Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS IMPLEMENTASI TINGKAT PENGELOLAAN KEUANGAN PRIBADI

DALAM PENCAPAIAN KESEJAHTERAAN (STUDI PADA APARATUR SIPIL


NEGARA DI KANTOR KECAMATAN PINOLOSIAN)

Rustam Huntua
rustamhuntua@gmail.com

Program Studi Manajemen (S1)


Fakultas Ekonomi
Universitas Terbuka

ABSTRAK
Sumber pendapatan adalah salah satu faktor pendorong untuk mewujudkan Aparatur Sipil
Negara yang berintegritas, professional dan berjiwa melayani sebagaimana amanat Undang-
Undang nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara tujuan mulia tersebut harus
diiringi dengan kesejateraan Aparatur Sipil Negara. Tulisan ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran tentang implementasi tingkat pengelolaan keuangan pribadi dalam meningkatkan
kesejahteraan bagi Aparatur Sipil Negara di Kantor Kecamatan Pinolosian. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
terhadap beberapa informan yang merupakan ASN di Kantor Kecamatan Pinolosian
berjumlah 4 orang yang dianalisis menggunakan tehnik interaktif Miles dan Hubermen
(1984) bahwa “ aktifitas dalam analisis data kualitaif dilakukan secara interaktif dan
dilakukan secara terus menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh” dan penulis melakuan
pengolahan data tersebut melalui membaca modul, jurnal-jurnal serta sumber-sumber lain
seperti internet yang berkaitan dengan judul penyusunan karya ilmiah ini. Hasil penilitian ini
menunjukan bahwa peningkatan kesejateraan pegawai didasarkan pada kualitas Aparatur
Sipil Negara dalam mengelolah keuangan pribadi sehingga tingkat kedisiplinan dalam
pelayanan kepada masyarakat bahkan proses implementasi program atau kegiatan dapat
berjalan secara maksimal dan mengalami peningkatan.

Kata kunci : Pengelolaan Keuangan Pribadi, Kesejahteraan, Aparatur Sipil Negara.

PENDAHULUAN
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 27 ayat (2) UUD RI 1945 yaitu tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Untuk
menjamin kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil (PNS), yang telah di atur dalam Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 1974 Tentang Pembagian, Penggunaan, Cara
Pemotongan, Penyetoran, dan Besarnya Iuran-iuran yang Dipungut dari Pegawai Negeri,
Pejabat Negara, dan Penerima Pensiun. Adapun program pemerintah untuk meningkatkan
kesejatraan PNS yaitu Pensiun hari tua, asuransi kesehatan, tabungan perumahan dan asuransi
pendidikan putra putri Pegawai Negeri Sipil.
Dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, Bab
I, butir 8 disebutkan secara jelas bahwa manajemen PNS (Pegawai Negeri Sipil), atau
sekarang disebut pegawai ASN, adalah keseluruhan upaya untuk meningkatkan efisiensi,
efektivitas, dan derajat profesionalisme penyelenggaraan tugas, fungsi, dan kewajiban
kepegawaian, yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengembangan kualitas, penempatan,
promosi, penggajian, kesejahteraan, dan pemberhentian (Hartini et al., 2008; Rosyadi, 2014;
dan Basri, 2018).
Banyak orang mendambakan profesi PNS. Hal ini bias disebabkan karena gaji yang tetap
dan tersedianya uang pensiun. Darinya, tergambarlah keyakinan bahwa seorang PNS
mendapat gaji yang pasti dalam setiap bulannya. Karena gaji sudah pasti inilah yang menjadi
pemicu munculnya kebutuhan-kebutuhan hidup seperti keinganan untuk dapat memiliki
rumah, mobil, dan berbagai kebutuhan lainnya bahkan keinginan untuk bergaya hidup
mewah. Solusi yang biasanya dilakukan oleh ASN dalam memenuhi kebutuhan hidup yang
begitu banyak adalah dengan “menggadaikan” SK PNS yang dimiliki kepada lembaga
keuangan. Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa
kebanyakan ASN Kantor Kecamatan Pinolosian SK-nya sudah tergadaikan untuk
mengajukan pinjaman di bank. Apapun solusi hidup yang ditempuh merupakan bentuk
pilihan yang dilakukan oleh masing-masing anggota ASN dalam mememenuhi kebutuhan
hidupnya. Namun sebaiknya tetap dipikirkan secara matang sebelum memutuskan, dalam
menentukan satu alternatif terbaik, sehingga dapat dikatakan pola hidup yang dilakukan
“tidak lebih besar pasak daripada tiang” dimana hal tersebut dapat membawa dampak
kesulitan dalam hal finansial pribadi.
Terkait masalah di atas menurut Reason (1990) pengambilan keputusan dapat dianggap
sebagai suatu hasil atau keluaran dari babak mental yang membawa pada pemilihan suatu
jalur tingkah laku yang dibuat diantara beberapa alternatif yang tersedia. Alternatif
pemecahan masalahnya yaitu bagaimana penerapan pengelolaan keuangan pribadi ASN
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga tampa harus menggadaikan SK PNS
sebagai jaminan utang atau surat berharga lainnya pada pihak kreditur atau bank. Suyatno
(2007) suatu penyerahan kekayaan atau untuk kesanggupan untuk menanggung pembayaran
kembali atas sebuah utang. Artinya SK PNS yang merupakan hak istimewa (privilege)
J.Satrio (1993) yang bisa dijadikan jaminan utang . Mempunyai utang maka secara otomatis
pendapatan kita berkurang dipotong oleh bank sehingga yang perlu di lakukan seorang ASN
adalah mengimplementasikan literasi keuangan, agar terhidar dari masalah keuangan. Yushita
(2017) menjelaskan bahwa literasi keuangan merupakan hal mendasar yang dibutuhkan oleh
setiap orang agar terhindari dari masalah keuangan. Permasalahan yang terjadi pada
keuangan seseorang tidak hanya disebabkan oleh factor rendahnya pendapatan seseorang,
namun dapat dipicu oleh kesalahan yang terjadi dalam pengelolaannya, misalnya saja
kesalahan dalam pengelolaan keuangan yang dimiliki ataupun tidak adanya perencanaan
keuangan yang baik.
Implementasi literasi keuangan yang baik dapat menjadikan ASN tidak terjebak dalam
berbagai masalah keuangan. Dengan memahami dasar-dasar mengelolah keuangan akan
membuat kehidupan menjadi baik mulai hari ini dan membangun masa depan keuangan yang
stabil. Tulisan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang implementasi tingkat
pengelolaan keuangan pribadi dalam meningkatkan kesejahteraan bagi Aparatur Sipil Negara
di Kantor Kecamatan Pinolosian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi di dalam pengembangan ilmu manajemen, khususnya manajmen keuangan serta
dapat memberikan masukan kepada pihak ASN tentang bagaimana bentuk pengelolaan
keuangan pribadi yang efektif dan efisien sehingga dapat berperan dalam pencapaian
kesejahteraan hidup. Berdasarkan latar belakang sebagaimana yang telah diuraikan
sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah implementasi
tingkat pengelolaan keuangan pribadi dalam pencapaian kesejahteraan bagi ASN di Kantor
Camat Pinolosian ? Merujuk pada rumusan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat implementasi pengeloaan keuangan pribadi
ASN di Kantor Kecamatan Pinolosian. Penelitian ini diharapkan dapat meberikan kontribusi
dalam pengembangan ilmu manajemen, khususnya manajmen keuangan. Selain itu, hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak ASN tentang bagaimana
bentuk pengelolaan keuangan pribadi yang efektif dan efisien sehingga dapat berperan dalam
pencapaian kesejahteraan hidup.

Tinjauan Pustaka
Manajeman Keuangan
Manajemen keuangan pribadi mencakup dua unsur yakni pengetahuan akan keuangan
dan seni dalam mengelola, dalam pengetahuan tentang keuangan menjadi sangat penting bagi
individu agar tidak salah dalam membuat keputusan keuangan nantinya (Margaretha dan
Pambudhi, 2015) yaitu apabila pengetahuan keuangan yang kurang, maka akan
mengakibatkan kerugian bagi individu tersebut. Dalam artikel yang di kutip oleh
simulasi.com tentang kesalahan dalam mengatur keuangan pribadi di antaranya tidak
memiliki dana darurat, tidak memiliki anggaran, pengeluaran dulu baru menabung,
pengeluaran yang boros dan konsumsi, tidak bijaksana dalam penggunaan sisa pendapatan.
Selain itu, kurangnya pengetahuan tentang keuangan menyebabkan seseorang sulit untuk
melakukan investasi atau menabung.

Pengelolaan Keuangan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 76 Tahun 2016 mendefinisikan bahwa literasi
keuangan ialah pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan keyakinan (confidence)
yang mempengaruhi sikap dan prilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan. Organization for
Economic Cooperation and Development (OECD) mendefinisikan literasi keuangan sebagai
kombinasi kesadaran, pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan untuk
membuat keputusan keuangan yang sehat sehingga dapat mencapai kesejahteraan keuangan
individu (Atkinson dan Messy, 2012:14). Perilaku keuangan (financial behavior)
berhubungan dengan tujuan menggunakan produk dan upaya mencapai tujuan
keuangan(Soetiono dan Setiawan, 2018:47). Menurut Yulianti dan Silvy (2013), dalam
melakukan pengelolaan keuangan haruslah ada perencanaan keuangan untuk mencapai
tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang.
Lusardi (2014) menyatakan bahwa literasi keuangan terdiri dari sejumlah kemampuan
dan pengetahuan mengenai keuangan yang dimiliki oleh seseorang untuk mampu mengelola
atau menggunakan sejumlah uang untuk meningkatkan taraf hidupnya dan bertujuan untuk
mencapai kesejahteraan. Selain itu juga literasi keuangan dapat diartikan sebagai
pengetahuan keuangan, yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan (Lusari & Mitchell,
2007) pengetahuan yang baik mengenai pengelolaan keuangan menjadi jalan keluar dari
beragam masalah kebutuhan rumah tangga ASN.

Manfaat Literasi Keuangan


Semakin tinggi literasi keuangan akan memberikan dampak kesejahteraan. Kesulitan
keuangan dapat muncul jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan keuangan
(mismanagement). Kesalahan pengelolaan keuangan ASN sering mengalami masalah
keuangan, sebagai akibat dari pengeluaran yang boros dan konsumsi, tidak bijaksana
mengelolah dan menghitung perbedaan antara kredit konsumen dan pinjaman bank. Menurut
Rohrke & Robinson (2000), literasi keuangan adalah cara terbaik untuk mengajarkan
konsumen tentang manfaat memiliki hubungan dengan lembaga keuangan diantaranya adalah
pendanaan dan kredit, kemampuan untuk membangun keuangan yang positif. Sedangkan
menurut Hailwood (2007) financial literacy akan mempengaruhi bagaimana orang
menabung, meminjam, berinvestasi dan mengelola keuangan.
Pada penelitian Perry dan Morris (2005) menyatakan, seseorang dengan Pengetahuan
Keuangan yang baik akan memiliki perilaku keuangan yang lebih bertanggungjawab. The
Presidents Advisory Council on Financial Literacy (PACFL, 2008) dalam Hung (2009),
mendefinisikan Financial literacy: the ability to use knowledge and skills to manage financial
resources effectively for a lifetime of financial well-being (literasi keuangan sebagai
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan serta keahlian untuk mengelola sumber daya
keuangan untuk mencapai kesejahteraan).
Navickas, Tadas, dan Emilia (2013) menyatakan bahwa tanggung jawab perencanaan
keuangan individu perlu dilakukan sedini mungkin, karena kesalahan pengaturan keuangan
akan sangat merugikan dan sulit diperbaiki di masa yang akan datang. Kurangnya
pengetahuan keuangan yang menyebabkan PNS tidak mampu mengatur keuangan dengan
baik, menghabiskan sejumlah uang untuk membeli sesuatu yang kurang diperlukan.

Konsep Keuangan ASN


Di dalam Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara ditegaskan
kembali, bahwa untuk meningkatkan kinerja dan menjamin kesejahteraan ASN maka ASN
berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban kerja, taggung jawab, dan
resiko pekerjaannya. Selain pemberian gaji ASN juga di atur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 12 Tahun 2019 yaitu tetang pengelolaan keuangan daerah mengamanatkan Menteri
berwenang bemberikan persetujuan terhadap tambahan penghasilan pegawai Aparatur Sipil
Negara di lingkungan pemerintah daerah.

Literasi dalam Penentuan Sumber Pendanaan


Untuk pengatasi pengeluaran yang besar ini, sumber pembelanjaan utang dapat
dipertimbangkan. Berdasarkan harga dananya, utang atau pinjaman dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam (Kapoor, et al., 2001: 200), yaitu: 1. Kredit-kredit tidak mahal (dapat
diperoleh dari orang tua atau anggota keluarga), 2. Kredit-kredit berharga menengah (dapat
diperoleh dari bank-bank komersial dan koperasi simpan pinjam), dan 3. Kredit-kredit mahal
(diperoleh dari perusahaan-perusahaan).
Penerapan Literasi Keuangan
Penerapan pengelolaan ini yang paling mendasar adalah memiliki rekening giro,
membayar tagihan tepat waktu, mencatat dan menyimpan transaksi keuangan, memiliki
perencanaan keuangan dan menerapkannya, dan memeriksa kembali kebiasaan
membelanjakan uang. (Marianne et al, 2003; Anthony & Sabri, 2015). (Nyamute & Maina,
2010) sehingga Mampu membayar pengeluaran rutin tiap bulan, berpartisipasi dalam
program perencanaan pensiun, dan berinvestasi mampu meningkatkan kesiapan pensiun
(Helman et al., 2010) Ketidakyakinan untuk membayar pengeluaran pokok tiap bulan
menurunkan kesiapan pensiun dari individu. (Helman, Greenwald, Adams, & Copeland,
2013). Menurut konsep ekonomi murni (indikator ekonomi murni), kesejahteraan seseorang
atau keluarga ditunjukkan terutama oleh tingkat pendapatan (income) atau kekayaan rata-rata
atau produktivitas di dalam setiap tahunnya (Budiman, 1996).

METODE PENELITIAN
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun data
yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan beberapa
orang informan. Selain itu data dalam penelitian ini juga berupa daftar tingkat pendapatan
keuangan ASN di Kantor Kecamatan Pinolosian. Dalam hal ini yang menjadi informan
penelitian berjumlah 3 orang yang merupakan ASN di Kantor Kecamatan Pinolosian. Data
yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan model interaktif Miles dan Hubermen
(1984) yaitu mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh.
Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru.
Aktivitas dalam analisis meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display)
serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verification). Subjek
penelitian adalah sumber data atau data sumber tempat memperoleh data dalam penelitian,
yang menjadi subjek penelitian ini adalah pengelolaan pendapatan ASN Kantor Camat
Pinolosian Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Tahapan analisa data meliputi 4 tahapan
yaitu ;
1. Pengumpulan data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian melalui
wawancara dengan informan yang berkaitan dengan masalah penelitian, dan juga melalui
observasi atau pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Sedangkan, data sekunder
adalah data yang diperoleh baik dalam bentuk angka maupun uraian. Dalam penelitian ini
data-data sekunder yang diperlukan antara lain: literatur yang relevan dengan judul
penelitian, misalnya jurnal-jurnal yang relevan dengan penelitian dalam penelitian ini serta
menggunakan angket dan wawancara. Angket yaitu sejumlah pertanyaan tentang hal -hal
yang diteliti yang bertujuan untuk memperoleh data dari responden yaitu PNS kantor
Camat Pinolosian yang terdiri masing jabatan mengenai pendapatan sebelum menerima
kredit, jumlah penerimaan kredit, penggunaan/pengeluaran dana kredit dan pendapatan
setelah menerima kredit. Wawancara yaitu mengajukan pertanyaan secara langsung
kepada PNS Kantor Camat Pinolosian mengenai inplementasi keuangan pribadi.
2. Reduksi data
Reduksi data yang berarti merangkum data yang di ambil pada saat pengumpulan data.
Data tersebut di pilih sesui dengan tujuan penelitian. Data yang menyimpang dari tujuan
penelitian tidak dimasukan.
3. Penyajian data
Data yang disajikan telah melalui tahapan reduksi data. Data yang disajikan berbasis
deskriptif naratif yaitu gambaran tentang implementasi penelolaan keuangan ASN Kantor
Kecamatan Pinolosian yang disajikan dalam bentuk table dan teks dari hasil wawancara.
4. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan hasil dari penelitian yang ditemukan. Kesimpulan
memberikan gambaran tentang implemtasi terhadap pengeluloaan keuangan ASN kantor
Kecamatan Pinolosian dengan tingkat literasi keuangan yang cukup tinggi, sedang dan
rendah.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian pengumpulan data yang relevan pada unit kerja Kantor Kecamatan
Pinolosian yang menjadi responden menunjukkan sumber pendapatan . Hasil pendapatan
dilihat dari analisis jabatan perbulan, pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 sebagai
berikut;
Tabel 1. Tingkat Pendapatan Keuangan ASN Kantor Kecamatan Pinolosian
Tunjangan Jumlah Pendapatan Tingkat
Jabatan Gaji (Rp)
Rp perbulan pertahun pendapatan

Kepala Seksi I 4.213.819 2.267.288 6.481.107 77.773.284 Tinggi

Kepala Seksi II 3.790.601 2.263.618 6.054.219 72.650.628 Tinggi

Kepala Seksi III 4.082.043 1.754.757 5.836.800 70.041.600 Tinggi

Kepala Seksi IV 6.119.077 1.833.793 7.952.870 95.434.440 Tinggi

Kepala Seksi V 3.051.636 2.090.498 5.142.134 61.705.608 Tinggi

Kasubag I 5.201.257 1.833.793 7.035.050 84.420.600 Tinggi

Kasubag II 3.051.636 3.461.883 6.513.519 78.162.228 Tinggi

Pelaksana 3.656.148 1.676.358 5.332.506 63.990.072 Tinggi

Pelaksana 3.434.014 2.844.722 6.278.736 75.344.832 Tinggi

Pelaksana 4.273.640 1.468.098 5.741.738 68.900.856 Tinggi

Pelaksana 3.656.148 1.233.417 4.889.565 58.674.780 Tinggi

Pelaksana 5.327.336 1.169.402 6.496.738 77.960.856 Tinggi

Pelaksana 4.474.449 1.542.473 6.016.922 72.203.064 Tinggi

Pelaksana 3.825.277 1.566.726 5.392.003 64.704.036 Tinggi

Pelaksana 3.486.828 1.233.417 4.720.245 56.642.940 Tinggi

JUMLAH 61.643.909 28.240.243 89.884.152 1.078.609.824

Rata-rata 6.293.426 75.521.112 75.521.112 34%


Pendapatan
Kepala Seksi

Rata-rata 6.774.285 81.291.414 36%


Pendapatan
Kasubag

Rata-rata 5.608.557 67.302.680 30%


Pendapatan
Pelaksana

Sumber; Data Primer Gaji dan TPP Oktober 2020


Table 1 diatas terlihat bahwa rata-rata pendapatan berdasarkan jabatan yaitu, kepala
Seksi Rp 6.293.426 (34%) , Kasubag Rp 6.774.285 (36%) dan Pelaksana Rp 5.608.557 (30%)
dari jumlah rata-rata seluruh ASN Kantor Camat Pinolosian . Badan Pusat Statistik (BPS,
2014) membedakan pendapatan menjadi 4 golongan adalah: 1) Golongan pendapatan sangat
tinggi, adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan. 2) Golongan
pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp. 2.500.000,00 – s/d Rp.
3.500.000,00 per bulan. 3) Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata
antara Rp. 1.500.000,00 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan. 4) Golongan pendapatan rendah
adalah jika pendapatan rata-rata 1.500.000,00 per bulan.
Dengan demikian pendapatan rata-rata setiap ASN Kantor Camat Pinolosian di
katerorikan tinggi sehingga dengan penghasilan tinggi tersebut sering kali salah mengelolah
keuangan, sehingga yang perlu dilakukan adalah penerapan literasi financial/keuangan yaitu
sebagai kemampuan seseorang untuk mendapatkan, memahami dan mengevaluasi informasi
yang relevan untuk pengambilan keputusan dengan memahami konsekuensi finansial yang
ditimbulkannya (Mason & Wilson: 2000).
Kemampuan seseorang untuk dapat memahami dan mengevaluasi informasi yang
relevan dalam pengambilan keputusan dengan memahami konsekuensi finansial yang
ditimbulkan merupakan tingkat literasi keuangan. Dari hasil data dan wawancara Kepala
Seksi, Kasubag, dan Pelaksana dapat di ukur jumlah rata-rata tingkat literasi keuangan
berdasarkan jabatan yang menjadi responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2
sebagai berikut;
Tabel 1. Tingkat Literasi Keuangan ASN Kantor Kecamatan Pinolosian
Rata-rata/bulan
Literasi Ket
Ka.Seksi % Kasubag % Pelaksana % Jumlah %
Kredit Rp2.891.88 53 Rp2.707.4 61 Rp1.427.4 29 Rp9.918.6 56
2 51 65 80

Pengelua Rp2.550.00 33 Rp1.750.0 22 Rp3.500.0 35 Rp7.800.0 44


ran 0 00 00 00

Tabunga 0 0 0 0
n
Rata-rata Rp2.720.94 43 Rp2.228.7 41, Rp2.463.7 32 Rp8.859.3 50
1 26 5 33 40

Tabel 2 diatas menunjukan bahwa jumlah rata-rata tingkat literasi keuangan masing-masing
jabatan tingkat untuk literasi kredit (credit literation) Kepala Seksi dengan rata-rata
Rp2.891.882 (53%), Kasubag Rp2.707.451 (61%) dan Pelaksana Rp1.427.465 (29%) , jadi
jumlah rata-rata tingkat literasi kredit yaitu Rp9.918.680 (56%), sedangkan tingkat literasi
pengeluaran (spending literation) Kepala Seksi dengan rata-rata Rp2.550.000 ( 33% ),
Kasubag rata-rata Rp1.750.000 (22%), Pelaksana Rp3.500.000 (35), jumlah rata-rata
keseluruhan untuk literasi pengeluaraan yaitu Rp7.800.000 ( 44% ) cukup tinggi para ahli
menyarankan bahwa proporsi untuk pengeluaran angsuran kredit maksimum sebesar 20%
dari pendapat bersih setelah pajak setiap bulannya (Kapoor, et al., 2001: 176) , dan untuk
tingkat literasi tabungan (saving literation) berada dengan rata-rata 0 ( 0% ), dari hasil
literasi keuangan ASN Kecamatan Pinolosian maka kebutuhan financial rumah tangga ASN
berada pada kategori kurang baik dilihat dari rata-rata jumlah kredit dan pengeluaran melebih
dari pendapatan sekitar 50%.

Pembahasan
Dari hasil wawancara setiap jabatan yang diambil sampel disini peneliti menayakan
kepada responden yaitu yang dapat dijawab. Byrne (2001) menyarankan agar sebelum
memilih wawancara sebagai metoda pengumpulan data, peneliti harus menentukan apakah
pertanyaan penelitian dapat dijawab dengan tepat oleh partisipan ;
1. Kepala Seksi
Berkaitan dengan pendapatan, Kepala Seksi dengan gaji Rp. 4.213.819/bulan dan Tunjangan
Penghasilan Pegawai (TPP) Rp. 2.267.288/bulan. Berkaitan dengan pengeluaran kepala seksi
bahwa pengeluaran dalam sebulan maksimal yang dikeluarkan di Rp2.550.000 yang terdiri
dari biaya listrik/pulsa Rp. 100.000, biaya pendidikan anak Rp. 1.000.000, biaya acara
kemasyarakatan, Rp. 200.000.- dan biaya konsumsi rumah tangga Rp. 1.250.000. dan untuk
biaya kredit di bank yaitu Rp. 3.498.968. Berkaitan dengan penggunaan kredit, dalam
penggunaan kredit Kepala Seksi menggukannya untuk membeli rumah alasan karena setiap
orang membutuhkan tempat tinggal sebagai kebutuhan primer terutama tempat tinggal tampa
tempat tinggal /rumah maka orang tidak bisa hidup normal sehingga dalam mengambil
keputusan untuk menggadaikan SK PNS sebagai jaminan kredit di bank walaupun kebutuhan
primer lainnya kurang sehingga dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga ASN hanya
menggunakan sisa gaji dari potongan bank. Berkaitan dengan tabungan bahwa kepala seksi
tidak memiliki tabungan. Hal dengan perencanaan keuangan bahwa kepala seksi tidak
memiliki perencanaan ( wawancara, 17 November 2020 ).
2. Kasubag
Berkaitan dengan pendapatan, Kasubag dengan gaji Rp. 5.201.257/bulan dan Tunjangan
Penghasilan Pegawai (TPP) Rp. 1.833.793/bulan. Berkaitan dengan pengeluaran dalam
sebulan maksimal yang dikeluarkan di Rp1.750.000 yang terdiri dari biaya listrik/pulsa Rp.
400.000, biaya konsumsi rumah tangga Rp. 1.150.000, biaya bahan bakar minyak, Rp.
250.000.- dan berkaitan dengan penggunaan kredit, biaya tagihan kredit bank Rp.
3.416.567/bulan kasubag menggunakanya untuk membeli tempat tinggal alasannya belum
memiliki rumah maka kasubag mengambil keputusan menggadaikan SK PNS sebagai
jaminan hutang menurutnya wajib seorang ASN harus memiliki rumah. Berkaitan dengan
tabungan kasubag tidak memiliki tabungan. Hal dengan perencanaan keuangan kasubag tidak
memiliki perencanaan (wawancara, 17 November 2020).
3. Pelaksana
Berkaitan dengan pendapatan Pelaksana dengan gaji Rp. 3.825.277/bulan dan Tunjangan
Penghasilan Pegawai (TPP) Rp. 1.566.726/bulan. Berkaitan dengan pengeluaran finansial
hasil wawancara dengan pelaksana pengeluaran dalam sebulan maksimal yang dikeluarkan
di Rp3.500.000 yang terdiri dari biaya listrik/pulsa Rp. 500.000, biaya pendidikan anak Rp.
500.000, konsumsi rumah tangga Rp. 1.500.000, biaya bahan bakar minyak, Rp. 200.000, dan
kebutuhan lain Rp.800.000 dan biaya tagihan kredit di bank Rp. 1.712.747 tagihan kredit
tersebut digunakan untuk pendidikan anak dan membeli rumah sehingga untuk kebutuhan
konsumsi rumah tangga dalam sebulan tidak cukup. Hal dengan perncanaan keuangan
pelaksana tidak memiliki perencanaan keunangan. (wawancara, 17 November 2020).
Dari hasil wawancara di atas menunjukan bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga
dan kredit cukup tinggi. Dalam pengambilan keputusan untuk kebutuhan primer tidak
dipikirkan sehingga pada saat itu ASN tidak memiliki uang untuk ditabung serta memenuhi
kebutuhannya sehari-hari, sehingga jalan keluar yang di lakukan adalah melakukan pinjaman
pada teman atau keluarga. Aparatur Sipil Negara menggadaikan SK PNS untuk membanguan
rumah memang sah-sah saja tapi harus melalui perencanaan keuangan yang matang sehingga
hidup tidak diatur oleh hutang dan tidak termasuk orang yang tidak punya uang di akhir
bulan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut ;
1. Tingkat literasi keuangan ASN masih rendah, baik daris aspek pengetahuan keuangan
pribadi, kredit dan tabungan, hal ini dibuktikan dengan kurangnya pengetahuan dalam
pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan di masa akan datang.
2. Perencanaan financial dan penggunaan kredit bank yang menjadi keputusan ASN tanpa
melalui perencanaan yang matang sehinnga memberikan pengaruh negative terhadap
kesejahteraan ASN dan kebutuhan ekonomi rumah tangga di masa akan datang serta
berpengaruh pada tingkat kinerja seorang ASN.
Saran
Untuk meningkatkan kesejatraan ASN maka perlu peningkatan sumber daya manusia
dalam mengelolah keuangan pribadi merupakan salah satu modal untuk mencapai sukses
dalam hidup, yang perlu dilakukan untuk pengelolaan keuangan yaitu proses perencanaan
keuangan yang matang, implementasi terhadap keuangan dan evaluasi keuangan saat ini dan
menyiapkan kondosi financial di masa akan datang agar tidak menimbulkan resiko finansial.
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat melihat keterbatasan penelitian ini
penelitian selanjutnya untuk menambah variable dalam literasi keuangan ASN. Keterbatasan
penelitian ini yaitu hanya membahas tingkat pendapatan dan pengeluaran gaji dan tunjangan
ASN tidak membahas tentang pendapatan lain diluar dari gaji dan tunjangan PNS oleh karena
itu di penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan variable yang lebih variatif.

DAFTAR PUSTAKA
Agusta, I. (2003). Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Kualitatif. Pusat Penelitian Sosial
Ekonomi. Litbang Pertanian, Bogor, 27.
Anthony, R., & Sabri, M. F. (2015). Financial management practices of medical practitioners
in the private and public medical service in malaysia. International Review of
Management and Business Research, 4(4), 1105.
BPS, “Upah Minimum Regional/Provinsi (UMR/UMP) per bulan (dalam rupiah)” dalam
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/917 diakses pada 28 Maret 2016
Budiman, M. A. (2016). Similarity check-Hubungan antara Religiusitas dan Kesejahteraan
pada Masyarakat Banjar.
Djawahir, A. U. (2018, April). Teknologi-Layanan Keuangan, Literasi-Inklusi Keuangan, dan
Value pada FinTech Syariah di Indonesia: Perspektif SOR (Stimulus-Organism-
Response) Model. In Proceedings of Annual Conference for Muslim Scholars (No.
Series 1, pp. 439-448)
Fitrie, S. (2008). Pengelolaan Keuangan Daerah Perspektif Permendagri No. 13 Tahun 2006
pada Pemerintah Kota Binjai (Master's thesis).
https://zmanajemen.blogspot.com/2018/05/bagaimana-tahapan-pengambilan-keputusan.html
Hung, A.A., Parker, A.M., & Yoong, J.K. (2009) “Defining and Measuring Financial
Literacy”, Rand Labor And Population. Diambil dari http://www.rand.org.
Indonesia, P. R. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara.
journal.uny.ac.id/index.php/nominal/article/download/14330/9455
Lusardi, A., & Mitchell, O. S. (2007). Baby boomer retirement security: The roles of
planning, financial literacy, and housing wealth. Journal of monetary Economics,
54(1), 205-224.
Margaretha, F., & Pambudhi, R. A. (2015). Tingkat literasi keuangan pada mahasiswa S-1
fakultas ekonomi. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 17(1), 76-85.
Mason, C. L., & Wilson, R. M. (2000). Conceptualizing financial literacy (Occasional Paper,
2000: 7)
Miles, M. B., & Hubermen, A. M. (1984). Analisis Data Qualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep
Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia
Nyamute, W. (2011). Maina.(2010). Effect of Financial Literacy on Personal Financial
Management Practices: A case Study of Employees of Finance and Banking
Institutions.
Perry, V. G., & Morris, M. D. (2005). Who is in control? The role of self‐perception,
knowledge, and income in explaining consumer financial behavior. Journal of
consumer affairs, 39(2), 299-313.
Rasyid, R. (2012). Analisis Tingkat Literasi Keuangan Mahasiswa Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Jurnal Kajian Manajemen
Bisnis, 1(2).
Reason, J. (1990). Human error. Cambridge university press.
Rohrke, A., & Robinson, L. (2000). Guide to Financial Literacy Resources. Journal of
Financial Literacy.
sarjanaekonomi.co.id/literasi-keuangan/
Satrio, J. (1993). Hukum jaminan, hak-hak jaminan kebendaan. Penerbit PT Citra Aditya
Bakti
Setiawan, R. (2020). PENGARUH LITERASI KEUANGAN TERHADAP MINAT
MENABUNG (Studi Pada Mahasiswa STIA YPPT PRIATIM Tasikmalaya Tahun
Akademik 2017/2018). JAK PUBLIK (Jurnal Administrasi & Kebijakan Publik),
1(1).
simulasikredit.com
Suyatno, T. (1988). Dasar-dasar perkreditan. Gramedia Pustaka Utama.
UUD 1945 pasal 27 (2).
Widdowson, D., & Hailwood, K. (2007). Financial literacy and its role in promoting a sound
financial system. Reserve Bank of New Zealand Bulletin, 70(2).
www.kajianpustaka.com/2018/03/pengertian-tingkat-aspek-dan-pengukuran-literasi-
keuangan.html
www.seputarpengetahuan.co.id/2018/05/pengertian-literasi-keuangan-tingkat-aspek-
indikator.html
Yudohusodo, S. (1998). Transmigrasi: Kebutuhan negara kepulauan berpenduduk heterogen
dengan persebaran yang timpang. Jurnalindo Aksara Grafika.
Yushita, A. N. (2017). Pentingnya literasi keuangan bagi pengelolaan keuangan pribadi.
Nominal: Barometer Riset Akuntansi dan Manajemen, 6(1), 11-26.

Anda mungkin juga menyukai