SEKRETARIAT JENDERAL
Newsletter
DEWAN ENERGI NASIONAL
www.den.go.id
“Secara ekonomis
mengurangi setengah
penggunaan elpiji. Awalnya
4 tabung menjadi 2 tabung
dalam sebulan”, tutur Sutarman,
salah satu warga.
Sementara itu penggunaan kompor listrik atau Oleh sebab itu, perlu rumusan kebijakan untuk
kompor induksi di Indonesia masih cukup sedikit pemanfaatan gas bumi bagi yang rumahnya sudah
dan masih dalam tahap sosialisasi oleh PT PLN memiliki akses pipa gas ataupun penggunaan
selaku perusahaan BUMN yang bergerak di sektor kompor induksi bagi masyarakat yang mampu
ketenagalistrikan. Pada hari Pelanggan Nasional sehingga impor dan subsidi LPG kedepan dapat
tanggal 4 September 2020 PLN membagikan 232 ditekan dan lebih bersih.
kompor induksi di Kampung Hijau Kemuning, ADIL FAJAR WIDRIAN
Tangerang dan Kampung RW 05 di Kelurahan Batu
Ampar, Jakarta Timur sebagai percontohan dan
untuk mempelopori penggunaan kompor induksi di
kalangan masyarakat. PLN sendiri menyampaikan
bahwa untuk kompor 1.600 wat, dalam 1 jam hanya
menghabiskan 1 kWh atau Rp 1.467.
INDONESIA
sektoral dan lintas derah kepada publik penetapan target, pemilihan media, elektronik, media luar ruang, media
secara tepat dan tepat. Selain itu, dan efek atau dampak yang tradisional yang digolongkan media
menyampaikan informasi melalui diharapkan. Dalam Jurnal Inspirasi Vol. lama (konvensional). Sedangkan,
berbagai saluran komunikasi kepada 11 No. 1 penulis menjelaskan, internet dan telepon seluler
masyarakat secara tepat, cepat, mengenai empat strategi komunikasi digolongkan media baru (new media).
obyektif, berkualtas baik, berwawasan tersebut. Yang pertama, penetapan Pemilihan media pada OEI 2019
OUTLOOK
nasional dan mudah dimengerti terkait komunikator. Komunikator merupakan melalui website dan media sosial.
dengan kebijakan dan program hal yang sangat penting. Komunikator Selain itu, diperlukan adanya sosialisasi
Pemerintah. Biro Fasilitasi Kebijakan sebagai sumber dan kendali semua tatap muka, kepada instansi
Energi dan Persidangan Sekretariat aktivitas komunikasi. Ada tiga syarat Pemerintah dan mahasiswa. Hal ini
Jenderal (Setjen) Dewan Energi yang harus dipenuhi oleh seorang penting dilakukan untuk memberikan
Nasional (DEN) menyusun Outlook komunikator, yaitu (1) tingkat informasi dan pemahaman kepada
Energi Indonesia (OEI) sejak tahun kepercayaan orang lain kepada dirinya para pihak yang membutuhkan data
2014. OEI 2019 merupakan analisis atau kredibilitas, (2) daya tarik dari OEI 2019. Keempat, efek yang
terhadap proyeksi permintaan dan (attractive), dan (3) kekuatan (power). diharapkan. Efek yang diharapakan
penyediaan energi nasional jangka bisa terjadi dalam bentuk perubahan
panjang (2019-2050) dengan asumsi Penetapan komunikator dalam OEI pengetahuan (knowledge), yang terjadi
tertentu yang dikembangkan untuk 2019 adalah Ketua Harian DEN, dalam bentuk perubahan persepsi dan
ENERGI
tujuan penyusunan skenario proyeksi Anggota DEN, dan Sekretaris Jenderal perubahan pendapat (opinion).
energi ke depan. DEN. Selain itu setiap pejabat dan Sedangkan sikap (attitude) ialah
pegawai di lingkungan Setjen DEN perubahan internal pada diri
Penyusunan OEI sendiri untuk memiliki tanggung jawab dalam seseorang yang diorganisasi dalam
memperoleh data dan informasi menyampaikan OEI. Kedua, penetapan bentuk prinsip. Serta perilaku
kondisi saat ini dan rencana target. Masyarakat merupakan target (behaviour), perubahan yang terjadi
pengembangan ke depan terkait sasaran dari kebijakan dan program dalam bentuk tindakan.
energi. OEI ini memberikan gambaran yang dijalankan oleh Pemerintah.
proyeksi permintaan dan penyediaan Adapun kelompok-kelompok yang OEI 2019 diharapkan dapat menjadi
energi nasional dalam kurun waktu menentukan yakni (1) kelompok yang rekomendasi kebijakan, sebagai acuan
2019-2050 berdasarkan asumsi sosial, memberi izin, yaitu suatu lembaga dalam perencanaan energi ke depan.
ekonomi dan perkembangan teknologi yang membuat peraturan dan Serta mendorong tercapainya target
ke depan dengan menggunakan base memberi izin sebelum suatu program Kebijakan Energi Nasional (KEN) dan
line 2018. Setiap produk, program, dan disebarluaskan dan (2) kelompok Rencana Umum Energi Nasional
kebijakan instansi Pemerintah, pendukung, kelompok yang (RUEN). Serta, masyarakat mengetahui
sejatinya memerlukan strategi mendukung dan setuju pada program adanya perencanaan energi ke depan,
komunikasi untuk menyosialisasikan yang akan dilaksanakan . Selain itu, (3) sehingga mendorong untuk hidup lebih
kepada masyarakat. Strategi ini kelompok oposisi, mereka yang hemat enregi. OEI 2019 sendiri dapat
penting, tidak hanya direncanakan, menentang atau bertentangan dengan menjadi bentuk pelayanan publik dari
tetapi juga diimplementasikan, dan ide perubahan yang ingin dilakukan, Setjen DEN kepada masyarakat dalam
dievaluasi untuk efektifitas mencapai dan (4) kelompok evaluasi, mereka informasi publik terkait perencanaan
tujuan yang telah ditentukan. terdiri dari orang-orang yang energi. Bila keempat langkah dalam
mengkritisi dan memonitor jalannya menetapkan strategi komunikasi
Strategi komunikasi merupakan suatu program. Penetapan target pada dijalankan dengan baik, komunikasi
penentu berhasil tidaknya kegiatan OEI 2019 yaitu instansi Pemerintah, dalam menyosialisasikan OEI pun akan
komunikasi secara efektif. Rogers masyarakat (yang membutuhkan dan berjalan dengan efektif. Yang
(1982) dalam memberi batasan mengerti mengenai perencanaan muaranya tentu bertujuan untuk
pengertian strategi komunikasi sebagai energi). Selain itu, stakeholder atau memberikan manfaat sebesar-
suatu rancangan yang dibuat untuk pemangku kepentingan dalam bidang besarnya bagi masyarakat.
mengubah tingkah laku manusia dalam energi, dan investor energi. THORIQ RAMADANI
PEMANFAATAN
KRITERIA BIOMASSA DENGAN
BERKELANJUTAN TEKNOLOGI
CO-FIRING DI PLTU
Paradigma sumber daya energi sebagai
modal pembangunan
diimplementasikan salah satunya
melalui optimalisasi pemanfaatan
sumber daya energi baru terbarukan
(EBT). Biomassa, sebagai salah satu
sumber EBT berpotensi tinggi untuk
turut dikembangkan. Potensi energi
yang berasal dari biomassa (bioenergi),
mencapai 32,6 GW di mana
pemanfaatannya baru mencapai
1.895,7 MW (5,8%). Salah satu strategi
percepatan pemanfaatan EBT adalah
melalui pengembangan Pembangkit
Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm)
secara masif, baik melalui program co-
firing, termasuk program pengelolaan Dalam hal memenuhi prinsip karena dapat diaplikasikan pada PLTU
sampah untuk EBT melalui pelet. pembangunan berkelanjutan, yaitu eksisting dan menggunakan
“memenuhi kebutuhan sekarang tanpa infrastruktur PLTU yang sudah ada.
Co-firing merupakan substitusi mengorbankan pemenuhan kebutuhan Penghematan di sisi investasi
batubara dengan biomassa pada rasio generasi masa depan”[2], maka infrastruktur, serta resiko suplai bahan
tertentu sebagai bahan bakar dengan manajemen energi berkelanjutan yang baku lebih rendah karena jenis
tetap memperhatikan kualitas dan didesain untuk menjadi mekanisme biomassa yang dibutuhkan dan proses
efisiensi pembangkit listrik. Teknik ini yang efektif dalam mengatasi pengolahan juga tidak serumit
telah diterapkan di berbagai negara, permasalahan terkait energi, dengan alternatif biomassa lainnya [4]. Namun,
khususnya yang menetapkan kebijakan mempertimbangkan kebutuhan dalam harga bahan baku masih cukup tinggi,
pemanfaatan EBT yang lebih optimal, pembangunan ekonomi, untuk sehingga kurang bersaing dengan
untuk mengurangi penggunaan energi menjaga sumber daya energi dan harga batubara (Lihat Tabel) dan sulit
fosil, serta mendukung kebijakan mengurangi pencemaran [3] atau untuk menerapkan program kebijakan
penurunan emisi gas rumah kaca memenuhi kriteria berkelanjutan di ini di kala harga batubara rendah. Oleh
(GRK). Di Indonesia, program co-firing sektor energi, yang terdiri dari 3 pilar,
karena itu, diperlukan implementasi
disebutkan dalam Rencana Umum yaitu: ekonomi, sosial dan lingkungan
kebijakan secara keekonomian, seperti
Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) hidup. dukungan kebijakan harga, feed in tariff
2019-2038 sebagai bagian dari (FIT) khusus, insentif maupun subsidi
Roadmap Konservasi Energi pada sisi Ekonomi Berkelanjutan kepada semua pelaku yang terlibat
penyediaan energi di pembangkit Co-firing dapat menjadi pilihan yang dalam rantai penyediaan bahan baku
listrik. PT PLN (Persero) telah ekonomis dalam hal tidak memerlukan dan pemanfaatan di sektor pembangkit
melakukan uji coba pada PLTU miliknya investasi modal utama yang besar listrik.
dengan menerapkan metode
pencampuran co-firing biomassa
sebesar 1-5% dari total bahan bakar
yang diperlukan. Total PLTU milik PLN
sebesar 20.201 MW, kebutuhan
batubara 65.626.560 ton, dengan
produksi sebesar 118.969 GWh (tahun
2019), dapat memberikan potensi
tambahan kapasitas pemanfaatan EBT
sebesar 202,01 MW (rasio biomassa
1%) sampai dengan 1.010,05 MW (rasio
biomassa 5%) [1].
Tantangan dan Permasalahan
Peluang yang terbaik dan menarik
untuk penerapan co-firing biomassa
dan batubara sehingga efisien adalah
yang memenuhi kondisi sebagai
berikut: (1) harga batubara tinggi; (2)
penggunaan batubara tahunan cukup
signifikan; (3) sumber daya untuk
penyediaan biomassa tersedia dalam
jumlah besar; (4) ada pengenaan biaya
atas pembuangan limbah (biomassa)
yang cukup tinggi; (5) seluruh staf dan
manajemen industri perkebunan dan
sistem pembangkit, serta masyarakat
di lingkungan sekitar memiliki motivasi
dan mendukung untuk implementasi
Sosial Berkelanjutan Lingkungan Hidup Berkelanjutan program tersebut menjadi sukses
Pemberdayaan masyarakat menjadi Sehubungan dengan upaya (sebagai upaya pencapaian target
salah satu fokus menarik dalam proses pengurangan emisi GRK dari PLTU, energi dan lingkungan, serta
pembuatan material bahan baku penggunaan sumber daya EBT pada kebutuhan domestik, tidak hanya
biomassa di daerah sekitar metode co-firing mendukung untuk kepentingan ekspor).
perkebunan dan pembangkit listrik. pembangkit listrik yang lebih 'green'
Masyarakat secara aktif memilih dan dengan emisi yang lebih rendah, bersih Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi,
memilah sampah yang masih bernilai dan turut melestarikan lingkungan. Co- maka diperlukan dukungan kebijakan
guna serta mengolahnya secara firing juga meminimalkan Pemerintah serta koordinasi lintas
mandiri. Bahkan, dapat membantu buangan/limbah, seperti limbah kayu sektoral antar Kementerian/Lembaga
untuk penciptaan tenaga kerja atau dan perkebunan, begitu juga dengan untuk mengatasi permasalahan-
mata pencaharian yang baru. permasalahan terkait pembuangannya. permasalahan sebagai berikut: peta
Pemerintah Daerah juga terbantu akan Namun, upaya pencarian suplai bahan jalan (roadmap) untuk penyediaan
adanya alternatif solusi penanganan baku dari kayu maupun sawit juga bahan baku (target kebutuhan lahan),
sampah daerah di lingkungannya harus memenuhi kaidah lingkungan, maupun pemanfaatan co-firing di PLTU
masing-masing. Namun, sampai saat karena dapat menyebabkan (kebijakan mandatori), penetapan
ini pembinaan masyarakat masih deforestasi hutan. Penanganan bahan harga jual bahan baku biomassa
bersifat bagian dari program Corporate baku biomassa yang kurang baik juga khusus untuk bahan bakar, Standar
Social Responsibility (CSR) perusahaan, dapat menimbulkan resiko kebakaran. Nasional Indonesia (SNI) untuk seluruh
bukan inisasi dari Pemerintah Kegiatan penyediaan bahan baku jenis biomassa potensial, formula FIT
Daerah/setempat. Karena itu, perlu biomassa juga turut membantu untuk khusus, dukungan kebijakan finansial
ditumbuhkan motivasi seluruh mengembangkan area hutan tanaman berupa subsidi maupun insentif khusus
manajemen dan staf di industri serta pemulihan kembali bagi produsen bahan baku, pabrik
perkebunan/industri maupun pada lahan-lahan kritis di Indonesia. Hal ini pemrosesan hingga produsen listrik,
sistem pembangkit listrik untuk dapat dapat menjadi bagian dalam Roadmap meningkatkan penelitian dan
mengimplementasikan program Konservasi Energi dan upaya pengembangan untuk keberlanjutan
dengan baik. Selain itu, kebijakan juga pasokan, kestabilan harga dan rantai
penurunan emisi GRK secara lebih
perlu didorong dengan kebijakan suplai, kajian atas dampak lingkungan
terencana.
reward-punishment, misalnya dan sosial, serta permasalahan
pengenaan tarif pembuangan atas infrastruktur, mencakup teknologi
limbah yang tinggi dan penghargaan peralatan, pabrik pengolahan dan
bagi yang dapat meminimalkan sarana atau akses dari perkebunan
pembuangan limbahnya. hingga fasilitas sistem pembangkit.
SILVIA PUSPITA
PANDEMI COVID-19 DAN PERUBAHAN IKLIM
DARI PERSPEKTIF SEKTOR ENERGI
Sembilan bulan sudah terlewati sejak kasus pertama penggunaan listrik di sektor rumah tangga.
COVID-19 terdeteksi di China. Selama itu pula, Selain perubahan konsumsi energi, pandemi juga
masyarakat dunia harus membatasi aktivitasnya untuk mempengaruhi terhadap pasar bahan bakar fosil dunia.
menahan penyebaran virus SARS-CoV-2. Pembatasan Pengaruh pandemi ini jauh lebih besar dibandingkan
kegiatan ini berimplikasi pada menurunnya konsumsi dengan pengaruh dari berbagai kejadian geopolitik yang
energi dunia sehingga mengurangi pencemaran udara pernah terjadi. Terjadi penurunan harga gas menjadi
dari sektor energi. Namun demikian, apakah pandemi ini kisaran 2$/MMBTU. Walaupun terjadi ketegangan antara
benar-benar memberikan kontribusi positif bagi Arab Saudi dan Rusia di awal tahun 2020, penurunan
lingkungan khususnya perubahan iklim? Artikel ini demand karena pandemic tetap menjadi sebab utama
memberikan gambaran tentang pengaruh pandemic jatuhnya harga minyak dunia. Tidak hanya minyak dan
terhadap perubahan iklim ditinjau dari sektor energi. gas, batubara juga mengalami pukulan berat. Turunnya
harga batubara sudah dimulai sejak terjadinya perang
Pengaruh Pandemi terhadap Sektor Energi Dunia dagang antara USA dan China di tahun 2018. Namun
Pandemi yang muncul di awal tahun 2020 telah demikian, turunnya permintaan batubara akibat
mengakibatkan pembatasan kegiatan terhadap lebih berkurangnya aktivitas industri dan pembangkit listrik
dari 50% seluruh penduduk dunia. Lebih dari 100 negara pada masa pandemi menyebabkan harga batubara
di dunia menerapkan travel restrictions sehingga jumlah jatuh ke harga terendah sejak 20162.
penerbangan sangat berkurang drastis hingga mencapai
rata-rata 71% dibandingkan penerbangan pada kondisi Pengaruh lainnya adalah terlihat pada industri Energi
normal di akhir 2019. Selain itu, transportasi darat juga Baru Terbarukan (EBT). Berbagai negara memiliki
mengalami pengurangan yang signifikan hingga ketergantungan pada China sebagai produsen solar PV.
mencapai kisaran 50%. Sektor industri juga mengalami Di sisi lain, industri manufaktur solar PV di China juga
penurunan aktivitas yang cukup besar mencapai sekitar tidak lepas dari pengaruh pandemic. Keadaan ini
35%. Hanya sektor rumah tangga yang mengalami menyebabkan terhambatnya pasokan solar PV bagi
peningkatan aktivitas sebesar 5% disebabkan proyek surya seperti di India. Selain itu, terjadi
perubahan aktivitas menjadi teleworking. penurunan daya beli masyarakat dalam memanfaatkan
EBT terutama solar panel. Di sisi lain, turunnya harga
Pembatasan kegiatan di atas menyebabkan bahan bakar fosil menjadi ancaman bagi EBT karena
menurunnya konsumsi energi. Setidaknya konsumsi harga EBT menjadi semakin kurang ekonomis
energi berkurang mencapai 50% terutama pada bulan dibandingkan harga bahan bakar fosil.
April 2020 di mana lockdown terjadi sangat masif di
seluruh dunia. Konsumsi listrik juga mengalami Pengaruh Pandemi pada Indikator Perubahan Iklim
perubahan dikarenakan beralihnya metode bekerja Menurunnya konsumsi energi terutama energi fosil
menjadi teleworking sehingga mengurangi konsumsi memberikan dampak langsung terhadap lingkungan
listrik di sektor komersial dan bertambahnya yaitu berkurangnya emisi CO2 dan gas pencemar lainnya.
Emisi CO2 pada akhir April tahun 2020 berkurang hingga
17% (17 MtCO2/d) dibandingkan dengan konsentrasi CO2
tahun 2006.
KRITERIA BERKELANJUTAN DARI PEMANFAATAN BIOMASSA UNTUK LISTRIK MELALUI CO-FIRING DI PLTU
KESDM, 2020. Katadata Shifting Paradigm : Transition Toward Sustainable Energy Percepatan Pemanfaatan Energi
Baru Terbarukan untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi dan Penurunan Emisi GRK
Brundtland, G.H., 1987. Report of the World Commission on Environment and
Development: Our Common Future. Dapat diakses pada:
https://sustainabledevelopment.un.org/content/documents/5987our-common-future.pdf
Golusin, M., et al., 2013. Sustainable energy management - a prerequisite for the realization Kyoto Protocol
S.Roni, M., et al., 2017. Biomass Co-Firing Technology with Policies, Challenges, and Opportunities: A Global Review.
Idaho National Laboratory. Dapat diakses pada: https://www.osti.gov/pages/servlets/purl/1407416
NEWSLETTER
DEWAN ENERGI NASIONAL
Bagian Humas dan Persidangan
Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan