Anda di halaman 1dari 17

Analisis Pengambilan Keputusan Pada UMKM Cupang Dewata

Hans Timothy Limantoro1, Aldy Artha Sujana2, I Gede Keresnadi Putra3


Fakultas Teknologi Industri, Teknik Industri
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari No.43 Yogyakarta
Email: 180609617@students.uajy.ac.id, 180609587@students.uajy.ac.id,
180609958@students.uajy.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai proses analisis pengambilan keputusan pada UMKM
Cupang dewata.id yang bergerak dalam pemasaran dan penjualan ikan cupang melalui media
online yang berlokasi di Denpasar, Bali. Terdapat permasalahan pada penyimpanan ikan
cupang yang disebabkan oleh biaya perawatan ikan dan juga keterbatasan luas tempat
penyimpanan. UMKM Cupang dewata.id belum dapat melakukan perluasan pada storage
penyimpanan yang dimiliki. Oleh karena itu dilakukan analisis pengambilan keputusan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi oleh UMKM Cupang dewata.id ini.

Untuk melakukan analisis pengambilan keputusan pada permasalahan yang dihadaip UMKM
Cupang dewata.id, digunakan metode analisis Analytical Hierarchy Process (AHP).
Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode tersebut, hasil pengambilan keputusan yang
diperoleh diurutkan menjadi beberapa alternatif. Alternatif terpilih dengan skor terbobot
terbesar adalah dengan memberikan potongan harga atau diskon. Alternatif terpilih dengan
skor terbobot terbesar kedua adalah dengan mengadakan event sebagai sarana promosi.
Alternatif terpilih dengan skor terbobot terbesar ketiga adalah dengan memberikan brand pada
kemasan produk. Dengan alternatif pengambilan keputusan tersebut diharapkan dapat
mengatasi permasalahan penyimpanan ikan cupang dengan meningkatkan turnover ratio
dalam penjualan ikan cupang dengan menarik perhatian lebih banyak konsumen untuk UMKM
Cupang dewata.id.
I. PENDAHULUAN

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah usaha yang dikelola oleh badan usaha atau
perorangan yang merujuk pada usaha ekonomi produktif sesuai dengan kriteria yang ditetapkan
pada undang – undang. Undang – Undang yang dimaksud adalah Undang – Undang Nomor 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Berdasarkan Undang – Undang
Nomor 20 Tahun 2008, usaha dibedakan menjadi jenis usaha mikro, kecil, dan menengah
dimana untuk setiap jenis usaha terdapat beberapa kriteria agar usaha dapat dikatakan sebagai
UMKM yakni:
1. Usaha Mikro
Usaha dikatakan sebagai usaha mikro jika usaha memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha serta memiliki penghasilan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
2. Usaha Kecil
Usaha dikatakan sebagai usaha kecil jika usaha memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha serta memiliki penghasilan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta
rupiah).
3. Usaha Menengah
Usaha dikatakan sebagai usaha menengah jika usaha memiliki kekayaan bersih lebih
dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha serta memiliki penghasilan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah).
UMKM yang akan dianalisis adalah usaha yang bergerak di bidang jasa dan masih tergolong
dalam usaha berskala mikro. Hal ini sesuai dengan kriteria usaha mikro yang disebutkan di atas
yakni usaha dengan kekayaan bersih di bawah Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
dengan penghasilan maksimum sebesar Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
UMKM yang dianalisis adalah usaha yang bergerak dalam penjualan ikan cupang yang sedang
tren akhir – akhir ini. Adapun UMKM yang dimaksud adalah Cupangdewata.id (yang
selanjutnya disebut sebagai UMKM). UMKM yang dianalisis masih dijalankan secara
perseorangan dan seluruh aktivitasnya dilakukan secara daring melalui akun media sosial
seperti facebook dan instagram. UMKM ini mulai beroperasi pada tahun 2018 di Denpasar,
Bali dan hingga saat ini cakupan customer yang dimiliki cukup luas yakni dari daerah luar Bali
seperti Tangerang, Pasuruan, Surabaya, dan Daerah lainnya.

RUMUSAN MASALAH
UMKM yang dianalisis masih tergolong pada usaha mikro dan dijalankan secara perseorangan.
Adapun atribut operasional seperti storage penyimpanan masih dalam luas yang kecil.
Sehingga tidak dapat menampung ikan dalam jumlah yang banyak. Selain itu UMKM yang
dianalisis belum dapat melakukan perluasan pada storage penyimpanan yang dimiliki.
Faktor tersebut mengakibatkan timbulnya masalah pada pengelolaan storage yakni bagaimana
cara menampung ikan lebih banyak tanpa melakukan perluasan storage. Salah satu cara yang
dapat dilakukan agar storage dapat digunakan secara optimal adalah dengan menjual ikan
dengan cepat sehingga storage kembali kosong dan dapat diisi ikan kembali. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan strategi pemasaran. Strategi pemasaran dilakukan agar pengusaha dapat
memutar balikan storage ikan sekaligus meningkatkan keuntungan. Sehingga, berdasarkan
latar belakang tersebut dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana strategi pemasaran yang dapat dilakukan agar ikan dapat terjual dengan
cepat sehingga pengusaha dapat memutar balikan storage yang kosong dengan ikan
kembali?
TUJUAN
Tujuan dilakukannya analisis ini adalah sebagai berikut:
1. Membantu pemilik usaha dalam mengambil keputusan atas masalah yang disebutkan
pada rumusan masalah.
2. Memenuhi kewajiban tugas besar mata kuliah analisis keputusan atas studi kasus
UMKM.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pembudidayaan Ikan Cupang


Ikan cupang (Betta splendens) merupakan jenis ikan hias yang memiliki corak warna yang
beragam dan sirip yang indah. Daya tarik utama dari ikan cupang terletak pada corak warna
tubuhnya dan ukurannya. Makin menawan warna yang dimunculkan makin mahal nilai
jualnya. Corak warna yang muncul pada tubuh ikan cupang dihasilkan oleh sel – sel pigmen
(chromatophore) yang terletak pada kulit ikan cupang (Kusumanah, Murniasih, Kusini E., &
Cindelaras, 2012). Corak warna pada tubuh ikan cupang menentukan nilai jualnya dan berperan
sebagai pengenal jenis dari tampilan pola dan corak warna pada tubuhnya dan juga sebagai
proteksi diri dari ancaman pemangsanya jika berada di alam liar (Setiawan, 2017).
Usaha budidaya ikan cupang dapat dilakukan dengan relatif lebih mudah dibandingkan jenis
ikan lainnya. Hal ini dikarenakan teknik budidaya yang tidak membutuhkan aerasi yang
banyak, ikan dapat hidup dalam keadaan air yang tenang dan juga ikan cupang dapat
diternakkan dalam skala rumah tangga atau usaha mikro dan tidak memerlukan lahan yang luas
(Weningsari, 2013).
(Prasadi, 2019) Pembudidayaan ikan cupang dapat dilakukan dalam tahap seperti berikut.
1. Wadah
Pembudidayaan ikan cupang dapat dilakukan pada lahan yang minim. Wadah yang baik
adalah bak terpal atau wadah yang lebih kecil seperti baskom atau ember. Ikan cupang
yang digunakan untuk pemijahan tidak perlu dipisahkan hal ini bertujuan untuk
memperlancar pemijahan.
2. Seleksi Induk
Pemilihan indukan harus melihat karakteristik warna tubuh dan morfologi tubuh ikan,
dengan harapan indukan yang berkualitas akan menghasilkan anakan yang berkualitas.
3. Pemijahan
Pemijahan dilakukan dengan menggabungkan ikan cupang jantan dan betina pada satu
wadah. Hal ini dilakukan dengan memasukkan ikan jantan yang sudah siap untuk
memijah. Hal ini ditandai dengan munculnya buih pada wadah. Jika buih sudah muncul
dalam jumlah yang banyak, kemudian ikan cupang betina dimasukkan ke dalam wadah
bersama ikan cupang jantan.
4. Pemeliharaan Telur
Ikan cupang jantan yang akan merawat telur – telur ikan cupang tersebut. Jika ikan
sudah terkumpul dalam jumlah yang banyak dan belum menetas, telur dapat dipisahkan
dalam wadah yang berbeda. Apabila sudah 3 hari menetas dan anak ikan sudah mampu
berenang, maka anak – anak ikan tersebut sudah dapat dipisahkan pada wadah terpisah
dari induknya.
5. Panen
Usia 2 – 3 bulan, ikan harus segera dipisahkan satu sama lain. Hal ini dilakukan untuk
mencegah adanya perkelahian antara ikan cupang. Seperti yang diketahui banyak
orang, pemeliharaan ikan cupang harus dilakukan pada wadah terpisah jika ikan sudah
memasuki umur seperti umur 2 – 3 bulan. Pemisahan dapat dilakukan dengan
menggunakan toples plastik untuk masing – masing ikan cupang.
6. Pasca Panen
Pengelolaan setelah panen adalah proses untuk meningkatkan nilai ekonomis ikan
cupang. Peningkatan nilai ekonomis ini dapat dilakukan dengan menambahkan tingkat
kecerahan warna pada tubuh ikan cupang dengan menambahkan beta karoten pada
wadah ikan cupang yang berpeluang memiliki nilai ekonomis tinggi. Beta karoten dapat
dijumpai pada tumbuhan bunga, cacing sutra, dan wortel. Selain itu dapat juga dibeli
dalam bentuk cairan.

Konsep Dasar Pemasaran


(Hassan, 2009) Pemasaran merupakan konsep ilmu dalam strategi bisnis yang bertujuan untuk
mencapai keputusan berkelanjutan bagi stakeholder (pelanggan, karyawan, pemegang saham).
Pemasaran merupakan ilmu pengetahuan yang sifatnya objektif, yang diperoleh dengan
penggunaan instrumen tertentu untuk mengukur kinerja dari aktivitas bisnis dalam membentuk,
mengembangkan, dan mengarahkan pertukaran yang saling menguntungkan bagi konsumen
dan produsen dalam jangka panjang. Pemasaran dalam konteks strategi bisnis merupakan
tindakan penyesuaian suatu organisasi yang berorientasi pada pasar dalam menghadapi
kenyataan bisnis.
Pergerakan pasar yang cepat membuat setiap bisnis atau usaha harus mampu berkompetisi
dalam pasar yang cepat berubah, pemasaran harus dilihat sebagai “dealing with the market”
yang mengharuskan usaha untuk bergerak secara dinamis dan intensif berinteraksi dengan
pasar.
Masalah utama di pasar saat ini adalah terjadinya kelebihan kapasitas yang mengakibatkan
adanya ”hiperkompetisi”, dimana adanya kompetisi secara berlebihan dengan terlalu banyak
mengejar pelanggan yang jumlahnya terus berkurang. Produk yang kurang terdiferensiasi
menyebabkan banyak usaha mengalami penurunan pasar, stagnasi, atau bangkrut karena tidak
dapat bersaing. Agar dapat bertahan, maka usaha harus selalu berupaya untuk:
1. Menjadikan pemasaran sebagai konsep strategi bisnis yang mampu melakukan
tindakan penyesuaian terhadap kondisi sekitar yang kian berubah. Hal ini bertujuan
untuk mengatasi persaingan, mencegah merosotnya pangsa pasar, stagnasi, atau bahkan
kebangkrutan.
2. Perlu dilakukan pengkajian ulang atau penyesuaian terhadap perubahan untuk
mendorong terciptanya nilai yang terukur bagi stakeholder.
Pemasaran sebagai sebuah disiplin ilmu berupaya meletakkan asumsi yang dapat digunakan
untuk menciptakan nilai optimal bagi stakeholder dari waktu ke waktu. Ketika perubahan nilai
terjadi, maka konsep pemasaran akan terus berubah sesuai dengan perubahan tuntutan
stakeholder dan perkembangan pasar. Setidaknya ada tiga perubahan konsep pemasaran yang
dimuat dalam tabel berikut.

Tabel 2.1. Tabel Perkembangan Konsep Pemasaran


Konsep Fokus Alat Tujuan
Lama Produk Penjualan Keuntungan melalui
penjualan
Baru Pelanggan Pemasaran Terpadu Keuntungan melalui
kepuasan pelanggan
Strategis Lingkungan Strategi Pemasaran Kepuasan optimal
para stakeholder
Sumber: (Hassan, 2009)

Agar pemasaran dapat dilakukan lebih optimal, maka dukungan yang kuat tentang pemahaman
bagaimana cara paling efektif dan efisien dalam melaksanakan pemasaran berdasarkan
pemikiran strategis perlu dimiliki seorang marketer.
III. METODE ANALISIS

Sumber Data
Sumber data yang digunakan pada penelitian analisis keputusan pada UMKM
Cupangdewata.id adalah data yang berupa kualitatif dan kuantitaif. Data Kuantitatif yang
digunakan adalah data jumlah transaksi online pada setiap platform yang digunakaan oleh
UMKM Cupangdewata.id. Sedangkan untuk data kualitatif adalah data mengenai kepuasan
pelanggan yang diperoleh dari rating penjualan pada UMKM Cupangdewata.id. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara wawancara dengan pemilik usaha dan studi pustaka melalui
pengamatan sosial media yang dimiliki UMKM Cupangdewata.id.

Metode Analisis Pengambilan Keputusan


Metode analisis pengambilan keputusan yang akan digunakan adalah metode AHP (Analytical
Hierarchy Process), yaitu teknik pengambilan keputusan yang bertujuan untuk menentukan
pilihan yang terbaik dari beberapa alternatif yang tersedia. AHP memiliki kelebihan dalam
memberikan kerangka yang cukup komprehensif dan rasional dalam menstrukturkan
permasalahan pengambilan keputusan.
(Syukron, 2014) terdapat tiga prinsip pokok harus ada dalam penggunaan metode AHP dalam
pengambilan keputusan, prinsip pokok tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prinsip penyusunan hirarki, untuk memperoleh pengetahuan yang rinci, pikiran kita
menyusun realitas yang kompleks ke dalam bagian yang menjadi elemen pokoknya,
dan kemudian bagian kendala dan bagian-bagiannya lagi dan seterusnya secara hirarki.
2. Prinsip menentukan prioritas, prioritas ini ditentukan berdasarkan pandangan para
pakar atau pihak-pihak terkait yang berkompeten terhadap pengambilan keputusan.
Baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Prinsip konsistensi logis, dalam mempergunakan prinsip ini, AHP memasukkan baik
aspek kualitatif maupun kuantitatif untuk mengekspresikan penilaian dan preferensi
secara ringkas dan padat sedangkan aspek kualitatif untuk mendefinisikan persoalan
dan hirarkinya.
(Kadarsah & Ramdhani, 1998) Dalam analisis pengambilan keputusan menggunakan metode
AHP, terdapat beberapa tahap yang perlu dilakukan. Tahapan tersebut adalah sebagi berikut:
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Menyusun struktur hierarki yang diawalai dengan tujuan utama
Gambar 3.1. Struktur Hierarki AHP

3. Menyusun matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif


atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya.

Gambar 3.2. Matriks Perbandingan Berpasangan

4. Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilai


seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang
dibandingkan.

Gambar 3.3. Skala penilaian perbandingan berpasangan


5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten maka
pengambilan data diulangi
6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hierarki.
7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang
merupakanbobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat
hierarki terendah sampai mencapai tujuan. Perhitungan vektor eigen dilakukan dengan
cara menjumlahkan nilai dari setiap kolom yang bersangkutan untuk memperolah
normalisasi martriks, setelah itu dilanjutkan dengan menjumlahkan nilai-nilai dari
setiap baris dan dibagi dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata.
8. Memeriksa konsistensi hirarki. Konsistensi dari vektor bobot dapat diuji dengan cara
berikut:
a. Menghitung (A)(wT) dengan menggunakan rumus:
1 𝑒𝑙𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑘𝑒−𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 (𝐴)(𝑤 𝑡 )
𝑡 = ∑𝑛𝑖=1 ( ) (3.1)
𝑛 𝑒𝑙𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑘𝑒−𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑤 𝑡

b. Menghitung indeks konsistensi dengan menggunakan rumus:


𝑡−𝑛
𝐶𝐼 = (3.2)
𝑛−1

c. Membuat indeks random Rin dari nilai rata-rata CI yang dipilih secara acak pada A.
d. Menghitung rasio konsistensi dengan menggunakan rumus:
𝐶𝐼
𝐶𝑅 = (3.3)
𝑅𝐼𝑛

Keterangan:
- Jika nilai CI=0, maka hierarki konsisten.
- Jika Jika CR < 0,1, maka hierarki cukup konsisten.
- Jika CR > 0,1, maka hierarki sangat tidak konsisten.
IV. PEMBAHASAN

Analisis Pengambilan Keputusan


Analisis pengambilan keputusan adalah analisis yang bertujuan untuk membantu pemilik usaha
untuk mengambil keputusan yang berupa saran strategi pemasaran agar ikan cupang dapat
terjual dengan cepat. Analisis ini membantu pemilik usaha agar dapat memilih strategi
pemasaran yang terbaik. Analisis ini dilakukan dengan beberapa kriteria dan alternatif yang
dikembangkan berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif beserta hasil brainstorming tim
penyusun untuk menghasilkan keputusan strategi yang terbaik.
Analisis pengambilan keputusan dilakukan dengan metode AHP (Analytical Hierarchy
Process). Langkah – langkah yang perlu dilakukan untuk menentukan strategi pemasaran yang
terbaik adalah sebagai berikut.
1. Menyusun struktur hierarki pengambilan keputusan.
Struktur hierarki pengambilan keputusan berisikan beberapa kriteria dan alternatif
yang telah dipilih. Struktur hierarki pengambilan keputusan dapat dilihat sebagai
berikut.
Meningkatkan Pemasaran
dan Penjualan Cupang
Dewata.Id

Jangkauan Pemasaran Kualitas Produk Kepuasan Pelanggan

Menggunakan Jasa Iklan Mengadakan Event Sebagai Memberikan Potongan Pemberian Brand Pada Pembuatan Konten Untuk
Berbayar Sarana Promosi Harga/Diskon Kemasan Produk Promosi Produk

Gambar 4.1. Struktur Hierarki Pengambilan Keputusan

2. Menyusun matriks perbanding berpasangan.


Perbandingan berpasangan dilakukan dengan membandingkan nilai antara kriteria satu
dengan yang lainnya. Matriks perbandingan berpasangan dapat dilihat dalam tabel
berikut.
Tabel 4.1. Matriks Perbandingan Berpasangan
Jangkauan Kualitas Tingkat kepuasan
Kriteria
pemasaran produk pelanggan
Jangkauan pemasaran 1 7 5
Kualitas produk 0,14 1 3
Tingkat kepuasan
0,20 0,33 1
pelanggan
Jumlah 1,34 8,33 9,00

3. Menyusun matriks nilai kriteria


Matriks nilai kriteria diperoleh dengan membagi nilai baris kolom kriteria dengan
jumlah masing – masing kolom. Matriks nilai kriteria dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.2. Matriks Nilai Kriteria
Jangkauan Kualitas Tingkat kepuasan
Kriteria
pemasaran produk pelanggan
Jangkauan pemasaran 1,00 0,84 0,56
Kualitas produk 0,11 1,00 0,33
Tingkat kepuasan
0,15 0,04 1,00
pelanggan
Jumlah 1,26 1,88 1,89
Prioritas 0,42 0,63 0,63

4. Matriks konsistensi kriteria


Perhitungan konsistensi kriteria dilakukan untuk mengetahui apakah kriteria yang
dipilih telah konsisten. Perhitungan kriteria sifatnya opsional, sehingga dapat
dilakukan atau tidak. Perhitungan kriteria dilakukan dengan menjumlah hasil kali
prioritas dengan tabel matriks perbandingan berpasangan. Matriks konsistensi kriteria
dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.3. Matriks Konsistensi Kriteria


Kriteria Jumlah Prioritas Hasil CM
Jangkauan pemasaran 1,26 0,42 0,633889452
Kualitas produk 1,88 0,63 3,765621224
Tingkat kepuasan pelanggan 1,89 0,63 4,601828211

Kriteria dikatakan konsisten jika nilai CR < 0,1. Perhitungan CR dilakukan dengan
membagi CI dengan IR (Rasio Index). Dimana:
n (jumlah kriteria) :3
λ maks (rata – rata CM) : 3,000446296
CI : 0,000223148
CR (IR = 0,58) : 0,000384738
Didapat hasil perhitungan CR adalah 0,000384738 dimana nilai CR < 0,1. Sehingga
data kriteria yang diambil sudah konsisten.
5. Perhitungan bobot kriteria
Pembobotan dilakukan dengan memberi nilai kepentingan pada matriks perbandingan
alternatif. Pembobotan ini dilakukan dengan mengikuti skala penilaian gambar 3.3.
Pembobotan untuk setiap kriteria dapat dilihat dalam tabel – tabel berikut.
Tabel 4.4. Matriks Pembobotan Kriteria Jangkauan Pemasaran
Jangakuan Pemasaran
Menggunakan Mengadakan event Memberikan Pemberian brand Pembuatan Ju B
jasa iklan sebagai sarana potongan harga pada kemasan konten untuk ml ob
berbayar promosi atau diskon produk promosi produk ah ot
Menggunakan jasa 17, 0,
1,00 5,00 5,00 5,00 1,00
iklan berbayar 00 34
Mengadakan event
10, 0,
sebagai sarana 0,20 1,00 3,00 3,00 3,00
20 21
promosi
Memberikan
16, 0,
potongan harga 3,00 0,33 1,00 7,00 5,00
33 33
atau diskon
Pemberian brand
2,6 0,
pada kemasan 0,20 0,33 0,14 1,00 1
8 05
produk
Pembuatan konten
3,4 0,
untuk promosi 1,00 0,20 0,20 1,00 1,00
0 07
produk
49,
Total 1
61

Tabel 4.5. Matriks Pembobotan Kriteria Kualitas Produk


Kualitas Produk
Pemberian B
Menggunaka Mengadakan Memberikan Pembuatan Ju
brand pada o
n jasa iklan event sebagai potongan harga konten untuk ml
kemasan b
berbayar sarana promosi atau diskon promosi produk ah
produk ot
Menggunakan
2, 0,
jasa iklan 1,00 0,20 0,33 0,33 1,00
87 08
berbayar
Mengadakan
8, 0,
event sebagai 5,00 1,00 1,00 0,33 1,00
33 23
sarana promosi
Memberikan
5, 0,
potongan harga 3,00 1,00 1,00 0,20 0,33
53 15
atau diskon
Pemberian brand 13
0,
pada kemasan 3,00 3,00 5,00 1,00 1 ,0
35
produk 0
Pembuatan
7, 0,
konten untuk 1,00 1,00 3,00 1,00 1,00
00 19
promosi produk
36
Total ,7 1
3
Tabel 4.6. Matriks Pembobotan Kriteria Tingkat Kepuasan Pelanggan
Tingkat Kepuasan Pelanggan
Pemberian B
Menggunaka Mengadakan Memberikan Pembuatan Ju
brand pada o
n jasa iklan event sebagai potongan harga konten untuk ml
kemasan b
berbayar sarana promosi atau diskon promosi produk ah
produk ot
Menggunakan
2, 0,
jasa iklan 1,00 0,20 0,20 0,33 1,00
73 06
berbayar
Mengadakan
9, 0,
event sebagai 5,00 1,00 0,33 0,33 3,00
67 22
sarana promosi
Memberikan 19
0,
potongan harga 5,00 3,00 1,00 5,00 5,00 ,0
44
atau diskon 0
Pemberian brand
8, 0,
pada kemasan 3,00 3,00 0,20 1,00 1
20 19
produk
Pembuatan
3, 0,
konten untuk 1,00 0,33 0,20 1,00 1,00
53 08
promosi produk
43
Total ,1 1
3

Tabel 4.7. Matriks Seleksi Alternatif


Seleksi Alternatif
Bo Menggunakan Mengadakan event Memberikan Pemberian brand Pembuatan konten
Kriteria bo jasa iklan sebagai sarana potongan harga atau pada kemasan untuk promosi
t berbayar promosi diskon produk produk
Jangkauan 1,2
0,34 0,21 0,33 0,05 0,07
pemasaran 6
Kualitas 1,8
0,08 0,23 0,15 0,35 0,19
produk 8
Tingkat
1,8
kepuasan 0,06 0,22 0,44 0,19 0,08
9
pelanggan
Skor Terbobot 0,70 1,11 1,53 1,09 0,60

Alternatif terpilih dengan skor terbobot terbesar adalah dengan memberikan potongan harga
atau diskon dengan skor 1,53. Alternatif terpilih dengan skor terbobot terbesar kedua adalah
dengan mengadakan event sebagai sarana promosi. Alternatif terpilih dengan skor terbobot
terbesar ketiga adalah dengan memberikan brand pada kemasan produk.
V.KESIMPULAN

Setelah dilakukan proses analisis keputusan pada permasalahan UMKM Cupangdewata.id,


dalam hal ini berupa permasalahan penyimpanan ikan cupang yang disebabkan oleh biaya
perawatan ikan dan juga keterbatasan luas tempat penyimpanan. Telah dilakukan pengambilan
keputusan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Berdasarkan dari hasil
perhitungan pembobotan alternatif pada metode Analytical Hierarchy Process (AHP), maka
didapatkan hasil bahwa, dengan memberikan potongan harga atau diskon dan dengan
mengadakan event sebagai sarana promosi lah yang menjadi jawaban utama atas permasalahan
yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Hassan, A. (2009). Marketing, Edisi Baru. Yogyakarta: Media Pressindo.


Kadarsah , S., & Ramdhani, A. (1998). Sistem pendukung keputusan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Kusumanah, R. V., Murniasih, S., Kusini E., & Cindelaras, S. (2012). Keragaman Generasi Pertama
Hasil Persilangan Cupang Alam (Betta imbellis) dengan Cupang Hias (Betta splendens)
Strain Solid Merah Halfmoon.
Prasadi, O. (2019). Pemanfaatan Lahan Sempit Sebagai Tempat Budidaya Ikan Cupang di
Mertasinga, Cilacap.
Setiawan, N. C. (2017). Penerapan Metode Naive Bayes untuk Menentukan Jenis Ikan Cupang Hias.
Syukron, A. (2014). Pengantar Manajemen Industri. Jakarta: Graha Ilmu.
Weningsari, E. (2013). Pengembangan Agrobisnis Ikan Cupang di Kelurahan Ketami Kecamatan
Pesantren Kota Kediri.

Anda mungkin juga menyukai