Anda di halaman 1dari 14

2

Kontribusi Ketahanan Keluarga


terhadap Sikap Remaja dalam Penyalahgunaan Narkoba
The Contribution of Family Resilience
towards Youth Attitude in Drug Abuses

Ikawati
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS)
Jl. Kesejahteraan Sosial No.1 Nitipuran Yogyakarta. Nomor telpon : (0274) 377265. HP
Email: <ikawati.susatyo@yahoo.com>. Diterima 29 Februari, diperbaiki 4 April, disetujui 2 Mei 2016.

Abstract

This research to know the enfluence of family resilience towards youth attitude in drug abuses. This researh is
correlational study. Research location ditermined purposively in Yogyakarta Municipality. Research subjects ditermined
purposively as many 30 respondents. Research object was family resilience and youth attitude in drug abuses. Data were
gathered through questionaire distribution, interview, and observation. Data were analyzed through regresive technique.
The result showed that there was coorelative regresively between independent variable in family resilience physically (X1),
psychically (X2), socially (X3), and spiritually (X4), towards dependent variable (Y) in youth attitude in drug abuses. It
be concluded that family resilience variable physically, psychically, socially, and spiritually enfluence or contribute youth
attitude in drug abuses. Based on that result, recommended that the Ministry of Social Affairs, through Directorate of
Drug Abuses Victims, put foward a program to empower family resources, like physical (economic, education, knowledge),
psychical, social, and spiritual resilience.

Keywords: family resilience; youth; drug abuses

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh ketahanan keluarga terhadap sikap remaja dalam penyalahgunaan
narkoba. Tipe penelitian adalah penelitian korelasional (correlational studies). Penentuan lokasi secara purposive di kota
Yogyakarta. Subyek penelitian ditentukan secara purposive, sebanyak 30 responden. Obyek penelitian adalah ketahanan
keluarga dan sikap remaja dalam penyalahgunaan narkoba. Teknik pengumpulan data dengan angket, wawancara dan
observasi. Analisis data menggunakan teknik regresi. Hasil penelitian menunjukkan, ada hubungan secara regresi antara
variabel bebas (x) dalam hal ini ketahanan keluarga baik secara fisik (x1), psikis (x2), sosial (x3) dan spritual (x4), terhadap
variabel taut (y), dalam hal ini sikap remaja dalam penyalahgunaan narkoba. Kesimpulan, variabel ketahanan keluarga baik
secara fisik, psikis, sosial dan spritual mempengaruhi atau menyumbangkan sikap remaja dalam penyalahgunaan narkoba.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, direkomendasikan kepada Kementerian Sosial melalui Direktorat Rehabilitasi Sosial
Korban Narkoba, untuk mengedepankan program ke arah penguatan sumber daya keluarga, seperti ketahanan secara fisik
(pemberdayaan ekonomi, pendidikan,pengetahuan/wawasan), psikis , sosial dan spiritual.

Kata Kunci: ketahanan keluarga; remaja; penyalahgunaan narkoba

A Pendahuluan salah satunya penyalahgunaan narkoba. Menurut


Remaja mengalami berbagai konflik, baik BNNRI (2013), jumlah penyalahgunaan narkoba
sosial maupun psikis, bagi dirinya sendiri, se- yang dirawat di tempat rehabilitasi bekerjasama
mua itu dilakukan remaja dalam rangka men- dengan BNN, berdasarkan kelompok usia (<19
cari identitas diri. Remaja sangat memerlukan tahun) tahun 2011-2013, dan yang sudah terkena
bimbingan dan arahan yang baik dari orangtua AIDS ada 1929 orang (tahun 2011), 2648 orang
khususnya dan masyarakat pada umumnya, agar (tahun 2012) dan 3283 orang di tahun 2013.
tidak terjerumus dalam hal-hal yang negatif, Jumlah tersangka kasus Narkoba berdasarkan

101
Jurnal PKS Vol 15 No 2 Juni 2016; 101 - 114

kelompok umur (<19 tahun), di tahun 2011 (1888 dewasa yang hidup bersama serta kesehatan
kasus), tahun 2012 (2235 kasus) dan tahun 2013 orangtua. Sumber daya keluarga yang bersifat
(2499 kasus). psikis merupakan sumber di dalam keluarga yang
Untuk membimbing remaja, baik keluarga meliputi aspirasi dan harapan orangtua, komu-
maupun masyarakat diperlukan sikap yang bi- nikasi verbal antara orangtua dan anak, bantuan
jaksana, artinya tingkah laku remaja jangan dan perhatian yang diberikan oleh orangtua ke-
dijadikan tumpuhan kesalahan, karena di balik pada anak, serta kedekatan keluarga dan konflik
perilaku tersebut tentu ada penyebabnya, dengan keluarga yang timbul. Faktor perhatian orangtua
memahami remaja dengan bijak melalui ciri khas- mengungkap persepsi anak mengenai usaha
nya, baik watak, sikap maupun perkembangan- orangtua untuk memberi perhatian terhadap
nya dapat mencegah remaja ke dalam perilaku keadaan keluarga, perkembangan sosial anak,
yang tidak negatif. Remaja sebagai generasi sekolah anak, disiplin anak, serta pendidikan
muda dan merupakan potensi bagi pembangunan agama dan pendidikan etika anak.
bangsa, untuk dapat mewujudkan remaja sebagai Perhatian orangtua yang diharapkan adalah
manusia yang berdaya guna, tentunya banyak tipe perhatian campuran, yang ditandai dengan
tantangan yang harus dihadapi, karena remaja orangtua sengaja membagi perhatiannya ter-
dalam proses perkembangannya akan mengalami hadap macam-macam faktor yang mempenga-
pervariabel baik fisik, psikis, maupun sosial. ruhi perkembangan kepribadian anak (Meichati,
Remaja dapat berdaya guna, dan menyelesai- 1978). Berkaitan dengan kesehatan mental,
kan tugas perkembangannya dengan baik, tetapi penerimaan, kasih sayang, keterlibatan dan per-
membutuhkan bantuan orang lain, terutama hatian yang besar dari orangtua diperlukan agar
keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dalam timbul rasa aman pada remaja. Rees dan Wilbon
masyarakat dan merupakan lembaga yang fun- (Purwani Trangwesti, 1992) menemukan, bahwa
damental dan lembaga pendidikan pertama yang remaja pecandu obat-obat terlarang menganggap
mempunyai tugas dalam pembentukan jiwa orangtua mereka terlalu ikut campur, berkuasa,
generasi penerus, menumbuhkan dan memu- memberi perlindungan yang berlebihan dan
puk jiwa besar, berdisiplin serta bertanggung- sering menyalahkan. Mereka juga memandang
jawab. Peranan orangtua dan keluarga sebagai orangtua kurang mempunyai arah dalam ber-
sumber daya keluarga sangat penting artinya bagi peran sebagai orangtua. Sebaliknya, remaja
perkembangan anak, karena anak mendapat pen- yang tidak terlibat dalam penggunaan obat-obat
didikan yang pertama dari keluarganya terutama terlararng menerima orangtua sebagai pendo-
orangtua, melalui melihat, meniru, mencontoh rong kemampuan sosial dan mendukung berpikir
dan mengikuti yang dilakukan orangtua. Menu- mandiri, mereka juga memandang orangtua
rut Kartini Kartono (1990), bahwa identifikasi dan melakukan pengontrolan dengan membuat
dengan salah satu orangtuanya dapat memperko- aturan dan batasan dan menerapkannya secara
koh pertumbuhan mental dan perkembangan konsisten.
kepribadian anak remaja. Menurut Hurlock (1991), bahwa orangtua
Sumber daya keluarga merupakan semua yang menerima anak apa adanya akan mampu
sumber yang terdapat di dalam keluarga, dibagi menjalin hubungan yang penuh perhatian dan
menjadi dua (Amato dan Ochiltree, 1986), yaitu cinta kasih, dan dengan sepenuhnya memper-
sumber daya keluarga yang bersifat fisik dan hatikan perkembangan kemampuan dan minat
sumber daya keluarga yang bersifat psikis. Sum- anak. Hubungan semacam ini memungkinkan
ber daya keluarga yang bersifat fisik meliputi anak mampu bersosialisasi dengan baik dan
pendapatan, status pekerjaan dan pendidikan mempunyai emosi yang stabil serta gembira.
orangtua, kepadatan dan kualitas tempat tinggal, Barnes (Purwani Trangesti, 1992) menemukan
kualitas dalam hidup bertetangga, jumlah orang dalam penelitiannya, bahwa adanya sumber daya

102
Kontribusi Ketahanan Keluarga terhadap Sikap Remaja dalam Penyalahgunaan Narkoba (Ikawati)

keluarga yang tinggi dari orangtua disertai de- tercegah dari penyalahgunaan narkoba. Ber-
ngan kontrol yang cukup, mempunyai pengaruh dasarkan permasalahan di atas maka penelitian
yang kuat mencegah keterlibatan remaja dalam berjudul kontribusi ketahanan keluarga terhadap
penyalahgunaan narkoba. Menurut Barnes, sikap remaja dalam penyalahgunaan narkoba
sumber daya keluarga adalah perbuatan orangtua dilakukan. Rumusan masalah yang diajukan ada-
kepada anaknya yang menunjukkan bahwa anak lah bagimanakah kontribusi ketahanan keluarga
diterima, dicintai dan diakui oleh orangtuanya. terhadap sikap remaja dalam penyalahgunaan
Sumber daya keluarga ini meliputi pemberian narkoba? Tujuan penelitiannya adalah diketahui
pujian, dorongan, afeksi secara fisik serta ban- kontribusi ketahanan keluarga terhadap sikap
tuan. Winfree (Ikawati dan Akhmad Purnama, remaja dalam penyalahgunaan narkoba.
1998) dalam penelitiannya menemukan, bahwa
konflik antara remaja dengan orangtua me- B. Penggunaan Metode Penelitian
nyebabkan meningkatnya keterlibatan remaja Tipe penelitian adalah penelitian kuanti-
dalam penyalahgunaan zat. tatif (regresi), untuk mengetahui ada tidaknya
Remaja penyalahguna narkoba mempunyai kontribusi antara variabel “x” yaitu ketahanan
anggapan yang negatif terhadap peran orang- keluarga dan variabel “y” yaitu sikap remaja
tua, keterlibatan remaja dalam penyalahgunaan dalam penyalahgunaan narkoba (Suharsimi Ari-
narkoba dipengaruhi oleh ketidakpuasan remaja kunto, 2003). Penentuan lokasi secara purposive,
terhadap hubungan dalam keluarga. Pentingnya yaitu Yogyakarta, dengan pertimbangan daerah
sumber daya keluarga dalam mencegah keterli- tersebut rawan terjadi penyalahgunaan narkoba,
batan remaja dalam penggunaan narkoba, karena mengingat daerah kota pelajar, masyarakatnya
remaja penyalahguna narkoba kurang mendapat sangat heterogen dan merupakan daerah tujuan
sumber daya keluarga. Dalam ungkapan lain, berbagai penduduk Indonesia.
remaja yang tidak terlibat dalam penyalahgunaan Sasaran subjek penelitian ditentukan secara
narkoba mendapatkan sumber daya keluarga puposive dengan pertimbangan remaja yang
yang lebih baik daripada remaja penyalahguna masih duduk di bangku SLTA, bertempat ting-
narkoba. Keluarga merupakan unit pertama gal bersama orangtuanya, masih mempunyai
yang dikenal anak dan sekaligus tempat pertama orangtua lengkap, berdasarkan tersebut, maka
seorang anak bersosialisasi, sehingga keluarga ditentukan 30 responden. Sasaran objek pe-
sangat penting peranannya dalam pembentukan nelitian adalah ketahanan keluarga dan sikap
sikap remaja. Sumber daya keluarga fisik seperti remaja dalam penyalahgunaan narkoba. Opera-
pendapatan, status pekerjaan, pendidikan orang- sionalisasi variabel penelitian sebagai berikut.
tua, kualitas tempat tinggal dan status kesehatan Variabel bebas (x) adalah ketahanan-keluarga
orangtua. yang akan dilihat dalam aspek-aspek sebagai
Sumber daya keluarga yang bersifat psikis berikut. Ketahanan keluarga secara fisik (x1)
seperti aspirasi, harapan, komunikasi verbal adalah sumber daya yang ada dalam keluarga,
antara orangtua-remaja, bantuan dan perhatian, meliputi pendapatan, pendidikan orangtua, kon-
kedekatan dan konflik yang timbul. Sumber daya disi rumah, kondisi lingkungan tempat tinggal
sosial seperti usaha orangtua untuk memberi dan kondisi kesehatan keluarga. Ketahanan kelu-
perhatian anak dalam perkembangan sosial, arga secara psikis (x2) adalah sumber daya yang
pendidikan sekolah, disiplin anak dan agama ada dalam keluarga yang meliputi aspirasi dan
serta etika. Ketiga sumber daya keluarga tersebut harapan orangtua, bantuan dan perhatian kepada
secara positif dapat mempengaruhi ketahanan anak, komunikasi verbal antara orangtua dan
keluarga, seperti adanya rasa aman pada remaja, anak, kedekatan antaranggota dalam keluarga
apabila orangtua dapat mengembangkan potensi dan konflik keluarga yang timbul. Ketahanan
tersebut kepada anak secara baik, sehingga dapat keluarga secara sosial (x3) adalah sumber daya

103
Jurnal PKS Vol 15 No 2 Juni 2016; 101 - 114

yang ada dalam keluarga, meliputi keterlibatan nakan teknik regresi, untuk mengetahui ada atau
dalam kegiatan sosial dan terlibat kepengurusan tidaknya kontribusi variabel “x” yaitu ketahan-
sosial di lingkungannya. Ketahanan keluarga an keluarga yang terdiri dari beberapa aspek
secara spiritual (x4) adalah sumber daya yang yaitu x1 = ketahanan keluarga secara fisik, x2 =
ada dalam keluarga yang meliputi konsistensi ketahanan secara psikis, x3 = ketahananan secara
dalam melakukan ibadah, perilaku suri tauladan sosial dan ketahanan secara spiritual dan variabel
orangtua kepada anak dan pengamalan norma “y” yaitu sikap remaja dalam penyalahgunaan
agama dalam masyarakat. remaja.
Variabel taut/dependent/ tergantung (y) ada-
lah sikap remaja dalam penyalahgunaan narko- C. Kontribusi Ketahanan Keluarga terhadap
ba, terutama dalam penanggulangan korban ber- Remaja dalam Penyalahgunaan Narkoba
orientasi secara promotive/preemtive/pembinaan, Untuk memudahkan perhitungan analisis
preventive (pencegahan), kurative (pengobatan), dalam penelitian ini digunakan komputer pro-
Rehabilitative (pemulihan) dan represive (pe- gram statistik (SPS) Sutrisnohadi dan Yuni
nindakan). Teknik pengumpulan data mengguna- Pamardiningsih UGM Yogyakarta dapat dilihat
kan distribusi kuisioner. Analisis data dipergu- dalam tabel 1.

Tabel 1
Rangkuman Analisis Regresi

Dalam tabel 1 rangkuman analisis regresi di ini sikap remaja dalam penyalahgunaan narkoba.
atas dapat dimaknai bahwa F = 27,749 dengan p= Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sum-
0,000. Hasil tersebut mempunyai arti bahwa p< bangan variabel “x” terhadap variabel taut (y)
0,01, kesimpulannya sangat signifikan yaitu ada dilihat dalam sumbangan efektif dan relatifnya,
hubungan regresif antara variabel bebas (x) ke- dapat dilihat dalam tabel 2 di bawah ini, yaitu
tahanan keluarga baik secara fisik, psikis, sosial dalam perbandingan bobot prediktor.
dan spritual terhadap variabel taut (y), dalam hal

Tabel2
Perbandingan Bobot Prediktor (x dan y) dalam Sumbangan Relatif dan Efektif

Keterangan:
Variabel X1 : Ketahanan Keluarga secara fisik;
Variabel X2 : Ketahanan Keluarga secara psikis;
Variabel X3 : Ketahanan Keluarga secara sosial;
Variabel X4 : Ketahanan Keluarga secara spiritual;
Variabel y : Sikap Remaja dalam Penyalahgunaan Narkoba.

104
Kontribusi Ketahanan Keluarga terhadap Sikap Remaja dalam Penyalahgunaan Narkoba (Ikawati)

Dalam tabel 2 yaitu perbandingan bobot luang pada remaja banyak digunakan untuk ke-
prediktor variabel bebas (x) terhadap variabel giatan olah raga ada 19 orang atau 66,67 persen.
taut (y) yang dapat dimaknai dalam sumbangan Menurut Kuppuswamy (Nina Andalina, 1989),
efektif dan sumbangan relatifnya sebagai berikut. bahwa sikap seseorang dapat berubah melalui
Sumbangan efektif sebesar 81,617 persen arti- bermacam-macam cara, salah satu sumber per-
nya ketahanan keluarga baik secara fisik, psikis, variabel sikap adalah memperoleh informasi
sosial dan spritual (variable x) mempengaruhi yang baru melalui media masssa atau dari orang
atau menyumbangkan sikap remaja dalam penya- lain. Ketahanan keluarga secara fisik melalui
lahgunaan narkoba (variable y) sebesar 81,617 kepemilikan tingkat pendidikan orangtua yang
persen. Masih ada sebesar 18,383 persen dise- tinggi dapat memberikan bimbingan ke arah
babkan oleh faktor-faktor lain. Faktor-faktor lain yang lebih positif kepada anak-anaknya, dalam
tersebut selain ketahanan keluarga dapat disebab- kaitan dengan penelitian ini orangtua menga-
kan antara lain pengaruh lingkungan masyarakat, rahkan waktu luang yang bermanfaat, sehingga
yang menurut Rozak dan Sayuti (2006) yang dapat tercegah remaja dalam penyalahgunaan
menyebabkan remaja menyalahgunakan narkoba narkoba. (2) Remaja selalu mengikuti pertemuan
adalah lingkungan masyarakat yang memiliki sosial di lingkungan sekolah, ada 11 orang atau
norma aturan “longgar” dan tempat tinggal 36,67 persen.
remaja yang berada pada lingkungan pengedar Menurut Thurstone (Nina Andalina, 1989),
narkoba. Selain dipengaruhi masyarakat, te- bahwa sikap dapat bersifat positif jika menim-
man sebaya juga sangat mempengaruhi, seperti bulkan perasaan senang, sehingga individu ber-
pendapat Satriawatu (Tarigan, 2001) yang me- sikap menerima, dapat juga bersifat negatif jika
nyatakan, bahwa kelompok teman sebaya memi- menimbulkan perasaaan tidak enak, sehingga
liki pengaruh yang amat besar terhadap remaja. individu menolak. Dalam kaitannya ini, apa-
Peranan kelompok teman sebaya bukan hanya bila remaja sering mengikuti pertemuan yang
sebagai tempat mencari kawan sepermainan, positif, maka akan bersikap positif terhadap
melainkan berfungsi sebagai pembentuk sikap suatu masalah tak terkecuali tentang penyalah-
sosial, tingkah laku sosial, membagi pengalaman gunaan narkoba. (3) Remaja mendapat support
dan sosialisasi nilai-nilai budaya masyarakat, se- atau dorongan kegiatan hobinya dari orangtua
hingga mempunyai peran dan fungsi yang dapat sebanyak 21 orang atau 70 persen. Menurut
diterima di masyarakat. Hawari (2006), dalam Bimo Walgito (1978), bahwa pembentukan dan
penelitiannya menyebutkan, bahwa perkenalan pervariabel sikap salah satunya ditentukan oleh
pertama dengan narkoba datangnya dari teman sesuatu yang berada di luar individu yang dapat
kelompok, sebesar 81,3 persen, lebih lanjut Ha- merangsang untuk mengubah dan membentuk
wari (2006) menyatakan, bahwa pengaruh teman sikap. Kaitan dengan data di atas, orangtua telah
kelompok sebaya dapat menciptakan keterikatan mengarahkan untuk mengembangkan waktu lu-
dan kebersamaan sehingga yang bersangkutan angnya untuk kegiatan yang disukainya (hobi),
sukar melepaskan diri, terlebih ketika yang sehingga remaja mempunyai arah dalam segala
bersangkutan merasa keluarga di rumah sangat kegiatan, kondisi ini dapat mencegah anak ter-
tidak bersahabat, kondisi ini biasanya dapat jerumus dalam penyalahgunaan narkoba.
menyebabkan remaja bersandar pada kelompok Sikap remaja dalam penyalahgunaan narkoba
remaja yang terlibat narkoba. berorientasi pencegahan, dari 30 responden yang
Variabel taut (y) sikap remaja dalam penya- mengatakan: (1) setuju dengan pendapat bahwa
lahgunaan narkoba di lapangan dapat diungkap remaja perlu terlibat melawan narkoba melalui
dalam sikap remaja dalam penyalahgunaan nar- mengikuti seminar-seminar tentang narkoba ada
koba berorientasi pada promotive atau pre-emtive sebanyak 22 orang atau 73,33 persen. Sikap da-
atau pembinaan, dari 30 responden : (1) waktu pat membantu individu dalam menyesuaikan diri

105
Jurnal PKS Vol 15 No 2 Juni 2016; 101 - 114

terhadap lingkungannya (Abu Ahmadi, 1979), mereka masih dapat diperbaiki, masih punya
dari data di atas dapat dimaknai bahwa mengi- masa depan, sehingga perlu melalui penyem-
kuti seminar tentang Narkoba dapat membantu buhan dulu baru mendapat sanksi sesuai aturan
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang ada. Sikap seperti ini akan terjadi apabila
untuk mencegah agar dapat berperang melawan remaja mempunyai sumber daya keluarga yang
penyalahgunaan Narkoba. (2) Setuju dengan baik seperti ketahanan keluarga secara fisik,
pendapat bahwa dengan mengikuti pelatihan psikis, sosial dan spritual (Amato dan Ochiltree,
tentang masalah narkoba agar tahu dampaknya 1986). (2) Setuju dengan pendapat bahwa selain
bagi kesehatan ada 4 orang atau 13,33 persen. pengobatan medis pada pengguna narkoba perlu
Dalam kaitannya dengan data di atas menurut pengobatan psikis seperti perhatian dari keluarga
Hermawan (1988), bahwa seseorang akan ter- dan orangtua, ada 30 orang atau 100 persen.
pengaruh penyalahgunaan Narkoba jika kurang Kondisi ini dapat terjadi apabila anak mempu-
adanya penyaluran hobi, pembekalan pengeta- nyai sumber daya orangtua yang baik terutama
huan tentang narkoba. ketahanan keluarga secara psikis. Anak yang
Fishber dan Afzain (Muhammad Ziedni, telah mengalami perhatian, kasih sayang dan
1994), menyatakan bahwa pengetahuan meru- cinta kasih dalam keluarga akan tumbuh empati
pakan dasar dan fungsi sikap, niat dan tindakan. pada diri anak kepada semua orang yang sedang
(3) Setuju dengan pendapat bahwa sering mengalami kesusahan seperti pengguna narkoba.
berdiskusi tentang narkoba dengan ahlinya, agar Peran keluarga sangat vital sebagai benteng
dapat tercegah dari penyalahgunaan narkoba pertahanan bagi remaja dari serangan pengaruh
(100 persen). Menurut Ahmadi (1979), bahwa luar seperti penyalahgunaan narkoba, sehingga
sikap sebagai alat pengatur pengalaman artinya keterbukaan, kehangatan komunikasi, perhatian,
manusia dalam menerima pengalaman dari luar cinta kasih antara orangtua terhadap anak sa-
tidak bersikap pasif, tetapi diterima secara aktif ngat berperan agar anak tidak terjerumus dalam
dengan pemilihan-pemilihan yang perlu atau penyalahgunaan narkoba (Alit,1995). Dalam
tidak perlu dilayani. Dalam kaitannya dengan kaitannya dengan data di atas maka pengobatan
data di atas, maka perlu seorang remaja berdis- psikis seperti perhatian dari keluarga terutama
kusi dengan ahli (dokter) mengenai masalah orangtuanya sangat penting selain pengobatan
Narkoba. (4) Keterlibatan remaja dalam kampa- medis (3) Setuju pendapat bahwa pengobatan re-
nye tentang narkoba ada 36,67 persen. Menurut ligius sangat dianjurkan pada pengguna narkoba
Brown (dalam Muhari, 1993), keluarga mempu- ada sebanyak 20 orang (66,67 persen). Menurur
nyai peranan penting bagi perkembangan anak Brown (Muhari, 1993), bahwa salah satu peran
menuju kedewasaan, peranan tersebut salah keluarga antara lain mengajarkan norma agama
satunya mengajarkan dan mewariskan norma dan moral kepada anak, sehingga kaitan dengan
kebudayaan, agama dan moral kepada anak. data di atas, sumber daya keluarga secara spiri-
Dalam kaitannya dengan data di atas, maka tual yang baik akan menanamkan hal tersebut
orangtua mengarahkan, memberi kesempatan kepada anaknya, sehingga anak dapat tercegah
pada remaja untuk terlibat dalam kampanye dari penyalahgunaan narkoba
narkoba di sekolahnya Sikap remaja dalam penyalahgunaan narkoba
Sikap remaja dalam penyalahgunaan narkoba berorientasi pemulihan dari 30 responden yang
berorientasi pengobatan, dari 30 responden yang menyatakan: (1) Remaja setuju dengan penda-
menyatakan: (1) Setuju dengan pendapat bahwa pat bahwa orang yang telah terkena narkoba
pengguna narkoba sebaiknya disembuhkan dulu sebaik-nya secepatnya mendapat pengobatan
dari ketergantungan, baru ada sanksi hukum ada pada ahli-nya, ada 30 orang atau 100 persen.
27 orang (90 persen). Ada kepedulian remaja Menurut Yatim (1991), bahwa narkoba adalah
terhadap nasib penyalahguna narkoba mengingat narkotika dan obat-obatan berbahaya sering di-

106
Kontribusi Ketahanan Keluarga terhadap Sikap Remaja dalam Penyalahgunaan Narkoba (Ikawati)

sebut zat adiktif, zat psikoaktif dan psikotropika, ada 18 orang atau 60 persen. Menurut Rozak
obat-obatan ini adalah zat yang dapat mengubah dan Sayuti (2006), bahwa pengaruh lingkungan
pikiran dan perasaan karena pengaruhnya secara masyarakat yang menyebabkan remaja menya-
langsung terhadap susunan syaraf pusat. Menurut lahgunakan narkoba adalah lingkungan yang
Wicaksana (1998), bahwa penyalahgunaan obat memiliki norma aturan yang longgar dan tempat
(zat) merupakan suatu pola penggunaan yang tinggal remaja yang berada pada lingkungan
bisa merusak, paling sedikit satu bulan, sehingga pengedar Narkoba.
menimbulkan gangguan dalam pekerjaan, pela- Dalam kaitannya dengan data di atas apa-
jaran dan pergaulan. Kaitan dengan data di atas bila lingkungan masyarakat peduli terhadap
dapat dimaknai bahwa remaja dapat bersikap permasalahan dampak yang akan ditimbulkan
seperti di atas apabila mempunyai wawasan, penyalahgunaan narkoba, maka kegiatan yang
pengetahuan, pengalaman, dan semua itu dida- mencurigakan mengenai kegiatan narkoba di
pat dari hubungan sosial yang baik, kesempatan lingkungannya segera dilaporkan pada yang
untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. (2) berkompeten. (2) Remaja setuju dengan penda-
Remaja setuju dengan pendapat bahwa proses pat bahwa remaja ikut berpartisipasi dalam pe-
pemulihan yang efektif pada pengguna narkoba nindakan penyalahgunaan narkoba di lingkung-
adalah dukungan dari berbagai pihak antara lain annya, ada 11 orang atau 36,67 persen Kondisi
penderita sendiri, keluarga dan masyarakat, ada ini dapat terjadi apabila remaja mempunyai sum-
30 orang atau 100 persen. ber daya keluarga terutama ketahanan keluarga
Menurut Hurlock (1991), kontribusi keluarga secara fisik dan sosial yang kurang. Menurut
dalam perkembangan anak sangat besar, keluarga Sarwono (1992) salah satu ciri masyarakat Indo-
merupakan benteng utama untuk memberikan nesia tempat sebagian besar remaja kita tinggal
perlindungan bagi seorang anak, perhatian, kasih adalah masyarakat transisi tempat masyarakat
sayang, pengertian dan kepercayaan dari orang- beranjak dari keadaan yang tradisional menuju
tua sangat dibutuhkan remaja untuk menciptakan kondisi yang lebih modern, dengan sarana
rasa aman dalam dirinya, sehingga remaja dapat prasarana komunikasinya, keadaan ini cukup
mengatasi masalahnya dengan baik. (3) Remaja membingungkan dan berbahaya bagi remaja. (3)
setuju dengan pendapat bahwa agar cepat sem- Remaja setuju dengan pendapat bahwa adanya
buh, maka diperlukan pemantauan dari keluarga petunjuk yang jelas dari pemerintah terkait ke-
dan masyarakat hal-hal yang dapat menyebabkan pada masyarakat tentang mekanisme pelaporan
terjadinya kecanduan, ada sebanyak 30 orang yang berkaitan dengan masalah narkoba yang
atau 100 persen. Pendapat tersebut didukung oleh ada di lingkungannya, ada 18 orang atau 60
Hurlock (1991), bahwa kontribusi keluarga sa- persen. Kondisi ini dapat terjadi apabila remaja
ngat besar bagi perkembangan anak salah satunya memiliki sumber daya keluarga yang baik teru-
adalah sebagai model pola perilaku yang dise- tama ketahanan sosial. Sebanyak-banyaknya
tujui guna belajar menjadi sosial dan bimbingan informasi tentang mekanisme pelaporan tentang
perilaku yang disetujui. Kaitannya dengan data penyalahgunaan narkoba sekaligus sebagai kon-
di atas maka remaja bersikap tentang perlunya trol sosial bagi keluarga dan masyaraka, akan
pemantauan dari keluarga dan masyarakat agar tercegah penyalahgunaan narkoba di keluarga
pecandu narkoba dapat cepat pemulihannnya. dan masyarakat sekitarnya
Sikap remaja dalam penyalahgunaan narkoba Dalam penelitian ini kontribusi relatif dapat
berorientasi penindakan, dari 30 responden dilihat dalam variabel bebas terhadap variabel
yang menyatakan: (1) Remaja setuju dengan taut (y). Variabel bebas dalam penelitian ini ada
pendapat bahwa remaja mempunyai kewajiban empat (4) variabel bebas “x1” yaitu variabel
melaporkan pada yang berkompeten bila ada ketahanan keluarga secara fisik, “x2” (variabel
permasalahan tentang narkoba di lingkungannya, ketahanan keluarga secara psikis), “x3” (varia-

107
Jurnal PKS Vol 15 No 2 Juni 2016; 101 - 114

bel ketahanan keluarga secara sosial dan “x4” Sebaliknya keluarga yang pendapatannya
variabel (ketahanan keluarga secara spiritual) kurang, akan rawan dari tawaran-tawaran untuk
dan variabel tautnya (y) adalah sikap remaja memperjualbelikan narkoba, agar dapat men-
dalam penyalahgunaan narkoba. cukupi kebutuhan sehari-harinya. Lambat laun
Dalam tabel 2 di atas yang menunjukkan tentu dapat rawan sebagai pengguna narkoba,
perbandingan bobot prediktor (“x” dan “y”), karena selalu berhubungan dengan barang
yang dapat dimaknai kontribusi relatif varia- tersebut (ingin coba-coba). (b) Kondisi tingkat
bel “x1” yaitu ketahanan keluarga secara fisik pendidikan orangtua (sarjana 50-53,33 persen).
terhadap variabel “y” (sikap remaja dalam Data tersebut diperkuat pendapat Djaelani, J
penyalahgunaan narkoba) memberi sumbangan (1988), bahwa orangtua merupakan sumber
5,731 persen. Sumbangan relatif variabel “x2” informasi yang sangat penting bagi anak dan
yaitu ketahanan keluarga secara psikis terhadap remaja, keterlibatan orangtua dalam pendidikan
variabel “y” (sikap remaja dalam penyalahgu- penyalahgunaan narkoba baik dalam bentuk
naan narkoba) memberikan sumbangan sebesar pelatihan, pemberi materi dapat mencegah pe-
2,046 persen. Sumbangan relatif variabel “x3” nyalahgunaan narkoba. (c) kondisi rumah orang-
yaitu ketahanan keluarga secara sosial terhadap tua seperti kualitas rumah semi permanen ada
variabel “y” (sikap remaja dalam penyalahgu- 63,34 persen, status kepemilikan rumah sendiri
naan narkoba) memberikan sumbangan sebesar ada 50 persen, cukup rentan angin,api,banjir ada
90,413 persen. Sumbangan relatif variabel x4 60 persen. Kondisi ini diperkuat dengan pendapat
yaitu ketahanan keluarga secara spiritual ter- Eko Budiharjo (1992), yaitu persyaratan rumah
hadap variabel y (sikap remaja dalam penya- yang baik dapat memberi keamanan seluruh ang-
lahgunaan narkoba) memberikan sumbangan gota dalam keluarga tersebut apabila terpenuhi
sebesar 1,811 persen. kebutuhan fisiologis yang meliputi pencahayaan,
Hasil analisis di atas diperkuat dengan data perlindungan dari kebisingan, tersedianya yang
di lapangan, untuk itu satu persatu variabel fungsional seperti ruang tamu, makan, kamar,
dijelaskan sebagai berikut. Sumbangan relatif kamar mandi/wc dan keluarga. Ruangan terse-
variabel “x1” yaitu ketahanan keluarga secara but dapat memberikan ketenangan psikologis ,
fisik terhadap variabel “y” (sikap remaja dalam karena adanya jaminan privacy, juga kualitas ru-
penyalahgunaan narkoba) memberi sumbangan mah seperti konstruksi yang kuat sehingga dapat
5,731 persen. Dalam variabel ini di lapangan menghindari bahaya kebakaran, angin ribut dan
dilihat antara lain: (a) Kondisi pendapatan kelu- kebanjiran sangat berpengaruh terhadap kondisi
arga (>4 juta ada sebanyak 60 persen). Melihat kenyamanan anggota keluarga dalam rumah.
data di atas dapat dimaknai bahwa ketahanan Apabila di dalam rumah sudah tidak ada
keluarga yang baik dapat dilihat dari sumber kenyamanan, anggota keluarga banyak yang
daya keluarga yang bersifat fisik, salah satunya tidak memfungsikan rumah menjadi tempat
meliputi pendapatan dengan pendapatan kelu- berkumpul dalam keluarga, sehingga banyak
arga yang baik atau tidak baik dapat berpengaruh yang lebih nyaman berada di luar rumah. Kondsi
terhadap penyalahgunaan narkoba bagi remaja seperti ini rawan remaja dalam menyalahguna-
(Amato dan Ochiltree, 1986). Suatu ilustrasi di kan narkoba. (d) Kondisi lingkungan sekitar
lapangan ternyata keluarga yang mempunyai seperti kondisi kebisingan tinggi ada 56,67
pendapatan lebih yang tidak bisa mengelola persen, cukup padat penduduknya ada 63,33
dengan baik, seperti memberikan uang saku persen, kepedulian tetangga/keluarga kurang
kepada anaknya tidak sesuai dengan kebutuhan ada 73,77 persen, kontrol sosial tidak ada ada
anak, maka kelebihan uang saku tersebut rawan 26,67 persen, teguran masyarakat apabila warga
digunakan untuk hal-hal yang negatif, seperti melanggar norma atau aturan tidak ada 33,33
penyalahgunaan narkoba. persen, permasalahan yang ada, kadang disele-

108
Kontribusi Ketahanan Keluarga terhadap Sikap Remaja dalam Penyalahgunaan Narkoba (Ikawati)

saikan melalui musyawarah ada 56,67 persen. sosial lain sebagai intervensi keluarga (Sri Han-
(e) Kondisi kesehatan seperti keterpenuhan gizi dayani, 2011), antara lain mengharapkan anak
cukup ada 50 persen, kadang-kadang dipantau masuk ranking di sekolah, adapun maksud tujuan
kesehatannya ada 50 persen, frekuensi sakit 2-3 orangtua tersebut waktu yang digunakan anak
kali dalam satu bulan ada 53,33 persen. sebaiknya untuk belajar, agar dapat mencapai
Data di atas dapat dimaknai bahwa dalam ranking di sekolah. Kondisi ini tentunya dapat
lingkungan sekitar keluarga apabila terjadi mencegah terjerumusnya anak dalam penyalah-
seperti kondisi kebisingan yang cukup sampai gunaan narkoba. Orangtua berharap anak men-
dengan tinggi dapat mempengaruhi kondisi jadi orang yang berguna ada 73,33 persen.
psikis penghuni di sekitarnya seperti tidak tidak Data di atas dapat dimaknai intervensi kelu-
tenang, tidak nyaman, membuat marah. Kondisi arga agar dapat mencapai keluarga yang berke-
ini dapat menyebabkan keributan di lingkungan tahanan, harus mampu menghidupkan fungsi-
tersebut, sehingga banyak mereka yang lebih fungsi keluarga (Sri Handayani, 2011) antara lain
nyaman berada di luar rumah daripada kem- dapat dilihat dalam tabel di atas, yaitu orangtua
bali ke rumahnya (Clinard dalam Ikawati 2001). berharap anak menjadi orang yang berguna bagi
Menurut Kartini Kartono (1986), bahwa gang- keluarga dan negara. Harapan orangtua tersebut
guan perkembangan mental pada seseorang dapat tentunya mengharapkan anak menjadi yang
disebabkan oleh bawaan dan lingkungan seperti baik, anak akan mematuhi keinginan orangtua,
lingkungan, seperti lingkungan yang tidak kon- sehingga anak dapat tercegah dalam perilaku-
dusif akan melahirkan generasi yang memiliki perilaku negatif, seperti dalam penyalahgunaan
sifat-sifat perilaku yang tidak baik atau negatif. narkoba
Kondisi ini dapat menyebabkan seseorang baik Orangtua memberi kebebasan memilih juru-
anak maupun remaja rawan terhadap hal-hal san dengan harapan dapat berhasil dalam studi
yang negatif seperti penyalahgunaan narkoba. ada 20 persen. Kondisi frustrasi menyebabkan
Kontribusi relatif variabel “x2” yaitu keta- anak rentan terjerumus ke dalam penyalahgu-
hanan keluarga secara psikis terhadap variabel naan narkoba (Singgih Gunarso 1993), kondisi
“y” (sikap remaja dalam penyalahgunaan narko- ini menurut Hikmat (Sri Handayani, 2011) dapat
ba) memberi sumbangan sebesar 2,046 persen. menyebabkan kondisi yang tidak tenang, ke-
Dalam variabel ini di lapangan dilihat dari aspek: gelisahan selalu muncul sehingga individu mem-
(a) Aspirasi dan harapan orangtua seperi mengh- punyai keinginan besar untuk mencoba segala
endaki anak mengikuti kegiatan sosial 56,67 sesuatu yang belum pernah dialaminya seperti
persen. Data di atas dapat dimaknai bahwa untuk terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba.(b)
dapat membangun keluarga yang berketahanan, Bantuan dan perhatian kepada anak seperti ada
keluarga harus mampu menghidupkan fungsi- perasaan tenang setelah membicarakan masalah
fungsi keluarga melalui intervensi, dalam aspek dengan orangtua ada 33,33 persen. Data tersebut
sosial yaitu keluarga harus dapat mengenalkan diperkuat dengan pendapat Alit (1995), karak-
anak pada lingkungan sosial, norma sosial, teristik keluarga dapat menyebabkan penya-
agama, susila, etika dan moral serta sistem nilai lahgunaan napza antara lain pola komunikasi
yang berlaku di masyarakat (Sri Handayani, yang tidak baik dan kebutuhan psikologis yang
2011). Aspek sosial tersebut salah satunya dapat kurang. Orangtua memberi perhatian ketika
ditunjukkan dalam orangtua menghendaki anak anak gelisah ada 30 persen. Kedekatan anak dan
untuk mengikuti kegiatan yang bermanfaat, orangtua dapat mencegah anak melakukan hal-
dengan harapan dapat tercegah tidak menyalah- hal yang negatif seperti penyalahgunaan NAPZA
gunakan narkoba. (Alit, 1995).
Orangtua mengharapkan anak masuk rang- Orangtua memberi dorongan ketika anak pu-
king prestasi di sekolah ada 53,33 persen. Aspek tus asa ada 40 persen. Adanya kedekatan, maka

109
Jurnal PKS Vol 15 No 2 Juni 2016; 101 - 114

ada kehangatan antara anak dengan orangtua, anak tentang perkembangan studinya ada 50
sehingga membuat anak patuh yang dikatakan persen. orangtua sangat perhatian terhadap
orangtuanya, seperti memberikan dorongan apa yang dilakukan anak terutama studinya,
ketika anak putus sekolah. Kondisi ini dapat kontrol orangtua melalui pola hubungan ini
mencegah anak dalam perbuatan-perbuatan yang dapat mencegah anak terkontrol, aktivitasnya
negatif, seperti dalam penyalahgunaan narkoba terutama studinya, agar tercapai cita-citanya
(Willis, 2008). Orangtua memberi saran yang be- (Hurlock,1991).
rarti pada ada sebanyak 50 persen. Data tersebut Perbedaan pendapat antara anak dan orang-
dapat dimaknai bahwa ternyata responden mau tua diselesaikan secara musyawarah ada 40
diberi saran yang berguna oleh orangtuanya, persen. Menurut Zumbardo (Rakhmat, 1988)
artinya antara responden ada kedekatan hubung- dalam hasil penelitiannya, menemukan kega-
an, saling perhatian sehingga terjadi hubungan galan komunikasi antara orangtua dan anak dapat
yang harmonis di antara keduanya. Kondisi ini menyebabkan seseorang menjadi berperilaku
menurut Sarwono (1992), dapat mencegah anak negatif. Musyawarah akan dapat membantu
terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. menyelesaikan tugas dan problemnya sehingga
Orangtua selalu memberi solusi untuk per- terjadi keseimbangan pribadi dan menjauhkan
masalahan yang dihadapi anak ada 50 persen. dari ketidakseimbangan pribadi yang mengarah
Temuan tersebut diperkuat pendapat dari Rakh- pada perilaku-perilaku negatif. Orangtua dapat
mat (1988), bahwa komunikasi interpersonal diajak berbicara secara terbuka ada 40 persen.
yang terbuka akan memberikan supor, rasa per- Keterbukaan antara orangtua dan anak dapat
caya yang menumbuhkan dialog sehingga ter- mencegah terjadinya konflik dalam keluarga
capai pengertian yang baik di antara keduanya, dan dapat menyelesaikan masalah-masalah yang
pada konteks ini orangtua dan responden yang sedang dihadapi anak, seperti problem hubung-
hubungannya baik maka solusi yang diberikan an dengan teman sebaya, sekolah, penggu-
kepada anak akan diterima dengan baik. (c) naan waktu luang, problem seksual dan moral
Komunikasi verbal antara orangtua dan anak, (Schumeldt dalam Hariyanti, 1992). Orangtua
seperti orangtua tidak menanggapi pembicaraa memperhatikan kesulitan anak ada 40 persen.
anak dengan acuh ada 20 persen. Biasanya kon- Tidak adanya komunikasi, perhatian, pengertian
disi ini terjadi apabila ada hubungan yang baik yang ditunjukkan orangtuanya dalam keluarga
antara anak dan orangtua, apabila sudah terjadi memungkinkan remaja mengalami jalan buntu
seperti ini maka anak akan merasa nyaman apa- dengan melarikan diri kepada kelompok baru
bila berbicara tentang segala hal dengan orangtua teman sebaya, hal ini rentan remaja terjerumus
dan tidak harus menanyakan kepada kelompok dalam penyalahgunaan narkoba (Schumeldt, da-
sebaya atau orang lain yang belum tentu da- lam Hariyanti 1992). Orangtua selalu membimb-
pat membantu menyelesaikan masalah yang di- ing anak dalam menerapkan nilai-nilai moral di
hadapinya. Kondisi ini dapat mencegah anak da- masyarakat ada 53,33 persen.
lam penyalahgunaan narkoba (Rakhmat,1988). Menurut Hurlock (1991), salah satu yang da-
Orangtua memberi kesempatan kepada anak pat menimbulkan kesulitan bagi anak atau remaja
berdialog ada 46,67 persen. Menurut Djaelani untuk melakukan penyesuaian diri adalah apabila
(1995), apabila dalam suatu keluarga terdapat rumah kurang memberikan model perilaku untuk
komunikasi yang baik, banyak yang didiskusi- ditiru, anak akan mengalami hambatan serius
kan dengan terbuka dan saling percaya termasuk dalam penyesuaian diri baik di rumah maupun di
dalam penyalahgunaan narkoba, dapat mencegah luar rumah. Penyesuaian diri pada remaja yang
anak tidak terjerumus dalam penyalahgunaan mengalami hambatan dapat menyebabkan anak
narkoba. Orangtua selalu menanyakan kepada mempunyai perilaku menyimpang yang rentan

110
Kontribusi Ketahanan Keluarga terhadap Sikap Remaja dalam Penyalahgunaan Narkoba (Ikawati)

terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. waktu bersama-sama anggota keluarga, seperti


Orangtua selalu memberi teguran apabila anak sekeluarga nonton televisi bersama.
membuat kesalahan ada 73,33 persen. Orangtua walaupun sibuk selalu menyem-
Menurut Hasan Basri (1995), usaha preven- patkan untuk keluarga ada 40 persen. Menurut
tive orangtua agar anaknya tidak melakukan Zumbardo ( Rakhmat, 1988), fungsi komunikasi
kenakalan renaja salah satunya adalah mem- sangat besar bagi perkembangan remaja, juga
bina kualitas keluarga, sehingga kedua orangtua akan berakibat terhadap hal yang ditimbul-
berkesempatan membina dan mengembangkan kan, komunikasi harus dilakukan secara terus
kepribadian dan akhlak anak-anak mereka menerus/ dalam intensitas cukup tinggi. Apa-
dengan baik dan membahagiakan melalui pen- bila dalam keluarga karena kesibukannya, tidak
garahan, kasih sayang dan perhatian. Orangtua dapat melaksanakan fungsinya, maka dapat
memberi perhatian dalam hal belajar agar anak menyebabkan remaja lebih aman berada di luar
semangat ada sebanyak 43,33 persen. Kondisi rumah sehingga rentan dalam penyalahgunaan
ini tentunya dapat tercipta apabila ada hubun- narkoba. (e) Konflik keluarga yang timbul seperti
gan yang baik diantara orangtua dan anak yang perselisihan dalam keluarga selalu terselesaikan
harmonis (Hawari, 2006). Orangtua selalu mem- dengan baik ada sebanyak 46,67 persen.
perhatikan aktivitas dan pergaulan anak ada 40 Menurut Ikawati (2010), orangtua merupa-
persen. kan titik sentral dalam usaha terciptanya suasana
Menurut Hawari (2006), pengaruh teman rumah yang aman bagi anak, hal ini merupakan
sebaya dapat menciptakan keterikatan dan ke- aspek yang fundamental dalam perkembangan
bersamaan sehingga yang bersangkuatn sukar anak. Ketegangan psikologis dan pengalaman-
melepaskan diri, terlebih kalau keluarga tidak pengalaman kurang menyenangkan yang diper-
bersahabat, dengan demikian diharapkan kelu- oleh anak di rumah, mempengaruhi kasih sayang
arga dapat menjadi figur yang dipercaya seka- dan perhatian orangtua, yang pada akhirnya anak
ligus mengayomi, sehingga remaja tidak akan akan lebih aman dan nyaman berada di luar ru-
mencari tempat sandaran lain berupa kelompok mah yang rentan anak terjerumus dalam penya-
remaja yang terlibat narkoba. (d) Kedekatan lahgunaan narkoba. Jarang terjadi pertengkaran
antaranggota dalam keluarga seperti adanya dalam keluarga ada 30 persen. Sering terjadi
keakraban antara anak dan orangtua ada 46,67 pertengaran dalam keluarga memberikan petun-
persen. Suasana keluarga yang tidak kondusif juk adanya disfungsi keluarga yang merupakan
bagi perkembangan jiwa anak adalah apabila kontribusi bagi anak tidak betah atau bosan be-
terjadi ketidakakraban antara ayah, ibu, anak rada di rumah, sehingga anak akan lebih nyaman
dan anggota keluarga yang lain (Hawari, 2006). berada di luar rumah seperti dengan kelompok
Sekeluarga sering makan bersama di luar rumah teman sebaya, sehingga rentan terjerumus dalam
ada 46,67 persen. penyalahgunaan narkoba (Rutter dalam I Gusti
Menurut Stinnet dan John Defron (Gusti K K Alit, 1995).
Alit, 1995), untuk mengurangi resiko anak ter- Perselisihan selalu dapat dituntaskan dengan
libat penyalahgunaan obat salah satunya dengan baik ada 40 persen. Menurut hasil penelitian
mempunyai waktu bersama-sama anggota kelu- Stinnet dan John Defron (Gusti K Alit, 1995),
arga, seperti makan bersama-sama di luar rumah keluarga yang sehat dan bahagia salah satunya
(kadang-kadang sampai dengan makan bersama di tandai dengan permasalahan dalam keluarga
sebanyak 86,67 persen). Sekeluarga sering non- dapat diselesaikan secara baik, positif dan kon-
ton televisi bersama ada 40 persen. Menurut struktif. Data di atas dapat dimaknai bahwa
Stinnet dan John Defron (Gusti K Alit, 1995), pertengkaran dalam keluarga yang tidak dapat
untuk mengurangi resiko anak terlibat penyalah- disekesaikan dengan baik, maka terjadi disfungsi
gunaan obat salah satunya dengan mempunyai keluarga. Kondisi ini dapat menyebabkan anak

111
Jurnal PKS Vol 15 No 2 Juni 2016; 101 - 114

remaja rentan terjerumus dalam penyalahgunaan tidak diberi kesempatan, dapat berdampak pada
narkoba. Perselisihan biasanya diselesaikan de- frustrasi, menyebabkan anak/remaja terjerumus
ngan saling memaafkan ada 46,67 persen, dalam dalam penyalahgunaan narkoba (Andi Mappiare,
keluarga apabila ada pertengkaran diselesaikan 1982).
dengan saling memaafkan, maka akan terjadi Orangtua memberi kebebasan meneruskan
suasana yang menyenangkan, sehingga anak sekolah setinggi-tingginya pada anggota ke-
merasa aman dan nyaman berada di tengah-te- luarganya ada 50 persen. tingkat pendidikan
ngah keluarga. Suasana seperti ini dapat mence- yang rendah, tentunya sangat berpengaruh
gah anak remaja dalam penyalahgunaan narkoba terhadap kepemilikan pengetahuan terutama
(Gusti K. Alit, 1995). Persoalan yang kecil dalam dalam masalah narkoba, sehingga peran pen-
keluarga tidak akan menyebabkan pertengkaran didikan sangat strategis dan dapat mencegah
ada 40 persen. Data tersebut diperkuat oleh pe- anak terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba
nelitian Goedman (Retno Indaryati, 1992), yang (Djaelani, 1988). (b) Orangtua dan keluarga se-
menemukan bahwa suasana yang dapat mence- lalu menengok bila ada kerabat yang sakit ada
gah anak ke dalam perilaku negatif apabila dalam 43,33 persen.
rumah tersebut tidak ada cinta, penerimaan, rasa Menengok salah satu kerabat yang sakit
aman, perlindungan dan kebebasan, bimbingan, dapat menumbuhkan anak remaja dapat empati
kontrol atau disiplin dan keyakinan. terhadap segala sesuatu yang berdampak bagi
Sumbangan relatif variabel “x3”, yaitu ketah- kesehatan, salah satunya dampak penyalahgu-
anan keluarga secara sosial terhadap variabel “y” naan narkoba, oleh karena itu pembelajaran
(sikap remaja dalam penyalahgunaan narkoba) bagi anak remaja untuk berusaha mencegah
memberikan sumbangan sebesar 90,413 persen. terjerumus dalam penyalalahgunaan narkoba
Dalam variabel ini di lapangan dilihat antara (Gusti K Alit, 1995).Orangtua dan keluarga ikut
lain: (a) Keterlibatan dalam kegiatan pendidikan terlibat dalam kerja bakti atau gotong royong
seperti orangtua mengharuskan anaknya mempu- di lingkungannya ada 43,33 persen. Kebiasaan
nyai pendidikan minimal sarjana ada 60 persen . gotong-royong yang dilakukan orangtua di
Data tersebut diperkuat oleh Fishben dan Ajzen kampungnya akan menumbuhkan rasa kepedu-
(Mohammad Ziedni, 1994) yang menyatakan, lian terhadap lingkungan sekitar terhadap per-
usaha mendasar pencegahan penyalahgunaan masalahan-permasalahan yang ada. Kondisi ini
NAPZA adalah melalui penyebaran pengetahuan sekaligus dapat mengontrol sosial apabila terjadi
yang benar tentang NAPZA, berkaitan dengan permasalahan dapat diselesaikan dengan gotong-
tingkat pendidikan yang dimiliki. royong, seperti apabila ada masalah narkoba
Orangtua memberi keleluasaan mengikuti disekitarnya perlu gotong-royong diantara warga
kursus sesuai minat dan bakatnya ada 46,67 dalam penyelesaiannya. (c) orangtua dan kelu-
persen, kesempatan yang diberikan orangtua arga terlibat dalam kepengurusan lembaga sosial
kepada anak atau remaja dalam menggunakan ada 53,33 persen, orangtua dan keluarga dalam
waktu luang dengan kegiatan positif yang da- beberapa kegiatan lembaga sosial ada s 66,67
pat mencegah remaja dalam penyalahgunaan persen. Menurut Sri Handayani (2011), apbila
narkoba (Hurlock, 1991). Orangtua memberi masa remaja diisi dengan penuh keberhasilan
kebebasan memilih pendidikan sesuai dengan atau kegiatan yang bermanfaat atau positif,
minat dan bakatnya ada 76,67 persen. maka dimungkinkan remaja akan mendapat ke-
Kesempatan untuk memilih jurusan sesuai berhasilan dalam perjalanan hidupnya, sehingga
minatnya, artinya dengan diberi kesempatan terhindar dari perilaku negatif.
anak akan mempunyai motivasi belajar dan Sumbangan relatif variabel “x4”, yaitu ke-
diharapkan dapat berprestasi dan berhasil da- tahanan keluarga secara spiritual terhadap varia-
lam studi dan hidupnya. Apabila anak remaja bel “y” (sikap remaja dalam penyalahgunaan

112
Kontribusi Ketahanan Keluarga terhadap Sikap Remaja dalam Penyalahgunaan Narkoba (Ikawati)

narkoba) memberikan sumbangan sebesar 1,811 terhadap sikap remaja dalam penyalahgunaan
pesen. Dalam variabel ini di lapangan dilihat narkoba, untuk itu maka direkomendasikan
antara lain: (a) Konsistensi dalam melakukan kepada : Kementerian Sosial melalui Direktorat
ibadah, seperti adanya rutinitas dalam melaku- Rehabilitasi Sosial Korban mengedepankan pro-
kan ibadah ada 66,67 pesen. Data di atas dapat gram-program ke arah penguatan sumber daya
dimaknai bahwa suri tauladan dari orangtua keluarga, seperti ketahanan secara fisik (pem-
terutama dalam melakukan ibadah secara rutin berdayaan ekonomi, pendidikan, pengetahuan),
akan berpengaruh pada perilaku anak dalam psikis, sosial dan spiritual. Orangtua melalui
mengerjakan ibadahnya. Menurut Sri Handayani pembekalan pengetahuan tentang narkoba, pe-
(2011), kunci dalam mengarahkan pendidikan nyebab dan dampaknya bagi kondisi kesehatan,
dengan membentuk mental anak terletak pada memantau pergaulan dan aktivitas anak, mem-
peranan orangtua, sehingga baik buruknya beri pendidikan yang tinggi pada anak dan mem-
budi pekerti anak tergantung dari budi pekerti beri kesempatan pada anak untuk mengisi waktu
orangtuanya. Orangtua menanamkan saling luang dengan kegiatan positif sesuai minat dan
menghargai agama lain ada 66,67 persen. Data bakat anak, orangtua agar selalu menciptakan
di atas dapat dimaknai bahwa pendidikan agama cinta kasih dan perhatian pada anak.
selalu mengajarkan menghargai agama orang Dukungan keluarga (orangtua) yang berupa
lain, dengan menghargai agama orang lain maka perhatian emosi, bantuan finansial, pengharga-
seseorang dapat menerima orang lain dengan apa an pada anak, akan berpengaruh adaya rasa
adanya, terjalin hubungan harmonis di antara kedekatan, kelekatan, perasaan dihargai, diberi
sesama manusia. Kondisi ini dapat menyebab- kepercayaan, sehingga akan menimbulkan pe-
kan seseorang merasa aman, terlindungi, penuh ngaruh positif bagi kesejahteraan fisik, psikis
cinta kasih dengan lingkungan sekitar, yang dan sosial, sehingga ini dapat mencegah anak
pada akhirnya anak akan membentuk perilaku remaja dalam penyalahgunaan narkoba. Remaja
yang baik, positif sehingga dapat mencegah dapat mengisi waktu luang dengan kegiatan yang
penyalahgunaan narkoba. bermanfaat seperti mengikuti seminar, diskusi,
Keluarga selalu melakukan ibadah bersama- pelatihan tentang narkoba dan masalahnya, dapat
sama ada 66,67 persen. Menurut Gibran (Frans menyeleksi teman sebaya yang dipandang baik
Padak Demon, 1986), remaja harus dibimbing dan buruk, sehingga dapat mencegah penyalah-
dengan bijaksana oleh orangtuanya, terutama gunaan narkoba.
dalam masa transisi melalui kebiasaan yang Masyarakat, hendaknya tanggap terhadap
baik, sehingga remaja tidak menjauhkan diri dari situasi yang memungkinkan dapat terjadi pe-
orangtuanya, sekolah dan agama. (b) Orangtua nyalahgunaan narkoba di lingkungannya, mela-
selalu menghargai pendapat anaknya ada seban- lui sistem keamanan lingkungan (Siskamling).
yak 66,67 persen. Kondisi ini dapat terjadi apbila Pihak Sekolah, perlu mengadakan kurikulum
dalam keluarga ada hubungan baik, sebaliknya (materi pelajaran) tentang narkoba dan masalah-
apabila kondisi dalam keluarga tidak baik dapat nya, agar remaja dapat tercegah dari penyalahgu-
merupakan faktor yang mendorong anak remaja naan narkoba, sehingga diperlukan peningkatan
untuk terlibat dalam penyalahgunaan narkoba pengetahuan dan keterampilan seluruh guru
(Simanjuntak, 1991). bimbingan dan penyuluhan dalam menangani
masalah narkoba agar bisa mentransfer penge-
D. Penutup tahuan kepada muridnya. Sekolah juga harus
Berdasarkan hasil analisis data diatas, dapat melakukan jejaring dengan pihak-pihak terkait
disimpulkan bahwa hasil penelitian ini menun- yang mempunyai perhatian dan berkompeten
jukkan ada kontribusi ketahanan keluarga dalam masalah narkoba.

113
Jurnal PKS Vol 15 No 2 Juni 2016; 101 - 114

Pustaka Acuan Kartini Kartono. (1986). Bimbingan bagi Anak dan Remaja
Abu Ahmadi. (1979). Psikologi Sosial. Surabaya: Bina yang Bermasalah. Jakarta: Penerbit CV Rajawali.
Ilmu. .................. . (1990). Psikologi Anak. Bandung: Mandar
Amato, P.R.andvOchiltree, vG.v (1986). FamilyvResourc- Maju.
esand The Development of Child Competence.Journal Meichati, S. (1978). Kepribadian mulai Berkembang di
of Marriage and the Family, 48, 47-56. Dalam Keluarga.
Andi Mappiare. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Mohammad Ziedni.(1994). Pengaruh Pengiriman serta
Usaha Nasional. Penyajian Informasi dan Pesan Pencegahan HIV/
Bimo Walgito. (1978). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Aids terhadap Pengetahuan dan Sikap terhadap HIV/
Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Aids pada Anggota Komunitas Gay di Yogyakarta dan
BNNRI. (2013). Pemberantasan Penyalahgunaan dan Surakarta. Yogyakarta: Psikologi UGM.
Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Journal Data Muhari. (1983). Suatu Studi tentang Pengaruh suasana
Pencegahan dan Pemberantasan Data. Edisi Maret, Rumah terhadap Prestasi Belajar SMU Tingkat Per-
no 4. Tahun 2013 tama di Jawa Timur. Yogyakarta: UGM.
Eko Budiharjo. (1992). Sejumlah Masalah Pemukiman Nina Andalina. L. (1989). Perbedaan sikap Terhadap
Kota. Bandung: Alumni. Hubungan Badan Sebelum Perkawinan Antara
Frans Padak Demon.(1986). Remaja Mencari Identitas. Remaja Kota dan Remaja Desa Di Daerah Sumatera
Jakarta: Anda nomor 112 edisi Maret. Utara. Yogyakarta: Psikologi UGM.
Hariyanti.(1992). Hubungan antara Intensitas Komunikasi Purwani Trangewesti.(1992). Sumber Daya Keluarga
Remaja dan Orangtua dengan Kecenderungan Peri- dan Kompetensi Sosial pada Remaja Penyalahgu-
laku Agresif pada Remaja SMA di Kodya Surakarta. naan Narkotika dan Remaja bukan Penyalahgunaan
Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Narkotika . Yogyakarta: Psikologi UGM.
Hasan Basri.(1995). Remaja Berkualitas: Problematika Rachman Hermawan. (1988). Penyalahgunaan Narkotika
Remaja dan Solusinya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. oleh Para Remaja. Bandung: Eresco.
Hawari, D.(1991). Penyalahgunaan Narkobadan Zat Rakhmat, J. (1988). Psikologi Komunikasi. Bandung:
Adiktif. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Remaja Karya.
Indonesia. RetnoIndaryati.(1992). Hubungan antara Suasana Rumah
................. (2006). Petunjuk Praktis Terapi : Detoksifikasi dengan Perilaku Negatif Remaja di Sekolah. Yogya-
Narkoba/NAPZA. Jakarta: FKUI. karta: Psikologi UGM.
Hurlock, E.B. (1991). Perkembangan Anak. Jakarta: Rozak abdul dan Sayuti.(2006). Remaja dan bahaya
Erlangga Narkoba. Jakarta : Prenada.
I Gusti K. Alit.(1995). Perilaku Remaja dan Permasala- Sarwono, WS. (1992). Psikologi Lingkungan. Jakarta:
hannya. Jakarta: Yayasan Penerus Nilai-Nilai Luhur Grasindo.
Perjuangan 1945. Simanjuntak, B. (1981). Beberapa Aspek Patologi Sosial.
Ikawati. (2001). Perbedaan Pengaruh Kondisi Rumah ter- Bandung: Alumni.
hadap Kesejahteraan Keluarga di Lingkungan Kumuh Singgih D. Gunarso. (1993). Psikologi Perkembangan
dan Rumah Susun. Yogyakarta: B2P3KS. Anak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Ikawati dan Akhmad Purnama.(1998). Penelitian Diag- Sri Handayani. (2011). Pengaruh Keluarga, Masyarakat
nostik tentang Perbedaan Sikap Orangtua terhadap dan Pendidikan terhadap Pencegahan Bahaya
Tingkahlaku Agresif Pada kelompok Remaja Narkoba Narkoba di Kalangan Remaja. Jakarta: Pasca Sarjana
dan Kelompok Remaja Bukan Narkoba. Yogyakarta: Universitas Indonesia Program studi Pengkajian Ke-
B2P3KS. tahanan Nasional.
Ikawati dan Siti Aminatun. (2010). Pengaruh Kondisi Willis, S. (2008). Remaja dan Masalahnya Mengupas
Ketetanggaan terhadap Tingkah Laku Negatif Warga berbagai Bentuk Kenakalan Remaja, Narkoba, Free
Masyarakat. Yogyakarta: B2P3KS Press. Sex dan Pemecahannya. Bandung: Alfabeta.
Djaelani, J.(1988). Psikologi Komunikasi. Bandung: Yatim, D.I. (1991). Kepribadian, Keluarga dan Narkotika.
Remaja Karya. Jakarta: Arcan.

114

Anda mungkin juga menyukai