Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : Putri Anggraeni

NIM : P07220322049

Program Studi : D3 KEPERAWATAN PJJ

RS/Ruang/PKM : Puskesmas Samarinda Kota

A. Tumbuh dan Kembang Anak Sehat

Pertumbuhan (Growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran
atau dimensi tingkat selorgan maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat
(gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Perkembangan (pengembangan) adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pemesanan.Di
sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-seltubuh,jaringan tubuh,organ-organ
dan sistem organ yang berkembang jadi rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi
fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai
hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2002).

Teori lain mengatakan perkembangan adalah aspek adaptasi progresif terhadap


lingkungan yang bersifat kualitatif. Contoh perubahan kualitatif ini adalah peningkatan
kapasitas fungsional penguasaan terhadap beberapa keterampilan yang lebih
kecil,misalnya anak usia dini dengan berpartisipasi dalam percakapan telepon dengan
orang tua mereka (Potter & Perry,2005).Walaupun begitulah seorang anak dalam banyak
hal tergantung kepada orang dewasa, misalnya mengkonsumsi makanan, perawatan,
bimbingan, perasaan aman,pencegahan penyakit dan misalnya. Oleh karena itu semu
aorang-orang yang mendapat tugas mengawasi anak harus mengerti masalah anak yang
sedang tumbuh dan berkembang
B. Konsep Imunisasi

1. Definisi
Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi
merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan
sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah
atau berbahaya bagi seseorang (Lisnawati, 2011).
Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpajan dengan
penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Kemenkes RI,
2013).
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu
penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut ia tidak menjadi sakit.
Kekebalan yang diperoleh dari imunisasi dapat berupa kekebalan pasif maupun aktif
(Ranuh et.al, 2011).

2. Etiologi
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Imunisasi:
1) Sistem Pendingin
Yaitu sistem penyimpanan dan distribusi vaksin sebagai vaksin dapat memenuhi
syarat secara kontimeu dari produsen sampai tempat pelaksanaan imunisasi /
vaksinasi.

2) Penyimpanan Vaksin
Dalam lemari es dan kamar pendingin yang harus diperhatikan jika vaksin disimpan
di lemari es adalah :
a. Vaksin diletakkan pada rak paling dalam sehingga pengaruh udara luar dapat
diminimalkan.
b. Vaksin jangan diletakkan pada lemari es, karena suhunya tinggi.
c. Termometer harus tetap diletakkan pada lemari es, untuk mengoreksi suhunya

3) Pengiriman Vaksin
Yang lazim digunakan pada waktu pengiriman vaksin adalah termos cold box dan
pengangkutan dalam jumlah besar pada cold truck dengan volume paling sedikit 1/3
dari volumenya.

4) Panas merusak jenis vaksin


Contoh : suhu tinggi dan sinar matahari, Sinar matahari terutama merusak vaksin
hepatitis B, campak, dan polio. Pembekuan dapat merusak vaksin yang terbuat
toxoid.
3. Manifestasi Klinis
Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas kesadaran
social, emosional, intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya.

Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga di bentuk pada masa dini
sehingga setiap kelainan/penyimpanan sekeci lapapun, apabila tidak ditangani dengan
baik akan mengurangi kualitas perkembangan.
1. Nyeri pada bekas penyuntikan
2. Suhu badan naik pada DPT
3. Diare pada vaksin polio
4. Timbul bisul kecil pada hepatitis B
Reaksi local atau sistemik yang bersifat ringan,kasus yang sering terjadi adalah
bengkak,nyeri,penebalan kemerahan pada bekas suntikan,Menangis >3 jam dan
kadang kadang terjadi reaksi umum seperti demam >38,5C

- Gejala – gejala Hepatitis


Setiap proses peradangan akan menimbulkan gejala. Berat ringannya gejala yang
timbul tergantung dari ganasnya penyebab penyakit (patogenitas) dan daya tahan
tubuh penderita.
Secara umum penyakit hepatitis mengenal empat stadium yang timbul akibat proses
peradangan hati akut oleh virus, yaitu masa tunas, fase prod moral, fase kuning, dan
fase penyembuhan.

1. Masa Tunas
Yaitu sejak masuknya virus pertama kali ke dalam tubuh sampai menimbulkan
gejala klinis. Masa tunas dari masing-masing penyebab virus hepatitis tidaklah sama.
Kerusakan sel-sel hati terutama terjadi pada stadium ini.

2. Fase Prodmoral (fase preikterik)


Fase ini berlangsung beberapa hari. Timbul gejala dan keluhan pada penderita
seperti badan terasa lemas, cepat lelah, lesu, tidak nafsu makan (anoreksia), mual,
muntah, perasaan tidak enak dan nyeri diperut, demam kadang-kadang menggigil,
sakit kepala, nyeri pada persendian (arthralgia), pegal-pegal diseluruh badan terutama
dibagian pinggang dan bahu (mialgia), dan diare. Kadang-kadang penderita seperti
akan pilek dan batuk, dengan atau tanpa disertai sakit tenggorokan. Karena keluhan
diatas seperti sakit flu, keadaan diatas disebut pula sindroma flu.

3. Fase kuning (fase ikterik)


Biasanya setelah suhu badan menurun, warna urine penderita berubah menjadi
kuning pekat seperti air teh. Bagian putih dari bola mata (sklera), selaput lendir
langit-langit mulut, dan kulit berubah menjadi kekuningan yang disebut juga ikterik.
Bila terjadi hambatan aliran empedu yang masuk kedalam usus halus, maka tinja akan
berwarna pucat seperti dempul, yang disebut faeces acholis.
Warna kuning atau ikterik akan timbul bila kadar bilirubin dalam serum melebihi 2
mg/dl. Pada saat ini penderita baru menyadari bahwa ia menderita sakit kuning atau
hepatitis. Selama minggu pertama dari fase ikterik, warna kuningnya akan terus
meningkat, selanjutnya menetap. Setelah 7-10 hari, secara perlahan-lahan warna
kuning pada mata dan kulit akan berkurang. Pada saat ini, keluhan yang ada
umumnya mulai berkurang dan penderitamerasa lebih enak. Fase ikterik ini
berlangsung sekitar 2-3 minggu. Pada usia lebih lanjut sering terjadi gejala hambatan
aliran empedu (kolestasis) yang lebih berat sehingga menimbulkan warna kuning
yang lebih hebat dan berlangsung lebih lama.

4. Fase penyembuhan (konvaselen)


Ditandai dengan keluhan yang ada dan warna kuning mulai menghilang. Penderita
merasa lebih segar walaupun masih mudah lelah. Umumnya penyembuhan sempurna
secara klinis dan laboratoris memerlukan waktu sekitar 6 bulan setelahtimbulnya
penyakit.
Tidak semua penyakit hepatitis mempunyai gejala klasik seperti diatas. Pada sebagian
orang infeksi dapat terjadi dengan gejala yang lebih ringan (subklinis) atau tanpa
memberikan gejala sama sekali (asimtomatik). Bisa jadi ada penderita hepatitis yang
tidak terlihat kuning (anikterik). Namun, ada juga yang penyakitnya menjadi berat
dan berakhir dengan kematian yang dinamakan hepatitis fulminan.
Hepatitis fulminan ditandai dengan warna kuning atau ikterus yang bertambah berat,
suhu tubuh meningkat, terjadi perdarahan akibat menurunnya faktor pembekuan
darah, timbulnya tanda-tanda ensefalopati berupa mengantuk, linglung, tidak mampu
mengerjakan pekerjaan sederhana, dan akhirnya kesadaran menurun sampai menjadi
koma. Kadar bilirubin dan transaminase (SGOT, SGPT) serum sangat tinggi, juga
terjadi peningkatan sel darah putih (leukositosis). Keadaan ini menandakan adanya
kematian (nekrosis) sel parenkim hati yang luas.
4. Pathway
5. Pemeriksaan Penunjang
Vaksin dibuat di Laboratorium, berasal dari bibit penyakit tertentu yang menimbulkan
penyakit tetapi kemudian bibit penyakit ini dilemahkan atau dimatikan sehingga tidak
berbahaya. Ada bibit penyakit yang sudah dimatikan, misalnya bakteri pertusis dalam
vaksin DPT. Ada yang dibuat dari bibit penyakit hidup yang sudah dilemahkan :
Contohnya :
1) Virus campak dari vaksin campak
2) Virus polio dari vaksin polio
3) Bassilus colmatle guarin dalam vaksin hepatitis B

Ada yang dibuat toxin yang dihasilkan oleh bakteri kemudian diubah menjadi toxoid
sehingga tidak berbahaya bagi manusia.
Contohnya :
1) Tetanus toxoid dalam vaksin TT
2) Difteri tetanus dalam vaksin DT atau DPT

Ada yang dibuat dari bioteknologi rekayasa genetika.


Contohnya :
1) Vaksin hepatitis B rekombinasi

6. Penatklasanaan
 Hepatitis B Cara pemberian : Disuntikkan secara intramuscular Dosis
: 0,5 ml Lokasi : 1/3 atas paha bagian luar
 DPT Cara pemberian : Disuntikkan secara IM Dosis : 0,5
ml Lokasi : 1/3 atas paha bayi bagian luar Banyak pemberian : 3x
 BCG Cara pemberian: Disuntikkan secara intra cuban Dosis : 0,05
cc Lokasi : 1/3 atas lengan bagian luar Banyak pemberian: 1x
 Polio (Cara pemberian) : Diteteskan di bawah lidah

Dosis : 2 tetes

Banyak pemberian: 4x

1. Pengobatan pada hepatitis virus lebih ditekankan pada tindakan pencegahan


2. Rawat jalan kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan
enyebabkan dehidrasi.
3. Mempertahankan asupan kalori dan cairan memadai
4. Pemberian intraferon alpa pada hepatitis C akut dapat menurunkan risiko kejadian
infeksi kronis.
5. Obat-obatan yang tidak penting harus dihentikan
6. Pemantauan fungsi hati dan serologi hati HVB enam bulan kemudian, bila
terdapat peningkatan titer SGOT-SGTP lebih besar dari sepuluh kali nilai batas
atas normal, koagulopati, ensefalopati, sebab dapat dicurigai adanya hepatitis
fulminant
7. Pe meriksaan HbeAg, Ig anti-HBc, SGOT/PT, dan USG hati.
8. Terapi antivirus yang terdiri dari antireplikasi virus, imunomodulator, dan
antiproliferasi. Pegylated interferon alfa disebut dengan polythylene glikol (PEG)
yang larut dalam air terdiri dari penginterferon alfa-2a, dan penginterferonalfa-2b.
Ribavirin diberikan bersama interferon alfa untuk pengobatan hepatitis C kronis.
Sementara, tujuan tetapi antivirus adalah.
a. Menekan replikasi virus sehingga mengurangi risiko transmisi,
b. Normalisasi amino transferasi dan perbaikan histologis hati,
c. Menghilangkan atau mengurangi gejala dan,
d. Mencegah progretivitas

C. Proses keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan proses keperawatan yang meliputi usaha untuk
mengetahui permasalahan klien yaitu pengumpulan data tentang status kesehatan klien
secara sistematis, akurat, menyeluruh, singkat, dan berkesinambungan yang dilakukan
perawat. Komponen dari pengkajian keperawatan meliputi anamnesa, pemeriksaan
kesehatan, pengkajian, pemeriksaan diagnostik serta pengkajian penatalaksanaan medis.
Dalam pengkajian keperawatan memerlukan keahlian dalam melakukan komunikasi,
wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik (Muttaqin, 2010 dalam Wibowo 2016 ).
1) Anamnesa
a. Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nam, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pekerjaan,
pendidikan dan status perkawinan.
- Keluhan utama
Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan, malaise,
demam (lebih sering pada HVA), rasa pegal linu dan sakit kepala pada HVB, serta
hilangnya daya rasa lokal untuk perokok.
2) Riwayat penyakit/Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat kesehatan yang mencangkup tentang nyeri abdomen pada kuadran kanan
atas, demam, malaise, mual, muntah

(anoreksia), feses berwarna tanah liat dan urine pekat

b. Riwayat penyakit lalu


Riwayat apakah pasien pernah mengalami bradikardi atau pernah menderita masa
medis lainnya yang menyebabkan hepatitis (yang meliputi penyakit gagal hati dan
penyakit autoimun). Dan, kaji pula apakah pasien pernah mengindap infeksi virus dan
buat catatan obat-obatan yang pernah digunakan.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji riwayat keluarga yang mengonsumsi alkohol, mengindap hepatitis, dan penyakit
biliaris.

Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati


1. Aktivitas
1) Kelemahan
2) Kelelahan
3) Malaise
2. Sirkulasi
1) Bradikardi (Hiperbilirubin berat)
2) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3. Eliminasi
1) Urine gelap
2) Diare feses warna tanah liat
4. Makanan dan Cairan
1) Anoreksia
2) Berat badan menurun
3) Mual dan muntah
4) Peningkatan oedema
5) Asites
5. Neurosensori
1) Peka terhadap rangsang
2) Cenderung tidur
3) Letargi
4) Asteriksis
6. Nyeri / Kenyamanan
1) Kram abdomen
2) Nyeri tekan pada kuadran kanan
3) Mialgia
4) Atralgia
5) Sakit kepala
6) Gatal ( pruritus )
7. Keamanan
1) Demam
2) Urtikaria
3) Lesi makulopopuler
4) Eritema
5) Splenomegali
6) Pembesaran nodus servikal posterior
8. Seksualitas
1) Pola hidup / perilaku meningkatkan resiko terpajang

2. Diagnosa Keperawatan

No. Diagosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


1. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas
(I.01011)
keperawatan 1 x 7 jam
diharapkan pola nafas Observasi
1.1 monitor pola napas
(L.01004) pasien
terapeutik
membaik, dengan kriteria 1.2 posisikan semi-fowler
Pola nafas tidak efektif atau fowler
hasil :
(D.0005) edukasi
1. Pola nafas teratur 1.3 ajarkan teknik batuk
efektif
2. Frekwensi pernafasan
kolaborasi
membaik 1.4 kolaborasi pemberian
bronkodilator,
3. Menunjukan kepatenan
ekspektoran, mukolitik,
jalan nafas jika perlu
Pasien mampu menguasai
teknik batuk efektif
2. Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
keperawatan 1 x 7 jam (I.08238)
diharapkan tingkat nyeri
(L.08065)pasien membaik, observasi
Gangguan rasa nyaman dengan kriteria hasil : 1.1 Tentukan lokasi,
(D.0074)
1) keluhan nyeri tidak ada karakteristik, durasi,
2) Tidak meringis frekuensi, kualitas,
3) Tidak gelisah intensitas nyeri.
1.2 Identifikasi skala nyeri
terapeutik
1.3 Memberikan tehknik
pengalihan rasa nyeri
dengan terapi music.
1.4 Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
edukasi
1.5 Jelaskan penyebab,
priode, dan pemicu
nyeri
kolaborasi
1.6 Kolaborasi medis
untuk pemberian
analgesik.
3. Setelah dilakukan tindakan Terapi aktivitas
keperawatan 1x24 jam (I.05186)
masalah intoleransi
aktivitas teratasi (L.05047) Observasi
Kriteria Hasil : 1.1 Bantu klien untuk
1.Tanda-tanda vital dalam mengidentifikasi
rentang normal. aktivitas yang mampu
2. Level kelemahan. dilakukan.
3. Sirkulasi status baik. 1.2 Bantu klien evaluasi
4. Status respirasi : sebelum dengan
pertukaran gas dan seudah tindakan.
Intoleransi akivitas ventilasi adekuat. 1.3 Bantu klien untuk
(D.0056) memilih posisi nyaman
untuk istirahat atau
tidur.
1.4 Bantu aktivitas
perawatan diri yang
diperlukan.
kolaborasi
1.5 Berikan lingkungan
tenang dan batasi
pengunjung selama
fase akut sesuai
indikasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/541135486/A-16-Anak-Sehat
https://www.scribd.com/document/506857966/ALUR-IMUNISASI
saran penulisan sitasi (format APA) :
PPNI (2018)standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 jakarta : DPP PPNI
Saran enulisan sitasi (format APA) :
PPNI (2016) standar diagnosis keperawatan Indonesia: definisi dan indicator diagnostic,
edisi 1 jakarta: DPP PPNI
Saran penulisan sitasi (format APA) :
PPNI (2016), standar intervensi keperawatan Indonesia : definisi dan tindakan
keperawatan, edisi 1 jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai