DISTRIBUSI FREKUENSI
Setiap kali kita melakukan kegiatan pengumpulan data, maka pada umumnya kegiatan
tersebut akan menghasilkan kumpulan data angka yang keadaannya tidak teratur dan masih
merupakan data yang sifatnya kasar dan mentah karena data tersebut belum dapat memberikan
informasi secara ringkas dan jelas mengenai ciri atau sifat yang dimiliki oleh kumpulan angka
tersebut. Oleh karena itu, agar data angka yang telah dikumpulkan tersebut dapat memberikan
informasi yang berarti maka kumpulan angka tersebut harus disajikan dalam bentuk yang ringkas
dan jelas. Salah satu cara untuk meringkas data yang masih mentah atau belum teratur adalah
dengan Distribusi Frekuensi.
A. Pengertian Frekuensi
Kata “frekuensi” dalam statistik mengandung pengertian angka (bilangan) yang
menunjukkan seberapa kali suatu variabel (yang dilambangkan dengan angka-angka) muncul
dalam deretan angka tersebut.
Contoh : Nilai yang berhasil dicapai oleh 10 orang siswa dalam tes Statistik adalah sbb :
60 50 75 60 80 40 60 70 100 75
Jika kita amati, maka dalam deretan nilai hasil tes tersebut, nilai 60 muncul sebanyak 3
kali; atau bahwa siswa yang memperoleh nilai 60 itu banyaknya 3 orang. Maka disini dapat
dikatakan bahwa nilai 60 itu berfrekuensi 3. Nilai 70 hanya muncul sebanyak 1 kali saja; ini
berarti bahwa nilai 70 itu berfrekuensi 1. Nilai 75 dicapai oleh 2 orang siswa, atau nilai 75 ada
sebanyak 2 buah, disini kita katakan bahwa nilai 75 berfrekuensi 2. Demikian seterusnya.
2. Batas Kelas, yaitu nilai yang membatasi antara kelas yang satu dengan kelas yang lain.
Terdapat dua batas kelas yaitu Batas Kelas Bawah dan Batas Kelas Atas. Batas kelas
merupakan batas semu dari masing-masing kelas.
Contoh : Lihat Tabel 1
Batas kelas-kelas : 50, 59, 60, 69, 70, 79, 80, 89, 90, 99
Batas bawah kelas-kelas : 50, 60, 70, 80, 90
Batas atas kelas-kelas : 59, 69, 79, 89, 99
3. Tepi Kelas (Batas Nyata), yaitu batas kelas yang tidak memiliki tempat untuk angka-angka
antar kelas yang satu dengan yang lainnya, disebut juga batas kelas nyata. Terdapat dua tepi
kelas, yaitu tepi kelas bawah dan tepi kelas atas.
Contoh : Lihat Tabel 1
Tepi Kelas (Batas Nyata) adalah : 49.5; 59.5; 69.5; 70.5; 79.5; 89.5; 99.5
Tepi bawah (Batas Nyata Bawah) kelas-kelas : 49.5; 59.5; 69.5; 79.5; 89.5
Tepi atas (Batas Nyata Atas) kelas-kelas : 59.5; 69.5; 79.5; 89.5; 99.5
4. Titik Tengah, yaitu angka atau nilai data yang tepat terletak di tengah-tengah suatu kelas.
Titik tengah kelas merupakan nilai yang mewakili kelasnya. Titik tengah kelas = ½ (batas
atas + batas bawah) kelas
Contoh : Lihat Tabel 1
Titik Tengah kelas-kelas adalah : 54.5; 64.5; 74.5; 84.5; 94.5
Kelas interval pertama : 50 – 59 mempunyai titik tengah 1/2 (50 + 59) = 54.5
Kelas interval kedua : 60 – 69 mempunyai titik tengah 1/2 (60 + 69) = 64.5
dst
5. Interval Kelas, yaitu selang yang memisahkan kelas yang satu dengan yang lain.
Contoh : lihat Tabel 1.
Interval Kelas-kelas adalah : 50 – 59 , 60 – 69, 70 – 79 ; 80 – 89 ; 90 – 99
Kelas interval pertama adalah 50 – 59,
6. Panjang Interval Kelas, yaitu jarak tepi atas kelas (batas nyata) dengan tepi bawah kelas
(batas nyata)
Panjang Interval Kelas-kelas masing-masing : 10 (didapat dari selisih antara Batas Nyata
Atas dengan Batas Nyata Bawah.
Pada kelas interval 50 – 59 jika dihitung panjang intervalnya adalah : 59.5 - 49.5 = 10
Pada kelas interval 60 – 69 jika dihitung panjang intervalnya adalah : 69.5 - 59.5 = 10
dst
7. Frekuensi Kelas, yaitu banyaknya data yang termasuk ke dalam kelas tertentu.
Frekuensi Kelas-kelas : 16, 32, 20, 17, 15
Contoh : Berikut diberikan kasus data mentah berupa nilai Ujian Statistik dari 40 mahasiswa di
Unbor yang disusun menjadi sebuah Distribusi Frekuensi agar data bisa bermakna.
66 75 80 69 82 73 74 72 79 71
70 75 71 70 70 75 76 77 77 67
72 73 72 74 75 74 73 74 65 72
78 72 74 79 74 71 75 74 72 68
Keterangan :
Nilai ujian mempunyai skor terendah 0 dan skor tertinggi 100. Dengan demikian pada data di
atas, mahasiswa pertama memperoleh nilai 66, mahasiswa kedua memperoleh nilai 70,
mahasiswa ketiga mempunyai nilai 72, ……dan seterusnya.
65 66 67 68 69 70 70 70 70 71
71 71 72 72 72 72 72 72 73 73
73 74 74 74 74 74 74 74 75 75
75 75 75 76 77 79 79 79 80 82
Dengan telah dilakukan pengurutan, data menjadi lebih berarti. Dari data hasil pengurutan di
atas terlihat bahwa nilai ujian terkecil adalah 65 dan nilai tertinggi adalah 82. Dari kedua nilai
tersebut bisa didapat selisih keduanya, yang disebut dengan range, yakni (82 – 65) + 1 = 18
Walaupun penyusunan dengan pengurutan sudah memberikan sedikit gambaran, namun hal
itu tetap masih kurang memuaskan untuk mencari deskripsi dari data di atas. Sebagai contoh
dari data yang sudah diurutkan di atas tidak bisa dijawab secara cepat pertanyaan-pertanyaan
berikut :
Sebagian besar mahasiswa mendapat nilai berapa ?
Berapa jumlah mahasiswa yang mendapat nilai antara 68 – 70 ?
Berapa jumlah mahasiswa yang mendapat nilai di bawah 60 ?
Berapa jumlah mahasiswa yang mendapat nilai di atas 60 ?
Untuk itu, pada data yang sudah diurutkan di atas bisa dibuat distribusi frekuensi. Disribusi
frekuensi akan membagi data menjadi kelompok-kelompok (kelas), sehingga data asal bisa
didistribusikan menjadi kelompok-kelompok yang proporsional dan lebih berarti. Dengan
kata lain, bahwa tujuan dari pembuatan distribusi frekuensi adalah mengumpulkan dan
mengatur data secara numerik.
k = 1 + 3.3 log n
Untuk data nilai ujian statistik 40 mahasiswa di atas, jumlah kelas yang dianjurkan adalah :
k = 1 + 3.3 log 40 = 6.3 dibulatkan = 6
Dengan demikian, 40 data di atas akan dibuat distribusi frekuensi dengan kelas sebanyak 6
kelas.
4. Tentukan panjang interval kelas (i)
Setelah jumlah kelas ditetapkan, selanjutnya adalah menentukan panjang interval tiap
kelas, dengan rumus :
i = R/k
Nilai Frekuensi
65 – 67 3
68 – 70 6
71 – 73 12
74 – 76 13
77 – 79 4
80 – 82 2
Jumlah 40
k = 1 + 3.3 log n
i = R/k
Tabel 4, dapat dilihat pada kolom 2 dimuat frekuensi asli yaitu frekuensi sebelum
diperhitungkan frekuensi kumulatifnya. Kolom 3 memuat frekuensi kumulatif yang dihitung
dari bawah (Fk(b)), dimana angka-angka yang terdapat pada kolom ini diperoleh dengan
langkah-langkah sebagai berikut : 7 + 8 = 15; 15 + 12 = 27; 27 + 10 = 37; 37 + 7 = 44; 44 + 6
= 50. Hasil penjumlahan akhir dari frekuensi kumulatif akan selalu sama dengan n (disini n =
50). Kolom 4 memuat frekuensi kumulatif yang dihitung dari atas (fk(a)), dimana angka-
angka yang terdapat pada kolom ini diperoleh dengan langkah-langkah sebagai berikut : 6 + 7
= 13; 13 + 10 = 23; 23 + 12 = 35; 35 + 8 = 43; 43 + 7 = 50 = n.
Pada Tabel 5, angka persen sebesar 4 diperoleh dari : 2/50 x 100% = 4. Demikianlah
seterusnya. Jumlah persentase harus selalu sama dengan 100.
Histogram
Histogram pada dasarnya merupakan grafik batang (bar) dari distribusi frekuensi yang
diletakkan secara vertikal.
Cara melukiskan distribusi frekuensi dalam bentuk Histogram untuk Data Tunggal:
1. Menyiapkan sumbu horizontal/abscis (X)
2. Menyiapkan sumbu vertika;/ordinal (Y)
3. Menetapkan titik nol (perpotongan X & Y)
4. Menetapkan atau menghitung nilai nyata tiap-tiap interval
5. Menempatkan nilai nyata masing-masing skor (nilai) yg ada, pada sumbu X
6. Menempatkan frekuensi tiap-tiap skor (nilai) yang ada pada sumbu Y
Cara melukiskan distribusi frekuensi dalam bentuk Histogram untuk Data kelompok:
1. Menyiapkan sumbu horizontal/abscis (X)
2. Menyiapkan sumbu vertika;/ordinal (Y)
3. Menetapkan titik nol (perpotongan X & Y)
4. Menetapkan atau mencari nilai nyata dari masing-masing interval
5. Menempatkan nilai nyata masing masing interval pd sumbu X
6. Menempatkan frekuensi masing-masing interval, pada sumbu Y
7. Membuat garis pertolongan (koordinat)
8. Melukiskan grafik histogram
Poligon
Poligon adalah grafik garis dari distribusi frekuensi
Adalah bentuk lain dari Histogram, yang berupa garis yang menghubungkan titik tengah-titik
tengah dari setiap batang (bar)
Poligon frekuensi berguna untuk membandingkan dua atau lebih Distribusi Frekuensi, yang
jika ditampilkan dalam bentuk histogram akan tampak ruwet
Cara Melukiskan Distribusi Frekuensi Dalam Bentuk Grafik Poligon Data Tunggal
1. Membuat sumbu horizontal atau abscis (X)
2. Membuat sumbu vertikal atau ordinal (Y)
3. Menetapkan titk 0, yaitu perpotongan X dan Y
4. Menempatkan nilai hasil tes pada X, berturut-turut dari kiri ke kanan mulai dari nilai
terendah sampai dengan nilai tertinggi
5. Menempatkan frekuensi pada Y
6. Melukiskan grafik poligon
Cara Melukiskan Distribusi Frekuensi Dalam Bentuk Grafik Poligon Data Kelompok
1. Menyiapkan sumbu horizontal atau abscis (X)
2. Menyiapkan sumbu vertikal atau ordinal (Y)
3. Menetapkan titk 0 (perpotongan X dan Y)
4. Menetapkan atau mencari nilai tengah masing-masing kelas interval
5. Menempatkan Nilai-nilai tengah dari masing-masing kelas interval pada X
6. Menempatkan frekuensi dari masing-masing kelas inerval pada Y
7. Membuat garis pertolongan (koordinat)
8. Melukiskan grafik poligonnya
Kurva Ogive
Merupakan sebuah poligon dari distribusi frekuensi kumulatif lebih dari dan kurang dari
Cara melukiskan sama dengan melukis grafik poligon
Ogive adalah grafik yang digambarkan berdasarkan data yang sudah disusun dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi kumulatif. Untuk data yang disusun dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi kumulatif kurang dari, grafiknya berupa ogive positif, sedangkan untuk data
yang disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kumulatif lebih dari, grafiknya berupa ogive
negatif.
Contoh Kasus :
Data upah karyawan dapat digambarkan histogram, poligon dan ogivenya. Sebelum dibuat
gambarnya, buat terlebih dahulu tabel distribusi frekuensi kumulatifnya.
Gambar : Kurva Ogive Upah Karyawan yang diolah dari Tabel Distribusi Kumulatif
Kurang dari dan Lebih dari (Tabel 2)
Distribusi Frekuensi Page 12