Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN TEKNIK MENGEDAN DENGAN KEJADIAN RUPTUR

PERINEUM PADA IBU BERSALIN DI PUSKESMAS TIBAWA


KABUPATEN GORONTALO

Masmuni Wahda Aisya1, Efri Leni Rauf2, Julima Ahaya3


Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Gorontalo, 2018
Email: masmuniwahdaaisyah@umgo.ac.id

ABSTRACT
This research aims to know the relationship of engineering straining with the
incidence of ruptur the perineum at the birthing mother in Puskesmas Tibawa. This
research uses quantitative research design with analytic observational and cross
sectional approach. The data collection is done at the same time Sampling
techniques used is purposive sampling with the total sample as many 32
respondents mother birthing in Puskesmas Tibawa. Data analysis was done on
univariate statistival tests with bivariat and spearmen rank with a level of
significance of α = 0.05. The results of this research show that there is a significant
corelation (2-failed) of the techniques with straining relations ruptur the Perineum at
the birthing mother in Puskesmas Tibawa p value = α < 0.001 and 0.05 level of
relations force 0.555 ** or categorized strong.
Keywords: Technique Straining, Ruptur Perineum.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan teknik mengedan dengan
kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin di Puskesmas Tibawa. Penelitian ini
menggunakan metode pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian observasional
analitik dan rancangan penelitian cross sectional serta cara pengumpulan data
dilakukan sekaligus pada waktu yang bersamaan. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 32 responden
ibu bersalin di Puskesmas Tibawa. Analisa data dilakukan secara univariat dan
bivariat dengan uji statistik spearmen rank dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai signifikan (2-failed) hubungan teknik
mengedan dengan kejadian ruptur Perineum pada ibu bersalin di Puskesmas
Tibawa p value = 0,001 < α 0,05 dan tingkat kekuatan hubungan sebesar 0,555**
atau dikategorikan kuat.
Kata Kunci : Teknik Mengedan, Ruptur Perineum

PENDAHULUAN umumnya juga terjadi pada persalinan


Ruptur perineum adalah robekan jika kepala janin terlalu cepat lahir,
yang terjadi pada saat bayi lahir, baik persalinan tidak dipimpin sebagaimana
secara spontan maupun dengan mestinya, jaringan parut pada perineum,
menggunakan alat atau tindakan. dan distosia bahu (Setiyanigrum, 2017).
Ruptur perineum dibagi menjadi empat Di Asia ruptur perineum merupakan
tingkatan, yaitu ruptur perineum derajat masalah yang cukup banyak dalam
I, II, III, dan IV. Ruptur perineum masyarakat, 50% dari kejadian ruptur

1
perineum didunia terjadi di Asia Pengambilan data awal yang
(Roslena, 2013). Menurut world health dilakukan pada bulan November tahun
organization (WHO) pada tahun 2014, 2017 untuk data angka kematian ibu di
angka kematian ibu di dunia yaitu Provinsi gorontalo tahun 2016 sebesar
289.000 jiwa. Angka kematian ibu di 223/100.000 kelahiran hidup. Data yang
negara-negara Asia Tenggara yaitu didapatkan dari masing-masing
Indonesia sebesar 190/100.000 Kabupaten maupun kota di Provinsi
kelahiran hidup, Brunei Darussalam Gorontalo untuk kejadian perdarahan
sebesar 27/100.000 kelahiran hidup dan yang meningkatkan derajat kematian
Malaysia sebesar 29/100.000 kelahiran ibu di masing-masing Kabupaten
hidup (Manik, 2016). Berdasarkan profil maupun kota yakni di kota Gorontalo
kesehatan Indonesia tahun 2015, angka berjumlah 1 jiwa penyebab kematian
kematian ibu di Indonesia sebesar yaitu ruptur perineum dan rest plasenta,
305/100.000 kelahiran hidup. Angka Kabupaten Gorontalo berjumlah 3 jiwa
kematian ibu yang terjadi di Indonesia penyebab kematian yaitu ruptur
ini masih di bawah dari negara-negara perineum dan rest plasenta, Kabupaten
yang ada di ASEAN (Depkes RI, 2015). Bone Bolango tidak ada kematian ibu
Penyebab kematian ibu di Indonesia yang disebabkan perdarahan,
yakni perdarahan sebesar 30,3%, Kabupaten Boalemo berjumlah 2 jiwa
hipertensi 27,1%, infeksi sebesar 7,3%, penyebab kematian yaitu rest plasenta,
dan lain-lain sebesar 40,8%. Kabupaten Pohuwato berjumlah 6 jiwa
Perdarahan postpartum menjadi penyebab kematian yaitu ruptur
penyebab utama 40% kematian ibu di perineum, serta Kabupaten Gorontalo
Indonesia. Salah satu hal yang memiliki Utara berjumlah 1 jiwa penyebab
andil besar dalam menyumbang angka kematian yaitu atonia uteri. Menurut
kematian ibu yaitu pada proses Setiyaningrum (2017), faktor yang
persalinan dapat terjadi perdarahan. menyebabkan terjadi ruptur perineum
Perdarahan pada persalinan sering kali yakni kepala janin yang terlalu cepat
mengakibatkan perlukaan jalan lahir. lahir, persalinan tidak dipimpin
Perlukaan jalan lahir dapat mengenai sebagaimana mestinya, jaringan parut
vulva, perineum, uterus, vagina, dan pada perineum, dan distosia bahu.
serviks. Salah satu jenis perlukaan jalan Menurut Sukarni et al (2014), ruptur
lahir adalah ruptur perineum. Prevalensi perineum lebih sering terjadi pada
ibu bersalin yang mengalami ruptur keadaan-keadaan seperti ukuran janin
perineum di Indonesia pada golongan terlalu besar, proses persalinan yang
umur 25-30 tahun yaitu 24% dan pada lama, serta penggunaan alat bantu
ibu bersalin usia 32-39 tahun sebesar persalinan (misal forsep). Menurut
62% (Hermawati et al, 2014). Terkait Prawirohardjo (2014), dampak dari tidak
target dari progr SDGs (sustainable dilaksanakannya penanganan segera
development goals) RPJMN dan untuk kejadian ruptur perineum maka
RENSTRA di tahun 2019 untuk akan menyebabkan ibu mengalami
menurunkan angka kematian ibu perdarahan yang hebat dengan jumlah
sebesar 306/100.000 kelahiran hidup perdarahan lebih dari 500 ml, sehingga
dan pada tahun 2030 sebesar dapat mengakibatkan terjadinya syok
70/100.000 kelahiran hidup (Anung, hipovolemik pada ibu postpartum.
2015). Keadaan seperti ini bila tidak diatasi

2
dengan cepat maka akan menyebabkan populasinya adalah jumlah rata-rata
terjadi kematian pada ibu. Hal ini dapat persalinan setiap bulannya yang ada di
memicu terjadinya peningkatan Puskesmas Tibawa. Jadi, pada bulan
mobilitas dan mortalitas ibu. Desember tahun 2017 jumlah ibu yang
Berdasarkan hasil survey bersalin dan mengalami ruptur
pendahuluan yang dilakukan pada perineum sebanyak 37 orang. Teknik
bulan Desember tahun 2017, peneliti pengambilan sampel yang digunakan
melakukan pengambilan data awal dan dalam penelitian ini yakni Purposive
wawancara dengan bidan yang bekerja Sampling. Pengambilan sampel juga
di Puskesmas Tibawa. Data kumulatif berdasarkan kriteria inklusi dan
yang didapatkan di Puskesmas Tibawa eksklusi.
untuk bulan Januari sampai bulan
November tahun 2017 yakni data HASIL PENELITIAN
jumlah ibu bersalin spontan normal Tabel 1. Distribusi frekuensi
berjumlah 549 orang ibu bersalin, dan berdasarkan umur responden
dari jumlah ibu yang bersalin normal Umur Jlh %
tersebut terdapat 195 orang ibu bersalin
Umur RESTI (≤20 tahun atau
yang sebagian besar mengalami 10 31.2
≥35 tahun)
kejadian ruptur perineum. Untuk
kejadian ruptur perineum sebagian Umur WUS (20 sampai 35
22 68.8
besar disebabkan karena teknik tahun)
mengedan dari ibu yang kurang baik. Total 32 100.0
Sesuai dengan peraturan pemerintah Sumber: Olahan Data Primer (2018)
agar ibu dapat menghadapi proses Dari Tabel 3 karakteristik responden
persalinan dengan lancar dan aman, berdasarkan umur responden yang ada
maka diperlukan pemberian informasi, di Puskesmas Tibawa didapatkan dari
konseling, latihan maupun asuhan hasil pengumpulan data menggunakan
kepada ibu untuk bagaimana cara instrumen penelitian pada 32
berlatih mengedan yang baik dan benar responden. Responden yang paling
sesuai dengan teori yang ada. Sehingga banyak adalah responden dengan umur
pada saat proses bersalin, ibu dapat WUS (20 sampai 35 tahun) yaitu
melewati proses bersalin yang aman sebanyak 22 orang (68,8%).
dan lancar. Responden yang paling sedikit adalah
responden dengan umur RESTI (≤20
METODOLOGI PENELITIAN tahun atau ≥35 tahun) yaitu sebanyak
Penelitian ini menggunakan metode 10 orang (31,2%).
observasional analitik dengan
pendekatan cross sectional. Tabel 2. Distribusi frekuensi
Observasional analitik merupakan jenis berdasarkan pendidikan
penelitan yang melihat dan mencoba Pendidikan Jlh %
menggali bagaimana dan mengapa Pendidikan rendah (tidak lulus SD,
23 71.9
fenomena kesehatan itu terjadi. Cross SD, dan SMP)
sectional adalah rancangan penelitian Pendidikan tinggi (SMA/SMK dan
9 28.1
PT)
dimana pengambilan data dilakukan
bersamaan dengan waktu kejadian Total 32 100.0
Sumber: Olahan Data Primer (2018)
(Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini

3
Dari Tabel 2 daiats, karakteristik yaitu sebanyak 18 orang (56,2%).
responden berdasarkan pendidikan Responden yang paling sedikit adalah
terakhir yang ada di Puskesmas Tibawa responden multipara yaitu sebanyak 14
didapatkan dari hasil pengumpulan data orang (43,8%).
menggunakan instrumen penelitian Tabel 4. Distribusi responden
pada 32 responden. Responden yang berdasarkan teknik mengedan
paling banyak adalah responden ibu bersalin pada kala II
dengan pendidikan rendah (tidak lulus Teknik Mengedan Jlh %
SD, SD, dan SMP) yaitu sebanyak 23
Tidak Benar 18 56.2
orang (71,9%). Responden yang paling
sedikit adalah responden dengan Benar 14 44.8
pendidikan tinggi (SMA/SMK dan PT) Total 32 100
yaitu sebanyak 9 orang (28,1%). Sumber: Olahan Data Primer (2018)
Tabel 3. Distribusi frekuensi Dari Tabel 4 diatas, distribusi
berdasarkan jumlah paritas responden berdasarkan teknik
Paritas Jlh % mengedan ibu bersalin pada kala II di
Puskesmas Tibawa yang didapatkan
Primipara 18 56.2
dari hasil pengumpulan data
Multipara 14 43.8 menggunakan instrumen penelitian
Total 32 100.0 kuesioner pada 32 responden.
Sumber: Olahan Data Primer (2018) Responden yang paling banyak adalah
Dari Tabel 3 diatas, karakteristik responden dengan teknik mengedan
responden berdasarkan jumlah paritas yang tidak benar yaitu sebanyak 18
di Puskesmas Tibawa didapatkan dari orang (56,2%). Responden yang paling
hasil pengumpulan data menggunakan sedikit adalah responden dengan teknik
instrumen penelitian pada 32 mengedan yang benar yaitu sebanyak
responden. Responden yang paling 14 orang (44,8%).
banyak adalah responden primipara

Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan teknik mengedan pada ibu primipara


dengan kejadian ruptur perineum
Kejadian Ruptur perineum Total
Teknik
Ruptur Tidak ada
Mengedan % % Jumlah %
perineum Ruptur perineum
Tidak benar 9 50.0 1 5.6 10 55.6
Benar 3 16.7 5 27.8 8 44.4
Total 12 66.7 6 33.3 18 100.0
Sumber: Olahan Data Primer (2018)
Dari Tabel 5 diatas menunjukkan 10 orang (55,6%), yang ruptur perineum
bahwa dari kejadian ruptur perineum sebanyak 9 orang (5,6%) dan yang
pada ibu primipara bersalin yang tidak ada ruptur perineum sebanyak .1
dilakukan oleh responden berjumlah 18 orang (5,6%). Responden yang paling
orang yang bersalin di Puskesmas sedikit adalah responden dengan teknik
Tibawa. Responden yang paling banyak mengedan yang benar sebanyak 8
adalah responden dengan teknik orang (44,4%), yang ruptur perineum
mengedan yang tidak benar sebanyak sebanyak 3 orang (16,7%) dan yang

4
tidak ada ruptur perineum sebanyak 5 perineum pada ibu bersalin di
orang (27,8%). Puskesmas Tibawa yang didapatkan
Tabel 6. Distribusi responden dari hasil pengumpulan data
berdasarkan kejadian ruptur menggunakan instrumen penelitian
perineum kuesioner pada 32 responden.
Kejadian Ruptur Perineum Jlh % Responden yang paling banyak adalah
responden dengan kejadian ruptur
Ruptur perineum 21 65.6
perineum yaitu sebanyak 21 orang
Tidak ada ruptur perineum 11 34.4 (65,6%). Responden yang paling sedikit
Total 32 100 adalah responden dengan tidak ada
Sumber: Olahan Data Primer (2018) kejadian ruptur perineum yaitu
Dari Tabel 6 diatas, distribusi sebanyak 11 orang (34,4%).
responden berdasarkan kejadian ruptur

Tabel 7. Hubungan teknik mengedan dengan kejadian ruptur perineum pada ibu
bersalin di Puskesmas Tibawa
Kejadian Ruptur perineum Total
Teknik
Ruptur Tidak ada
Mengedan % % Jumlah %
perineum Ruptur perineum
Tidak benar 2 6.2 16 50.0 18 56.2
Benar 9 28.2 5 15.6 14 43.8
Total 11 34.4 21 65.6 32 100.0
P value sign (2- failed) : 0.001
Corelation coeficient : 0.555**
Sumber: Olahan Data Primer (2018)
Dari Tabel 7 diatas, menunjukkan Dari hasil analisa spearmen rank dari
bahwa analisis bivariat dari kejadian uji nilai output diatas diperoleh nilai
ruptur perineum pada ibu bersalin yang signifikasi atau sign. (2-failed) sebesar
dilakukan oleh responden berjumlah 32 0,001 dan kekuatan hubungan diperoleh
orang yang bersalin di Puskesmas dari corelation coeficient sebesar
Tibawa. Responden yang paling banyak 0,555**. Karena nilai sig. (2-failed)
adalah responden dengan teknik 0,001 ≤ lebih kecil dari derajat
mengedan yang tidak benar sebanyak kemaknaan α = 0,05 dan tingkat
18 orang (56,2%), yang tidak ada ruptur kekuatan hubungan sebesar 0,555**
perineum sebanyak 2 orang (6,2%) dan atau dikategorikan kuat. Jadi, dapat
yang mengalami ruptur perineum disimpulkan bahwa Ha diterima yang
sebanyak .16 orang (50,0%). menunjukkan ada hubungan yang
Responden yang paling sedikit adalah signifikan antara hubungan teknik
responden dengan teknik mengedan mengedan dengan kejadian ruptur
yang benar sebanyak 14 orang (43,8%), perineum pada ibu bersalin Puskesmas
yang tidak ada ruptur perineum Tibawa.
sebanyak 9 orang (28,2%) dan yang
mengalami ruptur perineum sebanyak 5 PEMBAHASAN
orang (15,6%). Ruptur perineum terjadi pada hampir
semua persalinan pertama dan tidak

5
jarang juga pada persalinan berikutnya. alternatif-alternatif posisi mengedan
Robekan ini dapat dihindarkan atau yang dipilih ibu tidak efektif.
dikurangi dengan menjaga jangan
sampai dasar panggul dilalui oleh Teknik Mengedan Ibu Bersalin pada
kepala janin dengan cepat, sebaliknya Kala II
kepala janin yang akan lahir sebaiknya Tabel 4 menunjukkan teknik
tidak ditahan terlampau kuat dan lama, mengedan ibu bersalin pada kala II.
karena hal ini akan menyebabkan Penelitian yang dilakukan di Puskesmas
asfiksia dan perdarahan dalam Tibawa, lebih didominasi oleh teknik
tengkorok janin, dan melemahkan otot- mengedan ibu bersalin yang tidak benar
otot dan fasia pada dasar panggul sebanyak 18 orang (56,2%) dari
karena diregangkan terlalu lama. responden yang berjumlah 32 orang.
Robekan perineum umumnya terjadi Teknik mengedan adalah gabungan
digaris tengah dan bisa menjadi luas dari rasa dan keinginan dari ibu yang
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, kuat serta refleks yang muncul
sudut arkus pubis lebih kecil dari pada disebabkan oleh adanya tekanan bayi
biasa sehingga kepala janin terpaksa pada vagina ibu selama ada kontraksi
lahir lebih kebelakang daripada biasa, yang terjadi pada ibu bersalin
kepala janin melewati pintu bawah memasuki kala II persalinan.
panggul dengan ukuran yang lebih Mengedan adalah sifat kekuatan yang
besar daripada sirkumferensia dihasilkan mirip seperti yang terjadi
suboksipito-bregmatika, atau anak pada saat buang air besar tetapi
dilahirkan dengan pembedahan vaginal biasanya intensitasnya jauh lebih besar
(Setiyaningrum, 2017). setelah serviks terbuka lengkap
Menurut Ardiani (2015), teknik kekuatan yang sangat penting pada
mengedan yang baik dan benar sesuai ekspulsi janin yang dihasilkan oleh
dengan asuhan persalinan normal peningkatan tekanan intra abdomen
(APN) tahun 2013, yakni dianjurkan ibu yang diciptakan oleh kontrasepsi otot-
untuk mengedan mengikuti dorongan otot abdomen (Rukiyah, 2009). Menurut
alamiahnyaselama kontraksi, Simkin et al (2008), teknik mengedan
beritahukan untuk tidak menahan napas pada kala II yakni mengedan spontan,
saat mengedan, minta untuk berhenti mengedan dengan pengarahan sendiri,
mengedan dan beristirahat di antara dan mengedan dengan diarahkan.
kontraksi, jika ibu berbaring miring atau Adapun teknik mengedan pada ibu
setengah duduk, ia akan lebih mudah bersalin memasuki kala II persalinan
untuk mengedan jika lutut ditarik ke yang termuat dalam buku JNPK-KR
arah dada dan dagu ditempelkan dada, (Jaringan Nasional Pelatihan Klinik-
minta ibu untuk tidak mengangkat Kesehatan) Tahun 2007, diantaranya:
bokong saat mengedan, tidak Menurut JNPK-K (jaringan nasional
diperbolehkan untuk mendorong fundus pelatihan klinik-kesehatan) tahun 2007,
untuk membantu kelahiran bayi, ibu dorongan pada fundus meningkatkan
harus tetap tenang dan rileks, penolong resiko distosia bahu dan rupture uteri.
persalinan tidak boleh mengatur posisi Cegah setiap anggota keluarga yang
mengedan, penolong persalinan harus mencoba melakukan dorongan pada
memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri fundus. Untuk mengkoordinasikan
posisi mengedan dan menjelaskan semua kekuatan menjadi optimal saat

6
his dan mengedan dapat dilakukan hal- penelitian diatas sejalan dengan hasil
hal sebagai berikut: a) ibu mengedan penelitian yang dilakukan oleh Triyanti
dimulai saat persalinan memasuki kala et al (2017), yang berjudul faktor-faktor
ke-II persalinan; b) ibu mengikuti yang berhubungan dengan kejadian
perintah bidan untuk mengedan pada ruptur perineum pada ibu bersalin di
saat ada kontraksi; c) ibu menarik BPM Fauziah Hatta Palembang dengan
napas panjang, pada saat mulai kesimpulan penelitian yaitu teknik
mengedan dan ibu mengatur nafas mengedan ibu bersalin dari 40
dengan baik dengan cara membuang responden yang melakukan teknik
napas sedikit demi sedikit; d) ibu mengedan kurang baik sebanyak 24
mengangkat kepala saat mengedan dan responden (60%).
merangkul kedua pahanya, sehingga
dapat menambah pembukaan pintu Kejadian Ruptur perineum pada Ibu
bawah panggul; e) ibu berkonsentrasi Bersalin
mengedan pada daerah perut (bukan Tabel 6 menunjukkan kejadian ruptur
pada otot leher); f) mata ibu tetap perineum pada ibu bersalin. Penelitian
terbuka dan arah pandangan ibu ke yang dilakukan di Puskesmas Tibawa,
perut pada saat mengedan; g) kaki ibu lebih didominasi oleh adanya kejadian
dilemaskan dan tidak tegang pada saat ruptur perineum derajat I dan II yakni
apapun posisi melahirkan ibu; h) ibu sebanyak 21 orang (65,6%) dari
menutup mulut, kemudian mengedan ke responden yang berjumlah 32 orang.
daerah perut; i) ibu berhenti mengedan Ruptur perineum adalah robekan yang
pada saat penolong persalinan terjadi pada saat bayi lahir, baik secara
memerintahkan berhenti; dan j) ibu spontan maupun dengan menggunakan
dapat beristrirahat di sela periode alat atau tindakan. Ruptur perineum
mengedan dengan bernapas cepat dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu
(panting), kemudian menghembuskan ruptur perineum derajat I, II, III, dan IV.
napas pendek-pendek dari mulut dan Ruptur perineum umumnya juga terjadi
mengulangi teknik mengedan yang baik pada persalinan jika kepala janin terlalu
sesuai dengan anjuran bidan. cepat lahir, persalinan tidak dipimpin
Asumsi peneliti berdasarkan hasil sebagaimana mestinya, jaringan parut
penelitian yakni bahwa teknik pada perineum, dan distosia bahu
mengedan pada kala II akan (Setiyanigrum, 2017).
berpengaruh pada kejadian ruptur Asumsi peneliti berdasarkan hasil
perineum pada ibu bersalin. Karena jika penelitian yakni masih tingginya angka
teknik mengedan salah maka ruptur kejadian ruptur perineum derajat I dan II
perineum juga bisa lebih berat di Puskesmas Tibawa disebabkan
dibandingkan dengan teknik mengedan karena kurangnya komunikasi yang baik
secara benar. Hal ini disebabkan jika antara penolong persalinan dan ibu
cara seseorang dalam mengatur nafas bersalin. Seperti pada saat belum ada
saat mengedan dan juga cara pembukaan lengkap ibu sebenarnya
melakukan dorongan saat mengedan. tidak dianjurkan untuk mengejan tetapi
Sehingga diperlukan pengetahuan ibu ibu terus saja mengejan sehingga pada
dan bantuan dari penolong agar ibu saat waktunya harus mengejan ibu
dapat mengedan dengan benar untuk sudah kelelahan sehingga ibu tidak
mengurangi ruptur perineum. Hasil kooperatif saat proses persalinan

7
berlangsung. Selain itu pada saat 0,555**. Karena nilai sig. (2-failed)
penelitian ini di lakukan respondennya 0,001 ≤ lebih kecil dari derajat
lebih banyak primipara dan pada kemaknaan α 0,05 dan tingkat kekuatan
umumnya mereka belum mempunyai hubungan sebesar 0,555** atau
pengalaman dengan proses kelahiran dikategorikan kuat. Jadi, dapat
sebelumnya, belum mengetahui teknik disimpulkan bahwa Ha diterima yang
mengejan yang benar, posisi persalinan menunjukkan ada hubungan yang
yang benar dan perineum pada signifikan antara hubungan teknik
primipara cenderung kaku dan tidak mengedan dengan kejadian ruptur
elastis sehingga mudah sekali terjadi perineum pada ibu bersalin Puskesmas
rupture. Tibawa.
Hasil penelitian diatas sejalan Hasil penelitian yang dilakukan di
dengan hasil penelitian yang dilakukan Puskesmas Tibawa didapatkan bahwa
oleh Prawitasari et al (2015), yang teknik mengedan yang tidak benar dan
berjudul penyebab terjadinya ruptur mengalami ruptur perineum masih tinggi
perineum pada persalinan normal di yakni sebanyak 16 responden (50,0%).
RSUD Muntilan Kabupaten Magelang Hal ini dikarenakan pada proses
dengan kesimpulan penelitian yaitu persalinan kala II (pengeluaran bayi)
kejadian ruptur perineum berdasarkan pada fleksus frankenhauser disekitar
klasifikasi derajat ruptur perineum dari mulut rahim terjadi rangsangan
41 kasus ruptur perineum terbanyak sehingga menimbulkan reflek ingin
terjadi pada derajat I dan 2 yakni mengedan, disertai dengan adanya
sebanyak 24 kasus (58,54%). kontraksi yang dapat menimbulkan
kekuatan untuk melahirkan bayi. Jika
Hubungan Teknik Mengedan pada saat ini ibu dapat mengendalikan
dengan Kejadian Ruptur perineum di antara kontraksi dengan kekuatan
Puskesmas Tibawa mengedan maka hasilnya dapat
Teknik mengedan pada ibu bersalin mempercepat proses persalinan, namun
kala II dalam penelitian ini dikategorikan sebaliknya jika pada saat adanya
menjadi 2, yaitu teknik mengedan yang kontraksi berlangsung ibu tidak dapat
benar dan tidak benar. Mengukur teknik mengendalikannya dengan melakukan
mengedan pada ibu bersalin kala II teknik mengedan yang salah maka akan
dalam penelitian ini dilakukan dengan terjadi ruptur perineum. Sehingga
wawancara pada ibu sebelum ibu diperlukan pimpinan dari penolong yang
memasuki kala II dan melakukan maksimal agar ibu dapat mengedan
observasi dengan menggunakan dengan benar untuk mengurangi
instrumen penelitian berupa checklist kejadian ruptur perineum.
sekaligus menilai apakah teknik Hasil penelitian juga masih
mengedan yang dilakukan oleh ibu didapatkan teknik mengedan yang
sesuai dengan pedoman atau tidak. benar juga masih terdapat ruptur
Hasil analisis statistika non parametrik perineum yaitu sebanyak 5 responden
dengan uji Spearmen rank dan (15,6%). Hal ini dikarenakan sebagian
menggunakan spss 16 diperoleh nilai ibu bersalin mengalami partus
signifikasi atau sign. (2-failed) sebesar presipitatus (persalinan yang
0,001 dan kekuatan hubungan diperoleh berlangsung cepat) yang tidak
dari corelation coeficient sebesar dikendalikan dan tidak ditolong dengan

8
baik oleh petugas kesehatan, pasien disebut sebagai masa dewasa dan
tidak mampu berhenti mengedan. disebut juga masa reproduksi, dimana
Persalinan diselesaikan secara tergesa- pada masa itu diharapkan orang telah
gesa dengan dorongan fundus mampu untuk memecahkan masalah-
berlebihan, oedema dan kerapuhan masalah yang dihadapi dengan tenang
pada perineum, pimpinan persalinan secara emosional, dalam merawat
yang salah, dan persalinan pervaginam kesehatan reproduksinya (Pinem,
dilakukan dengan bantuan mengedan. 2009). Asumsi peneliti meskipun umur
Asumsi peneliti kecermatan penolong ibu normal atau termasuk dalam
persalinan pada saat memimpin ibu kategori wanita usia subur (WUS)
mengedan dan kepatuhan klien pada apabila tidak berolahraga dan tidak rajin
saat kepala sedang membuka jalan lahir bersenggama dapat mengalami laserasi
sangatlah penting untuk menghindari perineum. Kelenturan jalan lahir
terjadinya ruptur perineum. Kerja sama berkurang apabila calon ibu yang
yang baik antara penolong persalinan kurang berolahraga atau genetalianya
dan klien dilakukan pada saat antenatal sering terkena infeksi. Infeksi akan
care atau pada saat pelaksanaan kelas mempengaruhi jaringan ikat dan otot
ibu hamil. Sehingga antara klien dan dibagian bawah serta membuat
penolong akan terjalin suatu hubungan kelenturannya hilang karena infeksi
emosional pada saat proses persalinan. dapat membuat jalan lahir kaku. Hal ini
Seorang klien akan merasa lebih juga dipengaruhi oleh keelastisitasan
nyaman dan menurut apa yang perineum sehingga akan mudah
dianjurkan oleh penolong pada saat terjadinya robekan jalan lahir atau
proses persalinan. laserasi perineum, oleh karena itu bayi
Menurut Azizah et al (2017), yang mempunyai lingkar kepala
mengedan adalah respon alami yang maksimal tidak akan dapat melewatinya
normal terhadap mekanisme refleks sehingga menyebabkan laserasi
akibat dari kontraksi yang semakin kuat. perineum. Hasil penelitian diatas sejalan
Adanya kontraksi yang kuat disertai dengan hasil penelitian yang dilakukan
dengan teknik mengedan yang benar oleh Absari (2017), yang berjudul faktor-
akan membantu mempercepat proses faktor yang mempengaruhi kejadian
persalinan, sehingga dapat menghindari ruptur perineum pada persalinan normal
kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di BPM Wayan Witri Sleman Yogyakarta
serta mengurangi kejadian ruptur dengan kesimpulan penelitian yaitu
perineum, kareana jika mengedan yang kejadian ruptur perineum berdasarkan
tidak terkontrol dapat meningkatkan umur dari 41 kasus ruptur perineum
resiko terjadinya ruptur perineum. mayoritas pada kelompok umur 20
Selain dikarenakan faktor dari teknik sampai 35 tahun yakni sebanyak 33
mengedan yang tidak benar, adapun kasus (80,5 %).
kemungkinan faktor lain yang Teknik mengedan dapat
menyebabkan terjadinya ruptur mempengaruhi terjadinya ruptur
perineum diantaranya yakni dari segi perineum pada ibu bersalin spontan.
umur responden. Umur responden Pada saat persalinan bidan dapat
dalam penelitian ini lebih didominasi memberikan asuhan dengan
oleh umur WUS (20 sampai 35 tahun) mengajarkan pada ibu untuk melakukan
sebanyak 68,8%. Wanita usia subur teknik mengedan yang benar yakni

9
pada saat terjadi kontraksi ibu hidup terutama dalam pengetahuan
dianjurkan untuk mengikuti dorongan juga memotivasi untuk sikap berperan
secara alami dan pada saat mengedan serta dalam pembangunan. Pendidikan
ibu tidak menahan pernapasaanya. rendah (tidak lulus SD, SD dan SMP)
Pada saat mengedan dipuncak hal ini disebabkan karena sebagian
kontraksi ibu bersalin tidak besar responden adalah orang
diperbolehkan untuk mengangkat pedesaan yang cenderung memiliki
bokong. Pada kala II yaitu kala pemikiran lebih baik bekerja
pengeluaran terjadi karena adanya menghasilkan uang dari pada
kontraksi yang kuat dan sering, melanjutkan sekolah yang cenderung
sehingga saat his atau kontraksi terjadi menghabiskan uang banyak untuk biaya
tekanan pada otot dasar panggul, yaitu pendidikan. Hasil penelitian diatas
secara sepontan dapat menimbulkan sejalan dengan hasil penelitian yang
rasa ingin mengedan, sehingga dilakukan oleh Aswad (2012), yang
menyebabkan perineum menonjol serta berjudul gambaran angka kejadian
menjadi lebar dan anus membuka, ruptur perineum tingkat I, II dan III di
diikuti labia minora dan mayora, RSUD Syekh Yusuf Gowa Periode
kemudian kepala janin yang tampak Januari sampai Desember tahun 2011
pada vulva. Disaat inilah ruptur dengan kesimpulan penelitian yaitu
perineum dapat terjadi terutama pada kejadian ruptur perineum berdasarkan
persalinan primigravida serta tingkat pendidikan dari 328 responden
melakukan teknik mengedan yang salah yang mengalami ruptur perineum
(Azizah et al, 2017). terbanyak dengan pendidikan rendah
Menurut Hermawati et al (2014), (SD dan SMP) sebanyak 226
Pendidikan dapat mempengaruhi responden (68,8%).
seseorang termasuk juga perilaku Faktor paritas kemungkinan juga
seseorang akan pola hidup terutama dapat mengakibatkan terjadinya
dalam memotivasi untuk sikap berperan kejadian ruptur perineum hal ini
serta dalam pembangunan pada disebabkan responden lebih didominasi
umumnya makin tinggi pendidikan oleh responden primipara sebesar
seseorang makin mudah menerima 56,2%. Paritas merupakan jumlah anak
informasi. Pendidikan berarti bimbingan yang pernah dilahirkan oleh ibu, baik
yang diberikan seseorang terhadap hidup ataupun mati, tetapi bukan aborsi
perkembangan orang lain menuju (Suciana, 2016). Asumsi peneliti untuk
kearah cita-cita tertentu yang kategori ibu yang belum pernah memiliki
menentukan manusia berbuat dan anak mempunyai perineum yang utuh
mengisi kehidupan untuk mencapai dan kaku. Pada saat kepala janin lahir
keselamatan dan kebahagiaan. Faktor primipara tidak dapat menahan
pendidikan kemungkinan menjadi salah regangan yang kuat sehingga robek
satu penyebab dimana terjadinya ruptur pada pinggir depannya. Luka-luka
perineum pada ibu bersalin dengan biasanya ringan tetapi kadang-kadang
kategori lebih didominasi oleh terjadi juga luka yang luas dan
pendidikan rendah sebesar 71,9%. berbahaya. Sebagai akibat persalinan
Pendidikan yang rendah sangat terutama pada seorang primipara, biasa
mempengaruhi seseorang termasuk timbul luka pada vulva di sekitar
juga perilaku seseorang akan pola introitus vagina yang biasanya tidak

10
dalam akan tetapi kadang-kadang bisa sehingga robek pada pinggir depannya.
timbul perdarahan banyak. Sedangkan Luka-luka biasanya ringan tetapi
pada multipara tidak utuh, longgar dan kadang-kadang terjadi juga luka yang
lembek. Pada saat akan melahirkan luas dan berbahaya. Sebagai akibat
kepala janin perineum harus ditahan, persalinan terutama pada seorang
bila tidak ditahan perineum akan robek primipara, biasa timbul luka pada vulva
terutama pada primigravida. Dengan di sekitar introitus vagina yang biasanya
perineum yang masih utuh pada tidak dalam akan tetapi kadang-kadang
primigravida akan mudah terjadi bisa timbul perdarahan banyak. Ruptur
robekan perineum. ibu yang melahirkan perineum terjadi pada hampir semua
pertama kali mempunyai risiko terjadi persalinan pertama dan tidak jarang
ruptur perineum dibandingkan dengan juga pada persalinan berikutnya.
seorang ibu yang melahirkan lebih dari Robekkan ini dapat dihindarkan atau
1 kali. Seorang wanita yang sudah dikurangi dengan menjaga jangan
mempunyai 3 orang anak dan terjadi sampai dasar panggul dilalui oleh
kehamilan lagi keadaan kesehatannya kepala janin dengan cepat, sebaliknya
akan mulai menurun. Paritas 2-3 kepala janin yang akan lahir sebaiknya
merupakan paritas yang paling aman tidak ditahan terlampau kuat dan lama,
ditinjau dari terjadinya komplikasi karena hal ini akan menyebabkan
kehamilan dan persalinan yang dapat asfiksia dan perdarahan dalam
meningkatkan angka kematian ibu. tengkorok janin, dan melemahkan otot-
Hasil penelitian diatas sejalan dengan otot dan fasia pada dasar panggul
hasil penelitian yang dilakukan oleh karena diregangkan terlalu lama.
Lailatri (2013), yang berjudul hubungan Robekan perineum umumnya terjadi
paritas dengan kejadian ruptur digaris tengah dan bisa menjadi luas
perineum pada ibu bersalin di RSUD Dr. apabila kepala janin lahir terlalu cepat,
Wahidin Sudirohusodo Mojokerto sudut arkus pubis lebih kecil daripada
dengan kesimpulan penelitian yaitu biasa sehingga kepala janin terpaksa
kejadian ruptur perineum berdasarkan lahir lebih kebelakang daripada biasa,
paritas dari 41 kasus ruptur perineum kepala janin melewati pintu bawah
230 responden mayoritas pada ibu panggul dengan ukuran yang lebih
primipara yakni sebanyak 83 responden besar daripada sirkumferensia
kasus (36,1%). suboksipito-bregmatika, atau anak
Menurut Nursaidah (2017), dilahirkan dengan pembedahan vaginal
perdarahan postpartum menjadi (Setiyaningrum, 2017).
penyebab utama 40% kematian ibu di Ruptur perineum merupakan
Indonesia. Jalan lahir merupakan kejadian robeknya otot perineum
penyebab kedua perdarahan setelah selama proses persalinan. Robekan
atonia uteri yang terjadi pada hampir biasanya terjadi di serviks, vagina
persalinan pertama dan tidak jarang sampai ke otot perineum. Sebagian ibu
juga pada persalinan berikutnya. Pada melahirkan pasti akan mengalami ruptur
seorang primipara atau orang yang baru perineum, baik yang spontan maupun
pertama kali melahirkan ketika terjadi dengan cara episiotomy. Semakin besar
peristiwa "kepala keluar pintu". Pada ukuran kepala bayi dan semakin cepat
saat ini seorang primipara biasanya keluarnya kepala dari jalan lahir maka
tidak dapat tegangan yang kuat ini robekan akan semakin lebar. Ruptur

11
perineum sering kali menyebabkan Kesimpulan dari teknik mengedan
perdarahan pasca persalinan Akibat dengan kejadian ruptur perineum pada
langsung dari ruptur perineum adalah ibu bersalin di Puskesmas Tibawa
dapat terjadi perdarahan. Kesalahan adalah sebagai berikut:
dalam menjahit akan menimbulkan 1. Ibu bersalin di Puskesmas Tibawa
inkontinensia alvi (proses defekasi yang didapatkan 32 responden teknik
tidak dapat ditahan) karena sfingterani mengedan yang tidak benar pada
tidak terjahit dengan sempurna, fistula kala II sebanyak 18 orang (56,2%).
rektovagina, introitus vagina menjadi 2. Ibu bersalin di Puskesmas Tibawa
longgar sehingga akan menimbulkan didapatkan 32 responden kejadian
keluhan dalam hubungan seksual. ruptur perineum sebanyak 21 orang
Upaya yang dapat dilakukan dalam (65,6%).
menurunkan kejadian ruptur perineum 3. Adanya hubungan yang signifikan
antara lain dengan senam hamil dan antara hubungan teknik mengedan
pertolongan persalinan yang aman. dengan kejadian ruptur perineum
Senam hamil dapat dilakukan mulai pada ibu bersalin Puskesmas Tibawa
kehamilan 28 minggu dapat membantu dilihat dari hasil analisis statistika non
untuk melenturkan otot perineum dan parametrik dengan uji Spearmen
membantu proses pernafasan sehingga rank dan menggunakan spss 16
diharapkan dapat mengurangi kejadian diperoleh nilai signifikasi atau sign.
rupture pada perineum (Irawati, 2017). (2-failed) sebesar 0,001 dan
Hasil penelitian ini sama dengan kekuatan hubungan diperoleh dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh corelation coeficient sebesar 0,555**.
Herdiani et al (2013), yang menyatakan Karena nilai sig. (2-failed) 0,001 ≤
bahwa teknik mengedan yang tidak lebih kecil dari derajat kemaknaan α
benar dengan kejadian ruptur perineum 0,05 dan tingkat kekuatan hubungan
pada ibu bersalin yang ada di BPS “N” sebesar 0,555** atau dikategorikan
Padang Panjang pada bulan Maret s/d kuat.
Mei Tahun 2013 sebesar 71,9%. Hal
dikarenakan jika salah teknik meneran Saran
maka ruptur perineum juga bisa lebih 1. Bagi institusi pendidikan
berat dibandingkan dengan teknik Penelitian ini dapat dijadikan sebagai
meneran yang benar. Hal ini acuan materi pembelajaran yang
disebabkan oleh cara seseorang dalam terbaru dalam mengembangkan ilmu
mengatur nafas saat mengedan dan kebidanan tentang teknik mengedan
juga cara melakukan dorongan saat dengan kejadian ruptur perineum
menran. Sehingga diperlukan pimpinan pada ibu bersalin serta sebagai
maksimal penolong agar ibu dapat dokumen dan bahan tambahan
mengedan dengaan benar untuk sumber bacaan di Universitas
mengurangi kejadian ruptur perineum. Muhammadiyah Gorontalo dan
Sementara itu responden yang lain sumber masukkan dalam bidang ilmu
mengalami ruptur perineum karena terkait.
dipengaruhi anak besar. 2. Bagi masyarakat (Ibu hamil dan
bersalin)
PENUTUP Ibu hamil maupun bersalin terutama
Kesimpulan untuk ibu primigravida (hamil anak

12
yang pertama) hendaknya resiko yang dapat mempengaruhi
menghindari stress agar tidak kejadian ruptur perineum
menyebabkan persalinan sehingga kejadian ruptur
berlangsung lama dan juga perineum dapat dicegah.
perbanyak mencari informasi tentang c. Bidan dalam pelaksanaan kelas
bagaimana proses persalinan dapat ibu hamil memberikan
berlangsung dengan cepat aman dan pengetahuan kepada ibu hamil
sehat terutama bagi ibu dan juga tentang kesiapan fisik dan
bayi. Ibu hamil juga diharapkan untuk memberikan konseling sekaligus
dapat melakukan massase perineum mengajarkan tentang cara – cara
agar ibu dapat mempunyai perineum mengedan dengan teknik yang
yang elastis sehingga dapat benar pada saat menghadapi
mengurangi resiko terjadinya ruptur proses persalinan yang dinanti.
perineum. 4. Bagi peneliti selanjutnya
3. Tenaga kesehatan (bidan) dan Penelitian ini hanya membahas
Puskesmas Tibawa tentang dari segi faktor maternal
a. Meningkatkan kinerja yang cukup (individu) yang berfokus pada teknik
baik dalam membimbing dan mengedan terhadap kejadian ruptur
mengarahkan kepada ibu-ibu perineum. Sedangkan, faktor
hamil maupun yang bersalin maternal (individu) yang lain, faktor
tentang bagaimana teknik janin serta faktor penolong belum
mengedan yang baik dan benar. diteliti. Sehingga perlu dilakukan
b. Bidan juga diharapkan dapat penelitian selanjutnya tentang faktor
bekerjasama dengan ibu dalam maternal (individu), faktor janin dan
proses persalinan dan lebih faktor penolong tersebut.
memperhatikan faktor-faktor

DAFTAR PUSTAKA Jilid 1. Jakarta: In Media. Hal:74-


Anung, 2015. Kesehatan dalam 84
Kerangka Sustainable Hermawati, T., Sucipto, E., Andari, D.I.
Development Goals (SDGs). 2014. Hubungan Tingkat
Jakarta: Dirjen Bina Gizi KIA. Hal: Pengetahuan Cara Mengedan
23-24 yang Benar dengan Terjadinya
Depkes RI. 2007. Jaringan Nasional Ruptur perineum pada Ibu
Pelatihan Klinik-Kesehatan Bersalin di BPM Ny. M Slerok
(JNPK-K). Jakarta: Departemen Kota Tegal. Progr Studi D-III
Kesehatan Republik Indonesia Kebidanan. Politeknik Kesehatan
Depkes RI. 2015. Profil Kesehatan Harapan Bersama. Jurnal
Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Kebidanan, Vol.1 Hal: 87-90
Hal: 103-128 Sukarni, I., Sudarti. 2014. Patologi
Puskesmas Tibawa. 2017. Profil Kehamilan, Persalinan, Nifas dan
Puskesmas Tibawa. Gorontalo Neonatus Resiko Tinggi.
Setiyaningrum, E. 2017. Asuhan Yogyakarta: Nuha Medika. Hal:
Kegawatdaruratan Maternitas 92-98
Asuhan Kebidanan Patologi Revisi

13
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Jurnal Kebidanan. Vol. 5. No. 1.
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Hal: 152-159
Rineka Cipta. Hal: 37-201 Azizah, N., Devi, S.A. 2017. Efektivitas
Rukiyah, A. 2009. Asuhan Kebidanan II Teknik Meneran terhadap
(Persalinan). Jakarta: TIM. Hal: 30 Pencegahan Ruptur perineum
Triyanti et al. 2017. Faktor-Faktor yang Spontan pada Ibu Bersalin
Berhubungan dengan Kejadian Primigravida di BPM Sidoarjo.
Ruptur perineum padaIbu Bersalin Fakultas Ilmu Kesehatan. Prodi
di BPM Fauziah Hatta Palembang Kebidanan. Universitas
2017. Program Studi Kebidanan. Muhammadiyah Sidoarjo. Jurnal
STIK Bina Husada Palembang. Kebidanan, Vol.1, Hal: 169-172
Irawati, D. 2017. Faktor yang Berhubungan dengan Ruptur perineum di Puskesmas
Puri Kabupaten Mojokerto. Prodi Kebidanan. STIKES Majapahit. Jurnal
Kebidanan. Vol.1 Hal: 227-234

14

Anda mungkin juga menyukai