Anda di halaman 1dari 12

KOVALEN, 4(3): 285-296, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

SINTESIS DAN KARAKTERISTIK POLIEUGENOL DARI EUGENOL MENGGUNAKAN


KATALIS H2SO4 – CH3COOH

[Synthesis and Characteristics of Polyuegenol from Eugenol Using Catalyst H2SO4 –


CH3COOH]

Sitti Aiun Hikmah1*, Erwin Abdul Rahim1, Musafira2


1)
Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tadulako, Palu
Jl. Soekarno Hatta Km.9, Kampus Bumi Tadulako Tondo Palu, Telp. 0451- 422611
2)
Universitas Sulawesi Barat, Mamuju

*)Coresponding author: ainun.30fky@gmail.com

Diterima 2 September 2018, Disetujui 30 Oktober 2018

ABSTRACT
Synthesis and characteristics of polyeugenol from eugenol using H2SO4 - CH3COOH as cathalyst has
been done. Synthesis was done by using cationic polymerization with comparison of eugenol
concentration to H2SO4 - CH3COOH catalyst of 4:1. In this study, polieugenol obtained from the
synthesis process and its molecular weight was determined by viscometry. The results showed a
molecular weight of 776.247.12 g / mol. The characteristics of synthesized polyeugenol were brown
solid, with melting point of 85 ° C – 110° C, insoluble in water, n-hexane, benzene, but soluble in
ethanol, ethyl acetate and chloroform. Furthermore, it had 176.4 volt of conductivity with 0.05 A and
16.80 ohm of the electrical current and the electrical resistance, respectively.
Keywords : Eugenol, Cationic Polymerization, Polyeugenol

ABSTRAK
Telah dilakukan sintesis polieugenol dan karakteristiknya dari eugenol menggunakan katalis H 2SO4 –
CH3COOH. Sintesis dilakukan dengan cara polimerisasi kationik dengan perbandingan eugenol
dengan katalis H2SO4 – CH3COOH adalah 4:1. Dalam penelitian ini polieugenol diperoleh dari proses
sintesis dan ditentukan berat molekulnya dengan metode viskometri serta karakteristiknya. Hasil
penelitian menunjukkan berat molekul 776.247,12 g/mol. Karakteristik polieugenol berbentuk padat,
o o
berwarna coklat dengan titik leleh 84 C – 90 C. Tidak larut dalam air, n-heksan, benzena tetapi larut
dalam etanol, etil asetat dan kloroform. Produk sintesis memiliki konduktivitas 176,4 volt dengan
kekuatan arus listrik 0,05 A dan 16,80 ohm.
Kata Kunci : Eugenol, Polimerisasi kationik, Polieugenol

Sitti Ainun Hikmah dkk. 285


KOVALEN, 4(3): 285-296, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

LATAR BELAKANG Senyawa-senyawa turunan eugenol


Tanaman cengkeh (Eugenia sangat banyak digunakan pada industri
aromaticum) merupakan jenis tanaman farmasi, kosmetik, dan flavor makanan,
perkebunan khas Indonesia yang memiliki seperti senyawa metil eugenol,
banyak manfaat. Minyak atsiri dari isoeugenol, dan vanili sintetis (Soesanto,
cengkeh atau lebih dikenal sebagai 2006). Modifikasi lainnya dari eugenol
minyak cengkeh banyak dimanfaatkan yang memiliki banyak manfaat adalah
untuk industri makanan dan farmasi bentuk polimernya atau dikenal sebagai
(Nurdjannah, 2004). senyawa polieugenol (Sastrohamidjojo,
Minyak cengkeh (Clove Oil) 1981).
didapatkan melalui penyulingan uap dari Polieugenol diperoleh melalui reaksi
bagian tanaman cengkeh. Minyak atsiri polimerisasi senyawa eugenol.
dari cengkeh terdapat hampir diseluruh Pembuatan polieugenol telah bayak
bagian tanamannya, yaitu dalam daun (1- dikembangkan oleh beberapa peneliti.
4%), tangkai (5-10%), dan bunga (10- Anggraeni (1998) telah mengkaji
20%). Komponen utama dari minyak penggunaan media pada pembuatan
cengkeh adalah senyawa terpenoid polieugenol yang diinisiasi dengan
berupa eugenol dengan kadar 70% BF3O(C2H5)2, sedangkan Handayani
hingga 90%. Eugenol berupa cairan tak (2000) mensintesis polieugenol
berwarna atau kuning pucat dan berbau menggunakan katalis H2SO4 pekat dan
spesifik memiliki manfaat sebagai BF3O(C2H5)2. Sementara itu, Rahim
stimulan, antiemetik, antiseptic, (2015) mensintesis metil eugenol
antispasmodic, anestetik lokal, dan menggunakan reaksi adisi dengan asam
karminatif (Somaatmadja, 2001). asetat yang telah dicampurkan beberapa
Eugenol banyak digunakan dalam tetes asam sulfat diperoleh kristal kiral
dunia industri sehingga mempunyai nilai dalam jumlah banyak.
ekonomis tinggi. Senyawa ini dapat Polimer dapat diaplikasikan ke
menjadi bahan baku untuk pembuatan dalam bidang katalis. Ngadiwiyana (1996)
produk makanan, diantaranya pada telah mensintesis polieugenol dari eugenol
pembuatan vanili sebagai pemberi aroma minyak cengkeh hasil ekstraksi dan
makanan (Anwar, 1994). Eugenol destilasi fraksinasi pengurangan tekanan,
termasuk salah satu senyawa alam yang menggunakan katalis H2SO4 pekat tanpa
menarik karena mengandung beberapa media serta menghasilkan rendemen
gugus aktif, yaitu hidroksil, cincin aromatik polieugenol 73,20% dengan berat molekul
dan alil, sehingga mudah untuk 7.800,75 g/mol. Anggraeni (1998) telah
dimodifikasi secara kimia menjadi mensintesis polieugenol dari fraksi
senyawa turunan eugenol lainnya. eugenol 95,35% menggunakan katalis

Sitti Ainun Hikmah dkk. 286


KOVALEN, 4(3): 285-296, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

BF3O(C2H5) tanpa media dengan sulfat pekat pada perbandingan 1:2


rendemen 83,34% dan dalam media n- menghasilkan fraksi dan ekstrak
heksan dengan rendemen 73,36%. berbentuk padat dengan kadar 88,14%
Polimerisasi dengan bahan awal dan 86,15%. Sementara, hasil redistilasi
eugenol telah banyak diteliti dengan berbentuk gel dengan kadar sebesar
penggunaan berbagai katalis. Handayani 100,29%. Namun, rendemen polieugenol
(2000) telah melakukan perbandingan mol yang dihasilkan melebihi 100% karena
eugenol dan katalis asam sulfat yang senyawa-senyawa lain dalam minyak
tepat untuk memperoleh polieugenol daun cengkeh tersebut belum dapat
adalah 1:4 dengan waktu polimerisasi 2 dihilangkan.
jam. Rendemen yang dihasilkan hanya Penelitian ini mensintesis dan
19,66%. Penggunaan asam nitrat sebagai mengkarakterisasi polieugenol dari
katalis polimerisasi kationik karena eugenol menggunakan katalis H2SO4 –
merupakan asam lewis sebagai akseptor CH3COOH. Sintesis ini melalui proses
elektron yang kuat. Kebanyakan dari polimerisasi kationik antara eugenol dan
katalis memungkinkan menerima asam H2SO4 – CH3COOH yang bertindak
berproton yang kuat untuk mengkatalisis sebagai katalis yang diharapkan dapat
polimerisasi. Suirta et al. (2012) telah memutuskan ikatan rangkap yang
mensintesis polieugenol dari eugenol terdapat pada gugus alil senyawa eugenol
dengan katalis asam nitrat pekat dan dan akan diperoleh polieugenol sehingga
media natrium klorida. Perbandingan mol dapat dikarakterisasi untuk mengetahui
eugenol dan asam nitrat yang digunakan sifat polimer.
1:4 dalam waktu 2 jam. Hasil penelitian
METODE PENELITIAN
diperoleh rendemen polieugenol dengan
Bahan dan Peralatan
media NaCl sebesar 42,97% dan tanpa
Bahan yang digunakan adalah
media NaCl diperoleh rendemen 47,77%.
eugenol,asam sulfat pekat, asam asetat
Penelitian Iswanto dan Susilowati
glasial, metanol (p.a), etanol 98%,
(2015), tentang sintesis dan karakterisasi
kloroform, etil asetat, dietil eter, n-heksan,
polimer dari minyak daun cengkeh hasil
benzena, natrium sulfat anhidrat dan
fraksinasi dihasilkan polieugenol berupa
akuades.
padatan coklat yang mempunyai Tm = 150
0 Alat yang digunakan dalam penelitian
C, memiliki rendemen sebesar 89,24%
ini adalah melting point apparatus, pH
dan berat molekul pada fraksi eter adalah
meter, konduktometri, viskometer ostwald,
182,24 g/mol. Menurut Sudarlin dan
neraca analitik merk Adventure TM
Haryadi (2015), polimerisasi kationik
Ohaus, stopwatch, corong pisah, hot plate
eugenol hasil redistilasi, ekstraksi dan
WiseStir MSH 20-D, stirrer, aluminium foil,
fraksinasi menggunakan katalis asam

Sitti Ainun Hikmah dkk. 287


KOVALEN, 4(3): 285-296, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

kertas saring dan alat–alatgelas dan bagian atas dicuci kembali hingga
laboratorium. netral. Pencucian dilakukan sebanyak 3
kali. Lapisan atas berupa polieugenol
Prosedur Kerja
yang tidak larut dalam air. Untuk
Sintesis Polieugenol (Suirta et al., 2012;
Sudarlin dan Haryadi, 2015) membebaskan kemungkinan adanya air

10 gram eugenol dimasukkan ke dalam polieugenol, ditambahkan 1 gram

dalam gelas kimia 250 mL kemudian Na2SO4 anhidrat. Kemudian, disaring

ditambahkan 2,5 mL larutan H2SO4– menggunakan kertas saring dan corong

CH3COOH dengan perbandingan 4:1 kaca. Filtrat yang diperoleh dianalisis

(monomer : katalis) sambil terus diaduk dengan KLT untuk mengetahui

menggunakan stirrer. Penambahan kenampakan noda. Selanjutnya, 288iltrate

katalis dilakukan sedikit demi sedikit. ditampung dalam cawan petri lalu

Terbentuknya polimer ditandai dengan didiamkan selama 48 jam pada suhu

keluarnya asap putih pekat dan polimer ruang. Selanjutnya, ditentukan titik leleh

melekat pada dinding gelas kimia. menggunakan melting point apparatus,

Polimerisasi dihentikan dengan serapan warna menggunakan

menambahkan 4 tetes 288iltrate pada spektrofotometri UV–Vis dan penentuan

campuran sehingga polimer mengental struktur dengan spektrofotometer IR dan


288iltrate288. Polimer didiamkan pada NMR.
suhu ruang selama 24 jam hingga polimer Karakterisasi Polieugenol
memadat dan kering. Perlakuan dilakukan 1. Pengujian Kelarutan Polieugenol
dengan menggunakan variasi konsentrasi Sebanyak 0,5 gram polieugenol
asam asetat dalam campuran katalis yaitu masing-masing dimasukkan ke dalam 6
2%, 4% dan 6%. Sampel dengan hasil tabung reaksi. Pada setiap tabung reaksi
konsentrasi asam terbaik di lakukan ditambahkan 5 ml pelarut organik secara
pencucian. berturut-turut adalah dietil eter, etanol,
Sebanyak 2 gram polieugenol benzena, kloroform, etil asetat dan n-
dimasukkan dalam 288iltrate288r 250 mL heksan lalu dikocok. Kelarutan setiap
lalu ditambahkan dietil eter sebanyak 40 tabung reaksi diamati.
mL, tutup dengan penyumbat. Kemudian
2. Pengujian Hantaran Listrik
dikocok hingga polieugenol larut. Setelah Menggunakan Multimeter
itu, dimasukkan dalam corong pisah 250 Sebanyak 5 gram polieugenol
mL dan ditambahkan akuades sebanyak digerus hingga menjadi serbuk, kemudian
100 ml, dikocok kuat dan didiamkan dilarutkan dalam 30 ml etanol ke dalam
selama satu malam hingga terbentuk 2 gelas kimia 50 ml. Selanjutnya diukur
lapisan. Lapisan bagian bawah dibuang tegangan listrik, arus listrik dan hambatan,

Sitti Ainun Hikmah dkk. 288


KOVALEN, 4(3): 285-296, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

pengukuran dilakukan selama 24 jam diperoleh ηsp/C lawan C. Dari kurva


sekali selama 7 hari. diekstrapolasi ke konsentrasi (C) sama
dengan nol diperoleh [η]. Dengan
3. Analisis Spektrum FTIR
persamaan Mark-Houwink dihitung berat
Siapkan alat - alatnya : mortar
molekul dari polimer dengan
agate, alu, spatula, KBr Die, Pressure dan
menggunakan harga K dan a yang sesuai.
plat KBr. Kemudian siapkan zat KBr p.a
yang sudah dioven 24 jam (KBr kering
HASIL DAN PEMBAHASAN
bebas air). Untuk membersihkan mortar
Polieugenol Hasil Sintesis
dan KBr Die gunakan aseton p.a dan
Sintesis polieugenol pada penelitian
tissue. Sebanyak 15 mg sampel
ini dilakukan melalui reaksi polimerisasi
diletakkan diatas mortar. Selanjutnya,
kationik antara eugenol dan katalis H2SO4
sebanyak 300 mg zat KBr p.a diletakkan
– CH3COOH. Pada tahap ini proses
diatas mortar bersama sampelnya.
polimerisasi ditandai dengan keluarnya
Campuran sampel dan KBr tersebut
asap putih tebal dan polimer melekat pada
digerus hingga homogen. Tuangkan
dinding gelas kimia, berupa padatan
Campuran ke dalam KBr Die dan lakukan
berwarna hitam keunguan. Crude
pressure 10 x 1.000 kg atau setara
polieugenol dengan konsentrasi asam
dengan 10 ton untuk membuat pellet.
asetat dalam campuran katalis diperoleh
Hasil di running dengan FTIR dan Sampel
14,008 gram, 15,422 gram, dan 15,35
dianalisis pada bilangan gelombang dari
gram untuk masing – masing konsentrasi
400–4500 cm-1.
asam asetat 2%, 4%, dan 6%.
4. Penentuan Berat Molekul dari
Proses pemurnian dilakukan dengan
Polieugenol (Ngadiwiyana, 2005)
melarutkan polieugenol ke dalam pelarut
Sebanyak 1 gram polieugenol
dietil eter dan akuades, terbentuk dua
dilarutkan dalam etanol hingga
lapisan, yaitu lapisan bawah terdiri atas air
konsentrasinya 0,02 g/mL dalam labu
dan katalis, lapisan atas adalah
takar 50 mL. kemudian dibuat variasi
polieugenol yang tidak larut dalam air.
konsentrasi polimer melalui pengenceran
Hasil pemurnian diuji dengan mengukur
dengan etanol : 0,01500 g/mL; 0,01000
pH polieugenol dan diperoleh pH 7,
g/mL; 0,00500 g/mL; 0,00250 g/mL; dan
artinya polieugenol hasil pencucian telah
0,00125 g/mL. Dilakukan pengukuran
bebas dari katalis yang bersifat asam.
waktu alir pelarut murni yaitu etanol dan
Hasil dari pemurnian polieugenol
masing-masing konsentrasi larutan
diperoleh berbentuk padat dan berwarna
polimer dengan menggunakan viskometer
coklat dengan rendemen sebesar 72,03%
ostwald, sehingga diperoleh t0, t1, t2, t3, t4,
pada konsentrasi asam asetat 4%.
t5 dan t6. Dengan persamaan Poisseuille

Sitti Ainun Hikmah dkk. 289


KOVALEN, 4(3): 285-296, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

Spektrum FTIR menggunakan spketrofotometer FTIR


Identifikasi gugus fungsional pada bilangan gelombang 4000–400 cm-1.
polieugenol dilakukan dengan

Gambar 1 Spektrum IR polieugenol

Gambar 2 Spektrum IR eugenol

Hasil spektrum FTIR polieugenol hidroksil (–OH). Pada spektrum FTIR


(Gambar 1) menunjukkan adanya serapan eugenol gugus –OH terletak pada
lebar pada bilangan gelombang 3448,72 bilangan gelombang 3518,16 cm-1
cm-1 yang menunjukkan adanya gugus (Gambar 2). Hasil yang diperoleh

Sitti Ainun Hikmah dkk. 290


KOVALEN, 4(3): 285-296, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

diperkuat dengan pernyataan Pavia 1600 cm-1 dan vibrasi C-H sp3 stretch
(2009), yang menyatakan spektrum –OH ditunjukkan pada serapan 3000 – 2840
berada pada bilangan gelombang 3200 – cm-1.
3650 cm-1. Adanya pita serapan pada spektrum
Serapan pada 2870,08 - 2931,80 IR eugenol menunjukkan adanya serapan
cm-1 menunjukkan vibrasi ulur C-H sp3 dan pada 1635,64 cm-1 merupakan pita
adanya suatu senyawa aromatis serapan karakteristik untuk rentangan
terkonjugasi ditunjukkan oleh pita serapan C=C yang dikuatkan oleh pita serapan
1604,77 cm-1 dan 1512,19 cm-1 (Gambar keluar bidang pada 900 - 648 cm-1.
1). Serapan pada bilangan gelombang Serapan 995,27 cm-1 dan 910,40 cm-1
2839,22 – 2908,65 cm-1 pada spektrum menunjukkan gugus tak jenuh berupa
eugenol menunjukkan adanya vibrasi C-H gugus vinil (-C=CH2-) (Gambar 2).
sp3 dan adanya suatu senyawa aromatis Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
-1
ditunjukkan oleh pita serapan 1604,77cm dengan ini dapat disimpulkan bahwa
-1
dan 1512,19 cm (Gambar 2). Menurut senyawa mengandung eter (C-O-C-); -OH;
Pavia (2009), spektrum C=C aromatik metil (-CH3) dan metilena (-CH2-) serta
berada pada bilangan gelombang 1500 – gugus vinil.

Tabel 1 Perbandingan Bilangan Gelombang Hasil Interpretasi Data spektrum FTIR eugenol dan
polieugenol

-1
Bilangan Gelombang (cm )
No Eugenol (Handayani, Pustaka Gugus Fungsi
Polieugenol Eugenol
dkk., 2000) (Pavia, 2009)
1 3448,72 3518,1 3448,5 3000 - 3600 -OH

2931,8 – 2908,6 – 3
2 3000 – 2800 2840 - 3000 C-H sp stretch
2870,08 2839,2

1604,77 – 1604,7 –
3 1612,4 dan 1514 1500-1600 C=C aromatik
1512,19 1512,1
4 1458,18 1458,18 - 1465 -CH2 bend

5 1365,6 1365,6 - 1375 dan 1450 -CH3 bend

6 1226,73 1265,3 1300 – 3000 1080-1300 C-O eter


910,40 –
7 - 995,2 dan 9142 900 – 1040 Gugus vinil
995,27
8 - 1635,6 - 1635 C=C vinil stretch

Serapan pada bilangan gelombang sedangkan pada spektrum IR


-1 -1
1637,5 cm dan 995 cm yang poli(eugenol) tidak muncul. Hal ini
merupakan serapan khas untuk gugus menunjukkan bahwa poli(eugenol) telah
vinilik, muncul pada spektrum IR eugenol terbentuk.

Sitti Ainun Hikmah dkk. 291


KOVALEN, 4(3): 285-296, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

Spektrum 1H NMR pada frekuensi 500 MHz, yang bergantung


Energi yang dipakai dalam pada jenis inti yang diukur.
pengukuran dengan metode ini berada

Gambar 3 Spektrum 1H NMR Polieugenol

Gambar 4 Spektrum NMR 1H eugenol pelarut CDCl3 (Iswanto dan Susilowati, 2015)

Pada Gambar 4 tampak pada daerah pergeseran kimia 5,0 (Tabel 2).
daerah pergeseran kimia 5,0 – 6,0 diduga Hal ini diakibatkan adanya proses
adanya gugus vinilik pada senyawa terminasi yang membuktikan bahwa
eugenol, sedangkan pada Gambar 3 tidak proses polimerisasi telah terjadi.
tampak adanya sinyal proton vinilik pada

Sitti Ainun Hikmah dkk. 292


KOVALEN, 4(3): 285-296, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

1
Tabel 2. Hasil Interpretasi Data spektrum H menyatakan bahwa warnanya ungu, larut
NMR Polieugenol
dalam metanol, dan tidak larut dalam
Daerah
Puncak Serapan Multiplitas Keterangan potreleum eter. Hal ini dipengaruhi oleh
(ppm)
3 H dari kelarutan pelarut dalam pelarut non polar.
A 6,3 – 7 Duplet
Benzena
1 H dari Serapan Warna Polieugenol pada
B 6,0 Singlet
–OH
Metoksi Spektrofotometer UV – Vis
C 3,8 Singlet
(–OCH3) Spektrum absorbsi dalam daerah-
Metilen
D 2,5 Duplet
( –CH2–) daerah ultra ungu dan sinar tampak
Metin
E 1,6 Multiplet umumnya terdiri dari satu atau beberapa
( –CH–)
Metil pita absorbsi yang lebar, semua molekul
F 1,2 Duplet
( –CH2–)
dapat menyerap radiasi dalam daerah
Kelarutan Polieugenol UV–Vis.
Polieugenol merupakan padatan Pada Gambar 5, menunjukkan pada
berwarna cokelat, berbau wangi (minyak puncak no. 1 merupakan panjang
cengkeh), mengkilat berupa film dengan gelombang maksimum polieugenol
o o
titik leleh berkisar 84 C – 90 C, tidak larut dengan panjang gelombang 289 nm dan
dalam air tetapi dapat larut dalam etanol, nilai absorbansi 3,927. Kemunculan
kloroform, etil asetat dan sedikit larut kedua puncak spektrum Uv – Vis
dalam dietil eter. polieugenol mengacu pada kromofor yang
Tabel 3 Sifat fisik senyawa polieugenol ada dimana tampak puncak no. 1 dan
puncak no. 2 berada pada daerah
Sifat Polieugenol
ultraviolet yang sama. Pada puncak no. 2
Wujud Padat
pada 246 nm dengan absorbansi 2,643.
Warna Coklat
Kromofor vinilik pada daerah 240 – 280
Bau Wangi
nm yang merupakan serapan kromofor
Kenampakan Mengkilap
Etanol, etil asetat, vinilik sederhana. Adanya 2 puncak pada
Kelarutan
kloroform daerah ultraviolet tersebut kemungkinan
Hasil penelitian menunjukkan sifat
mengacu pada satu jenis senyawa yang
senyawa polieugenol (Tabel 3) berbeda
sama, tetapi dikarenakan senyawa
dengan beberapa penelitian sebelumnya.
tersebut masih mengandung senyawa-
Ngadiwiyana (2005), menghasilkan
senyawa pengotor maka pada puncak no.
polimer berwarna keungu-unguan dan
1 muncul puncak yang tak beraturan. Hal
kelarutan plimer dalam aseton dan
ini dipertegas oleh data hasil kromatografi
benzena. Hasil yang sama pula diperoleh
lapis tipis senyawa polieugenol.
oleh Sudarlin dan Haryadi (2015), yang

Sitti Ainun Hikmah dkk. 293


KOVALEN, 4(3): 285-296, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

Gambar 5 Spektrum Uv-Vis polieugenol

Gambar 6 Spektrum Uv – Vis Eugenol

Hantaran Listrik Polieugenol listrik terbaik sebesar 176,4 volt, arus


Eugenol merupakan senyawa bahan listrik sebesar 0,05 Ampere dan
alam yang disintesis menjadi polimer Hambatan listrik sebesar 16,80 ohm pada
polieugenol melalui proses polimerisasi. konsentrasi asam asetat 4%. Berdasarkan
Senyawa yang dihasilkan pada tahap penelitian ini, dapat digunakan dalam
polimerisasi memberikan daya tahan bidang teknologi terkhusus bidang energi
listrik. Pada penelitian ini dilakukan yang tersimpan dalam senyawa
pengukuran hantaran listrik menggunakan bahanalam hasil sintesis.
alat multimeter menghasilkan tegangan

Sitti Ainun Hikmah dkk. 294


KOVALEN, 4(3): 285-296, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

Berat Molekul Polieugenol KESIMPULAN


Hubungan antara viskositas Berdasarkan hasil penelitian yang
instrinsik dengan berat molekul rerata diperoleh, maka dapat disimpulkan
viskositas diberikan oleh persamaan bahwa Berat molekul polieugenol hasil
empiris Mark-Houwink, sintesis adalah 776.247,12 g/mol.
[ɳ] = K. Ma Karakteristik senyawa polieugenol yang
dimana, K dan a = tetapan karakteristik diperoleh berwujud padat dengan titik
polistirena leleh 84 – 90 0C, berwarna coklat, berbau
Polimer yang dihasilkan berbentuk harum dan mengkilat, larut dalam etanol,
padat dengan berat molekul sebesar kloroform, etil asetat dan tak larut dalam
776.247,12 g/mol dan derajat polimerisasi air.
(n) sebanyak 4.727 kali, hal ini
DAFTAR PUSTAKA
menandakan katalis lengket dengan
Anggraeni, B. 1998. Polimerisasi Eugenol
polimer. Selain itu, polimer yang diperoleh
dengan Katalis Kompleks Boron
termasuk polimer bermolekul tinggi. Trifluoride Dietil Eter dan
Pemakaian Polieugenol sebagai
Berat molekul hasil pemurnian yang
Katalis Transfer Fasa. [Skripsi].
diperoleh pada penelitian ini, lebih besar Yogyakarta: FMIPA UGM.
dibandingkan dengan penelitian Iswanto Anwar, C. 1994. The Convertion of
(2015), polieugenol yang dihasilkan pada Eugenol Into More Valuable
Substances. [Disertation].
fraksi eter sebesar 182,241 g/mol. Berat Yogyakarta : Universitas Gadjah
molekul poli(eugenol) yang didapatkan Mada.
oleh Ngadiwiyana (2005), sebesar Handayani. 1998. Polimerisasi Kationik
Eugenol dan Sifat Pertukaran
7800,75 g/mol. Sudarlin dan Haryadi Kation Polieugenolnya, [Tesis].
(2015), berdasarkan hasil perhitungan Yogyakarta: FMIPA universitas
Gadjah Mada.
berat molekul rata-rata polieugenol dari
Handayani. 2000. Sintesis Polieugenol
minyak cengkeh hasil redistilasi, ekstraksi Dengan Katalis Asam Sulfat.
dan fraksinasi (F3) sebesar 14174,22 Journal Ilmu Dasar. 2(2): 103-110.
g/mol dengan derajat pengulangan (n) Iswanto, P., dan Susilowati, S. 2015.
Sintesis dan Karakterisasi Polimer
sebanyak 86 kali. Sementara, berat dari Minyak Cengkeh Serta
molekul rata-rata polieugenol dari minyak Penentuan Berat Molekul Polimer
Hasil Fraksionasi. Prosiding
daun cengkeh hasil redistilasi dan Simposium Nasional Polimer IV.
ekstraksi dengan cara yang sama sebesar Hlm. 56-60.
13011,52 ( n = 79 kali) dan dari minyak Ngadiwiyana. 1996. Polimerisasi Eugenol
dengan Katalis Asam Sulfat Pekat.
daun cengkeh hasil redistilasi sebesar [Skripsi]. Yogyakarta: FMIPA
5140,48 ( n = 31 kali). UGM.

Sitti Ainun Hikmah dkk. 295


KOVALEN, 4(3): 285-296, Desember 2018 e-ISSN: 2477-5398

Nurdjannah, N. 2004. Diversifikasi Sudarlin, dan Haryadi, W. 2015.


Penggunaan Cengkeh. Perspektif, Polimerisasi Eugenol Minyak
3(2) : 61-70 Cengkeh Hasil Redistilasi,
Ekstraksi, dan Fraksinasi
Pavia, D., Lampman, G.M., Kriz, G.S.,
Menggunakan Katalis Asam Sulfat
Vyvyan, J.R. 2009. Introduction To
Pekat. Jurnal Kimia Valensi. 3(1).
Spectroscopy. Fourth Editian.
Departement of Chemistry. Suirta, I.W., Rustini, N.L., Prakasa, T.I.
Bellingham Washington: Western 2012. Sintesis Polieugenol Dari
Washington University. Eugenol Dengan Katalis Asam
Nitrat Pekat Dan Media Natrium
Rahim, E.A. 2015. Sintesis Senyawa (S)-
Klorida. Jurnal Kimia 6(1): 37-46.
(3,4-dimetoksifenil)-2-propanol
Dari Metil Eugenol Tanpa
Pengaruh Senyawa Optis Aktif.
Laporan Penelitian Mandiri. Palu:
UNTAD.
Sastrohamidjojo, H. 1981. Kimia Miyak
Atsiri. Yogyakarta: UGM Press.
Soesanto, H. 2006. Pembuatan
Isoeugenol dari Eugenol
menggunakan pemanasan
Gelombang Mikro. [Skripsi]. Bogor:
Departemen Teknologi Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, ITB.
Somaatmadja, D. 2001. Pengambilan
Oleoserin Jahe Dengan Cara
Ekstraksi Pelarut. [Skripsi]. Bogor :
Jurusan Hasil Pertanian, IPB.

Sitti Ainun Hikmah dkk. 296

Anda mungkin juga menyukai