Emi Nur Rosidah - H71215015y
Emi Nur Rosidah - H71215015y
SKRIPSI
OLEH:
EMI NUR ROSIDAH
H71215015
SURABAYA
2019
ABSTRAK
Kata kunci : labu kuning (C. moschata Durch.), Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT), Artemia salina, toksisitas, nilai LC50
viii
Pumpkin (Cucurbita moschata Durch.) is one of the plants that has been
used as a traditional medicine to cure various diseases, therefore it requires a
scientific review of the chemical content and side effects which is caused. The
purpose of this study is to know the level of toxicity contained in methanol extract
of pumpkin flesh (C .moschata Durch.) and pumpkin seeds (C. moschata Durch.).
The method used is Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method. This toxicity test
consist of 8 concentration treatments, they are 0 ppm (negative control), 10 ppm,
20 ppm, 100 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm and 2000 ppm, which is each
of them repeated three times (triplo). At each concentration, 10 Artemia salina
shrimp larvae of 48 hours old age were used. The procedure for using BSLT
method is to determine the letal consentration (LC) value which is obtained by
probit analysis. The LC50 value of pumpkin flesh extract (C. moschata Durch.) is
828,728 ppm. While the LC50 value of pumpkin seeds (C. moschata Durch.)
Amounted to 495,088 ppm. The results of this study are toxic to Artemia salina
larvae, but they have no potential as anticancer and the LC50 value of the two
extras has no significant difference.
Keywords : Pumpkin (C. moschata Durch.), Brine Shrimp Lethality Test (BSLT),
Artemia salina, toxicity, LC50.
ix
Halaman Judul.................................................................................................. i
Lembar Persetujuan Pembimbing .................................................................... ii
Lembar Pengesahan ......................................................................................... iii
Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ................................................... iv
Halaman Publikasi ........................................................................................... v
Halaman Moto.................................................................................................. vi
Halaman Persembahan ..................................................................................... vii
Abstrak ............................................................................................................. viii
Kata Pengantar ................................................................................................. x
Daftar Isi........................................................................................................... xii
Daftar Tabel ..................................................................................................... xiv
Daftar Gambar .................................................................................................. xv
Daftar Lampiran ............................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
1.4. Batasan Penelitian ............................................................................. 7
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch.) ...................... 8
2.1.1. Klasifikasi Tanaman Labu Kuning (C. moschata Durch.) .... 8
2.1.2. Nama Daerah Labu Kuning (C. moschata Durch.)................ 8
2.1.3. Karakteristik Labu Kuning (C. moschata Durch.) ................. 8
2.1.4. Kandungan Labu Kuning (C. moschata Durch.) .................... 11
2.1.5. Efek Farmakologi Labu Kuning ............................................. 16
2.2. Toksisitas ........................................................................................... 16
2.3. Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) ..................................... 19
2.3.1. Hewan Uji ............................................................................... 21
xii
xiii
Tabel 2.1. Hasil Analisis Kadar Gizi Daging Labu Kuning ............................ 12
Tabel 2.2. Hasil Analisis Kadar Gizi Biji Labu Kuning .................................. 13
Tabel 2.3. Perbedaan Uji Toksisitas................................................................. 18
Tabel 2.4. Kategori Toksisitas ......................................................................... 19
Tabel 4.1. Hasil Uji Fitokimia ......................................................................... 40
Tabel 4.2. Hasil Uji Toksisitas Ekstrak Daging Labu Kuning......................... 44
Tabel 4.3. Hasil Uji Toksisitas Ekstrak Biji Labu Kuning .............................. 45
xiv
xv
xvi
PENDAHULUAN
Salah satu cara yang digunakan untuk meneliti sifat toksik suatu
bahan adalah dengan cara uji toksisitas. Uji toksisitas digunakan
untuk mengetahui gambaran potensi toksik suatu zat terhadap
mekanisme biologi pada suatu organisme dan untuk memperoleh dosis
– respon yang efektif dari sampel. Pengujian dilakukan untuk
mengukur tingkat keamanan penggunaan suatu senyawa yang terjadi
dalam waktu singkat yakni 24 jam setelah penginjeksian dosis tunggal
(Donatus, 2005). Data toksisitas yang diperoleh digunakan sebagai
dasar untuk mengembangkan obat-obatan khususnya keefektifan dosis
suatu senyawa (Naidu et.al, 2014).
1.2.1 Bagaimana tingkat toksisitas ekstrak metanol daging, dan biji labu
kuning (C. moschata Durch.) terhadap larva udang Artemia salina ?
1.2.2 Bagaimana perbandingan antara nilai LC50 daging labu labu kuning
dan nilai LC50 biji labu kuning (C. moschata Durch.) ?
1.2.3. Apakah kandungan zat aktif dalam ekstrak metanol daging, dan biji
labu kuning (C. moschata Durch.) mempunyai potensi toksisitas
terhadap larva udang Artemia salina ?
KAJIAN PUSTAKA
Regnum : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Dilleniidae
Order : Violales
Family : Cucurbitaceae
Genera : Cucurbita
a. Batang
Labu kuning (C. moschata Durch.) memiliki batang berbentuk
segi empat, menjalar cukup kuat, bercabang, berwarna hijau dan
berbulu agak tajam dengan panjang mencapai 25 m (Puspita, 2012).
b. Daun
Daun labu kuning (C. moschata Durch.) berwarna hijau keabuan,
berbentuk bulat dan lebar dengan garis tengah mencapai 20 cm, ujung
daun agak meruncing dan pangkal daunnya membulat serta berbulu
agak halus. Pertulangan daun menyirip. Letak daun berselang seling
dengan panjang tangkai daun antara 15 – 20 cm.
c. Bunga
Bunga labu kuning berwarna kuning dan berbentuk lonceng,
dalam satu rumpun terdapat bunga jantan dan betina (monoxeous).
Tanaman ini mulai berbunga setelah umur 1 -1,5 bulan. (Hendrasty,
2003).
d. Buah
Buah labu kuning berbentuk bulat, berdaging tebal berwarna kuning.
Kulit bagian luar tebal dan keras serta berwarna hijau kekuningan.
e. Biji
Biji labu kuning berwarna putih susu, berbentuk pipih, memiliki
panjang kurang lebih 1,5 cm dan lebar 0,5 cm. (Puspita, 2012).
1). Flavonoid
2). Saponin
3). Alkaloid
5). Tanin
2.2. Toksisitas
Tabel 2.3. Perbedaan uji toksisitas akut, uji toksisitas subkronik dan
uji toksisitas kronik
uji toksisitas uji toksisitas
Hal uji toksisitas akut
subkronik subkronik
Waktu Singkat (24 jam) < 3 bulan > 3 bulan
Dosis Tunggal Berulang Berulang
Tujuan Menentukan efek Melihat korelasi Menegaskan
toksik suatu senyawa antara spectrum efek takaran tertinggi
toksik dengan dosis yang tidak
menimbulkan efek
toksik pada subjek
uji (KETT)
𝜇g/ml atau LC50 <1000 ppm. Tingkat toksisitas tersebut akan memberi
makna konsentrasi aman penggunaan suatu zat sebagai obat. Semakin
kecil nilai LC50 maka semakin toksik suatu zat dan dapat
diindikasikan sebagai bahan antikanker begitu dengan sebaliknya
semakin besar nilai dari LC50 maka semakin aman suatu bahan untuk
dimanfaatkan dengan tujuan tertentu (Meyer dkk, 1982).
(Priyanto, 2009).
Keterangan :
1. Mata naupli
2. Antennula
3. Antena
4. Calon thoracopoda
5. Saluran pencernaan
6. Mandibula
Gambar 2.6. Anatomi naupli
Sumber : Widuri, 2007
METODE PENELITIAN
3.3.1 Bahan
29
3.3.2 Alat
a. Determinasi Tanaman
b. Preparasi Sampel
c. Pembuatan Ekstrak
(a) (b)
Gambar 3.2. Proses maserasi (a) daging labu kuning (b) biji labu kuning
Sumber : Dokumentasi pribadi
d. Evaporasi
(a) (b)
Gambar 3.4. hasil maserasi (a) daging labu kuning, (b) biji labu kuning
Sumber : Dokumentasi pribadi
e. Uji Fitokimia
h. Uji toksisitas
4.1 HASIL
4.1.1 Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman yang telah dilakukan di Balai Konservasi
Tanaman Kebun Raya Purwodadi – LIPI (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia) menyatakan bahwa tanaman yang
digunakan dalam penelitian ini adalah labu kuning dengan nama
spesies Cucurbita moschata (Duch.) Poir. (lampiran 1).
4.1.2 Uji Fitokimia
Uji fitokimia merupakan uji kualitatif yang dilakukan untuk
mengetahui adanya senyawa metabolit sekunder yang terkandung
dalam bahan alam. Senyawa metabolit sekunder dihasilkan dari
reaksi sekunder metabolit primer. Harborne (1987) dalam Ergina
dkk. (2014) menyatakan senyawa metabolit sekunder yang umum
ditemukan pada tanaman antara lain flavonoid, alkaloid, saponin,
sterol, triterpenoid dan tannin. Adapun macam uji fitokimia
dilakukan pada penelitian ini ada 5 macam yaitu : uji flavonoid, uji
saponin, uji wagner (untuk mengetahui adanya alkaloid), uji
salkowski (untuk mengetahui adanya sterol dan triterpenoid) dan uji
tannin. Berdasarkan hasil uji fitokimia yang telah dilakukan terdapat
beberapa perbedaan jenis senyawa metabolit sekunder yang
terkandung dalam masing-masing sampel. Sampel dari ekstrak
daging labu kuning positif mengandung flavonoid, saponin dan
triterpenoid.Sedangkan sampel ekstrak biji labu kuning positif
mengandung flavonoid, saponin dan tanin.
39
Berikut adalah data hasil uji fitokimia yang disajikan pada Tabel 4.1
Tabel 4.1. Hasil uji fitokimia ekstrak danging dan biji labu kuning
(C. moschata Durch.)
Keterangan :
(+) = Mengandung golongan senyawa metabolit sekunder
(-) = Tidak mengandung golongan senyawa metabolit sekunder
a. Uji favonoid
Uji flavonoid yang dilakukan pada ekstrak daging dan biji
labu kuning yakni dengan melarutkan ekstrak dengan pelarut
metanol kemudian ditambahkan 3-5 tetes feCl3, selanjutnya
diamati perubahan warnanya. Dari kedua sampel menunjukkan
hasil positif dengan adanya perubahan warna menjadi hijau
kehitaman.
b. Uji saponin
Uji saponin yang dilakukan pada ekstrak daging dan biji
labu kuning yakni dengan melarutkan ekstrak dengan 10 ml
aquades, kemudian dikocok secara perlahan, jika setelah
pengocokkan terdapat buih pada permukaan dengan durasi busa
lebih dari 5 menit, maka sampel positif mengandung saponin.
Dari kedua sampel menunjukkan hasil positif dengan adanya
buih dipermukaan yang tidak hilang dengan durasi lebih dari 5
menit.
b
a
Gambar 4.2.Hasil uji saponin pada Gambar 4.3. Hasil uji saponin pada
ekstrak daging labu kuning yang ekstrak biji labu kuning yang
menghasilkan buih pada permukaan (a) menghasilkan buih pada permukaan (b)
Sumber: dokumentasi pribadi Sumber: dokumentasi pribadi
c. Uji wagner
Uji wagner dilakukan untuk mengetahui adanya
kandungan alkaloid pada pada ekstrak daging dan biji labu
kuning yakni dengan menambahkan ekstrak dengan HCl dan
larutan wagner. Jika terdapat endapan setelah penambahan
bahan tersebut, maka ekstrak positip mengandung alkaloid. Dari
kedua sampel menunjukkan hasil negatif dengan tidak adanya
endapan yang terbentuk.
(a) (b)
Gambar. 4.4. Hasil uji wagner (a) ekstrak daging labu kuning (b) ekstrak
biji labu kuning
Sumber: dokumentasi pribadi
d. Uji salkowski
Uji salkowski dilakukan untuk mengetahui adanya
kandungan strerol atau triterpenoid pada pada ekstrak daging
dan biji labu kuning yakni dengan melarutkan esktrak
menggunakan kloroform, kemudian dihomogenkan dan disaring.
Selanjutnya filtrate yang didapat ditambahkan 3-5 tetes H2SO4.
Jika hasil pengamatan menunjukkan warna merah maka esktrak
positif mengandung strerol, sedangkan jika berwarna kuning
keemasan maka ekstrak positif mengandung triterpenoid. Dari
kedua sampel menunjukkan hasil positif triterpenoid pada
(a) (b)
Gambar. 4.5. Hasil uji salkowski (a) ekstrak daging labu kuning
(b) ekstrak biji labu kuning.
Sumber: dokumentasi pribadi
e. Uji tanin
Uji flavonoid yang dilakukan pada ekstrak daging dan biji
labu kuning yakni dengan melarutkan ekstrak dengan pelarut
metanol kemudian ditambahkan 1 ml feCl3, selanjutya diamati
perubahan warnanya. Jika di dalam sampel terdapat tanin maka
akan terjadi perubahan warna menjadi biru tua, biru kehitaman
atau hijau kehitaman. Dari kedua sampel menunjukkan hasil
negatif pada daging labu kuning, sedangkan pada biji labu
kuning positif mengandung tanin.
Gambar 4.7. Grafik regresi linier ekstrak daging labu kuning (C. moschata
Durch.) terhadap nilai probit
Sumber: dokumentasi pribadi
Gambar 4.8. Grafik regresi linier ekstrak biji labu kuning (C. moschata Durch.)
terhadap nilai probit
Sumber: dokumentasi pribadi
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Uji Fitokimia
a. Uji Flavonoid
Uji fitokimia pertama yang dilakukan adalah uji flavonoid.
Berdasarkan hasil penelitian, kedua sampel positif mengandung
flavonoid yang diketahui dengan terbentuknya warna hijau
kehitaman. Penggunaan pereaksi feCl3 dalam uji ini akan
menunjukkan adanya gugus fenol. Flavonoid merupakan salah
satu senyawa yang termasuk dalam golongan senyawa fenol yang
memiliki banyak gugus –OH. Perubahan warna menjadi hijau
kehitaman disebabkan reaksi dari feCl3 dengan gugus fenol.
Gugus fenol yang terdapat pada ekstrak akan bereaksi membentuk
senyawa kompleks dengan ion Fe3+ (Abdillah dkk., 2017).
b. Uji Saponin
Uji fitokimia berikutnya adalah uji saponin. Berdasarkan
hasil penelitian, kedua sampel positif mengandung saponin yang
diketahui dengan terbentuknya buih yang stabil pada kedua
permukaan sampel dengan durasi lebih dari 5 menit. Pada
dasarnya saponin memiliki gugus glikosil yang berfungsi sebagi
gugus polar, sedangkan gugus nonpolarnya adalah berupa steroid
dan triterpenoid. Menurut Sangi dkk (2008), dalam suatu
senyawa yang memiliki gugus polar dan nonpolar bersifat aktif
permukaan, sehingga apabila dikocok dengan aquades maka akan
membentuk misel. Struktur misel gugus polar akan menghadap ke
dalam, sedangkan gugus nonpolar akan menghadap ke luar
sehingga akan tampak seperti buih di permukaan.
c. Uji Wagner
Uji fitokimia selanjutnya adalah uji wagner. Berdasarkan
hasil penelitian, kedua sampel negatif mengandung alkaloid yang
diketahui dengan tidak terbentuknya endapan pada tabung reaksi.
Dalam penelitian Adhlani (2013), daging labu kuning positif
mengandung alkaloid dan pada penelitian Patel (2013), biji labu
kuning positif mengandung alkaloid . Hasil negatif dari penelitian
ini diperkirakan karena jumlah senyawa alkaloid yang terkandung
dalam sampel terlalu sedikit sehingga tidak dapat terdeteksi saat
dilakukan uji wagner. Selain itu, menurut Artini dkk. (2013).
Perbedaan kondisi lingkungan tempat tumbuh dapat
menyebabkan perbedaan kandungan dan jumlah metabolit
sekunder, sehingga terdapat perbedaan hasil uji dengan peneliti
yang sebelumnya.
d. Uji Salkowski
Uji fitokimia selanjutnya adalah uji salkowski. Uji
salkowski bertujuan untuk mengetahui adanya sterol atau
triterpenoid pada sampel. Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak
daging labu kuning positif mengandung senyawa triterpenoid
yang ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi kuning
keemasan. Sedangkan pada ekstrak biji labu kuning tidak
mengandung steroid maupun triterpenoid. Perubahan warna yang
e. Uji Tanin
Uji fitokimia terakhir adalah uji tanin. Berdasarkan hasil
penelitian, ekstrak daging labu kuning negatif mengandung
senyawa tanin, sedangkan ekstrak biji labu kuning positif
mengandung tanin yang ditunjukkan dengan perubahan warna
sampel menjadi hijau kehitaman. Pada dasarnya, senyawa tanin
memiliki dua golongan, yakni golongan tanin hidrolisis yang akan
menghasilkan warna biru kehitaman, dan golongan tanin
kondensasi yang akan menghasilkan warna hijau kehitaman.
Pereaksi FeCl3 umumnya digunakan untuk mengidentifikasi
senyawa fenol. FeCl3 yang ditambahkan pada sampel akan
bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada dalam tanin.
(Sangi, dkk., 2008). Menurut Halimah (2010) dalam Khotimah
(2016), menyatakan bahwa tanin akan membentuk senyawa
kompleks dengan ion fe3+ setelah ditambahkan pereaksi FeCl3
sehingga terbentuk warna biru tua (biru tinta) atau hijau
kehitaman.
PENUTUP
5.1 SIMPULAN
5.1.2 Kedua nilai LC50 tersebut termasuk dalam kategori toksik terhadap
larva Artemia salina dan nilai LC50 dari kedua ekstra tidak ada
perbedaan yang signifikan.
5.2 SARAN
55
56
Bariyyah, S.K.A., Ghananim, A.F., Munirul, A., dan A. Hanapi. 2013. Uji
Antioksidan terhadap DPPH dan Identifikasi Golongan Senyawa Aktif
Ekstrak Kasar Mikroalga Chlorella sp. Hasil Kultivasi dalam Medium
Ekstrak Tauge. ALCHEMY. Vol. 2 (3) : 150-204
Baud, G. S., Sangi, M.S., dan H.S.J Koleangan. 2014. Analisis Senyawa
Metabolit Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Batang
Tanaman Patah Tulang (Euphorbia tirucalli L.) dengan Metode Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT).. Jurnal Ilmiah Sains Vol. 14 (2) : 1-8
Bustanussalam. 2016. Pemanfaatan Obat Tradisional (Herbal) sebagai Obat
Alternatif. BioTrends. Vol 7 (1) : 20-25
Cahyadi, R. 2009. Uji toksisitas akut ekstrak etanol buah pare (Momordica
charantia L) Terhadap larva Artemia salina Leachdengan
metodeBrine shrimp lethality test (BST). Universitas Dipenogoro
Repository.5: 1-8.
Dwitiyanti. Agustus, 2015. Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) sebagai
Antikanker Payudara. Pharmacology Science Research. Vol 2 (2) :
79-88
Dhiyas, A., dan N. Rustanti. 2016. Pengaruh Perbandingan Tepung Labu Kuning
(Cucurbita moschata) dan Tepung Mocaf terhadap Serat Pangan,
Aktivitas Antioksidan, dan Total Energi Pada Flakes “Kumo”. Journal
of Nutrition College. Vol. 5 (4) : 499 - 503
Donatus, I.A. 2001. Toksikologi Dasar, Laboratorium Farmakologi dan
Toksikologi, Fakultas Farmasi, UGM Yogyakarta.
Ergina, Nuryanti, S., dan I.D. Pursitasari. 2014. Uji Kualitatif Senyawa Metabolit
Sekunder pada Daun Palado (Agave agustifolia) yang diekstraksi
dengan Pelarut Air dan Etanol. Jurnal Akademi Kimia. Vol. 3(3) :
165-172
Hanifah, N.Z. 2015. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Sirsak
(Annona muricata) terhadap Larva Artemia salina dengan Metode
BrineShrimp Lethality Test (BSLT). Program Studi Pendidikan
Dokter. FakultasKedokteran dan Keseshatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Harli, A.S. 2016. Uji Toksisitas Fraksi Etanol Daun Pedang-Pedang (Sanseviera
trifasciata Prain) terhadap Larva Udang (Artemia salina Leach)
dengan menggunakan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
Skripsi. Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
UIN Alauddin Makassar.
Hendrasty, HK. 2003. Tepung Labu Kuning. Kasinus, Yogyakarta.
Meyer, B.N. Ferrigni, N.R., Putnan, J.E., Jacobsen, L.B., Nicholas, D.E, and
Mclaughlin, J.L. 1982. Brine Shrimp: A Conveinient General
Bioassay For Active Plant Constituents, Planta Medica. Vol 4 (5) :
31-34
Muhammad, A.B. 2003. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7. Pustaka Iman Asy-Syafi,i.
Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.
Jurnal Kesehatan. Vol 7 (2) : 361-367
Muntaha, A., Haitami., dan N.Hayati. 2015. Perbandingan Penurunan Kadar
Formalin pada Tahu yang direbus dan direndam Air Panas. Medical
Laboratory Technology Journal. Vol 1 (2) : 84-90
Mutiyani, N. 2013. Uji Toksisitas Akut Ekstrak etil Asetat Daun Grasinia
benthami Pieree dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Nafiah, F. 2018. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daging Buah Kurma Ajwa
(Phoenix dactylifera) dengan beberapa Dosis terhadap Hitung Jenis
Leukosit Mencit (Mus musculus) Bunting. Skripsi. Prodi Biologi
Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel, Surabaya.
Najiah, T. 2014. Pengaruh Proporsi Sari Labu Kuning (Cucurbita moschata) dan
Lama Fermentasi terhadap Karakteristik Yoghurt Labu Kuning.
Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang.
Naidu, J.R., Ismail, R., and S. Sasidharan. 2014. Acute Oral Toxicity and Brine
Shrimp Lethality of Methanol Extract of Mentha spicata L
(Lamiaceae). Tropical Journal of Pharmaceutical Research, 13 (1) :
101-107
Nasrudin, Wahyono, Mustofa, dan R.A. Susidarti. 2017. Isolasi Senyawa Steroid
dari Kulit Akar Senggugu (Clerodendrum serratum L.Moon). Jurnal
Ilmiah Farmasi Unsrat. Vol 6 (3) : 332-340
Nazilah, N.R.K. 2019 Uji Aktivitas Antioksidan dan Skrining Potensi Antikanker
Ekstrak Metanol Buah Kurma Ajwa (Phoenix dactylifera). Skripsi.
Program Stusi Biologi, Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya
Ningdyah, A.W., Alimuddin, A.H., dan A. Jayuska. 2015. Uji Toksisitas dengan
Metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) terhadap Hasil Fraksinasi
Ekstrak Kulit Buah Tampoi (Baccaurea macrocarpa). JKK. Vol 4 (1)
: 75-83
Ningrum, R., Purwanti, E., dan Sukarsono. 2016. Identifikasi Senyawa Alkaloid
dari Batang Karamunting (Rhodomeyrtus tomentosa) sebagai Bahan
Ajar Biologi untuk SMA Kelas IX. Jurnal Pendidikan Biologi
Indonesia. Vol, 2 (3) : 231-236
Panjaitan, R., Ni’mah, S. Romadhonah, dan L. Annisa. 2015. Pemanfaatan
Minyak Biji labu kuning (Cucurbita moschata Durch.) menjadi
sediaan Nanoemulsi Topical sebagai Agen Pengembangan Cosmetical
Anti Aging. Khazanah. Vol 7(2) : 61-81
Patel, S. 2013. Pumpkin (Cucurbita sp.) seeds as nutraceutic. Mediterranean
Journal of Nutrition and Metabolism. Vol 6 (3) : 183-189
Pitoyo. 2004. Artemia salina (Kegunaan, Biologi, dan Kulturnya). INFIS Manual
Seri No. 12. Direktorat Jendral Perikanan Dan International
Development Research Centre.
Penggabean, M.G.L. 1984. Teknik Penetasan dan Pemanenan Artemia salina.
Oseana, 9 (2) : 57-65.
Perdanianti, A.M dan Y. Arum. 2006, Ekstraksi dan Pengeringan Waluh
untuk Mendapatkan Produk Fine Powder. Skripsi. Universitas
Diponegoro, Semarang.
Purnama, M. 2016. Pemberian Pakan Alami yang Berbeda pada Benih Ikan
Tawes (Barbonymus gonionotus) terhadap Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup. Skripsi. Program Studi Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Teuku Umar, Meulaboh.
Puspita, N. 2012. Pengaruh Ekstrak Etanol Biji Labu Kuning (Cucurbita
moschata) terhadap Kualitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus)
setelah Pemberian 2-Metoksietanol. Skripsi. Program Studi S-1
Biologi, Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Airlangga.
Radam, R.R., dan E. Purnamasari. 2016. Uji Fitokimia Senyawa Kimia Aktif
Akar Nipah (Nyfa fruticans WURMB) sebagai Tumbuhan Obat di
Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan Tropis. Vol 4 (1) : 28-34
Ramdhini, R.N. 2010. Uji Toksisitas terhadap Artemia salina Leach. dan
Toksisitas Akut Komponen Bioaktif Pandanus conoideus var
conoideus Lam. Sebagai Kandidat Antikanker. Skripsi. Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Sangi, M., Runtuwene, M.R.j., Simbala, H.E.I., dan V.M.A. Makang. 2008.
Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa Utara.
Chemistry Progres. Vol, 1 (1) : 47-53
Setiabudi, D. A. dan Tukiran. 2017. Uji Skrining Fitokimia Metanol Kulit Batang
Tumbuhan Klampok Watu (Syzygium litorale). UNESA Journal of
Chemistry, Vol 6 (3): 155-160
Shaala, N.M.A., Zulkifli, S.Z., Ismail, A., Azmai, M.N.A., and F. M. Yusuff.
2015. Selected Morphological Changes in Nauplii of Brine Shrimp
(Artemia salina) after Tributyltin Chloride (TBTCL) Exposure. World
Applied Sciences Journal. Vol 33 (8) : 1334-1340
Shihab, M.Q. 2002. Tafsir Al Misbah: Pesan, kesan, dan keserasian Al-Qur’an.
Jakarta: Lentera Hati.
Shihab, M.Q. 2019. "Tafsir Al-Misbah : QS. Yunus ayat 101 (QS. 10:101) ".
https://risalahmuslim.id. (Diakses pada 30 Juni 2019 pukul 15.47
WIB).
Shihab, M.Q. 2019. "The Noble Quran QS. As-Saffat ayat 146)".
http://id.noblequran.org/quran/surah-as-saffat/ayat-146. (Diakses pada
23 Juli 2019 pukul 11.47 WIB).
Simaremare, E.S. 2014. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Gatal (Laportea
decumana (Roxb.) Wedd). Pharmacy. Vol, 11 (1) : 98 – 107
Siswarini, A.D., Kustono., dan R. Bijanti. 2017. Uji Efektifitas Daya
Anthelmintik Infusa Biji Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch.)
terhadap Cacing Fasciola gigantican secara In Vitro. Journal of
Parasite Sciense. Vol 1 (1) : 7-10
Solis, P.N., Wright, C.W., Anderson, M.M., Gupta, M.F., Philipson, J.D. 1993. A
Microwell Cytotoxicity Assay using Artemia salina (Brine Shrimp).
Planta Medica. Vol 59 (3) : 250-252
Subekti, N.K. 2014. Uji Toksisitas AKUT Ekstrak Metanol Daun Laban Abang
(Aglaia elliptica BLUME) terhadap Larva Udang (Artemia salina
LEACH) dengan Metode BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT).
Skripsi. Program Stidu Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Jakarta.
Sudarto, Y. 2003. Budidaya Waluh. Kasinus, Yogyakarta.
Sugianti, N. 2007. Brine Shtimp Lethality Test Ekstrak Etanol Daun Tumbuhan
Tembelekan (lantana camara L.) beserta Profil Kromatografi Lapis
Tipisnya. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Suparni, I. dan Wulandarai, A. 2012. Herbal Nusantara : 1001 Ramuan
Tradisional Asli Indonesia. ANDY Yogyakarta, Yogyakarta.
Suphankarn, V.S., Yarnnon, C., and P. Ngunboonsari. 1987. The Effect of
Pumpkin Seed on Oxalcrystalluria and Urinary Composition on
Childern in Hyperendemic Area. AM J Clin Nutr. Vol 45 : 115-121
Tampungan, W.A., Simbala, H.I.E., Queljoe. E. D., dan S. Wullur. 2011. Uji
Toksisitas Ekstrak Batang Pinang Yaki (Areca vestiara) pada Artemia
salina Leach. Jurnal Bioslogos. Vol 1 (1) : 8-12
Utami, P. 2008. Buku Pintar Tanaman Obat. PT Agromedia Pustaka, Jakarta.
Vitalia, N., Najib, A., dan A.R. Ahmad. 2016. Uji Toksisitas Ekstrak Daun
Pletekan (Ruellia tuberosa L.) dengan menggunakan Metode Brine
Shrimp Lethality Test (BSLT). Jurnal Fitofarmaka Indonesia. Vol 3
(1) : 124-129
Waji, R.A, dan A. Sugrani, 2009. Flavonoid (Quercetin). Makalah Kimia Organik
Bahan Alam. Program S2-Kimia, Fakultas Matematika dan
IlmuPengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin.
Widuri, G.R. 2007. Uji Toksisitas Ekstak Kloroform dan ekstrak Etanol Daun
Singkong (Manihot utilissima Pohl.) terhadap Larva Udang Artemia
salina Leach dan Profil Kromatografi Lapis Tipisnya. Skripsi.
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Winarni, S. 2006. Minuman Kesehatan. Trubus Agrisarana, Surabaya.