Chapter II
Chapter II
Untuk memahami lebih jauh mengenai pengertian sistem, berikut ini akan
adalah suatu keseluruhan, terdiri dari beberapa bagian yang memiliki hubungan
fungsional, baik antara bagian yang satu dengan bagian yang lain maupun
menimbulkan suatu ketergantungan antara bagian yang satu dengan bagian yang
lainnya, akibat yang ditimbulkan jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik
adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang utuh dari beberapa komponen yang
lain menurut suatu norma tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan.
28
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Sinar Bakti, Jakarta, 1988, hal. 66.
29
Pamudji, Perbandingan Pemerintahan, Bina Aksara, Jakarta, 1985, hal. 9-10.
pemerintah berasal dari kata perintah. Menurut kamus bahasa, kata-kata tersebut
yaitu pemerintahan dalam arti luas dan pemerintahan dalam arti yang sempit.
Pemerintah dalam arti yang luas adalah perbuatan memerintah yang dilakukan
rangka mencapai tujuan negara. Menurut ajaran tripraja, pemerintah dalam arti
sempit hanya meliputi kekuasaan eksekutif saja dan pemerintahan dalam arti
sempit meliputi segala kegiatan dari pemerintah. Jadi pemerintahan dalam arti
sempit adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif dan
30
Ibid., hal. 3.
31
Dasril Radjab, Hukum Tata Negara Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, hal. 57.
maka kebulatan atau keseluruhan yang utuh itu adalah pemerintahan, sedangkan
komponen itu saling berhubungan satu dengan yang lain mengikuti suatu pola,
bahwa sistem pemerintahan dapat juga dipahami sebagai suatu sistem hubungan
pengaturan hubungan antara lembaga negara yang satu dengan lembaga negara
yang lainnya atau bila disederhanakan ialah hubungan antara lembaga ekskutif,
32
M. Solly Lubis, Ilmu Negara, Alumni, Bandung, 1975, hal. 23.
33
Harun Alrasyid dalam Saldi Isra, loc. cit.
34
Moh. Mahfud MD dalam ibid.
35
Rusadi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia Suatu Model Pengantar, Sinar Baru,
Bandung, 1985, hal. 140.
lainnya.
Dari penelusuran berbagai literatur hukum tata negara dan ilmu politik,
hukum tata negara Indonesia juga punya pandangan yang beragam mengenai
dan sistem campuran (mixed system atau hybrid system). 37 Sri Soemantri juga
presidensial, sistem hibrid atau campuran, sistem kolegial, dan sistem monarki. 39
36
C. F. Strong dalam Saldi Isra, op. cit., hal. 24.
37
Jimly Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi,
Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2007, hal. 311.
38
Sri Soemantri dalam Saldi Isra, op. cit., hal. 25.
39
Denny Indrayana dalam Saldi Isra, ibid.
Indonesia, semua konstitusi yang pernah ada dan termasuk yang kini sedang
berbagai lembaga dalam sistem politik Inggris. Tidak hanya merujuk kepada
Walpole (1721-1742). Meski fakta itu dianggap benar, masih perlu mundur jauh
the law, and the judge) dalam jabatannya. Di bawah kekuasaan William I
dibentuk the Great Council untuk membantu raja menjalankan tiga kekuasaan
itu. 43
tuntutan konstitusi, hukum, dan teori politik. Praktik mengenai ini berkembang
mendaului teori yang dibuat. Pada mulanya, kabinet dibentuk sebagai suatu dewan
pelayan rahasia ataupun dewan pelaksana perintah dari para Raja dalam
42
Saldi Isra, loc. cit.
43
C. F. Strong dalam ibid., hal. 27.
44
Ibid.
dan kepercayaan yang mereka berusaha dapatkan dari Raja. Dukungan dari para
kepercayaan dari Raja agar ia dapat tenang menjalankan tugasnya memimpin roda
dukungan parlemen itu, terjadi pada tahun 1742. Ketika itu, kedudukan Perdana
Menteri Inggris dipegang oleh Sir Robert Walpole (1721-1742). Tetapi karena
dukungan parlemen dianggap perlu bagi Perdana Menteri untuk menjalankan roda
45
Jimly Asshiddiqie, Pergumulan Peran Pemerintah dan Parlemen dalam Sejarah :
Telaah Perbandingan Konstitusi Berbagai Negara, UI Press, Jakarta, 1996, hal, 65-66.
46
Jimly Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara…, op. cit. hal. 312.
model yang ada tidak banyak dipersoalkan. Karena itu, kajian lebih banyak
legislatif bergantung satu sama lain. Kabinet, sebagai bagian dari badan eksekutif
47
Ibid.
48
Saldi Isra, op. cit., hal. 28.
49
R. M. Ananda B. Kusuma, Sistem Pemerintahan Indonesia, dalam Jurnal Kostitusi, Vol.
1 No.1., Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, 2004, hal. 156.
jatuh melalui mosi tidak percaya dari lembaga legisatif. Dengan kondisi itu, dalam
antara satu negara dengan negara lain, akan tetapi umumnya dicoba untuk
Keseimbangan yang harus dibangun oleh eksekutif dan legislatif bisa dilakukan
dengan bentuk kerja sama antara eksekutif dan legislatif agar pemerintah dapat
kita kemudahan untuk mengetahui bahwa sistem pemerintahan yang dianut suatu
terpisahkan;
b. Fungsi eksekutif dibagi kepada dua bagian, yaitu kepala pemerintahan dan
kepala negara;
50
Miriam Budiardjo, op. cit., hal. 210.
51
Ibid.
52
Ibid.
53
T. A. Legowo, loc. cit.
menjalankan roda pemerintahan, salah satu hal yang harus dilakukan oleh seorang
dan untuk menghindari munculnya mosi tidak percaya dari parlemen terhadap
kabinet yang bisa datang sewaktu-waktu, akibatnya ialah runtuh atau jatuhnya
kabinet. Serta maju mundurnya suatu kabinet sangat tergantung kepada parlemen,
dengan kata lain kabinet akan senantiasa berada di bawah tekanan parlemen.
54
Jimly Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara…, op. cit., hal. 315-316.
parlementer Inggr is, sistem pemerintahan presidensial tidak dapat dipisahkan dari
Amerika Serikat. Dalam berbagai literatur dinyatakan, Amerika Serikat bukan saja
contoh ideal karena telah memenuhi hampir semua kriteria yang ada dalam sistem
tidak dapat dilepaskan dari perjuangan Amerika Serikat dalam menentang dan
melepaskan diri dari kolonial Inggris serta sejarah singkat pembentukan konstitusi
Amerika Serikat.
Serikat ialah karena kebencian rakyat terhadap pemerintahan Raja George III
sehingga tidak ada kemungkinan kekuasaan yang satu akan melebihi kekuasaan
yang lainnya, karena dalam trias politica itu terdapat sistem check and balance. 56
55
Ibid.
56
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, op. cit. hal. 177.
Salah satu konsep yang dimuat dalam konstitusi Amerika Serikat ialah pemisahan
kekuasaan antara legislatif dan eksekutif. Tidak hanya itu, jabatan Presiden
sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan pertama kali juga muncul di
Amerika Serikat pada abad ke-18. 57 Jabatan presiden tersebut merupakan hasil
Konvensi Federal pada tahun 1787. 58 Sekalipun memilih Presiden dan menolak
besar kepada Presiden, namun dengan tetap menutup hadirnya pemimpin sejenis
tersebut lebih dekat dengan Amerika Serikat. Sementara itu, di Afrika, Presiden
Liberia yang hadir pada tahun 1848 adalah Presiden pertama yang mendapat
57
Denny Indrayana dalam Saldi Isra, op. cit., hal. 32.
58
Harun Alrasyid dalam Saldi Isra, ibid.
59
Ibid.
60
Ensiklopedi Wikipedia, http://id.wikipedia.org/wiki/president, diakses pada tanggal 29
Mei 2010.
pemerintahan presidensial di Amerika. Dari berbagai literatur yang ada, era 1980-
an sampai dengan 1990-an menjadi periode yang paling luas dalam mengkaji
Pada era abad ke-19 sampai awal abad ke-21, kajian atas sistem
mengenai sistem pemerintahan presidensial pada tahun 1990 sampai awal abad
ke-21 terus mengalami perkembangan. Secara umum, pada periode ini terdapat
presidensial, yaitu:
61
Harun Alrasyid dalam Saldi Isra, op. cit., hal. 34.
62
Ibid.
presiden dengan lembaga legislatif. Hal itu sering terjadi jika kekuatan partai
yang tetap (fix term) hanya merupakan jaminan bahwa Presiden dapat bertahan
sampai akhir masa jabatannya. Namun secara keseluruhan, masa jabatan Presiden
tidak menjamin bahwa sistem pemerintahan presidensial lebih stabil dan mampu
bertahan dalam kurun waktu yang lebih lama bila dibandingkan dengan sistem
pemerintahan parlementer.
63
Aulia Rachman dalam ibid., hal. 35-36.
mayoritas suara yang ada di lembaga legislatif telah berhasil diraih ataupun
dikuasai Presiden. Kondisi yang seperti ini dapat memberikan potensi yang besar
tetapi juga sebagai pusat kekuasaan negara. Artinya, Presiden tidak hanya sebagai
Dengan kekuasaan Presiden yang begitu luas, jika dalam sistem pemerintahan
menjadi fokus kekuasaan, peran dan karakter individu Presiden lebih menonjol
dibandingkan dengan peran kelompok, organisasi, atau partai politik yang ada
dalam negara. Oleh karena itu, mayoritas para ahli dalam menguraikan sistem
lembaga legislatif. 65
64
Denny Indrayana dalam ibid., hal. 38.
65
ibid.
sepakat bahwa salah satu karakter sistem pemerintahan presidensial yang utama
adalah Presiden memegang fungsi ganda, yaitu sebagai kepala negara dan
jelas, sebagai kepala negara, jabatan Presiden dapat dikatakan sebagai simbol
sekedar memilih anggota kabinet, tetapi juga berperan penting dalam pengambilan
penting dalam sistem pemerintahan presidensial dapat dibuat dengan atau tanpa
66
Jimly Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara....., loc. cit.
pemerintahan presidensial dapat juga dilihat dari pola hubungan antara lembaga
eksekutif dengan lembaga legislatif. Pola hubungan itu sudah bisa dilacak dengan
adanya pemilihan umum yang terpisah untuk memilih Presiden dan memilih
antara satu dengan yang lainnya, karena masing-masing cabang kekuasaan ini
eksekutif dan pemegang kekuasaan legislatif. Tidak hanya itu, dengan adanya
67
Saldi Isra, op. cit., hal. 40.
proses penunjukan.
penyalahgunaan kekuasaan.
d. Dengan masa jabatan yang tetap, posisi Presiden jauh lebih stabil
kekuasaan lainnya, kecuali diminta, akan tetapi proses tersebut bukan dalam
eksekutif tidak bergantung satu dengan lainnya, karena kedua cabang kekuasaan
ini sama-sama mendapat mandat langsung dari rakyat yang menjadikan kekuasaan
68
Ibid., hal. 42.
masing lembaga.
UUD 1945, harus dimulai dengan melihat dan mempelajari berbagai persiapan
tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 dan 10-17 Juli 1945, sistem pemerintahan
merupakan orang yang paling banyak mendapat perhatian karena pidato yang
model lembaga legislatif tersebut, bukan berarti Soekarno setuju dengan praktik
69
Ibid, hal. 49.
kementerian (satu per satu atau secara keseluruhannya) bertanggung jawab kepada
pembentukan pemerintah yang kuat, dengan kata lain stabilitas merupakan syarat
mutlak untuk membangun sebuah negara baru. 70 Bahkan pada saat menyampaikan
negara. 71
yang menjadi sistem pemerintahan Republik Indonesia disahkan oleh PPKI. Ada
empat alasan pokok yang dijadikan referensi oleh para pendiri bangsa dan
70
Muh. Yamin dalam ibid., hal. 51.
71
RM. A.B. Kusuma dalam ibid.
2. Karena alasan teoritis yaitu alasan yang terkait dengan cita negara
terutama cita negara integralistik pada saat pembahasan UUD 1945 dalam
yang dipilih, maka dapat dikatakan bahwa sistem pemerintahan yang dianut oleh
karena dalam sistem ini Presiden ditentukan harus tunduk dan bertanggung jawab
72
Aulia A. Rachman dalam ibid., hal. 52.
lagi secara langsung tetapi sebagai dokumen historis masih tetap dapat dijadikan
bertanggung jawab kepada MPR”. Artinya, meskipun kepala negara dan kepala
pemerintahan menyatu dalam jabatan Presiden, tetapi dianut juga adanya prinsip
legislatif. Karena itu, dapat dikatakan bahwa sistem pemerintahan yang dianut
dalam UUD 1945 sebelum perubahan bersifat campuran atau biasa disebut dengan
sistem quasi presidensial, ataupun semi presidensial. 73 Hal tersebut dapat kita lihat
dari sistem pemerintahan negara sebelum amandemen UUD 1945 yang ditegaskan
secara tidak konsisten. Misalnya, dalam waktu tidak sampai tiga bulan sejak
73
Jimly Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara….., op. cit., hal. 321.
November 1945. 74 Padahal UUD 1945 yang baru disahkan tidak menganut sistem
periode berlakunya UUD RIS 1949 dan UUDS 1950. Bahkan setelah Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 yang kembali memberlakukan UUD 1945 sebagai konstitusi
pemerintahan parlementer.
DPR, diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN”. Menurut UUD
1945, para menteri tidak bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat,
adalah kabinet presidensial di bawah tanggung jawab Presiden, yaitu kabinet yang
Akan tetapi, hal itu juga tidak dijalankan secara konsisten. Setelah itu kabinet
dibubarkan pada tanggal 29 Januari 1948, yaitu dari tanggal 29 Januari 1948 – 5
74
Ismail Suny, Pergeseran Kekuasaan Eksekutif, Aksara Baru, Jakarta, 1977, hal. 64.
75
Jimly Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara…, loc. cit.
1949 dan terus bekerja sampai dengan tanggal 20 Desember 1949. Namun secara
Di samping itu, kenyataan di atas dapat dikatakan juga terjadi karena UUD 1945
Bung Karno dalam sidang-sidang BPUPK. Oleh karena itu dapat dimaklumi
bahwa UUD 1945 itu belum dapat dijadikan referensi sungguh-sungguh sejak
Dapat dikatakan bahwa UUD 1945 itu baru dipakai sebagai referensi
ketatanegaraan dalam praktik nyata pada masa Orde Baru. Di masa Orde Baru,
diakui sebagai lembaga tertinggi negara, tetap Presiden diharuskan tunduk dan
76
Ibid., hal. 324.
dianut oleh UUD 1945. Karena itu, secara normatif, sistem yang dianut oleh UUD
1945 itu bukanlah murni sistem pemerintahan presidensial, tetapi hanya quasi
presidensial.
Sifat quasi atau sistem pemerintahan presidensial yang tidak murni itulah
yang diubah ketika UUD 1945 diubah pada tahun 1999 sampai tahun 2002, yaitu
dengan mengubah kedudukan MPR tidak lagi sebagai lembaga tertinggi negara,
itu, ditentukan pula bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh
rakyat melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Karena itu, dapat
Bentuk daripada perubahan tersebut dapat kita lihat dari berbagai aturan
yang dirubah melalui amandemen UUD 1945 mulai dari Perubahan Pertama
77
Ibid., hal. 326.
lima tahun, sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama,
membubarkan DPR”.
DPR”.
mulai dari tahun 1999 sampai tahun 2002, dapatlah dirumuskan suatu sistem
presidensial, atau dengan kata lain bahwa sistem pemerintahan presidensial yang
terdapat dalam UUD 1945 setelah perubahan bisa dikatakan menganut sistem
78
Abdul Ghoffar, Perbandingan Kekuasaan Presiden Indonesia Setelah Perubahan UUD
1945 dengan Delapan Negara maju, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2009, hal. 59-60.