi taman yang cukup baik dan digunakan oleh warga. Selanjutnya, semua desain dan
pembangunan diserahkan kepada tim peneliti dan pengembang. Dari pihak RW 01 tidak
terdapat sebuah usulan, atau tanggapan untuk masalah desain RPTRA.
Di wilayah RW 01 terdapat 14 RT, 768 KK, kurang lebih yang sudah dewasa 3500an
orang, dan total warga kurang lebih ada 4500an orang. Relasi antar warganya bisa
dikatakan baik dan kondusif. Untuk masalah status sosial dan ekonomi, rata- rata penduduk
RW 01 merupakan warga kelas menengah ke atas. Tidak terdapat pemukiman yang padat
dan atau pemukiman kumuh.
Selama pembangunan belum ada konflik yang terjadi tetapi sebelum pembangunan
taman dulunya dijadikan tempat nongkrong oleh pemuda darimana saja setiap malam
minggu yang justru itu membuat warga resah dan terjadi cekcok ketika Pak RW yang baru
yang menjabat saat ini mengusir para pemuda sampai akhirnya tidak ada lagi yang
menongkrong setiap malam minggu yang samapi larut malam. Dan ketika ingin dibuat
RPTRA warga justru senang karena fungsi taman jadi lebih jelas dan lebih bermanfaaat bagi
warga sekitar.
Kepengurusan RPTRA akan diurus ketika RPTRA sudah dibangun dan nantinya
akan diberikan dari perwakilan masing-masing wilayah untuk didaftarkan. Setelah
didaftarkan, kemudian akan diseleksi oleh pihak Pemda DKI, karena pengurus RPTRA akan
mendapatkan gaji dari Pemda. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Vera, kelompok
yang nantinya ikut memanfaatkan RPTRA salah satunya ibu-ibu PKK yang kegiatannya
akan dilakukan seperti Posyandu, Posbindu, dan Warga lainnya yang akan memanfaatkan
RPTRA untuk kegiatan lain, tetapi itu masih dibicarakan. Karena RPTRA nya sendiri belum
jadi, ada kemungkinan masih banyak yang belum dibicarakan bagaimana cara
pengoprasiannya.
Dalam pengelolaan RPTRA Krida nanti dari pihak RW 01 meminta harus ada warga
dari RW 01 yang ikut dalam pengelolaan RPTRA Krida minimal 3 orang dari 6 pengelolaan
baik itu dari kader PKK, pemuda, atau warga lainnya. Karena RPTRA tersebut akan

digunakan banyak kegiatan oleh ibu-ibu PKK dan anak-anak untuk bermain sehingga
terawasi oleh warga masyarakat yang ada di lingkungan RW 01 juga. Kegiatan bersama
yang akan di lakukan menurut wawancara dengan Ibu Vera, mungkin ketika acara-acara
penting saja seperti HUT RI, atau kesianan anak-anak, dan yang sudah jelas banyak
kegiatan disana dari PKK dalam penggunaannya untuk ibu dan anak, dan waktu yang sering
dilakukan adalah adanya posyandu dan posbindu yang setiap bulan rutin dilakukan
sehingga adanya komunikasi sesama warga, namun ada beberaa usulan dari warga untuk
penggunaan lainnya tetapi itu masih dibicarakan. Untuk yang lainnya sampai saat ini
kelurahan sendiri belum memberikan informasi lagi terkait RPTRA karena masih dalam
proses pembangunan.
Menurut PKK sendiri, pengelola dan pengurus itu berbeda. Untuk pengelola akan
dibentuk setelah pembangunan RPTRA selesai, dan pengelola ini sudah diseleksi
sebelumnya dari tingkat Provinsi, nanti akan diumumkan tenaga-tenaganya dari hasil yang
lolos seleksi yaitu 6 orang. Bulan April kemarin, ada seleksi untuk jadi pengelola RPTRA
dengan syarat-syarat dari Pemerintah Provinsi, lalu kelurahan menyampaikan pengumuman
ke para RW untuk disampaikan ke warga. Kemudian habis seleksi berkas, yang lolos 18
orang dari kelurahan Serdang, kemudian diseleksi sama pemerintah provinsi dengan tes,
dari 18 orang itu akan terpilih 6 orang untuk jadi pengelola. Nantinya dalam pengelola akan
ada 3 shift jaga yaitu pagi, siang, dan malam. Belum tau yang terpilih akan perempuan atau
laki-laki, tapi yang daftar dibebaskan mau laki-laki atau perempuan. Gaji dari pengelola
sendiri setara dengan UMR, sehingga cukup menarik warga yang ingin menjadi pengelola
RPTRA. Ketika sudah terpilih pengelolanya, akan ada sosialisasi dari PKK Provinsi ke Kota
kemudian ke Pokja Kelurahan. Nanti ada pembinaan di pokja-pokja untuk kegiatan apa aja
yang akan dijalankan di RPTRA. Hingga sekarang sudah dibentuk Poksus, yaitu tim yang
dibentuk untuk me-monitor kegiatan pengelola. Poksus juga akan memberikan pelatihan
kepada pengelola RPTRA nantinya. Untuk pengurus RPTRA sendiri belum ada karena
gedungnya saja belum jadi.
Dari rembuk warga sendiri ada usulan yang masih dalam proses pertimbangan yaitu
adanya pemanfaatan aula RPTRA untuk warga yang ingin meminjam misalnya untuk acara
pernikahan, karena di RW 01 cukup padat penduduknya warga mengusulkan untuk aula
tersebut bisa atau tidak dipinjam untuk acara pernikahan dilihat jika membuat acara dirumah
lokasi dari rumah yang satu ke yang lain tidak memungkinkan untuk membuat acara seperti
itu. Namun itu masih menjadi pertimbangan dikarena fungsi RTPTRA akan jadi berbeda
nantinya. Semua kegiatan sampai saat ini dengan adanya focus group discussion disepakati
bahwa siapa saja yang akan meminjam aula RPTRA selagi itu masih berhubungan dengan
fungsi nya untuk anak-anak dan kegiatan PKK dan itu masih masuk dalam warga kelurahan

Serdang masih boleh memanfaatkan aula tersebut tetapi sesuai dengan izin dan jadwal
yang nantinya sudah dibuat.
Relasi antar warga kondusif. Warga menggunakan RPTRA biasanya adalah anakanak dan ibu-ibu yang memanfaatkan waktu senggang untuk bersantai sambil bermain
bersama anaknya di taman Serdang. Permasalahan yang pernah terjadi antar kelompok
adalah adanya karang taruna dan alumni karang taruna yang mengusulkan adanya sebuah
tempat untuk latihan musik. Karena sekitar tahun 2011, karang taruna tersebut
menggunakan kantor RW sebagai tempat untuk latihan musik, namun keberadaan karang
taruna tersebut mengganggu warga. Akhirnya saat ini, dari pihak RW melarang kegiatan
tersebut. Sampai saat ini relas antar kelompok baik, karena yang aktif hanya PKK saja,
sehingga belum ada bentrok antar kelompok. Warga juga setuju dalam pembuatan RPTRA
agar ada kontrol terkait penggunaan taman sehingga tidak meresahkan warga sekitar.
Sedangkan untuk karang taruna karena tidak aktif maka belum tahu nantinya karang taruna
akan ikut menggunakan RPTRA atau tidak.
Karena secara umum kondisi warga masyarakat di daerah RPTRA Kemayoran aman
dan kondusif, serta tidak terdapat konflik ataupun potensi yang besar akan adanya konflik,
jadi menurut kami RPTRA yang ada di Kemayoran akan berjalan dengan baik. Akan tetapi,
yang perlu diperhatikan adalah nantinya jika telah dipilih pengurus dan pengelola RPTRA
harus terus diawasi agar RPTRA bisa dimanfaatkan secara maksimal dan juga bisa
digunakan untuk seluruh warga.

Daftar Pustaka
Bertrand, Alfin L. Rural Sociology, Anaysis of contenporary Rural Life Chapter Cooperation
and opposision in rural society p.303
Fisher, Simon. Et al. (200). Mengelola Konflik: Ketrampilan dan Strategi untuk bertindak.
(Terj. Kartikasari dkk). Jakarta: The British Council
Kriesberg, Louis. (2003). Constructive Conflicts: From Escalation to Resolution. Maryland:
Rowman and Littlefield Publishers Inc.
Keputusan

Gubernur

No.

349

Tahun

2015

http://bpbd.jakarta.go.id/assets/attachment/rules/KEPGUB_NO_349_TAHUN_2015.pdf
diakses pada tanggal 07 Juni 2016 pada pukul 20. 12 WIB
Umar, Musni. 2015. RPTRA Community Center Warga dan Anak-Anak di DKI Jakarta.
http://www.kompasiana.com/musniumar/rptra-community-center-warga-dan-anakanak-di-dki-jakarta_562ae44c107f611305d9b3fc diakses pada tanggal 24 Oktober
2016 pukul 11.22 WIB.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
MATRIKS INFORMAN 1
Nama Informan

: Fitria & Atikah Peneliti dari LabSosio

Umur

: -

Pewawancara

: Cintya Irsanty dan Eka Marifah

Tanggal wawancara : 21 April 2016


Lokasi dan waktu

: RPTRA Serdang, pukul 17.00 WIB

Kondisi wawancara

Aspek/Dimensi
Taman dan

Ide
Karakteristik sosial dan

Temuan
Pemegang

Keterangan

Wilayah

ekonomi

ketua RT dan RW semuanya

jabatan

seperti

merupakan kelas atas. Di


lingkungan Serdang sendiri
merupakan

lingkungan

menengah-keatas, kalaupun
ada

yang

menengah-

kebawah warganya terbilang


pasif,

mereka

nurut

aja

karena mereka kalau ada


acara

apa-apa

disupport

dalam bentuk dana dari yang


Kondisi fisik dan sosial

menengah-atas.
Sebelum dibangun RPTRA,

terkait taman

taman di Serdang juga sudah


terbilang
lampu

di

bagus.

Namun,

taman

remang-

remang dan pagar taman


tidak pernah dikunci. Alhasil,
taman

disalah

manfaatkan

untuk nongkrong-nongkrong
yang tidak jelas dan pacaran
malam-malam. Setelah Pak
RW
yang

yang baru menjabat,


notabene

adalah

anggota TNI, kunci pagar


taman diambil alih oleh Pak
RW dan pagar taman selalu

dikunci setiap habis maghrib


agar tidak disalah gunakan.

Relasi antar warga

Di RW 01 dahulu ada band


yang berisi anggota karang
taruna,

mereka

POS

RW,

mereka

latihan

tetapi

suka

di

latihan

ngeresahin

warga. Pak RW merupakan


seorang militer jadi beliau
sangat tegas dan disiplin,
akhirnya

band

tersebut

dibubarkan karena banyak


laporan ngeresahin warga.
Tujuan RPTRA adalah agar
semua pihak terakomodasi,
sudah dilakukan FGD antara
karnangtarua

dengan

Pak

RW baiknya gimana terkait


pembangunan

RPTRA.

Karangtaruna kurang suka


dengan Pak RW, sebenarnya
hal ini merupkan kesalahan
Karangtarunanya

sendiri

karena Karangtaruna kalau


sudah main lupa waktu dan
lupa kerapihan. RPTRA ini
juga sebenarnya dibangun
untuk

menampung

kebutuhan

komunitas,

jadi

band karangtaruna tersebut


bisa

latihan

Namun,

di

RPTRA.

Pak

RW

memberikan syarat yaitu agar


tetap rapih. Pembangunan

RPTRA

justru

meredam

konflik bukan menjadi potensi


konflik

MATRIKS INFORMAN 2
Nama Informan

: Pak Dindin

Status

: Petugas Keamanan RW 1

Pewawancara

: Eka Marifah, Ruri Dindasari, Ursula Serena, Cintya Irsanti dan


Rahmat Saputro

Tanggal wawancara : 21 April 2016


Lokasi dan waktu

: Pos RW 1 pukul 19.00 WIB

Kondisi wawancara

: Suasana cukup kondusif

Aspek/Dimensi
Taman dan

Ide
Kondisi taman

Temuan
Sebelum dibangun RPTRA,

Wilayah

sebelum dibangun

taman

RPTRA

lapangan

bulutangkis

terdapat

ayunan

Krida

merupakan
dan
untuk

bermain anak. Kondisi taman


sebelumnya
sudah

sebenarnya

baik

dan

terawat

namun belum ada penjagaan


atau orang yang memegang
Pemanfaatan taman

kunci taman.
Sebelum dibangun menjadi

sebelum dibangun

RPTRA

taman

RPTRA

digunakan

sebagai

Krida
taman

bermain anak dan bermain


bulutangkis

warga

namun

seringkali

taman

juga

digunakan

sebagai

tempat

nongkrong

oleh

pemuda

sampai larut malam sehingga


warga

sekitar

merasa

terganggu. Selain itu, taman


juga sering digunakan untuk
pacaran

karena

kondisi

Keterangan

penerangan yang minim dan


gerbang tidak dikunci.

Pembangunan RPTRA

Sosialisasi terhadap warga

Krida

mengenai
RPTRA

pembangunan
sudah

dilakukan

sejak Desember 2015 dan


pembangunan
sebenarnya

RPTRA
dimulai

dari

Januari 2016 namun sempat


terhenti selama dua bulan.
Rencananya

bulan

pembangunan akan selesai


pada

bulan

Juni

dengna

kondisi

tidak

diketahui

namun
sekarang
pasti

pembangunan akan selesai


kapan, mungkin tidak sesuai
Interaksi Sosial

Kegiatan bersama

target rencan.
Menurut keterangan dari Pak

Antar warga

yang biasa dilakukan

Dindin,

masyarakat

oleh warga sekitar

jarang ngumpul padahal dulu

RPTRA Krida

warga terutama bapak-bapak

sekarang

warga

sering ngumpul di pos RW.


Kegiatan
dilaksanakan

yang
rutin

masih
setiap

tahun yaitu acara 17 Agustus


yang dibuat oleh RW.

Organisasi

warga

sekitar

di

RPTRA

Serdang

Karang
pasif

Taruna
padahal

sekarang
dulu

aktif,

pemudanya juga tidak seaktif


dulu yang memiliki kegiatan
aktif

seperti

band

dan

pecinta alam namun untuk


PKK

dari

dulu

hingga

sekarang aktif.
Relasi Antar

Permasalahan atau

Pada

awal

kelompok

gesekan yang pernah

terdapat masalah mengenai

masyarakat

terjadi antar kelompok

dana pembangunan RPTRA

selama proses

yaitu pemborong membawa

pembangunan RPTRA

kabur dana pembangunan.

Krida

Hal

inila

pembangunan,

yang

membuat

pembangunan
Melihat

terhenti.

kejadian

ini,

beberapa warga protes ke


kelurahan

dan

kelurahan

kemudian
mencari

pemborong baru. Selain itu


perselisihan

juga

sempat

terjadi antara Ketua RW yang


baru

menjabat

dengan

remaja yang dilatarbelakangi


karena Ketua RW memarahi
remaja yang sedang nonton
bareng pertandingan bola di
pos RW. Kemarahan Pak RW
muncul

karena

kegiatan

nonton

bareng

tersebut

membuat berisik warga. Hal


ini membuat pemuda tidak
menyukai Ketua RW yang
baru menjabat tersebut.

MATRIKS INFORMAN 3
Nama Informan

: Koesmanto

Status

: Ketua RW 01 Kelurahan Serdang

Umur

: -

Pewawancara

: Rahmat Saputro, Johanna Ursulla Serenakartika dan Ruri Dinda Sari

Tanggal wawancara

: 21 April 2016

Lokasi dan waktu

: Kantor RW 01

Kondisi wawancara

: Kondusif, ketika wawancara dilaksanakan informan didampingi oleh

Ariyoto selaku sekretaris RW.


Aspek/Dimensi
Taman dan

Ide
Awal terbentuknya

Temuan
Jika
dari

Wilayah

RPTRA

Koesmanto,

Keterangan
penuturan
awal

terbentuknya

RPTRA

merupakan
langsung
DKI

gagasan
dari

Pemerintah

Jakarta.

Kemudian,

pembangunannya
dilaksanakan
perusahaan
ada

di

oleh
properti

Jakarta

yang

sebagai

sebuah bentuk CSR. Untuk


lahan

yang

sebagai

digunakan

bangunan

dan

taman RPTRA sebenarnya


sudah menjadi taman yang
cukup baik dan digunakan
oleh

warga.

semua

desain

pembangunan
kepada

Selanjutnya,

tim

dan

diserahkan
peneliti

dan

pengembang. Dari pihak RW


01

tidak

terdapat

sebuah

usulan, atau tanggapan untuk


masalah desain RPTRA.

Karakteristik kelompok

Di wilayah RW 01 terdapat

masyarakat yang akan

14 RT, 768 KK, kurang lebih

menggunakan RPTRA

yang sudah dewasa 3500an


orang,

dan

total

warga

kurang

lebih

ada

4500an

orang. Relasi antar warganya


bisa

dikatakan

kondusif.

baik

Untuk

dan

masalah

status sosial dan ekonomi,


rata- rata penduduk RW 01
merupakan

warga

kelas

menengah ke atas. Tidak


terdapat

pemukiman

yang

padat dan atau pemukiman


Kepengurusan RPTRA

kumuh.
Kepengurusan RPTRA akan

yang akan disepakati

diurus ketika RPTRA sudah

oleh masyarakat

dibangun dan nantinya akan


diberikan

dari

perwakilan

masing-masing wilayah untuk


didaftarkan.

Setelah

didaftarkan, kemudian akan


diseleksi oleh pihak Pemda
DKI,

karena

pengurus

RPTRA akan mendapatkan


Interaksi Sosial

Apakah ada kegiatan

gaji dari Pemda.


Sebelum adanya

Antar warga

bersama yang

taman

masyarakat

nantinya dilakukan

digunakan

oleh masyarakat yang

bermain

ada di lingkungan

tempat untuk bersantai-santai

RPTRA Krida

warga, tetapi taman tersebut

RPTRA,

tersebut

selain

sebagai
anak-anak

tempat
dan

juga digunakan untuk tempat


resepsi

pernikahan

warga

sekitar.

Mungkin

setelah

dibangun juga akan salah


satunya

akan

digunakan

sebagai tempat resepsi. Akan


tetapi, jika secara spesifik
akan digunakan untuk apa,
masih

belum

disepakati

dengan RW yang lain.


Adanya penggunaan

Sebelumnya

juga

taman

kegiatan lain yang

tersebut

ingin dilakukan oleh

pemuda atau anggota karang

masyarakat

taruna

digunakan
untuk

acara-acara
belasan,

oleh

mengadakan
seperti

halal

tujuh
bihalal,

ataupun acara dan kegiatanPeraturan yang

kegiatan lainnya.
Salah satu peraturan yang

disepakati masyarakat

disepakati

di RPTRA Krida

penggunaan RPTRA ini akan


mewadahi

adalah
seluruh

warga

satu kecamatan. Sehingga,


RPTRA ini bukan hanya milik
RW

yang

digunakan

lahannya. Untuk kemudian


masalah

pengaturan

dilakukan

akan
setelah

Relasi Antar

Relasi antar kelompok

kepengurusan terbentuk.
Relasi antar warga kondusif.

kelompok

yang akan

Warga menggunakan RPTRA

masyarakat

memanfaatkan taman

biasanya adalah anak-anak

RPTRA

dan

ibu-ibu

memanfaatkan
senggang
sambil

yang
waktu

untuk

bersantai

bermain

bersama

anaknya di taman Serdang.

Permasalahan atau

Permasalahan yang pernah

gesekan yang pernah

terjadi antar kelompok adalah

terjadi antar kelompok

adanya karang taruna dan

selama dibentuknya

alumni karang taruna yang

RPTRA Krida

mengusulkan adanya sebuah

(termasuk saat

tempat untuk latihan musik.

sebelum dibuat

Karena sekitar tahun 2011,

RPTRA dan saat ini

karang

dalam proses

menggunakan

pembangunannya)

sebagai tempat untuk latihan

taruna

tersebut

kantor

RW

musik, namun keberadaan


karang

taruna

tersebut

mengganggu

warga.

Akhirnya saat ini, dari pihak


RW

melarang

kegiatan

tersebut.
MATRIKS INFORMAN 4
Nama Informan

: Ibu Vera

Status

: Kader PKK

Umur

: -

Pewawancara

: Ruri Dindasari Fatimah dan Rahmat Saputro

Tanggal wawancara : 20 Mei 2016


Lokasi dan waktu

: Rumah Ibu Vera, pukul 13.30 WIB

Kondisi wawancara

: Suasana cukup kondusif karena saat wawancara langsung di rumah

informan.
Aspek/Dimensi
Taman dan

Ide
Awal terbentuknya

Temuan
Saat direncanakan

untuk

Wilayah

RPTRA

dibuat

warga

RPTRA

Keterangan

khususnya ibu-ibu yang ikut


dalam

kader

PKK

diajak

bersosialisasi, Ibu Vera ikut


dalam

sosialisasi

tersebut

untuk mengetahui apa saja


fungsi

dan

pemanfaatan

tama khususnya untuk PKK


sendiri.

Ibu

Vera

beserta

kader

yang

mengkuti

lain

juga

pelatihan

dan

sosialisasi di RPTRA Karet


Tengsin.

Karakteristik kelompok

Berdasarkan

hasil

masyarakat yang akan

wawancara dengan Ibu Vera,

menggunakan RPTRA

kelompok yang nantinya ikut


memanfaatkan RPTRA salah
satunya ibu-ibu PKK yang
kegiatannya akan dilakukan
seperti Posyandu, Posbindu,
dan

Warga lainnya yang

akan memanfaatkan RPTRA


untuk kegiatan lain, tetapi itu
masih dibicarakan. Karena
RPTRA nya sendiri belum
jadi, ada kemungkinan masih
banyak

yang

belum

dibicarakan bagaimana cara


Kepengurusan RPTRA

pengoprasiannya.
Dalam pengelolaan RPTRA

yang akan disepakati

Krida nanti dari pihak RW 01

oleh masyarakat

meminta harus ada warga


dari RW 01 yang ikut dalam
pengelolaan

RPTRA Krida

minimal

orang

pengelolaan

baik

dari
itu

dari

kader PKK, pemuda, atau


warga

lainnya.

RPTRA

tersebut

Karena
akan

digunakan banyak kegiatan


oleh ibu-ibu PKK dan anakanak untuk bermain sehingga
terawasi

oleh

masyarakat

yang

warga
ada

di

lingkungan RW 01 juga.

Interaksi Sosial

Apakah ada kegiatan

Kegiatan bersama yang akan

Antar warga

bersama yang

di

masyarakat

nantinya dilakukan

wawancara dengan Ibu Vera,

oleh masyarakat yang

mungkin ketika acara-acara

ada di lingkungan

penting saja seperti HUT RI,

RPTRA Krida

atau

lakukan

menurut

kesianan

anak-anak,

dan yang sudah jelas banyak


kegiatan disana dari PKK
dalam penggunaannya untuk
ibu dan anak, dan waktu
yang sering dilakukan adalah
adanya

posyandu

dan

posbindu yang setiap bulan


rutin

dilakukan

sehingga

adanya komunikasi sesama


warga, namun ada beberaa
usulan

dari

warga

untuk

penggunaan lainnya tetapi itu


masih

dibicarakan.

Untuk

yang lainnya sampai saat ini


kelurahan

sendiri

memberikan

belum

informasi

lagi

terkait RPTRA karena masih


Adanya penggunaan

dalam proses pembangunan.


Dari rembukwarga sendiri

kegiatan lain yang

ada

ingin dilakukan oleh

dalam proses pertimbangan

masyarakat

yaitu adanya pemanfaatan

usulan

yang

masih

aula RPTRA untuk warga


yang
misalnya

ingin
untuk

meminjam
acara

pernikahan, karena di RW 01
cukup

padat

penduduknya

warga

mengusulkan

untuk

aula tersebut bisa atau tidak


dipinjam

untuk

pernikahan

acara

dilihat

membuat

acara

jika

dirumah

lokasi dari rumah yang satu


ke

yang

lain

tidak

memungkinkan

untuk

membuat acara seperti itu.


Namun itu masih menjadi
pertimbangan dikarena fungsi
RTPTRA akan jadi berbeda
Peraturan yang

nantinya.
Semua kegiatan sampai saat

disepakati masyarakat

ini

di RPTRA Krida

group discussion disepakati

dengan

adanya

focus

bahwa siapa saja yang akan


meminjam

aula

RPTRA

selagi itu masih berhubungan


dengan

fungsi

nya

untuk

anak-anak dan kegiatan PKK


dan itu masih masuk dalam
warga

kelurahan

Serdang

masih boleh memanfaatkan


aula tersebut tetapi sesuai
dengan izin dan jadwal yang
Relasi Antar

Relasi antar kelompok

nantinya sudah dibuat.


Untuk
relasi
kelompok

kelompok

yang akan

masyarakat menurut Ibu Vera

masyarakat

memanfaatkan taman

belum terlihat jelas, karena

RPTRA

sampai saat ini yang ikut


dalam

diskusi

perwakilan

masih

warga,

kader

PKK, RW, RT dan perwakilan


karang

taruna

kelurahan.

Karena untuk kegiatan yang


memiliki

banyak

jadwal

adalah PKK, untuk kelompok


pemuda atau karang taruna
belum ada karena karang
tarunya sendiri tidak memiliki
rencana

kegiatan

apa-apa

sampai saat ini, hanya hadir


saat

rembukwarga

diawal,

karena masih dalam proses


pembangunan
siapa

saja

jadi

untuk

yang

akan

memanfaatkan RPTRA yang


masih

kelihatan

hanya

kegiatan dari Ibu-ibu PKK,


untuk kelompok pemuda dan
yang

lainnya

belum

Permasalahan atau

dibicarakan.
Selama pembangunan belum

gesekan yang pernah

ada konflik yang terjadi tetapi

terjadi antar kelompok

sebelum

selama dibentuknya

taman

RPTRA Krida

tempat

(termasuk saat

pemuda darimana saja setiap

sebelum dibuat

malam minggu yang justru itu

RPTRA dan saat ini

membuat warga resah dan

dalam proses

terjadi cekcok ketika Pak RW

pembangunannya)

yang baru yang menjabat


saat

dulunya

dijadikan

nongkrong

ini

pemuda
tidak

pembangunan

mengusir
sampai

ada

oleh

para

akhirnya

lagi

yang

menongkrong setiap malam


minggu yang samapi larut
malam.

Dan

ketika

ingin

dibuat RPTRA warga justru


senang karena fungsi taman
jadi lebih jelas dan lebih

bermanfaaat
sekitar.

bagi

warga

MATRIKS INFORMAN 5
Nama Informan

: Ibu Mariah

Status

: Seksi Kesehatan Masyarakat dan Perekonomian Kelurahan


Serdang (Penanggungjawab RPTRA dari Kelurahan)

Umur

:-

Pewawancara

: Johanna Ursulla Serenakartika dan Ruri Dinda Sari

Tanggal Wawancara

: 20 Mei 2015

Lokasi dan Waktu

: Kantor Kelurahan Serdang, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat,


pk. 15.30

Kondisi wawancara

: Suasana cukup kondusif dalam ruang kerja Ibu Mariah

Aspek/Dimensi
Peta Taman dan

Ide
Awal terbentuknya

Temuan
Pembangunan RPTRA ini

Wilayah

RPTRA

merupakan program
kerjasama antara pemerintah
DKI Jakarta dengan CSR dari
Agung Sedayu Group, di mana
keuntungan dari perusahaan
disisihkan untuk membantu
pemerintah dalam pengadaan
RPTRA. Di Kecamatan
Kemayoran ada dua RPTRA
yang sedang dibangun, yakni
di Kelurahan Serdang dan
satu lagi di Kelurahan Harapan
Mulya. Tujuan dari
dibangunnya RPTRA ini yaitu
sebagai sarana yang
digunakan masyarakat untuk
melakukan berbagai macam
kegiatan dan juga untuk ruang
bermain anak.

Keterangan

Proses dalam

Dalam pembuatan RPTRA

Pembangunan

diadakan tiga kali rembukan

RPTRA

antara perwakilan warga,


kelurahan, pihak Agung
Sedayu, dan kelompok Social
Mapping dari Labsosio.
Awalnya diadakan pengenalan
terlebih dahulu kepada
perwakilan warga, kemudian
diadakan dialog terkait RPTRA
ini. Perwakilan warga tersebut
fokus pada RW 01 karena
wilayah yang akan dibangun
RPTRA ada di RW 01 dan
juga RW 02 karena wilayah
terdekat dari lokasi RPTRA.
Jadi komposisi perwakilan
warga banyak dari RW 01 dan
RW 02 sedangkan dari RW 03
sampai RW 07 hanya 3 unsur
yaitu ketua RW, perwakilan
PKK, sama satu warga saja.
Dari hasil sosialisasi dan
rembukan tersebut, warga
rata-rata setuju akan didirikan
RPTRA, terutama warga
sekitar lokasi RPTRA. Hal
tersebut karena kekhawatiran
masyarakat sekitar ketika
malam hari banyak kelompok
pemuda (ABG) yang tidak
diketahui dari mana, datang ke
taman tersebut dan sempat
ditemukan rokok serta
kondom, sehingga
meresahkan warga sekitar.

Rancangan

Pembangunan RPTRA di

Pembangunan

setiap wilayah ada standarnya,

RPTRA

sehingga hampir sama untuk

setiap RPTRA. Standarnya


disosialisasikan dari PKK
Provinsi untuk semua RPTRA,
ada listnya. Akan tetapi dari list
tersebut, dilihat juga dari
rembukan warga, apa saja
yang menjadi kebutuhan
warga di sini, sehingga desain
ruangan ditentukan sesuai
kebutuhan warga. Untuk
desain RPTRA Krida sendiri
sudah berganti beberapa kali
sesuai rembukan, jadilah
desain yang terakhir yang
seperti sekarang.

Perkembangan

Saat ini RPTRA

Pembangunan

pembangunannya belum

RPTRA

selesai, rencananya selesai


setelah lebaran karena kondisi
sekarang masih jauh dari hasil
yang diinginkan. Sekarang
baru 80% jadi, tiang listrik di
tengah lapangan belum
dibongkar, tembok baru
selesai di cat, lapangan belum
di cat juga, lalu tamannya
udah di blok-blok untuk tempat
bermain. Itu kondisi terakhir
hari Rabu, 18 Mei 2016.
Pembangunan kemarin
sempat terhambat di awal,
mungkin karena dana dari
CSR Agung Sedayu, jadi kita

hanya menunggu Agung


Sedayu memberikan dana
pembangunan, mungkin
kemarin ada masalah di Agung
Sedayu jadi sempat terhambat
hingga akhirnya molor.
Awalnya rencana RPTRA
selesai dibangun sebelum
puasa, tapi karena ada
kendala jadi harus mundur
setelah lebaran.
Karakteristik

Nantinya RPTRA ini akan

kelompok

digunakan untuk kegiatan

masyarakat yang

PKK, kegiatan rutin seperti

akan menggunakan

Posyandu atau pelatihan-

RPTRA

pelatihan lain. Sebenarnya


juga RPTRA ini untuk tempat
kegiatan karang taruna, akan
tetapi karang taruna di sini
kurang berjalan baik, jadi
belum tahu nantinya akan
bagaimana. Tentunya RPTRA
ini juga nantinya akan
digunakan untuk anak-anak
bermain. Sebenarnya warga
juga sempat menyarankan
mungkin RPTRA dapat dibuat
ruangan untuk kawinan, akan

tetapi karena ini milik


pemerintah dan gratis, maka
kemungkinan sulit untuk
disewakan kepada warga
seperti untuk kawinan. Sampai
saat ini kelompok yang akan
menggunakan RPTRA adalah
PKK dan untuk kegiatan
bermain anak. Untuk PAUD
akan tetap di sebelah kantor
RW 01 karena RPTRA tidak
boleh digunakan untuk PAUD
yang setiap hari ada kegiatan.
Karena belum jadi RPTRAnya, maka kelurahan juga
belum menentukan nantinya
ruangan-ruangan di RPTRA
untuk apa dan siapa saja yang
boleh menggunakannya.
Kepengurusan

Menurut PKK sendiri,

RPTRA yang akan

pengelola dan pengurus itu

disepakati

berbeda. Untuk pengelola

masyarakat

oleh

akan dibentuk setelah


pembangunan RPTRA selesai,
dan pengelola ini sudah
diseleksi sebelumnya dari
tingkat Provinsi, nanti akan
diumumkan tenaga-tenaganya
dari hasil yang lolos seleksi
yaitu 6 orang. Bulan April
kemarin, ada seleksi untuk jadi
pengelola RPTRA dengan
syarat-syarat dari Pemerintah
Provinsi, lalu kelurahan
menyampaikan pengumuman
ke para RW untuk

disampaikan ke warga.
Kemudian habis seleksi
berkas, yang lolos 18 orang
dari kelurahan Serdang,
kemudian diseleksi sama
pemerintah provinsi dengan
tes, dari 18 orang itu akan
terpilih 6 orang untuk jadi
pengelola. Nantinya dalam
pengelola akan ada 3 shift
jaga yaitu pagi, siang, dan
malam. Belum tau yang terpilih
akan perempuan atau laki-laki,
tapi yang daftar dibebaskan
mau laki-laki atau perempuan.
Gaji dari pengelola sendiri
setara dengan UMR, sehingga
cukup menarik warga yang
ingin menjadi pengelola
RPTRA. Ketika sudah terpilih
pengelolanya, akan ada
sosialisasi dari PKK Provinsi
ke Kota kemudian ke Pokja
Kelurahan. Nanti ada
pembinaan di pokja-pokja
untuk kegiatan apa aja yang
akan dijalankan di RPTRA.
Hingga sekarang sudah
dibentuk Poksus, yaitu tim
yang dibentuk untuk memonitor kegiatan pengelola.
Poksus juga akan memberikan
pelatihan kepada pengelola
RPTRA nantinya. Untuk
pengurus RPTRA sendiri
belum ada karena gedungnya
saja belum jadi

Interaksi

Sosial

Kegiatan

bersama

Dari pihak kelurahan ingin

Antar

warga

yang

nantinya

nantinya akan ada kegiatan

masyarakat

dilakukan

oleh bersama di RPTRA seperti

masyarakat yang ada

acara 17 Agustus yang

di lingkungan RPTRA dikordinasikan oleh PKK dan


Krida

Karang Taruna. Akan tetapi,


karena karang taruna kurang
berjalan baik, maka belum ada
rencana kegiatan apa yang
sekiranya dapat diadakan di

RPTRA untuk masyarakat.


Adanya penggunaan Ketika diadakan rembukan
kegiatan

lain

yang

warga, sebenarnya ada

ingin dilakukan oleh

keinginan dari warga untuk

masyarakat

diperbolehkan menggunakan
RPTRA untuk acara kawinan,
karena biaya sewa tempat
kawinan mahal. Untuk
kegiatan lain belum ada

Peraturan yang

masukkan dari warga.


Belum ada kesepakatan yang

disepakati

pasti untuk peraturan di

masyarakat di

RPTRA karena

RPTRA Krida

pembangunannya saja belum


selesai. Akan tetapi, dari pihak
kelurahan mungkin akan
menetapkan aturan ketika
sudah ada pengelola agar
tidak terjadi bentrok dalam
penggunaan RPTRA nantinya
dan mungkin akan ada papan
pengumuman terkait
penggunaan RPTRA ketika
ada kegiatan tertentu.

Relasi

Antar

Relasi antar

Sampai saat ini relas antar

kelompok

kelompok yang akan

kelompok baik, karena yang

masyarakat

memanfaatkan

aktif hanya PKK saja,

taman RPTRA

sehingga belum ada bentrok


antar kelompok. Warga juga
setuju dalam pembuatan
RPTRA agar ada kontrol
terkait penggunaan taman
sehingga tidak meresahkan
warga sekitar. Sedangkan
untuk karang taruna karena
tidak aktif maka belum tahu
nantinya karang taruna akan
ikut menggunakan RPTRA

Permasalahan atau

atau tidak.
Gesekan yang terjadi yaitu

gesekan yang

dalam seleksi pengelola,

pernah terjadi antar

sempat ada permintaan dari

kelompok selama

ketua RW 01 agar pengelola

dibentuknya RPTRA

dapat dipilih dari warga RW 01

Krida (termasuk saat

agar lebih mudah di kontrol

sebelum dibuat

karena lokasi RPTRA berada

RPTRA dan saat ini

di wilayah RW 01. Akan tetapi

dalam proses

pihak kelurahan tidak dapat

pembangunannya)

menjanjikan hal tersebut


karena pengelola diseleksi
langsung oleh pihak
pemerintah Provinsi. Ibu
Mariah berharap apabila tidak
ada pengelola yang berasal
dari RW 01, hal tersebut tidak
akan menjadi masalah
nantinya karena adanya
keinginan ketua RW 01
tersebut.
Ketika RPTRA belum
dibangun sempat terjadi

gesekan antara kelompok


pemuda dengan ketua RW 01
tersebut yang menyebabkan
karang taruna menjadi tidak
aktif hingga saat ini. Dalam
proses pembangunan RPTRA
ini sendiri sampai saat ini
belum ada gesekan antar
kelompok baik PKK,
Kelurahan, pihak Agung
Sedayu, maupun Warga.
Hanya saja sosialisasi dirasa
masih kurang sehingga di
antara warga masih simpang
siur berita terkait
pembangunan RPTRA ini.
Masih banyak warga yang
belum tahu bagaimana
nantinya RPTRA ini
digunakan.

REFLEKSI KRITIS
Nama : Rahmat Saputro
NPM

: 1206246811

DKI Jakarta sebagai kota paling besar dan paling banyak penduduknya di seluruh
Indonesia memiliki tantangan untuk mampu menyediakan ruang publik yang cukup bagi
semua warganya. Isu ruang publik menjadi penting karena merupakan salah satu kebutuhan
pokok yang harus dipenuhi oleh masyarakat. Di ruang publik, masyarakat dapat
menyalurkan hobi, inspirasi, atau bahkan mengaktualisasi diri dan yang paling utama adalah
untuk menjadi tempat bertemunya masyarkat. Sehingga, di ruang publik diharapkan terjadi
sebuah hubungan sosial yang baik antar masyarkat.
Masyarakat yang saling mengenal satu sama lain akan menciptakan sebuah
suasana yang dekat, aman, dan nyaman dalam lingkungan. Kondisi seperti tersebut
sangatlah ideal untuk masyarkat, khususnya lagi untuk anak-anak. Anak- anak merupakan
salah satu fase yang paling penting dalam perkembangan manusia. Ketika masih anakanak, atau pada game stage dan play stage, manusia mulai mencari nilai-nilai dan peran
yang ada dalam masyarkat, kemudian menirukannya dan menginternalisasi dalam dirinya.
Bisa dibayangkan, jika ruang publik tempat anak-anak tersebut berkembang, mencari nilai
dan peran dalam masyarkat, kondisinya tidak baik, maka bisa terjdai kemungkinan jika
anak-anak tersebut akan berkembang menjadi orang dewasa yang perilakunya kurang baik
atau bahkan menyimpang.
Kemudian, di Jakarta ini sudah sepantasnya dibuat sebuah ruang publik yang ramah
anak. Maka, menurut saya kebijakan pemerintah daerah khusus ibukuota Jakarta untuk
membangun Ruang Publik Terpadu Ramah Anak tersebut adalah keputusan yang sudah
benar. Strategi yang digunakan untuk membangun juga baik, yaitu dengan menggunakan
lahan kritis yang dimiliki oleh Pemda DKI Jakarta. Akan tetapi, dari keputusan tersebut tentu
dibutuhkan kajian yang mendalam dan menyeluruh agar ketika realsiasi kebijakan tersebut
dilaksanakan berbagai kendala bisa diminimalisasi.
Sudah sejak tahun 2015, RPTRA mulai dibangun diberbagai wilayah di Jakarta,
tercatat terdapat 60 RPTRA yang direncanakan untuk dibangun. Meskipun pada realisasinya
beberapa RPTRA terkendala pembangunannya, akan tetapi gubernur saat ini optimis untuk
menyelesaikan pembangunan RPTRA dan menjadikan Jakarta sebagai keto yang ramah
anak. Hal tersebut patut didukung oleh seluruh warga DKI Jakarta, karena tidak mungkin
program pemerintah tersebut dapat berjalan dengan baik jika tidak ada kerjasama antar
warga dan pemerintah, serta sektor swasta.
Dari beberapa kasus di beberapa pembangunan RPTRA yang saya amati, terkendalanya
pembangunan dan penggunaan RPTRA secara baik dikarenakan oleh beberapa faktor.
Pertama, lamanya negosiasi antara warga dengan pihak pengembang untuk masalah

desain RPTRA. Hal tersebut dikarenakan keinginan warga yang bermacam-macam, serta
adanya

kepentingan

kelompok-kelompok

warga

yang

menginginkan

mendapatkan

keuntungan dari pembangunan tersebut. Kedua, uang untuk membiayai pembangunan


RPTRA tersendat. Hal itu dialami oleh beberapa RPTRA dan akhirnya mengakibatkan
kekurangan material dan pekerja enggan untuk melanjutkan pembangunan. Dan terakhir,
ketika telah jadi, pengurus dan pengelola masih belum cukup masif memberikan sosialisasi
kepada masyarkat tentang tata cara pemanfaatan RPTRA untuk kegiatan bersama.
Akhirnya, berbagai kegiatan yang harusnya dapat dilaksanakan dan didukung oleh RPTRA
tidak dapat terlaksana.

REFLEKSI KRITIS
Nama : Ruri Dindasari Fatimah
NPM

: 1306384984
Keluarahan Serdang RW 01, sangat antusias dengan adanya pembuatan Ruang

Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) yang dibuat di lingkungan RW 01 RPTRA ini
merupakan program pemerintah pemda DKI Jakarta untuk meciptakan ruang publik bagi
anak-anak di beberapa daerah padat penduduk. Tujuan dari RPTRA ini dibuat sebagai
sarana tumbuh kembang anak secara aman dan kreatif yang memiliki fungsi positif bagi
anak-anak yang ada disana selain itu RPTRA ini juga dapat dirasakan oleh semua warga
dan menjadi tempat sarana dan prasarana bermain anak yang nyaman. Dengan adanya
pembuatan RPTRA ini salah satu warga yang dapat di wawancarai kebetulan ia adaah
kader PKK yang tinggal di RW 01 bernama Ibu Vera, Ibu Vera pun ikut dalam rembukwarga
pertama ketika rencaa RPTRA Krida ini dibuat.
Sebelum dibuat menjadi RPTRA dulunya lahan yang digunakan hanya taman biasa
yang digunakan untuk anak-anak bermain sepeda sore hari, dan jika malam hari taman ini
tidak memiliki penerangan yang cukup baik jadi taman ini gelap, dan disalah fungsikan oleh
beberapa pemuda yang berasal dari RW 01 tetapi dari pemuda daerah lain juga khusunya
pada malam minggu banyak pemuda yang datang ke taman untuk bermain musik,
nongkrong, dan pacaran, hal ini membuat warga resah, tetapi warga disana juga tidak bisa
berbuat apa-apa. Maka dari itu ketika akan dibuatnya RPTRA warga sangat senang sekali
karena fungsi dan pemanfaatan taman lebih jelas.
Dari cerita yang Ibu Vera kemukakan pemanfaatan RPTRA ini lebih banyak pada
kegiatan sosial seperti program dari PKK ada posyandu, posbindu, acara kesenian anakanak dan lain sebagainya yang terpenting RPTRA ini dapat dirasakan oleh semua warga
kelurahan Serdang, dari yang anak-anak sampai lansia. Jika dalam pengelolaannya nanti
RW 01 meminta dari warganya untuk sebagian ada yang mengelola karena jika ada dari
warga RW 01 yang menjadi pengelola ini jauh lebih baik karena pengelolaannya langsung
diawasi oleh warga setempat, permintaan itu dari ketua RW 01 sendiri kepada keluarahan
dalam rembukwarga. Untuk kegiatan apa saja dan bagaimana mekanismenya Ibu Vera tidak
terlalu mengerti karena belum ada kelanjutan lagi dari kelurahan untuk membicarakan
bagaimana teknis yang akan dijalan saat RPTRA Krida selesai dan ada kemungkinan itu
akan diberitahu saat peresmian RPTRA nanti. Tidak banyak warga yang ikut dalam focus
group discussion perwakilan warga hanya dari RT, RW, Kader PKK, beberapa warga dan
ketua Karangtaruna Kelurahan. Saat ini proses pembangunan sudah mencapai 85% saat
saya datang kesana pada bulan Mei lalu dan ada kemungkinan akan selesai di akhir juni.
Pembangunan RPTRA ini sempat tersendat selama kurang lebih satu bulan yang

dikarenakan menurut Ibu Vera pemborong yang mengerjakan pembangunan tersebut kabur
dan akhirnya pekerjaannya pun tertunda selama satu bulan.
Hal yang menarik lainnya ketika saya wawancara dengan Ibu Vera ia mengatakan
bahwa sampai saat ini kegiatan yang nantinya akan berjalan adalah dari program PKK yang
seharusnya kegiatan lain bisa dilakukan disana seperti kegiatan dari karangtaruna, namun
ada sedikit masalah antara pemuda karangtaruna dengan Ketua RW 01 yang akhirnya
membuat hubungan anatara pemuda disana dan ketua Rw 01 tidak berjalan baik yang
sampai akhirnya tidak ada anggota pemuda satupun yang ikut dalam diskusi pembangunan
RPTRA Krida, hanya ada ketua karangtaruna tingkat kelurahan. Adanya indikasi konflik
hubungan antara ketua RW 01 dan pemuda disana sampai saat ini seperti perang dingin,
ketua RW disana jadi disegani oleh para pemuda karena sikapnya yang keras yang berlatar
belakang ABRI dan sempat memarahi para pemuda yang nongkrong-nongkrong sampai
malam di taman, dan renggangnya komunikasi oleh kedua pihak ini membuat mereka
menjadi tidak terlibat dalam perencanaan RPTRA Krida.
Dari permasalahan yang ada saat ini adanya hubungan yang kurang baik antara
pemuda karangtaruna dan ketua RW 01 harus segera dibacarakan bersama, seperti yang
dijelaskan oleh Fisher adanya orang lain diluar yang berkonflik sangat dibutuhkan sebagai
penengah atau mediator agar terciptanya komunikasi antara pihak yang berkonflik. Dalam
kasus ini konflik yang terjadi masih menjadi konflik laten dan jika tidak ada penangan yang
sesuai dalam hal ini maka kemungkinan adanya indikasi konflik yang semakin dan melebar
serta berlarut-larut ini bisa saja akhirnya menjadi konflik permukaan atau sampai konflik
terbuka maka dari itu untuk menghindari ini harus ada pihak ketiga yang dapat
menjembatani antara pemuda karangtaruna dan ketua RW 01 agar warga disana pun bisa
merasakan fasilitas publik dengan rasa nyaman tanpa menyegagani siapapun.
Dalam proses pembangunan RPTRA Krida belum cukup terlihat hal apa saja yang
akan dilakukan karena dari pihak keluarahan sendiri masih belum memberikan penjelasan
lebih lanjut mengenai RPTRA Krida karena ini masih pada tahap pembangunan. Ada
baiknya setelah proses pembangunan RPTRA selesai siapa yang akan menjadi
pengelolanya dapat mengelola RPTRA dengan baik jadwal penggunaan dapat tersusun
dengan benar sehingga tidak ada bentrok antar pengguna RPTRA lainnya yang akan
menimbulkan adanya indikasi konflik. Siapapun yang akan menggunakan RPTRA dari anakanak, pemuda, ibu-ibu, dan warga masyarakat lainnya semua bisa memelihara dan menjaga
RPTRA dengan baik.

REFLEKSI KRITIS
Nama : Johanna Ursulla Serenakartika
NPM

: 1306410446

Ketika kami belajar dalam masyarakat terkait didirikannya RPTRA di berbagai daerah
di DKI Jakarta, dengan melihat strategi dari berbagai pihak serta isu dan masalah yang
dibahas dengan analisis konflik, maka ada hal-hal yang dapat dikatakan merupakan konflik
laten dalam kondisi masyarakat setempat. Khususnya pada RPTRA di kelurahan Serdang,
Kemayoran. Pembangunan RPTRA yang masih dalam proses, menurut saya merupakan
tahapan prakonflik, dimana aktivitas masyarakat belum berjalan dalam penggunaan RPTRA,
akan tetapi terlihat beberapa ketidaksesuaian di antara beberapa pihak yang dapat
mengindikasikan potensi konflik.
Potensi konflik yang terlihat dalam pembangunan RPTRA di Kelurahan Serdang,
Kemayoran ini adalah ketika beberdapa informan mengatakan bahwa ketua RW 01 sebagai
ketua RW tempat didirikannya RPTRA, mempunyai beberapa keinginan apabila RPTRA itu
sudah dibangun dan berjalan penggunaannya. Ketika saya bertemu dengan ketua RW 01,
terlihat bahwa ia memang memiliki keinginan tertentu apabila nantinya RPTRA ini sudah
jadi. Pak RW meninginkan nantinya pengurus RPTA haruslah berasal dari salah satu
warganya agar lebih mudah dicari apabila dibutuhkan untuk menggunakan RPTA karena
lokasimya ada di wilayah RW 01. Hal ini dapat menjadi konflik apabila dari pengelola
RPTRA nantinya yang terpilih tidak ada yang berasal dari warga RW 01, maka kelurahan
dan PKK mengkhawatirkan akan adanya konflik terkait hal ini.
Salah satu konflik laten yang sedang terjadi adalah konflik antara ketua RW 01
dengan para karang taruna yang menyebabkan karang taruna di RW tersebut tidak aktif
saat ini. Pada saat di lapangan, informasi yang ada di masyarakat adalah ketika sebelum
dibangun RPTRA tersebut karang taruna sering beraktivitas di malam hari dan hal ini tidak
disukai oleh ketua RW 01 sehingga pada suatu hari para remaja ini digrebek oleh RW dan
kemudian mereka tidak lagi menjalankan aktivitas karang taruna.
RPTRA Serdang yang belum selesai dibangun tersebut belum ada perencanaan
akan digunakan untuk kegiatan apa saja, sehingga belum ada indikasi terjadinya konflik.
Akan tetapi pihak kelurahan dan PKK berencana untuk membuat jadwal penggunaan
sehingga tidak terjadi bentrok antar kelompok yang akan menggunakan RPTRA tersebut. Di
sisi lain, dengan karang taruna yang sedang tidak aktif, pihak kelurahan dengan PKK belum
dapat memutuskan apakah nantinya karang taruna akan turut menggunakan RPTRA
tersebut.
Pembangunan RPTRA ini sangat didukung oleh warga karena sebelumnya taman
tersebut digunakan oleh remaja yang tidak diketahui asalnya dengan ditemukan kondom
serta rokok. Hal ini membuat warga resah, sehingga diharapkan didirikannya RPTRA dapat

menjaga taman agar tidak terjadi penyalahgunaan taman oleh pihak lain yang dapat
memperburuk citra warga setenpat.
Adanya pembangunan RPTRA ini justru menjadikan warga dengan pihak kelurahan,
RT, dan RW menjadi saling bekerjasama guna mengontrol pembangunan RPTRA dan juga
perencanaan pembangunan serta penggunaan RPTRA. Harapan dari kelurahan dan pihak
PKK adalah adanya RPTRA dapat digunakan untuk kegiatan warga baik dalam pelatihanpelatihan maupun kegiatan yang bermanfaat lainnya. Mereka juga berharap agar dalam
penggunaannya nanti tidak ada bentrok antar kelompok sehingga tidak memicu konflik.

REFLEKSI KRITIS
Nama: Cintya Irsanty
NPM : 1406542552
Pertumbuhan penduduk semakin meningkat, khususnya di kota-kota besar
seperti Jakarta. Akbibat semakin padatnya penduduk, ruang terbuka di Jakarta pun
semakin sedikit. Akhirnya melalui Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 349 Tahun
2015, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan perubahan besar yang bernama
Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA), yaitu pembangunan taman multifungsi
di wilayah padat penduduk.
Dengan di bangunnya ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) dapat
menjadi pusat interaksi publik sekaligus sebagai media pembelajaran bagi anak-anak
dimana setiap kelurahan memiliki satu RPTRA yang dapat berfungsi sebagai sebagai
ruang kumpul setiap keluarga di Ibu Kota.
Salah satu RPTRA yaitu RPTRA Serdang yang berada di Jalan Krida RW 01
Kelurahan Serdang Jakarta Pusat, mulai dibangun pada bulan akhir Desember 2015
dan akan selesai diperkirakan pada akhir bulan Juni 2016. Kondisi fisik taman
sebelum dibangun menjadi RPTRA terbilang tidak begitu buruk dan masih layak untuk
digunakan. Hanya saja lampu di taman sebelum diperbaiki kurang terang atau
remang-remang serta pagar taman tidak pernah dikunci sehingga siapa saja dan
kapan saja dapat memasuki taman tersebut. Hal ini disalah gunakan terutama oleh
para remaja untuk nongkrong hingga larut malam bahkan dini hari, juga pasangan
muda-mudi yang berpacaran di taman. Para remaja ini tidak hanya berasal dari RW 01
saja tetapi juga berasal dari RW lain. Hal ini meresahkan warga karena suatu ketika
sempat ditemukan rokok serta kondom di taman tersebut.
Selain itu, ada masalah lain yang meresahkan warga RW 01. Di RW 01
dahulu ada sebuah kelompok musik yang berisi anggota karang taruna, mereka selalu
latihan musik di POS RW, latihan mereka ini lah meresahkan warga sebab karang
taruna kalau sudah main lupa waktu dan lupa kerapihan.
Semua kejadian ini terjadi sebelum Bapak Koesmanto belum menjabat
sebagai ketua RW. Bapak Koesmanto adalah warga RW 01 yang berprofesi sebagai
anggota TNI. Setelah Bapak Koesmanto menjabat menjadi ketua RW, beliau
menindak tegas keresahan yang warga rasakan. Keresahan warga mengenai
penyalah gunaan taman diselesaikan oleh Pak Koesmanto dengan mengambil alih
kunci pagar taman dan selalu menguncinya setelah habis maghrib untuk menghindari
hal-ha yang tidak diinginkan. Keresahan warga yang lain yaitu band yang selalu
latihan sampai malam di pos RW akhirnya dibubarkan oleh Pak Koesmanto selaku

ketua RW. Namun ternyata hal ini menimbulkan gesekan antara pemuda karang
taruna dan ketua RW.
Dalam menyelesaikan konflik antara karang taruna dan ketua RW dapat
dianalisis menggunakan alat bantu analisis konflik analogi bawang bombay. Menurut
Fisher, analogi bawang bombay adalah suatu cara untuk menganalisis konflik melihat
posisi, kebutuhan, dan kepentingan dari masing-masing pihak yang berkonflik. Analogi
ini dibuat bagaikan lapisan-lapisan. Lapisan yang pertama adalah posisi pihak yang
berkonflik di di publik. Pada kasus ini, posisi karng taruna yaitu sebagai organisasi
pemuda di lingkungan RW 01 kelurahan Serdang, sedangkan posisi Pak Koesmanto
yaitu sebagai Ketua RW 01 Kelurahan Serdang. Lapisan yang kedua yaitu
kepentingan dari pihak yang berkonflik. Kepentingan karang taruna sendiri yaitu agar
tetap dapat melakukan latihan band, sedangkan kepentingan Pak Koesmanto adalah
menindak keresahan-keresahan warga. Lapisan yang ketiga adalah lapisan
kebutuhan. Kebutuhan karang taruna yaitu mempunyai tempat yang layak untuk
melakukan latihan band mereka karena selama ini mereka latihan di depan pos RW,
dan kebutuhan Pak Koesmanto selaku ketua RW adalah memenuhi semua aspirasi
warganya.
Dengan analogi bawang bombay ini dapat ditemukan titik temu penyelesaian
konflik ini. Saran dari penulis yaitu sebaiknya dilakukan Focus Group Discussion
terkait dengan pemanfaatan RPTRA Serdang yang tujuan pembangunannya adalah
untuk memenuhi kebutuhan komunitas yang ada di kelurahan Serdang. Dengan
Focus Group Discussion atau rembuk warga dengan menggunakan analogi bawang
bombay ini setiap pihak dapat mengetahui apa yang kepentingan dan kebutuhan
mereka.

REFLEKSI KRITIS
Nama : Eka Marifah
NPM

: 1406578943
Ruang di DKI Jakarta semakin sempit seiring dengan semakin banyaknya penduduk

yang tinggal. Dengan segala keterbatasan tersebut Pemerintah DKI Jakarta berupaya untuk
memenuhi kebutuhan ruang seluruh warganya, termasuk kebutuhan anak-anak untuk
mendapatkan

ruang

yang

aman

dan

nyaman

bagi

masa

pertumbuhan

dan

perkembangannya. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta dalam hal ini yaitu
membangun RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak). RPTRA merupakan program
yang sengaja dibuat untuk menciptakan ruang publik yang ramah dalam mendukung
tumbuh kembang anak. Namun lebih dari itu, RPTRA tidak hanya memberikan fasilitas untuk
anak tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh warga untuk aktivitas lainnya yang tentunya
berkaitan dengan kepentingan publik.
Program RPTRA dimulai pada tahun 2015 dengan membangun 63 RPTRA di
beberapa wilayah. Di tahun 2016 ini Pemerintah DKI Jakarta berencana untuk membnagun
sebanyak 150 RPTRA. Terkait dengan pendanaan, dana pembangunan ini sepenuhnya
berasal dari program Corporate Social Responsibility (CSR), bukan berasal dari dana APBD
DKI Jakarta. Hal ini menunjukkan keseriusan untuk menemukan solusi dalam menyediakan
ruang ramah anak di tengah padatnya Ibukota Jakarta. Dalam melihat pembangunan
RPTRA ini kita tidak hanya melihat pembangunan fisiknya saja tetapi kita juga harus melihat
dan mengamati fenomena apa saja yang terjadi dalam proses maupun pasca
pembangunan.
Pembangunan RPTRA Krida di Kelurahan Serdang, Kebayoran mempelihatkan
bahwa terdapat dinamika masyarakat sebagai reaksi atas pembangunan RPTRA tersebut.
secara umum warga Serdang sangat antusias menyambut pembangunan RPTRA ini karena
mereka berharap RPTRA dapat menjadi wadah bagi warga dalam menjalankan aktivitas
atau kegiatan bersama. Sebelum RPTRA dibangun, terjadi gesekan antara Ketua RW 01
yang baru saja menjabat dengan para pemuda. Hal ini terjadi karena para pemuda
seringkali nongkrong di taman Krida hingga larut malam dan dirasa mengganggu warga
sekitar. Menanggapi hal ini, Ketua RW 01 menegur mereka kemudian mengusir dan
melarang mereka untuk nongkrong di taman. Hal ini menimbulkan perasaan tidak suka
terhadap ketua RW yang baru menjabat tersebut. Ketua RW ini dikenal sebagai sosok yang
tegas karena latar belakangnya adalah TNI.

Namun para pemuda menganggap

ketegasannya terlalu berlebihan sehingga para pemuda cenderung tidak menyukainya.


Selain itu, sebelum dibangun RPTRA taman Krida juga disalahgunakan sebagai
tempat untuk pacaran karena kondisi taman pada malam hari tidak ada penerangan dan
pintu gerbang tidak pernah dikunci. Hal ini juga sempat membuat resah warga. Kemudian

setelah taman Krida diubah dan dibangun menjadi RPTRA gesekan-gesekan tersebut justru
dapat terselesaikan karena nantinya RPTRA akan mengakomodasi kegiatan-kegiatan
warga, tidak hanya digunakan sebagai tempat bermain anak. Dengan dibangunnya RPTRA,
pengelolaan taman juga menjadi terorganisir sehingga dapat dikatakan bahwa sejauh ini
pembangunan RPTRA Krida di Kelurahan Serdang tidak memicu konflik tetapi justru dapat
meredam konflik.
Saat ini pembangunan RPTRA Krida masih dalam proses karena belum sepenuhnya
selesai. Keterlambatan ini terjadi karena pembangunan sempat terhenti selama dua bulan
dikarenakan uang pembangunan dibawa kabur oleh pemborong. Hal ini memicu kemarahan
warga namun pada akhirnya dapat diredam karena pembangunan RPTRA dapat kembali
berjalan.
Selanjutnya terkait dengan pemanfaatan RPTRA, warga sendiri belum menentukan
secara pasti bagaimana mekanisme penggunaan RPTRA untuk kegiatan warga karena
pembangunan juga belum selesai namun sejauh ini warga telah beberapa kali melakukan
rembuk warga untuk membicarakan hal ini. Hasilnya adalah kurang lebih RPTRA akan
digunakan untuk kegiatan PKK seperti Posyandu dan Posbindu. Untuk Karang taruna belum
diketahui akan menggunakan fasilitas di RPTRA atau tidak karena saat ini Karang taruna
cenderung pasif dan tidak memiliki kegiatan sehingga diraasa kurang membutuhkan ruang.
Selain itu dalam rembuk warga juga dibahas mengenai usulan agar RPTRA dapat disewa
untuk acara-acara seperti pernikahan warga namun usulan ini belum diputuskan karena
khawatir akan hilangnya fungsi utama RPTRA itu sendiri. Pemanfaatan ini tentu saja hanya
pemanfaatan sekunder karena fungsi pembangunan RPTRA sesungguhnya adalah
menyediakan ruang yang ramah anak.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa program RPTRA yang dicanangkan
oleh Pemerintah DKI Jakarta disambut baik oleh warga karena memiliki banyak manfaat
bagi warga meskipun pada awalnya terjadi beberapa gesekan antar individu maupun
kelompok.

Anda mungkin juga menyukai