Penelitian Flakat
Penelitian Flakat
Oleh :
Agus Pratomo Andi Widodo, M.Pd
ABSTRAK
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
fisik, sosial, emosional. Sekolah luar biasa merupakan tempat dan program
1
Umar Tirtarahardja & Sulo Lipu La sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),
hlm 263.
2
Faturrahman, dkk, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012), hlm 67.
1
2
tunagrahita bukan sehari dua hari atau sebulan dua bulan, tetapi untuk
selama-lamanya dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir segala
lingkungannya.4
3
Kemis dan Ati Rosnawati, Pendidikan ABK Tunagrahita, (Jakarta: Luxima, 2013), hlm 19.
4
Moh. Amin, Ortopedagogik Anak Tunagrahita, (Jakarta: Dirjen Dikti, 1995), hlm 11.
3
mental. Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak mata
5
Ardhi Wijaya, Teknik Mengajar Siswa Tunagrahita, (Yogyakarta:Imperium, 2013), hlm 32.
6
Kemis dan Ati Rosnawati, Op.Cit., hlm 22.
7
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), hlm 200.
8
Ibid
4
yang kurang dalam hal mengingat (memori) yang diduga dari neurologis
9
Learner (dikutip) Mulyono Abdurrahman, ibid
10
Mulyono Abdurrahman, Op.Cit, hlm 220.
11
Ardhi Wijaya, Op.Cit, hlm 33.
5
yang masih terpaling misalnya huruf j dibaca l, b dibaca d, dan sulit dalam
membaca gabungan huruf-huruf yang sudah menjadi suku kata dan kata,
misalnya ba, bi, bu, be, bo anak cuma bisa menyebutkan huruf-hurufnya
saja, seharusnya itu dibaca satu suku kata. Anak kesulitan dalam
kata atau huruf, pengucapan kata salah dan makna berbeda misalnya
kurang percaya diri. Anak tunagrahita saat pelajaran terlihat bosan, serta
12
Mulyono Abdurrahman, Op.Cit, hlm 210-211
6
kemampuan yang berbeda, yaitu (a) anak yang sudah dapat membaca satu
kalimat sederhana, (b) anak yang sudah dapat membaca kata, (c) anak
yang baru mengenal huruf, dan (d) anak yang sama sekali belum mengenal
huruf.15
13
Op.Cit, hlm 201.
14
Ibid
15
Deded Koswara, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Berkesulitan Belajar Spesifik, (Jakarta:
Luxima,2013), hlm 21.
7
papan flanel kata yaitu papan yang dilapisi kain flanel untuk melekatkan
kumpulan huruf, suku kata yang dapat disusun menjadi kata, kata menjadi
67,5%, pada siklus III sebesar 79,44%. Tindakan pada siklus III dihentikan
16
Titik, A.”Peningkatan Kemammpuan Membaca Awal Melalui Penggunaan Media Papan Flanel
pada Anak Kelompok B di TK ABA Kalikotak SendangSari Minggir Sleman”. Skripsi Tidak
Dipublikasikan. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.
8
media lainnya.17
dengan Media Papan Flakat pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas VII
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
17
Suratmi,”Peningkatan Kemampuan Membaca dengan Papan Flanel Huruf pada Anak Kelompok
B TK Asih Sejati Depok Sleman Yogyakarta”, Penelitian Pendidikan. Yogyakarta. TK Asih Sejati
D.I. Yogyakarta.
9
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi guru, siswa dan
a. Bagi guru di sekolah luar biasa khususnya guru mata pelajaran bahasa
membuat sendiri.
b. Bagi siswa, yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
anak.
1. Variabel
kesimpulannya.18
a. Variabel bebas
papan flakat.
b. Variabel terikat
2. Definisi Operasional
18
Deni Darmawan, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013) hlm 108.
19
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D , (
Bandung: Alfabeta, 2012), hlm 61.
11
c. Media papan flanel kata (Flakat) yaitu papan yang dilapisi kain
berisi kumpulan huruf, suku kata yang dapat disusun menjadi kata,
KAJIAN PUSTAKA
A. Anak Tunagrahita
perkembangannya.1
atau lebih rendah dari 70. Intelegensi yang dibawah rata-rata anak
1
Ardhi wijaya, Op.Cit, hlm 21.
2
E. Kosasih, Cara Bijak Memahami ABK, (Bandung: Yrama Widya, 2012), hlm 5.
3
Kemis dan Ati Rosnawati, Op.Cit, hlm 1.
12
13
perkembangan.5
4
T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: Refika Aditama, 2012), hlm 103.
5
Yani Meimulyani dan Caryoto, Media Pembelajaran adaftif, (Jakarta: Luxima, 2013), hlm 15.
14
a. Tunagrahita Ringan
kesalahan.
6
T. Sutjihati Somantri, Op.Cit, hlm 106-108..
15
pada umumnya.
b. Tunagrahita Sedang
ini memiliki IQ 51-36 pada skala Binet dan 54-40 menurut Skala
c. Tunagrahita Berat
sebagai berikut:7
a. Educable
b. Trainable
c. Custodial
7
Kemis dan Ati Rosnawati, Op.Cit, hlm 11.
17
pengawasan ekstra.8
berikut:9
8
Yani Meimulyani dan Caryoto, Loc.Cit, hlm 15.
9
Kirk (dikutip oleh) Astati,Tersedia Online : ( https://www.google.co.id/search?sclient=psy-
ab&site=&source=hp&btnG=Telusuri&q=klasifikasi+anak+tunagrahita#q=karakteristik+anak+tun
agrahita+ringan) diakses tanggal 16 oktober 2015.
18
a. Keterbatasan Intelegensi
depan.
10
T. Sutjihati Somantri, Op.Cit, hlm 105.
19
b. Keterbatasan Sosial
memerlukan bantuan.
baru.
berat.
konkret.
faktor:13
Kromosomal).
saat kelahiran.
f. Gangguan metabolism/nutrisi
1) Phenylketonuria
2) Gargoylisme
13
Kemis dan Ati Rosnawati, Op.cit., hlm 15 .
22
3) Cretinisme
tak diketahui
psychiatrik disorders)
i. Pengaruh lingkungan
14
Kemis dan Ati Rosnawati, Op.Cit, hlm 16.
23
berpikir abstrak yang terbatas, daya ingat yang lemah dan sebagainya.
lainnya.
15
David Smith, Sekolah Inklusif, (Bandung: Nuansa,2012), hlm 120.
24
panjang.17
Anak sudah mampu mengenal huruf, namun ada sebagian huruf yang
diminta membaca huruf yang sudah digabung, seperti ba, bi, bu, be,
16
Ardhi Wijaya, Loc.Cit, hlm 33.
17
Op.Cit, hlm 34.
18
David Smith, Op.Cit, hlm 116.
25
bo. Anak mampu mengucapkan huruf satu persatu tetapi masih belum
dua suku kata. Hal ini terjadi karena kemampuan mengingat anak
diberikan sebelumnya.
membaca permulaan.
B. Membaca Permulaan
memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau dalam
hati), (2) mengeja atau melafalkan apa yang tertulis.19 Hal itu
menyerap atau menangkap ide pokok atau pesan moral yang tersirat
19
Sulistyowati, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Buana Raya, 2005), hlm 28.
26
yang dimiliki anak untuk membaca simbol, membaca huruf, kata, dan
20
Rizem Aizid, Bisa Baca Secepat Kilat, (Jogjakarta: Bukubiru, 2011), hlm 22.
21
Muchlisoh (dikutip oleh) Iyandri tiluk wahyono, Pengertian dan tujuan membaca permulaan.
Tersedia: online (http://gudangartikels.blogspot.co.id/2011/08/pengertian-dan-tujuan-membaca-
permulaan.html) diakses tanggal 20 oktober 2015.
22
Imam Yuwono, Identifikasi dan Asesmen ABK, (Banjarmasin: Pustaka Banua, 2015), hlm 147.
23
Choirun Nisak Aulina, Penerapan Metode Whole Language dalam Meningkatkan Kemampuan
Membaca Permulaan Anak TK Kelompok B, Jornal Penelitian Dosen Pemula, hlm 12.
27
bahasa.
masuk kelas satu SD, yaitu pada saat berusia sekitar enam tahun.
Meskipun demikian, ada anak yang sudah belajar membaca lebih awal
dan ada pula yang baru belajar membaca pada usia tujuh tahun atau
delapan tahun.26
24
Nuryati (dikutip oleh) Choirun Nisak Aulina, ibid.
25
Ujang Sarjo, Efektivitas Penerapan Metode Struktural Analitik Sintetik dalam Pembelajaran
Membaca Permulaan, Journal Penelitian Pendidikan, (Majalengka: STKIP YASIKA), hlm 10.
26
Mulyono Abdurrahman, Loc.Cit, hlm 201.
28
(buku).28
27
Ria Anggraeni, Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan, Tersedia Online:
(http://eprints.uny.ac.id/24487/1/SKRIPSI.pdf) diakses tanggal 16 Oktober 2015.
28
Rizem Aizid, Op.Cit., hlm 31.
29
selain buku misalnya kartu gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu
29
Depdikbud 1994 (dikutip oleh) Iyandri tiluk wahyono, Lo.cit
30
ibid
31
Ritawati,1996:51 (dikutip oleh) Joe, Tersedia Online:
http://infomasjoe.blogspot.co.id/2013/03/hakekat-membaca-permulaan.html diakses 10 Februari
2016
32
Sibarani akhadiah (1992:1993:34), Ibid.
30
baik dengan kata maupun suku kata, dan huruf. Hal ini mudah
tujuan yang ditetapkan, guru dapat membuat tes formatif. Guru dapat
C. Media Pembelajaran
33
Sitti Aisa Andi Baso, dkk, Peningkatan Kemampuan Membaca permulaan, (Jurnal Kreatif
Tadulako Online Vol 2 No 1 ISSN 2354-614X), hlm 12.
31
materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder,
kaset, video kamera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto,
34
Daryanto, Media Pembelajaran, (Bandung: Satu Nusa, 2010), hlm 4.
35
Zainal aqib, model-model media dan strategi pembelajaran kontekstual (inovatif), (Bandung:
Yrama Widya, 2013), hlm 50.
36
Yani Meimulyani dan caryoto, Op Cit., hlm 34.
32
belajar.37
misalnya:
3) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu high
37
Azhar, Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm 4.
33
diatasi sikap pasif anak didik sehingga dalam hal ini media berguna
untuk:
dengan lingkungan.
38
Arief S. Sadiman (dikutip oleh) Yani Meimulyani & Caryoto, Op.Cit, hlm 36.
34
a. Media Auditif
b. Media Visual
foto, gambar atau lukisan, cetakan. Ada pula media visual yang
c. Media Audiovisual
39
Yani Meimulyani & Caryoto, Op.Cit, hlm 39
40
Agus Wasito Dwi doso Warso, Proses Pembelajaran & penilaiannya, (Yogyakarta: graha
cendekia, 2014), hlm 120.
35
komik
sejenisnya
dan sejenisnya
Media audio visual yaitu gabungan dari media audio dan media visual
maupun secara melebar.41 Papan flanel adalah papan yang dilapisi kain
kertas ampelas. Sejalan dengan itu media papan flanel adalah suatu
papan yang dilapisi kain flanel atau kain yang berbulu dimana padanya
flanel.42
41
Mulyani Sumantri dan Johar Permana (dikutip oleh) Ujang S Hamdi. 2009. Papan Flanel dan
Papan Buletin. Tersedia: Online (http://wwwsaepulhamdi.blogspot.co.id/2009/12/papan-flanel-
dan-papan-buletin.html). Diakses tanggal: 16 Oktober 2015
42
Daryanto, Media Pembelajaran, (Bandung: Satu Nusa, 2010), hlm 22.
37
termasuk media pembelajaran visual dua dimensi yang dibuat dari kain
digunakan dalam media papan ini adalah berupa kain flanel. Papan
Papan flanel juga dapat dibuat sendiri karena bahan yang digunakan
untuk menempelkan huruf, suku kata menjadi kata yang sudah dilapisi
43
Andang Ismail (dikutip oleh) Adhel isnarini, 2012, media dua dimensi, Tersedia: online
(http://bit.ly/fxzulu
http://adhelisnarin.blogspot.co.id/2012/12/media-dua-dimensi.html) diakses tanggal 16 oktober
2015.
44
Hujair AH Sanaky (dikutip oleh) Adhel Isnarini, Ibid.
38
tempel yang cocok. Menyalurkan bakat dan minat peserta didik dalam
Alat :
a. Gunting
b. Jarum
c. Karter
d. Lem
Bahan :
a. Kain flanel
39
b. Triplek/papan
c. Benang wol
d. Kertas ampelas
e. Tali
Cara Membuat :
menempelkan di dinding,
triplek,
digunakan.
papan flanel kata adalah dapat dibuat sendiri, item-item dapat diatur
40
yaitu memerlukan dana, mudah rusak bila tidak dirawat secara teratur
benda berat karena penyangga dapat lepas bila ditempelkan, dan bila
terkena angin sedikit saja bahan yang ditaruh pada papan kata tersebut
akan berhamburan.
45
Daryanto, Op.Cit, hlm 23.
41
pembelajaran.
menggunakannya,
diperlihatkan.
E. Kerangka Berfikir
rata-rata dari anak pada umumnya dan terhambat dalam perilaku adaptif.
kelas VII, misalnya ketika guru menulis kata sederhana di papan tulis yang
seharusnya anak baca, tetapi terdapat anak yang belum mampu membaca
antara huruf “b”dan“d”, “j”dan “L” lalu “B” dan “m”,”q”,”x”,”z”, “E”
dibaca “t”, “Q” dibaca “o”, hal ini dikarenakan huruf-huruf tersebut
permulaan pada anak tunagrahita ringan yaitu media papan flanel kata
(flakat). Papan flanel kata (flakat) adalah media grafis yang efektif untuk
43
kata (flakat) berfungsi untuk melekatkan gambar, suku kata, dan bentuk-
gambar beserta huruf yang sudah disusun menjadi suku kata maupun kata.
Kemudian anak membaca kata yang sudah disusun oleh guru. Kegiatan
flanel kata (flakat), anak menjadi tertarik dan termotivasi untuk belajar
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berpikir
Peningkatan kemampuan
membaca permulaan anak
tunagrahita ringan
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
penelitian subjek tunggal, atau lebih dikenal dengan istilah Single Subject
sebab akibat antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti
tunggal ini digunakan karena jumlah subjek dalam penelitian ini bersifat
tunggal dan terbatas, hanya satu orang. Pada penelitian eksperimen subjek
tunggal, subjek atau partisipannya bisa satu orang, dua orang bahkan lebih.
suku kata pada anak tunagrahita ringan kelas VII di SMPLB YPLB
46
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta,2010), hlm 9.
47
Juang Sunanto, Pengantar Penelitian Dengan Subjek Tunggal, (Jepang: University of Tsukuba,
2005), hlm 12.
45
46
membaca huruf dan suku kata sebelum diberikan intervensi, saat diberikan
huruf dan suku kata pada anak tunagrahita ringan di kelas VII di SMPLB
YPLB Banjarmasin.
B. Desain Penelitian
48
Juang Sunanto, Op.Cit, hlm 59.
47
Gambar 3.1
Desain Penelitian A-B-A
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
A-1 B A-2
Keterangan :
diperoleh stabil.
Pada tahap ini pula disebut evaluasi dari intervensi yang dilakukan
C. Prosedur Penelitian
intervensi.
suku kata yang diacak. Anak akan diberikan waktu yang cukup dan
yang diperintahkan.
dimana setiap sesi dilakukan satu hari dalam waktu 30 menit. Soal
dengan rumus:49
𝑓
P= 𝑛 ×100%
Keterangan:
P = Persentase
2. Prosedur Intervensi
berbeda pada tahap baseline satu. Pada tahap intervensi ini yang
berbeda dari tahap baseline satu adalah pada intervensi ini peneliti
menjadi suku kata yang berpola konsonan vokal yang disertai gambar.
dengan huruf dan suku kata. Anak akan menyusun suku kata yang
49
Ibid, hlm 16.
50
ditekankan pada membaca huruf dan merangkai suku kata yang akan
yakni berupa pengecohan dengan dua kata yang lainnya yang hampir
mirip bentuk dan bunyinya. Pada tahap ini intervensi akan dilakukan
ditentukan sebelumnya.
huruf k-a-k-i
dahulu pada kondisi belajar. Tahap baseline dua ini digunakan untuk
51
dihitung dengan rumus yang sama seperti pada baseline satu dan
D. Lokasi Penelitian
Kalimantan Selatan.
pembelajaran.
dengan kondisi ruangan yang sedikit bersih, pencahayaan yang cukup dan
pengumpulan data atas kesepakatan antara pihak sekolah, orang tua dan
E. Subjek Penelitian
ini dilakukan terhadap variabel atau target behavior yang dihasilkan oleh
Lembar tes yang dijawab anak itulah yang dimaksud sebagai produk
1. Observasi
50
Suharsimi Arikunto, Op.Cit,hlm 272.
53
2. Tes
membaca huruf dan suku kata menjadi kata. Hasil kedua tes tersebut
51
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm 67.
52
Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm 266.
54
flakat.
Tes yang dilakukan berbentuk pre test dan post tes. Pre test
(B) dan setelah intervensi atau baseline 2 (A-2). Tes ini dilakukan
3. Instrumen Penelitian
sampai Z yang dibuat dari kain flanel juga, bentuk itu dibuat
53
Suharsimi arikunto, Op.Cit, hlm 211.
56
ahli (judgement) kepada tim penilai, dan tim penilai pada perhitungan
validitas ini adalah para ahli dibidang pendidikan Bahasa Indonesia. Uji
judgement dalam hal ini adalah pakar dan guru. Instrumen yang berbentuk
𝑓
P= ∑𝑓 x 100%
Ket :
P = Presentase
f = jumlah cocok
54
Sugiyono, Op.cit, ( Bandung: Alfabeta, 2012), hlm 173.
55
Ibid, hlm 182
56
Millatulhaq, pengaruh senam irama terhadap keseimbangan tubuh anak tunagrahita sedang
SLB-C sukapura Bandung, tersedia online: repository.upi.edu (Bandung:universitas Pendidikan
Indonesia, 2014), hlm 11
57
Banjarmasin.
Tabel 3.1
Nama Validator Expert Judgement
No Nama Jabatan
membaca permulaan. Pengamatan ini akan dilakukan oleh dua orang dan
𝑂+𝑁
× 100 = ⋯ %
𝑇
57
Suharsimi, Arikunto, Op.cit., hlm 221
58
Keterangan :
dengan desain kasus tunggal terfokus pada data individu daripada data
kelompok.59
58
Juang Sunanto, Op.cit., hlm 29
59
Ibid hlm 93
59
aspek perubahan level serta besar kecilnya overlap yang terjadi antara dua
tidak boleh hanya fokus pada perubahan level saja namun juga harus
kondisi.
poin atau skor pada setiap kondisi.60 Penelitian ini panjang interval
baseline (A-1), 6 sesi untuk intervensi (B) dan 4 sesi untuk baseline
Panjang interval
Panjang Kondisi
reliabel.
60
Ibid, hlm 93
61
Kondisi A1 B A2
rentang stabilitas.
(=).
Kondisi A1 B A2
kedua data dan tentukan arahnya menaik atau menurun dan beri
63
tanda (+) jika membaik, (-) memburuk, dan (=) jika tidak ada
Kondisi A1 B A2
… . −. . . . ….− …. ….− ….
Level perubahan (… . ) (… . ) (… . )
B1/A1
Perbandingan kondisi
(2:1)
B1/A1
Perbandingan kondisi
(2:1)
Perubahan kecenderungan
(− ) ( + )
arah dan efeknya
positif
64
B1/A1
Perbandingan kondisi
(2:1)
Variabel
Stabil
intervensi.
B1/A1
Perbandingan kondisi
(2:1)
( .... - .....)
Perubahan level
65
B1/A1
Perbandingan kondisi
(2:1)
J. Jadwal Penelitian
Minggu Ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1. Persiapan Judul
Proposal
BAB 1,2,3
Perijinan
2. Pelaksana Baseline A1
an Intervensi B
Baseline A2
3. Penyelesai Analisis
an data
Penyusunan
laporan
Tabel 3.2
Jadwal Penelitian
67
BAB IV
tahap baseline 1 (A1), intervensi (B), dan baseline 2 (A2) dari tanggal 4 April
2016 sampai 19 April 2016. Target behavior dalam penelitian ini, yaitu membaca
bunyi huruf, suku kata. Jumlah subjek pada penelitian ini adalah satu orang anak
tunagrahita ringan kelas VII SMPLB YPLB Banjarmasin. Pengolahan data yang
jumlah skor yang didapat oleh anak, dibagi skor maksimal dikalikan 100%.
lancar tanpa dibantu dapat nilai 5, jika anak dapat menyebutkan/membaca tetapi
menyebutkan/membaca dengan dibantu dapat nilai 2, jika anak tidak dapat sama
tunggal atau Single Subject Research (SSR). Desain SSR yang digunakan dengan
pola desain A-B-A. Data yang dikumpulkan dianalisis melalui statistik deskriptif
dan ditampilkan dalam bentuk grafik. Pada tahap baseline 1 (A1) dilakukan empat
67
68
sesi, tahap intervensi (B) enam sesi, dan tahap baseline 2 (A2) empat sesi. Berikut
A. Hasil Penelitian
1. Baseline 1 (A1)
Tabel 4.1
Hasil Tahap Baseline 1 (A1)
Jumlah Skor
Sesi Skor tes Persentase (%))
soal maksimal
vokal/konsonan cetak kecil/kapital seperti huruf /d/ dan /p/, saat diminta
menyebutkannya.
konsonan cetak kecil/kapital, dan 1 soal menyusun suku kata menjadi kata
satu huruf pun ada 1 soal dalam bentuk membaca bunyi huruf
vokal/konsonan cetak kecil/kapital yaitu /V/ dan /w/, 3 soal dalam bentuk
menyusun suku kata menjadi kata sesuai gambar, dan 5 soal dalam bentuk
bantuan dalam bentuk membaca bunyi huruf /h/ dan /n/ karena huruf
suku kata menjadi kata sesuai gambar seperti /dagu/ subjek menyusunnya
satu huruf pun ada 1 soal dalam bentuk membaca bunyi huruf
vokal/konsonan cetak kecil/kapital seperti huruf /q/ dan /a/, 3 soal dalam
menyusun suku kata menjadi kata sesuai gambar, dan 5 soal dalam bentuk
kurang sehat.
1 soal dalam bentuk membaca bunyi huruf /h/ dan /n/. Subjek hanya dapat
dapat sama sekali menyebutkan/membaca satu huruf pun ada 1 soal dalam
bentuk membaca bunyi huruf /Q/ dan /o/, 1 soal dalam bentuk
Hasil tes pada sesi ke 4 sama dengan sesi ke 3 yaitu dengan skor 85
dengan sedikit bantuan ada 1 soal masih dengan bentuk soal yang sama
pada sesi ke 1, 2, dan 3 yaitu membaca bunyi huruf /h/ dan /n/. Subjek
bentuk menyusun suku kata menjadi kata sesuai gambar seperti /pipi/
bunyi huruf /Q/ dan /o/, 3 soal dalam bentuk membedakan huruf vokal
cetak kecil/kapital, 8 soal dalam bentuk menyusun suku kata menjadi kata
kata.
itu terdiri dari huruf vokal dan konsonan, sehingga subjek saat menjawab
gambar, subjek tidak tahu huruf apa saja yang cocok untuk nama gambar
bunyi serta arah huruf yang benar. Subjek masih terbolak balik memasang
merangkainya, misalkan /Tas/ dibaca /Ts/, /Pir/ dibaca /Pr/ sehingga saat
soal, peneliti memberi motivasi agar subjek terus berusaha dalam belajar
membaca walaupun salah. Secara visual, data pada tabel diatas dapat
Grafik 4.1
Hasil Tahap Baseline 1 (A1)
Baseline 1 (A1)
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40% 32.30% 28.70% 30.90% 30.90%
30%
20%
10%
0%
1 2 3 4
Sesi
sebanyak empat sesi dan data yang diperoleh pada sesi pertama 32,3%,
sesi kedua 28,7%, sesi ketiga dan sesi keempat mendapatkan hasil yang
2. Intervensi (B)
Hasil subjek setelah mendapat intervensi dapat dilihat dalam tabel berikut.
74
Tabel 4.2
Hasil Tahap Intervensi
tidak mengetahui suku kata apa yang tepat untuk nama gambar tersebut.
kata menjadi kata sesuai gambar, dan 1 soal dalam bentuk memasangkan
bantuan ada 3 soal dalam bentuk membaca bunyi, 2 soal dalam bentuk
konsonan, 2 soal dalam bentuk menyusun suku kata menjadi kata sesuai
dalam bentuk menyusun suku kata menjadi kata sesuai gambar, dan 1 soal
membaca huruf, 1 soal dalam bentuk menyusun suku kata menjadi kata
soal dalam bentuk membaca bunyi huruf, 8 soal membedakan huruf vokal
dan konsonan, 3 soal dalam bentuk menyusun suku kata menjadi kata
kata.
1 soal dalam bentuk membaca bunyi huruf /L/ dibaca /J/ dan /j/ dibaca /i/.
bantuan ada 3 soal dalam bentuk membaca bunyi huruf, 1 soal dalam
konsonan, 4 soal dalam bentuk menyusun suku kata sesuai gambar, dan 4
huruf konsonan, 5 soal dalam bentuk menyusun suku kata menjadi kata
bantuan ada 2 soal dalam bentuk membaca huruf, 4 soal dalam bentuk
konsonan, 4 soal dalam bentuk menyusun suku kata menjadi kata sesuai
huruf vokal dan konsonan, dan 2 soal dalam bentuk menyusun suku kata
sedikit bantuan ada 2 soal dalam bentuk membaca bunyi huruf, 2 soal
menyusun suku kata menjadi kata sesuai gambar, dan 2 soal dalam bentuk
huruf, 4 soal dalam bentuk membedakan huruf vokal dan huruf konsonan,
soal dalam bentuk membaca bunyi huruf, 2 soal dalam bentuk menyusun
bunyi huruf, 3 soal dalam bentuk membedakan huruf vokal, 4 soal dalam
suku kata menjadi kata sesuai gambar, dan 1 soal dalam bentuk
huruf /d/ dan /p/, 1 soal dalam membedakan huruf vokal, dan 4 soal dalam
ke 10. Subjek masih harus diingatkan dalam membaca kalau tidak bisa
78
tentang gambar subjek kadang ingat kadang tidak dengan nama gambar
berikut :
Grafik 4.2
Hasil Tahap Intervensi (B)
Intervensi (B)
100%
90%
80%
70% 60.00% 61% 62.90%
60% 45.80% 47.20% 49.40%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3 4 5 6
Sesi
79
diperoleh sesi kelima 45,8%, sesi keenam 47,2%, sesi ketujuh 49,4%,
terus meningkat pada sesi kesembilan menjadi 61%, hingga pada sesi
3. Baseline 2 (A2)
Tabel 4.3
Hasil Tahap Baseline 2 (A2)
Jumlah Skor Skor Persentase
Sesi
Soal Maksimal Tes (%)
dibantu hanya ada 1 soal juga, yaitu dalam bentuk membedakan huruf
ada 1 soal dalam bentuk membaca bunyi huruf yaitu /V/ dan /w/, 2 soal
putus ada 5 soal dalam bentuk membaca bunyi huruf, 3 soal dalam bentuk
konsonan, 8 soal dalam bentuk menyusun suku kata menjadi kata sesuai
ada 1 soal dalam bentuk membaca bunyi huruf /q/ dibaca /p/. Subjek
putus ada 3 soal dalam bentuk membaca bunyi huruf, 2 soal dalam bentuk
konsonan, 7 soal dalam bentuk menyusun suku kata menjadi kata sesuai
81
ada 1 soal yaitu dalam bentuk membaca bunyi huruf /q/. Subjek dapat
membaca bunyi huruf, 2 soal dalam bentuk membedakan huruf vokal dan
konsonan, dan 2 soal dalam bentuk menyusun suku kata menjadi kata
sesuai gambar.
putus ada 1 soal dalam bentuk membaca bunyi huruf, 1 soal dalam bentuk
tanpa dibantu ada 3 soal dalam bentuk membaca bunyi huruf, 3 soal
soal saja yaitu dalam bentuk membaca bunyi huruf /q/ dan /a/, serta
bentuk membaca bunyi huruf /Q/ dan /o/, serta membedakan huruf vokal
cetak kecil/kapital, dan 2 soal dalam bentuk menyusun suku kata menjadi
putus ada 4 soal dalam bentuk, membaca bunyi huruf, membedakan huruf
dengan lancar tanpa dibantu ada 5 soal dalam bentuk membaca bunyi
huruf, 3 soal dalam bentuk membedakan huruf vokal, 2 soal dalam bentuk
berikut :
83
Grafik 4.3
Hasil Tahap Baseline 2 (A2)
Baseline 2 (A2)
100% 87.20%
90% 83.20%
75.20% 76.30%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
1 2 3 4
Sesi
empat kali pertemuan dengan data yang diperoleh dari sesi sebelas sampai
(B), dan baseline 2 (A2) ditampilkan dalam tabel dan grafik berikut :
84
Tabel 4.4
Hasil Pengukuran Kemampuan Membaca Permulaan pada Siswa
Tunagrahita Ringan
Baseline 1 (A1) Intervensi (B) Baseline 2 (A2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
32,3 28,7 30,9 30,9 45,8 47,2 49,4 60 61 62,9 75,2 76,3 83,2 87,2
% % % % % % % % % % % % % %
Grafik 4.4
Persentase Hasil Baseline 1 (A1), Intervensi (B), Baseline 2
(A2)
B. Analisis Data
terikat, maka dibutuhkan analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi.
a. Panjang Kondisi
(A2).
Tabel 4.5
Panjang Kondisi
kondisi A1 B A2
1. Panjang Kondisi 4 6 4
bagian
86
bagian lagi
temu antara garis grafik dengan garis belahan kanan dan kiri,
Grafik 4.5
Estimasi Kecenderungan Arah
Tabel 4.6
Estimasi Kecenderungan Arah
Kondisi A1 B A1
2. Estimasi
c. Kecenderungan Stabilitas
jika 85%-90% data masih berada pada 15% diatas dan dibawah
berikut :
stabilitas)
trend stabilitas)
trend stabilitas)
banyaknya data sesi yang berada pada rentang batas atas dan
dinyatakan variabel
88
a) Baseline 1 (A1)
32,3+28,7+30,9+30,9 122,8
= = = 30,7
4 4
Grafik 4.6
Kecenderungan Stabilitas Baseline 1 (A1)
BASELINE 1(A1)
100%
90%
80%
70%
Persentase
60%
50%
40% batas atas
30% mean
20% batas bawah
10%
0%
Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3 Sesi 4
89
Tabel 4.7
Kecenderungan Stabilitas Baseline 1 (A1)
Banyak data yang ada Banyak data Persentase
dalam rentang
4 4 100%
b) Intervensi (B)
45,8+47,2+49,4+60+61+62,9 326,3
= = =54,38333
6 6
Grafik 4.7
Kecenderungan Stabilitas Intervensi (B)
Intervensi (B)
100%
90%
80%
70%
60%
50% mean
40%
30%
20%
10%
0%
Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3 Sesi 4 Sesi 5 Sesi 6
Tabel 4.8
Kecenderungan Stabilitas Intervensi (B)
Banyak data yang ada Banyak data Persentase
dalam rentang
3 6 50%
c) Baseline 2 (A2)
= 87,2 x 0,15 = 13
75,2+76,3+83,2+87,2 321,9
= = = 80,475
4 4
Grafik 4.8
Kecenderungan Stabilitas Baseline 2 (A2)
BASELINE 2 (A2)
100%
90% batas atas
80% mean
70% Batas bawah
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3 Sesi 4
Tabel 4.9
Kecenderungan Stabilitas Baseline 2 (A2)
Banyak data yang ada Banyak data Persentase
dalam rentang
3 4 75%
Tabel 4.10
Kecenderungan Stabilitas
kondisi A1 B A2
kriteria bahwa data stabil berkisar 85% hingga 90% yang artinya
75% yang artinya pada fase ini memiliki variasi yang cukup
tidak konsisten .
d. Jejak Data
Tabel 4.11
Jejak Data
Kondisi A1 B A2
4. Jejak Data
(+)
(-)
(+)
93
terbesar.
Tabel 4.12
Level Stabilitas dan Rentang
Kondisi A1 B A2
f. Perubahan Level
menaik atau menurun dan beri tanda (+) jika membaik, (-)
Tabel 4.13
Perubahan Level
Kondisi A1 B A2
bagaimana data pada sesi terakhir, artinya perubahan yang terjadi pada
sedangkan pada fase intervensi 17,1% dan pada fase baseline 2 (A2)
Tabel 4.14
Rangkuman Analisis Visual Dalam Kondisi
Kondisi A1 B A2
1. Panjang Kondisi 4 6 4
2. Estimasi
Kecenderungan Arah
4. Jejak Data
(-) (+)
(+)
Tabel 4.15
Jumlah Variabel yang Diubah
Kondisi B/A1 A2/B
ringan.
Tabel 4.16
Perubahan Kecenderungan Efeknya
Kondisi B/A1 A2/B
2. Perubahan
(+)
kecenderungan
(+) (-)
efeknya
(+)
96
naik (+) dan fase intervensi data pada grafik cenderung naik
Tabel 4.17
Perubahan Kecenderungan Stabilitas
Stabilitas ke ke
Variabel Variabel
97
d. Perubahan Level
(A1) dan awal sesi pada intervensi (B) yaitu dengan cara
kemudian berapa selisihnya dan tandai (+) bila naik dan (=)
Tabel 4.18
Perubahan Level
Perbandingan Kondisi B/A1 A2/B
e. Persentase Overlap
baseline 1 (A1)
Grafik 4.9
Persentase Overlap B/A1
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40% batas atas
30%
20% batas bawah
10%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Sesi
Tabel 4.19
Persentase Overlap B/A1
Data yang tumpang Jumlah data tahap Persentase
tindih intervensi
0 6 0%
intervensi.
99
Grafik 4.10
Persentase Overlap A2/B
Grafik Overlap B dan A2
100%
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Sesi
Tabel 4.20
Persentase Overlap A2/B
Data yang Tumpang Jumlah data Persentase
Tindih tahap baseline
0 4 0%
Tabel 4.21
Persentase Overlap
Perbandingan Kondisi B/A1 A2/B
5. Persentase Overlap 0% 0%
Tabel 4.22
Rangkuman Analisis Visual Antar Kondisi
Perbandingan Kondisi B/A1 A2/B
1. Jumlah Variabel
1 1
yang diubah
2. Perubahan
(+)
kecenderungan (+)
efeknya (-)
(+)
3. Perubahan
Stabil Variabel
kecenderungan
Ke Ke
stabilitas
Variabel Variabel
(-14,9) (+12,3)
5. Persentase
0% 0%
Overlap
C. Pembahasan
tunagrahita ringan kelas VII di SMPLB YPLB Banjarmasin. Hal ini dapat
tunagrahita ringan belum mampu membaca suku kata baik satu atau dua
suku kata dan bahkan yang sudah tersusun menjadi sebuah kata yang
bermakna.
dalam adaptasi perilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Hal ini
pada gambar “siku” menyebut tomat pada gambar “labu”, menyebut bulan
61
Ardhi Wijaya, Op. Cit, hlm 21.
102
deficite yang tercermin dalam salah satu atau lebih proses kognitif yang
bahwa anak memiliki daya ingat yang lemah. Subjek mudah lupa dengan
membaca suku kata belum dapat membaca dengan benar. Proses membaca
dalam menjawab soal hasilnya subjek tidak dapat menjawab dan membaca
pada soal yang diberikan, mulai dari pengamatan hari pertama sampai
benar dengan dibantu 9 soal saja. Kesulitan yang dialami oleh subjek
kecil/kapital yang memiliki bentuk yang sama seperti /V/ dan /w/, /L/ dan
62
T. Sutjihati Somantri, Loc.Cit, hlm 105.
63
Kemis dan Ati Rosnawati, Op.Cit, hlm 22-23.
103
/j/,/D/ dan /a/. Kesulitan yang dialami subjek itu karena masalah persepsi
bentuk dan bunyi huruf serta masalah memori dalam mengingat huruf.
seorang anak diperlihatkan bentuk /h/ dan /n/ atau angka /6/ dengan /9/.
intervensi dengan variabel membaca bunyi huruf dan suku kata subjek
sampai sesi ke 10 dalam proses membaca dan menjawab soal masih ada
64
ibid
65
Ardhi Wijaya, Op.Cit, hlm 34
104
beberapa soal yang tidak mampu dijawab subjek, dan banyak dibantu oleh
kata), perhatian subjek menjadi lebih fokus, subjek mudah diarahkan dan
Saat memberikan soal secara lisan dan anak diminta untuk mencari huruf
yang diminta oleh peneliti, menyusun huruf menjadi suku kata, suku kata
menjadi kata sesuai nama gambar subjek terlihat antusias mencari apa
dengan santai tanpa ada paksaan. Terlihat dari hasil jawaban subjek pada
membaca bunyi huruf dan suku kata meningkat. Cara membaca subjek
dengan ejaan yang benar tidak mengeja perhuruf melainkan persuku kata.
menyusun huruf maupun suku kata. Hal ini sejalan dengan pendapat Arief
huruf yang terdapat disoal dan dalam menyusun gabungan suku kata yang
kesadaran bunyi dan bentuk yang baik. Namun dalam hal membaca subjek
B-A, maka dapat dikatakan bahwa penggunaan media papan flakat (flanel
anak autis.69
Baca Flanel Pada Anak Autis di Pusat Layanan Autis Banjarmasin”. Skripsi Tidak Diterbitkan.
Banjarmasin. Universitas Lambung Mangkurat. Hlm, 117.
107
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
media ini dapat dijadikan salah satu alternative media pembelajaran bagi
dan lebih giat baik menggunakan media papan flakat maupun media
pembelajaran lainnya
107
108
media papan flakat kepada subjek yang lain dengan karakteristik yang
109
110
Hamdi, Ujang S. 2009. Papan Flanel dan Papan Buletin. Tersedia: Online
(http://wwwsaepulhamdi.blogspot.co.id/2009/12/papan-flanel-dan-
papan-buletin.html) diakses tanggal 16 oktober 2015.
Isnarini, Adhel, 2012, media dua dimensi, Tersedia: online (http://bit.ly/fxzulu
http://adhelisnarin.blogspot.co.id/2012/12/media-dua-dimensi.html)
diakses tanggal 16 oktober 2015.
Joe, Tersedia Online: http://infomasjoe.blogspot.co.id/2013/03/hakekat-membaca-
permulaan.html diakses 10 Februari 2016
Kemis dan Rosnawati, Ati. 2013. Pendidikan ABK Tunagrahita. Jakarta: Luxima.
Komaruddin & Tjuparmah, Yooke. Kamus Istilah KTI. Jakarta: Bumi Aksara.
Kosasih, E. 2012. Cara Bijak Memahami ABK. Bandung: Yrama Widya.
Koswara, Deded. 2013. Pendidikan ABK Berkesulitan Belajar Spesifik. Jakarta:
Luxima.
Meimulyani, Yani dan Caryato. 2013. Media Pembelajaran adaptif. Jakarta:
Luxima.
Millatulhaq. 2014. pengaruh senam irama terhadap keseimbangan tubuh anak
tunagrahita sedang SLB-C sukapura Bandung, tersedia online:
repository.upi.edu. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Nurwahyuni, Dwi. 2012. Masalah yang dihadapi anak tunagrahita. Tersedia:
Online (http://chihoney.blogspot.co.id/2012/06/masalah-masalah-yang-
di-hadapi-anak.html) diakses tanggal 20 oktober 2015.
Rahmi, Silvia. 2016. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan
Melalui Media Papan Baca Flanel Pada Anak Autis di Pusat Layanan
Autis Banjarmasin. Skripsi Tidak Diterbitkan. Banjarmasin: Universitas
Lambung Mangkurat.
Sadiman, Arief S. (dkk). 2010. Media Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
Sarjanaku.com (http://www.lintasjari.com/2013/05/ciri-ciri-karakteristik-
anak.html) diakses tanggal 20 oktober 2015.
Sarjo, Ujang. Efektivitas Penerapan Metode Struktural Analitik Sintetik dalam
Pembelajaran Membaca Permulaan, Journal Penelitian Pendidikan.
Majalengka: STKIP YASIKA.
Smith, David. 2012. Sekolah Inklusif. Bandung: Nuansa.
Somantri, T. Sutjihati. 2012. Psikologi anak Luar Biasa. Bandung: Refika
aditama.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
111