Anda di halaman 1dari 4

Nama : Royfanza Reynaldi

NIM : 2000029145

MENJAGA KESEHTAN ORGAN REPRODUKSI REMAJA

A.Latar Belakang
Menjaga kesehatan reproduksi diperlukan pengetahuan yang cukup. Pengetahuan
merupakan hasil dari belajar1 . Belajar adalah aktivitas yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pengalaman-pengalaman yang di dapatkan.
Dengan belajar akan diperoleh sebuah informasi, keterampilan, pengetahuan, dan perubahan
sikap. Kurangnya pengetahuan tentang biologi dasar terutama masalah kesehatan tubuh pada
remaja putri mencerminkan kurangnya pengetahuan tentang resiko yang berhubungan dengan
tubuh mereka dan cara menghindarinya. Pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi
remaja memang dinilai masih rendah terutama pada pengetahuan mengenai pengenalan organ
reproduksi menyangkut bentuk dan fungsinya serta cara perawatannya. Pada dasarnya
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan remaja sering dikonotasikan sebagai
pendidikan seks, dimana masyarakat Indonesia masih mentabukan hal ini. Bahkan masih ada
lembaga pendidikan formal setingkat sekolah menengah yang masih ragu untuk melakukan
penyuluhan kesehatan reproduksi bagi siswanya. Masa remaja adalah masa pertumbuhan dan
perkembangan saat individu mencapai usia 10-19 tahun. Dalam rentang waktu ini terjadi
perubahan fisik yang sangat cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ
reproduksi. Perubahan ini terjadi pada satu masa disebut masa pubertas, yang merupakan
masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa reproduksi. Seiring dengan pertumbuhan
fisik, remaja juga mengalami pertumbuhan jiwa. Remaja menjadi individu yang sensitif,
mudah menangis, mudah cemas, frustasi tetapi juga mudah tertawa. Perubahan emosi
menjadikan remaja sebagai individu yang agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan.
Remaja mulai mampu berfikir abstrak, senang mengkritik, dan ingin mengetahui hal yang
baru.

Ilmu Biologi mencakup beberapa materi diantaranya sistem reproduksi pada manusia
yang menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses yang meliputi pembentukan
sel kelamin, ovulasi, dan menstruasi. Serta kelainan atau penyakit yang dapat terjadi pada
sistem reproduksi manusia. salah satu pengetahuan tentang kesehatan reproduksi adalah
berfungsinya organ reproduksi. Berfungsinya organ reproduksi dapat diketahui apabila
sedang mengalami menstruasi. Menstruasi tersebut hakikatnya sudah di dapat dari jenjang
pendidikan sekolah dasar hingga pada jenjang Sekolah Menengah Atas. Namun, mengenai
cara penanganan pramenstruasi sindrom untuk mahasiswi nampaknya kurang memadai
sehingga masih banyak kesalahan dalam penanganannya. Masalah pramenstruasi sindrom ini
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, banyak diantara mahasiswi yang sampai tidak masuk
kuliah dikarenakan pramenstruasi sindrom. Jika mahasiswi memiliki pengetahuan yang
memadai mengenai cara menjaga kesehatan organ reproduksi. Maka pramenstruasi sindrom
tidak akan menjadi momok bagi mahasiswi dalam menghadapinya. Setelah mengadakan studi
pendahuluan pada mahasiswi Prodi Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Walisongo semarang tanggal 17 Oktober sampai dengan 19 Oktober 2013, kebanyakan
mahasiswi belum dapat mengatasi masalah pramenstruasi sindrom. Mereka tidak berinisiatif
untuk mencari

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui apakah remaja indonesia sadar akan kesehatan reproduksi.

2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tidak menjaga kebersihan.

C. Tinjauan Pustaka

Kesehatan reproduksi,  berisi tentang faktor penyebab pengaruh baik dan dampak
menjaga reproduksi pada kesehatan masyarakat. Faktor ketidaktahuan, sosial budaya, dan
ekonomi masyarakat sangat memengaruhi ,Dari penelitian tersebut, terdapat kesamaan pada
peninjauan faktor yang memengaruhi kesehatan pada masyarakat.

D. Pembahasan

Kesehatan reproduksi pada remaja merupakan hal yang krusial dalam skala global
maupun nasional. Menurut WHO terdapat 1.21 miliar remaja (individu usia 10-19 tahun) di
seluruh dunia yang mana jumlah ini merupakan yang terbesar dalam sejarah manusia.
Masalah-masalah kesehatan reproduksi di negara maju, seperti Amerika Serikat antara lain
41% siswa sekolah menengah atas telah melakukan hubungan seksual, 22% kasus baru HIV
ditemukan pada penderita usia 13-24 tahun, setengah dari 20 juta penderita IMS setiap
tahunnya adalah orang-orang muda berusia 15-24 tahun, dan sekitar 250.000 bayi lahir dari
ibu berusia 15-19 tahun.(1-3) Permasalahan kesehatan reproduksi di negara-negara Asia juga
memiliki proporsi yang tidak sedikit. Permasalahan tersebut antara lain 13% dari 1139 remaja
usia 15-20 tahun yang disurvei pada tahun 2010 di Malaysia dan 41% dari 1500 anak muda
usia 18-24 yang disurvei pada tahun 2014 di Iran sudah pernah berhubungan seksual, sekitar
210.000 remaja usia 10-19 tahun pada tahun 2013 diseluruh Asia dan Pasifik menderita HIV,
hampir 1 dari 10 perempuan di Asia Selatan dan Oseania melahirkan sebelum usia 18 tahun,
dan 34% dari 11 juta aborsi pada tahun 2008 di Asia terjadi pada wanita usia dibawah 25
tahun dengan mayoritas kasus dilakukan oleh tenaga-non medis. Survei yang dilakukan di
Indonesia oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2012 menunjukkan bahwa sebanyak
4.5% remaja laki-laki dan 0.7% remaja perempuan usia 15-19 tahun telah melakukan seks
pranikah, sedangkan seks pranikah pada remaja usia 20-24 tahun jumlahnya lebih tinggi lagi
yaitu 14.6% pada remaja laki-laki dan 1.8% pada remaja perempuan. Proporsi kehamilan
pada usia 15-19 tahun berdasarkan data tahun 2013 adalah 1.97%. Pada tahun 2014 kasus
infeksi HIV kedua terbanyak di Indonesia ditemukan pada kelompok umur 20-24 tahun, yaitu
sebanyak 3587 orang. Sebanyak 46% kasus aborsi pada tahun 2000 ditemukan pada
perempuan usia 20-29 tahun dan 33% berstatus belum menikah.(5-8)

E. Kesimpulan

Permasalahan yang ditimbulkan akibat kurangnya pemahaman akan kesehatan


reproduksi yang cukup, masih cukup banyak ditemukan. Terutama di kalangan remaja yang
merupakan golongan yang paling rentan terhadap masalah yang berhubungan dengan
kesehatan reproduksi. Hasil penelitian secara univariat menyatakan gambaran pengetahuan
responden sebesar 86,9 % baik, sikap 85,4 % baik, perilaku 84 % baik, dan lingkungan 62 %
baik. Hasil yang baik di atas, diperkirakan didapatkan karena sekolah Santa Angela tempat
dilakukan penelitian merupakan lingkungan sekolah yang cukup favorit dengan kebanyakan
populasi muridnya berasal dari kalangan menengah ke atas dan mempunyai orang tua dengan
tingkat pendidikan yang cukup tinggi. Tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku yang baik
serta ditunjang peran serta lingkungan yang memadai dalam memberikan informasi mengenai
kesehatan reproduksi kepada remaja akan membentuk pribadi remaja sebagai generasi muda
penerus bangsa yang sehat jasmani dan rohani serta melindungi remaja dari sikap seksual
yang berbahaya

F. Refrensi

https://www.academia.edu/11847121/MAKALAH_KESEHATAN_REPRODUKSI_REMAJ
A

16Intan Kumalasari dan Iwan Andhyantoro, Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa ... pp.
19-20 17Intan Kumalasari dan Iwan Andhyantoro, Kesehatan Reproduksi Untuk
Mahasiswa ... p. 24

Anda mungkin juga menyukai