Referat Edema Paru Abila
Referat Edema Paru Abila
EDEMA PARU
Disusun oleh :
Siti Abila Zebadiah
030.14.177
Pembimbing :
dr. Paralam Sinambela, Sp.Rad (K) RI, M.Kes
Edema Paru
Disusun oleh:
030.14.177
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT dan Baginda Rasulullah
Muhammad SAW karena berkah dan ridho-Nya yang begitu besar sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul “Edema Paru”
pada kepaniteraan klinik departemen ilmu radiologi.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini,
terutama kepada dr. Paralam S, Sp.Rad (K) RI, M.Kes selaku pembimbing yang
telah memberikan waktu dan bimbingannya sehingga makalah referat ini dapat
terselesaikan.
Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis menyadari bahwa referat ini
masih belum sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik penulis harapkan
untuk menyempurnakan referat ini di kemudian hari. Terlepas dari segala
keterbatasan yang ada penulis berharap semoga referat ini dapat bermanfaat bagi
yang membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................5
2.1 Radioanatomi Paru....................................................................................5
2.2 Definisi Edema Paru.................................................................................7
2.3 Epidemiologi Paru....................................................................................7
2.4 Klasifikasi Edema Paru.............................................................................7
2.5 Etiologi dan Mekanisme Edema Paru.......................................................8
2.6 Manifestasi Klinis Edema Paru..............................................................10
2.7 Pemeriksaan Radiologi...........................................................................10
BAB III KESIMPULAN.................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Edema Interstisial
a. Garis Kerley
Bocornya cairan ke dalam interlobular dan interstisium
peribronkial akibat dari peningkatan tekanan dalam kapiler. Garis
kerley A merupakan garis linear panjang yang membentang dari
perifer menuju hilus yang disebabkan oleh distensi saluran anastomose
antara limfatik perifer dengan sentral. Garis kerley B terlihat sebagai
garis pendek dengan arah horizontal 1-2 cm yang terletak dekat sudut
kostofrenikus yang menggambarkan adanya edema septum
interlobular. Garis kerley C berupa garis pendek, yang biasanya
bercabang dan tersebar tidak beraturan pada seluruh paru namun perlu
pengalaman untuk melihatnya karena terlihat hampir sama dengan
pembuluh darah.(6,8,9)
Gambar 5. Foto thoraks dengan gambaran garis Kerley A pada pasien edema
paru interstisial (kiri) dan garis Kerley B akibat edema Interstisial (kanan) (6)
Gambar 6. Garis Kerley C yang tersebar di lapang paru kiri pada foto thoraks.(6)
3. Edema Alveolar
Pada stadium ini terjadi kebocoran cairan ke ruang interstisium yang
tidak dapat dikompensasi oleh drainase limfatik sehingga cairan dapat
masuk ke dalam alveoli (edema alveolar) dan ke kavum pleura (efusi
pleura).(8)
b. Efusi Pleura
Efusi pleura terjadi bilateral pada 70% kasus CHF, jika terjadi
efusi pleura unilateral, biasanya efusi lebih sering terjadi pada paru
kanan daripada paru kiri. Pada foto polos thoraks proyeksi PA
setidaknya harus terdapat 175 ml cairan pada cavum pleura sehingga
bisa terlihat yang ditandai dengan sudut costofrenikus yang tumpul.(7)
Gambar 10. Foto thoraks PA dan lateral dengan gambaran efusi pleura dan
kardiomegali (8)
Gambar 11. Tampak vaskuler bagian lobus atas pada pasien dalam keadaan baik
(kiri), dan selama periode CHF (kanan). tampak pelebaran pedikel vaskuler
(panah merah).(8)
d. Penebalan Fisura Interlobaris
Cairan terkumpul di rongga subpleura, antara pleura
visceral dan parenkim paru. Cairan dapat terkumpul di fisura
manapun (fissura mayor, minor, accessory fissures, azygous
fissure).(7)
Gambar 12. Foto thoraks PA dengan penebalan fisura interlobaris (panah merah)
dan kardiomegali(8)
e. Konsolidasi
Jika terjadi eksudasi cairan ke alveolus akan
memperlihatkan gambaran opasitas multifocal.(7)
Gambar 13. Foto thoraks PA dengan gambaran konsolidasi pada lapang paru
kanan lobus medial (panah merah)(8)
f. Butterfly Appearance
Pada edema pulmo yang melibatkan alveolus, cairan
pindah dari intersisial ke alveolus yang mengikuti corakan
bronkus sehingga akan tampak gambaran “Butterfly
appearance”.(7)
Secara radiologis, edema paru dapat dibagi menjadi edema paru interstisial
dan edema paru alveolar. Edema paru adalah suatu kegawatdaruratan medis yang
membutuhkan penanganan segera, selain dari anamnesis yang terarah dan
pemeriksaan fisik, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang radiologi berupa foto
thoraks pada pasien dengan kecurigaan edema paru untuk menegakkan diagnosis,
selain itu pemeriksaan rontgen thoraks diperlukan untuk evaluasi pengobatan.
Pemeriksaan foto thorax dapat dipakai untuk membedakan edema paru
kardiogenik dan non kardiogenik. Gambaran radiologi edema paru pada foto
polos thoraks berupa blurring vaskular, kerley lines, butterfly appearance,
konsolidasi, dan penebalan fisura interlobaris. Walaupun tetap ada keterbatasan
yaitu antara lain bahwa edema tidak akan tampak secara radiologi sampai jumlah
air di paru meningkat 30%. Pemeriksaan analisa gas darah, USG dan CT Scan
toraks juga dapat membantu menegakkan diagnosis serta memberikan petunjuk
dalam pengobatan.
Foto polos thoraks sangat membantu dalam menegakan diagnosis edema
paru dan menyingkirkan diagnosis banding penyakit paru dengan gejala sesak
nafas. Namun pemeriksaan foto thoraks memiliki keterbatasan pada pasien
dengan onset yang mendadak karena kelainan klasik pada foto thoraks belum
muncul dalam 12 jam sejak sesak muncul. Pada beberapa kasus yang sedang
hingga berat, pemeriksaan USG dapat membantu dalam menegakkan diagnosis
kerja, sedangkan HRCT pasien dengan edema paru tidak digunakan untuk
menegakkan diagnosis. Penegakkan diagnosis dilakukan dengan menggabungkan
gejala klinis dan temuan pada foto thoraks.
DAFTAR PUSTAKA