Anda di halaman 1dari 114

Dr. Abdul Rohim Tualeka, Drs., M.Kes.

METODOLOGI PENELITIAN
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
METODOLOGI PENELITIAN
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Ditulis oleh : Dr. Abdul Rohim Tualeka, Drs., M.Kes.


Layout : -
Penerbit : -
Cetakan : -

ISBN : -

Dilarang keras menerjemahkan, memfotocopy atau memperbanyak sebagian


atau seluruh buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

ii
KATA PENGANTAR

Dewasa ini, penulisan karya ilmiah sangat dibutuhkan


dalam dunia pendidikan baik dalam proses pembelajaran di
kelas maupun dalam penulisan untuk menyelesaikan studi akhir
ataupun lainnya sehingga Buku “Metodologi Penelitian
Keselamatan dan Kesehatan Kerja” memberikan pemahaman
tentang metode-metode yang diperlukan dalam menyusun suatu
artikel ataupun hal penting terkait dalam penyusunan karya
ilmiah.
Buku “Metodologi Penelitian Keselamatan dan
Kesehatan Kerja” ini diharapkan dapat menjadi bacaan yang
tepat oleh mahasiswa ataupun masyarakat yang menggeluti
bidang pendidikan terkhusus bagi mahasiswa di bidang
kesehatan dan para peneliti sehingga dapat mengembangkan
ilmu terkait metode penelitian dalam penyusunan karya ilmiah.
Dengan terselesaikannya buku ini, penulis mengucapkan
syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas kekuatan yang
diberikan-Nya sehingga buku ini dapat terselesaikan. Tak lupa
pula penulis sampaikan ucapan terimakasih secara mendalam
kepada semua pihak secara langsung dan tidak langsung
membantu secara moril dan materil hingga penulisan ini selesai.
Kepada mereka, buku ini kupersembahkan. Tiada gading yang
tak retak, hanya kepada Allah penulis menyerahkan semua
kekuatan.

Surabaya, 30 Oktober 2018

Penulis

Abdul Rohim Tualeka

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................ vii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................... i
1.1. Pengertian Penelitian .................................................... 1

1.2. Jenis-jenis penelitian .................................................... 3

1.3. Metode Penelitian ......................................................... 4

1.4. Penelitian menurut tujuan ............................................ 5

1.5. Penelitian menurut tingkat eksplanasi .......................... 6

1.6. Proses penelitian ........................................................... 6

1.7. Tujuan Penelitian .......................................................... 7

1.8. Ruang lingkup penelitian K3 ........................................ 7

1.9. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penelitian


Empiris .................................................................................... 8

BAB 2 MASALAH ................................................................ 122

2.1. Definisi masalah ....................................................... 122

2.2. Ciri-ciri masalah yang baik ...................................... 133

2.3. Sumber masalah ......................................................... 14

2.4. Perumusan Masalah .................................................. 144

iv
BAB 3 STUDI PENDAHULUAN ........................................ 188

3.1. Manfaat Studi Pendahuluan...................................... 188

3.2. Cara melaksanakan studi pendahuluan..................... 188

3.3. Merumuskan Judul (Topik) .................................... 1919

3.4. Merumuskan Tujuan................................................. 200

3.5. Merumuskan hipotesis .............................................. 222

3.6. Memilih Pendekatan ................................................. 254

3.7. Variabel .................................................................... 255

3.8. Data dan sumber data ................................................. 26

BAB 4 PROSEDUR PENELITIAN ...................................... 288

4.1. Menentukan dan menyusun instrumen ..................... 288

4.2. Metode pengumpulan data ....................................... 299

4.3. Analisis data ............................................................. 299

4.4. Kesimpulan dan Saran .............................................. 300

BAB 5 PENULISAN ARTIKEL ILMIAH .............................. 31

5.1. Penulisan judul ........................................................... 32

5.2. Penulisan abstrak ........................................................ 32

5.3. Penulisan Pendahuluan ............................................... 32

5.4. Penulisan Materi dan Metode ..................................... 33

5.5. Penulisan Hasil Penelitian ........................................ 333

5.6. Penulisan Pembahasan ............................................... 34

v
5.7. Penulisan Simpulan .................................................. 334

BAB 6 PENULISAN ARTIKEL REVIEW............................ 35

6.1. Cara Menulis Review Artikel ..................................... 36

6.2. Isi Review Artikel ...................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................40

LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Biotransformasi Nikotin (Lampiran 2) ................ 56


Gambar 2.2 Kinetika Nikotin (Lampiran 2) ............................ 57
Gambar 3.1 Analisis Penyebab dengan Fishbone Chart
(Lampiran 2) ........................................................ 58
Figure 1 Comparison of Benzene Concentration with
Threshold Value (n=25) (Lampiran 3) ................ 69
Figure 2 Comparison of Benzene Concentration with
Weight (n=25) (Lampiran 3) ............................... 70
Figure 3 Comparison of Dose Effective of CYP2E1 Rich
Food to Increase Benzene Detoxification with
Benzene Concentration (n=25) (Lampiran 3) ...... 71
Figure 4 Comparison of Dose Effective of Sulfation Rich
Food to Increase Benzene Detoxification with
Benzene Concentration (n=25) (Lampiran 3) ...... 72
Figure 5 Comparison of Dose Effective of Glutation Rich
Food to Increase Benzene Detoxification with
Benzene Concentration (n=25) (Lampiran 3) ...... 73

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Contoh Panduan Proposal Hibah Riset


Fundamental ........................................................ 51
Lampiran 2 Contoh Proposal Riset Fundamental .................. 59
Lampiran 3 Contoh Artikel Ilmiah .......................................... 70
Lampiran 4 Contoh Artikel Review ........................................ 93

viii
BAB 1
PENDAHULUAN

Dunia yang terus berkembang hingga sampai saat ini,


yang dapat dilihat dari perkembangan teknologi dan budaya,
merupakan bagian dari kontribusi dan inovasi dalam bidang
penelitian. Berbagai lembaga riset terus tumbuh dan
berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Metodologi
penelitian memiliki kontribusi besar dalam perkembagan itu.
Dengan demikian, pengetahuan tentang metodologi penelitian
sangat penting, guna menghasilkan riset-riset yang bermutu
serta inovasi-inovasi dalam bidang penelitian.

1.1. Pengertian Penelitian


Secara umum, penelitian adalah kegiatan pencarian atas
sesuatu secara sistimatis, terkendali, empiris, dan kritis untuk
mendapatkan kebenaran ilmiah. Beberapa peneliti memberikan
definisi tentang penelitian, sebagai berikut:
Menurut David H.Penny, penelitian adalah pemikiran
yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang
pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-
fakta. Dengan demikian, sistimatika pemikiran dibutuhkan
dalam membuat suatu riset.
Menurut J. Suprapto, penelitian adalah penyelidikan dari
suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk
memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-

1
hati serta sistematis. Kesabaran, menjadi kunci utama untuk
memperoleh hasil penelitan yang baik.
Menurut Sutrisno Hadi, penelitian adalah usaha untuk
menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran ilmu
pengetahuan. Dengan demikian, setiap pengetahuan baru harus
diuji kebenarannya untuk memperoleh pengetahuan baru
sebagai bukti perkembangan ilmu pengetahuan itu sediri.
Menurut Mohammad Ali, penelitian adalah suatu cara
untuk memahami sesuatu dengan melalui penyelidikan atau
usaha untuk mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan
dengan masalah, yang dilakukan secara hati-hati sehingga
diperoleh pemecahannya.
Dari berbagai definsi di atas, dapat disimpulkan bahwa
penelitian adalah suatu proses penyelidikan untuk menemukan
sesuatu yang baru, mengembangkan dan menguji kebenaran
suatu ilmu pengetahuan yang telah ada dengan menggunakan
cara yang ilmiah sebagai upaya untuk mewujudkan tujuan dan
menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapi.
Menurut Cooper and Emory (1996) setiap peneliti harus
mengetahui ciri-ciri suatu penelitian yang baik. Ciri-ciri
penelitian yang baik adalah:
1. Masalah didefinisikan dan dirumuskan dengan jelas.
2. Prosedur penelitiaan harus diuraikan secara terperinci.
3. Desain penelitian dibuat jelas.
4. Peneliti melaporkan hasil penelitian secara jujur termasuk
bila ada kelemahan.

2
5. Analisis data harus sesuai dengan hipotesis dan desain
penelitian.
6. Kesimpulan harus berdasarkan data yang telah diuji dan
sinkron dengan rumusan masalah yang diajukan.
7. Kualifikasi peneliti harus memenuhi persyaratan.
Sedangkan, syarat yang harus dimiliki seorang peneliti
1. Kompeten, yaitu menguasai ilmu pengetahuan dan trampil
untuk melakukan penelitian
2. Jujur, dalam meelaksanakan maupun melaporkan hasil
penelitian
3. Objektif : yaitu tidak memasukkan keinginan pribadi
terhadap hasil penelitian
4. Faktual : yaitu bekerja berdasarkan fakta
5. Terbuka : yaitu bersedia menyampaikan hasil penelitian
dan prosedurnya, bersedia diuji dan menerima segala
masukkan yang sifatnya mendukung

1.2. Jenis-jenis penelitian


Dilihat dari aplikasinya atau pengunaannya maka
penelitian dibagi atas dua bagian yaitu :
1. Penelitian terapan : penelitian untuk mendapatkan informasi
yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah
2. Penelitian murni/dasar : penelitian untuk dapat memahami
masalah dalam organisasi secara mendalam tanpa ada
penerapan hasilnya, tujuannya mengembangkan teori
sehingga bisa berupa penemuandan pengembangan ilmu

3
1.3. Metode Penelitian
Menurut metodenya, penelitian dibagi menurut:
1. Penelitian survey
Penelitian survey adalah penelitian terhadap populasi besar
atau kecil bisa sensus/pada semua anggota populasi atau
kasus/pada sebagian anggota populasi/sampel sehingga
ditemukan kejadian-kejadian, distribusi dan hubungan antar
variabel
2. Penelitian ex post pacto
Penelitian ex post pacto adalah penelitian terhadap peristiwa
yang telah terjadi yang merunut kebelakang untuk
mengetahui faktor penyebabnya
3. Penelitian eksperimen
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang mencari
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependent.
Variabel dikontrol secara ketat dan variabel independent
dimanipulasi atau dimunculkan oleh peneliti.
4. Penelitian naturalistik/metode kualitatif
Penelitian naturalistik/ metode kualitatif adalah penelitian
untuk meneliti kondisi alami.
5. Policy reseach
Penelitian Policy research adalah penelitian yang dilakukan
terhadap masalah sosial yang mendasar dan hasilnya
dipergunakan untuk rujukan pada pembuat keputusan untuk
bertindak secara praktis dalam menyelesaikan masalah.

4
6. Action reseach
Penelitian action research adalah penelitian untuk
mengembangkan metode kerja yang efisien yang biasanya
oenelitian dilakukan sambil diaplikasikan.
7. Penelitian evaluasi
Penelitian evaluasi adalah merupakan bagian dari proses
pembuatan keputusan dengan cara membandingkan suatu
proses, kegiatan dan produk dengan standar yang telah
ditetapkan.
8. Penelitian sejarah
Penelitian sejarah adalah penelitian yang menganalisis
secara logis kejadian dimasa lampau. Sumber data bisa
primer,yaitu orang yg terlibat langsung atau sekunder dari
dokumentasi yang berkenaan dengan kejadian. Tujuan
untuk merekontruksi kejadian di masa lampau secara
sistematis dan objektif sehingga ditetapkan fakta-fakta untuk
membuat kesimpulan.

1.4. Penelitian menurut tujuan


1. Penelitian eksploratif
Penelitian eksploratif adalah penelitian yang mengungkap
tentang sesuatu fenomena di alam.
2. Penelitian development/pengembangan
Penelitian development/ pengembangan adalah penelitian
yang mengembangkan suatu ilmu pengetahuan yang telah
ada.

5
3. Penelitian verifikatif
Penelitian verifikatif adalah penelitian yang menguji
kebenaran dari ilmu pengetahuan yang telah ada.

1.5. Penelitian menurut tingkat eksplanasi


1. Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian untuk mencandra atau
mengetahui nilai dari suatu variabel. Bertujuan untuk
mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
2. Penelitian komparatif
Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat
membandingkan dua atau lebih variabel.
3. Penelitian asosiatif
Penelitian asosiatif adalah penelitian untuk mengetahui
hubungan atau pengaruh antar variabel.

1.6. Proses penelitian


a. Penelitian kuantitatif : logico-hypothetico-verifikatif
b. Berdasarkan asumsi-asumsi obyektif-empiris
1) Asumsi 1 : bahwa obyek dapat diklasifikasi menurut
sifat, jenis, struktur, bentuk, warna dan sebagainya
2) Asumsi 2 : bahwa setiap gejala ada penyebabnya
3) Asumsi 3 : bahwa suatu gejala tidak mengalami
perubahan dalam jangka waktu tertentu

6
1.7. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian, khususnya penelitian K3 adalah:
1. Untuk menemukan pengetahuan, teori dan konsep atau
dalil/generalisasi baru tentang masalah K3
2. Untuk memperbaiki, memodifikasi dan mengembangkan
teori K3 lama
3. Memperkokoh suatu teori atau generalisasi yang sudah ada
dan menguji kebenarannya

1.8. Ruang lingkup penelitian K3


a. Kesehatan dan Keselamatan Kerja : meneliti terkait aspek
kesehatan dan keselamatan kerja pekerja dari mulai
berangkat dari rumah ke tempat kerja, di tempat kerja
sampai kembali ke rumah.
b. Higiene Industri: meneliti faktor bahaya, mulai dari
antisipasi bahaya, pengenalan, evaluasi dan pengendalian di
lingungan kerja.
c. Toksikologi Industri : meneliti suatu bahan kimia berbahaya
sebagai bahan baku dan produksi terhadap pekerja mulai
dari sifat fisik kimia, absorpsi, distribusi, biotransforasi,
ekskresi, interaksi toksin reseptor dan efeknya ada pekerja.
d. Ergonomi : meneliti keterkaitan antara lingkungan, alat dan
faktor pekerja.
e. Analisis risiko: meneliti suatu faktor bahaya dari suatu
kegiatan di lingkungan kerja, penilaian risiko, manajemen
risiko dan komunikasi risikonya.

7
f. Psikologi Industri: meneliti kondisi psikologi pekerja dan
keterkaitannya dengan pekerjaan.

1.9. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penelitian


Empiris
Untuk obyek penelitian, masalah yang akan diteliti
adalah masalah yang bersifat empiris. Dimana, semua konsep
yang tercakup dalam penelitian harus terhubung secara
operasional dalam dunia nyata
1. Kritis
Para peneliti harus kritis terhadap sesuatu yang
diterima. Ada tolak ukur (kriteria) yang dipakai untuk
menentukan sesuatu yang dapat diterima, meliputi:
a. Tolak ukur dalam menetapkan hipotesis.
b. Tolak ukur dalam menetapkan besarnya sampel.

c. Tolak ukur dalam memilik metode pengumpulan data.


d. Tolak ukur dalam memilih analisis data
2. Konsep ilmiah
Para peneliti harus memiliki sistemtika berpikir
secara ilmiah, yaitu:
1. Berfikir skeptis
Berpikir skeptis adalah peneliti harus selalu menanyakan
bukti atau fakta yang dapat mendukung setiap
pernyataan.

8
2. Berfikir analitis
Berpikir analitis adalah peneliti selalu menganalisa setiap
persoalan, mana yang pokok mana yang tidak pokok,
mana yang relevan mana yang tidak relevan.
3. Berfikir kritis
Berpikir kritis adalah peneliti harus selalu mendasarkan
pikiran dan pendapatnya pada logika dan mampu
menimbang berbagai hal secara obyektif berdasarkan
data dan mendasarkan pada analisa akal sehat
3. Kebenaran ilmiah
Para periset harus melihat kebenaran ilmiah dari
suatu pernyataan. Kebenaran ilmiah suatu pernyataan
meliputi:
1. Koheren
Koheren atau kebenaran ilmiah adalah merupakan
konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap
benar.
2. Koresponden
Korespondensi adalah suatu pernyataan dianggap benar,
jika materi pengetahuan yang terkandung dalam
pernyataan tersebut berhubungan dengan objek yang
dituju oleh pernyataan tersebut.
3. Pragmatis
Pragmatis adalah pernyataan dipercayai benar karena
pernyataan tersebut mempunyai sifat fungsional dalam
kehidupan praktis

9
4. Jenis penelitian
1) Berdasarkan segi kepraktisannya
Berdasarkan segi keraktisannya, penelitian dibagi dua
yaitu :
a. Penelitian dasar
Penelitian yang hasilnya tanpa memikirkan segi
kepraktisannya dalam memecahkan masalah di
masyarakat
Keluarannya adalah: sebuah teori yang sejalan
dengan teori yang ada atau menolak teori yang telah
ada atau menemukan teori baru yang bersifat
melengkapi/menjelaskan teori yang telah ada
b. Penelitian terapan
Penelitian yang hasilnya untuk memecahkan masalah
di masyarakat
Keluarannya adalah metode, sistem managemen,
paket teknologi baru yang dapat meningkatkan
efektifitasatau efisiensi dari kegiatan pembangunan
2) Hadirnya variabel
Berdasarkan kehadiran variabel, maka penelitian
dibagi atas:
a. Penelitian deskriptif/survei
Penelitian survey adalah peneitian untuk
menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang

10
b. Penelitian eksperimen
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang
dilakukan terhadap variabel masa yang akan datang
3) Pendekatan
Berdasarkan pendekatannya, penelitian dibedakan atas:
a. Penelitian one-shot
Peneitian one-shot adalah penelitian yang
pengamatannya pada satu titik waktu pada satu
subyek
b. Penelitian cross-sectional
Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang
pengamatannya pada satu titik waktu pada subyek
yang berbeda
c. Penelitian longitudinal
Peneitian longitudinal adalah penelitian yang
pengamatannya time series pada subyek yang sama

11
BAB 2
MASALAH

Setelah memahami prinsip dasar tentang penelitian pada


bab sebelumnya, maka selanjutnya pada bagian ini akan dibahas
tentang masalah. Masalah memiliki kedudukan penting dalam
penelitian karena merupakan pintu masuk bagi peneliti untuk
melakukan penelitian. Sering seorang peneliti sulit memulai
melakukan penelitian atau membuat proposal penelitian karena
tidak dapat memahami masalah maupun merumuskan masalah
penelitian.Sehingga, harus diketahui definisi masalah.

2.1. Definisi masalah


Masalah adalah:
1. Kesenjangan antara harapan dan kenyataan
2. Penyimpangan antara yang seharusnya (target, harapan)
dengan apa yang benar-benar terjadi atau yang dicapai
3. Penyimpangan antara teori dengan praktek, antara aturan
dengan pelaksanaan, antara apa yang direncanakan dengan
kenyataan
Contoh:
Harapan: Konsentrasi amonia di lingkungan kerja harus di
bawah nilai ambang batas amonia di lingkungan sebesar 25
ppm

12
Kenyataan: Berdasarkan hasil riset konsentrasi amonia di
industri sarung tangan 0,5 ppm telah memberikan keluhan
kesehatan dan iritasi pada pekerja
Masalah: Nilai ambang batas amonia di lingkungan kerja
sebesar 25 ppm tidak layak bagi pekerja

Suatu masalah dikatakan masalah penelitian apabila:


1. Khasanah ilmu pengetahuan yang ada pada saat tersebut
belum mampu menjawabnya atau,
2. Bila masalah tersebut bersifat terapan dan multi disiplin,
teori-teori ilmu pengetahuan yang terdapat di bidang-bidang
ilmu yang mendukungnya belum mampu untuk menjadi
landasan dalam pemencahan masalah tersebut.

2.2. Ciri-ciri masalah yang baik


Ciri-ciri masalah yang baik adalah:
1. Masalah harus mempunyai nilai penelitian, meliputi :
a. Memiliki keaslian, asli/ original (up to date)
b. Memiliki sifat dapat diuji secara empiris atau dapat
dinyatakan dalam variabel yang dapat diukur
c. Memiiki sifat menyatakan hubungan antara dua atau
lebih variabel
d. Memiliki sifat urgent (mempunyai arti dan nilai dalam
bidang ilmunya sendiri atau dalam bidang aplikasi)
2. Masalah yang dipilih harus mempunyai feasibilitas, meliputi

13
a. Layak dari aspek kemungkinan mendapatkan data yang
diperlukan, ketersediaan waktu, biaya, dan fasilitas
pendukung lainnya
b. Tidak bertentangan dengan agama, norma, dan adat
istiadat yang berlaku dalam masyarakat
c. Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti (sesuai
dengan tingkat intelegensia peneliti)

2.3. Sumber masalah


Sumber masalah meliputi:
1. Sumber bacaan, khususnya referensi terkait keilmuan
peneliti jurnal jurnal ilmiah.
2. Pertemuan ilmiah, antara lain diskusi,seminar,konferensi
ilmiah.
3. Pengamatan terhadap alam sekitar, berupa fenomena yang
ada di alam maupun lingkungan sekitar
4. Intuisi, yaitu suara hati
5. Konsultasi dengan nara sumber atau pakar di bidangnya
6. Pemegang otoritas, dan lain-lain

2.4. Perumusan Masalah


2.4.1. Perumusan Masalah
Rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang
didasarkan pada masalah yang akan dicarikan jawabannya
melalui pengumpulan data
1. Berupa pertanyaan
2. Rumusan harus jelas, singkat dan bermakna

14
3. Dirumuskan secara operasional (jelas variabel dan cara
mengukurnya)
4. Jelas ruang lingkupnya (memudahkan penarikan
kesimpulan)
Contoh perumusan masalah
1. Apakah terdapat hubungan antara suhu ruangan dengan
produktifitas kerja?
2. Apakah terdapat hubungan antara konsentrasi benzena
dengan IgA?

2.4.2. Jenis masalah penelitian


1. Masalah untuk mengetahui status dan mendiskripsikan
fenomena (masalah deskriptif).
Rumusan masalahnya berkenaan dengan pertanyaan
terhadap variabel mandiri, peneliti tidak membuat
perbandingan atau hubungan antara variabel itu dengan
variabel tersebut
Contoh:
a) Berapa risiko paparan benzena di industri sepatu?
b) Berapa kemampuan akomodasi penguna komputer di
bagian administrasi rumah sakit A?
c) Berapa dosis aman benzena di industri sepatu?
2. Masalah untuk membandingkan dua atau lebih fenomena
(masalah komparatif)

15
Contoh:
a) Adakah terdapat perbedaan konsentrasi ttMA pekerja
terpapar benzena dengan kelompok kontrol?
b) Apakah terdapat perbedaan kemampuan akomodasi mata
pekerja terpapar komputer dengan tidak terpapar
komputer
c) Apakah terdapat perbedaan penurunan pendengaran
antara kelompok terpapar bising dengan tidak terpapar
bising
3. Masalah untuk mencari hubungan antar fenomena (masalah
asosiatif/korelatif):
a. Hubungan simetris (hubungan antar dua variabel atau
lebih yang kebetulan munculnya bersama).
Contoh rumusan masalahnya:
1) Adakah hubungan antara asam hipurat urin dengan
IgA?
2) Adakah hubungan antara IgA dengan ttMA?
3) Adakah hubungan antara kotinin dengan dopamin
darah pada perokok?
b. Hubungan kausal (yang bersifat hubungan sebab akibat,
ada variabel independent dan variabel dependent)
Contoh rumusan masalahnya:
1) Adakah pengaruh kebisingan terhadap penurunan
pendengaran?
2) Adakah pengaruh konsentrasi benzena terhadap
risiko leukemia?

16
3) Adakah pengaruh glutation dalam darah dengan
fenol dalam darah?
c. Hubungan interaktif/timbal balik/resiprocal (hubungan
yang saling mempengaruhi, tidak diketahui mana
variabel independent dan variabel dependent)
Contoh rumusan masalahnya:
1) Seberapa besar hubungan antara suhu dengan stress
kerja?
2) Seberapa besar hubungan antara kortisol darah
dengan kadar glutation darah?
3) Seberapa besar hubungan antara asam laktar dengan
pH darah

17
BAB 3
STUDI PENDAHULUAN

Setelah memperoleh masalah penelitian sering peneliti


tidak bisa menentukan judul penelitian dengan jelas. Untuk
mendapatkan gambaran judul peelitian yang jelas maka perlu
dilakukan studi pendahuluan.

3.1. Manfaat Studi Pendahuluan


1. Memperjelas masalah
Sering terjadi,dalam penentuan judul belum terjaring
masalah secara jelas. Dengan studi pendahuluan di lokasi
penelitian akan diketahui masalah penelitian secara jelas.
2. Menjaga kemungkinan dilanjutkannya penelitian
Dengan studi pendahuluan akan memberikan keyakinan
akan dilanjukan penelitian karena sudah diketahui secara
jelas kondisi faktual di lokasi tersebut.
b. Mengetahui informasi peta permasalahan
Dengan studi pendahuluan informasi peta permasalahan
dapat diketahui secara jelas. Letak spesifik obyek yang akan
ditelti dapat diketahui secara jelas.

3.2. Cara melaksanakan studi pendahuluan


1. Membaca literatur
Untuk melaksanakan studi pendahuluan maka peneliti
harus membaca berbagai literatur terkait variabel yang akan
diteliti, definisi operasionalnya. sehingga akan memberikan
18
gambaran terhadap data-data apa yang harus diambil untuk
penelitian pendahuluan.
2. Berkonsultasi dengan nara sumber
Narasumber yang menguasai materi penelitian harus
diminta pedapatnya untuk menjelaskan apa yang harus
dilakukan dalam pengambilan data di lokasi penelitian.
3. Mengadakan peninjauan ke tempat penelitian
Untuk memperjelas rumusan masalah maka peneliti harus
meninjau lokasi penelitian untuk mengetahui secara detail
kondisi lingkungan dan sosial lokasi penelitian sehingga
memberikan gambaran secara jelas dalam pengambilan data.

3.3. Merumuskan Judul (Topik)


Dalam usulan proposal Judul memiliki peranan penting,
sering menjadi patokan utama suatu proposal diterima atau
tidak. Judul yang baik memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Judul yang baik harus menarik, positif, singkat (tidak lebih
dari 12 kata, tidak termasuk kata sambung dan kata depan),
spesifik dan merujuk pada pokok bahasan (bersifat indikatif)
2. Menghindari kata kerja pada awal judul dan penggunaan
kata-kata klise. Kata-kata klise itu seperti penelaahan,
pengaruh, penelitian pendahuluan.
3. Judul yang lengkap adalah mencakup jenis prolematika
penelitian, subyek atau penelitian dimana data dapat
diperoleh, obyek penelitian, tempat, dan waktu penelitian
(bila perlu)

19
Contoh:
 kurang baik: pengaruh berbagai konsentrasi benzena
terhadap IgA
 yang baik:pengaruh benzena terhadap IgA darah
 kurang baik: studi pengaruh suhu, kelembaban, dan perilaku
terhadap stress kerja
 yang baik: studi pengaruh lingkungan kerja terhadap stress
kerja

3.4. Merumuskan Tujuan


Tujuan penelitian memiliki posisi yang penting dalam
penelitian, merupakan hal kedua yag biasa dilihat oleh penilai
proposal untuk diterima atau tidak. Tujuan penelitian mencakup:
1. Tujuan penelitian dinyatakan dengan kalimat pernyataan
(bentuk deklaratif). Selain itu juga harus singkat,
mengganbarkan apa yang ingin diperoleh dari penelitian
2. Tujuan harus lebih spesifik/konkrit sesuai dengan masalah
penelitian dibandingkan perumusan masalah yang masih
bersifat abstrak
3. Tujuan harus menggunakan kata kerja yang hasilnya dapat
diukur atau dilihat (seperti: menjajaki, menguraikan,
menerangkan, menguji, membuktikan, menerapkan suatu
gejala, konsep, dugaan, membuat prototipe)
4. Menghindari kata-kata yang sulit diukur (seperti:
mengetahui, memahami)

20
5. Tujuan penelitian dinyatakan dengan kalimat pernyataan
(bentuk deklaratif), singkat, mengganbarkan apa yang ingin
diperoleh dari penelitian
6. Tujuan harus lebih spesifik/konkrit sesuai dengan masalah
penelitian dibandingkan perumusan masalah yang masih
bersifat abstrak
7. Menggunakan kata kerja yang hasilnya dapat diukur atau
dilihat (seperti: menjajaki, menguraikan, menerangkan,
menguji, membuktikan, menerapkan suatu gejala, konsep,
dugaan, membuat prototipe)
8. Menghindari kata-kata yang sulit diukur (seperti:
mengetahui, memahami)
Contoh penyusunan tujuan
a) Judul : pengaruh paparan Pb terhadap IgA
Tujuannya : mengetahui pengaruh paparan Pb
terhadap IgA
b) Judul : Efektifitas hutan kota dalam
menurunkan kadar CO udara
Rumusan masalah : Apakah terdapat hubungan antara
efektifitas hutan kota dengan stress
kerja?
Tujuannya : Mengetahui hubungan antara efektifitas
hutan kota Surabaya dengan CO.

21
3.5. Merumuskan hipotesis
1. Hipotesis:
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji
kebenarannya.
Hipotesis dirumuskan dalam kalimat deklaratif yang
relatif sederhana.

2. Cara merumuskan hipotesis


Cara merumuskan hipotesis dengan:
a. Menyusun kerangka teori dalam rangka memperoleh
informasi dengan masalah yang diteliti.
b. Mengeksplorasi hubungan-hubungan yang terjadi dalam
permasalahan (memandang suatu permasalahan sebagai
suatu kejadian sebab akibat)
c. Menggunakan intuisi dan daya khayal

3. Ciri hipotesis yang baik


Ciri-ciri hipotesis yang baik adalah:
a. Hipotesis menyatakan hubungan
b. Hipotesis sesuai dengan fakta dan dapat menerangkan
fakta
c. Hipotesis didukung oleh teori-teori yang ada
d. Hipotesis dapat diuji secara empiris

4. Penelitian berhipotesis
Penelitian berhipotesis maksudnya adalah:

22
a. Penelitian tentang magnitude,yaitu penelitian tentang
besaran dua atau lebih variabel
b. Penelitian tentang differencies,yaitu penelitian tentang
perbedaan dua atau lebih variabel
c. Penelitian tentang relationship, yaitu penelitian tentang
hubungan antara variabel.

5. Jenis hipotesis
a. Hipotesis berdasarkan pada kategori rumusannya:
1) Hipotesis nihil (ho)
Maksudnya adalah hipotesis yang menyatakan tidak
adanya hubungan atau pengaruh antar suatu variabel
dengan variabel lain
Rumusannya:
a) Tidak ada perbedaan antara …. Dengan …..
b) Tidak ada pengaruh ……. Terhadap ……
2) Hipotesis alternatif (h1)
Maksudnya adalah hipotesis yang menyatakan
adanya hubungan atau pengaruh antar suatu variabel
dengan variabel lain
Rumusannya:
a) Jika ……………. Maka ………….
b) Ada perbedaan antara ………. Dan ……….
c) Ada pengaruh ………….. Terhadap ………….

23
6. Hipotesis berdasarkan sifat variabel yang akan diuji:
a. Hipotesis tentang hubungan
Hipotesis tentang hubungan hipotesis yang menyatakan
tentang saling hubungan antara dua variabel atau lebih
1) Hubungan sejajar tidak timbal balik, contoh:
hubungan antara Faktor fisika dengan kimia di
lingkungan kerja.
2) Hubungan sejajar timbal balik, contoh: hubungan
antara pendapatan dan produktifitas kerja.
3) Hubungan sebab akibat, tetapi tidak timbal balik,
contoh: konsentrasi sianida dengan hemoglobin.
b. Hipotesis tentang perbedaan
Hipotesis tentang perbedaan adalah hipotesis yang
menyatakan perbedaan dalam variabel tertentu pada
kelompok yang berbeda (mendasari penelitian
komparatif dan eksperimen).
Contoh:
1) Ada perbedaan ekskresi asam hipurat antara yang
diberi makanan mengandung glisin dengan yang
tidak mengandung glisin.
2) Ada perbedaan risiko kanker penduduk di desa dan
penduduk di kota.

24
3.6. Memilih Pendekatan
Jenis-jenis pendekatan yang dapat dilakukan dalam
melakukan penelitian antara lain :
1. Menurut teknik pengambilan unit contoh
a. Pendekatan populasi
b. Pendekatan sampel
2. Menurut timbulnya variabel
a. Pendekatan non-eksperimen
b. Pendekatan eksperimen
3. Menurut model pengembangan
a. One shoot model
b. Longitudinal model
c. Cross - sectional model

3.7. Variabel
Variabel adalah:
- gejala (atribut) yang bervariasi
- obyek penelitian yang bervariasi
Contoh : konsentrasi benzena udara dan kecepatan
penyebaran benzena di udara
Klasifikasi variabel
Variabel kuantitatif (misal kadar benzena di udara) dan
kualitatif (misal stress kerja)
1. Variabel kuantitatif:
a. Variabel diskrit (variabel nominal/kategorik)
- Variabel dikhotom (dua kutub)

25
- Variabel politom (lebih dari dua kutub)
Angka dinyatakan sebagai frekuensi
 Variabel kontinum
- Variabel ordinal, menunjukan tingkat tingkatan
(variabel lebih kurang), contoh: panjang, kurang
panjang, dan pendek
- Variabel interval, varaibel yang mempunyai jarak
dan menunjukkan peringkat, contoh: suhu udara,
jarak tempat
- Variabel ratio, variabel perbandingan (variabel dalam
hubungan anatar sesamanya merupakan sekian kali),
contoh: beratbadan
2. Variabel kualitatif, misal: kepandaian
 variabel terikat dan variabel bebas,
Contoh: y = f (x1, x2, x3)

3.8. Data dan sumber data


Data : hasil pencatatan, baik berupa angka maupun
fakta yang dapat dijadikan bahan untuk
menyusun suatu informasi. Contoh: jenis
pekerjaan, motivasi karyawan,jenis
kelamin,suhu lingkungan kerja, kecepatan
angin, berat badan, tinggi badan.
Sumber data : Sumber data adalah subyek penelitian dari mana
data dapat diperoleh

26
Contoh:
 Peneliti yang mengamati konsentrasi benzena di lingkungan
kerja maka sumber datanya adalah benzena
 Peneliti yang menggunakan teknik wawancara, sumber
datanya adalah responden

27
BAB 4
PROSEDUR PENELITIAN

Bagaimana suatu penelitian dilaksanakan? Suatu


penelitian dilaksanakan yaitu dengan alat apa (teknik penelitian)
dan prosedur bagaimana suatu penelitian dilakukan (prosedur
penelitian) biasanya mencakup:
a. Waktu dan tempat dilaksanakan penelitian
b. Bahan dan alat penelitian
c. Jenis data atau variabel yang diamati dalam penelitian
d. Sumber data penelitian, baik sumber data primer dan data
sekunder
e. Rancangan penelitian yaitu rancangan percobaan/desain
sampling
f. Teknik pengumpulan data penelitian
misal: observasi, wawancara, eksperimen, dan sebagainya
g. Prosedur pengukuran variabel penelitian
h. Teknik analisis data penelitian

4.1. Menentukan dan menyusun instrumen


Menentukan dan menyusun instrumen berkaitan dengan
metoda/carapengumpulan data.
Instrumen : Alat mengumpulkan data pada waktu penelitian
sesuai dengan metoda penelitian yang
digunakan

28
Contoh:
Metoda wawancara, instrumennya pedoman wawancara
Metoda observasi, instrumennya check list
Pengumpulan data dilakukan denganmengamati variabel
yang akan diteliti. Pengumpulan data perlu latihan untuk
memahami dan mempelajari instrumen dan memahami cara
menggunakannya

4.2. Metode pengumpulan data


Metode pengumpulan data meliputi:
1. Metoda pengamatan langsung
Metode pengamatan langsung adalah peneliti langsung
mengumpulkan data dari sumber data, merupakan data
primer misalnya langsung mewawancarai responden atau
mengukur langsung konsentrasi suatu paparan bahan kimia.
2. Metoda pengamatan tidak langsung.
Metode pengamatan tidak langsung adalah peneliti
menggunakan dari sumber yang sudah ada, merupakan data
sekunder

4.3. Analisis data


Pengolahan data penelitian dilakukan dengan dengan
menggunakan rumus-rumus (aturan-aturan) yang ada sesuai
dengan pendekatan penelitian yang ditetapkan. Terdapat dua
macam analisis data:

29
1. Analisis data secara deskriptif
Analisis data secara deskriftif adalah menggambarkan data-
data tersebut dlam tabuasi frekuensi.
2. Anaisis data secara inferensial
Analisis data secara inferensial adalah menganalisis data
mengunakan metode-metode statistik yang ada.

4.4. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan yang diperoleh dari penyusunan laporan
penelitian merupakan hal sangat penting dalam penelitian karena
dari sini akan ditentukan teori atau konsep baru. Kesimpulan
dirumuskan berdasarkan data yang diperoleh dan harus sinkron
dengan permasalahan dan hipotesis.
Kesimpulan yang dibuat dari penelitian non-statistik
didasarkan atas kriteria atau standar yang ditentukan.
Kesimpulan dari penelitian statistik didasarkan atas
harga kritik yang tertera pada tabel (besar taraf signifikansi,
derajat bebas, perumusan satu arah atau dua arah)
Saran merupakan masukan yang diberikan peneliti
berdasarkan temuan masalah dalam pembahasan atau upaya
meningkatkan hasil dari suatu penelitian.

30
BAB 5
PENULISAN ARTIKEL ILMIAH

Setelah memahami prosedur penelitian dan pembuatan


laporan penelitian maka selanjutnya dari laporan penelitian
tersebut dibuat artikel ilmiah. Artikel Ilmiah memiliki kaidah-
kaidah tersendiri yang harus dipatuhi oleh penulis artikel ilmiah.
Penulisan artikel ilmiah adalah keterpaduan antara keilmuan dan
kesabaran, sehingga diperlukan pengetahuan tinggi untuk
menghasilkan karya ilmiah yang bagus, serta kesabaran untuk
menyesuaikan dengan syarat-syarat atau kaidah-kaidah ilmiah
yang diperlukan oleh suatu jurnal agar artikel ilmiah tersebut
dapat dipublikasikan.
Kegiatan menulis artikel ilmiah, selain kaidah-kaidah
ilmiah harus selalu diikuti agar dinyatakan sebagai karya ilmiah,
maka satu hal yang harus diikuti pula adalah keterangan waktu
atau tenses atau time signal dari aktifitas tersebut harus sesuai.
Jika hal ini kurang diperhatikan makan artikel ilmiah tersebut
akan ditolak karena penggunaan tenses yang kurang tepat.
Terdapat beragam artikel ilmiah, antara lain: artikel
orisinil, laporan kasus, cacatan teknik, review artikel. Yang akan
dibahas di sini adalah artikel orisinil, yang diperoleh dari hasil
penelitian.
Format artikel orisinil beturut-turut yaitu Abstrak,
Pendahuluan, Materi dan Metode, Hasil, Diskusi dan
Kesimpulan.

31
5.1. Penulisan judul
Judul yang baik adalah dengan ciri-ciri: informative
namun tidak kepanjangan, menarik, menggambarkan subyek
dari artikel, fokus pada satu lapangan studi, menggambarkan
hasil studi, kurang dari 50 karakter.

5.2. Penulisan abstrak


Abstrak merupakan intisari dari temuan riset kita. Ini
biasanya sudah dilaksanakan. Sehingga, tenses yang digunakan
adaah past tense. Terdiri dari 200-300 kata. Isi abstrak meliputi:
tujuan, desain, setting, partisipan, intervensi, hasil utama riset,
hasil, kesimpulan, dengan dasar struktur: tujuan, metode, hasil,
kesimpulan. Kata kunci 3-10 kata.

5.3. Penulisan Pendahuluan


Dalam penulisan pendahuluan, kita tentu akan menukis
latar belakang penelitian kita. Untuk itu kita memerlukan
pustaka yang mendukung argumentasi kita sehingga alasan kita
melakukan riset dapat diterima secara ilmiah oleh ilmuan yang
sebidang. Dengan demikian, tenses yang digunakan adalah
presen tense. Penggunaan tenses present tense ini memberikan
bukti bahwa kita yakin bahwa informasi yang kita tulis itu
relevan dan sampai saat ini masih dinilai benar meskipun
penelitian itu sudah dilakukan di masa lampau.
Kita juga bisa menggunakan tenses present perfect tense
ketika penelitian sebelumnya itu telah menjadi dasar atau

32
fondasi penelitian, atau bisa juga dikarenakan tidak cukup valid
atau relevan dengan penelitian sebelumnya.
Urutan paragraf pendahuluan:
- Paragraf 1 : What we know
- Paragraf 2 : What we don’t know
- Paragraf 3 : Why we did this study
Terdiri dari 200 kata, untuk literature review antara 500-
800 kata

5.4. Penulisan Materi dan Metode


Dalam penulisan materi dan metode penelitian,
digunakan simple past tense ketika kita menggambarkan apa
yang dilakukan, namun biasanya menggunakan passive voice.
Namun, ketika kita menjelaskan gambar, tabel yang disajikan
dalam artikel ilmiah, maka harus digunakan present tense.
Metode berisi: apa yang dilakukan, dimana dilaksanakan, kapan
pelaksanaannya, menggambarkan studi, bagaimana memperoleh
hasil penelitian, menggambarkan bagaimana menganalisis data,
Setiap hasil pengukuran dilaporkan dan digambarkan metode
pengukurannya

5.5. Penulisan Hasil Penelitian


Penulisan hasil penelitian menggunakan tenses past tense
untuk menjelaskan data atau informasi yang diperoleh. Tetapi,
bila kita menjelaskan gambar atau tabel yang disajikan dalam
artikel, maka digunakan present tense.

33
5.6. Penulisan Pembahasan
Dalam penulisan pembahasan, kita akan menjelaskan
hasil-hasil penelitian yang signifikan. Dengan demikian, dapat
kita gunakan present tense. Namun, kita akan menggunakan
tenses past tense guna menjelaskan intisari temuan, dan kita
gunakan present tense ketika kita menginterpretasikan data atau
informasi tersebut.
Ketika menulis pembahasan, perlu membandingkan hasil
temuan kita dengan teori-teori yang sudah ada, membandingkan
dengan hasil-hasil temuan dari penelitian-penelitian sebelumnya
yang relevan dengan penelitian kita.

5.7. Penulisan Simpulan


Penulisan simpulan biasanya menggunakan kombinasi
tenses. Disini biasanya kita mengemukakan intisari temuan dan
implikasi temuan, keterbatasan hasil penelitian, dan memberikan
saran. Untuk mengemukakan kesimpulan meliputi intisari
temuan, implikasi temuan dan harus menjawab tujuan
penelitian. Keterbatasan hasil penelitian menggunakan past
tense. Namun, untuk penulisan saran digunakan present tense.
Contoh artikel ilmiah terdapat pada lampiran 3 buku ini.

34
BAB 6
PENULISAN ARTIKEL REVIEW

Selain artikel ilmiah yang dibuat berdasarkan hasil


penelitian, dikenal pula artikel review. Dengan demikian,
dikenal penulisan artikel ilmiah pada jurnal ada dua jenis, yaitu
artikel riset dan artikel review.
Artikel riset merupakan laporan hasil penelitian,
sedangkan artikel review yang berisi pembahasan terhadap trend
perkembangan riset penulis-penulis lainnya. Walaupun, artikel
review hanya membahas/me-review artikel-artikel riset para
peneliti lain, tetapi sangat dibutuhkan oleh orang-orang yang
ingin memulai penelitian, biasanya para mahasiswa, terutama
program master atau doktoral. Dibandingkan dengan artikel
riset, artikel review juga memiliki keunggulan dari sisi jumlah
sitasi yang biasanya banyak.
Artikel riset berasal dari hasil penelitian yang original
seorang penulis di lapangan maupun laboratorium. Dengan
demikian, artikel riset sering disebut sumber tulisan primer.
Sementara itu, artikel review berasal dari tulisan orang lain
(bukan original). Namun demikian, tetap saja tulisan jenis ini
dibutuhkan karena memberikan informasi-informasi penting
terkait dengan trend terkini suatu penelitian.
Tujuan Review artikel
Tujuan dari review paper adalah untuk mempermudah
dalam membahas inti dari hasil penelitian.

35
6.1. Cara Menulis Review Artikel
1. Prolog, langkah persiapan dalam penulisan artikel review
dengan menentukan artikel yang akan direview.
2. Getting Started, yaitu dengan menentukan judul artikel yang
akan dibuat
3. Writing as Critical Thinking, yaitu dengan menulis artikel
review sesuai prosedur penulisanartikel review
4. What’s the Point of Your Article? (alasan mengapa saya harus
membaca artikel ini ?, Apa yang merupakan point penting
dalam artikel ini ?)
5. Argument (Pernyataan berupa argumentasi yang ingin dibuat,
terdapat bukti dukung dari jurnal atau referensi ilmiah
lainnya)
6. Audience (Sasaran dari artikel penelitian)
7. Pre-Writing and Brainstorming adalah meninjau kembali
artikel dan memberikan pandangan baru dalam memperkaya
kualitas artikel

6.2. Isi Review Artikel


1. Abstract yang berisi ringkasan dari isi jurnal
2. Introduction / Pendahuluan
3. Claim
4. Reason
5. Bukti
6. Diskusi
7. References / Daftar Pustaka.

36
1. Abstrak
a. Abstrak artikel review terdiri dari 200 kata atau kurang
b. Abstrak artikel review berisi tentang rangkuman
penelitian yang dapat memudahkan pembaca untuk
memahami isi artikel
c. Argumen dalam abstrak artikel review harus bisa
mewakili tema artikel
d. Dalam artikel review terdapat persamaan atau kesesuaian
antara isi abstrak dan pendahuluan

2. Pendahuluan
a. Pendahuluan pada artikel review berisi kurang dari 200
kata
b. Pada artikel review harus mencantumkan poin penting
dalam artikel dan harus bisa menjawab “kenapa saya
harus membaca ini”
c. Memperlihatkan “persuasive purpose” sehingga
pembaca artikel review dapat melihat sisi perbedaan dan
hal baru yang ada dalam artikel review
d. Melalui penulisan review artikel ini diharapkan bisa
mengantisipasi adanya argumen penolakan dari tujuan
penelitian

3. Claim (Originilitas)
a. Argumen yang diberikan dalam artikel review relevan
dan menarik untuk dibaca. Argumen yang didukung oleh
data-data hasil riset terbaru.
37
b. Artikel review yang ditulis harus original. Letak
originalitasnya terdapat pada penelitian: Apakah dalam
penelitian artikel review ini dikemukaan suatu
pendekatan baru terhadap masalah yang sudah ada,
ataukah penelitian dalam artikel review ini memakai
metode yang sudah ada untuk memecahkan satu aplikasi
baru yang menarik, ataukah baik pendekatan maupun
aplikasi penelitian pada artikel review ini semua baru.
Gambaran-gambaran penelitian pada artikel review ini
akan memberikan sifat originalitas pada artikel review.

4. Alasan (reason)
a. Dalam artikel review ini juga terdapat alasan yang
menjawab mengapa harus me-review artikel. Alasan
yang dibuat didasari olehdata-data hasil riset.
b. Tujuan dari artikel yang akan direview harus jelas dan
terukur.
c. Pada bagian ini perlu dimasukkan di bagian latar
belakang & alasan penulis memilih problem atau
masalah yang akan dibahas, sisi mana dari artikel review
yang menarik dan layak diangkat.

5. Bukti
a. Alasan dan bukti dukungberupa data-data terbaru dan
referensi-referensi terbaru terhadap klaim yang diberikan
relevan dan menarik untuk dibaca.Misalnya, mengapa
artikel ini layak dan penting untuk dibaca?
38
b. Apa yang penting dari hasil penelitian ini ? Sisi-sisi
penting dari artikel ini yang berangkat dari hasil-hasil
penelitian harus dikemukakan yang akan memberikan
bukti pentingnya artikel ini untuk diaca.

6. Diskusi
Pada artikel review, bacabagian diskusi, dan kemukakan :
a. Apa solusi yang digunakan oleh penulis untuk menjawab
pertanyaan penelitian di atas ?
b. Bagaimana cara penulis mendesain penelitian yang
dibuat ?
c. Apakah penelitian itu berhasil dilakukan?
d. Apakah terdapat penelitian lanjutan setelah penelitian itu
dilaksanakan?

7. Referensi
Mencari informasi : referensi sangat penting dalam
penulisan artikel review karena menentukan update tidaknya
artikel tersebut. Dalam hal ini akan muncul pertanyaan: Apakah
referensi yang dipakai dalam penulisan artikel ini uptodate
(tahun-tahun terakhir), lima tahun terakhir? Ataukah artikel yang
dijadikan referensi sudah terlalu lama, sudah lebih dari lima
tahun? Dalam kaitan ini, bila seseorang tertarik untuk
mengerjakan riset pada tema yang berdekatan, maka diharuskan
mencatat paper atau buku penting yang tercantum pada bagian
referensi paper tersebut. Contoh artikel review terdapat pada
lampiran 4 buku ini.
39
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, MS. 2010. Mendiagnosis dan Menata laksana 13


Penyakit Statistik, Cetakan I, Sagung Seto, Hal 177-200,
Jakarta.

Kuntoro. 2010. Metode Sampling dan Penentuan Besar Sampel,


Pustaka Melati, Hal 161,162, Surabaya.

Lemeshow, David, Janelle, Stephen. 1997. Besar Sampel dalam


Penelitian Kesehatan, Gadjah Mada University Press, Hal
54,55, Jogjakarta.

Lestari F. 2010. Bahaya Kimia, EGC, Hal, 15-17,Jakarta.

Levy BS. 1983. Occupationa Health, USA, Hal 15,Amerika


Serikat.

Yun LW. 2017. Writing For Journal Publication.University


Malaysia.

Montgomery DC. 2001. Design and Analysis of Experiments, 5th


edition: John Wiley & Sons. Pages 27-29, New York.

Riduwan, 2010. Dasar-Dasar Statistika, Alfabeta, Hal 45,


Bandung.

Ritschel. 1986. Handbook of Basic Pharmacokinetics, Third


Edition, Drug Intelligence Publications,Inc, Hamilton IL
62341, Page 193,USA.

Santoso U. 2017. Tesis Dalam Penulisan Artikel Ilmiah


Berbahasa Inggris. http: //google.co.id/ sivitasakademika,
wordpress. Disitasi tgl 3 September 2017.

Simbolon H. 2009. Statistika, Graha Ilmu. Hal 45, Yogyakarta.

40
Tualeka, AR. 2012. The Indonesian Journal of Occupational
Safety and Health – Keselamatan dan Kesehatan
Kerja,Volume 2 No.1 Juli-Desember, Hal 1-3,Surabaya.

Tualeka, AR. 2012. The Indonesian Journal of Occupational


Safety and Health –Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Volume 1 No. 1 Januari-Juni, Hal 1-3,Surabaya.

Tyson. 1993. Methods in Toxicology, Academic Press,Hal


388,Toronto.

Valley U, Nimtz M, Conradt HS, Wagner R. 1999.


Incorporation of ammonium into intracellular UDP-
activated N-acetylhexosamines and into carbohydrate
structures in glycoproteins, Biotechnol Bioeng. 1999 Aug
20;64(4):401-17, University of Leipzig, Institute of
Clinical Immunology and Transfusion Medicine,
Department of Medical Biotechnology, Delitzscher Strasse
141, D-04129 Leipzig, Germany.

Vermeire TG and CJ Van Leeuwen. 2007. Risk Assessment of


Chemical : In Introduction, Springer, Page 23,
Netherlands.

WHO. 1986. International Programme On Chemical Safety –


Environmental Health Criteria 54 to Ammonia, WHO,
Pages 30-45, Geneva.

WHO. 1997. Environmental Health Criteria No. 3, Lea, Hal 20-


21, Geneva.

41
Lampiran 1.
CONTOH PANDUAN PROPOSAL HIBAH
RISET FUNDAMENTAL
Saat ini pemerintah memberikan banyak hibah riset
dengan berbagai skim riset, baik kepada mahasiswa maupun
dosen. Pemerintah maupun lembaga-lembaga asing juga
memberikan hibah riset kepada para peneliti di Indonesia.
Beberapa skim dari dari dalam negeri antara lain Hibah riset
Fundamental, hibah bersaing, hibah riset mandat, hibah riset
pascasarjana dan hibah riset kerjasama luar negeri. Sedangkan,
hibah riset dari uar negeri antara lain Riset Grant dari Australi,
Hibah Riset Proyek Skala Kecil dari Jerman, dan lain-lain.
Untuk bisa memenangkan hibah riset tesebut diperlukan
pemahaman terhadap format panduan hibah riset tersebut. Di
bawah ini dipaparkan panduan hibah riset Fundamental. Untuk
panduan-panduan skim hibah lain bisa ditelusuri di website
Dikti.

Panduan Proposal Hibah Fundamental

Pendahuluan
Kegiatan Penelitian Fundamental ditujukan untuk
memperoleh modal ilmiah yang mungkin tidak dapat berdampak
ekonomi dalam jangka pendek. Hal ini merupakan perbedaan
paling penting dibandingkan dengan penelitian hibah bersaing.
Jadi, Penelitian Fundamental berorientasi kepada penjelasan,

42
atau untuk mengantisipasi suatu gejala/fenomena, kaidah,
model, atau postulat baru yang mendukung suatu proses
teknologi, kesehatan, pertanian, dan lain-lain dalam rangka
mendukung penelitian terapan. Termasuk dalam penelitian
fundamental adalah pencarian metode atau teori baru.

Kriteria dan Persyaratan Umum


a. Ketua tim peneliti adalah dosen bergelar S2 dengan jabatan
fungsional minimum Lektor Kepala atau dosen bergelar
Doktor, sedangkan anggota tim peneliti boleh bergelar S2
dengan jabatan di bawah Lektor Kepala.
b. Ketua dan semua anggota tim peneliti harus memiliki track-
record publikasi ilmiah yang relevan dengan bidang
keilmuan dan mata kuliah yang diampu.
c. Tim peneliti berjumlah maksimum 3 orang (1 ketua dan 2
anggota). Tugas dan peran setiap peneliti diuraikan dengan
jelas dan disetujui oleh yang bersangkutan, disertai bukti
tanda tangan dengan tinta warna biru pada setiap biodata
yang dilampirkan.
d. Anggota peneliti dapat berubah pada tahun berikutnya sesuai
dengan keperluan penelitian dan kompetensinya.
e. Jangka waktu penelitian adalah 1–2 tahun, dengan biaya
berkisar antara Rp. 30.000.000-Rp. 50.000.000/judul/tahun.
f. Bagi pengusul yang berstatus mahasiswa, lembaga pengusul
adalah perguruan tinggi asal yang bersangkutan.

43
g. Tiap pengusul hanya boleh mengusulkan 1 usulan pada skim
dan tahun yang sama, baik sebagai ketua maupun sebagai
anggota.

Luaran Penelitian
Luaran wajib: Publikasi dalam jurnal ilmiah terakreditasi
atau jurnal ilmiah bereputasi internasional Luaran tambahan:
1. Produk ipteks-sosbud dan lainnya (metode, blue print,
prototipe, sistem, kebijakan, model, rekayasa sosial)
2. HKI,
3. Bahan ajar,
4. Format Usulan Penelitian

44
45
Lembar Pengesahan

46
Sistematika Usulan Penelitian
- DAFTAR ISI
Daftar isi memuat bagian-bagian utama dari laporan
penelitian
- ABSTRAK
Kemukakan tujuan jangka panjang dan target khusus yang
ingin dicapai serta metode yang akan digunakan dalam
pencapaian tujuan tersebut. Abstrak harus mampu
menguraikan secara cermat dan singkat tentang rencana
kegiatan yang diusulkan, diketik dengan jarak 1 spasi.
- BAB I. PENDAHULUAN
Uraikan latar belakang dan permasalahan yang akan diteliti,
tujuan khusus, dan urgensi penelitian. Pada bab ini juga
dijelaskan temuan yang ditargetkan (gejala atau kaidah,
metode, teori, atau antisipasi) yang mempunyai kontribusi
mendasar pada bidang ilmu dengan penekanan pada gagasan
fundamental dan orisinil untuk mendukung pengembangan
IPTEKS-SOSBUD.
- BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Kemukakan state of the art dalam bidang yang diteliti,
gunakan sumber pustaka acuan primer yang relevan dan
terkini dengan mengutamakan hasil penelitian pada jurnal
ilmiah. Jelaskan juga studi pendahuluan yang telah
dilaksanakan dan hasil yang sudah dicapai,
tuliskan roadmap penelitian secara utuh.

47
- BAB III. METODE PENELITIAN
Dilengkapi dengan bagan alir penelitian yang
menggambarkan apa yang sudah dilaksanakan dan yang
akan dikerjakan dalam 1 atau 2 tahun. Bagan penelitian
harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang jelas, mulai
dari mana, bagaimana luarannya, dimana akan dilaksanakan,
dan indikator capaian yang terukur.
- BAB IV. JADWAL PELAKSANAAN
Jadwal pelaksanaan dibuat untuk 1 atau 2 tahun dalam
bentuk bar chart.
- DAFTAR PUSTAKA
Disusun berdasarkan sistem nama dan tahun, dengan urutan
abjad nama pengarang, tahun, judul tulisan, dan sumber.
Hanya pustaka yang dikutip dalam usul penelitian yang
dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
- REKAPITULASI ANGGARAN PENELITIAN
Dibuat untuk 1–2 tahun dalam bentuk tabel seperti di bawah
ini:

48
2. Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas

Lampiran 3. Ketersediaan sarana dan prasarana penelitian


Jelaskan sarana dan prasarana utama yang diperlukan dalam
penelitian ini dan ketersediannya di perguruan tinggi pengusul.
Apabila tidak ada bagaimana cara mengatasinya.
Lampiran 4. Biodata ketua dan anggota tim peneliti. Lihat
format pada Lampiran 1 dalam Lampiran Umum.
Lampiran 5. Surat keterangan ketua peneliti. Lihat format pada
Lampiran 2 dalam Lampiran Umum.

49
Lampiran 2.
CONTOH PROPOSAL RISET FUNDAMENTAL
Proposal Hibah Fundamental yag penulis buat yang
diusulkan ke Kemenristek Dikti tahun 2016 dan didanai tahun
2016.
Judul proposal yang dibuat berdasarkan keahlian penulis
dalam bidang toksikologi industri, telah hampir 18 tahun penulis
mengajar, menulis dan mengembangkan keilmuan ini. Sehingga,
inovasi-inovasi muncul dalam usulan riset.
Inovasi dalam usulan riset ini adalah makanan detoks
sebagai bagian dari gizi klinik untuk penurunan toksin dalam
tubuh maupun dalam pengobatan. Selama ini kita lebih
mengenal obat-obat diproduksi untuk mengobati penyakit yang
dibuat oleh ahli-ahli farmasi. Namun, disini penulis
menggunakan makanan sebagai obat. Seperti diketahui bahwa
dalam makanan terdapat berbagai enzim, diantaranya enzim-
enzim berfungsi sebagai biotransformator toksin-toksin dalam
tubuh sehingga dapat diekskresikan keluar dari tubuh.
Makanan sebagai obat adalah bahan kajian di
Departemen K3 Fakultas Keseatan Masyarakat, memiliki
manfaat lebih banyak karena tidak memberikan efek pada hati
maupun ginjal seperti yang selama ini dikhawatirkan pada obat-
obat konvensional. Usulan lengkap proposal riset fundamental
detoks nikotin sebagai berikut.

50
Kode/ Nama Rumpun Ilmu* :
352 / Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (Kesehatan Kerja;
Hiperkes)

USULAN
PENELITIAN FUNDAMENTAL

DETOKSIFIKASI NIKOTIN DALAM TUBUH PEROKOK


DENGAN ASUPAN MAKANAN KAYA ENZIM CYP 2A6,
GLUKORONAT DAN FLAVOPROTEIN

TIM PENGUSUL

Dr. Abdul Rohim Tualeka, Drs. M.Kes (NIDN.0024116603)


Siti Rahayu Nadhiroh,SKM.,M.Kes.(NIDN.0031057506)

UNIVERSITAS AIRLANGGA
Januari, 2016

51
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN FUNDAMENTAL

Judul Penelitian : Detoksifikasi Nikotin dalam TubuhPerokok


denganAsupan Makanan Kayaenzim CYP 2A6,
Glukoronat
Kode/Nama Rumpun Ilmu : 352 / Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(Kesehatan Kerja; Hiperkes)
Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Dr.Abdul Rohim Tualeka,Drs.,M.Kes.
b. NIDN : 0024116603
c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat/Dep.K3
e. No. HP : 081333519732
f. Alamat surel (E-mail) : tualeka2000@yahoo.com
Anggota Peneliti (1)
a. Nama Lengkap : Siti Rahayu Nadhiroh,SKM.,M.Kes.
b. NIDN : 0031057506
c. Perguruan Tinggi : Universitas Airlangga
Lama Penelitian Keseluruhan : 2 (dua) tahun
Penelitian Tahun ke : I
Biaya Penelitian Keseluruhan : Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
Biaya Tahun Berjalan : - diusulkan ke DIKTIRp 50.000.000,-.

Surabaya, 14 Maret 2016


Mengetahui Ketua Peneliti,
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Prof. Dr. Tri Martiana, dr., MS Dr.Abdul Rohim Tualeka,Drs.,M.Kes.


NIP 195603031987012001 NIP 196624111998031002

Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian dan Inovasi

Prof.Heri Purnobasuki,MSi.,PhD.
NIP 19670507 199102 1001

52
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Gaya hidup atau lifestyle ini menarik sebagai suatu masalah kesehatan, minimal dianggap
sebagai faktor risiko dari suatu penyakit tidak menular. Hasil studi menunjukkan bahwa perokok
berat telah memulai kebiasaannya ini sejak berusia belasan tahun, dan hampir tidak ada perokok
berat yang baru memulai merokok pada saat dewasa. Karena itulah, masa remaja sering kali
dianggap masa kritis yang menentukan apakah nantinya kita menjadi perokok atau bukan
(Bustan, 2000).
Efek langsung yang dialami oleh orang yang merokok misalnya: aktivitas otak dan
sistem saraf yang mula-mula meningkat lalu kemudian menurun, perasaan euforia ringan, merasa
relaks, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, menurunnya aliran darah ke anggota
badan seperti jari-jari tangan dan kaki, pusing, mual, mata berair, asam lambung meningkat,
menurunnya nafsu makan, dan berkurangnya indera pengecap dan pembau. Rokok juga menjadi
pintu masuknya berbagai penyakit degeneratif yaitu kanker, kolesterol dan diabetes.

1.2 Perumusan masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah terdapat penurunan konsentrasi nikotin dalam darah perokok setelah pemberian
makanan mengandung enzim kaya biotransformator nikotin (CYP2A6,plavonoid dan
glukuronat)?

1.3 Tujuan dan manfaat


Tujuan penelitian adalah:
Mengetahui penurunan nikotin dalam darah perokok setelah pemberian makanan mengandung
enzim biottansformator nikotin (CYP2A6,plavonoid dan glukuronat).

1.4 Manfaat penelitian


Manfaat penelitian adalah berkontribusi dalam penurunan perokok di Indonesia

1.5 Urgensi (keutamaan)


Keutamaan penelitian ini adalah penurunan konsumsi rokok di Indonesia secara nasional dengan
pembuatan produk anti nikotin dari makanan mengandung enzim biotransformator nikotin
(CYP2A6,plavonoid dan glukuronat) yang sumbernya juga dari Indonesia.

1.6 Gambaran isu permasalahan

53
Isu permasalahan adalah berupa tingginya jumlah perokok di Indonesia. Berdasarkan
laporan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI tahun 2013
jumlah perokok sebanyak 58.750.592, hampir ¼ penduduk Indonesia berusia 10 tahun ke atas
dan paling banyak perokok laki-laki sebanyak 56.860.457. Setiap hari terdapat 616.881.205
batang rokok di Indonesia yang dibakar. Jika harga setiap batang rokok Rp 1.000.000,- maka
setiap tahun menghabiskan Rp 225 T untuk rokok. Berdasarkan hasil riset USU tahun 2013,
dampak rokok adalah penyakit leukemia karena benzena, kanker paru karena formalin dan
akrolein, kanker mulut karena hidrogen sianida, kanker serviks, kanker lambung, kankres
pankreas dan sembab paru karena nikotin dan karbonmonoksida menyebabkan hipoksia. Kasus-
kasus ini banyak terjadi di Indonesia.
Para pecandu rokok memiliki kadar nikotin dalam darah rata-rata 12 mg/liter darah
sedang batas aman nikotin dalam darah adalah 2 mg/L. Isu atau masalah yang akan diatasi
adalah menurunkan kadar niktoin dari dalam tubuh perokok sehingga mencegah ketergantungan
perokok terhadap rokok yang merupakan pintu masuk dalam penyalahgunaan NAPZA.
Penurunan kadar nikotin dalam tubuh perokok dengan menggunakan makanan mengandung
enzim biotrabsformator yaitu CYP2A6, plavonoid dan glukuronat sehingga kadar nikotin dalam
darah sesuai batas aman nikotin dalam darah yaitu 2 mg/L darah (Gukanen,2005; Dale S.Canon
et.al.2016). Ini merupakan strategi yang digunakan untuk menurunkan kadar nikotin dalam
darah. Strategi yang digunakan ini merupakan bagian dari strategi Unair dalam mengatasi
permasalahan di masyarakat, antara lain masalah tingginya perokok di Indonesia. Strategi yang
dilakukan ini untuk mendukung program Research Excellence Universitas Airlangga tahun
2014-2015 yaitu poin (a) kesehatan, Penyakit Tropis, dengan fokus pada Penanggulangan
Penyakit Tropis.
Dengan riset ini maka luaran yang dihasilkan adalah terjadi penurunan pecandu dan
konsumen rokok melalui riset (1) penurunan konsentrasi nikotin darah dengan menggunakan
asupan makanan kaya asupan mengandung biotransformator nikotin, (2) formulasi utama
makanan kaya biotransformator nikotin untuk penurunan nikotin dalam darah serta, (3)
pembuatan produk makanan/minuman anti nikotin.

54
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga


120 mm(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-
daun tembakau yang telah dicacah. Rokok terdiri dari berbagai macam bahan kimia yang
diantara berbahaya bagi kesehatan tubuh dan dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker seperti
(Hayes,2007):
a. Benzene yang merupakan campuran bahan bakar minyak dapat menimbulkan kanker
darah (leukimia) dan kanker ginjal
b. Formaldehyde, Akrolein, kromium VI yang mengakibatkan kanker paru
c. Hidrogen sianida yang sangat toksik dan bisa menyebabkan kanker paru dan kanker
mulut
d. Butadine 1,3 bisa sebabkan kanker limfa (limphoma), kanker perut dan leukimia
e. Nikotin, nikotirin dan myosmin sebabkan katarak, pneumonia, leukemia, kanker
lambung, kanker pancreas, kanker cervix, kanker ginjal
f. Karbonmonoksida dapat menyebabkan gangguan pengangkutan oksigen ke jaringan
tubuh dan mengakibatkan penebalan dinding pembuluh darah oleh lemak karena
tingginya penyerapan kolesterol yang mengakibatkan arterosklerosis
g. Kadmium yang dapat mengakibatkan kanker ginjal
h. Vinyl chlorida sebabkan kanker darah (leukimia)
i. Nikotin, menyebabkan kecanduan pada rokok
Nikotin merupakan senyawa utama pada rokok penyebab utama kecanduan pada rokok
sehingga membuat perokok tetap merokok. Dengan terus merokok maka dampak kesehatan yang
timbul berupa penyakit juga semakin besar. Dengan demikian, untuk mengendalikan penyakit-
penyakit itu pada rokok maka upaya yang harus dilakukan adalah mengurangi atau
menghilangkan nikotin dari tubuh perokok. Upaya dilakukan dengan biotransformasi nikotin dari
dalam tubuh.
Pembahasan biotransformasi nikotin dari dalam tubuh dilakukan sejak absorpsi nikotin
lewat saluran napas. 90% niktoin diserap lewat saluran pernapasan. Rata-rata di dalam 1 batang
rokok terdapat 1 mg nikotin. Bila mengkonsumsi 60 mg nikotin maka akan dapat menyebabkan
kematian dalam beberapa menit. Nikotin didistribusikan sangat cepat melewati barier darah-otak.
Waktu paruh niktoin dalam darah 2 jam (Hodgson,2004).
Nikotin mengalami metabolisme luas dalam tubuh yang bervariasi sesuai jalur,
meskipun jalur utama metabolisme nikotin adalah melalui continine (70-80%) meskipun 10-15%
dari semua produk ekskresi urin adalah cotinine, mayoritas metabolisme berjalan melalui
cotinine tapi terus di dalam jalur metabolisme lebih lanjut.
Konversi langsung dari nikotin untuk cotinine dimediasi melalui perantara nikotin-Δ1
'(5') - ion iminium; konversi dari nikotin untuk ini antara dimediasi oleh CYP 2A6 enzim P450

55
dan konversi ke cotinine dimediasi oleh sitoplasma aldehida oksidase. Cotinine kemudian dapat
mengalami glukuronatisasi dan diekskresikan dalam urin sebagai Cotinine glukuronida,
dikonversi ke Continine N-oksida, atau dikonversi ke trans 3-hydroxycotinine (yang kemudian
dapat diglukuronatisasi dan diekskresikan dalam urin). Hal ini juga harus dicatat bahwa nikotin
juga dapat diglukuronatisasi dan diekskresikan dalam urin dalam bentuk nikotin glukuronida,
dan ini menyumbang 3- 5% dari nikotin pada manusia. Di luar 10-15% dari metabolisme dicatat
dengan continine gratis dan 3-5% dengan glukuronida nikotin pemecahan metabolit tampaknya
sekitar 33-40% trans-3'-hydroxycotinine (metabolit terbesar), 12-17% sebagai cotinine
glukuronida, dan 7-9% sebagai glukuronida trans-3'-hydroxycotinine (Hodgson,2004).

Gambar 2.1 Biotransformasi Nikotin

Dari gambar di atas, biotransformasi nikotin dilakukan oleh enzim sitokrom P-450
(CYP 2A6) menjadi kotinin, biotransformasi oleh enzim plavoprotein menjadi nicotine N-
oksidase, biotransformasi oleh glukuronat(UGT) menjadi kotin glukuronat. Nikotin juga
ditemukan di urin. Dengan demikian, dalam konsumsi nikotin di urin akan ditemukan cotinin,
nikotin-N oksidase, nikotin glukuronat dan niktoin itu sendiri. Dengan biotransformasi seperti
ini nikotin akan terkresikan sekitar 99,5%, Ini sesuai dengan tabel di bawah ini.

56
Gambar 2.2 Kinetika Nikotin

Terlihat pada gambar di atas bahwa biotransformasi nikotin oleh CYP 2A6 adalah 75%, nikotin
8-10%, nicotine clucuronide 3-5%, nicotine N-okside 4-7%, nicotine 8-10%. Bila ditotal sekitar
99.5% (Hayes,2007).Dari gambar di atas, enzim-enzim yang berperan dalam detoksifikasi
nikotin adalah Sitokrom P-450 CYP-2A6, glukuronat, methilation,glutation dan plavoprotein.
Makanan yang mengandung bahan-bahan untuk biotransformasi (Slaga
T.2005,Toruan P.2015):
a. Sitokrom P 450 (CYP-2A6) : sayuran dan daging yang mengandung zat besi
Banyak makanan yang mengandung zat besi merupakan bahan makanan yang mudah
didapat. Makanan – makanan tersebut tersebar mulai dari sayur – sayuran, buah –
buahan, sampai daging. Contoh makanan – makanan yang mengandung zat besi
antara lain kulit kentang, bayam, kangkung, jagung, chard, buah bit hijau, buah
aprikot, buah jeruk, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kismis, sereal, telur,
ikan, dan daging sapi.
b. Plavoprotein : teh hijau, kedelai, batang rami, arbei.
c. Glukuronat: kol, brokoli, kubis, seledri, kecambah, apel, ceri, apukat.

57
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Metode penelitian


Disain penelitian ini adalah penelitian eksperimentasi menggunakan perlakukan
terhadap perokok. Kelompok pertama diberi asupan makanan mengandung sitokrom P-450
(CYP 2A6), plavoprotein dan glukuronat.

3.2 Rancang bangun penelitian


Penelitian dilakukan secara eksperimental terhadap perokok. Para perokok tersebut
setiap hari diberi makan 3 kali, yaitu makan pagi, makan siang dan makan malam. Pemberian
makanan selama 6 hari.Makanan yang diberikan mengandung sitokrom P-450, plavoprotein
dan glukuronat. Berturut-turut makanan yang akan diberikan adalah: bayam, kangkung, jagung,
chard, bit hijau, aprikot, jeruk, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, kismis, sereal, telur,
ikan, dan daging sapi, teh hijau, kedelai, batang rami, arbei, kol, brokoli, kubis, seledri,
kecambah, apel, ceri, apukat. Jenis-jenis makanan itu dibuat dalam bentuk sayuran dan ikan dan
susu dengan berat yang sama pada setiap responden.
Sebelum pemberian makanan pada hari I diukur kadar nikotin dalam urin. Setelah
pemberian makanan hari ke-6 para perokok juga diukur kadar nikotin dalam urin, dan juga
nikotin glukuronat, nikotin N-oksidadan kotinin.

Gambar 3.1 Analisis Penyebab dengan Fishbone Chart

58
3.3 Sampling
Jumlah responden perokok aktif 30 orang yang mendapat perawatan di tempat
rehabilitasi perokok di RS. PHC Surabaya. Sampel diambil secara random sampling.

3.4 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian di Tempat Rehabilitasi Perokok Rumah Sakit PHC Surabaya.

3.5 Variabel Penelitian


b. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini massa enzim biotransformator yaitu
enzimsitokrom P450 atau PYC 2A6, glukuronat dan plavoprotein dengan satuan mg.
c. Variabel Tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar nikotin dan kotinin dalam urin
dengan satuan mg/L.

3.6 Alat Ukur


Alat ukur nikotin dan kotinin dalam urin adalah QRMA (Quantum Resonance Magnetic
Analyzer)

3.7 Analisis data


Untuk menguji perbedaan kadar nikotin dan kotinin dalam urin sebelum dan sesudah
pemberian makanan mengandung biotransformator nikotin pada perokok digunakan uji t
tidak berpasangan.

59
DAFTAR PUSTAKA

Dale S.Canon.2016. CYP2A6 Longitudinal Effects in Young Smokers Journal NicotineTob Res
(2016) 18 (2): 196-203 doi:10.1093/ntr/ntv049.New York.
Hayes.A.W.2007.Principles and Methods of Toxicology.Informa Healtcare.USA.
Hodgson E.A.2004. Textbook of Modern Toxicology.Third Edition.WileyInterscience.Canada.
Kusuma, Dani Ali, Sudarminto S. Yuwono, and Siti Narsito Wulan. "Studi kadar nikotin dantar
sembilan merk rokok kretek filter yang Beredar di wilayah
kabupatenNganjuk." Jurnal Teknologi Pertanian 5.3 (2012).
Nurhayati, Isnani. "BAHAYA ROKOK BAGI TUBUH (Telaah
Pustaka)."JURNALKEPERAWATAN eM-U 4.12 (2014).
Pradipta, Tito. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan stroke hemoragik
berdasarkanpemeriksaan ct-scan kepala. Diss. UNIVERSITAS SEBELAS MARET,
2010.
Slaga.T.2005.The Detox Revolution.PT.Bhuana Ilmu Populer.Kelompok Agramedia.Jakarta.
Susanna, Dewi, Budi Hartono, and Hendra Fauzan. "Penentuan kadar nikotin dalam
asaprokok." Jurnal Kesehatan 7.2 (2003).
Suwardi, H., Aditia, F. K., & Wijaya, L. (2011). Peran Nikotin Rokok pada
PatogenesisPsoriasis. Damianus Journal of Medicine, 10(2), 86-90.
Toruan P.2015.Anti ging Alami.Materi Seminar dan Pelatihan.Surabaya.
Tualeka.A.R.2000. Makanan, Pengobatan Masa Depan.Jawa Pos,2000.
Tualeka.A.R.2000.Assosiasi Kebiasaan Merokok dengan Penyalahgunaan
NAPZA.LemlitUnair.Surabaya.
Tualeka,A.R.2014.Toksikologi Industri.Graha Ilmu Mulia.Surabaya.
Tualeka,A.R.2015. Toksikologi Industri dan Risk Assessment Logam Berat.Graha
ilmuMulia.Surabaya
Williams.P.1980.Industrial Toxicology.Van Nostrand Reinhold.New York.

60
Lampiran 3.
Contoh Artikel Ilmiah

Determination of Effective Dose for Benzene


Detoxification Using Food Intake Contains CYP2E1
Enzyme, Sulfation, and Glutathione in Shoe Industrial
Workers in Surabaya

Abdul Rohim Tualeka1,


1
Department of Occupational Health and Safety, Faculty of
Public Health, Airlangga University, 60115 Surabaya, East
Java, Indonesia; abdul-r-t@fkm.unair.ac.id

Correspondence Author: Abdul RohimTualeka, Departement of


Occupational Health and Safety, Faculty of Public Health,
Airlangga University, 60115 Surabaya, East Java, Indonesia. E-
mail: inzut.tualeka@gmail.com or abdul-r-t@fkm.unair.ac.id;
Tel: +62-31-5920948

ABSTRACT

Benzene is an organic compound which is used in chemical and


drug industries. The main source of benzene is emissions from
fires. The entry of benzene into the human body is certainly very
dangerous. To reduce and even eliminate toxins in chemical
component could be using detoxification by foods. The aim of
this study was to identification effect of food rich in CYP2E1,
sulfates, and glutathione to improve benzene detoxification. The

61
subject of the study was 25 footwear workers in Tambak
Osowilangun who had worked and exposed to benzene for more
than 10 years. The variables were body weight, length of work
(years), average work every day (hours), and work time (days
per hour) of respondents, as well as measuring concentrations at
five points in the footwear industrial. After searching for the
variables above, reactions rate, carcinogen intake, and non-
carcinogenic intake per respondent can be identified. Then, an
effective dose each food rich in CYP2E1, sulfation and
glutathione enzymes will be obtained. The results of this study
indicate that the majority respondenthas benzene concentrations
below the threshold (TLV). The level of adequacy of the
CYP2E1 enzyme, sulfation, and glutathione of each person is
different, and also every individual varies. Everyone can choose
what foods can be eaten depending on their needs.
Keywords: Benzene, CYP2E1, Detoxification, Glutation,
Sulfation

INTRODUCTION
Benzene is an organic compound found in gasoline that
has been used extensively in the chemical and drug industries.
Benzene is a liquid that is colorless and has a sweet smell,
evaporates very rapidly in the air, and difficult to dissolve in
water (ATSDR, 2007). Benzene is a raw material for making
plastics, resins, synthetic fibers, dyes, detergents, medicines, and
pesticides (Smith, 2010). Its presence in the air can also be

62
produced by various activities including chemical work, burning
gasoline, industrial workers who use or make benzene, can be
exposed to benzene more often (Weisel, 2010). Pathways to
benzene exposure can be through the skin, respiratory tract,
mouth and digestive tract (Putri, 2011).
Someone who is exposed to high levels of benzene can
experience several signs and symptoms, including drowsiness,
dizziness, irregular heartbeat, headaches, tremors, confusion,
unconsciousness, to death (ATSDR,2007). The main effect of
long-term benzene exposure is on the blood. Benzene can cause
a decreased production of blood cells which are a result of
disruption in the spinal cord. Disruption of the production of
blood cells can cause anemia, leukopenia, lymphocytopenia, and
can affect the immune system and increase the chance for
infection (IRIS, 2003;Kamal & Malik, 2012). Some women who
inhale high levels of benzene for months have irregular
menstrual periods and a decrease in the size of their ovaries. It is
not known whether benzene exposure affects the developing
fetus in pregnant women or fertility in men (CDC, 2013).
To reduce or even eliminate toxins in chemical
compounds, a biotransformation process is needed.
Biotransformation is a change in xenobiotic / toxin-catalyzed by
a particular enzyme in living things. The purpose of
biotransformation is to change non-polar toxins (easily dissolved
in fat) to be polar (easily soluble in solvent compounds). Then, it
is changed again to be hydrophilic (easily dissolved in water) so

63
that it can be excreted out of the body (Tualeka, 2013; Macherey
& Dansette, 2008). Biotransformation occurs in two phases. The
first phase or phase of the functional reaction wherein the
functional group matches the oxidation, reduction, or hydrolysis
reaction. Then the second phase or the conjugation reaction
phase involves several types of endogenous metabolites in the
body in the endoplasmic reticulum. This organic toxin reaction
can change compound or the results of the first phase
metabolites into more polar metabolites, easily dissolve in
water, not toxic, and inactive, which will then be excreted out of
the body (Parkinson, 2001; Ronald, 2014; Kumar &Surapaneni,
2001) .
Benzene biotransformation needs to be done in order to
excrete or detoxify benzene out of the body. Benzene is oxidized
first in the liver by cytochrome P450-monooxygenase to
benzene oxide (Karich et al, 2013). After that, several
metabolites will be formed enzymatically and non-
enzymatically. Biotransformation of benzene in the body is the
main end metabolite namely phenol which is excreted in the
urine (Waidyanatha et al., 2004). The elimination of benzene
from the body can be through excretion and exhalation. Benzene
is excreted in the urine as a metabolite especially phenol and
glucuronic conjugations and sulfuric acid, while exhalation into
the air in an unchanging form (Ramon, 2007).
Research using food approaches as benzene
detoxification is still very limited. Foods rich in CYP2E1

64
enzymes such as beef liver (Lieber, 1968; Ji, 2012), beef brains,
and salmon (Minich and Hodges, 2015). Foods rich in sulfation
content such as eggs (Minich and Hodges, 2015), chicken, beef
and tuna, and foods rich in glutathione content such as avocado,
asparagus (Minich and Hodges, 2015), carrots, tomatoes
(Minich and Hodges, 2015), oranges, and broccoli (Minich and
Hodges, 2015). But there has never been a study that explains
how much intake of these foods is needed to improve benzene
detoxification, especially in populations that exposed to benzene
in a long time. Based on the background above, the purpose of
this study was to calculate the intake of foods rich in enzymes
CYP2E1 (beef liver, beef brain, and salmon), sulfation (eggs,
chicken, beef, and tuna), and glutathione (avocado, asparagus,
carrots, tomatoes, oranges, and broccoli) are needed (effective
dose) to detoxify benzene in every shoe industry worker in
Surabaya.

METHOD AND MATERIAL


The type of research used is pre-experimental with single
group design. Subjects are workers in the Tambak Osowilangun
shoe industry in Surabaya. The inclusion criteria were male and
female workers who had worked in the shoe industry in Tambak
Osowilangun for more than 10 years and were willing to be used
as research respondents. The sample was 25 people.
The variables calculated were body weight, length of
work (years), average work every day (hours), and work time in

65
a week (days) of respondents, as well as measuring benzene
concentration at five points in the footwear industry. Weight
measurement using manual weighing methods with body scales.
Measurement of length of work, average work every day, and
work time in a week are obtained through in-depth interviews
with respondents. Then, the measurement of benzene
concentration in the work environment using the measurement
method NIOSH 1501 with a charcoal activated carbon pipe
using gas chromatography-flame ionization detector (GC-FID)
(NIOSH 1501, 2003). The study was approved by Ethics
Committee Faculty of Public Health, Airlangga University with
ethics number 516 KEP-K
After getting the variables above, it can be found the
reaction rate, carcinogen intake, and non-carcinogenic intake per
respondent. Then, an effective dose of each food rich in
CYP2E1, sulfation and glutathione enzymes will be obtained, as
in the formula below.
Here is an effective dose formula for each food for men.

𝑒𝑓𝑓𝑒𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑑𝑜𝑠𝑒 𝑓𝑜𝑜𝑑 𝑖𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒


𝑀𝑟 𝑒𝑛𝑧𝑖𝑚
= {(𝑖𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 𝑛𝑘 𝑥 )
𝑀𝑟 𝑏𝑒𝑛𝑧𝑒𝑛𝑎
100
− (𝐶 𝑒𝑛𝑧𝑦𝑚𝑒 𝑥 70)} 𝑥
𝐴

66
Here is an effective dose formula for every food for
women.

𝑒𝑓𝑓𝑒𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑑𝑜𝑠𝑒 𝑓𝑜𝑜𝑑 𝑖𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒


𝑀𝑟 𝑒𝑛𝑧𝑖𝑚
= {(𝑖𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 𝑛𝑘 𝑥 )
𝑀𝑟 𝑏𝑒𝑛𝑧𝑒𝑛𝑎
100
− (𝐶 𝑒𝑛𝑧𝑖𝑚 𝑥 65)} 𝑥
𝐴

Information:
𝐶 𝑥 𝑅 𝑥 𝑡𝐸 𝑥 𝑓𝐸 𝑥 𝐷𝑡
1. 𝑖𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 𝑜𝑓 𝑛𝑜𝑛 𝑐𝑎𝑟𝑠𝑖𝑛𝑜𝑔𝑒𝑛 = 𝑊𝑏 𝑥 30 𝑥 365

C = benzene concentration (mg / ml)


R = benzene reaction rate (m3 / hour)
tE = work time / day (hours)
fE = work time / week (days)
Dt = working time (years)
Wb = weight (kg)
2. 𝐶 𝑒𝑛𝑧𝑦𝑚𝑒 =
𝐶 (𝑐𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛) 𝑒𝑛𝑦𝑧𝑚𝑒 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑥 𝑀𝑟 𝑒𝑛𝑧𝑦𝑚𝑒
(Tualeka, 2018)
C normal enzyme CYP2E1 = 0.0000088 mmol /
ml Mr. enzyme CYP2E1 = 56849
C normal sulfation = 0,0001 mmol / ml
Mr. sulfation = 32000
C normal glutation = 0.00000099 mmol / ml
Mr. glutation = 307.32

67
3. A = Content of each enzyme in 100g of food
CYP2E1 enzyme content in beef liver = 5.6
CYP2E1 enzyme content in beef's brain = 1.8
The content of the CYP2E1 enzyme in salmon = 6.6
The sulfation content in eggs = 1.477
Sulfation content in chicken = 0.801
Sulfation content in soybeans = 0.814
Sulfation content in beef = 0.749
Sulfation content of tuna fish = 0.755
The content of glutathione in avocado = 31.2
The content of glutathione in asparagus = 26.3
The content of glutathione in carrots = 5.6
Glutathione content in tomatoes = 10.9
The content of glutathione in oranges = 10.6
The content of glutathione in broccoli = 7.8

RESULT
Comparison of Benzene Concentration with Threshold
Value (n=2)

68
8
7
6
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Respondent (s)
benzene concentration (mg/m3) threshold value (mg/m3)

Figure 1. Comparison of Benzene Concentration with Threshold


Value (n=25)
In Figure 1, shows that the majority of respondents are in
the workplace have benzene concentrations below threshold
limit value (TLV) which is 1.6 mg / m3 (0.5 ppm). The average
concentration of benzene in the respondent's workplace is 2.42
mg / m3. The highest benzene concentration in the respondent's
workplace was 7.44 mg / m3 (2.33 ppm), while the lowest
concentration was 0.04 mg / m3 (0.0129 ppm).

Comparison of Benzene Concentration with Weight (n=25)

69
140

120

100

80

60

40

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

benzene concentration (mg/m3) weight (kg)

Figure 2. Comparison of Benzene Concentration with Weight


(n=25)

In Figure 2, shows that the average respondent has a


body weight of 63.96 kg. The average concentration of benzene
in the respondent's workplace is 2.42 mg / m3. Respondents who
worked in the workplace with the highest benzene concentration
of 7.44 mg / m3 had a body weight of 60 kg, 65 kg, 78 kg, 90 kg,
105 kg, and 115 kg. While the respondents who work in the
workplace with the lowest benzene concentration of 0.04 mg /
m3 have a body weight of 52 kg and 70 kg.

Comparison of Effective Dose of CYP2E1 Rich Food to


Increase Benzene Detoxification with Benzene
Concentration (n=25)

70
40000

30000

20000

10000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
-10000

benzene concentration (mg/m3) dose effective of cow liver (g)


dose effective of cow brain (g) dose effective of salmon (g)

Figure 3. Comparison of Dose Effective of CYP2E1 Rich Food


to Increase Benzene Detoxification with Benzene Concentration
(n=25)
In Figure 3, shows that the average concentration of
benzene in the body of the respondent is 2.42 mg / m3. The
highest effective dose of each food is rich in CYP2E1 enzymes,
such as beef brain for 19492.29 g (19.49 kg), beef liver for
6265.38 g (6.26 kg), and salmon for 5316.08 g (5.31 kg).

Comparison of Dose Effective of Sulfation Rich Food to


Increase Benzene Detoxification with Benzene
Concentration (n=25)

71
150000

100000

50000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
-50000

-100000

-150000

benzene concentration (mg/m3) dose effective of egg (mg)


dose effective of chicken (mg) dose effective of soy (mg)
dose effective of beef (mg) dose effective of tuna (mg)

Figure 4. Comparison of Dose Effective of Sulfation Rich Food


to Increase Benzene Detoxification with Benzene Concentration
(n=25)

In Figure 4, shows that the average concentration of


benzene in the body of the respondent was 2.42 mg / m3. The
highest effective dose of each sulfation-rich food, such as eggs
at 10958.78 mg (10.95 g), chicken at 20207.4 mg (20.2 g),
soybeans at 19884.67 mg (19.88 g), beef at 21610.31 mg (21.61
g), and fish tuna is 21438.57 mg (21.43 g).

Comparison of Dose Effective of Glutation Rich Food to


Increase Benzene Detoxification with Benzene
Concentration (n=25)

72
25000
20000
15000
10000
5000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

benzene concentration (mg/m3) dose effective of avocado (mg)


dose effective of asparagus (mg) dose effective of carrot (mg)
dose effective of tomato (mg) dose effective of orange (mg)
dose effective of broccoli (mg)

Figure 5. Comparison of Dose Effective of Glutation Rich Food


to Increase Benzene Detoxification with Benzene Concentration
(n=25)

In Figure 5, shows that the average concentration of


benzene in the body of the respondent was 2.42 mg / m3. The
highest effective dose of each glutathione-rich food, such as
avocado 1236.7 mg (1.23 g), asparagus 1467.07 mg (1.46 g),
carrots 6889.9 mg (6.88 g), tomatoes 3539.81 mg (3.53 g),
oranges by 3639.9 mg (3.63 g), and broccoli is 4946.7 mg (4.94
g).

DISCUSSION
Threshold Limit Value, Weight, and Benzene Concentration
Comparative diagram analysis between benzene
concentration and the thresholdvalue shows that the majority of

73
respondents are in workplaces have benzene concentrations
below the threshold value. The Threshold value for the
concentration of benzene according to the Regulation of the
Minister of Manpower and Transmigration of the Republic of
Indonesia Number 13 of 2011 concerning the Physics and
Chemical Factor Threshold Value at the Workplace is 0.5 ppm
(1.6 mg / m3). Comparative diagram analysis between benzene
concentration and weight shows that respondents with large
body weight tend to be in workplaces with high benzene
concentrations, and vice versa. This is not in accordance with
the opinion of Mukono (2005), which states that benzene is a
small molecular weight toxicity that will easily dissolve in fat.
Toxic that has high solubility in fat, the concentration will be
low in the body. This can be considered a protection
mechanism. So that benzene toxicity in obese people will be
smaller than in thin people.

Detoxification of Benzene by Food Rich in CYP2E1 Enzyme


Detoxification is very important to be done in order to
remove harmful chemicals in the body, in this case, benzene.
Detoxification can be done uses a food approach. Food-based
nutrition continues to be involved in the detoxification process.
Several publications that have used cells, animals and clinical
studies show that food-based components and nutrients can

74
modulate the process of conversion and excretion of toxins from
the body (Cline, 2015). Consumption of suitable substances can
detox benzene from the body, such as foods that contain the
enzyme CYP2E1 (Zanger &Schwab, 2013). The cytochromes
P450 (CYPs) constitute the major enzyme family capable of
catalyzing the oxidative biotransformation of most drugs and
other lipophilic xenobiotics (Guengerich,2008). CYP2E1
enzymes have also attracted particular interest for their role in
various diseases. 2E1 metabolizes nervous system agents such
as halothane, isoflurane, chlorzoxazone, and ethanol and
activates pro-carcinogenic nitrosamines and aflatoxin B1
(Danielson, 2002). High concentrations of CYP2E1 are found in
some foods, namely beef liver, beef brain, and salmon (Hodges
& Minich, 2015; Zanger &Schwab, 2013). The content of the
enzyme CYP2E1 in 100 g of beef is 5.6 mg, in 100 g the brain
of beef is 1.8 mg, and in 100 g of salmon is 6.6 mg (Tualeka,
A.R, 2018).
Based on the results of data analysis, the effective dose
of beef's liver, beef's brain, and salmon that the body needs to
remove benzene out of the body as shown in Figure 3. The
effective dose of each food is different depending on the
individual. The higher concentration of benzene in the body, the
great mass of detox for the liver, the brain of the beef and the
salmon needed. This is consistent with the formulation that has
been made in previous studies which states that it has a
synergistic relationship with substance concentration (Haviland,

75
1985; Aronson, 2007). The liver of beef is maximal for
consumption is 6.26 kg, maximum brain mass of consumption is
19.49 kg, and the maximum salmon mass of consumption is
5.31 kg. each of these foods can be consumed in a few days.
Food in the diagram can be chosen by each respondent based on
the concentration of benzene in the body. If the respondent does
not like the brain of beef and liver, it can consume salmon
according to the effective dose of salmon needed, etc. The
consumption of each food can be regulated by each respondent,
can be divided into several days according to the needs of the
food intake of respondents.
Detoxification of Benzene by Food Rich in Sulfation
Given the high burden of toxin in modern life, the
supplementation of diets with healthy foods should emphasize to
support the phases of metabolic detoxification. Mounting
evidence for toxin metabolism and elimination. Specific foods
and nutrients can induce metabolic enzymes, such as sulfation.
Sulfation can be catalyzed by enzyme sulfotransferase (Gagne,
2014; Enna & Bylund, 2008). This enzyme can be found in the
liver, intestines, adrenal glands, brain, and skin. The sulfating
process is a detoxification process that can reduce the toxicology
of a chemical. The decline in the function of this enzyme can be
caused by genetic or certain chemicals. The activity of the
sulfotransferase enzyme depends on inorganic sulfate reserves.
Food sources of sulfation-containing compounds such as fish,
beef, chicken, cheese, eggs, etc. (Hodges & Minich, 2015).

76
SULT enzyme activity is dependent on a depletable reserve of
inorganic sulfate (McFadden, 1996)
Based on the results of data analysis, effective doses of
eggs, chicken, soybeans, beef, and tuna that the body needs to
remove benzene come out of the body as shown in Figure 4. The
effective dose of each food differs depending on each
individual. This can be affected by benzene concentration at
work, length of work, and body weight (Hart, 1967;William,
1985; Aronson, 2007; Pan et al. ,2016; McCrory et al, 2010).
The egg maximal for consumption is 10.95 kg, the maximum
chicken mass of consumption is 20.2 kg, soy 19.88 kg, beef
21.61 kg, and tuna 21.43 kg. Food in the diagram can be based
on needs and tastes. If the respondent does not like an egg, can
consume other food rich in sulfation like chicken, soy, beef, and
tuna, etc.
Detoxification of Benzene by Food Rich in Glutation
An enzyme that responsible for metabolizing glutathione
is the glutathione s-transferase enzyme. The production of these
enzymes can be induced through the production of reactive
oxygen species and via gene transcription involving the
antioxidant-responsive element (ARE) and the xenobiotic-
responsive element (XRE) (Hayes & Pulford, 1995). Involving
antioxidant responsive elements and xenobiotic responsive
elements. Many foods to be upregulation of this enzyme,
including garlic, fish oil, black soybean, broccoli, curcumin, etc
(SDA, 2011). Various nutrients may also enhance endogenous

77
glutathione synthesis, including vitamin B6, magnesium, and
selenium (Howard et al., 1994)
Based on the results of data analysis, the effective dose
of avocado, asparagus, carrots, tomatoes, oranges and broccoli
that the body needs to remove benzene out of the body as shown
in Figure 5. The effective dose of each food is different
depending on the needs of each individual. The avocado
maximal for consumption is 1.23 kg, maximum asparagus mass
of consumption is 1.46 kg, carrot is 6.88 kg, tomato is 3.53 kg,
orange 3.63 kg, and broccoli 4.94 kg. Each of these foods can be
consumed in a few days. Food in the diagram can be based on
needs and tastes. If the respondent does not like Avocado, can
consume other menus according to the dose effective of
asparagus needed, etc. Genetic variances, gender, and maybe
body weight can play a role in the effects of dietary factors on
GST enzymes (Hodges & Minich, 2015). The same
investigators also found that apiaceous vegetables inhibited GST
activity, but only in GSTM1+ men (Lampe et al., 2000)
CONCLUSION
The majority of respondents are in the workplace with
benzene concentrations below the threshold value (TLV). Intake
of foods that contain the enzyme CYP2E1 (beef liver,beef brain,
and salmon), sulfation (chicken, eggs, smoked meat and tuna),
and glutathione (avocado, asparagus, carrots, oranges, tomatoes,
and broccoli) are expected to increase detoxification of benzene.
The effective dosage required by the respondent differs

78
depending on body weight, gender, length of work, and
concentration of benzene in the workplace. The greater the
concentration of benzene, the greater the need for food rich in
the enzymes CYP2E1, sulfation, and glutathione that the body
needs. Body weight can also be another factor in differences in
individual intake. Weight, length of work, gender and the
concentration of benzene can affect the intake of non-
carcinogens in each individual which can affect the effective
dose of food.
Conflict of Interest: All authors have no conflicts of interest to
declare.
Source of Funding: This is an article “was supported by
Activity Budget Plans 2017, Faculty of Public Health,
AirlanggaUniversity
Acknowledgment: Thanks for Anindya Putri Hapsari, Wulan
Meidikayanti and Fatma Tualeka for helping to edit this
manuscript.
Data Availability : The manuscript data used to support the
findings of this study have been deposited in the Analysis Of
Relationship Between Benzene Vapor And Trans Content, Trans
Muconic Acid Urin With Immunoglobulin A Decrease In Shoes
In Kelurahan Tambak Oso Wilangun Surabaya” with accessed
on http://repository.unair.ac.id/61400/ on Airlangga University.

79
REFERENCES
1. Aronson, J. K. (2007). Concentration‐effect and
dose‐response relations in clinical pharmacology. British
journal of clinical pharmacology, 63(3), 255-257.
2. ATSDR. 2007. Toxicological Profile for Benzene. Atlanta,
Georgia: ATSDR 2007.
3. Central Disease Center (CDC.) 1994. Benzene by Portable
GC. NIOSH Manual of Analytical Methods (NMAM) 4th
Edition Issue 2.
4. Central Disease Center (CDC). 2013. Facts about
Benzene. Retrieved October 11, 2018, from
https://emergency.cdc.gov/agent/benzene/basics/facts.asp
5. Cline, J. C. 2015. Nutritional aspects of detoxification in
clinical practice. Altern Ther Health Med, 21(3), 54-62.
6. Danielson, P. B. (2002). The cytochrome P450
superfamily: biochemistry, evolution, and drug
metabolism in humans. Current drug metabolism, 3(6),
561-597.
7. Enna, S. J., & Bylund, D. B. (2008). xPharm: the
comprehensive pharmacology reference.
8. Gagne, F. (2014). Biochemical ecotoxicology: principles
and methods. Elsevier.
9. F.P. Guengerich. Cytochrome P450 and chemical
toxicology. Chem Res Toxicol, 21 (2008), pp. 70-83
10. Hart, E. R. (1967). Relationship Of Effective Dose To
Body Weight. Bionetics Research Labs Inc Falls Church
Va.
11. Haviland, A William. 1985. Anthropology, 4th, Number 2.
Jakarta: Erlangga.
12. Hayes, J. D., & Pulford, D. J. (1995). The glutathione S-
transferase supergene family: regulation of GST and the
contribution of the isoenzymes to cancer chemoprotection
and drug resistance part I. Critical reviews in biochemistry
and molecular biology, 30(6), 445-520.
13. Hodges, R. E., & Minich, D. M. 2015. Modulation of
Metabolic Detoxification Pathways Using Foods and
Food-Derived Components: A Scientific Review with

80
Clinical Application. Journal of Nutrition and
Metabolism, 760689. http://doi.org/10.1155/2015/760689
14. Howard, J. M. C., Davies, S., & Hunnisett, A. (1994). Red
cell magnesium and glutathione peroxidase in infertile
women--effects of oral supplementation with magnesium
and selenium. Magnesium research, 7(1), 49-57
15. Integrated Risk Information System (IRIS). Benzene.
Chemical Assessment Summary. 2003.
16. Kamal, A., & Malik, R. N. (2012). Hematological
evidence of occupational exposure to chemicals and other
factors among auto-repair workers in Rawalpindi,
Pakistan. Osong public health and research
perspectives, 3(4), 229-238.
17. Karich, A., Kluge, M., Ullrich, R., & Hofrichter, M.
(2013). Benzene oxygenation and oxidation by the
peroxygenase of Agrocybe aegerita. AMB Express, 3(1), 5.
18. Kumar, G. N., & Surapaneni, S. (2001). Role of drug
metabolism in drug discovery and development. Medicinal
research reviews, 21(5), 397-411.
19. Lampe J. W., Chen C., Li S., et al. Modulation of human
glutathione S-transferases by botanically defined
vegetable diets. Cancer Epidemiology Biomarkers and
Prevention. 2000;9(8):787–793.
20. Macherey, A. C., & Dansette, P. M. (2008).
Biotransformations leading to toxic metabolites: chemical
aspect. In The Practice of Medicinal Chemistry (Third
Edition) (pp. 674-696).
21. McCrory, M. A., Howarth, N. C., Roberts, S. B., &
Huang, T. T. K. (2010). Eating Frequency and Energy
Regulation in Free-Living Adults Consuming Self-
Selected Diets1–3. The Journal of nutrition, 141(1), 148-
153.
22. McFadden, SA. 1996. Phenotypic variation in xenobiotic
metabolism and adverse environmental response: focus on
sulfur-dependent detoxification pathways.Toxicology.
1996 Jul 17; 111(1-3):43-65.
23. Mukono, H.J. 2005. Environmental Toxicology. Airlangga
University Press: Surabaya.

81
24. Pan, S. D., Zhu, L. L., Chen, M., Xia, P., & Zhou, Q.
(2016). Weight-based dosing in medication use: what
should we know?. Patient preference and adherence, 10,
549.
25. Parkinson, A. (2001). Biotransformation of
xenobiotics.https://farmasi.unud.ac.id/ind/wp-
content/uploads/Bio-Transformation-of-Xenobiotics.pdf.
26. Putri, YRP. 2011. Benzene in Urban Mara. Department of
Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
University of Indonesia, Depok.
27. Ramon, A. 2007. Analysis of Benzene Exposure to the
Blood Profile of Petroleum Processing Industry Workers.
Semarang: Diponegoro University Postgraduate Program.
28. The Republic of Indonesia. 2011. Regulation of the
Minister of Manpower and Transmigration No. 13 of 2011
concerning the Threshold Value of Physical and Chemical
Factors in the Workplace. Jakarta: State Secretariat.
29. Republik of Indonesia. 2014. Law No. 3 of 2014
concerning Industry. Republic of Indonesia State Gazette
Year 2014, No. 5492. Jakarta: State Secretariat.
30. Ronald, E. W. (2014). Role of Biotransformation in Drug
Discovery. 014 John Wiley & Sons, LtdAccessed
onhttps://doi.org/10.1002/9781118541203.xen0007
31. Smith, M.T. 2010. Advances in Understanding Benzene
Health Effects and Susceptibility. California: Division of
Environmental Health Sciences, School of Public Health,
University of California, Berkeley.
32. Tualeka, Abdul Rohim. 2013. Industrial Toxicology.
Graha Ilmu Mulia: Surabaya.
33. Tualeka, Abdul Rohim. 2018. Philosophy of Occupational
Health and Safety. Airlangga University Press: Surabaya.
34. SDA National Nutrient Database for Standard
Reference. Nutrient Data Laboratory. Release
27. Washington, DC, USA: Agriculture Research Service;
2011. http://ndb.nal.usda.gov/ndb/
35. Waidyanatha, S., Rothman, N., Li, G., Smith, M. T., Yin,
S., & Rappaport, S. M. (2004). Rapid determination of six
urinary benzene metabolites in occupationally exposed

82
and unexposed subjects. Analytical Biochemistry, 327(2),
184-199.
36. Weisel, C. P. (2010). Benzene exposure: an overview of
monitoring methods and their findings. Chemico-
biological interactions, 184(1-2), 58-66.
37. Zanger, U. M., & Schwab, M. (2013). Cytochrome P450
enzymes in drug metabolism: regulation of gene
expression, enzyme activities, and impact of genetic
variation. Pharmacology &therapeutics, 138(1), 103-141.
38. William P. Industrial Toxicology. New York, NY: Van
Nostrand Reinhold; 1985: 21-24, 409-410.

83
Lampiran 4
CONTOH ARTIKEL REVIEW

Health Costs Required To Detoxify Benzene In The


Worker's Body At The Shoe Home Industry Tambak Oso
Wilangun Surabaya

Abdul Rohim Tualeka1,

1
Departement of Occupational Health and Safety, Faculty of
Public Health, Airlangga University, 60115 Surabaya, East
Java, Indonesia; abdul-r-t@fkm.unair.ac.id

Correspondence Author: Abdul RohimTualeka, Departement of


Occupational Health and Safety, Faculty of Public Health,
Airlangga University, 60115 Surabaya, East Java, Indonesia. E-
mail: inzut.tualeka@gmail.com or abdul-r-t@fkm.unair.ac.id;
Tel: +62-31-5920948

ABSTRACT
Benzene is an organic compound found in gasoline that
has been used extensively in the chemical and drug industries.
To reduce or even eliminate toxins in benzene compounds, one
way is to detoxify with a food approach. This study aims to
calculate the costs incurred for each individual in consuming
enzyme-rich foods. The results show the number of costs
incurred by each individual is different depending on how much
effective dose is needed. The highest effective dose that must be
consumed by respondents for beef liver is 6256.38 g (6.26 kg),

84
eggs are 10958.78 mg (10.95 g), and avocados are 1236.7 mg
(1.23 g) and the highest food costs that must be paid by
respondents for beef liver are IDR 478616, eggs which are IDR
129.31, and avocados are IDR 2.32. Intake of foods containing
the enzyme CYP2E1 (beef liver), sulfation (eggs), and
glutathione (avocado) is expected to increase detoxification of
benzene. Each individual has a different amount of cost per
individual.

Keywords: Cost, CYP2E1, sulfation, glutathione, effective dose

INTRODUCTION
Benzene is a raw material for making plastics, resins,
synthetic fibers, dyes, detergents, medicines, and pesticides. The
main sources of benzene emissions include emissions from fires.
Benzene is also a component of crude oil, gasoline and cigarette
smoke (Smith, 2010). According to the CDC (2013), someone
who is exposed to high levels of benzene can experience several
signs and symptoms, including drowsiness, dizziness, rapid or
irregular heartbeat, headaches, tremors, confusion,
unconsciousness, to death.
To reduce or even eliminate toxins in chemical
compounds, a biotransformation process is needed. The purpose
of biotransformation is to change non-polar (easily dissolved in
fat) toxins to be polar (easily soluble in solvent compounds).
Then, it is changed again to be hydrophilic (easily dissolved in
water) so that it can be excreted out of the body (Tualeka, 2013).
85
Research using food approaches as benzene detoxification
is still very limited. Benzene detoxification can be done by
consuming enzyme-rich foods in stage 2 biotransformations
such as CYP 2E1, glutathione and sulfation. Foods rich in
CYP2E1 enzymes such as beef liver (Lieber, 1968; Ji, 2012),
cow brains, and salmon (Minich and Hodges, 2015). Foods rich
in sulfation content such as eggs (Minich and Hodges, 2015),
chicken, beef and tuna, and foods rich in glutathione content
such as avocado, asparagus (Minich and Hodges, 2015), carrots,
tomatoes (Minich and Hodges, 2015), oranges, and broccoli
(Minich and Hodges, 2015).
But there has never been a study on how much the cost of
buying foods rich in detoxification of benzene such as beef liver,
eggs, and avocado. Therefore, the study aims to measure the
cost of food intake rich in enzymes CYP2E1 (beef liver),
sulfation (eggs), and glutathione (avocado) needed (effective
dose) to detoxify benzene in every shoe industry worker in
Surabaya.
Subjects are workers in the Tambak Osowilangun shoe
industry in Surabaya. The inclusion criteria in this study were
male and female workers who had worked in the shoe industry
in Tambak Osowilangun for> 10 years and were willing to be
used as research respondents. The study sample was 25 people.
The variables that need to be calculated in advance are the
effective dose of intake needed by each individual by calculating
body weight, length of work (years), working on average every

86
day (hours), and work time in a week (days) of respondents, as
well as concentration measurements. benzene at five points in
the industry. Weight measurement using manual weighing
methods with body scales. Measurement of length of work,
average work every day, and work time in a week are obtained
through in-depth interviews with respondents. Then, the
measurement of benzene concentration in the work environment
using the measurement method NIOSH 1501 with a charcoal
activated carbon pipe using a technique of gas chromatography
(NIOSH 1501, 2003). The study was approved by the Ethics
Committee Faculty of Public Health, Airlangga University with
ethics number 516 KEP-K.
Then, look for intake (formula) with the formula as below:
𝐶 𝑥 𝑅 𝑥 𝑡𝐸 𝑥 𝑓𝐸 𝑥 𝐷𝑡
𝑖𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 𝑛𝑜𝑛 𝑐𝑎𝑟𝑠𝑖𝑛𝑜𝑔𝑒𝑛 =
𝑊𝑏 𝑥 30 𝑥 365
C = benzene concentration (mg / ml)
R = benzene reaction rate (m3 / hour)
tE = work time / day (hours)
fE = work time / week (days)
Dt = working time (years)
Wb = weight (kg)
Calculate the effective dose per day with the results of
calculating the noncarcinogen intake (intake) above, using the
formula below:

87
𝑖𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒
𝑒𝑓𝑓𝑒𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑑𝑜𝑠𝑒 𝑜𝑓 𝑓𝑜𝑜𝑑 =
𝑑𝑎𝑦𝑠

𝑖𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 𝑡𝑜𝑥𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑦 𝑥 𝑀𝑟 𝑒𝑛𝑧𝑖𝑚 𝑑𝑒𝑡𝑜𝑥


=
𝑀𝑟 𝑡𝑜𝑥𝑖𝑛

The last is to calculate the cost of intake of each food


using the formula as below:

𝑐𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝑖𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 = 𝑒𝑓𝑓𝑒𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑑𝑜𝑠𝑒 𝑥 𝑝𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑔 𝑜𝑓 𝑓𝑜𝑜𝑑

Information (in Indonesia):

1 kg of beef liver = IDR 50,000

1 kg of eggs = IDR 24,000

1 kg of avocado = IDR 45,000

Food prices above are estimates of the price of beef liver, eggs
and avocado per kilogram on the market, so:

BP benzene = (m beef liver x IDR / kg beef liver) + (m egg x


IDR / kg egg) + (m avocado x IDR / Kg avocado)

RESULT

Distribution of Benzene Concentration (n=25)

88
8
Benzene Concentration (mg/m3)
7

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Respondents

Figure 1. Distribution of Benzene Concentration (n=25)

In Figure 1, shows that the average concentration of


benzene in the respondent's workplace is 2.42 mg/m3. Benzene
concentration in the table was measured in 25 respondents who
worked at five points in the Tambak Osowilangun shoe industry
in Surabaya. The highest benzene concentration in the
respondent's workplace was 7.44 mg/m3. While the lowest
concentration is 0.04 mg/m3.

Comparison of Benzene Concentration with Effective Dose


of Cow Liver, Egg, and Avocado (n=25)

89
16000

14000

12000

10000

8000

6000

4000

2000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

Benzene Concentration (mg/m3) Dose Effective of Cow Liver (g)


Dose Effective of Egg (mg) Dose Effective of Avocado (mg)

Figure 2. Comparison of Benzene Concentration with Effective


Dose of Cow Liver, Egg, and Avocado (n=25)
In Figure 2, shows that the average concentration of
benzene at the respondent's workplace is 2.42 mg/m3. The
highest effective dose that must be consumed by respondents for
the beef liver is 6256.38 g (6.26 kg), eggs are 10958.78 mg
(10.95 g), and avocados are 1236.7 mg (1.23 g).
Comparison of Benzene Concentration with Cost of Cow
Liver, Egg, and Avocado (n=25).

Table 1. Comparison of Benzene Concentration with Cost of


Cow Liver, Egg, and Avocado (n=25)

Benzene Concentration Cost of Cow Liver Cost of Egg Cost of Avocado


(mg/m3) (IDR) (IDR) (IDR)
0.04 2.391116844 0.646054543 0.011633562
7.44 478.6163938 129.3170998 2.328624635

90
0.06 3.276350032 0.885235211 0.01594051
7.44 310.171644 83.80510566 1.509086067
0.06 4.555496899 1.230847198 0.022163976
1.12 80.81471792 21.83528413 0.393189923
1.12 80.7709236 21.82345136 0.392976849
1.27 88.38099525 23.87961243 0.430002326
1.12 62.80613315 16.96955452 0.305572293
0.06 3.720895424 1.005346685 0.018103368
0.06 3.544302868 0.95763324 0.017244188
7.44 406.267404 109.7691661 1.976623237
0.06 3.901605132 1.054172542 0.01898258
0.06 2.601185791 0.702812956 0.012655616
7.44 385.7654852 104.229764 1.876874724
7.44 261.3494054 70.6138519 1.271549975
1.12 65.16609295 17.60719076 0.317054266
1.12 68.59853963 18.53460164 0.333754237
7.44 341.8754593 92.37114207 1.663335454
7.44 278.6768267 75.29553832 1.355853523
0.06 3.385440376 0.914710271 0.01647127
0.04 2.816932172 0.761105352 0.013705292
0.04 2.327360462 0.628828242 0.011323367
0.06 4.439218322 1.199429953 0.021598243
1.12 72.04977971 19.4670903 0.350545644

91
600000

500000

400000

300000

200000

100000

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Benzene Concentration (mg/m3) Cost of Cow Liver (Rp)


Cost of Egg (Rp) Cost of Avocado (Rp)

Figure 3. Comparison of Benzene Concentration with Cost of


Cow Liver, Egg, and Avocado (n=25)

In table 1 and figure 3, shows that the average


concentration of benzene at the respondent's workplace is 2.42
mg/m3. The highest food costs that must be paid by respondents
for the beef liver are IDR 478616, eggs which are IDR 129.31,
and avocados are IDR 2.32.
DISCUSSION
Detoxification is the process which toxic compounds to
less toxic. The detoxification process becomes non-toxic
eliminated through urine and bile (Purdy, 2012). Food-based
nutrition continues to be investigated for its role in modulating
the metabolic pathways involved in the detoxification process.
Several publications that have used cells, animals and clinical
studies show that food-based components and nutrients can

92
modulate the process of conversion and excretion of toxins from
the body (Cline, 2015).
The enzymes that work in stage 2 of the biotransformation
are CYP2E1, Sulfation, and glutathione. The concentration of
high CYP2E1 is found in some foods, such as beef liver, beef
brain, and salmon. The enzyme activity of sulfur transferase
depends on inorganic sulfate reserves. Food sources of
compounds containing sulfation such as fish, beef, chicken,
cheese, eggs, and so on. Whereas glutathione is found in garlic,
fish oil, black soybean, broccoli, curcumin, etc (Hodges &
Minich, 2015). In this study, one of the foods that will be
discussed. High concentrations of CYP2E1 were found in one
food, namely beef liver, high sulfation was found in one food,
namely eggs, and high glutathione was found in one of the
foods, avocado.
The most important enzyme system of phase I metabolism
is cytochrome P450, a superfamily of heme-containing mono-
oxygenases and responsible for the metabolism of drugs,
xenobiotics, environmental compounds, carcinogens and several
endogenic compounds (Lewis, 2001 and Ferguson, 2011).
CYP2E1 is involved in the detoxification-activation reactions of
various endogenous and exogenous compounds. CYP2E1 is
several procarcinogens example nitrosamines and benzene
(Guengerich et al, 1991). The results of research conducted by
Basaran et al (2012) rat liver showed that the effect of protein

93
amount on CYP2E1 activity increased CYP2E1 enzyme activity
increased (Basaran et al, 2012).
Sulphation is one of a number of liver detoxification
pathways, specifically phase II detoxification. The sulphation
system is important in detoxifying several drugs, food additives
and especially toxins from intestinal bacteria and the
environment contaminants (Pietryka, 2014). Glutathione is a
potent antioxidant compound and detoxifying agent that is
produced in the cytoplasm of every cell of the human body. In
broad terms, these studies have found glutathione to protect
against oxidative stress, detoxify chemicals and toxins, boost
immune function, and support healthy aging. One of the toxins
that can be detoxified is benzene (Cook, 2017).
The results show that each individual has different
expenses. This is because each individual has a different
effective dose of food. The effective dose can also depend on
the amount of benzene inhalation concentration, weight, and
length of work. The higher the concentration of benzene in the
body, the greater the mass of detox for the food needed. This is
consistent with the formulation that has been made in previous
studies which states that it has a synergistic relationship with
substance concentration (Haviland, 1985). Body weight, length
of work, and benzene concentration can affect the intake of non-
carcinogens in each individual which can affect the effective
dose of food. This is in accordance with previous research which
mentions that genetic variances, gender, and maybe body weight

94
can play a role in biotransformation enzymes (Hodges &
Minich, 2015).
By knowing foods that can be used to detoxify benzene
exposure from the body, shoe workers who have a high risk of
exposure to benzene can prevent this exposure through these
foods. In addition, knowing the estimated costs that will be
incurred to prevent benzene exposure through these foods,
workers can choose foods that can detoxify benzene in the body
with food that is in line with the income of the shoe workers in
the Oso Wilangun Pond.

CONCLUSION
Intake of foods containing the enzyme CYP2E1 (beef
liver), sulfation (eggs), and glutathione (avocado) is expected to
increase detoxification of benzene. Each individual has a
different amount of cost per individual. This depends on the
effective dose, benzene concentration, weight, and duration of
work.
Acknowledgments: The authors would like thank to the rector
of Airlangga University. The authors would like to acknowledge
the shoe industry in Tambak Oso Wulangun Surabaya, East Java
Indonesia.

Conflicts of Interest: The authors declare no conflict of interest

REFERENCE

95
Basaran, R., Ozdamar, E. D., Eke, B. C (2012). A Study on the
Optimization of CYP2E1 Enzyme Activity in C57Bl/6
Mouse Brain and Liver. FABAD J.Pharm. Sci., 37(4):191-
196.

Central Disease Center (CDC). 2013. Facts about Benzene.


Retrieved October 11, 2018, from
https://emergency.cdc.gov/agent/benzene/basics/facts.asp

Hodges, R. E., & Minich, D. M. (2015). Modulation of


Metabolic Detoxification Pathways Using Foods and
Food-Derived Components: A Scientific Review with
Clinical Application. Journal of Nutrition and
Metabolism, 2015, 760689.
http://doi.org/10.1155/2015/760689
Cline, J. C. (2015). Nutritional aspects of detoxification in
clinical practice. Altern Ther Health Med, 21(3), 54-62.
Cook, S. N.D. (2017). Oral Availability Of Glutathione Does
The Research Dispel Previously Held Beliefs?. Natural
Medicine Journal Research Guide.
https://www.naturalmedicinejournal.com/sites/default/files
/glutathione_final_digital.pdf

Ferguson, C. S., Tyndale, R. F. (2011). Cytochrome P450


enzymes in the brain: emerging evidence of biological
significance. Trends Pharmacol. Sci., 32: 708-714.

Guengerich, F. P., Shimada, T. (1991). Oxidation of toxic and


carcinogenic chemicals by human cytochrome P450
enzymes. Chem. Res. Toxicol., 4: 391-407.

96
Haviland, A William. (1985). Antropologi Edisi Keempat Jilid
2, Jakarta: Erlangga.
Lewis, D. F. V. (2001). A guide to cytochromes P450 structure
and function. Taylor&Francis, London.
Minich, D. M., & Hodges, R. E. (2015). Modulation of
Metabolic Detoxification Pathways Using Foods and
Food-Derived Components: A Scientific Review with
Clinical Application. Journal of Nutrition and
Metabolism, 760689. http://doi.org/10.1155/2015/760689

Pietryka, J. (2014). Sulphation, Detoxification, and ASD.


http://www.allnaturaladvantage.com.au/home/wp-
content/uploads/2014/11/Sulphation-Detoxification-and-
ASD.pdf

Purdy, M. (2012). Why Detox? Tips and Tricks for Guiding


Your Patients towards a Healthy Liver.
https://integrativerd.org/wp-
content/uploads/2012/04/Why-Detox-UPDATED-PPT.pdf

Smith, Martyn T. (2010). Advances in Understanding Benzene


Health Effects and Susceptibility. Division of
Environmental Health Sciences, School of Public Health,
University of California, Berkeley, California

Tualeka, Abdul Rohim. (2013). Toksikologi Industri. Graha


Ilmu Mulia: Surabaya.

97
INDEKS

Abstrak....vi, 22, 32, 33, 38, 48 Pendahuluan....vi, 1, 19, 20,


Artikel....v, vi, 33, 34, 36, 37, 21, 32, 33, 34, 37, 38, 43,
38, 39, 40, 41, 86 48, 54
Kesimpulan....v, 3, 5, 16, 31, Penelitian......v, vi, 1, 2, 3, 4, 5,
32, 33, 35 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14,
Masalah.....iv, 1, 2, 3, 4, 7, 8, 16, 19, 20, 21, 22, 24, 25,
10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33,
18, 19, 21, 22, 23, 31, 39, 34, 35, 37, 38, 39, 40, 41,
54, 55 43, 44, 45, 48, 49, 50, 52,
Metode....v, vi, 4, 5, 9, 11, 30, 53, 54, 59
31, 32, 33, 34, 39, 41, 44, Referensi ......... 15, 37, 39, 40
45, 48, 59 Riset......v, 1, 9, 14, 33, 36, 38,
Pembahasan.....vi, 31, 35, 36, 39, 40, 43, 51, 55
56 Research.....5, 55, 65, 66, 81,
82, 83

98
GLOSARIUM

Abstrak adalah bagian dari artikel yang berisi ringkasan dari isi
artikel

Analisis risiko adalah ruang lingkup dalam penelitian K3 yang


meneliti suatu faktor bahaya dari suatu kegiatan di
lingkungan kerja, penilaian risiko, manajemen risiko dan
komunikasi risikonya.

Ergonomi yaitu ruang lingkup dalam penelitian K3 yang


meneliti keterkaitan antara lingkungan, alat dan faktor
pekerja.

Higiene Industri yaitu ruang lingkup dalam penelitian K3 yang


meneliti faktor bahaya, mulai dari antisipasi bahaya,
pengenalan, evaluasi dan pengendalian di lingungan kerja.

Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji


kebenarannya.

K3 adalah singkatan dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan dan Keselamatan Kerja yaitu ruang lingkup dalam


penelitian K3 yang meneliti terkait aspek kesehatan dan
keselamatan kerja pekerja dari mulai berangkat dari rumah
ke tempat kerja, di tempat kerja sampai kembali ke rumah.

86
Koheren atau kebenaran ilmiah adalah merupakan konsisten
dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.

Korespondensi adalah suatu pernyataan dianggap benar, jika


materi pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan
tersebut berhubungan dengan objek yang dituju oleh
pernyataan tersebut.

Penelitian yaitu suatu proses penyelidikan untuk menemukan


sesuatu yang baru, mengembangkan dan menguji
kebenaran suatu ilmu pengetahuan yang telah ada dengan
menggunakan cara yang ilmiah sebagai upaya untuk
mewujudkan tujuan dan menemukan jawaban dari
persoalan yang dihadapi.

Penelitian action research adalah penelitian untuk


mengembangkan metode kerja yang efisien yang biasanya
oenelitian dilakukan sambil diaplikasikan.

Penelitian asosiatif adalah penelitian untuk mengetahui


hubungan atau pengaruh antar variabel.

Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang


pengamatannya pada satu titik waktu pada subyek yang
berbeda

Penelitian deskriptif adalah penelitian untuk mencandra atau


mengetahui nilai dari suatu variabel. Bertujuan untuk
mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan.

87
Penelitian development/ pengembangan adalah penelitian yang
mengembangkan suatu ilmu pengetahuan yang telah ada.

Penelitian eksperimen adalah penelitian yang mencari


pengaruh variabel independent terhadap variabel
dependent. Variabel dikontrol secara ketat dan variabel
independent dimanipulasi atau dimunculkan oleh peneliti.

Penelitian eksploratif adalah penelitian yang mengungkap


tentang sesuatu fenomena di alam.

Penelitian empiris adalah penelitian yang terhubung secara


operasional dalam dunia nyata

Penelitian evaluasi adalah merupakan bagian dari proses


pembuatan keputusan dengan cara membandingkan suatu
proses, kegiatan dan produk dengan standar yang telah
ditetapkan.

Penelitian ex post pacto adalah penelitian terhadap peristiwa


yang telah terjadi yang merunut kebelakang untuk
mengetahui faltor penyebabnya

Penelitian komparatif adalah penelitian yang bersifat


membandingkan dua atau lebih variabel.

Penelitian longitudinal adalah penelitian yang pengamatannya


time series pada subyek yang sama

88
Penelitian naturalistik/ metode kualitatif adalah penelitian
untuk meneliti kondisi alami.

Penelitian one-shot adalah penelitian yang pengamatannya


pada satu titik waktu pada satu subyek

Penelitian Policy research adalah penelitian yang dilakukan


terhadap masalah sosial yang mendasar dan hasilnya
dipergunakan untuk rujukan pada pembuat keputusan
untuk bertindak secara praktis dalam menyelesaikan
masalah.

Penelitian sejarah adalah penelitian yang menganalisis secara


logis kejadian dimasa lampau. Sumber data bisa
primer,yaitu orang yg terlibat langsung atau sekunder dari
dokumentasi yang berkenaan dengan kejadian. Tujuan
untuk merekontruksi kejadian di masa lampau secara
sistematis dan objektif sehingga ditetapkan fakta-fakta
untuk membuat kesimpulan.

Penelitian survey adalah penelitian terhadap populasi besar atau


kecil bisa sensus/pada semua anggota populasi atau
kasus/pada sebagian anggota populasi/sampel sehingga
ditemukan kejadian-kejadian, distribusi dan hubungan
antar variabel

Penelitian verifikatif adalah penelitian yang menguji


kebenaran dari ilmu pengetahuan yang telah ada.

89
Pragmatis adalah pernyataan dipercayai benar karena
pernyataan tersebut mempunyai sifat fungsional dalam
kehidupan praktis

Psikologi Industri yaitu ruang lingkup dalam penelitian K3


yang meneliti kondisi psikologi pekerja dan
keterkaitannya dengan pekerjaan.

Rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang didasarkan


pada masalah yang akan dicarikan jawabannya melalui
pengumpulan data

Variabel adalah gejala (atribut) yang bervariasi atau obyek


penelitian yang bervariasi

Toksikologi Industri yaitu ruang lingkup dalam penelitian K3


yang meneliti suatu bahan kimia berbahaya sebagai bahan
baku dan produksi terhadap pekerja mulai dari sifat fisik
kimia, absorpsi, distribusi, biotransforasi, ekskresi,
interaksi toksin reseptor dan efeknya ada pekerja.

90
BIODATA PENULIS

Dr. Abdul Rohim Tualeka, lahir di


desa Pelauw, Kecamatan Pulau
Haruku, Kabupaten Maluku Tengah,
Provinsi Maluku. Mulai pendidikan
dasar, menengah dan tinggi
diselesaikan di Surabaya. Pendidikan
Doktor diselesaikan di Universitas
Airlangga dengan Predikat Cumlaude
dan mendapat Penghargaan sebagai Wisudawan Terbaik Universitas
Airlangga Tahun 2013. Mengajar di Departemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga sejak 1998. aktivitas lain di Universitas Airlangga adalah
sebagai Pimpinan Redaksi Jurnal The International Jurnal of
Accupational Safety and Health, sebagai anggota koordinator
Lingkungan Hidup dan Tim AMDAL Universitas Airlangga, sebagai
Koodinator Prodi S2K3 tahun 2015-2020. Mata kuliah yang diemban
adalah Toksikologi Industri, Risk Assessment, Higiene Industri dan
Keselamatan Kerja dan Analisis Risiko. Disela-sela kegiatan
mengajar, beliau juga aktif sebagai konsultan bidang K3 dan
Lingkungan di pemerintah dan industri. Sejak tahun 2006 diangkat
sebagai Anggota Dewan Pengawas PDAM Surya Sembada Kota
Surabaya selama 2 periode oleh walikota Surabaya,penulis di berbagai
jurnal nasional dan internasional dan media massa. Tahun 2000
mendapat penghargaan Juara II Tingkat Nasional dari Depkes RI
dalam lomba penulisan artikel ilmiah populer tentang kesehatan.

91
i

Anda mungkin juga menyukai