20170301269
1. PENYAKIT DIARE
2) Tahap Patogenesis
a. Tahap inkubasi
Virus (salmonella, shigella, E,coli , V.cholerae, ) masuk kedalam tubuh dengan
menginfeksi usus baik pada jeyenum,ileum dan colon. Setelah virus menginfeki usus
virus menembus sel dan mengadakan lisis kemudian virus berkembang dan
memproduksi enterotoksin. Masa`inkubasi biasanya sekitar 2-4hari,pasien sudah
buang air bessar lebih dari 4x tetapi belum tanpa gejala-gejala lain.
a. Tahap inkubasi, pada tahap ini pasien dapat di beri orallit, makanan harus di teruskan
bakan di tingkatkan selama diare untuk menghindari efek buruk pada status gizi dan
berikan anak lebih banyak cairan dari pada biasanya untuk mencegah dehidrasi
c. Tahap akhir : Biasanya pasien diamati kurang lebih 6jam setelah pemberian oralit terus
berikan antibiotic dan berikan caiarn intra vena. Pada tahap ini bila penanganan baik
pasien bisa sembuh sempurna
3) Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami kecatatan
dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan pengembalian
fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha
rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat
dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan
cairan.
2. Penyakit Tuberkulosis
a. Tahap inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya bibit penyakit ke dalam
tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit. Masa
inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan pengetahuan
tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekadar sebagai pengetahuan riwayat
penyakit, tetapi berguna untuk informasi diagnosis. Setiap penyakit mempunyai masa
inkubasi tersendiri, dan pengetahuan masa inkubasi dapat dipakai untuk identifikasi jenis
penyakitnya. Masa inkubasi dari penyakit TBC yaitu mulai terinfeksi samapi menjadi sakit
diperkirakan 4-12 minggu
• Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat
hilang timbul
• Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah) Perasaan tidak
enak (malaise), lemah
c. Tahap penyakit lanjut
Pada tahap ini penyakit bertambah jelas dan mungkin bertambah berat dengan segala
kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan. Saatnya pula,
setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat
lanjut yang kurang baik dengan gejala :
• Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai
sesak.
• Ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah
• Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang
• Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat
kembali
• Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada, tetapi
tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa
cacat
• Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetap ada dalam
tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit
3) Tahap Pascapatogenesis
Tahap pasca patogenesis/ tahap akhir yaitu berakhirnya perjalanan penyakit TBC yang
diderita oleh sesorang dimana seseorang berada dalam pilihan keadaan, yaitu sembuh
sempurna, sembuh dengan cacat, karier, penyakit berlangsung secara kronik, atau berakhir
dengan kematian setelah melalui berbagai macam tahap pencegahan dan pengobatan yang
rutin
2) Tahap Patogenesis
b. Tahap Penyakit Dini : Demam yang akut, selama 2 hingga 7 hari, dengan 2 atau lebih
gejala diantaranya seperti berikut : nyeri kepala, nyeri otot, nyeri persendian. Di mana
gejala panas penderita di hari ke 1- 4 rata-rata menunjukkan peningkatan (cenderung
panas) dimana suhu badan mencapai 39 0C – 41 0C, dan hari ke 5-7 ratarata panas
cenderung menurun
c. Tahap Penyakit Lanjut : Bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi perdarahan dan
leucopenia, dan terjadi pembesaran hati (Hepatomegali)
2) Primary Prevention :
a. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan-makanan bergizi, olahraga rutin, dan istirahat
yang cukup (meningkatkan daya tahan tubuh)
b. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk
abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan
rantai perkembangbiakan nyamuk
3) Secondary Prevention
Pemeriksaan laboratorium :
4) Tertiary Prevention
b. Rehabilitasi
4. Penyakit Malaria
2) Tahap Inkubasi
Masa inkubasi pada penyakit malaria beberapa hari sampai beberapa bulan yang
kemudian barulah muncul tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh penderita seperti demam,
menggigil, linu atau nyeri persendian, kadang sampai muntah, dll. Masa inkubasi pada
penularan secara alamiah bagi masing-masing species parasit adalah sebagai berikut,
Plasmodium Falciparum 12 hari. Plasmodium vivax dan Plasmodium Ovate 13 -17 hari.
Plasmodium maJariae 28 -30 hariMasa antara permulaan infeksi sampai ditemukannya
parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa inkubasi dimulai dari
masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis. Masa prepaten
tiaptiap plasmodium berbeda-beda. Masa prepaten P. Falcifarum adalah 6-25 hari, P. Vivax
8-27 hari, P. Ovale 12-20 hari, dan P. Malariae 18-59 hari.
3) Tahap Dini/Klinis
Dikenal beberapa kaadaan klinik dalam perjalan infeksi malaria yaitu :
• Periode dingin : Mulai menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh
badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang
kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan
meningkatnya temperatur
• Periode panas : Penderita muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat, dan panas
badan tetap tinggi sampai 40oC atau lebih, penderita. Periode ini lebih lama dari fase
dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat
Periode laten
Periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya infeksi malaria. Biasanya
terjadi diantara dua keadaan paroksismal
c. Recrudescense
Berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya
serangan primer
d. Recurrence
Berulangnya gejala klinik atau parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya serangan
primer
e. Relapse atau “Rechute”
Berlangsungnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari wakti diantara
serangan periodik dari infeksi primer
4) Tahap Lanjut
Merupakan tahap di mana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat dengan
segala kelainan patologis dan gejalanya. Pada tahap ini penyakit sudah menunjukkan gejala
dan kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan. Dan juga
sudah memerlukan perlukan pengobatan.
5) Tahap Akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu:
a. Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat
kembali.
b. Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada,
tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen
berupa cacat.
c. Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namunpenyakit masih tetap ada dalam
tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
• Edukasi
• Melakukan kegiatan sistem kewaspadaan dini, dengan memberikan penyuluhan pada
masyarakat tentang cara pencegahan malaria
• Proteksi pribadi, seseorang seharusnya menghindari dari gigtan nyamuk dengan
menggunakan pakaian lengkap, tidur menggunakan kelambu, memakai obat penolak
nyamuk, dan menghindari untuk mengunjungi lokasi yang rawan malaria
• Modifikasi perilaku berupa mengurangi aktivitas di luar rumah mulai senja sampai
subuh di saat nyamuk anopheles umumnya mengigit
2) Pencegahan Sekunder
a. Pencarian penderita malaria : melalui skrining yaitu dengan penemuan dini penderita
malaria dengan dilakukan pengambilan slide darah dan konfirmasi diagnosis
mikroskopis dan /atau RDT (Rapid Diagnosis Test)) dan secara pasif dengan cara
melakukan pencatatan dan pelaporan kunjungan kasus malaria
b. Diagnosa dini
• Gejala Klinis
Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesis yang tepat dari penderita tentang
keluhan utama (demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare, dan nyeri otot atau pegal-pegal), riwayat berkunjung dan
bermalam 14 minggu yang lalu ke daerah endemis malaria, riwayat tinggal di daerah
endemis malaria, riwayat sakit malaria, riwayat minum obat malaria satu bulan
terakhir, riwayat mendapat transfusi darah. Selain itu juga dapat dilakukan
pemeriksaan fisik berupa : demam (pengukuran dengan thermometer ≥37.5 °C) ,
anemia dan Pembesaran limpa (splenomegali) atau hati (hepatomegali)
3) Pencegahan Tertier
5. Penyakit Difteri
2) Tahap Patogenesis
a. Tahap Inkubasi : Tahap inkubasi merupakan tenggang waktu antara masuknya bibit
penyakit ke dalam tubuh manusia yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai
timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi penyakit difteri ini 2 – 5 hari, masa penularan
penderita 2-4 minggu sejak masa inkubasi, sedangkan masa penularan carier bisa
sampai 6 bulan.
b. Tahap Dini : Gejala penyakit difteri ini adalah panas lebih dari 38 °C , ada
psedomembrane bisa di pharynx, larynx atau tonsil, sakit waktu menelan dan leher
membengkak seperti leher sapi (bullneck), disebabkan karena pembengkakan kelenjar
leher
2) Primary Prevention
Melakukan kegiatan sistem kewaspadaan dini dengan memberikan penyuluhan pada
masyarakat tentang cara pencegahan difteri dan perlu juga untuk menjaga kebersihan badan,
pakaian dan lingkungan. Penyakit menular seperti difteri mudah menular dalam lingkungan
yang buruk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itulah, selain menjaga kebersihan
diri, kita juga harus menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Disamping itu juga perlu
diperhatikan makanan yang kita konsumsi harus bersih dan jika kita harus membeli makanan
di luar, pilihlah warung yang bersih.
3) Secondary Prevention
Perawatan umum penyakit difteri yaitu dengan melakukan isolasi, bed rest : 2-3
minggu, makanan yang harus dikonsumsi adalah makanan lunak, mudah dicerna, protein dan
kalori cukup, kebersihan jalan nafas, pengisapan lendir.
4) Tertiary Prevention
Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan Difteri. Setiap orang dapat
terinfeksi oleh difteri,tetapi kerentanan terhadap infeksi tergantung dari pernah tidaknya ia
terinfeksi oleh difteri dan juga pada kekebalannya. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kebal
akan mendapat kekebalan pasif, tetapi taka akan lebih dari 6 bulan dan pada umur 1 tahun
kekebalannya habis sama sekali. Seseorang yang sembuh dari penyakit difteri tidak selalu
mempunyai kekebalan abadi. Paling baik adalah kekebalan yang didapat secara aktif dengan
imunisasi.