Anda di halaman 1dari 3

Pengertian bank dan macam-macamnya

2. Perbedaan bank Islam dan bank kovensional


3. Pengertian riba dan macam-macamnya
4. Hukum bunga bank
5. Perbedaan bunga bank dengan riba nasiah
6. Dampak negatif dari riba dan hikmah keharamannya

A. BANK

1. Bank Konvensional : lembaga keuangan yang fungsi utamanya untuk menghimpun dana yang
kemudian disalurkan kepada orang atau lembaga yang membutuhkannya guna investasi
(penanaman modal) dan usaha-usaha yang produktif dengan sistem bunga. (BNI, BCA, BRI)
2. Bank Syariah : suatu lembaga yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk disalurkan
kepada orang atau lembaga yang membutuhkannya dengan sistem tanpa bunga. (Bank
Muamalat).
3. Maksud prinsip syariah : prinsip-prinsip yang yang sejalan dengan tuntuna ekonomi islam seperti
menghindari riba, gharar (tipuan) dan maysir (judi)
4. Akad yang ada di bank syariah :
a. Wadiah : titipan bentuk uang, barang dan surat-surat berharga (Deposito)
b. Mudharabah : kerja sama antara pemilik modal dengan pelaksana (uang hanya dari bank)
c. Musyarakah : Pihak bank dan pengusaha sama-sama mempunyai andil pada usaha
patungan.
d. Murabahah : jual beli barang dengan tambahan harga atas dasar harga pembelian yang
pertama secara jujur.
e. Qard hasan : pinjaman tanpa bunga.
f. Ijarah : akad sewa-menyewa antara satu atau dua orang, atau lebih.
g. Hiwalah : akad perpindahan utang.
5. Bank Syariah diharuskan memiliki Dewan syariah yang bertugas memberikan nasihat dan saran
kepada direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah
6. Jenis Riba :
a. Riba Nasiah : tambahan pembayaran atas jumlah modal yang disyaratkan lebih dahulu yang
harus dibayar oleh si peminjam kepada yang meminjam tanpa resiko sebagai imbalan
(utang-piutang).
b. Riba Fadhal : kelebihan yang terdapat dalam tukar menukar antara benda-benda satu jenis
(emas dengan emas, perak dengan perak).
7. Ciri Riba : ada tambahan, tanpa risiko yang ditanggung bersama, tambahan tersebut menjadi
syarat.
8. Hikmah Keharaman Riba :
a. Praktek riba ada potensi secara psikologis yang dapat melemahkan kreativitas manusia
untuk bekerja.
b. Praktek riba berpotensi besar untuk menghilangkan nilai kebaikan dan keadilan dalam
hutang piutang.
c. Praktek riba tidak memiliki nilai kemanusiaan (orang kaya mengambil keuntungan dari orang
miskin)
d. Praktek riba berpotensi untuk melahirkan mental hidup mewah (pemboros), pemalas yang
tidak mau bekerja.
e. Praktek riba merupakan salah satu cara penjajahan kaum dhuafa’
9. Beberapa pendapat tentang Bunga Bank :
a. Haram Mutlaq, seperti : Abu Zahra, Abu A’la alMaududi, M. Abdullah al-Araby dan Yusuf
Qardhawi, Sayyid Sabiq, Jaad al-Haqq Ali Jadd al-Haqq dan Fuad Muhammad Fachruddin
b. Haram ( jika penggunaan untuk konsumtif, bukan untuk produktif) : Mustafa A. Zarqa, M.
Hatta.
c. Halal (karena tidak sampai lipat ganda) : A. Hasan (persis)
d. Syubhat (belum jelas keharamannya) : Majlis Tarjih Muhammadiyah
10. Fee artinya pungutan dana yang dibebankan kepada nasabah bank untuk kepentingan
administrasi, biaya operasional (tidak haram, bagi ulma yang menghalalkan Bank).

1. Khilafah dalam terminologi politik Islam adalah suatu sistem pemerintahan Islam yang
meneruskan sistem pemerintahan Rasulullah dengan segala aspeknya berdasarkan al-Quran dan
as-Sunnah. Sedangkan khalifah adalah pemimpin tertinggi umat Islam (khalifatul muslimin).
2. Syarat-syarat seorang khalifah, yaitu: adil, berilmu, sanggup berijtihad, sehat mental dan fisiknya
serta berani dan tegas.
3. Hukum awal mendirikan Khilafah : Fardhu Kifayah. Karena tidak mungkin untuk melaksanakan
hak dan kewajiban seperti membela agama, menjaga keamanan dan sebagainya tanpa adanya
khilafah.
4. Khilafah hanya memungkinkan dalam suatu sistem pemerintahan atau negara untuk
mewujudkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Tidak memungkinkan suatu system yang
mengharuskan dasar atau landasan suatu negara dengan formalistik Islam.
5. Pandangan tentang sistem pemerintahan Khilafah ada 3 :
a. Islam adalah agama yang sempurna, memuat ketatanegaraan dan hukum ibadah (agama
dan negara jadi satu)
b. Agama dan negara tidak ada hubungan (sekuler)
c. Tata nilai etika dalam Agama diimplementasikan pada sistem ketatanegaraan.
6. Poin Utama dalam pelaksanaan sistem bernegara dan bermasyarakat bagi seorang pemimpin:
a. Kejujuran, keikhlasan serta tanggung jawab
b. Keadilan yang bersifat menyeluruh kepada rakyat
c. Ketauhidan (taat kepada Allah, rasulNya dan pemimpin Negara)
d. Adanya kedaulatan rakyat.
7. Jika ada pemimpin ayang memenuhi kriteria diatas maka layak untuk diangkat sebagai kepala
negara (khalifah).
8. Dalam khilafah sumpah janji kesetiaan diungkapkan dalam Baiat. Adapun baiat dalam konteks
politik Islam Indonesia lebih terlihat pada saat sumpah jabatan.
9. Hak-hak rakyat :
a. Hak keselamatan jiwa dan harta
b. Hak untuk memperoleh keadilan hukum dan pemerataan
c. Hak untuk menolak kezaliman dan kesewenang-wenangan.
d. Hak berkumpul dan menyatakan pendapat.
e. Hak untuk bebas beragama.
f. Hak mendapatkan bantuan materi bagi rakyat yang lemah.
10. Kewajiban Rakyat kepada pemimpin (kepala negara)
a. Kewajiban taat kepada khalifah
b. Kewajiban mentaati undang-undang dan tidak berbuat kerusakan
c. Membantu khalifah dalam semua usaha kebaikan
d. Bersedia berkorban jiwa maupun harta dalam mempertahankan dan membelanya.
e. Menjaga Persatuan dan Kesatuan
11. Ahlul Halli Wal ‘Aqdi : orang yang dipilih sebagai wakil ummat untuk menyuarakan hati nurani
ummat. Merupakan orang-orang professional yang memiliki kapabilitas di bidangnya masing-
masing dan memiliki mandat rakyat, Kelima, pemimpin yang melakukan penyelewengan
kekuasaan, maka dalam penanganannya dilakukan oleh Ahlul halli wal aqdi.
12. Kriteria menjadi anggota Majlis Syuro (Dewan Perwakilan Rakyat)
a. Berlaku adil dalam segala sikap dan tindakan. Sikap ini mencerminkan bahwa anggota majlis
syura adalah mereka memiliki sifat jujur dan bertanggung jawab.
b. Berilmu pengetahuan yang luas. Yaitu memiliki kecerdasan intelektual yang tajam. Sehingga
segala ucapan dan perbuatannya didasari oleh ilmu bukan oleh hawa nafsu.
c. Memiliki kearifan dan.wawasan yang luas. Anggota majlis syura dalam memutuskan sesuatu
harus ditujukan untuk kemsalahatan ummat bukan untuk kepentingan dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai