Anda di halaman 1dari 208

“BANK SAMPAH”

Basis Waste Management


Solusi Revolusioner Sampah Indonesia

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | i


Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan
dan/atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta
atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).

ii | H. Asrul Hoesein
“BANK SAMPAH”
Masalah & Solusi

H. Asrul Hoesein

Dilengkapi:
- Grafis Tahap Pelaksanaan Indonesia Bebas Sampah 2020 dan
EPR 2022
- Grafis Alur Manajemen Yayasan Bank Sampah dan Primer
Koperasi Bank Sampah.
- Alur Kegiatan Bank Sampah
- Mapping Potensi Bank Sampah
- Grafis Keanggotaan Primer Koperasi Bank Sampah.
- Skema Pengelolaan Sampah Laut dan Waste Manifest
- AD dan ART Primer Koperasi Bank Sampah

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | iii


“Bank Sampah” Masalah dan Solusi

Penulis:
H. Asrul Hoesein
Direktur Eksekutif Green Indonesia Foundation
Jl. H. Muhi VIII No. 14 Kel. Pondok Pinang, Kebayoran Lama
(+6221) 28673854, +62 811 977 2131 - +62 812 8778 3331
Jakarta Selatan – Indonesia

Perancang Sampul: TriasMuda Adv.

Penerbit:
CV. SYAHADAH CREATIVE MEDIA (SCM)
Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Kompleks RAMA Residence Blok B No.9
Watampone - Sulawesi Selatan - Indonesia
Phone: 085240735954 / 081241395039
Email: penerbitsyahadah@yahoo.coms
www.penerbitsyahadah.com

Cetakan:
9,8,7,6,5,4,3,2,1 (angka terakhir) Watampone 2019

204 Hlm: 14,5cm x 21cm

ISBN: 978-602-5493-90-4

Buku ini merupakan sebagian catatan atau opini penulis yang pernah dimuat
di Koran Sinar Pagi Baru Jakarta, SinarPagiBaru.Id dan Kompasiana.Com
(Group Kompas) dan diberbagai media online dan mainstream untuk solusi
sampah – waste management - Indonesia dan pertama kali diterbitkan
dalam bahasa Indonesia oleh CV. Syahadah Creative Media (SCM),
Watampone–92712 Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.

iv | H. Asrul Hoesein
dalam kenangan
ayahanda Hoesein (alm) dan
ibunda Hj. Hasinah (alm)
“pesan dan nasehatmu sampai kini masih tertanam”

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | v


Terima Kasih:
Christine Halim
Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia
(ADUPI)dan Owner/CEO PT. Langgeng Jaya Plastindo,
Tangerang dan PT. Langgeng Jaya Fiberindo, Surabaya

Prof. Dr. Akbar Tahir, PhD.


Ahli Microplastik Indonesia -
Guru Besar Ilmu Kelautan dan Perikanan
Universitas Hasanuddin – UNHAS
Kota Makassar, Sulawesi Selatan

Willy Tandiyo
Pembina Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) dan
Owner/CEO PT. Prada Karya Perkasa– Recycling Plastic
Company - Kota Mojokerto, Surabaya - Jawa Timur.

Erwin Ciputra
Presiden Direktur
PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk. Jakarta

vi | H. Asrul Hoesein
Pengantar

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, seru


sekalian alam, atas berkat dan karunia-Nya, sehingga buku
“Bank Sampah, Masalah dan Solusi”ini telah diselesaikan.
Buku ini terbit didasari atas kurangnya referensi tentang
pengelolaan sampah terlebih belum maksimalnya aktifitas
pengelolaan sampah atas kemajuan perubahan paradigma
kelola sampah di masyarakat. Faktor yang menjadi pemicu
kegagalan adalah pengelola bank sampah sendiri yang belum
menemukenali dirinya baik sebagai wakil pemerintah terdepan
sebagai perekayasa sosial di masyarakat maupun sebagai
perekayasa bisnis atau pengusaha dalam bidang persampahan.

Sebagaimana data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan


Kehutanan (KLHK) terdapat sebanyak 5.244 bank sampah
yang tersebar di 34 provinsi atau 219 kabupaten/kota pada
tahun 2017 meraup pendapatan sebesar Rp 1,48 miliar, naik 29
persen dibandingkan pendapatan tahun 2016 sebesar Rp 1,14
miliar, dan dari tahun 2015 sebesar Rp 1,01 miliar.Dari jumlah
bank sampah tersebut di klaim berhasil mempekerjakan
163.128 orang, di mana 49 persen merupakan wanita yang
sebagian besar merupakan ibu rumah tangga.Bila berdasar
sejak lahirnya program ini tahun 2012,maka dapat dipastikan
perkembangan bank sampah belumlah maksimal, belum
mencapai separuh dari jumlah kabupaten/kota di Indonesia.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | vii


Seharusnya bank sampah minimal harus ada di setiap desa dan
kelurahan. Menurut Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik
Nomor 66 Tahun 2016 tentang Kode dan Wilayah Kerja
Statistik Tahun 2016 disebutkan bahwa jumlah
Desa/kelurahan di Indonesia adalah 82.030. Sedangkan
menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun
2015 tentang Kode dan data wilayah Administrasi
pemerintahan disebutkan bahwa jumlah Desa dan kelurahan di
Indonesia adalah 83.184 (74.754 Desa + 8.430 Kelurahan).

Menurut pengamatan penulis dihampir seluruh bank sampah


yang ada di Indonesia, data dari KLHK tersebut masih perlu
disempurnakan, khususnya bagaimana cara atau mekanisme
pendataannya. Karena umumnya bank sampah tidak dikelola
secara kemitraan yang terstruktur dan profesional sesuai norma
dan keberadaannya. Dimana tujuan utama bank sampah adalah
sebagai sosial engineering atau merubah paradigma kelola
sampah di masyarakat. Termasuk data penjualan yang
diperoleh KLHK tersebut berdasar apa dan dari mana ?.Karena
produksi dan pemasaran bank sampah selama ini masih pola
individual (product dan marketing) oleh bank sampah itu
sendiri, belum bersifat produk dan pemasaran massal. Jadi
otomatis produk dan penjualannya tidak bisa signifikan untuk
mendukung kegiatan bank sampah.
Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) No.
13 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse

viii | H. Asrul Hoesein


dan Recycle melalui Bank Sampah, pada Pasal 8 disebutkan
kelembagaan pelaksanaan kegiatan 3R melalui bank sampah
dapat berbentuk: koperasi atau yayasan. Pasal 8 ini bisa bias
dan keliru aplikasi, yang ahirnya membingunkan pengelola dan
calon pengelola bank sampah bila tidak ditelaah secara sosial
dan ekonomi atau dari sudut pandang kewirausahaan sosial
dengan berdasar pada karakteristik terhadap sifat atau
karakteristik“bahan baku sampah” itu sendiri.

Dalam pengelolaan bank sampahmasih pro kontra atas


keberadaannya. Padahal sangat jelas dalam regulasi
persampahan, bahwa bank sampah merupakan program
pemerintah yang harus mendapat perhatian penuh. Begitu pula
aspek kelembagaan yang juga masih dilematisdengan badan
hukumnya,badan hukum apa yang semestinya menaungi
aktifitasnya pada dua fungsi utama. Baik dalam fungsi sosial
maupun pada fungsi ekonomi.Memang terjadi kebingunan bagi
pengelola bank sampah karena posisi bank sampah berada pada
dua sisi kegiatan yang saling bertaut antara sosial dan ekonomi,
diperparah lagi pengelola bank sampah umumnya masih awam
dalam berbisnis serta berkegiatan sosial. Dua dimensi tersebut
akan dijelaskan pada buku ini serta solusinya.

Buku ini diharapkan dapat mengurai masalah bank sampah dan


solusinya, agar pengelolaan sampah melalui gerakan bank
sampah di Indonesia ini dapat diselesaikan dengan baik serta
mempunyai dampak positif, baik terhadap lingkungan dan

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | ix


kesehatan maupun dalam peningkatan tarafhidup dan
kesejahteraan bagi masyarakat, khususnyabagi pengelola
sampah itu sendiri agar bisa mengelola secara berkelanjutan.

Jakarta, Januari 2019


Penulis

H. Asrul Hoesein

x | H. Asrul Hoesein
Daftar Isi

Pengantar ................................................................................. vii


Daftar Isi .................................................................................. xi
Pendahuluan .............................................................................. 4
Aspek Penting Dalam Pengelolaan Sampah ........................... 14
1. Aspek Hukum .............................................................. 14
2. Aspek Kelembagaan .................................................... 15
3. Aspek Keterlibatan Masyarakat ................................... 16
4. Aspek Teknis Operasional ........................................... 17
5. Aspek Bisnis ................................................................ 18
6. Aspek Pendanaan; ........................................................ 22
Refleksi Keberadaan Bank Sampah ........................................ 25
Refleksi Keberadaan Bank Sampah ........................................ 26
Tantangan dan Peluang Bank Sampah .................................... 38
Bank Sampah versus Bank Sampah Induk ............................. 46
Bank Sampah; Fungsi Sosial dan Ekonomi ............................ 54
1. Kegiatan Bersifat Sosial ............................................... 57
2. Kegiatan Bersifat Ekonomi .......................................... 59
Asosiasi dan Klasifikasi Bank Sampah ................................... 64

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | xi


Bank Sampah, EPR dan Kantong Plastik Berbayar ................ 70
Relevansi Pengelolaan Sampah dan Koperasi ........................ 76
Kenapa Harus Primer Koperasi Bank Sampah ....................... 82
Siapa Saja Anggota Primer Koperasi Bank Sampah .............. 90
Usaha Inti PKBS, Kelola Sampah Organik ............................ 96
Rekomendasi Untuk Pemerintah dan Pemda ........................ 104
Plastik, Simbol dan Peradaban .............................................. 112
Daftar Pustaka ....................................................................... 125
Tentang Penulis ..................................................................... 129

Lampiran:
- GrafisTahap Pelaksanaan Indonesia Bebas Sampah 2020 dan EPR
2022
- Grafis Alur Manajemen Yayasan Bank Sampah dan Primer
Koperasi Bank Sampah.
- Alur Kegiatan Bank Sampah
- Mapping Potensi Bank Sampah
- Grafis Keanggotaan Primer Koperasi Bank Sampah.
- Skema Pengelolaan Sampah Laut dan Waste Manifest
- AD dan ART Primer Koperasi Bank Sampah

xii | H. Asrul Hoesein


Selamat datang untuk perubahan

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | xiii


xiv | H. Asrul Hoesein
Tahap Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Kawasan Berbasis Primer Koperasi Bank Sampah
(Efektif – Efisien – Massif) > Solusi “Bijak” Sampah Secara Total
Antisipasi Sampah Indonesia (AnOrganik dan Organik)

Sampah Kawasan : Masyarakat Pasti


1. Pasar Tradisional/Modern Akan #Taat
2. Destinasi Mengikuti dan
Wisata/Pelabuhan Perpres Disiplin
Permen LH No.13/2012 3. Kawasan Industri
No.97/2017 Kelola Sampah
3R – Bank Sampah 4. Mall/Perkantoran
5. Apartemen/Kondominium Jaktranas Sampah
Start (7 Agustus 2012)
6. Restoran/Kuliner dan Perpres
Regulasi
7. Pabrik/Industri (Tunggal) 83/2018
UU.18
PP. No.81/2012 8. Komplek Perumahan Penanganan
Tahun
9. TPS to TPST (umum) Sampah Laut EPR

1
2008 Sampah RT
10. Fasilitasi Bank Sampah 2022
(12 Oktober 2012)

Perda I-II
Dan MasterPlan
Terbitkan Kembali Permen PU No.3/2013 2018 Sampah IBS
Permendagri 33/2010 Sampah RTdan Sampah Prov/Kab/Kota
2020
Pedoman sejenis Sampah RT
Pengelolaan Sampah
(30 April 2010)
TPA Rencanakan Penutupan to Industri Pendukung (Biogas, Pupuk
Organik/Tablet NPK dan Industri Pendukung Plastik, Kertas dll)
Keterangan:
EPR = Extended Producer Responsibilty
IBS = Indonesia Bebas Sampah Ba k “a pah, Masalah da “olusi
Alur Kegiatan Kelembagaan Yayasan Bank Sampah dan Primer Koperasi Bank Sampah
Sesuai Regulasi Sampah UU.18/2008 dan PP.81/2012 serta Permendagri 33/2010 dan Permen LH.13/2012

Pemerintah dan Pemda


(Regulator-Fasilitator)
1/kab-kota

Bank Sampah Primer Koperasi Bank


(Yayasan = Sosial) Sampah
Non Profit (PKBS = Bisnis)
Profit

2
Tersebar Monev
(Desa/Kel)

APBN-D/CSR/EPR BankCable/DBL

ASOBSI Induk PKBS


Asosiasi DUP DEKOPIN
dll KADIN

Masyarakat = Produsen Sampah


Pengurus/Anggota person B“ dan/atau PKB“
Ba k “a pah, Masalah da “olusi
Penduluan

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 3


Pendahuluan
Pengelolaan sampah di Indonesia sampai saat inimasih
menemui jalan berliku dan mendaki, karena bank sampah
sendiri sebagai basis tata kelola sampah – waste management -
masih dilematis tentang keberadaan serta kelembagaannya.
Juga pemangku kepentingan persampahan, khususnya birokrasi
pemerintah pusat dan daerahmasih saja bersinggungan pada
wacana “sampah plastik terurai dan tidak terurai” atau
menyikapi sampah pada satu aspek saja, yaitu lingkungan
secara sempit bukan pada orientasi proses produksi. Maka
solusi yang tercipta selalu kontra produktif dengan industri
sebuah produk bersisa ahir pada sampah, sampai berefek pada
industri daur ulang yang membutuhkan bahan baku dari
sampah tersebut, khususnya sampah anorganik. Ahirnya
sampah organik yang berlimpah menjadi terbengkalai, padahal
potensi sampah organik sangat besar, baik dari sisi ekonomi
maupun sebagai basis pengembangan pertanian terpadu bebas
sampah. Secara otomatis bank sampah ikut jalan di tempat
karena terpengaruh pada wacana tersebut. Maka ahirnya bank
sampah hanya dijadikan sebagai pajangan formalitas program

4 | H. Asrul Hoesein
“Adipura” oleh pemerintah dan pemerintah daerah
(pemda)saja.

Lebih parah pada paradigma kekinian oleh umumnya elit-elit


pengelola sampah, birokrasi pusat dan daerah, pemerhati dan
penggiat sampah, lembaga swadaya menganggap sampah,
khususnya sampah plastikitu dianggap sebagai musuh besar
dan membahayakan dalam hidup kehidupan secara umum.
Kampanye dan gerakan-gerakan seremoni dilakukan pada
hampir seluruh Indonesia dalam pelarangan penggunaan
plastik, gubernur dan bupati/walikota ikut terbius
mengeluarkan kebijakan larangan penggunaan kantong plastik
sekali pakai. Mengarahkan penggunaan non plastik, sebut
misalnya kantong kertas, bahan baku kantong plastik berasal
tumbuhan. Padahal ini semua sesungguhnya tidak ramah
lingkungan, karena apapun jenis plastik itu tetap bercampur
dengan plastik dan tentu mengandung microplastik, ahirnya
tidak ramah lingkungan pula bila langsung bersentuhan dengan
tanah atau air. Justru plastik konvensionallah yang ramah
lingkungan, karena murah dan dapat di daur ulang bila
mengikuti alur regulasi persampahan yang ada.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 5


Seharusnya dalam antisipasi sampah, janganlah berpikir sempit
seakan sampah itu selalu identik dengan tanah dan air atau
sampah dibuang saja tanpa perlakuan bijak oleh manusia.
Artinya mengatasi sampah jangan berpikir dan bertindak
parsial, tapi harus komprehensif dengan berbasis pada proses
industri berbahan baku sampah, bukan fokus langsung atau
linear ke lingkungan. Harus berpikir di luar kotak (Out of the
Box) atau berpikir di luar batasan masalah yang ada ataupun
cara berpikir dengan menggunakan perspektif yang baru
tentang sampah itu sendiri.

Sampah jenis apapun itu, semua bermanfaat bagi manusia dan


lingungannya bila dikelola dengan benar sesuai pada norma
regulasi dan kemamfaatannya. Semua sampah dan limbah
lainnya bisa terurai dengan cepat termasuk sampah plastik
konvensional yang menjadi heboh tiga tahun terakhir
ini.Singkat kata, Tidak ada sampah yang berbahaya, termasuk
sampah plastik bila pradigma berpikirnya diluruskan kearah
proses industri atau bahan baku. Faktanya, banyak pemulung
berkeliaran mencari sampah plastik, kertas dll. Berarti sampah

6 | H. Asrul Hoesein
dibutuhkan, itu pemikiran dan dasar sederhananya. Namun
dengan dasar kesederhanaan itu, dapat dijadikan pula acuan
berpikir dan bertindak untuk mengurai sampah secara
komprehensif dan profesional. Hanya dibutuhkan niat yang
kuat untuk berubah ke arah yang lebih baik saja dalam masalah
sampah ini.

Bila perundangan persampahan dicermati secara jeli dan


akurat, jelas sampah ditempatkan pada sistem produksi,
sebagai bahan baku dan disana ditemui kata “kelola di sumber
timbulannya”. Maka sesungguhnya sampah tidaklah menjadi
masalah dan bahkan menjadi peluang usaha serta sumber
ekonomi baru bila dikelola di sumber timbulannya untuk
menjadikannya sebagai sumber bahan baku industri. Baik itu
sampah organik untuk dijadikan pupuk kompos, biogas,
handycraft, pakan ternak dll, maupun sampah anorganik untuk
dijadikan bahan baku industri daur ulang plastik, kertas, besi,
alumunium dll.

Undang-undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan


Sampah (UUPS), khususnya pada Pasal 13 dan Pasal 45

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 7


mengamanatkan sampah “wajib” dikelola di sumber
timbulannya. Dalam pasal tersebut terkandung prasa “wajib”,
artinya mengandung unsur “pidana” bila tidak dilakukan
pengelolaan di sumber timbulan sampah oleh pengelola atau
pemilik kawasan. Maka disanalah peran yang signifikan
terhadap keberadaan bank sampah atau komunitas pengelola
sampah. Bank sampah harus hadir di setiap kawasan sumber
timbulan sampah atau setidaknya berada di setiap wilayah
otonomi desa atau kelurahan. UUPS mengamanatkan minimal
satu tahun setelah terbit, setiap pengelola kawasan wajib
mengelola sampahnya. Bukan lagi sampah dibawa ke tempat
Pembuangan sampah Ahir (TPA). Lebih khusus lagi, UUPS
mengamanatkan larangan pengelolaan sampah di TPA secara
open dumping (penimbunan sampah secara terbuka) sejak
tahun 2013 dan diharuskan beralih ke pola Control Landfill
untuk kota kecil dan sedang serta pola Sanitary Landfill untuk
kota besar dan Metropolitan (Baca: Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum (Permen PU) Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana
Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga). Namun senyatanya

8 | H. Asrul Hoesein
sampai hari ini, dari seluruh kabupaten dan kota yang memiliki
TPA sekitar 428 kabupaten dan kota yang memiliki TPA dari
total 514 kabupaten dan kota di 34 Provinsi seluruh Indonesia,
umumnya masih menerapkan pola lama yaitu open dumping.
Ini sebuah pelanggaran berat yang dilakukan oleh pemda
selama bertahun-tahun, tanpa ada perhatian serius dari
pemerintah pusat dan pemda untuk mengaplikasi pasal 13, 44
dan Pasal 45 UUPS.

Bila pemerintah dan pemda fokus pada Pasal 13, 44 dan Pasal 45
UUPS, maka dipastikan pengelolaan sampah sangatlah mudah
dan sederhana serta berbiaya murah atau bisa disebut sampah
merupakan investasi bukan harus mengeluarkan biaya besar setiap
hari dan berkelanjutan tanpa hasil, karena hanya dibawa ke TPA
lalu ditumpuk atau dibakar begitu saja. Perlu diketahui bahwa
sesungguhnya solusi sampah bukan di hilir (sungai, laut, TPA dll)
tapi solusinya ada di hulu atau pada sumber timbulannya. Hulu
sampah ini juga perlu dipahami bahwa bukan di industri produk
atau industri daur ulang, tapi hulu dari sampah terdapat pada
konsumen produk yang ada dalam satu kawasan tertentu,
disanalah dimulai sebuah proses pengolahan atau pengurangan
sampah yang benar dan berkeadilan. Bukan dengan cara melarang

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 9


penggunaan produk, tapi sisa dari produk yang disebut sampah,
itu yang dikelola sesuai amanat regulasi persampahan di
Indonesia.

Solusi sampah di hulu itu yang sangat menguntungkan semua


pihak, baik itu industri produk baru, industri daur ulang,
pengusaha, lembaga swadaya, masyarakat sebagai konsumen dan
tentunya pemerintah dan pemda akan lebih efisiensi dan efektif
dalam melaksanakan tugasnya dan tanggungjawabnya mengelola
sampah.Pemerintah dan Pemda hanya perlu penguatan pada tugas
rekomendasi terhadap prasarana dan sarana pengolahan sampah
agar para pengelola sampah atau bank sampah tidak seenaknya
menggunakan atau menempatkan alat atau mesin di areal
pengolahannya, demi menjaga pencemaran lingkungan. Termasuk
pemerintah dan pemda memperkuat monitoring dan evaluasi agar
semua system berjalan pada jalurnya yang diamanatkan dalam
regulasi persampahan yang ada. Pada arah regulasi, pemerintah
dan pemda sebagai regulator dan fasilitator sementara masyarakat
dan dunia usaha sebagai eksekutor dalam tata kelola sampah.
Termasuk lembaga swadaya sebagai pendamping masyarakat dan
mitra pemerintah dan pemda dalam monitoring dan evaluasi.

10 | H. Asrul Hoesein
Intinya sampah haruslah dikerjakan secara bersama-sama secara
komprehensif dan massif.

Pemerintah sebagai regulator harus full mendorong berdirinya


bank sampah (top down) di setiap desa/kelurahan untuk
menjadi wakil pemerintah dan pemda dalam mengelola sampah
kawasan. Pemerintah dan pemda tidak boleh menunggu
masyarakat mendirikan bank sampah. Tapi harus top down
untuk diajak masyarakat serta disiapkan anggaran untuk
pengelola bank sampah ini. Ingat bahwa bank sampah
merupakan gerakan yang diinisiasi oleh pemerintah, artinya
gerakan bank sampah menjadi tanggungjawab pemerintah dan
pemda.

Celakanya malah pemerintah dan pemda mendirikan Bank


Sampah Induk (BSI), sampai dijadikan prasyarat dalam
penilaian adipura, hampir seluruh BSI yang berdiri di
Indonesia diinisiasi oleh pemda dan direstui oleh pemerintah
pusat. Sesungguhnya pemerintah dan pemda keliru dengan
menghadirkan BSI ini dengan mengabaikan mendirikan unit-
unit bank sampah pada wilayah desa/kelurahan yang belum

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 11


memiliki bank sampah. Pemerintah daerah harus mendorong
Pemerintah Desa untuk membuat aturan atau peraturan desa
(Perdes) Tentang Pengelolaan Sampah, sesuai kearifan lokal
yang dimilikinya. Pemerintah desa harus dilibatkan full dalam
mendampingi masyarakat atau bank sampah dalam mengelola
sampah. Pemerintah dan Pemda hanya menfasilitasi serta
melakukan monitoring dan evaluasi atas pengelolaan sampah
di tingkat desa/kelurahan.

12 | H. Asrul Hoesein
Aspek Penting
Dalam Pengelolaan
Sampah

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 13


Aspek Penting Dalam Pengelolaan
Sampah
Sebelum memulai pengelolaan sampah, baik sosial maupun
ekonomi (bisnis), sangatlah perlu diketahui beberapa aspek
yang harus menjadi perhatian serius dan bijaksana oleh
pemangku kepentingan dalam persampahan, antara lain sebagai
berikut;

1. Aspek Hukum

Pembuatan produk perundangan dan perangkat hukumnya


harus kuat, konsisten dan terukur, yang menjadi
tanggungjawab badan khusus (lihat aspek kelembagaan),
sosialisasi dan penegakan hukum yang disiplin dan
bertanggungjawab. Sampah sifatnya investasi dan merupakan
"Sumber Pemasukan" yang belum dilirik pemerintah dan
pemda untuk dijadikan salah satu aspek pemasukan kas
daerah/negara atau sebagai sumber pendapatan asli daerah
(PAD) baru. Masih lebih dianggap sebagai "masalah" bukan

14 | H. Asrul Hoesein
"peluang", paradigma ini harus segera dirubah. Agar potensi
sampah yang berlimpah dapat diberdayakan.

2. Aspek Kelembagaan

Integrasi dan koordinasi antar pemangku kepentingan,


termasuk pemerintah, pemda sektor privat yang formal
(swasta), bank sampah, koperasi dan informal (pemulung). Di
tingkat lokal, perlu ada pemisahan institusi regulator/planner
dan operator, sehingga tercipta manajemen yang profesional,
transparan dan akuntabel. Penguatan kelembagaan di tingkat
masyarakat (RT, RW, Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kota). Hal ini
memang sudah diamanatkan dalam UU.18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah serta regulasi lainnya bahwa pengelolaan
sampah "harus berbasis komunal dengan orientasi ekonomi".
Berarti sampah harus dianggap sebagai bahan baku produksi,
bukan untuk dibakar atau dibuang begitu saja. Maka dalam
mengurai masalah sampah harus ada lembaga sosial dan
ekonomi yang saling bekerjasama dalam kegiatannya.
Sementara kelembagaan pengelola sampah mutlak harus ada,
demi keberlanjutan gerakannya di masyarakat. Baik gerakan

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 15


sosial atau perekaya sosial (sosial engineering) dalam merubah
paradigma kelola sampah di masyarakat, maupun gerakan
ekonomi atau rekayasa bisnis yang dibentuk dan dihasilkan
oleh masyarakat atas pergeseran paradigma lama ke
paradigma baru berupa produk ekonomi kreatif di masyarakat.
Kedua gerakan pengelola sampah ini (sosial dan ekonomi)
semuanya haruslah berbasis komunal atau berbasis
masyarakat.

3. Aspek Keterlibatan Masyarakat

Perubahan paradigma tentang kelola sampah serta


peningkatan kesadaran "diri" bahwa setiap mahluk adalah
produsen atau pabrik sampah, tentu antara lain dan utama
melalui pendidikan dan sosialisasi secara formal dan informal
baik terhadap pengelola sampah maupun terhadap masyarakat
sebagai produsen sampah. Pemerintah perlu menyusun desain
rekayasa sosial (top down) yang dipadukan dengan
pemberdayaan masyarakat (botton up). Keterlibatan
pemangku kepentingan, termasuk LSM, Pers, swasta, dan
sektor informal. Diupayakan sejak awal perencanaan

16 | H. Asrul Hoesein
mengharuskan keterlibata komponen tersebut. Mekanisme
pemantauan dan pengawasan pelaksanaan kebijakan oleh
masyarakat; misalnya pembuatan loket pengaduan di tingkat
desa/kelurahan, serta mendorong partisipasi swasta dalam
pembangunan dan pengoperasian fasilitas persampahan.
Termasuk dalam mengelola bisnis sampah, masyarakat harus
terlibat full, misalnya melalui koperasi bank sampah.

4. Aspek Teknis Operasional

Pemerintah perlu melakukan kajian teknologi pengolahan


sampah secara berkelanjutan, komprehensif, dan terpadu
(kombinasi berbagai teknologi), diutamakan berbasis teknologi
tepat guna (TTG) agar masyarakat dengan mudah dapat
mengelola sampah berbasis kearifan lokal. Strategi penerapan
teknologi dengan pendekatan 3R (reduse, reuse, recycle),
dengan melibatkan unsur swasta yang terlibat dalam
pengelolaan atau komunitas yang peduli terhadap sampah dan
lingkungan, dengan membuat atau merancang "Master Plan
Pengelolaan Sampah" secara Nasional dan turunannya dalam
skala regional serta lokal kabupaten dan kota dan terintegrasi

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 17


dengan kultur atau kearifan lokal masing-masing kabupaten
dan kota di Indonesia, dengan menghasilkan program atau
target pencapaian yang harus terstruktur dan komprehensif.
Termasuk pemerintah dan dunia swasta atau asosiasi
mendampingi pengelola bank sampah dalam aktifitasnya
sebagai perekayasa sosial dan perekayasa bisnis berbasis
sampah. Bank sampah harus membuat peta potensi dan
sasaran sosialisasi dalam rekayasa sosialnya. Bank sampah
harus selalu diberikan fasilitas dalam pelaksanaan gerakan
sosialnya di masyarakat. Bukan dibiarkan berjalan sendiri tanpa
penuntun yang pasti oleh pemerintah dan pemda. Imgat bahwa
bank sampah adalah wakil pemerintah dan pemda terdepan
dalam perubahan paradigma kelola sampah di masyarakat.

5. Aspek Bisnis

Karakteristik bisnis sampah berbeda jauh dengan bisnis pada


umumnya, bila ditinjau dari sudut ketersediaan atau kesiapan
bahan baku untuk produksi. Bahan baku sampah sangatlah unik
dan tidak tersedia secara umum dan massal seperti bahan baku
produk barang bisnis atau perdagangan lainnya. Bisnis sampah

18 | H. Asrul Hoesein
mengharuskan kerjasama mutlak antar pengelola sampah
secara vertikal dari hulu hilir (rumah tangga atau kawasan
timbulan sampai ke industri), di dalam hubungan vertikal, ada
pemulung dan pelapak dan industri daur ulang, baik sampah
organik maupun sampah anorganik. Rangkaian kegiatan ini
mutlak harus kerjasama satu sama lainnya tanpa terputus.
Maka kegiatan bank sampah dalam rekayasa bisnis, haruslah
memiliki rumah bersama ekonomi dalam bentuk primer
koperasi bank sampah (PKBS), minimal dalam satu kabupaten
dan kota terdapat satu PKBS untuk menjadi payung bisnis para
pengelola dan anggota bank sampah.

Dalam bisnis sampah pengusaha atau industri tidak bisa berdiri


tunggal untuk monopoli tanpa didukung oleh kelompok
pengelola sampah atau bank sampah yang merangkum
sampah-sampah dari masyarakat atau kawasan timbulannya
melalui kegiatan sosial bank sampah. Maka satu-satunya jenis
usaha (badan hukum) yang linear dengan sampah adalah
koperasi. Dari usaha koperasi yang beranggotakan pengelola
sampah (bank sampah) di masyarakat terkumpullah bahan
baku sampah tersebut, lalu masuk ke industri. Jadi koperasi
yang berhubungan horizontal dengan industri-industri

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 19


berbahan baku sampah atau para pengusaha sampah lainnya.
Termasuk koperasi yang berhubungan dengan sumber
pendanaan. Karena koperasi merupakan pula kegiatan usaha
atau bisnis yang bank cable, sementara bank sampah non bank
cable. Koperasi yang beranggotakan pengelola bank sampah
dan masyarakat akan kuat dibanding usaha tunggal (PT atau
CV) sebagai payung bank sampah, karena anggota atau pemilik
koperasi adalah masyarakat sebagai produsen sampah itu
sendiri yang secara otomatis akan menjadi anggota atau
nasabah bank sampah yang ada di wilayahnya, bukan usaha
perorangan yang mementingkan diri dan kelompoknya.
Bilamana usaha berbadan hukum PT atau CV yang menjadi
payung bank sampah, juga akan lumpuh dan tidak akan
berkelanjutan, karena tidak berpihak pada masyarakat yang
menjadi produsen sampah. Begitu pula keberadaan Bank
Sampah Induk hampir sama posisinya dengan PT atau CV,
namun BSI lebih lemah dalam berbisnis karena juga tidak bank
cable. Sementara sampah harus dikelola secara berkelanjutan,
karena setiap hari pastilah muncul timbulan sampah baru.
Maka dengan orientasi bisnis yang bisa menjadikan
pengelolaan sampah bisa berkelanjutan. Itupun dalam
kelembagaan bisnisnya harus dimiliki secara bersama-sama

20 | H. Asrul Hoesein
agar ketersediaan bahan baku berbasis sampah dapat
terpenuhi dalam skala bisnis.

Banyak bermasalah dalam urusan bisnis sampah, karena


karakteristik bisnis dan karakteristik sampah kurang dipahami,
sehingga solusi atas masalah sampah tidak tercapai. Banyak
kebijakan pemerintah dan pemda mati suri dan diprotes atau
digugat oleh masyarakat karena tidak memahami karakteristik
bisnis dan karakteristik sampah itu sendiri yang unik. Maka
dalam mengelola bisnis sampah sangatlah sulit dibanding bisnis
lainnya. Apalagi bank sampah berada pada dua posisi, yaitu
misi sosial dan misi bisnis yang saling bertaut dalam satu
koridor. Terlebih para pengelola sampah umumnya belum
memahami dan belum berpengalaman baik dalam rekayasa
sosial maupun rekayasa bisnis. Maka peran pemerintah dan
pemda serta lembaga swadaya serta asosiasi mutlak
dibutuhkan dalam mengembangkan dan mendampingi
kegiatan program dan roda organisasi bank sampah. Bank
sampah tidak boleh dibiarkan bergerak sendiri, harus didukung
oleh semua pihak yang berkepentingan dalam urusan sampah.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 21


6. Aspek Pendanaan;

Pengelolaan sampah adalah merupakan investasi, yang akan


mendorong pertumbuhan dan produktivitas ekonomi bila
dikelola secara benar, juga pengelolaan sampah merupakan
prioritas pembangunan yang sejajar dengan keamanan, listrik,
air bersih, dan infrastruktur dasar lainnya. Prioritas diwujudkan
pada alokasi APBN dan APBD. Prinsip polluters pay principle
dimana produsen bertanggungjawab atas sampah yang
dihasilkannya sekarang lebih dikenal dengan Extended
Producer Responsibility (EPR). Peran bank sampah dalam
pelaksanaan pogram EPR sangatlah signifikan dibutuhkan.
Ketersediaan infrastruktur bank sampah mutlak diperlukan dan
disiapkan minimal di setiap desa/kelurahan untuk menyambut
pemberlakuan secara resmi EPR ini. Tanpa bank sampah yang
kuat sebagai agent EPR, maka dipastikan pelaksanaan EPR akan
menimbulkan kegaduhan dan dipastikan dana-dana EPR akan
raib dipermainkan oleh oknum-oknum tertentu, baik dari
perusahaan EPR maupun dari birokrasi itu sendiri.

EPR adalah kebijakan lingkungan bagi produsen untuk


bertanggungjawab dalam meminimasi dampak lingkungan yang

22 | H. Asrul Hoesein
tidak dapat dieliminasi oleh produk yang dihasilkan. EPR sesuai
dengan prinsip 3R (reduse, reuse, recycle). Negara lain yang
telah melakukan EPR > Inggris, Jepang, Cina, Korea Selatan,
Singapore dan Thailand, Indonesia menyusul, pelaksanaan EPR
efektif untuk Indonesia sisa 4 tahun lagi (2022), namun saat ini
para perusahaan sudah seharusnya memulai "mengelola
manajemen produksinya yang berkemasan" secara bertahap,
agar tidak repot pada masanya. Biaya-biaya pengelolaan
sampah nantinya akan dilibatkan produsennya sendiri dalam
bentuk EPR. Para indusri berkemasan diwajibkan mengambil
kembali kemasannya atau produknya yang sudah menjadi
sampah dalam sebuah sistem yang terintegrasi dengan
pelaksanaan program-program bank sampah itu sendiri. Sistem
ini harus segera terbagun di setiap wilayah desa/kelurahan,
agar pada masa pelaksanaan secara efektif EPR ini bisa berjalan
dengan baik dan benar.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 23


24 | H. Asrul Hoesein
Refleksi Keberadaan
Bank Sampah

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 25


Refleksi Keberadaan Bank Sampah
Perubahan paradigma masyarakat mengenai sampah perlu
dilakukan secara berkelanjutan dan massif. Edukasi kesadaraan
dan keterampilan warga untuk pengelolaan sampah dengan
penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) penting dalam
penyelesaian masalah sampah melalui pengelolaan sampah
sejak dari sumbernya.

Bank sampah merupakan program pemerintah yang


berbasiskan partisipasi masyarakat.
Merupakan salah satu strategi penerapan 3R
(Reuse,Reduce,Recycle) dalam pengelolaan sampah pada
sumbernya di tingkat masyarakat. Pelaksanaan bank sampah
pada prinsipnya adalah satu rekayasa sosial (social
engineering) untuk mengajak masyarakat mengelola dengan
memilah sampah. Pelaksanaan bank sampah dapat memberikan
output nyata bagi masyarakat berupa kesempatan kerja dalam
melaksanakan manajemen operasi bank sampah dan investasi
dalam bentuk tabungan sampah (Kementrian Lingkungan
Hidup, 2011).

26 | H. Asrul Hoesein
Pembangunan bank sampah sebenarnya tidak dapat berdiri
sendiri tetapi harus disertai integrasi dengan gerakan 3R secara
menyeluruh di kalangan masyarakat dan harus mendapat
dukungan penuh baik dari pemerintah dan pemerintah daerah,
maupun dari perusahaan corporate sosial responsibility (CSR)
serta perusahaan sponsorship dan bantuan hibah lainnya.

Kegiatan bank sampah merupakan konsep pengumpulan


sampah kering dan dipilah serta memiliki manajemen layaknya
perbankan tapi yang ditabung bukan uang melainkan sampah.
Pemberdayaan warga melalui kegiatan penyuluhan, edukasi,
pelatihan dengan metode partisipasi emansipatoris (interaksi
dan komunikasi), serta dialog dengan warga di komunitas.
Selain itu diperlukan dukungan kemitraan dengan membangun
jejaring dan mekanisme kerja sama kelembagaan antara warga
pengelola bank sampah dengan stakeholder terkait. Gerakan
bank sampah ini memang mengusung multibenefit, yakni dari
penyelamatan lingkungan hingga pemberdayaan ekonomi
masyarakat. Tetapi, yang paling penting dari gerakan tersebut
adalah tumbuhnya rekayasa sosial (social engineering) dalam

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 27


perubahan paradigma kelola sampah di kalangan masyarakat
akar rumput. Bukan mengedepankan dari sisi bisnis dan
keuntungannya, aspek ekonomi ini hanya merupakan bonus
dari pekerjaan sosial yang diembannya. Begitu pula pihak
pemerintah dan pemerintah daerah, harus mengedepankan pada
rekayasa sosialnya untuk penyelamatan lingkungan. Bukan
dalam hitungan untung-rugi. Persepsi ini yang harus tertanam
baik pada pemerintah dan pemerintah daerah, maupun pada
pengelola bank sampah.

Maka bisa dipastikan bahwa pengelolaan sampah dengan


sistem ekonomi melingkar (circular economy), dimana sampah
dimanfaatkan kembali dan memiliki nilai ekonomi sudah tertanam
dan tertancap dengan keras dan tegas dalam regulasi sampah
Indonesia sejak tahun 2008. Tapi para stakeholder sampah masih
saja menggunakan paradigm lama dengan sistem kumpul, angkut,
buang (linear economy) yang orientasi pengelolaannya pada
Tempat Pembuangan sampah Ahir (TPA) dengan mengabaikan
Pasal 13 dan 45 pada UUPS tersebut. Bila demikian, jelaslah
sampah akan menuai bencana. Pemangku kepentingan
(stakeholder) persampahan harus segera merubah pola pikir dan

28 | H. Asrul Hoesein
pola tindak dari linear economi ke circular economi agar
pengelolaan sampah benar-benar dapat terwujud dan hasilnya
akan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya.

Bank sampah bukanlah bank konvensional atau lembaga


keuangan bank, tapi sebuah komunitas yang mempunyai
kegiatan dalam lingkup layanan di bidang persampahan.
Sampah yang umumnya dibuang tapi dianggap bernilai
ekonomi dan bermanfaat. Para nasabahnya bisa menabung
sampah dan mendapatkan uang di kemudian hari. Dalam
aktifitasnya seperti bank secara umum, memiliki buku
tabungan, slip setoran, serta catatan buku induk setoran.
Termasuk catatan yang berguna untuk mengecek harga sampah
yang dijual ke pengepul atau industri daur ulang.

Karakteristik sampah Indonesia terdiri dari sampah organik


70%, sampah anorganik 20% dan sampah atau limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3) 10%. Bank sampah yang ada saat
ini umumnya hanya mengelola sampah anorganik berupa
kertas, kain, alumunium dan plastik. Belum banyak menyentuh
sampah organik untuk dijadikan pupuk dan biogas atau listrik

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 29


berbasis sampah sebagai energi baru terbarukan. Padahal
sampah organik ini paling potensi untuk di produksi serta
pasarnya sangat menjanjikan. Juga dapat memicu
pembangunan pertanian organik di Indonesia serta penciptaan
lapangan kerja baru berbasis sampah yang sangat massif
sampai ke desa-desa.

Sebenarnya ide awal bank sampah datang dari Bambang


Suwerda. Sekitar tahun 2008. Bambang Suwerda adalah
seorang dosen Politeknik Kesehatan di Yogyakarta. Bersama
warga Desa Badegan Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta, merintis dan mendirikan bank
sampah Gemah Ripah. Pada tahun 2012 pemerintah cq:
Kementerian Negara Lingkungan Hidup (sekarang
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) mengadopsi
bank sampah tersebut dengan terbitnya Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup (Permen LH) No. 13 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle melalui
Bank Sampah.

30 | H. Asrul Hoesein
Permen LH ini dikeluarkan pada tanggal 7 Agustus 2012 oleh
Menteri Negara Lingkungan Hidup Prof. Dr. Balthasar
Kambuaya, M.B.A. pada masa pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, dimana sebelumnya Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kallatelah
mengeluarkan Undang-undang No. 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah (UUPS). Tujuan pemerintah dalam
program bank sampah bukanlah bank sampah itu sendiri,
melainkan sebagai strategi membangun kepedulian masyarakat
agar dapat 'bersahabat' dengan sampah untuk mendapat
manfaat ekonomi langsung dari sampah.

Dalam temuan penulis selama beraktifitas di dunia


persampahan ini, khususnya dalam mengamati gerak langkah
pengelola bank sampah. Nampak terlalu menonjolkan
kegiatannya lebih kepada bisnis (orientasi ekonomi) bukan
kepada orientasi program perubahan paradigma kelola sampah
di masyarakat sebagai konsekuensi atas kehadirannya oleh
pemerintah sendiri. Maka dapat dipastikan out put dari
rekayasa sosial di masyarakat sangat sulit tercapai. Terlebih
pemerintah dan pemerintah daerah sendiri tidak mengarahkan

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 31


bank sampah sebagai fungsi utamanya sebagai perekayasa
sosial dan bahkan diduga terjadi penutupan informasi atau
pembiaran atas keberadaan riel dari bank sampah. Sehingga
bantuan-bantuan yang semestinya bank sampah peroleh dalam
aktifitasnya sebagai perekayasa sosial nihil dipenuhi oleh
pemerintah dan pemerintah daerah, dan anehnya pengelola
bank sampah sendiri kurang memahami hak-hak yang mestinya
diperoleh. Baik dari pemerintah, pemda maupun dari
perusahaan Corporate Social Responsibility (CSR) dan bahkan
ke depan bisa jadi dana-dana Extanded Produsen
Responsibility (EPR)serta dana hibah lainnya akan melewati
dan tidak diketahui oleh pengelola bank sampah sebagai agent
EPR atau tanpa mereka nikmati lembaganya (bank sampah)
sebagai agent EPR, bila pengelola bank sampah sendiri tidak
menyadari hak-hak yang semestinya diperoleh oleh mereka.

Dalam setiap kesempatan, baik pada forum resmi pemerintah


dan perusahaan maupun pada media online dan media
mainstream (koran, majalah dll), penulis sering
mengungkapkan bahwa keberadaan bank sampah itu sama saja
kedudukannya dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

32 | H. Asrul Hoesein
atau Unit Pelaksana Tugas Daerah (UPTD). Namun yang
berbeda adalah, bank sampah berbasis masyarakat dan SKPD
atau UPTD berbasis pegawai negeri sipil. Maka konteks ini
seharusnya pemangku kepentingan dalam pengelolaan sampah
khususnya pemerintah dan pemda sebaiknya membuka diri,
dengan memberi keleluasaan para pengelola bank sampah
untuk membuat program kerja yang dibiayai oleh pemerintah
dan pemda, layaknya seperti SKPD atau UPD. Artinya
kegiatan bank sampah juga sebaiknya dimasukkan dalam
pembahasan Musrembang daerah dan nasional baik di Bapeda
maupun di Bapenas atau pada pembahasan di DPR/DPRD
demi menumbuhkembangkan bank sampah sebagai perekayasa
sosial dalam pengelolaan sampah menuju tata kelola sampah
(waste management) yang profesional berbasis regulasi yang
ada.

Dalam Permen LH No. 13 Tahun 2012, pada Pasal 8


disebutkan kelembagaan pelaksanaan kegiatan 3R melalui bank
sampah dapat berbentuk:
a. koperasi; atau
b. yayasan.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 33


Pasal 8 ini bisa membias dan terjadi kekeliruanpada tingkat
aplikasi bila salah memahami dan mengaplikasinya, yang
ahirnya dapat membingungkan pengelola dan calon pengelola
bank sampah itu sendiri bila tidak ditelaah secara sosial dan
ekonomi atau dari sudut pandang kewirausahaan sosial dengan
berdasar pada karakteristik terhadap sifat bahan baku dari
sampah itu sendiri. Kebingungan dan kekeliruan itu nampak
terjadi saat ini, dengan fakta bahwa pengelolaan bank sampah
yang ada saat ini di Indonesia berjalan tanpa arah. Banyak bank
sampah yang mati suri, karena tidak memiliki kelembagaan
yang kuat dalam gerakannya, baik secara sosial maupun
ekonomi.

Pengelola bank sampah diperhadapkan pada sebuah dilema


kelembagaan antara sosial dan ekonomi. Pada kenyataannya
kegiatan ekonomi bank sampah lebih menonjol dibanding
kegiatan sosial. Maka disinilah masuknya pintu “permainan”
bagi birokrasi bersama mitra swastanya mempermainkan dana-
dana sampah yang berlimpah, yang seharusnya dana-dana
tersebut diperuntukkan untuk kegiatan sosial bank sampah.

34 | H. Asrul Hoesein
Tapi pengelola bank sampah tidak mendapatkannya karena
mereka sendiri seakan mengabaikan kegiatan sosialnya yang
harus mendapat fasilitas dari pemerintah dan pemda. Pengelola
bank sampah harus segera berbenah dan merubah dirinya
kepada kondisi yang diamanatkan oleh regulasi.

Dalam sistem produksi, bahan baku sampah sangatlah susah


didapatkan yang sejenis bila tidak kerjasama antar pengelola
sampah. Makanya bank sampah tidak dapat berdiri sendiri,
melainkan harus diintegrasikan dengan gerakan 3R (Reduce,
Reuse dan Recycle) dan koperasi di masyarakat untuk
menjalankan misi bisnisnya. Sehingga manfaat yang dirasakan
tidak hanya terbangunnya aspek perubahan paradigma tapi
akan berefek positif pada nilai ekonomi dan sosial
kemasyarakatan, namun juga lingkungan bersih dan hijau guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara
berkesinambungan dan berkeadilan.

Maka antara kegiatan sosial dan bisnis oleh bank sampah harus
jelas pemilahannya. Agar dana-dana sosial yang seharusnya
diterima oleh bank sampah dapat terlaksana. Begitupun dalam

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 35


aspek bisnisnya bank sampah harus mendirikan rumah bisnis
bersama dengan membangun kelembagaan bisnis berbasis
sosial berupa primer koperasi bank sampah (PKBS) di setiap
kabupaten kota. Ahirnya bank sampah secara sendiri-sendiri
atau mandiri (otonom) melakukan kegiatan sosial pada wilayah
desa/kelurahan di wilayahnya dan melaksanakan kegiatan
bisnisnya secara bersama antar bank sampah melalui PKBS
dalam wilayah kerja kabupaten dan kota serta berjejaring antar
PKBS di seluruh Indonesia. Pemenuhan produk melalui
kordinasi antar bank sampah pada rumah bersama di PKBS
dapat memenuhi dan melaksanakan produksi dan pemasaran
bersama antar bank sampah secara berkelanjutan.

36 | H. Asrul Hoesein
Tantangan dan
Peluang Bank Sampah

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 37


Tantangan dan Peluang Bank
Sampah
Upaya pengurangan sampah masih menjadi pekerjaan rumah
bagi kita semuanya, bukan cuma pemerintah dan pemda
semata. Pasalnya, volume sampah sepanjang 2017 (belum ada
data riel tahun 2018) dan tercatat 65,8 juta ton.Setiap orang
menghasilkan 0,5-0,7 kg sampah per hari. Semuanya akan
dibuang ke TPA jika tidak ada penanganan yang baik pada
sumber timbulannya. Sementara pengelolaan sampah di TPA
oleh pemda umumnya masih menerapkan open dumping,
sementara pola open dumping ini sudah harus ditinggalkan
sejak tahun 2013, sesuai amanat UUPS. Beralih kepada pola
Control Landfill untuk kota kecil dan menengah serta Sanitary
Landfill untuk kota besar dan metropolitan atau kota
megapolitan seperti DKI Jakarta.

Pemerintah menargetkan pengurangan sampah rumah tangga


dan sampah sejenis sampah rumah tangga pada 2018 mencapai
15 persen. Hingga 2025, targetnya 30 persen. Kalau
pemerintah dan pemda yang sepenuhnya di dukung oleh

38 | H. Asrul Hoesein
masyarakat melalui pembentukan bank sampah secara massif
di setiap kelurahan/desa, target tersebut tidaklah sesulit yang
dibayangkan, mungkin bisa melebihi target yang ada, sampai
75 persen, bila bank sampah didorong dan difasilitasi dalam
mengelola sampah organik yang bukan hanya mengelola
sampah anorganik.

Pada Pasal 13 UU. No. 18 Tahun 2008 Tentang Pedoman


Pengelolaan Sampah mengatur, "Pengelola kawasan
permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya
"wajib" menyediakan fasilitas pemilahan sampah. Lebih lanjut
dalam Penjelasan Pasal 13, "Kawasan permukiman meliputi
kawasan permukiman dalam bentuk klaster, apartemen,
kondominium, asrama, dan sejenisnya. Fasilitas pemilahan
yang disediakan diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau
oleh masyarakat".

Namun senyatanya, sampai dengan saat ini sudah 10 tahun


lamanya, terbukti regulasi tersebut belum terlaksana dengan
baik sesuai peraturan perundangan serta belum menyorot

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 39


dengan tegas Pasal 13 dan Pasal 45 UUPS. Padahal, institusi
atau lembaga pemerintah seharusnya menjadi teladan bagi
masyarakat, khususnya kalangan dunia usaha untuk
melaksanakan pemilahan sampah di kawasannya. Pemerintah
dan pemda harus menyorot tajam pelaksanan Pasal 13 dan
Pasal 45 UUPS tersebut dalam bentuk Peraturan Daerah
(Perda), serta diikuti sebuah Peraturan Gubernur dan Peraturan
Bupati dan Walikota. Bila perlu Presiden RI mengeluarkan
Peraturan Presiden (Perpres) Tentang Penajaman Pelaksanaan
pasal-pasal UUPS yang mewajibkan pengelolaan sampah di
sumber timbulannya.

Sebuah harga mati dan absolut harus dilakukan oleh


pemerintah dan pemda. Bukan hanya menciptakan gerakan-
gerakan seremoni yang parsial. Mengurus tata kelola sampah
harus fokus, terstruktur dan konsisten serta massif. Pemerintah
dan pemda sebagai regulator dan fasilitator harus mengambil
peran atau inisiatif (top down) dalam menetapkan dan
mendukung gerakan bank sampah oleh masyarakat di tingkat
desa dan kelurahan, agar masyarakat dan pengusaha bisa
menjadi eksekutor pengelolaan sampah sesuai amanat regulasi.

40 | H. Asrul Hoesein
Bukan pemerintah dan pemda yang menjadi eksekutornya.
Pemda harus mendorong pemerintah desa untuk menerbitkan
peraturan desa (perdes) tentang pengelolaan sampah berbasis
komunal. Perdes ini penulis telah mengusulkan diaplikasi oleh
pemda kabupaten dan kota dan beberapa daerah telah
melaksanakannya.

Termasuk Kementerian Dalam Negeri pada tahun 2016 malah


mencabut Permendagri Nomor 33 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pengelolaan Sampah tanpa alasan. Padahal
permendagri ini sangatlah penting dalam pengelolaan sampah
pada sumber timbulannya, Regulasi ini menjadi pedoman
utama pemda kabupaten dan kota serta masyarakat dan dunia
usaha dalam melakukan pengelolaan sampah.Permendagri No.
33 Tahun 2010 ini pula menjadi dasaratau pendukung utama
pelaksanaan Permen LH No. 13 tahun 2012 Pedoman
Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle melalui Bank Sampah
dan Permen PU No. 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah sejenis Sampah Rumah Tangga.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 41


Ketiga peraturan menteri ini harus bersinergi dalam
mendukung Gerakan 3R oleh bank sampah.

Pada Pasal 45 UU. No.18 Tahun 2008 Pengelolaan Sampah,


"Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan
fasilitas lainnya yang belum memiliki fasilitas pemilahan
sampah pada saat diundangkannya undang-undang ini wajib
membangun atau menyediakan fasilitas pemilahan sampah
paling lama 1 (satu) tahun.

Dengan kata lain, ketentuan ini, wajib berlaku setahun setelah


berlakunya UUPS, yaitu 7 Mei 2009. Pada prinsipnya dalam
pengelolaan sampah tidak bisa dilakukan secara parsial, tapi
harus lintas sektor. Ingat bahwa "prasa wajib" ini berimplikasi
pelanggaran pidana bagi yang melanggar undang-undang ini.
Pemerintah dan Pemda bisa digugat oleh masyarakat bila tidak
melaksanakan pasal-pasal ini. Pemerintah dan Pemda jangan
hanya menuntut kewajiban masyarakat dan dunia usaha, tapi
harus pula mengerti kewajibannya dengan menyiapkan atau
mengawal regulasi persampahan dan regulasi pendukungnya

42 | H. Asrul Hoesein
dengan baik dan benar. Ahirnya bisa terjadi kebersamaan gerak
dalam pengelolaan sampah yang benar dan berkeadilan.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 43


44 | H. Asrul Hoesein
Bank Sampah versus
Bank Sampah Induk

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 45


Bank Sampah versus Bank Sampah
Induk
Sejak tahun 2008 sampai saat ini tahun 2018, sepuluh tahun
lamanya telah berdiri sekitar 5.244 bank sampah di seluruh
Indonesia (data acak dari berbagai sumber informasi). Tapi
dapat dipastikan bahwa bank sampah umumnya hanya
mengelola sampah anorganik danbelum menyentuh sampah
organik. Padahal sampah organik ini yang dominan, potensinya
besar untuk dijadikan pupuk organik dan biogas. Outputnya
mendukung penyediaan pupuk organik untuk pertanian dan
perkebunan serta energi baru terbarukan berupa biogas dan
listrik. Padahal seharusnya bank sampah menjadikan sampah
organik sebagai core sosial dan bisnisnya. Produk sampah
organik lebih dibutuhkan masyarakat secara langsung bila
dikelola dengan baik dan lebih mudah dipasarkan dibanding
produk sampah lainnya yang membutuhkan ketersediaan
volume yang besar.

Namun karena beberapa hambatan, misalnya lokasi dan


pendanaan dalam pengadaan peralatan dan SDM serta

46 | H. Asrul Hoesein
pemilihan teknologi yang masih tarik-ulur. Sehingga bank
sampah bisa saja dimaklumi untuk tidak mengelola sampah
organik. Terlebih juga pemerintah dan pemda tidak mendukung
penuh para pengelola bank sampah untuk mengelola sampah
organik yang berlimpah itu. Ahirnya sampah organik tetap
akan menjadi beban TPA. Sementara TPA semakin terdesak
dengan laju produksi sampah setiap harinya. TPA sudah over
load, ahirnya berbiaya tinggi dan mendatangkan bencana. Baik
bencana alam maupun bencana atas “permainan” tangan-
tangan kotor para koruptor yang diduga banyak bermain di
TPA, baik pada transportasi sampah ke TPA, maupun dalam
pengelolaan sampah di TPA sendiri. Termasuk dana
konpensasi warga terdampak TPA, banyak raib tidak diterima
oleh penerima manfaat warga terdampak, sesuai riset yang
dilakukan oleh penulis melalui Green Indonesia Foundation
Jakarta pada survey beberapa TPA di Indonesia.

Legalitas formal bank sampah yang ada tersebut, hampir


semuanya tidak sepenuhnya berbadan hukum, namun ada
diantaranya berbentuk koperasi. Tapi dalam praktek
manajemen pengelolaan dan pemasaran, koperasi bank sampah

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 47


(tunggal pemilik dari pengelola bank sampah setempat)yang
ada tersebut bekerja mandiri tanpa kerjasama antar bank
sampah dan juga tidak bankcable, maka sangatlah susah
mendapat bantuan dari pihak perbankan dan non perbankan.
Malah sangat susah mendapat bantuan dari pemerintah dan
pemda karena keberadaannya juga dilihat sebelah mata dengan
pemerintah dan pemda.

Selama bank sampah berdiri, tidaklah menampakkan


perkembangan yang signifikan layaknya dikelola sebagai usaha
permanen. Karena dalam pelaksanaannya tidak sesuai azas
kebersamaan sebagaimana amanat regulasi. Dalam konteks
ekonomi, sebuah keniscayaan dalam pengelolaan sampah harus
bermitra antar bank sampah dalam satu wilayah kabupaten dan
kota. Guna pemenuhan bahan baku produksi kreatifitas
maupun pemasaran dan penjualan bahan baku berbasis sampah
secara hitungan bisnis keekonomian tidak tercapai.

Dalam kondisi carut-marut bank sampah yang semakin hilang


dari misinya, muncul dan lahir Bank Sampah Induk (BSI) yang
di inisiasi sendiri oleh pemerintah dan pemda, seakan

48 | H. Asrul Hoesein
eksistensi BSI ini akan menjadi dewa penolong bank sampah.
Namun sangat disanksikan karena aktifitasnya dipastikan akan
mengambil alih kegiatan bank sampah dalam misi bisnisnya,
faktanya demikian karena BSI juga tidak bankcable. Terlebih
pula BSI tidak menjalankan misi bank sampah atau membantu
dan mendampingi bank sampah dalam menjalankan misi
utamanya sebagai perekayasa sosial.BSI sama sekali tidak
menyentuh misi sosial. Misinya hanya berbisnis. Jadi hampir
tidak ada kelebihan BSI dibanding unit bank sampah yang
telah berdiri sebelumnya bila ditinjau dari sudut kelembagaan
dan aktifitas.
Sesungguhnya BSI ini mengambil peran unit bank sampah
termasuk pengusaha pelapak atau suplier bahan baku sampah.
Inilah keganjilan kehadiran BSI yang tidak disadari oleh
berbagai pihak selama ini, terutama pengelola bank sampah,
tidak merasakan kehadiran BSI akan menghambat
perkembangan kesejahteraan dan kemandirian ekonominya.
BSI sangat diduga menjadi alat atau sarana paraoknum
birokrasi untuk berbisnis dan lebih memonopoli urusan
persampahan.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 49


Perhatikan BSI Kota Makassardan beberapa BSI daerah
lainnya yang hampir semuanya berbasis birokrasi atau keluarga
birokrasi yang difasilitasi oleh pemda. Begitu pula bila BSI
diinisiasi oleh pribadi-pribadi yang berbasis perusahaan yang
membina beberapa bank sampah. Maka kondisi ini jelas bank
sampah dipastikan tidak akan menjalankan fungsi sosialnya
dalam merubah paradigma kelola sampah di masyarakat.

BSI juga mengherankan dasar pembentukannya atau bisa


disebut tidak mempunyai dasar pendirian dalam regulasi
persampahan. Tapi nota bene mau membantu usaha atau
aktifitas bank sampah yang punya dasar pendiriaan yaitu
Permen LH No.13 Tahun 2012. Lucu bin ajaib BSI ini. Konsep
darimana sebenarnya BSI?. Setelah berdiri BSI, baru muncul
dasarnya di Perpres No. 97 tahun 2017 tentang Kebijakan dan
Strategi Nasional (Jaktranas) Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah sejenis Sampah Rumah Tangga. Itupun
tidak terlalu signifikan penjelasannya. Tidak dijelaskan dalam
Jaktranas Sampah bahwa siapa berbuat apa. BSI diduga lahir
prematur untuk kepentingan kelompok oknum birokrasi dan
mitra-mitranya, maka dapat diestimasi bahwa BSI akan

50 | H. Asrul Hoesein
menjadi pesaing atau pembunuh bank sampah itu sendiri.
Seharusnya pemda hanya membangun unit percontohan bank
sampah di beberapa wilayah sumber timbulan sampah yang
besar seperti pada Pasar Tradisional.

Begitu pula koperasi bank sampah (KBS) yang telah menjadi


badan hukum bank sampah. Dinyakini bahwa KBS akan sama
saja prakteknya bank sampahdan akan kotra produktif dalam
menjalankan fungsi sosial engineering di masyarakat, maka
dipastikan terjadi kontra produktif pada fungsi ekonomi dan
bisnis bank sampah itu sendiri. Artinya tidak akan melibatkan
langsung warga setempat menjadi anggota atau pemilik
koperasi bank sampah, hanya sebatas nasabah tertentu saja.
Itupun tidak akan massif karena keterbatasan jangkauan bank
sampah. Tidak akan berpengaruh kecuali hanya menjadi baju
hukum atau mengganti/menambah nama bank sampah secara
semu. Tanpa bisa mengembangkan diri, karena akan
berbenturan dengan program sosial engineering bank sampah
itu sendiri. Jejaring tidak akan berpengaruh untuk
pengembangan kegiatan. Kerugian terjadi pada bank sampah
bila hanya berbentuk badan usaha koperasi (bukan yayasan),

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 51


maka fasilitas dari pemerintah dan pemda pasti tidak akan
diperoleh karena keluar dari norma kegiatan yang seharusnya
difasilitasi oleh pemerintah dan pemda.

Sebaiknya bank sampah mengikuti jejak dan petunjuk Pasal 14


Permendagri No. 33 tahun 2010 membentuk kelompok
pengelola sampah atau berbadan hukum yayasan sesuai
Permen LH No.13 tahun 2012. Sesungguhnya petunjuknya
sudah sangat jelas dalam regulasi sampah yang ada, hanya saja
pemangku kepentingan tidak mengejawantah regulasi itu lalu
diaplikasikan. Maka semua kebijakan-kebijakan dalam
menanggulangi sampah mati suri karena tidak mengindahkan
regulasi yang ada.

52 | H. Asrul Hoesein
Bank Sampah; Fungsi
Sosial dan Ekonomi

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 53


Bank Sampah; Fungsi Sosial dan
Ekonomi
Posisi bank sampah, khususnya dalam kelembagaan (badan
hukum) memang sangat dilematis bila tidak dikaji secara
komprehensif, sangat bisa membingungkan masyarakat atau
pengelola bank sampah sendiri yang bekerja pada dua bidan
yang saling berlawanan (sosial dan ekonomi) dan faktanya
oknum birokrasi sendiri terjadi kesalahfahaman akan eksistensi
bank sampah. Khususnya pada aktifitas sosial engineering.
Namun ini akan berimbas negatif pada aktifitas ekonomi dan
bisnisnya. Masalah ini memang perlu diluruskan, karena tanpa
kelembagaan yang kuat berbasis badan hukum, jelas tidak akan
berjalan dan berkembang sesuai harapan keberadaannya
ditengah masyarakat. Baik fungsi sosial maupun fungsi
ekonomi dan bisnis. Karena untuk memicu perubahan
paradigma kelola sampah, masyarakat harus disentuh secara
sosial yang berbasis atas fungsi atau manfaat ekonomi terhadap
pengelolaan sampah itu sendiri.

54 | H. Asrul Hoesein
Keberadaan bank sampah yang masih pro-kontra, sangat
menarik untuk dicermati. Karena pada prakteknya, seakan bank
sampah ini terlahir oleh masyarakat, sehingga pemerintah dan
pemda memandang sebelah mata kehadiran bank sampah.
Padahal bank sampah adalah program yang diluncurkan oleh
pemerintah sejak tahun 2012, berarti milik pemerintah dan
melalui sebuah keputusan menteri. Maka seharusnya menjadi
kewajiban pemerintah dan pemda untuk membantu memicu
perkembangan usaha dan aktifitas bank sampah, khususnya
dalam melakukan kegiatan sosialnya (social engginering) di
masyarakat dalam merubah paradigma kelola sampah.

Pemerintah dan pemda haruslah memberi subsidi kepada


pengelola bank sampah secara berkelanjutan tanpa harus
diminta oleh pengelola bank sampah dan masyarakat sebagai
pengelola bank sampah (fasilitasi top down), termasuk
pengembangan sumber daya manusia (SDM)pengelola atau
calon pengelola bank sampah. Semua ini menjadi tugas dan
kewajiban pemerintah dan pemda untuk mendampingi bank
sampah. Baik pendirian bank sampah maupun aktifitasnya di

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 55


masyarakat sebagai wakil atau corong pemerintah terdepan
dalam sektor persampahan.

Kelemahan-kelemahan ini semua terjadi karena kurangnya


pemahaman terhadap regulasi persampahan yang menjadi dasar
pergerakan kegiatan pengelolaan sampah. Fakta itu bukan
hanya terjadi pada unsur birokrasi, tapi juga terhadap pengelola
bank sampah itu sendiri yang kurang memahami
kewiraswastaan sosial atau tidak berjiwa pengusaha
(enterpreneurship) dalam pengelolaan sampah, pemerintah dan
pemda juga kurang mendorong pengelola bank sampah agar
memiliki jiwa wirausaha sosial (kewiraswastaan sosial) yang
kuat. Ahirnya pengelola bank sampah belumlah menemukan
jati diri yang sesungguhnya, padahal keberadaan bank sampah
justru memiliki tugas mulia yang perlu dibina dan dilindungi.
Untuk mencapai tujuan pengelolaan sampah dan bank sampah,
regulasi persampahan haruslah dipahami dengan benar dan
komprehensif, agar pemangku kepentingan (stakeholder) dapat
bekerja dengan baik serta mengambil manfaat besar dari sektor
persampahan. Sampah harus diberdayakan agar tidak

56 | H. Asrul Hoesein
membawa bencana, sebaliknya dapat memberi peluang usaha
dan manfaat yang sangat besar dan massif.

1. Kegiatan Bersifat Sosial

Pengembangan bank sampah yang merupakan kegiatan


bersifat social engineering yang mengajarkan masyarakat untuk
memilah sampah serta menumbuhkan kesadaran masyarakat
dalam pengelolaan sampah secara bijak, harus terus dilakukan
dan dikembangkan dengan inovasi terus menerus dan pada
gilirannya akan mengurangi sampah yang diangkut ke Tempat
Pembuangan sampah Ahir (TPA). Eksistensi bank sampah
sangat linear dengan Pasal 13 dan Pasal 45 UUPS dengan
ditekankan pada pengelola atau pemilik kawasan"wajib
mengelola sampah" di sumber timbulannya. Artinya
pemerintah dan pemda wajib membuat regulasi
pendukungdengan mendorong pemilik kawasan ikut
menginisiasi berdirinya bank sampah dalam setiap aktifitas
sosialnya di masyarakat. Karena pengelola bank sampah
merupakan komunitas yang mengganti pekerjaan dan
tanggungjawab pemerintah dan pemda itu sendiri.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 57


Pelaksanaan pasal ini pula akan mengurangi biaya pengelolaan
sampah dari dana APBN/D karena pemilik kawasan yang akan
mengelola sendiri sampahnya dengan membentuk bank
sampah di wilayahnya tersebut dengan melibatkan masyarakat
sekitarnya. Sekaligus akan menciptakan lapangan kerja baru
serta menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD) baru dari
sektor persampahan. Kondisi ini menjadi paradox dari apa yang
dilakukan pemerintah dan pemda saat ini dalam mengelola
sampah yang menggerus dana rakyat setiap hari tanpa disadari,
dengan membawa sampah ke TPA. Biaya pengelolaan sampah
di TPA justru akan lebih tinggi dibanding mengelola sampah di
sumber timbulannya. Tapi dalam jangka panjang akan lebih
menguntungkan. Karena mengolah sampah adalah investasi.

Bank sampah dalam eksistensinya sebagai motor penggerak


kebersihan dan lingkungan di masyarakat maka bank sampah
selayaknya berbadan hukum yayasan (nir laba). Agar dengan
mudah mendapat fasilitas prasarana dan sarana persampahan
termasuk biaya operasional secara permanen dan
berkelanjutan, baik dari pemerintah dan pemda, juga dari
perusahaan Corporate Social Responsibility (CSR), hibah atau

58 | H. Asrul Hoesein
bentuk sumbangan lainnya yang tidak mengikat ataupun
nantinya dari dana Extanded Produser Responsibility (EPR)
yang akan berlaku efektif tahun 2022. Pada masa EPR ini, bank
sampah sangat berfungsi menjadi mitra perusahaan
EPR.Pemerintah dan pemda dalam mengawal tertibnya
pelaksanaan EPR secara efektif dan efisien harus melibatkan
bank sampah sebagai garda terdepan dalam pelaksanaan EPR.

2. Kegiatan Bersifat Ekonomi

Sehubungan bank sampah mempunyai kegiatan kreatifitas di


masyarakat yang bernilai ekonomi dan bisnis, maka dalam
aktifitasnya yang mutlak berbasis kemitraan antar pengelola
bank sampah (sekaitan bahan baku yang spesifik dan unik),
dimana jenis sampah sangatlah beragam dalam satu wilayah
atau pengumpulan bahan baku sampah sangat tidak stabil
artinya sampah bersifat labilyang membutuhkan kemitraan
ekstra. Ketidakktabilan bahan baku sampah ini, tentulah sangat
mempengaruhi produk kreatifitas yang berimplikasi pada
pemenuhan bahan baku produksi dan pemasaran, maka bank
sampah membutuhkan sebuah wadah atau lembaga ekonomi

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 59


yang bisa mensinergikan antar bank sampah atau masyarakat
dalam wilayahnya untuk memudahkan perolehan bahan baku
produksi dan pemasaran. Tentu bila mengacu pada Permen LH
No. 13 Tahun 2012 tersebut, pengelola bank sampah haruslah
dipayungi badan usaha primer koperasi.

Maka sebuah keniscayaan antar pengelola bank sampah harus


memiliki payung usaha yang merupakan lembaga hukum
ekonomi (profit oriented) berupa primer koperasi tersendiri
dengan bank sampah sendiri sebagai fungsi sosial yang
bergerak nir laba atau non profit oriented (berbentuk yayasan)
yang tidak mengejar laba. Dalam asfek ekonomi tersebut,
walau bank sampah berbadan hukum ekonomi atau profit
oriented, tapi secara tunggal, atau bank sampah (sebagai fungsi
sosial) tapi juga membentuk sendiri koperasi (sebagai fungsi
ekonomi), juga tidak akan mampu bertahan dan berkembang
secara berkelanjutan. Karena pasti terbentur pada pengadaan
bahan baku dan pemasaran.Maka yang harus mendirikan
primer koperasi adalah para pengelola bank sampah dan
masyarakat dalam satu wilayah kabupaten dan kota. Maka
dipastikan terjadi kerjasama permanen yang profesional antar

60 | H. Asrul Hoesein
bank sampah atau masyarakat secara umum sebagai produsen
sampah.

Dalam kaitan inilah apa yang dialami bank sampah sejak berdiri
lebih kurang sepuluh tahun lalu dan sampai saat ini (termasuk
bank sampah yang telah mendirikan koperasi tunggal) nampak
tidak ada pengaruh yang berarti pada peningkatan kualitas
lingkungan yang bersih dan sehat serta tanpa peningkatan
usaha bisnis bank sampah secara signifikan, sesuai amanat
regulasi dan eksistensi bank sampah sebagai garda terdepan
gerakan 3R termasuk dalam peningkatan ekonomi dan
penciptaan lapangan kerja baru dalam sektor persampahan
tidak memberi kontribusi positif.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 61


62 | H. Asrul Hoesein
Asosiasi dan Klasifikasi
Bank Sampah

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 63


Asosiasi dan Klasifikasi Bank
Sampah
Klasifikasi bank sampah merupakan bagian dari proses
registrasi bank sampah menurut wilayah domisilinya untuk
menetapkan penggolongan atau kebutuhan prasarana dan
sarana yang dibutuhkan pada sasaran gerakan atau rekayasa
sosial yang dilakukan dengan dinyatakan dalam bentuk
Sertifikat Badan Sampah (SBS) oleh Asosiasi Bank Sampah
Indonesia (ASOBSI). Misalnya, SBS klasifikasi bank sampah
pelabuhan dengan sub-klasifikasi jasa pelaksana kegiatan
pengelolaan sampah di area pelabuhan atau pesisir pantai yang
membutuhkan kapal penjemput sampah. Sehingga diperkirakan
ketrampilan atau keahlian serta prasarana dan sarana akan
disesuaikan dengan kondisi wilayah sesuai dengan bidang
pekerjaan yang akan dilaksanakan. Begitupun SBS klasifikasi
bank sampah perumahan membutuhkan prasarana dan sarana
yang berbeda dengan bank sampah pelabuhan, bank sampah
kawasan industri, bank sampah rumah sakit, bank sampah
pasar tradisional dan seterusnya.

64 | H. Asrul Hoesein
Asosiasi Bank Sampah Indonesia (ASOBSI) sebelum
melakukan sertifikasi kepada bank sampah anggotanya, maka
terlebih dahulu terakreditasi di Kamar Dagang dan Industri
(KADIN), dimana KADIN merupakan organisasi pengusaha
Indonesia yang bergerak di bidang perekonomian. ASOBSI
perlu mendapat bimbingan bisnis dan manajemen organisasi
dari KADIN. Karena Bank Sampah selain misinya sebagai
perekaysa sosial juga pada misi lainnya sebagai perekaya
bisnis, walau pada ruang yang berbeda, yaitu pada Primer
Koperasi Bank Sampah (PKBS). Maka demi
menumbuhkembangkan jiwa wirausaha kepada pengelola bank
sampah maka sebaiknya ASOBSI bersinergi dengan KADIN
dalam membina para pengelola bank sampah yang menjadi
anggotanya. Untuk alur masing-masing kegiatan tersebut (baca
lampiran).

Lembaga Bank Sampah, walau kegiatan utamanya bersifat


sosial yaitu menjadi wakil pemerintah dalam mengawal
Gerakan 3R (reduse, reuse dan recycle) sesuai PermenLH No.
13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse
dan Recycle melalui Bank Sampah. Keberadaannya harus

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 65


memiliki Klasifikasi atau Grade, agar menjadi petunjuk dasar
bagi pemerintah, pemerintah daerah dan perusahaan-
perusahaan Corporate Social Responsibility (CSR) serta
perusahaan-perusahaan Extanded Producen Responsibility
(EPR) ataupun lembaga donor lainnya, baik dari dalam mapun
luar negeri, untuk memberi bantuan khususnya berupa biaya
operasional kegiatan 3R dan prasarana dan sarana di
masyarakat yang ada di wilayah kerjanya. Karena sasaran
kegiatan rekayasa sosial bank sampah itu mempunyai
perbedaan satu sama lainnya. Maka klasifikasi atau grade bank
sampah didasarkan pada letak wilayah kerjanya yang berbeda
satu sama lainnya. Maka jenis prasarana dan sarana bisa saja
berbeda. Tujuan dari semua ini demi efisiensi dan diharapkan
semua bantuan yang ada dapat dimanfaatkan oleh pengelola
bank sampah sesuai azas manfaatnya.

Berdasarkan sertifikasi atas klasifikasi bank sampah yang


dimaksud, maka setiap bank sampah memiliki kesempatan
untuk mendapatkan jenis bantuan dengan dasar klasifikasi atau
grade sebagai berikut:

66 | H. Asrul Hoesein
1. Klasifikasi atau Grade A = Bank Sampah Perumahan
2. Klasifikasi atau Grade B = Bank Sampah Kawasan Industri
3. Klasifikasi atau Grade C = Bank Sampah Kawasan
Pertokoan/Mal
4. Klasifikasi atau Grade D = Bank Sampah Kawasan
Pelabuhan/Nelayan
5. Klasifikasi atau Grade E = Bank Sampah Kawasan
Wisata/Hotel/Restoran
6. Klasifikasi atau Grade F = Bank Sampah Kawasan Bandara
7. Klasifikasi atau Grade G = Bank Sampah Kawasan Pasar
Tradisional
8. Klasifikasi atau Grade H = Bank Sampah Kawasan Pertanian
dan Perkebunan
9. Klasifikasi atau Grade I = Bank Sampah Kawasan
Perkantoran
10. Klasifikasi atau Grade J = Bank Sampah Kawasan
Apartemen/Rusun
11. Klasifikasi atau Grade G = Bank Sampah Kawasan
Sungai/Danau/Pulau

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 67


Klasifikasi atau Grade tersebut diatas akan di sertifikasi oleh
ASOBSI untuk selanjutnya bank sampah yang bersangutan
akan direkomendasi oleh ASOBSI ke pemerintah daerah
dengan tembusan pemerintah pusat, perusahaan CSR serta
pemangku kepentingan lainnya. Klasifikasi atau Grade tersebut
diatas hanya merupakan contoh sertifikasi yang masih perlu
dikaji bersama antara ASOBSI dan Pemerintah untuk
menentukan substansi atas klasifikasi bank sampah kawasan.
Klasifikasi bank sampah sangat berguna bagi pemerintah dan
pemda serta perusahaan CSR/EPR dalam membantu atau
mendukung serta memfasilitasi prasarana dan sarana bank
sampah dalam kegiatannya sebagai perekayasa sosial dan
perkayasa bisnis di masyarakat.

68 | H. Asrul Hoesein
Bank Sampah, EPR dan
Kantong Plastik
Berbayar

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 69


Bank Sampah, EPR dan Kantong
Plastik Berbayar

Berdasarkan UU. No. 18 tahun 2008 Tentang Pengelolaan


Sampah, disebutkan pada Pasal 15 bahwa Produsen wajib
mengelola kemasan dan/atau barang yang diproduksinya yang
tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam. Berdasarkan
peraturan tersebut, dapat dikatakan bahwa pelaku usaha,
sebagai penghasil sampah, juga memiliki tanggung jawab
dalam mengelola sampah. Sekaitan pasal tersebut diatas,
pemerintah telah memutuskan untuk memberlakukan Extended
Producer Responsibilty (EPR) secara efektif pada tahun 2022,
setelah mengalami penundaan beberapa tahun lalu atas
permintaan perusahaan yang berkategori EPR.

Sebenarnya dengan adanya kebijakan EPR ini, pemerintah dan


pemda tidak perlu terlalu risau mencari “pembenaran” solusi
sampah secara langsung dan seakan menyerang industri dan
masyarakat untuk mengurangi atau melarang penggunaan
produk plastik. Itu sebuah kebijakan keliru. Paling penting

70 | H. Asrul Hoesein
dilakukan pemerintah dan pemda adalah menyiapkan
infrastruktur persampahan dengan baik untuk menjemput
kebijakan EPR tersebut. Serta memberlakukan kembali
kebijakan Kantong Plastik Berbayar (KPB). Kebijakan KPB ini
sesungguhnya lebih memungkinkan diberlakukan, sepanjang
mengikuti norma regulasi, dari pada mengeluarkan kebijakan
yang sungguh tidak mendidik berupa larangan penggunaan
kantong plastik, PS-Foam, sedotan plastik, impor scrap palstik
sampai pada rencana pemberlakuan cukai plastik. Sangatlah
tidak masuk akal dalam mengantisipasi permasalahan sampah
dengan cara melarang penggunaan produk. Malah akan
menimbulkan masalah barudalam sektor persampahan dan
industri manufaktur berbasis daur ulang. Kebijakan ini pula
akan menghabat alur investasi di Indonesia, baik investor lokal
maupun investor asing.

Bank sampah menjadi paling penting dibangun secara massif di


setiap desa/kelurahan. Bank sampah yang akan berhubungan
sekaligus memonitoring para pedagang, toko ritel dll yang
menjadi penyalur atau penjual barang-barang berkemasan atau

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 71


produk yang dihasilkan oleh perusahaan industri yang masuk
kategori EPR.

Pada saatpemberlakuan kebijakan EPR, disinilah kebijakan


Kantong Plastik Berbayar (KPB) idealnya diberlakukan resmi
dan massifoleh pemerintah cq: Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan melalui pemda kabupaten dan kota.Dalam uji
coba KPB pada Tahun 2016, sebenarnya sangat tepat dan
seharusnya sampai sekarang uji coba itu dijalankan, namun uji
cobanya di perluas ke Pasar Tradisional dan Modern, bukan di
uji coba pada dua tempat (ritel) yang sama, walau wilayahnya
diperluas seluruh Indonesia, itu kekeliruan KLHK yang
pertama dan kekeliruan yang paling besar kedua adalah dana-
dana KPB seharusnya dikembalikan lagi pada masyarakat
dalam bentuk program-program, bukan di tampung atau
diambil oleh pelaksana yaitu toko ritelatau Pasar Modern/Mall
dll. Masalah ini harus segera diselesaikan oleh KLHK dengan
mempertimbangkan dan menjalankan solusi yang telah
diberikan oleh penulis melalui Green Indonesia Foundation
pada tahun 2017 yang lalu dengan sebuah solusi pembentukan
Tim Monitoring dan Evaluasi KPB bukan berupa kajian saja

72 | H. Asrul Hoesein
yang pernah diusulkan oleh KLHK kepada penulis, agar dana-
dana KPB bisa segera dipergunakan untuk membangun
infrastruktur bank sampah disetiapdesa dan kelurahan untuk
menyambut pemberlakuan EPR tahun 2022.

Pada tahun 2022 tersebut kehadiran bank sampah sangatlah


dibutuhkan, karena bank sampah seharusnya diintegrasikan
dengan program KPB dan EPR atau tanggung jawab produsen
yang diperluas. EPR umumnya digambarkan sebagai kebijakan
pencegahan polusi yang berfokus pada sistem produk dari pada
fasilitas produksi. Dengan demikian, tanggung jawab atas
produk diperluas meliputi emisi dan limbah yang dihasilkan
oleh ekstraksi atau proses pembuatannya termasuk pengelolaan
produk setelah dibuang. EPR didasarkan pada premis bahwa
bertanggung jawab utama untuk limbah yang dihasilkan selama
proses produksi (termasuk ekstraksi bahan baku) dan setelah
produk dibuang adalah dari produsen produk tersebut.

Mekanisme yang dibangun dengan menempatkan bank sampah


sebagai "collection atau dropping point" sampah dari kemasan
dan pengelolaannya dapat dikerjasamakan atau dimitrakan

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 73


dengan para produsen itu sendiri atau mitra lainnya.
Mekanisme ini untuk mempermudah para produsen
melaksanakan kewajiban produsen dalam pengelolaan sampah
sesuai yang diamanatkan dalam Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14
dan Pasal 15 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 81 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga. Maka sesungguhnya
kebijakan EPR dan KPB, selayaknya dikelola oleh bank
sampah untuk kesuksesan misi sosial engineering di
masyarakat. Bank sampah merupakan agen atau pelaksana
kebijakan KPB dan EPR.

74 | H. Asrul Hoesein
Relevansi Pengelolaan
Sampah
dan Koperasi

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 75


Relevansi Pengelolaan Sampah dan
Koperasi

Konsep koperasi diperkuat dalam UUD 1945 pasal 33 yang


menyatakan bahwa perekonomian itu disusun sebagai usaha
bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Usaha bersama
tersebut dijadikan suatu wadah bersama dalam mencapai
keadilan pasar. Begitupun amanat regulasi sampah dalam UU.
No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah serta
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga,
mengisyaratkan pengelolaan sampah di sumber timbulannya
dengan berbasis ekonomi.

Dalam mengoptimalkan pengelolaan sampah di sumber


timbulannya, para pengelola sampah atau bank sampah harus
dibekali jiwa entrepreneur atau setidaknya memahami pola
kerja kewiraswastaan sosial (social entrepreneurship) agar bank
sampah bisa berkelanjutan dalam melakukan misinya sebagai

76 | H. Asrul Hoesein
social engineering di masyarakat sebagai produsen sampah.
Terjadi subsidi silang antar bank sampah itu sendiri.

Konsep usaha yang relevan dengan usaha pengelolaan sampah


adalah kelembagaan usaha koperasi, namun koperasi ini pula
tidak akan pernah berjalan tanpa adanya dukungan politik yang
kuat dari pemerintah untuk murni menjalankan amanat
konstitusi UUD 1945. Begitu pula masalah sampah, juga tidak
akan selesai masalahnya bila niat pemerintah dan pemda tidak
kuat untuk menyelesaikan problematika sampah ini. Karena
keduanya merupakan tanggungjawab pemerintah yang
dilaksanakan oleh masyarakat. Jadi harus ada sinergitas antara
semua stakeholder secara profesional dan komprehensif.

Koperasi dan sampah, pada prinsipnya sama dalam


pengelolaannya yaitu berbasis gotong-royong. Berdasar hal
tersebut, demi efisiensi dan efektifitas bisnis sampah harus
berada dan dijalankan oleh manajemen koperasi. Selanjutnya
koperasi itu pula harus dikelola secara bersama dalam satu
wilayah teritori kabupaten dan kota serta dijalin kerjasama
antar koperasi sampah dalam skala regional ataupun nasional

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 77


untuk lebih memudahkan perolehan bahan baku, produksi dan
pemasaran.

Sekaitan dengan regulasi persampahan, yang mengamanatkan


sampah harus dikelola dengan orientasi utama pada nilai
ekonomi sebagai benefid (bonus) dalam menjaga lingkungan
agar tetap bersih guna terjadi sebuah kegiatan atau budaya
yang berkesinambungan dalam pengelolaannya.

Maka satu-satunya wadah atau badan hukum usaha yang


relevan dengan produk sampah adalah koperasi yang harus
dibentuk satu primer koperasi dalam wilayah kabupaten dan
kota yang mewadahi masyarakat yang bekerja dalam sektor
persampahan. Koperasi ini pula yang menyatukan pengelola
bank-bank sampah yang ada dalam wilayah kabupaten kota
tersebut sebagai rumah "ekonomi" bersama mereka.

Ingat bahwa pengadaan bahan baku produk dari sampah itu


tidak mudah dan sangat unik, harus melibatkan banyak pihak
dan aktivitas. Mulai pemilahan sampah di rumah tangga,
pemilahan di sumber, melibatkan kerja dan aktifitas pemulung

78 | H. Asrul Hoesein
dll. Tidak ada bahan baku sampah diperoleh langsung seperti
bahan baku lainnya yang sudah ready stock. Tapi sebelumnya
harus dipilah dan dikelompokkan sesama jenis. Dengan dasar
inilah, bahan baku sampah menjadi susah diperoleh bila tidak
bekerjasama.

Melayani pesanan sebuah produk berbasis sampah, itu harus


bekerja sama dalam satu aktifitas kegiatan. Ini salah satu
kelemahan terbesar pengelola sampah atau bank sampah
selama ini, karena tidak bekerja sama antar penggiat bank
sampah, masing-masing berjalan dan terjadi ego sentris. Maka
mereka jalan ditempat dalam mengelola sampah, kreatifitas
mereka tidak berkembang sampai kepada terjadinya pemasaran
massal terhadap hasil kreatifitasnya yang berbasis sampah.
Pola ego sentris ini harus segera ditinggalkan dalam bisnis
persampahan bila hendak maju dan memperoleh manfaat dari
pengelolaan sampah.

Kondisi ini terjadi karena mereka tidak punya tempat atau


rumah bersama dalam bentuk usaha legal formal. Aktifitas
bank sampah dalam mengendorse misi sebagai agen perubahan

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 79


dari pemerintah (change agents) paradigma kelola sampah di
masyarakat menemui jalan buntu alias mati suri. Ahirnya bank
sampah hanya dijadikan pajangan keberhasilan oknum
birokrasi dalam mempermainkan anggaran persampahan.
Termasuk bank sampah hanya dijadika pajangan "formalitas"
program.

80 | H. Asrul Hoesein
Kenapa Harus
Primer Koperasi Bank
Sampah

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 81


Kenapa Harus Primer Koperasi Bank
Sampah

Berbagai cara yang ditempuh selama ini oleh pemerintah cq:


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta
Kementerian Koperasi dan UKM untuk mendorong
perkembangan usaha dan aktifitas pengelola bank sampah,
tidaklah menuai hasil yang maksimal. Karena pemerintah
hanya mendorong masing-masing bank sampah beralih ke
badan usaha koperasi atau mengarahkan menjadi UKM (Baca:
MOU Menteri Koperasi dan UKM dan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan nomor :
PKS.1/MENLHK/PSLB3/PSLB./0/3/2016 serta Nomor:
05/KB/M/KUKM/III/2016 tentang : Program Pemberdayaan
Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah berbasis
Lingkungan Hidup, pada 5 Maret 2016. Jelas strategi
pemerintah ini keliru, karena akan berbenturan misi bank
sampah dalam eksistensinya sebagai sosial engineering. Bila
bank sampah berubah menjadi koperasi bank sampah secara
tunggal, sangat jelas bank sampah itu sendiri yang mengisolasi

82 | H. Asrul Hoesein
diri untuk menerima bantuan dana atau prasarana dan sarana
sebagai wakil pemerintah dalam gerakan rekayasa sosial di
masyarakat. Begitu pula akan susah mendapat bantuan
permodalan dari pihak bank dan non bank karena aksesnya
usahanya sangat kecil. Akan terjadi kontra produktif di dalam
semua pergerakannya, baik sosial maupun ekonomi.

Bank sampah dalam menjalankan fungsi sosial engineering,


bukan meminjam uang dari manapun termasuk bantuan
pendanaan dari Menteri Koperasi dan UKM sendiri, tapi
pemerintah secara otomatis harus mendukung pendanaan dan
fasilitas lainnya dalam menjalankan misinya tersebut. Karena
bank sampah sebagai fungsi sosial engineering itu merupakan
kegiatan nir laba (non profit). Maka unit-unit bank sampah
memang seharusnya berbentuk badan hukum yayasan dan
bukan koperasi secara tunggal.

Mencermati kondisi bank sampah dan gerak langkah


pemerintah dan pemda semakin tidak bisa mengejar laju
pertumbuhan volume sampah, atau tidak sebanding permintaan
pasar industri daur ulang dan pemasaran barang kreatif berbasis

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 83


sampah. Juga menyikapi Perpres No. 97 tahun 2017 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional (Jaktranas) Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah sejenis Sampah Rumah
Tangga. Maka pemangku kepentingan persampahan haruslah
segera berbenah untuk mengejar ketertinggalan itu. Terutama
mengejar target Indonesia Bebas Sampah Tahun 2020
(Jaktranas Sampah 2025) dan menjemput kebijakan EPR pada
tahun 2022.

Mengantisipasi serta mempercepat pengelolaan sampah di


seluruh Indonesia, penulis melalui Green Indonesia Foundation
Jakarta, mengusulkan kepada Pemerintah Cq: Kementerian
Koperasi dan UKM, Kementerian LHK, Kementerian
Pertanian serta kementerian terkait lainnya dan pemerintah
daerah di seluruh Indonesia untuk memberi dukungan dalam
pembentukan Primer Koperasi Bank Sampah (PKBS) pada
setiap kabupaten dan kota di Indonesia atau satu PKBS per
kabupaten dan kota. Ini merupakan solusi absolut dan
revolusioner bila ingin mengikuti amanat regulasi
persampahan. PKBS inilah sebenarnya aktualisasi MoU
Menteri Koperasi dan UKM dan Menteri Lingkungan Hidup

84 | H. Asrul Hoesein
dan Kehutanan tersebut diatas. Artinya antar pengelola bank
sampah dan masyarakat dalam satu kabupaten/kota yang
membentuk primer koperasi bank sampah atau PKBS, bukan
mendirikan koperasi tunggal oleh bank sampah itu sendiri.

Antar pengelola bank sampah dalam satu wilayah kabupaten


dan kota harus memiliki “Rumah Ekonomi Bersama” melalui
wadah kelembagaan usaha berupa Primer Koperasi Bank
Sampah (PKBS). Disamping masing-masing bank sampah
melakukan aktifitasnya dalam sosial engineering dan usaha
kreatifitas berbasis sampah anorganik masing-masing di
wilayah tempat tinggalnya (desa/kelurahan), juga mereka dapat
mengelola sampah organik melalui kerjasama antar bank
sampah dibawah bendera PKBS. PKBS akan menjadikan
“pengelolaan” sampah organik menjadi “pupuk organik, pakan
ternak dan biogas” sebagai fokus usahanya (core bisnis).

Satu-satunya strategi dalam menyikapi sampah Indonesia


adalah dalam bentuk Primer Koperasi Bank Sampah (PKBS).
Budayakan ekonomi kerakyatan melalui koperasi, dengan
PKBS maka roh koperasi Bung Hatta akan kembali lahir di

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 85


bumi Indonesia untuk mengawal Indonesia bersih, hijau dan
sejahtera. Denngan lahirnya PKBS, bank sampah tidak
dihadapkan lagi pada sebuah persaingan bisnis yang ketat dan
tidak sehat diantara para pengelola bank sampah. Termasuk
dengan kehadiran PKBS, bank sampah tidak akan
dipermainkan oleh usaha bisnis daur ulang yang biasanya
mempermainkan harga bahan baku dari sampah tersebut.
Supaya bank sampah bisa bergerak maju sebagai pengusaha
pemula (star-up) dalam berusaha pada sektor ekonomi kreatif
berbasis sampah, untuk menghidupi pergerakannya (social
entrepreneur) dalam menggerakkan masyarakat untuk merubah
paradigma kelola sampah. Jadi antara misi sosial dan ekonomi
harus saling menunjang.

PKBS akan menjadikan pengelolaan sampah organik sebagai


usaha utamanya (core bisnis), disamping membantu para
anggotanya memasarkan produk daur ulang sampah anorganik.
Karena setiap usaha (bisnis) termasuk koperasi, haruslah
memilih prioritas kegiatan inti usaha (core bisnis) bila ingin
berhasil dan berkelanjutan. Berdasarkan keharusan adanya
bisnis inti dan menjawab tantangan atau kendala bank sampah

86 | H. Asrul Hoesein
dalam mengelola sampah secara komprehensif (menyeluruh)
dan massif.

PKBS menjadi katalisator dan dinamisator bank sampah


dengan stakeholder persampahan lainnya, termasuk pada
perusahaan CSR dan EPR. PKBS menjadi tumpuan bank
sampah dalam memenuhi kebutuhan pergerakannya di
masyarakat, baik pengadaan bahan baku maupun pada sektor
pemasaran. Termasuk PKBS akan menjadi pelindung dari bank
sampah dan masyarakat dalam mengelola lingkungan dan
persampahan. Termasuk pemerintah dan pemda melalui
kehadiran PKBS, akan mendorong pengelola sampah untuk
menjadikan sampah organik sebagai kegiatan “bisnis”
utamanya, agar sampah organik yang dominan itu tidak perlu
lagi dibawa ke TPA, sebagaimana amanat UU. No.18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah dan PP. No.81 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 87


88 | H. Asrul Hoesein
Siapa Saja Anggota
Primer Koperasi Bank
Sampah

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 89


Siapa Saja Anggota Primer Koperasi
Bank Sampah

Anggota PKBS bersifat pribadi dan target menjadi rumah


bisnis bersama bagi:
1. Pengurus dan nasabah Bank Sampah.
2. Pemulung bergerak dan tidak bergerak.
3. Masyarakat secara umum, dengan persyaratan akan diatur
dalam AD/ART PKBS.
4. Petugas kebersihan di jalan, pasar atau cleaning service dll.
5. Usaha yang sekaitan dengan pengelolaan sampah.
6. Dianggap penting oleh anggota PKBS.

Bagaimana Usaha PKBS Berproses ?

1. PKBS akan mendukung prasarana dan sarana anggotanya


melalui bank sampah.
2. PKBS menfasilitasi setiap pendirian bank sampah dalam
wilayahnya. Dimana koperasi akan mengarahkan setiap orang
atau pemulung yang akan bergabung untuk membentuk

90 | H. Asrul Hoesein
dan/atau menjadi anggota bank sampah di wilayah sesuai KTP
yang bersangkutan.
3. PKBS akan membantu bank sampah yang membutuhkan
prasarana dan sarana serta permodalan untuk
mengembangkan usahanya.
4. Pengelolaan manajemen dan hasil bisnis internal bank sampah
tetap mandiri dan otonom, termasuk hasil usaha bank sampah
yang bersangkutan tidak dicampuri oleh PKBS, kecuali ada
keterlibatan pendanaan oleh PKBS.
5. PKBS menarik untung (bagi hasil) dari bank sampah bila mana
ada usaha yang difasilitasi oleh PKBS.
6. PKBS bersama seluruh anggotanya akan fokus usaha inti
mengelola sampah organik menjadi Pupuk Organik (padat dan
cair) serta Biogas dan Listrik.
7. PKBS akan menempatkan prasarana dan sarana pengelolaan
sampah organik tersebar dalam satu kawasan sumber timbulan
sampah secara prioritas dan/atau atas usulan bank sampah
atau usulan pemerintah daerah.
8. PKBS akan berbasis IT dalam menfasilitasi data dan program
terhadap bank sampah dalam kelancaran pelaksanaan CSR dan
EPR. Sesuai aktifitas dan kinerja masing-masing anggotanya.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 91


9. PKBS tidak memiliki nasabah yang menjadi nasabah bank
sampah anggotanya dan hanya nasabah dari unit usaha yang
tidak dimiliki oleh bank sampah. Karena PKBS tidak melakukan
kegiatan usaha sebagaimana kegiatan bank sampah.
10. PKBS menempatkan dirinya sebagai rumah bersama bank
sampah, dan tidak menjadi pesaing bank sampah. Agar bank
sampah tetap eksis sesuai keberadaannya sebagai sosial
engineering di masyarakat.
11. PKBS akan membuka usaha unit pertokoan, simpan pinjam,
workshop, pelatihan, penyiapan SDM untuk pengelolaan
sampah bagi bank sampah dan nasabahnya serta masyarakat
secara umum melalui rekomendasi bank sampah, pemda serta
perusahaan.
12. PKBS akan bermitra dengan pihak perbankan dan non bank
serta perusahaan CSR serta industri daur ulang untuk
kepentingan bank sampah.

PKBS dalam perkembangannya akan membentuk Induk


Koperasi Bank Sampah tingkat nasional (IKBS) yang
beranggotakan PKBS untuk memberikan bimbingan dan
pendampingan kepada PKBS di seluruh Indonesia. Dalam

92 | H. Asrul Hoesein
usulan solusi sampah pada program PKBS ini, Koperasi
Sekunder di tingkat provinsi ditiadakan. Alasannya bahwa
Koperasi sekunder di tingkat provinsi tidak berfungsi secara
signifikan. Hanya akan menjadi beban dan penghambat
informasi antar jejaring di daerah dan pusat serta akan
mempengaruhi dan memperlambat kebijakan yang harus
diputuskan secara cepat.

Diharapkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah


kabupaten dan kota di Indonesia memberi dukungan
sepenuhnya dalam rangka mensukseskan dan/atau menjadikan
sampah sebagai usaha yang memiliki nilai komersil yang
dikelola oleh PKBS. Sehingga usaha bank sampah dapat
menjadi entity bisnis koperasi sebagai wujud kepedulian
terhadap pengelolaan sampah agar berjalan sesuai azas
kebersamaan dan kemanfaatannya dalam mengurai masalah
sampah menuju Indonesia Bebas Sampah 2020 (Jaktranas
Sampah 2025).

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 93


94 | H. Asrul Hoesein
Usaha Inti PKBS,
Kelola Sampah Organik

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 95


Usaha Inti PKBS, Kelola Sampah
Organik
Sebagaimana usaha unit bank sampah yang telah dilakukan
sampai saat ini, hanya berfokus pada sampah anorganik
(plastik, kertas, alumunium, kayu dll), maka PKBS sebagai
rumah bersama para pengelola unit bank sampah dalam satu
wilayah kabupaten dan kota, akan berfokus menjalankan usaha
(core bisnis) pada pengelolaan sampah organik menjadi pupuk
organik kompos, pakan ternak, biogas dan listrik.

Potensi sampah di Indonesia non Limbah B3 dan


Pertanian/Perkebunan, sesuai data KLHK (2017-2018),
sebesar : 65,8 Juta Ton/Tahun untuk seluruh kabupaten dan
kota yang terdiri dari:

1. Sampah Organik : 70-80 % (Terabaikan)


2. Sampah Anorganik (Plastik, Kertas dll) : 10-20%
(memiliki nilai ekonomi langsung sebagai bahan baku
pada industri daur ulang).

96 | H. Asrul Hoesein
3. Sampah atau Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) :
5-10%

Potensi sampah organik yang terabaikan sekitar 65,8 Juta x


70% = 46,06 Juta ton/tahun sampah organik. Bila potensi ini
di kelola di sumber timbulannya
Bila sampah tersebut (46,06 juta ton/tahun) didaur ulang
menjadi:

1. Pupuk Kompos Curah/Padat = 46,6 Sampah x 600 Kg =


27,6 Juta Kg/Tahun
2. Pupuk Kompos Cair = 46,6 sampah x 50 Liter = 2.330
Juta Liter/Tahun
3. Biogas = 46,6 sampah x 200 m3 Biogas = 9.320 Juta
M2/Tahun (Potensi listrik 2.066 MW/Tahun)

Potensi Ekonomi atas Produksi Sampah Organik adalah sbb:

1. Pupuk Kompos Curah/Padat = Rp. 500-750/Kg = 27,6 Juta


Kg = Rp. 13.800.000.000,-

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 97


2. Pupuk Kompos Cair = Rp. 20.000-40.000/Liter = 46,6
sampah = Rp. 932.000.000.000,-
3. Biogas = 1 Ton Sampah = Rp. 1.500 /Kg = 46,6 sampah =
Rp. 69.900.000.000,-

Total potensi ekonomi sampah organik yang terbuang (Bruto


1,2 dan3) sekitarRp. 1.015.700.000.000,- per tahun dari hasil
sampah organik per tahun.

Catatan Produksi Daur Ulang Sampah Organik adalah sbb:


1. Pupuk Kompos Curah/Padat = 1 Ton Sampah = 600
Kg pupuk padat/curah.
2. Pupuk Kompos Cair = 1 Ton Sampah = 50 Liter pupuk
organik cair.
3. Biogas = 1 Ton Sampah = 200 m3 Biogas

Memperhatikan data tersebut diatas, seharusnya sampah akan


membiayai dirinya sendiri (investasi), bukan dibiayai full oleh
APBN/APBD, nampak nyata terjadi kekeliruan besar selama
ini dalam mengelola sampah, khususnya sampah organik,
hanya dibawa ke TPA dan ditumpuk atau dibakar tanpa

98 | H. Asrul Hoesein
manfaat, malah akan menimbulkan pencemaran. Maka PKBS
dalam misinya, akan berfokus mengelola potensi sampah
organik ini sebagai core bisnisnya.

Bila sampah organik dikelola dengan baik, dapat mempunyai


beberapa manfaat, diantaranya :

1. Sebagai Pupuk Organik Untuk Tanaman; Limbah dari sampah


organik dapat dijadikan sebagai pupuk penyubur tanaman
dengan menyulap sampah menjadi kompos. Kompos dapat
memperbaiki struktur tanah, dengan meningkatkan kandungan
organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah
untuk mempertahankan kandungan air dalam tanah
2. Sumber Humus; Sampah orgnaik yang tenah membusuk seperti
dapat menjadi humus yang dibutuhkan untuk tanah untuk
menjaga kesuburan tanah. serta menjadi sumber makanan
yang baik bagi tumbuh-tumbuhan, meningkatkan kapasitas
kandungan air tanah, mencegah pengerukan tanah, menaikkan
aerasi tanah, menaikkan foto kimia dekomposisi pestisida atau
senyawa-senyawa organik racun.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 99


3. Dijadikan Bahan Bakar Alternatif; Pembusukan sampah dapat
menghasilkan gas yang bernama gas metana yang dapat
digunakan sebagai bahan bakar alternatif untuk kebutuhan
rumah tangga atau industri kecil.
4. Menjadi Sumber Listrik Berbasis Biogas; Secara tidak langsung
sampah dapat dijadikan sumber listrik alternatif dengan cara
merubah sampah agar menghasilkan gas metana (biogas),
dimana gas ini dapat dijadikan bahan bakar untukkebutuhan
rumah tangga dan menjalankan pembangkit listrik (Ingat
bahwa listrik berbasis sampah, bukan dengan incenerator atau
membakar sampah).
5. Menjadi Pakan Ternak: Banyak sampah organik atau limbah
organik yang berkelas tinggi, seperti yang terdapat di Pasar Ikan
dan Sayuran, eceng gondok, limbah perkebunan dapat
dijadikan pakan ternak.
6. Memanfaatkan limbah rumah potong hewan (RPH), berupa
darah hewan (sapi, kerbau, ayam dll) untuk dimanfaatkan
dalam produksi pupuk NPK Plus atau pakan ternak atau ikan.
Limbah RPH ini di mix dengan kompos dari sampah, sangat
bermanfaat untuk peningkatan mutu pupuk organik kompos.

100 | H. Asrul Hoesein


Target PKBS Dalam Kelola Sampah Organik

1. Lapangan kerja baru bagi pemulung sampah; Para pemulung


sampah akan menjadi tenaga pengelola dan pemilikusaha di
setiap instalasi pengolahan pupuk organik, pakan ternak dan
biogas yang akan dibangun oleh PKBS di setiap sumber
timbulan sampah, seperti Pasar Tradisional, Pusat Pertokoan
dan Perkantoran, dll.
2. Mengawal produksi dan suplier subsidi pupuk organik oleh
Kementerian Pertanian dan Kementerian Desa dan PDT.
Dimana selama ini Kementerian Pertanian tidak memanfaatkan
sampah organik sebagai bahan baku utama dalam produksi
pupuk organik.
3. Mengawal program Nawa Cita Presiden Joko Widodo dalam
pembangunan demplot 1000 desa organik. (Baca: Hal 36 dan
37 Point 12 visi misi Jokowi-JK).
4. Mendorong pembagunan pertanian organik Indonesia berbasis
sampah (Integrated Farming Zero Waste).
5. PKBS akan bermitra dengan BUMDesa atau Perusda dalam
pemenuhan kebutuhan pupuk organik di tingkat petani.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 101


102 | H. Asrul Hoesein
Rekomendasi Untuk
Pemerintah dan Pemda

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 103


Rekomendasi Untuk Pemerintah dan
Pemda
Dalam perjalanan regulasi persampahan sejak diundangkannya
UUPS pada tahun 2008 sampai saat ini, masih ditemui
beberapa masalah yang mendasar sehingga pelaksanaan
regulasi persampahan, khususnya pada pada substansi utama
regulasi adalah pengelolaan sampah di kawasan timbulannya
masih kurang maksimal, malah ditengarai berjalan ditempat.
Karena belum sinerginya dengan utuh lintas kementerian dan
lembaga (K/L) serta lintas sektor swasta, lembaga swadaya dan
masyarakat dalam mengawal pengelolaan sampah berdasarkan
undang-undang persampahan yang ada.

Sekaitan hal tersebut diatas, penulis menganggap penting untuk


mengusulkan atau merekomendasi kepada pemangku
kepentingan, sebagai berikut:

1. Mengusulkan kepada Presiden Joko Widodo cq: Kementerian


Dalam Negeri untuk menerbitkan kembali Permendagri Nomor
33 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Sampah.

104 | H. Asrul Hoesein


Permendagri tersebut pernah dicabut tahun 2016 tanpa alasan.
Dasar penerbitan kembali adalah untuk dijadikan pedoman
bagi pemerintah daerah dalam mengurus masalah
persampahan.
Menyikapi hal ini, penulis melalui Green Indonesia Foundation
telah menyurat kepada Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo,
dengan Nomor Surat 21/GIF-Jkt/XII/2018 Tertanggal 16
Desember 2018 Perihal Permohonan Penerbitan Kembali
Permendagri No. 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman
Pengelolaan Sampah, dengan tembusan; Presiden Joko
Widodo, Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Ketua DPR Bambang
Soesatyo.

2. Mengusulkan kepada lintas menteri dan gubernur,


bupati/walikota untuk mendukung dan memfasilitasi
pembentukan "percontohan" usaha PKBS berupa pengolahan
sampah organik di wilayahnya masing-masing. Setidaknya di
setiap kantor kementerian, gubernur, bupati dan walikota
membangun instalasi pengolahan sampah organik dan
anorganik dengan melibatkan masyarakat sekitarnya. Program
ini sebagai wujud pelaksanaan Pasal 13 dan Pasal 45 UUPS.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 105


3. Mengusulkan kepada pemerintah c/q: Kementerian Koperasi
dan UKM. Bahwa dalam revisi UU. No. 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian untuk menghapus struktur koperasi sekunder di
tingkat provinsi, yang ada hanya primer koperasi di tingkat
kabupaten dan kota (merupakan kantor cabang) serta induk
koperasi pada tingkat nasional (merupakan kantor pusat). Serta
menerbitkan Peraturan Menteri Koperasi (Permenkop) tentang
dukungan pendirian PKBS di masing-masing kabupaten dan
kota. Permenkop ini penting untuk bersanding dengan
kementerian lain yang telah menerbitkan permen sebelumunya
tentang sampah (Permendagri, PermenLH dan Permen PU).
Pengelolaan bank sampah melalui koperasi akan lumpuh tanpa
permenkop ini, sebagai dasar pelaksanaan kegiatan bisnisnya
untuk mendukung aktifitas bank sampah pada program sosial
engineering dan bisnis engineering di masyarakat.

4. Memohon kepada Gubernur dan Bupati/Walikota untuk


menfasilitasi secara gratis akta notaris kelembagaan hukum
bank sampah berupa “yayasan”. Untuk mempermudah bank
sampah dalam asfek hukum menerima fasilitas dari lembaga

106 | H. Asrul Hoesein


non pemerintah baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri.

5. Revisi Perpres No. 97 tahun 2017 tentang Kebijakan dan


Strategi Nasional (Jaktranas) Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah sejenis Sampah Rumah Tangga. Agar
dimasukkan Kementerian Pertanian sebagai pendukung utama
dalam pengelolaan sampah serta penekanan pada pelaksanaan
sampah pada kawasan timbulannya (Pasal 13 dan Pasal 45
UUPS). Kementerian Pertanian sepertinya terlupakan dalam
Jaktranas Sampah, padahal Kementerian Pertanian sangatlah
penting untuk ikut serta dalam urusan pengelolaan sampah,
untuk memenuhi target subsidi pupuk organik di tingkat petani,
sampah organik harus dijadikan bahan baku utama dalam
produksi pupuk organik kompos dan granul. Kementerian
Pertanian selama ini gagal dalam pemenuhan subsidi pupuk
organik karena tidak menjadikan sampah organik menjadi
bahan baku utama produksi pupuk organiknya.

6. Mengusulkan kepada Gubernur, Bupati dan Walikota agar


menerbitkan atau merevisi peraturan daerah (perda) sampah
berdasar perundangan-undangan persampahan secara

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 107


komprehensif dengan tidak merugikan industri dan konsumen
produk dan industri daur ulang. Sebaiknya pemda kabupaten
dan kota mendirikan Perusda Sampah dan Pupuk Organik, agar
memudahkan para pengelola bank sampah dan PKBS untuk
akses permodalan dan pemasaran produk ahir, khususnya
produk pupuk organik yang dibutuhkan oleh para petani.

7. Agarditindaklanjuti Memorandum of Understanding (MoU)


antara Menteri Koperasi dan UKM serta Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tentang kerjasama yang
bertajuk Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil Dan
Menengah Di Bidang Pengelolaan Bank Sampah.Pada Tanggal 5
Maret 2016dengan Nomor :
PKS.1/MENLHK/PSLB3/PSLB./0/3/2016 dan Nomor :
05/KB/M/KUKM/III/2016 tentang: Program Pemberdayaan
Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah berbasis
Lingkungan Hidup.PKS tersebut ditandatangani oleh Deputi
Bidang Restrukturisasi Usaha Kemenkop dan UKM, Yuana
Setyowati Barnas dan Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan
Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3 KLHK) Tuti Hendrawati

108 | H. Asrul Hoesein


Mintarsih, Rabu (15/3) 2017 di Palembang, Sumatera Selatan,
bersamaan dengan acara RAKORNAS Pengelolaan Sampah.

Agar pelaksanaan MoU ini tidak berakhir pada Fokus Group


Diskusi (FGD)Bank Sampah Sebagai Entity Bisnis Koperasi yang
telah dilakukan oleh Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha,
Kementerian Koperasi dan UKM. Bogor, 24 April 2018 atas
kelanjutan MoU tersebut, perlu ditindaklanjuti dengan
aktualisasi di lapangan dengan menfasilitasi dan mengawal
pendirian unit-unit bank sampah pada setiap desa/kelurahan di
seluruh Indonesia dan pendirian Primer Koperasi Bank Sampah
pada setiap kabupaten dan kota di seluruh Indonesia sebagai
rumah bisnis bersama unit-unit bank sampah tersebut, untuk
mengantisipasi pengelolaan sampah secara massif dan
terstruktur (permintaan ini juga berdasar pada Road Map
Pengelolaan Bank Sampah oleh Kementerian LHK).

8. Mengusulkan kepada Presiden dan DPR agar dibentuk


kementerian sampah (kementerian tersendiri diluar KLHK),
masalah sampah ini perlu diurus secara fokus, atau setidaknya
membentuk sebuah badan khusus persampahan di tingkat

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 109


nasional (Badan Pengelola Sampah Nasional) yang bertugas
pokok menyusun strategi besar kebijakan dan mempersiapkan
implementasi program pengelolaan persampahan nasional.
Agar tidak terjadi tumpang-tindih kebijakan antar kementerian
terkait yang ikut mengurus sampah, sebagaimana yang terjadi
saat ini. Masing-masing kementerian berjalan sesuai
tupoksinya dalam urusan sampah tanpa sinergitas antar
kementerian terkait. Ahirnya pemerintah dan pemda sangat
sulit mengurai serta menciptakan sebuah solusi yang
berkeadilan dan pro rakyat dalam pengelolaan sampah.

Disamping alasan tersebut diatas, paling penting adanya


kementerian atau badan khusus persampahan ini adalah
mengoptimalkan pengelolaan sampah sebagai sumber
pendapatan baru bagi negara dan masyarakat. Dimana sampah
adalah sebuah usaha investasi. Sehingga sampah yang selama
ini hanya mengeluarkan biaya pengelolaan yang cukup besar,
akan bergeser menjadi sumber pendapatan baru, termasuk
akan tercipta pos baru dalam pendapatan asli daerah (PAD).

110 | H. Asrul Hoesein


Plastik, Simbol dan
Peradaban

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 111


Plastik, Simbol dan Peradaban
Plastik merupakan keajaiban yang ditemukan manusia.Aplikasi
plastik sangat luas dan menguntungkan manusia. Aplikasi
plastik mulai dari aksesoris, baju, sepatu, sandal, peralatan
rumah tangga, alat-alat konstruksi bangunan, auto-
mobile,kesehatan, food and beverage. dst..dstnya.Yang salah
itu kita, manusia, yang tidak mengelola limbah atau sampah
plastik kita. Pemerintah kita juga belum menyiapkan prasarana
dan sarana pengelolaan sampah (kawasan) yang memadai,tidak
ada waste management yang tepat. Demikian Prof. Dr. Akbar
Tahir, PhD, ahli micro plastik Indonesia yang juga Guru Besar
Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin –
UNHAS – Makassar, Sulawesi Selatan kepada penulis, saat
melakukan diskusi ahir tahun 2018 Tentang “ Penanganan
Pencemaran Limbah Plastik di Lingkungan Laut, khususnya
pada Tambak Garam” bersama Ketua Umum Asosiasi Daur
Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) Christine Halim, pada
tanggal 27-28 Desember 2018 di Surabaya.

112 | H. Asrul Hoesein


Halaman judul “Plastik, Simbol dan Peradaban” ini atas
konsultasi tertulis penulis dengan sahabat Willy Tandiyo,
Owner/CEO PT. Prada Karya Perkasa (PRAKARSA) –
Recycling Plastic Company - Kota Mojokerto, Surabaya - Jawa
Timur dan juga sebagai Pendiri dan Pembina Asososiasi Daur
Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) yang sementara berada di
Amerika Serikat pada saat buku ini ditulis.

Terima kasih atas sumbangsih pemikiran serta saran dan


koreksi atas dasar pemahaman dan pengalaman Sahabatku
Willy Tandiyo tentang kode dan makna simbol produk plastik
tersebut diatas untuk melengkapi buku ini, karena ternyata
banyak informasi yang beredar di media online dan mainstream
tentang simbol dan maknanya berbeda dengan kenyataan yang
ada. Agar para pengelola bank sampah sampah dan Primer
Koperasi Bank Sampah (PKBS) serta stakeholder lainnya dan
masyarakat umum sebagai pengguna atau konsumen produk
berkemasan plastik dapat memahami hal-ihwal kode atau
simbol yang terdapat pada produk-produk plastik yang ada.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 113


Plastik telah banyak mewarnai kehidupan masyarakat saat
ini.Di mana saja kita berada selalu berjumpa dengan yang
namanya plastik atau berbahan plastik.Sedikit atau banyak,
umumnya plastik ada di dalam produk milenial saat ini. Baik
itu berupa wadah makanan atau minuman, botol atau wadah
plastik (minuman dn makanan kemasan plastik), tas plastik,
dompet, handphone,baju, sepatu, dan lain sebagainya.

Pada produk-produk makanan dan minuman yang berkemasan


plastik tersebut ada kalanya kita menemukan simbol berupa
“Panah Berbentuk Segitiga”. Namun, sudahkah kita
mengetahui apa arti dari simbol-simbol tersebut???Secara
umum simbol “Panah Berbentuk Segitiga” tersebut memiliki
(makna daur ulang, atau dengan kata lain barang yang dibuat
sebagai hasil dari proses daur ulang)*) Tanda tersebut disebut
“Recycle Codes” dimaksudkan untuk membantu agar proses
identifikasi bahan saat daur ulang dilakukan, dapat dilakukan
dengan benar dan bahan tidak tercampur dengan jenis lainnya.

Kode ini dikeluarkan oleh The Society of Plastic Industry pada


tahun 1998 di Amerika Serikat dan digunakan juga oleh

114 | H. Asrul Hoesein


lembaga-lembaga pengembangan sistem kode, seperti ISO
(International Organization for Standardization). Umumnya
simbol pada plastik tersebut berkriteria sebagai berikut.

Berada atau terletak di bagian bawah berbentuk segitiga.Di


tengah segitiga tersebut terdapat angka Nama jenis plastik
tertulis di bawah segitiga.Berikut ini adalah 7 macam simbol
yang terdapat pada produk-produk plastik, antara lain:

1. PET atau PETE (Polyethylene


Terephalate): Tanda ini biasanya tertera logo
daur ulang dengan angka “1” di tengahnya
serta tulisan PETE atau PET (Polyethylene
Terephthalate) di bawah segitiga. Biasa dipakai
untuk botol plastik, berwarna jernih/transparan/tembus
pandang seperti botol air mineral, botol jus, wadah makanan
dan hampir semua botol minuman lainnya. Botol/produk jenis
ini direkomendasikan hanya sekali pakai. Bila terlalu sering
dipakai, misalnya digunakan untuk menyimpan air hangat
apalagi panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol
tersebut akan meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 115


(dapat menyebabkan kanker) dalam jangka panjang. Bahan ini
dapat dibuat lagi ke dalam bulu domba Sintetik, serat, karpet,
dll. Permintaan untuk jenis plastik ini diantara komunitas
pendaur ulang plastik relatif banyak, tetapi saat ini tingkat daur
ulang untuk bahan ini tetap rendah sebesar 20%. sudah
mencapai diangka 80-90% terutama dikota kota besar.

2. HDPE (High Density Polyethylene):


Pada bagian bawah kemasan botol plastik,
tertera logo daur ulang dengan angka “2”
ditengahnya, serta tulisan HDPE (Polyethylene
Densitas Tinggi) di bawah segitiga. Biasa
dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, galon air
minum, dan lain-lain. Botol plastik jenis HDPE memiliki sifat
bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan lama
terhadap suhu tinggi. Merupakan salah satu bahan plastik yang
aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah
reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan
makanan/minuman yang dikemasnya. Sama seperti PET, HDPE
juga direkomendasikan hanya sekali pakai pemakaian karena
pelepasan senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring

116 | H. Asrul Hoesein


waktu. Jenis ini juga dapat digunakan kembali ke untuk bahan
lantai ubin, drainase, botol HDPE baru, pipa, dll.

3. PVC (Polyvinyl Chloride):Tertulis


(terkadang berwarna merah) dengan angka
“3” di tengahnya, serta tulisan “V”. “V” itu
berarti PVC (polyvinyl chloride), yaitu jenis
plastik yang paling sulit didaur ulang (istilah
paling sulit didaur ulang ini tidak tepat, mengingat banyak
sandal plastik yang terbuat dari bahan pvc ini atau pipa pralon
yang mudah didaur ulang, yang dimaksud dengan sulit didaur
ulang adalah, plastik ini banyak dipakai sebagai “seal” pada
botol didaerah tutup dan label padahal saat di daur ulang
jumlah seal ini justru merepotkan karena tidak banyak tetapi
memberi kontribusi yang fatal pada bahan botolnya sendiri
yang rata rata terbuat dari pet). Ini bisa ditemukan pada plastik
pembungkus (SHRINKwrap), dan botol-botol. Reaksi yang
terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan
plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat
badan. Bahan ini mengandung klorin dan akan mengeluarkan
racun jika dibakar. PVC tidak boleh digunakan dalam
menyiapkan makanan atau kemasan makanan. Bahan ini juga

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 117


dapat diolah kembali menjadi mudflaps, panel, tikar,
dll(kemasan pvc ada yang tersertifikasi sebagai “food grade”,
jadi tidak ada masalah kontak dengan makanan, namun apabila
terekspos oleh panas, dikhawatirkan ada pelepasan chlorinnya)

4. LDPE (Low Density Polyethylene): Logo


daur ulang dengan angka 4 di tengahnya, serta
tulisan LDPE. LDPE (Low Density
Polyethylene) yaitu plastik tipe
bening(thermoplastic/dibuat dari minyak bumi), biasa dipakai
untuk tempat makanan, plastik kemasan, botol-botol yang
lembek, pakaian, mebel, dll. Sifat mekanis jenis LDPE ini adalah
kuat, tembus pandang, fleksibel dan permukaan agak
berlemak, pada suhu 60 derajat sangat resisten terhadap reaksi
kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, dapat
didaur ulang serta baik untuk barang-barang yang memerlukan
fleksibelitas tapi kuat. Barang berbahan LDPE ini tidak mudah
untuk hancur, tetapi tetap baik untuk tempat makanan karena
sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang dikemas
dengan bahan ini. LDPE, dapat didaur ulang dengan mudah asal
tidak jenis multi layer yang layer- layernya mempunyai sifat
yang berbeda, sepertiPET/LDPEakan sulit di daur ulang.

118 | H. Asrul Hoesein


5. PP (polypropylene): Tertera logo daur
ulang dengan angka “5” di tengahnya, serta
tulisan “PP”. Karakteristik adalah biasa botol
transparan yang tidak jernih atau berawan.
Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya
tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak,
stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. PP ba nyak
digunakan dengan pelbagai aplikasi, yang jenis film banyak
digunakan untuk bungkus baju, karung plastik, dan yang jenis
injection dibikin kursi, tupper ware, baskom, ember, dll.
Termasuk tahan untuk dimicrowave. Jenis PP
(polypropylene) ini adalah pilihan bahan plastik terbaik,
terutama untuk tempat makanan dan minuman seperti tempat
menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol
minum untuk bayi. Carilah dengan kode angka “5” bila membeli
barang berbahan plastik untuk menyimpan kemasan berbagai
makanan dan minuman. PP dapat diolah kembali menjadi
garpu, sapu, nampan, dll

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 119


6. PS (Polystyrene):Tertera logo daur
ulang dengan angka “6” di tengahnya, serta
tulisan “PS”. Biasa dipakai sebagai bahan
tempat makan PS-Foam atau biasa disebut
styrofoam, tempat minum sekali pakai, dan
lain-lain. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat
mengeluarkan bahan styrene ke dalam makanan ketika
makanan tersebut bersentuhan. Selain tempat makanan,
styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan
dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari, karena
selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon
estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi,
dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena bahan ini sulit
didaur ulang (kesulitan daur ulangnya terletak pada sisi koleksi,
pembersihan dan transportasi karena ringan, bukan karena
jenis PS nya sendiri). Bila didaur ulang, bahan ini memerlukan
proses yang sangat panjang dan lama. Bahan ini dapat dikenali
dengan kode angka “6”, namun bila tidak tertera kode angka
tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan
cara dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari).

120 | H. Asrul Hoesein


Ketika dibakar, bahan ini akan mengeluarkan api berwarna
kuning-jingga, dan meninggalkan
jelaga. PS mengandung benzene, suatu zat penyebab kanker
dan tidak boleh dibakar.Bahan ini diolah kembali menjadi,
isolasi kemasan, pabrik tempat tidur, dll. Frame photo,
gantungan baju, kotak tissue, dll (sebagai catatan: PS sendiri
tidak beracun dan tidak mengeluarkan styrene saat
bersentuhan dengan makanan, yang masyarakat tidak tahu
adalah, jangan memasukkan makanan dengan bungkus styrene
kedalam microwave, kadang minyak yang ada dimakanan saat
dimicrowave menjadi sangat panas hingga bisa mencairkan
styrene tersebut, saat styrene itu meleleh, saat ituah styrene
itu berinteraksi dengan makanan. Selebihnya aman aman saja.

7. OTHER (Polycarbonate): Tertera logo


daur ulang dengan angka “7” di tengahnya,
serta tulisan OTHER. Untuk jenis ini ada 4
macam, yaitu:(tidak benar hanya ada 4 macam,
tetapi bermacam macam termasuk jenis multi
layer atau juga plastik yg direinforce dengan belbagai macam
substance, filler, dll, ada baiknya jenis yg teridentifikasi diberi
label sendiri, dan kurangi produk yang multi layer atau yang

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 121


direinforce dengan chemical/substance lain yang bisa
membuat plastik itu tidak bisa lagi masuk didalam keluarganya
sendiri).

SAN (styrene acrylonitrile), ABS (acrylonitrile butadiene


styrene), PC (polycarbonate), Nylon. Dapat ditemukan
pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum
olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga,
komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan.

SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap


reaksi kimia dan suhu, kekuatan, kekakuan, dan tingkat
kekerasan yang telah ditingkatkan. Biasanya terdapat pada
mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat makan,
penyaring kopi, dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya
digunakan sebagai bahan mainan lego dan pipa.
Merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik
untuk digunakan dalam kemasan makanan ataupun
minuman. ABS berbahaya saat didaur ulang karena ada
kandungan PBDE.

122 | H. Asrul Hoesein


PC dapat ditemukan pada botol susu bayi, gelas anak
balita (sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng
kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu
formula.Tidak semua plastik nomor 7 adalah Polikarbonat,
bahkan segelintir berbahan nabati.Palikarbonat masih
menjadi perdebatan dalam beberapa tahun terakhir, karena
ditemukan pada saat mencuci BPA (bisphenol A), menjadi
bahan hormon pengganggu kehamilan dan pertumbuhan
janin.
Demikian arti dari berbagai simbol tersebut. Dengan
mengetahui hal tersebut, tentu kita akan bisa lebih berhati-
hati lagi untuk memilih bahan plastik yang dapat
digunakan sebagai bahan pembungkus makanan, sehingga
risiko terkena penyakit akibat plastik bisa menurun.
*) revisi dari pemberitaan yang beredar di media.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 123


124 | H. Asrul Hoesein
Daftar Pustaka
Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008.
Tentangpengelolaansampah. Jakarta: PresidenRepublik
Indonesia.
Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor32 tahun 2009
TentangPerlindungandanPengelolaanLingkunganHidup.
Jakarta ; PresidenRepublik Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 81 Tahun
2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Peraturan Presiden (Perpres) Republik IndonesiaNomor 97
Tahun 2017 Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional
Pengelolaan SampahRumah Tangga Dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga. Jakarta:
PresidenRepublik Indonesia
Peraturan Presiden (Perpres) Republik IndonesiaNomor 83
Tahun 2018 Tentang Penanganan Sampah Laut. Jakarta
: PresidenRepublik Indonesia
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Koperasi
dan UMKM, Deputi Bidang Kelembagaan,
Kementerian Koperasi Dan UKM Republik Indonesia
[Buku I dan II], Jakarta 2018.
Nawacita (visi-misi) Jokowi-JK Tahun 2014-2019.
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Republik
IndonesiaNomor 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman
Pengelolaan Sampah.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) Republik
IndonesiaNo. 13 Tahun 2012 tentang Pedoman

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 125


Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle melalui Bank
Sampah,
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan
Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan
Republik IndonesiaNomor
P.10/Menlhk/Setjen/Plb.0/4/2018 Tentang Pedoman
Penyusunan Kebijakan Dan Strategi Daerah
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga.
KementrianLingkunganHidupRepublik Indonesia (2011).
Bank Sampahdan3R
:MembangunLingkungandanEkonomiKerakyatan.
KementrianLingkunganHidupRepublik Indonesia. Buku:
Profil Bank
SampahIndonesia2013.2013[Online][diakses16Februari
2015]
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 56
Tahun 2015 Tentang Kode dan Data Wilayah
Administrasi Pemerintahan.
Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik (Perka BPS) Nomor 66
Tahun 2016 Tentang Kode dan Wilayah Kerja Statistik
Tahun 2016.
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bantuan Pemerintah Bagi
Wirausaha Pemula, Deputi Bidang Pembiayaan,
Kementerian Koperasi Dan UKM Republik Indonesia,
Jakarta 2018.

126 | H. Asrul Hoesein


Hasil Perumusan FGD Bank Sampah Sebagai Entity Bisnis
Koperasi, Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha,
Kementerian Koperasi dan UKM. Bogor, 24 April
2018.
AD-ART Primer Koperasi Bank Sampah, H.Asrul Hoesein,
Green Indonesia Foundation, Jakarta 2018.
Opini & Catatan Tentang Lingkungan dan Persampahan,
H.Asrul Hoesein [Media Online, Surat Kabar dan
Majalah; Adyaksa Kejaksaan RI, Kompasiana, Sinar
Pagi Baru, CityPost, Media Konsumen, Asrul Hoesein
Diary, Pontas, dll]
Solusi Sampah Laut Indonesia (Indonesia Marine Waste
Solution), H.Asrul Hoesein, Green Indonesia
Foundation, Jakarta 2018.
Kompilasi Perundang-undangan Persampahan, H.Asrul
Hoesein, Green Indonesia Foundation, Jakarta 2018.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 127


128 | H. Asrul Hoesein
Tentang Penulis
H. Asrul Hoesein, lahir di
Watampone Kabupaten Bone,
Provinsi Sulawesi Selatan, 7 April
1962, Direktur Eksekutif Green
Indonesia Foundation, Jakarta.
Selain pemerhati sampah juga
mengawal pelaksanaan regulasi
persampahan Indonesia, menjalankan misi social entrepreneur
dalam bidang persampahan. Bersama Group Posko Hijau - PT.
Cipta Visi Sinar Kencana, Bandung–mengembangkan
pengelolaan sampah kawasan di berbagai wilayah di Indonesia
dan luar negeri berbasis teknologi tepat guna. Menjadi
narasumber di berbagai kementerian, perusahaan, pemerintah
daerah provinsi dan kabupaten/kota, berbagai perguruan tinggi
serta komunitas masyarakat secara umum dalam merubah
paradigma kelola sampah dan mendorong pengembangan
pertanian organik serta energi baru terbarukan berbasis sampah
(integrated farming zero waste)

Penulis dalam kiprahnya dipersampahan, pada tahun 2013-


2023 sebagai Sekretaris Program Jabodetabekjur Zero Waste
dimana awalnya memberi masukan kepada Gubernur DKI
Jakarta Joko Widodo pada saat itu dalam pengelolaan sampah
dan merevitalisasi Sungai Ciliwung Jakarta.Jabodetabekjur
Zero Waste merupakan program pendampingan pengelolaan

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 129


sampah regional yang dilaksanakan oleh Badan Kerja Sama
Pembangunan (BKSP) Jabodetabekjur dibawah pengawasan
Gubernur DKI Jakarta, Gubernur Jawa Barat dan Gubernur
Banten. Juga dengan Komunitas Nasional “Tolak Bakar
Sampah” menggugat Perpres 18 Tahun 2016 Tentang
Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Berbasis Sampah
di DKI Jakarta, Kota Tangerang, Kota Bandung, Kota
Semarang, Kota Surakarta, Kota Surabaya, dan Kota Makassar
pada 18 Juli 2016. Hasilnya, Mahkamah Agung mengabulkan
gugatan dan mencabut perpres tersebut karena menyalahi
regulasi nasional dan internasional.

Penulis memprotes dan menolak kebijakan Kementerian


Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam menerapkan Kantong
Plastik Berbayar (KPB) pada tahun 2016. Karena melanggar
regulasi persampahan dan perlindungan konsumen serta
undang-undang yang mengatur CSR. Termasuk menolak
berbagai rencana program pemerintah pusat dalam solusi
sampah seperti Larangan Penggunaan Kantong Plastik, PS-
Foam, Sedotan Plastik, Aspal Mix Plastik, Menolak Cukai
Plastik serta larangan Impor Scrap Plastik. Walau program-
program ini hampir didukung para pihak termasuk perguruan
tinggi di Indonesia dan peneliti sampah dalam dan luar negeri.
Penulias tetap berpendapat bahwa solusi sampah Indonesia
hanya dengan menerapkan Pasal 13, 44 dan Pasal 45 UU.
No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.

130 | H. Asrul Hoesein


Penulis menolak riset Dr. Jeenaa Jambeck (peneliti dari
Universitas Georgia) mengenai sampah plastik, yang
menempatkan Indonesia penghasil sampah plastik ke laut
terbesar ke dua di dunia, Penelitiannya dipublikasikan pada
Jurnal Science (www.sciencemag.org) pada 12 Februari 2015.
Menolak untuk dijadikan acuan kebijakan, kecuali sebagai
motivasi untuk berinovasi mewujudkan pola circular economy
dalam tata kelola sampah – waste management – yang benar
dan berkeadilan. Namun dalam hali ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada Jeena Jambeck. Penulis menganggap
bahwa sampah plastik tidak berbahaya bila dikelola sesuai
regulasi sampah Indonesia, maka perlu pemahaman yang
komprehensif terhadap regulasi sampah dan regulasi-regulasi
pendukung lainnya yang mengarah kepada sistem produksi.
Artinya, sampah harus dilihat sebagai bahan baku untuk
diproses menjadi manfaat atau menjadi produk baru.

Dalam menjalankan regulasi persampahan untuk solusi darurat


sampah Indonesia, penulis mendorong pemerintah pusat
melalui Kementerian Koperasi dan UKM serta Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutankan, untuk menfasilitasi
pendirian Primer Koperasi Bank Sampah (PKBS) pada setiap
kabupaten dan kota di Indonesia, sebagai “Rumah Bisnis
Bersama” para pengelola bank sampah dan masyarakat secara
umum. Termasuk mendorong Kementerian Pertanian, untuk
menjadikan sampah organik sebagai bahan baku utama pupuk
organik kompos, guna membangun pertanian organik

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 131


Indonesia berbasis sampah (Integrated Farming Zero Waste)
serta memenuhi target subsidi pupuk organik Indonesia yang
selama ini tidak pernah memenuhi target penyaluran subsidi ke
petani. Malah diduga menjadi bancakan korupsi baik di pusat
maupun di daerah.

Berdasarkan Perpres No.97 Tahun 2017 Tentang Kebijakan


dan Strategi Nasional (Jaktranas) Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah sejenis Sampah Rumah Tangga serta
Perpres No.83 Tahun 2018 Tentang Penanganan Sampah Laut,
penulis menemukan sebuah solusi pengelolaan sampah dan
pengendalian sampah laut yang pada bulan oktober 2018 telah
diajukan ke Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat Universitas Hasanuddin (LP2M UNHAS) Kota
Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan untuk mendapatkan hasil
penelitian dan pengakuan akademik untuk dijadikan solusi
sampah Indonesia dan solusi sampah laut baik untuk maritim
nasional maupun internasional, dimana penulis menemukan
sebuah kekurangan yang perlu direvisi dalam regulasi maritim
internasional untuk penerapan di 175 negara anggota
International Maritim Organization (IMO). Khususnya
melestarikan kehidupan ekosistem laut nusantara dan
internasional dari ancaman sampah plastik dan/atau limbah
berbahaya lainnya.

132 | H. Asrul Hoesein


Alamat :
Jl. H. Muhi VIII No. 14 Kelurahan Pondok Pinang, Kecamatan
Kebayoran Lama, Jakarta Selatan – 12310 Indonesia
No. Telp/Fax : +62-21-28673864
Mobile : +62-8119772131
WA : +62-81287783331
Alamat Email : hasrulhoesein@gmail.com

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 133


StrukturPotensi Rekayasa Sosial Bank Sampah
- Alur Aktifitas Bank Sampah -

Perguruan Tinggi Pemerintah dan Perusahaan CSR


dan NGO/LSM Pemda dan EPR

ASOBSI dan
Primer Koperasi Mitra Usaha PKBS
Asosiasi Daur Ulang Bank Sampah Sektor Informal
Kab/Kota

134
Ekonomi
Bank Sampah Bank Sampah Bank Sampah Bank Sampah Bank Sampah
A B C D E

Masyarakat Produsen Sampah


(Pengelolaan Sampah Berbasis Komunal Orientasi Ekonomi)
Bank Sampah sebagai Wakil Pemerintah> Perekayasa Sosial = Bisnis
Sosial

Ba k “a pah, Masalah da “olusi


Kelembagaan Pengelolaan Sampah & Program EPR
Sesuai Regulasi Sampah UU.18/2008 dan PP.81/2012 serta Permen LH.NO.13/2012

Alur Barang
Berkemasan Bukan Bank
Perusahaan Sampah
Produsen Induk
Berkemasan Koperasi Bank Sampah
Ritel Modern
Dana EPR Pasar Tradisional
BANK SAMPAH
Kec/Lurah > A
Industri
Pemerintah dan
Pemda Sebagai Perumahan
Pemulung Sampah

135
Regulator/Fasilitator Ritel Modern
ASOSIASI PENGELOLA BANK SAMPAH Pasar Tradisional
SAMPAH/DUP Kec/Desa > B
(PLASTIK/Kertas dll) Industri
Perumahan
APRINDO dan Pemulung Sampah
ASOBSI, APPBI. dll Ritel Modern
BANK SAMPAH Pasar Tradisional
Kec/Lurah > C
Industri

Perumahan
Bank Sampah
merupakan Agent EPR Alur Pelaporan Ritel

Ba k “a pah, Masalah da “olusi


Skema Pengelolaan Sampah Laut Melalui Bank Sampah
Primer Koperasi Bank Sampah (PKBS)

Mendirikan Lembaga Pengelola Sampah Kawasan> Primer Koperasi Bank Sampah Dermaga Pelabuhan dan Destinasi Wisata, Aplikasi Pasal 13 dan Pasal 45
UU.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah (Substansi Pengelolaan Sampah Kawasan) untuk mendorong pelaksanaan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut, dimana didalamnya Kementerian Koperasi dan UKM termasuk instansi terkait.

Pengelola Sampah Kawasan Terpadu (PSKT) Pelabuhan (Pelibatan Masyarakat Setempat) sebagai pelaksana pekerjaan monitoring dan penimbangan
sampah di Kawasan Pelabuhan atau Destinasi Wisata, menggunakan penimbangan atau pencatatan (manifes penumpang dan manifest sampah) masuk
dan keluar secara digital dengan sensor loadcell dan didukung dengan aplikasi web-based yang dapat diakses secara online oleh pihak yang
berkepentingan. (Toleransi sekitar 20-30 % sampah dari Kapal)

Lembaga Pengelola
Regulasi (Nasional/Lokal)

136
Sampah Dermaga
Larangan Buang Sampah: Star dan Penjemputan Sampah di Kelola Sampah Kawasan
Kapal
Adalah: Primer Manifest Penumpang x 0,4- Pelabuhan
> .... ? Kg/Ton
Koperasi Bank Sampah 0,7 Kg/Org (kesepakatan (Denda) (DUP dan IPSK)
bersama)
Dermada, melibatkan
masyarakat sekitar
pelabuhan (karang
Taruna) dan buruh-
buruh pelabuhan dan
petugas kebersihan
dermaga atau
kawasan sungai dan
destinasi wisata.

Ba k “a pah, Masalah da “olusi


DAFTAR PELAYANAN SAMPAH KAPAL
(Waste Manifest)

Tanggal : ............................................................................................ Nomor Registrasi :............................................................................................


Nama Kapal : ............................................................................................ Pemilik/Perusahaan :............................................................................................
Kapten Kapal : ............................................................................................ Jumlah ABK : ............................................................................................
Pelabuhan Asal : ............................................................................................ Pelabuhan Tujuan : ............................................................................................
BS-PKBS : .........................................................................(Berangkat) Nama BS-PKBS : ..................................................................................(Tiba)
Petugas : ............................................................................................ Petugas : ............................................................................................

Jumlah Penumpang Jumlah Tempat Sampah Jumlah Sampah Kapal Jumlah Sampah Kapal
No Dewasa Anak- Kapal (Kg-Berangkat) (Kg-Tiba) Keterangan
Laki-Laki Perempuan anak Besar Sedang Kecil B3 Organik Anorganik B3 Organik Anorganik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Perhatian: Bila sampah tidak sesuai dengan volume dan jumlah penumpang, akan dikenakan denda sesuai yang berlaku

Manajemen Pelabuhan Nahkoda Kapal BS-PKBS (Berangkat) BS-PKBS (Tiba)

Ba k “a pah, Masalah da “olusi


------------------------------------------ ------------------------------------------ ------------------------------------------ ------------------------------------------
- - - -
ANGGARAN DASAR
PRIMER KOPERASI BANK SAMPAH
KAB/KOTA .........................................................

BAB I
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1.
1. Koperasi ini bernama “Primer Koperasi Bank
Sampah.................” disingkat “PKBS .......................” dan
selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini disebut Koperasi.
2. Koperasi ini termasuk dalam jenis Koperasi Serba Usaha (KSU);
3. Koperasi ini berkedudukan di Jalan
.............................Nomor...... Kelurahan .....................,
Kecamatan ....................., Kabupaten/Kota .....................,
Provinsi .....................;
4. Koperasi dapat membuka cabang, cabang pembantu, dan kantor
kas ditempat kedudukan koperasi atau tempat lain atas
persetujuan dan keputusan Rapat Anggota;

BAB II
LANDASAN ASAS DAN PRINSIP

Pasal 2.
Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
serta berasaskan kekeluargaan;

Pasal 3.
1. Koperasi melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip
Koperasi yaitu:
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
c. Pembagian sisa hasil usaha (SHU) dilakukan secara adil
sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing
anggota.
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.

138 | H. Asrul Hoesein


e. Kemandirian.
f. Melaksanakan pendidikan perkoperasian bagi anggota.
g. Kerjasama antar Koperasi.
2. Koperasi sebagai badan usaha dalam melaksanakan kegiatannya
yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber
daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip
tersebut pada ayat (1) di atas dan kaidah-kaidah usaha
ekonomi.

BAB III
TUJUAN DAN KEGIATAN USAHA

Pasal 4
Tujuan didirikan Koperasi adalah untuk:
a. Memajukan kesejahteraan anggota dan masyarakat serta ikut
membangun tatanan perekonomian Nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat maju, adil dan makmur berdasarkan
Pandasila dan Undang-undang Dasar 1945;
b. Meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
c. Menjadi gerakan ekonomi rakyat serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional berbasis sampah dan lingkungan hidup
secara umum.
d. Menjadi penggerak dan pelaku pembangunan pertanian terpadu
bebas sampah.

Pasal 5
1. Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud Pasal 4, maka
Koperasi menyelenggarakan kegiatan usaha yang berkaitan
dengan kegiatan usaha anggota, sebagai berikut;
a. Simpan pinjam.
b. Toko serba ada.
c. Perbengkelan atau workshop;
d. Perdagangan umum
e. Industri pupuk dan pertanian organik

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 139


f. Rekayasa teknologi dan perbenihan organik berbasis
teknologi tepat guna dan kearifan lokal.
2. Kegiatan toko serba ada ditujukan untuk menyediakan barang-
barang keperluan pokok anggota secara kredit maupun kontan.
Pelaksanaannya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
3. Koperasi dapat membuka cabang atau perwakilan di tempat lain,
baik di dalam maupun di luar wilayah Republik Indonesia,
pembukaan cabang atau perwakilan harus mendapat
persetujuan Rapat Anggota dan tetap pada prinsip kemitraan
dengan koperasi (PKBS) antara kabupaten/kota dan provinsi
dalam wilayah Republik Indobesia dan ekspansi produksi dan
pasar ke luar negeri.
4. Dalam melaksanakan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1 sampai dengan ayat 5 koperasi dapat melakukan
kerja sama dengan koperasi dan badan usaha lainnya, baik di
dalam maupun di luar wilayah Republik Indonesia.
5. Koperasi harus menyusun Rencana Kerja Jangka Panjang dan
Rencana Kerja Jangka Pendek serta Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Koperasi dan disahkan oleh Rapat
Anggota.

BAB IV
KEANGGOTAAN

Pasal 6
Persyaratan untuk diterima menjadi anggota sebagai berikut:
1. Warga Negara Indonesia.
2. Mempunyai kemampuan penuh untuk melakukan tindakan
hukum (dewasa dan tidak berada dalam perwalian dan
sebagainya).
3. Bertempat tinggal di wilayah kedudukan koperasi ini.
4. Masyarakat umum, pemulung sampah atau yang bekerja
sekaitan aktifitas dalam pengelolaan sampah dan lingkungan
hidup.
5. Mengajukan permohonan untuk menjadi anggota dan
menyatakan kesanggupan tertulis untuk melunasi simpanan

140 | H. Asrul Hoesein


pokok dan simpanan wajib serta dan khususnya telah melakukan
pemilhan sampah rumahtangga dan atau menjadi anggota bank
sampah.
6. Bersedia membayar simpanan pokok sebesar Rp 150.000,-
(seratus lima puluh ribu rupiah) dan simpanan wajib yang telah
ditentukan dalam Anggaran Rumah Tangga dan/atau keputusan
rapat anggota.
7. Telah menyetujui isi Anggaran Dasar dan ketentuan-ketentuan
yang berlaku.

Pasal 7
1. Keanggotaan koperasi diperoleh jika seluruh persyaratan telah
dipenuhi, simpanan pokok dan simpanan wajib telah dilunasi dan
yang bersangkutan terdaftar dan telah menandatangani Buku
Daftar Anggota Koperasi.
2. Pengertian keanggotaan sebagaimana dimaksud ayat (1) di atas
termasuk para pendiri.
3. Keanggotaan tidak dapat dipindah tangankan kepada siapapun
dengan cara apapun.
4. Koperasi secara terbuka dapat menerima anggota lain sebagai
anggota luar biasa. Anggota luar biasa adalah mereka yang
bermaksud menjadi anggota, namun tidak bekerja sebagai
pengelola sampahtapi termasuk pemerhati dan motivator dalam
pengelolaan sampah.
5. Tata cara penerimaan anggota sebagaimana dimaksud ayat (4)
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 8
Setiap anggota mempunyai kewajiban:
1. Membayar rekening simpanan atau tabungan pada Koperasi
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Anggaran
Rumah Tangga atau diputuskan dalam Rapat Anggota
(membayar simpanan wajib sesuai ketentuan yang ditetapkan
dalam Anggaran Rumah Tangga atau diputuskan dalam Rapat
Anggota).
2. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha Koperasi.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 141


3. Mentaati ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga,
keputusan Rapat Anggota dan ketentuan lainnya yang berlaku
dalam Koperasi.
4. Memelihara serta menjaga nama baik dan kebersamaan dalam
Koperasi.

Pasal 9
Setiap anggota berhak:
1. Memperoleh pelayanan dari Koperasi.
2. Menghadiri dan berbicara dalam rapat anggota.
3. Memiliki hak suara yang sama.
4. Mengajukan pendapat, saran dan usul untuk kebaikan dan
kemajuan Koperasi.
5. Memilih dan dipilih menjadi Pengurus atau Pengawas.
6. Memperoleh bagian Sisa Hasil usaha.

Pasal 10
1. Bagi mereka yang telah melunasi pembayaran simpanan pokok,
akan tetapi secara formal belum sepenuhnya melengkapi
persyaratan administratif, belum menandatangani Buku Daftar
Anggota atau belum membayar seluruh simpanan pokok
termasuk simpanan wajib dan lain-lain sebagaimana diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga berstatus sebagai Calon
Anggota.
2. Calon Anggota mempunyai kewajiban:
a. Membayar simpanan wajib sesuai ketentuan yang
diputuskan Rapat Anggota.
b. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha koperasi.
c. Mentaati ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga, Keputusan Rapat Anggota dan ketentuan lainnya
yang berlaku dalam koperasi.
d. Memelihara dan menjaga nama baik dan kebersamaan
dalam koperasi.
3. Calon anggota mempunyai hak.
a. Memperoleh pelayanan Koperasi.
b. Menghadiri dan berbicara dalam rapat anggota.

142 | H. Asrul Hoesein


c. Mengajukan pendapat, saran dan usul untuk kebaikan dan
kemajuan koperasi.

Pasal 11
1. Setiap anggota luar biasa memiliki kewajiban:
a. Membayar simpanan pokok menurut ketentuan dalam
Anggaran Dasar dan membayar simpanan wajib sesuai
dengan keputusan Rapat Anggota.
b. Berpartisipasi di dalam kegiatan usaha koperasi.
c. Mentaati ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga, Keputusan Rapat Anggota dan ketentuan lainnya
yang berlaku dalam koperasi.
d. Memelihara dan menjaga nama baik dan kebersamaan
dalam koperasi.
2. Setiap Anggota Luar Biasa mempunyai hak:
a. Memperoleh pelayanan Koperasi.
b. Menghadiri dan berbicara dalam rapat anggota.
c. Mengajukan pendapat, saran dan usul untuk kebaikan dan
kemajuan koperasi.

Pasal 12
1. Keanggotaan berakhir bila:
a. Anggota tersebut meninggal dunia.
b. Koperasi membubarkan diri atau dibubarkan oleh
Pemerintah.
c. Berhenti atas permintaan sendiri.
d. Diberhentikan oleh pengurus karena tidak memenuhi lagi
persyaratan keanggotaan dan/atau melanggar ketentuan
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan
lain yang berlaku dalam koperasi.
2. Anggota yang diberhentikan oleh Pengurus dapat meminta
pertimbangan/pembelaan kepada Rapat Anggota.
3. Simpanan pokok, simpanan wajib dan bagian Sisa Hasil Usaha
anggota yang diberhentikan oleh Pengurus, dikembalikan sesuai

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 143


dengan ketentuan Anggaran Rumah Tangga atau peraturan
khusus.
4. Berakhirnya keanggotaan mulai berlaku sah pada saat
penghapusan/pencoretan nama anggota yang bersangkutan dari
buku daftar anggota.

BAB V
RAPAT ANGGOTA

Pasal 13
1. Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
Koperasi.
2. Rapat Anggota dilaksanakan untuk menetapkan:
a. Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan perubahan
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga.
b. Kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen dan
usaha koperasi.
c. Pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian pengurus dan
pengawas.
d. Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja
koperasi serta pengesahan laporan keuangan.
e. Pengesahan pertanggungjawaban Pengurus dalam
pelaksanaan tugasnya dan pelaksanaan tugas pengawas bila
koperasi mengangkat pengawas tetap.
f. Pembagian Sisa Hasil Usaha.
g. Penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran
Koperasi.
3. Rapat Anggota dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam 1
(satu) tahun.
4. Rapat Anggota dapat dilakukan secara langsung atau melalui
perwakilan yang pengaturannya ditentukan dalam Anggaran
Rumah Tangga.
5. Rapat Anggota Koperasi terdiri dari:
a. Rapat Anggota Tahunan.

144 | H. Asrul Hoesein


b. Rapat Anggota Rencana Kerja dan Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja.
c. Rapat pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian
Pengurus dan Pengawas.
d. Rapat Anggota Khusus.
e. Rapat Anggota Luar Biasa.

Pasal 14
1. Rapat Anggota sah jika dihadiri oleh lebih dari ½ (satu per dua)
dari jumlah anggota koperasi dan keputusan disetujui oleh lebih
dari ½ (satu per dua) bagian dari jumlah anggota yang hadir,
kecuali apabila ditentukan lain dalam Anggaran Dasar ini.
2. Apabila kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atas
tidak tercapai, maka rapat anggota tersebut ditunda untuk
waktu paling lama 7 (tujuh) hari, untuk rapat kedua dan
diadakan pemanggilan kembali kedua kalinya.
3. Apabila dalam rapat kedua sebagaimana yang dimaksud ayat (2)
di atas kuorum tetap belum tercapai, maka rapat anggota
tersebut dapat dilangsungkan dan keputusannya sah serta
mengikat bagi semua anggota, apabila dihadiri sekurang-
kurangnya 1/3 (satu per tiga) dari jumlah anggota dan
keputusan disetujui oleh 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota
yang hadir.
4. Pengaturan selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 15
1. Pengambilan keputusan rapat anggota berdasarkan musyawarah
untuk mencapai mufakat.
2. Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka pengambilan keputusan
oleh rapat anggota didasarkan atas suara terbanyak dari jumlah
anggota anggota yang hadir.
3. Dalam hal dilakukan pemungutan suara, setiap anggota
mempunyai hak satu suara.
4. Anggota yang tidak hadir tidak dapat mewakilkan suaranya
kepada anggota lain yang hadir dalam Rapat Anggota tersebut.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 145


5. Pemungutan suara dapat dilakukan secara terbuka dan atau
secara tertutup, kecuali mengenai diri orang dilakukan secara
tertutup.
6. Keputusan rapat anggota dicatat dalam Berita Acara Rapat dan
ditandatangani oleh Pimpinan Rapat.
7. Pengurus Koperasi dapat juga mengambil keputusan terhadap
sesuatu hal tanpa mengadakan rapat anggota dengan ketentuan
semua anggota koperasi harus diberitahukan secara tertulis dan
seluruh anggota Kperasi memberikan persetujuan mengenai hal
(usul keputusan) tersebut secara tertulis serta menandatangani
persetujuan tersebut, tanpa ada tekanan dari Pengurus dan atau
pihak-pihak tertentu.
8. Pengaturan selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 16
Tempat, acara, tata tertib dan bahan materi Rapat Anggota harus
sudah disampaikan terlebih dahulu kepada anggota sekruang-
kurangnya 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan Rapat Anggota.

Pasal 17
1. Rapat Anggota diselenggarakan oleh Pengurus Koperasi, kecuali
Anggaran Dasar menentukan lain.
2. Rapat Anggota dapat dipimpin langsung oleh Pengurus Koperasi
dan atau oleh Pimpinan Sidang dan Sekretaris Sidang yang
dipilih dalam Rapat Anggota tersebut.
3. Pemilihan pimpinan dan sekretaris sidang dipimpin oleh
Pengurus Koperasi dari anggota yang hadir, yang tidak
memangku jabatan Pengurus, Pengawas dan pengelola atau
Karyawan Koperasi.
4. Setiap Rapat Anggota harus dibuat Berita Acara Rapat yang
ditandatangani oleh seluruh Pimpinan dan Sekretaris Rapat.
5. Berita Acara keputusan Rapat Anggota yang telah
ditandatangani oleh pimpinan dan sekretaris rapat menjadi bukti
yang sah terhadap semua anggota koperasi dan pihak ketiga.
6. Penandatanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) tidak
diperlukan, jika Berita Acara Rapat tersebut dibuat oleh Notaris.

146 | H. Asrul Hoesein


Pasal 18
1. Rapat Anggota Tahunan diadakan dalam waktu paling lambat 6
(enam) bulan sesudah tutup tahun buku, kecuali ada pengaturan
lain dalam anggaran dasar.
2. Rapat Anggota tahunan membahas dan mengesahkan:
a. Laporan pertanggungjawaban Pengurus atas pelaksanaan
tugasnya.
b. Neraca perhitungan laba rugi tahun buku yang berakhir 31
(tiga puluh satu) Desember.
c. Penggunaan dan pembagian Sisa Hasil Usaha.
d. Pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pengawas dalam
satu tahun buku.
3. Rapat anggota rencana kerja dan rencana anggaran pendapatan
dan belanja membahas dan mengesahkan rencana kerja dan
rencana Anggaran belanja pendapatan dan belanja koperasi juga
harus dilaksanakan tiap tahun buku, paling lambat 1 (satu) bulan
sebelum tahun buku/anggaran yang bersangkutan dilaksanakan,
yang diajukan oleh Pengurus dan Pengawas.
4. Apabila rapat anggota rencana kerja dan rencana anggaran
pendapatan dan belanja seperti tersebut pada ayat 3 (tiga) di
atas belum mampu dilaksanakan oleh koperasi karena alasan
yang obyektif dan rasional seperti efisiensi maka:
a. Rapat Anggota rencana Kerja dan rencana Anggaran
pendapatan dan belanja dapat dilaksanakan bersama
dengan Rapat Anggota Tahunan dengan acara rapat
tersendiri (terpisah), dengan ketentuan Rapat Anggota
Tahunan harus dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah tutup tahun buku.
b. Selama Rapat Anggota rencana kerja dan rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja belum disahkan oleh rapat Anggota
dalam pelaksanaan tugasnya pengurus berpedoman pada
rapat anggota rencana kerja dan rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja tahun sebelumnya yang telah
mendapat persetujuan.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 147


c. Pengaturan selanjutnya di atus dalam Anggaran Rumah
Tangga atau peraturan khusus.

Pasal 19.
1. Rapat Anggota khusus diadakan untuk:
a. Mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Koperasi dengan ketentuan;
1) Harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya ¾ (tiga per
empat) dari jumlah anggota.
2) Keputusan sah apabila disetujui oleh sekurang-
kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota yang
hadir.
b. Pembubaran, penggabungan, peleburan dan pemecahan
koperasi dengan ketentuan.
1) Harus dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga)
dari jumlah anggota.
2) Keputusannya harus disetujui oleh ¾ (tiga per empat)
dari jumlah anggota yang hadir.
c. Pemberhentian, pemilihan dan pengangkatan pengurus dan
pengawas dengan ketentuan:
1) Harus dihadiri oleh lebih dari ½ (satu per dua) dari
jumlah anggota.
2) Keputusannya harus disetujui oleh ¾ (tiga per empat)
dari jumlah anggota yang hadir.
2. Ketentuan dan pengaturan lebih lanjut diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga dan atau ketentuan khusus.

Pasal 20
1. Rapat Anggota Luar Biasa dapat diselenggarakan apabila
dipandang sangat diperlukan adanya keputusan yang
kewenangannya ada pada Rapat Anggota dan tidak dapat
menunggu dilaksanakannya Rapat Anggota biasa seperti diatur
dalam pasal 18 di atas.
2. Rapat Anggota Luar Biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
di atas diadakan apabila:

148 | H. Asrul Hoesein


a. Ada permintaan paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
jumlah anggota; dan atau;
b. Atas keputusan rapat Pengurus atau keputusan rapat
Pengurus dan Pengawas dan atau;
c. Dalam hal keadaan yang sangat mendesak untuk segera
memperoleh keputusan rapat anggota;
d. Negara dalam keadaan bahaya atau perang, tidak
memungkinkan diadakan Rapat Anggota biasa dan Rapat
Anggota Khusus seperti tersebut pada Pasal 19 di atas.
3. Rapat Anggota Luar Biasa sah dan keputusan mengikat seluruh
anggota, apabila:
a. Dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) dari
jumlah anggota dan keputusannya disetujui oleh 2/3 (dua
per tiga) dari jumlah anggota yang hadir.
b. Untuk maksud pada ayat (2.d) di atas harus dihadiri oleh
sekurang-kurangnya 1/5 (satu per lima) dari jumlah anggota
dan keputusannya disetujui oleh 2/3 (dua per tiga) dari
jumlah anggota yang hadir.
4. Ketentuan dan pengaturan selanjutnya diatur di dalam Anggaran
Rumah Tangga.

BAB VI
PENGURUS

Pasal 21
1. Pengurus Koperasi dipilih dari dan oleh Anggota dalam Rapat
Anggota.
2. Persyaratan untuk dapat dipilih menjadi pengurus sebagai
berikut:
a. Mempunyai kemampuan pengetahuan tentang
perkoperasian, kejujuran, loyal dan berdedikasi terhadap
koperasi.
b. Mempunyai keterampilan kerja dan wawasan usaha serta
semangat kewirausahaan;
c. Sudah menjadi anggota koperasi sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 149


d. Antara Pengurus tidak mempunyai hubungan keluarga
sedarah dan semenda sampai derajat ke tiga.
3. Pengurus dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun.
4. Anggota Pengurus yang telah diangkat dicatat dalam Buku
Daftar Pengurus.
5. Anggota pengurus yang masa jabatannya telah berakhir dapat
dipilih kembali untuk masa jabatan berikutnya, apabila yang
bersangkutan berprestasi bagus dalam mengelola Koperasi.
6. Sebelum melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai
pengurus harus terlebih dahulu mengucapkan sumpah atau janji
di depan Rapat Anggota.
7. Tata cara pemilihan, pengangkatan, pemberhentian dan sumpah
pengurus diatur dan ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 22
1. Jumlah pengurus sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, sebanyak-
banyaknya sesuai keputusan rapat anggota.
2. Pengurus terdiri dari sekurang-kurangnya:
a. Seorang ketua.
b. Seorang sekretaris.
c. Seorang bendahara.
3. Susunan pengurus Koperasi diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga sesuai dengan kebutuhan organisasi dan
kegiatan usaha koperasi.
4. Pengurus dapat mengangkat manager yang diberi wewenang
dan kuasa untuk mengelola usaha koperasi.
5. Apabila koperasi belum mampu mengangkat manager, maka
salah satu dari Pengurus dapat bertindak sebagai manager dan
pengurus yang bersangkutan harus melepaskan sementara
jabatannya sebagai pengurus.
6. Pengaturan lebih lanjut tentang susunan, tugas pokok,
wewenang dan tanggung jawab dan tata cara pengangkatan
Pengurus dan Pengawas diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.

Pasal 23

150 | H. Asrul Hoesein


Tugas dan kewajiban Pengurus adalah:
a. Menyelenggarakan dan mengendalikan organisasi dan usaha
Koperasi.
b. Melakukan seluruh perbuatah hukum atas Koperasi.
c. Mewakili koperasi dalam dan diluar pengadilan.
d. Mengajukan rencana kerja, anggaran pendapatan dan belanja
Koperasi.
e. Menyelenggarakan rapat anggota serta mempertanggung
jawabkan pelaksanaan tugas kepengurusannya.
f. Memutuskan penerimaan dan atau menolak anggota baru serta
pemberhentian anggota.
g. Membantu pelaksanaan tugas pengawasan dengan memberikan
keterangan dan memperlihatkan bukti-bukti yang diperlukan.
h. Memberikan keterangan dan penjelasan kepada anggota
mengenai jalannya organisasi dan usaha koperasi.
i. Memelihara kerukunan di antara anggota dan mencegah segala
hal yang menyebabkan perselisihan.
j. Menanggung kerugian koperasi sebagai akibat karena
kelalaiannya, dengan ketentuan:
1) Jika kerugian yang timbul sebagai akibat kelalaian seorang
atau beberapa anggota Pengurus maka kerugian ditanggung
oleh anggota pengurus yang bersangkutan.
2) Jika kerugian yang timbul sebagai akibat kebijaksanaan yang
telah diputuskan dalam Rapat Pengurus, maka semua
anggota pengurus tanpa kecuali menanggung kerugian yang
diderita koperasi.
k. Menyusun ketentuan mengenai tugas, wewenang dan tanggung
jawab anggota pengurus, serta ketentuan mengenai pelayanan
terhadap anggota.
l. Meminta audit kepada koperasi jasa audit dan atau Akuntan
Publik yang biayanya ditanggung oleh koperasi dan biaya audit
tersebut dimasukkan dalam anggaran biaya koperasi.
m. Pengurus dan salah seorang yang ditunjuknya berdasarkan
ketentuan yang berlaku dapat melakukan tindakan hukum yang
bersifat pengurusan dan pemilihan dalam batas-batas tertentu

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 151


berdasarkan persetujuan tertulis dari Keputusan Rapat Pengurus
dan Pengawas Koperasi dalam hal-hal sebagai berikut:
1) Meminjam atau meminjamkan uang atas nama Koperasi
dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dala Anggaran
Rumah Tangga dan peraturan khusus koperasi.
2) Membeli, menjual atau dengan cara lain memperoleh atau
melepaskan hak atas barang bergerak milik koperasi dengan
jumlah tertentu, yang ditetapkan dalam Anggaran Rumah
Tangga dan peraturan khusus koperasi.

Pasal 24
Pengurus mempunyai hak:
a. Menerima imbalan balas jasa sesuai keputusan Rapat Angggota.
b. Mengangkat dan memberhentikan manager dan karyawan
koperasi.
c. Membuka kantor cabang, kantor cabang pembantu dan atau
Kantor Kas sesuai dengan keputusan rapat anggota.
d. Melakukan upaya-upaya dalam rangka mengembangkan usaha
Koperasi.
e. Meminta laporan dari manager secara berkala dan sewaktu-
waktu bila diperlukan.

Pasal 25
1. Pengurus dapat diberhentikan oleh Rapat Anggota sebelum
masa jabatannya berakhir apabila terbukti:
a. Melakukan kecurangan atau penyelewengan yang merugikan
usaha dan keuangan dan nama baik koperasi.
b. Tidak mentaati ketentuan undang-undang perkoperasian
beserta peraturan dan ketentuan pelaksanaannya,
Angggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan keputusan
Rapat Anggota.
c. Sikap maupun tindakannya menimbulkan akibat yang
merugikan bagi koperasi khususnya dan gerakan koperasi
pada umumnya.

152 | H. Asrul Hoesein


d. Melakukan dan terlibat dalam tindak pidana terutama di
bidang ekonomi dan keuangan dan tidak pidana lain yang
telah diputus oleh pengadilan, yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.
2. Dalam hal salah seorang anggota pengurus berhenti sebelum
masa jabatan berakhir, Rapat Pengurus dengan dihadiri wakil
pengawas dapat mengangkat penggantinya dengan cara:
a. Menunjuk salah seorang pengurus untuk merangkap jabatan
tersebut.
b. Mengangkat dari kalangan anggota untuk menduduki
jabatan pengurus tersebut.
3. Pengangkatan pengganti Pengurus yang berhenti sebagaimana
diatur dalam ayat (2) harus dipertanggungjawabkan oleh
pengurus dan disahkan oleh rapat anggota berikutnya.

BAB VII
PENGAWAS

Pasal 26
1. Pengawas dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota.
2. Yang dapat dipiluh menjadi pengawas adalah anggota yang
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. mempunyai pengetahuan tentang perkoperasian,
pengawasan dan akuntansi, jujur, dan berdedikasi
terhadap koperasi.
b. Memiliki kemampuan keterampilan kerja dan wawasan
di bidang pengawasan.
c. Sudah menjadi anggota sekurang-kurangnya 2 (dua)
tahun.
3. Pengawas dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun.
4. Pengawas terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang.
5. Sebelum melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Pengawas,
harus terlebih dahulu mengucap sumpah atau janji di depan
Rapat Anggota.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 153


6. Tata cara pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian
Pengawas diatur dan sumpah Pengawas ditetapkan dalam
Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 27
1. Dalam hal koperasi telah mampu mengangkat Manager yang
profesional, maka pengawasan dapat diadakan secara tetap atau
diadakan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan dan
ditentukan dengan keputusan Rapat Anggota.
2. Dalam hal koperasi tidak mengangkat pengawas, maka
ditentukan:
a. Pengangkatan Manager tersebut harus langsung ditetapkan
oleh Rapat Anggota.
b. Fungsi dan tugas pengawas menjadi tugas dan tanggung
jawab Pengurus dan Pengurus tidak ikut campur tangan
dalam pengelolaan kegiatan usaha, keuangan yang
dijalankan oleh koperasi.
3. Audit keuangan harus dilakukan oleh Akuntan Publik dan audit
non keuangan oleh tenaga ahli dibidangnya atas permintaan
pengurus.
4. Pengaturan selanjutnya diatur di dalam Anggaran Rumah
Tangga.

Pasal 28.
Hak dan kewajiban pengawas adalah:
a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan
dan pengelolaan koperasi.
b. Meneliti catatan dan pembukuan yang ada pada koperasi.
c. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.
d. Memberikan koreksi, saran, teguran dan peringatan kepada
pengurus.
e. Merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga.
f. Membuat laporan tertulis tentang hasil pelaksanaan tugas
pengawasan kepada Rapat Anggota.

Pasal 29

154 | H. Asrul Hoesein


Pengawas berhak menerima imbalan jasa sesuai keputusan Rapat
Anggota.

Pasal 30
1. Pengawas dapat meminta jasa audit kepada Akuntan Publik yang
biayanya ditanggung oleh koperasi.
2. Biaya audit tersebut dimasukkan dalam anggaran belanja
koperasi.

Pasal 31
1. Pengawas dapat diberhentikan oleh Rapat Anggota sebelum
masa jabatan berakhir apabila terbukti:
a. Melakukan tindakan, perbuatan yang merugikan keuangan
dan nama baik Koperasi.
b. Tidak mentaati ketentuan undang-undang Perkoperasian
beserta pengaturan ketentuan pelaksanaannya, Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga dengan Keputusan Rapat
Anggota.
2. Dalam hal salah seorang anggota Pengawas berhenti sebelum
masa jabatan berakhir, rapat Pengawas dengan dihadiri oleh
Wakil Pengurus dapat mengangkat pengganti dengan cara:
a. Jabatan dan tugas tersebut dirangkap oleh anggota
pengawas yang lain.
b. Mengangkat dari kalangan anggota untuk menduduki
jabatan pengawas tersebut.
3. Pengangkatan pengganti Pengawas sebagaimana tersebut dalam
ayat (2) di atas, dilaporkan oleh Pengawas kepada Rapat
Anggota yang terdekat setelah penggantian yang bersangkutan
untuk diminta pengesahan atau memilih mengangkat Pengawas
yang lain.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 155


BAB VIII
KANTOR CABANG, CABANG PEMBANTU DAN KANTOR
KAS

Pasal 32
1. Untuk meningkatkan pelayanan kepada anggota, koperasi dapat
membuka jaringan pelayanan berupa Kantor Cabang, Kantor
Cabang Pembantu, dan Kantor Kas ditempat kedudukan koperasi
atau tempat lain.
2. Kantor Cabang berfungsi mewakili Kantor Pusat dalam
menjalankan kegiatan usaha untuk menghimpun dana dan
penyalurannya serta mempunyai wewenang memutuskan
pemberian pinjaman yang selanjutnya diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga dan peraturan lain.
3. Kantor Cabang Pembantu berfungsi mewakili Kantor Cabang
dalam menjalankan kegiatan usaha untuk menghimpun dana
dan penyalurannya serta mempunyai wewenang menerima
permohonan pinjaman tetapi tidak mempunyai wewenang untuk
memutuskan pemberian pinjaman.
4. Kantor Kas berfungsi mewakili Kantor Cabang dalam
menjalankan kegiatan usaha untuk menghimpun dana.

Pasal 33
1. Pengelolaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan
Kantor Kas dilakukan oleh Pimpinan Cabang, Pimpinan Kantor
Cabang Pembantu dan Pimpinan Kantor Kas yang dibantu
Karyawan.
2. Pengangkatan pengelola sebagaimana diatur dalam ayat (1)
diangkat oleh Pengurus dengan perjanjian (kontrak) kerja
tertulis setelah mendengar saran dari manajer.
3. Persyaratan untuk diangkat menjadi pimpinan Kantor Cabang,
Kantor Cabang Pembantu dan Pimpinan Kantor Kas adalah:
a. Mempunyai keahlian di bidang keuangan atau pernah
mengikuti pelatihan simpan pinjam atau magang dalam
usaha simpan pinjam.

156 | H. Asrul Hoesein


b. Tidak pernah melakukan tindakan tercela di bidang
keuangan dan atau dihukum karena terbukti tindak pidana di
bidang keuangan.
c. Memiliki akhlak dan moralyang baik serta berdedikasi tinggi.
4. Dalam melaksanakan tugasnya, Pimpinan Kantor Cabang, Kantor
Cabang Pembantu dan Kantor Kas bertanggungjawab kepada
Pengurus yang secara tehnis operasionalnya diatur dalam
Peraturan khusus.
5. Pengaturan lebih lanjut mengenai tugas, hak, dan wewenang
Pimpinan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan Kantor
Kas diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga dan
Kontrak Kerja.

BAB IX
PENGELOLAAN USAHA

Pasal 34
1. Pengelolaan usaha simpan pinjam dapat dilakukan oleh manager
dengan dibantu beberapa orang karyawanyang diangkat oleh
pengurus melalui perjanjian atau kontrak kerja yang dibuat
secara tertulis.
2. Pengurus dapat secara langsung melakukan pengelolaan
kegiatan usaha simpan pinjam.
3. Pengangkatan manager dan karyawan sebagaimana tersebut
dalam ayat (1) harus mendapat persetujuan Rapat Anggota.
4. Persyaratan untuk diangkat jadi manager adalah:
a. Mempunyai keahlian di bidang keuangan atau pernah
mengikuti pelatihan di bidang simpan pinjam atau magang
dalam usaha simpan pinjam.
b. Tidak pernah melakukan tindakan tercela di bidang
keuangan dan atau dihukum karena terbukti melakukan
tidak pidana di bidang keuangan.
c. Memiliki akhlak dan moral yang baik.
d. Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah dan semenda
sampai derajat ketiga dengan penguus.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 157


5. Dalam melaksanakan tugasnya manager bertanggung jawab
kepada Pengurus.

Pasal 35
Tugas dan kewajiban Manager adalah:
a. Melaksanakan kebijaksanaan pengurus dalam mengelola usaha
koperasi.
b. Mengendalikan dan mengkoordinir semua kegiatan usaha yang
dilaksanakan oleh para karyawan.
c. Melakukan pembagian tugas secara jelas dan tegas mengenai
bidang dan pelaksanaannya.
d. Mentaati segala ketentuan yang telah diatur dalam anggaran
dasar, anggaran rumah tangga, keputusan rapat anggota,
kontrak kerja dan ketentuan lainnya yang berlaku pada koperasi
yang berkaitan dengan pekerjaannya.
e. Menanggung kerugian usaha koperasi sebagai akibat dari
kelalaian dan atau tindakan yang disengaja atas pelaksanaan
tugas yang dilimpahkan.

Pasal 36
1. Hak dan wewenang Manager:
a. Menerima penghasilan sesuai perjanjian kerja yang telah
disepakati dan ditandatangani bersama oleh pengurus dan
Manager.
b. Mengembangkan usaha dan kemampuan diri untuk
melaksanakan tugas yang dibebankan.
c. Membela diri atas segala tuntutan yang ditujukan kepada
dirinya.
d. Bertindak untuk dan atas nama pengurus dalam rangka
menjalankan usaha.
e. Menetapkan pedoman pelaksanaan, pengelolaan usaha atau
standar operasional prosedur yang disahkan oleh Rapat
Anggota.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan tugas, kewajiban, hak
dan wewenang Manager dan Karyawan diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga, ketentuan khusus dan kontrak kerja.

158 | H. Asrul Hoesein


Pasal 37
1. Karyawan yang melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam
sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. Bagian penerimaan dan pembayaran simpanan dan
tabungan.
b. Kasir.
c. Bagian pembukuan.
d. Panitia kredit/Bagian Pemberian Pinjam.
e. Bagian penagihan.
2. Ketentuan mengenai tugas karyawan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan atau
peraturan khusus.

BAB X
PENASEHAT

Pasal 38
1. Apabila diperlukan pengurus dapat mengangkat penasehat atas
persetujuan Rapat Anggota.
2. Penasehat memberi saran/anjuran kepada Pengurus untuk
kemajuan organisasi, usaha koperasi baik diminta atau tidak
diminta.
3. Penasehat dapat menghadiri Rapat Anggota dan atau Rapat
Pengurus dan mempunyai hak berbicara tetapi tidak mempunyai
hak suara.
4. Penasehat berhak menerima penghasilan/imbalan jasa sesuai
dengan keputusan Rapat Anggota.

BAB XI
PEMBUKUAN KOPERASI

Pasal 39
1. Tahun Buku Koperasi adalah tanggal 1 (satu) Januari sampai
dengan tanggal 31 (tiga puluh satu) Desember, dan pada akhir
bulan Desember tiap-tiap tahun pembukuan koperasi ditutup;

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 159


2. Koperasi wajib menyelenggarakan pencatatan dan pembukuan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia dan
standar akuntansi Koperasi pada khususnya serta Standar
Akuntansi Indonesia pada umumnya;
3. Dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan setelah pembukuan
Koperasi ditutup, maka Pengurus wajib menyusun dan
menyampaikan Laporan Tahunan yang telah diaudit oleh
Pengawas sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan ditanda tangani oleh semua anggota Pengurus
untuk disampaikan kepada Rapat Anggota yang disertai hasil
audit Pengawas.
4. Apabila diperlukan, Laporan Tahunan Pengawas dapat diaudit
oleh Akuntan Publik atas permintaan Rapat Anggota, atau
apabila Koperasi tidak mengangkat Pengawas tetap, maka
Laporan Tahunan Pengurus harus diaudit oleh Akuntan Publik
sebelum diajukan ke Rapat Anggota dan hasil audit tersebut
menjadi perbandingan Laporan Pertanggungjawaban Pengurus.
5. Ketentuan pengaturan lebih lanjut mengenai isi, bentuk,
susunan Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan
pelaksanaan audit diatur dalam Anggaran Rumah Tangga dan
peraturan tertulis

BAB XI
MODAL KOPERASI

Pasal 40
1. Koperasi mempunyai modal sendiri dan modal yang memperoleh
dari uang simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela,
uang pinjaman dan penerimaan lain yang sah.
2. Modal dasar yang disetor pada saat pendirian Koperasi
ditetapkan sebesar Rp. ...............................,-
(................................................................) yang berasal dari
simpanan pokok, simpanan wajib, hibah dan modal penyertaan
dari para pendiri;

160 | H. Asrul Hoesein


3. Modal sendiri berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib,
dana cadangan, sumbangan, hibah dan lain-lain yang tidak
mengikat;
4. Modal luar yang dipergunakan untuk memperbesar usaha
koperasi berasal dari pinjaman yang tidak merugikan koperasi,
berupa pinjaman dari:
a. Anggota;
b. Koperasi lainnya dan atau anggotanya;
c. Bank dan lembaga keuangan lainnya;
d. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;
e. Sumber lain yang sah dalam maupun luar negeri.
5. Koperasi dapat melakukan pemupukan modal yang berasal dari
modal penyertaan.
6. Rapat Anggota menetapkan jumlah setinggi-tingginya yang
dapat disediakan sebagai uang kas, dan kelebihannya dengan
segera harus disimpan atas nama Koperasi pada Koperasi;
7. Uang kelebihan yang disimpan itu hanya dapat diminta kembali
dengan kwitansi yang ditandatangani oleh sekurang-kurangnya
2 (dua) orang anggota pengurus atau lebih seorang pengawas
yang ditunjuk oleh pengawas.

BAB XIII
PEMBERIAN PINJAMAN

Pasal 41
1. Dalam usaha pemberian simpan pinjam Koperasi dapat
menetapkan beberapa jenis pinjaman sesuai peraturan yang
berlaku;
2. Pinjaman hanya dapat diberikan kepada anggota, calon anggota,
Koperasi lain dan anggotanya;
3. Pinjaman diberikan dengan memperhatikan kemampuan
pengembalian dari peminjam serta kemampuan keuangan
Koperasi;
4. Setiap pinjaman yang diberikan harus diikat dengan surat
perjanjian pinjaman yang diperkuat dengan jaminan;

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 161


5. Jaminan-jaminan dapat berupa surat buktu kepemilikan barang,
hak tagih yang sah;
6. Setiap permohonan pinjaman harus didukung bukti yang
mendukung penggunaan pinjaman tersebut;
7. Batas maksimum pemberian pinjaman kepada Anggota dan
calon anggota ditetapkan dalam rapat pengurus;

Pasal 42
Apabila terdapat kelebihan dana yang telah dihimpun setelah
melaksanakan pemberian pinjaman maka Koperasi dapat
menempatkan kelebihan dana tersebut dalam bentuk:
a. Giro pada Bank atau lembaga keuangan lainnya;
b. Tabungan dan atau simpanan berjangka pada Koperasi lain;
c. Pembelian saham melalui pasar modal yang terdaftar di bursa
efek;
d. Pembelian obligasi yang terdaftar pada bursa lain;

Pasal 43
Ketentuan lebih lanjut mengenai pinjaman diatur dalam Peraturan
Khusus;

BAB XIV
SIMPANAN ANGGOTA

Pasal 44
1. Setiap anggota harus menyimpan atas namanya pada Koperasi,
simpanan pokok sejumlah Rp 150.000,- (seratus limapuluh ribu
rupiah) yang pada waktu keanggotaan diakhiri, merupakan
suatu tagihan atas koperasi sebesar tadi, jika perlu dikurangi
dengan bagian tanggungan kerugian;
2. Uang simpanan pokok pada prinsipnya harus dibayar sekaligus,
akan tetapi Pengurus dengan pertimbangan tertentu dapat
mengijinkan anggota untuk membayarnya dengan angsuran
perbulan, maksimal 3 (tiga) kali angsuran;
3. Tiap anggota yang akan mengangsur simpanan pokok harus
menyatakan kesanggupan secara tertulis;

162 | H. Asrul Hoesein


4. Tiap anggota diwajibkan membayar Simpanan Wajib atas
namanya pada Koperasi sebagaimana ditetapkan dalam
Anggaran Rumah Tangga/Peraturan Khusus;
5. Setiap anggota digiatkan untuk mengadakan simpanan atas
namanya pada koperasi menurut kehendaknya sendiri, baik
secara deposito maupun giro;

Pasal 45
1. Uang simpanan pokok dan simpanan wajib tidak dapat diminta
kembali selama anggota belum berhenti sebagai anggota;
2. Uang simpanan lainnya dapat diminta kembali menurut
peraturan khusus atau perjanjian. Dan yang merupakan giro
dapat diminta kembali sewaktu-waktu;
3. Jika diperlukan, koperasi dapat mengadakan simpanan khusus
yang diatur dalam peraturan khusus/Anggaran Rumah Tangga;

Pasal 46
Apabila keanggotaan berakhir menurut Pasal 12 ayat (3):
a. Uang simpanan pokok dan uang simpanan wajib setelah
dipotong dengan bagian tanggungan yang ditetapkan,
dikembalikan kepada yang berhak dengan segera selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan kemudian;
b. Uang simpanan pokok dan uang simpanan wajib setelah
dipotong dengan bagian tanggungan yang ditetapkan,
dikembalikan kepada bekas anggota dalam waktu 1 (satu) bulan
sesudah Rapat Anggota Tahunan yang akan datang;
c. Atau uang simpanan pokok menjadi kekayaan koperasi dan
pengembalian simpanan wajib diserahkan kepada Rapat Anggota
dengan mempertimbangkan kesalahan anggota yang
mengakibatkan pemecatannya.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 163


BAB XV
SISA HASIL USAHA

Pasal 47
1. Sisa Hasil Usaha merupakan pendapatan Koperasi yang
diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi penyusutan,
kewajiban lain termasuk Pajak, dan segala biaya yang
dikeluarkan dalam tahun buku yang bersangkutan;
2. Sisa Hasil Usaha yang diperoleh Koperasi, setelah dikurangi dana
cadangan dibagikan untuk:
a. Anggota sesuai transaksi dan simpanannya;
b. Pendidikan;
c. insentif untuk Pengurus;
d. untuk dana pendidikan;
e. untuk dana sosial dan pembangunan daerah kerja;
3. Pembagian dan prosentase pembayaran sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2), ditentukan dan diputuskan dalam keputusan
Rapat Anggota dan ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga;
4. Bagian Sisa Hasil Usaha untuk anggota dapat diberikan secara
langsung atau dimasukkan dalam simpanan atau tabungan
anggota yang bersangkutan yang sesuai keputusan Rapat
Anggota;

Pasal 48.
1. Dana cadangan adalah kekayaan koperasi yang disediakan untuk
menutup kerugian sehingga tidak boleh dibagikan kepada
anggota;
2. Rapat Anggota dapat memutuskan untuk mempergunakan
paling tinggi 75% dari seluruh jumlah dana cadangan untuk
perluasan usaha koperasi;
3. Sekurang-kurangnya 25% dari dana cadangan harus disimpan
dalam bentuk giro pada Bank sesuai keputusan Rapat Anggota.

164 | H. Asrul Hoesein


BAB XVI
TANGGUNGAN ANGGOTA

Pasal 49
1. Bilamana koperasi dibubarkan dan pada penyelesaian ternyata
bahwa kekayaan Koperasi tidak mencukupi untuk melunasi
segala perjanjian dan kewajiban, maka sekalian anggota dan
mereka yang telah berhenti sebagai anggota dalam waktu 1
(satu) tahun sebelum pembubaran koperasi diwajibkan
menanggung kerugian itu;
2. Bila menurut kenyataan ada anggota dan mereka yang berhenti
sebagai anggota dalam waktu 1 (satu) tahun yang sebelum
pembubaran koperasi, tidak mampu memenuhi kewajibannya
sebagaimana ditentukan dalam pasal ini, maka kekurangan itu
dibebankan kepada anggota lain, hingga jumlah kerugian yang
menurut perhitungan harus dibayar oleh para anggota dan
mereka yang berhenti sebagai anggota dapat dipenuhi;
3. Segala persoalan mengenai penentuan tindakan atau kejadian
mana yang menyebabkan kerugian diselesaikan menurut
ketentuan yang berlaku.

Pasal 50
1. Kerugian yang diderita oleh Koperasi pada akhir tahun buku,
ditutup dengan dana cadangan;
2. Jika kerugian yang diderita oleh koperasi pada akhir suatu tahun
buku tidak dapat ditutup dengan dana cadangan sebagaimana
dimaksud ayat (1), maka rapat anggota dapat memutuskan
untuk membebankan bagian kerugian tersebut di atas (jumlah
kerugian dikurangi dengan dana cadangan yang tersedia)
kepada anggota dan kepada mereka yang telah berhenti sebagai
anggota dalam tahun buku yang bersangkutan, masing-masing
yang besarnya dua kali simpanan pokok;

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 165


Pasal 51
Anggota-anggota yang telah berhenti dari Koperasi tidak
menanggung kerugian usaha yang tidak turut diputuskan oleh
mereka sesudah keluar dari Koperasi;

BAB XVII
PEMBUBARAN DAN PENYELESAIAN

Pasal 52
1. Pembubaran Koperasi dapat dilaksanakan berdasarkan:
a. keputusan Rapat Anggota atau;
b. keputusan Pemerintah, apabila:
1) terdapat bukti bahwa koperasi yang bersangkutan tidak
memenuhi undang-undang perkoperasian;
2) kegiatannya bertentangan dengan ketertiban umum
dan/atau kesusilaan;
3) kelangsungan hidupnya tidak dapat lagi diharapkan;
2. Pembubaran oleh Rapat Anggota didasarkan pada:
a. jangka waktu berdirinya Koperasi telah berakhir;
b. atas permintaan sekurang-kurangnya 3/4 (tiga per empat)
dari jumlah anggota;
c. koperasi tidak lagi melakukan kegiatan usahanya;

Pasal 53
1. Dalam hal Koperasi hendak dibubarkan maka Rapat Anggota
membentuk tim penyelesai yang terdiri dari unsur anggota,
Pengurus, dan pihak lain yang dianggap perlu dan diberi kuasa
untuk menyelesaikan pembubaran koperasi;
2. Penyelesai mempunyai hak dan kewajiban:
a. melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama Koperasi
dalam penyelesaian;
b. mengumpulkan keterangan yang diperlukan;
c. memanggil Pengurus, anggota dan bekas anggota tertentu
yang diperlukan baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama;
d. memperoleh, menggunakan dan memeriksa segala catatan
dan arsip Koperasi;

166 | H. Asrul Hoesein


e. menggunakan sisa kekayaan Koperasi untuk menyelesaikan
kewajiban Koperasi baik kepada anggota maupun kepada
pihak ketiga;
f. membuat berita acara penyelesaian, atau dalam bentuk akta
otentik notarial, atau dalam bentuk akta dibawah tangan
yang dibukukan (legalisasi notaris) atau dalam bentuk akta
dibawah tangan yang didaftarkan (didaftar/dicatat notaris)
dan menyampaikan pemerintah.
3. Pengurus Koperasi menyampaikan keputusan pembubaran
Koperasi oleh Rapat Anggota tersebut kepada Pejabat Koperasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
4. Pembayaran biaya penyelesaian didahulukan dari pada
pembayaran kewajiban lainnya.

Pasal 54
Dalam masa penyelesaian, kewajiban koperasi, didasarkan pada
urutan sebagai berikut:
a. gaji pegawai yang terutang;
b. biaya perkara di pengadilan;
c. biaya lelang;
d. biaya pajak;
e. biaya kantor seperti listrik, telepon, sewa, dan pemeliharaan
gedung;
d. penyimpanan dana atau penabung yang pembayarannya
dilakukan secara berimbang untuk setiap penyimpan/penabung
dalam jumlah yang ditetapkan oleh Tim Penyelesai berdasarkan
persetujuan menteri;
e. kreditur lainnya;

Pasal 55
Sisa kekayaan Koperasi yang masih ada, setelah dikurangi kewajiban
pembayaran Koperasi diserahkan dengan urutan sebagai berikut:
a. Koperasi lain yang baru dibentuk, atau koperasi lain sebagai
kelanjutan dari koperasi yang dibubarkan;
b. Koperasi pusatnya, dimana koperasi yang dibubarkan sebagai
anggotanya;

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 167


c. Koperasi lain yang ada di daerah yang bersangkutan;

Pasal 56
1. Seluruh anggota wajib menanggung kerugian yang timbul pada
saat pembubaranKoperasi;
2. Tanggungan anggota terbatas pada simpanan pokok, simpanan
wajib yang sudah dibayarkan.
3. Anggota yang telah keluar sebelum Koperasi dibubarkan wajib
menanggung kerugian, apabila kerugian tersebut terjadi selama
anggota yang bersangkutan masih menjadi anggota Koperasi
dan apabila keluarnya sebagai anggota koperasi belum melewati
jangka waktu 6 (enam) bulan.

BAB XVIII
SANKSI

Pasal 57
1. Apabila anggota pengurus melanggar ketentuan Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan peraturan lainnya yang
berlaku di Koperasi dikenakan sanksi oleh Rapat Anggota
berupa:
a. peringatan lisan;
b. peringatan tertulis;
c. dipecat dari keanggotaan atau jabatannya;
d. diberhentikan bukan atas permintaan sendiri;
e. diajukan ke Pengadilan.
2. Ketentuan mengenai sanksi diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga;

BAB XIX
JANGKA WAKTU BERDIRINYA KOPERASI
Pasal 58
Koperasi didirikan dalam jangka waktu yang tidak terbatas;

168 | H. Asrul Hoesein


BAB XX
ANGGARAN RUMAH TANGGA DAN PERATURAN KHUSUS

Pasal 59
Rapat Anggota menetapkan Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan
Khusus, yang memuat peraturan pelaksanaan berdasarkan
ketentuan Anggaran Dasar Koperasi dan tidak bertentangan dengan
Anggaran Dasar ini.

Pasal 60
Anggaran Dasar ini disahkan oleh Rapat Anggota Pembentukan
Koperasi yang dilaksanakan pada hari …………...., tanggal ……….….
2018 di Jalan ……. nomor ……., Desa/Kelurahan.....................
Kecamatan ……………….., Kabupaten/Kota…....................…Provinsi
………………................................

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 169


ANGGARAN RUMAH TANGGA
PRIMER KOPERASI BANK SAMPAH
KAB/KOTA ......................................................

BAB I
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN JANGKA WAKTU

Pasal 1
1. Primer Koperasi Bank Sampah yang selanjutnya disebut
“Koperasi” dan disingkat “PKBS” bertempat kedudukan di Jl.
............................... no......, Desa/Kelurahan .........................
Kecamatan ............................ , Kabupaten/Kota
................................ Propinsi ................................
2. Koperasi didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan.
3. Koperasi ini berdiri tunggal disetiap kabupaten dan kota di
seluruh Indonesia. Dalam perkembangannya bisa saja berdiri
lebih dari satu koperasi dalam satu kabupaten dan kota, namun
tetap mendapat persetujuan dan atau menjadi keputusan
bersama secara nasional pada induk primer koperasi bank
sampah yang berdiri di tingkat nasional.

BAB II
JENIS DAN WILAYAH KERJA

Pasal 2
1. Koperasi adalah Koperasi primer yang anggotanya terdiri dari
perorangan
2. Koperasi adalah koperasi konsumen yang memberikan
pelayanan barang dan/ atau jasa kepada anggotanya selaku
konsumen, namun dapat juga memberikan pelayanan kepada
perorangan selaku produsen barang/ jasa.
3. Wilayah kerja Koperasi mencakup seluruh wilayah Republik
Indonesia. Tapi tetap dalam sistem kemitraan antar koperasi
PKBS ini. Karena setiap kabupaten dan kota akan berdiri satu

170 | H. Asrul Hoesein


PKBS sebagai rumah bersama para penggiat atau pengelola
sampah secara umum.

BAB III
LANDASAN, AZAS DAN PRINSIP

Pasal 3
1. Koperasi berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan Azas
Kekeluargaan.

2. Dalam melaksanakan kegiatan, landasan tersebut pada ayat (1)


pasal ini dan nilai-nilai serta prinsip-prinsip koperasi
dipergunakan sebagai dasar pertimbangan dari tata kerja,
kegiatan dan kebijakan Koperasi

BAB IV
FUNGSI, PERAN DAN USAHA

Pasal 4

Koperasi merupakan wahana bagi anggota khususnya dan


masyarakat pada umumnya untuk mengembangkan potensi masing-
masing guna meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial,
khususnya usaha berbasis sampah atau limbah lainnya.

Pasal 5

1. Koperasi menyelenggarakan dan mengembangkan kegiatan


usaha yang mampu memberikan nilai tambah bagi
kesejahteraan anggota khususnya, dan masyarakat pada
umumnya.
2. Sebelum ditetapkan, kegiatan usaha yang akan dilaksanakan
wajib dikaji terlebih dahulu secara menyeluruh mengenai
kelayakan teknis, finansial serta manfaatnya bagi anggota
Koperasi dan masyarakat.
3. Kegiatan usaha sebagaimana dimaksud adalah:

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 171


a. Mengadakan unit simpan pinjam bagi anggotanya
b. Menjalankan usaha pemasaran produk dan jasa, termasuk
penjualan secara berjenjang, waralaba maupun melalui
internet
c. Melaksanakan kemitraan antara Koperasi dengan pihak lain,
Pemerintah, BUMN, BUMS, perbankan, koperasi lainnya dan
Lembaga Swadaya Masyarakat (NGO) dari dalam maupun
luar negeri dalam usaha / permodalan yang saling
menguntungkan
d. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan perkoperasian,
kewirausahaan, persampahan dan lain-lain dalam rangka
peningkatan sumber daya manusia dan kesejahteraan
anggota
e. Mengadakan usaha barang-barang primer dan sekunder
untuk anggota dan masyarakat
f. Mengadakan usaha jasa di bidang keuangan, kesehatan
(apotik, klinik), pelatihan, pendidikan, pendampingan,
konsultansi, ekspor/impor, travel biro, property, penyewaan
gedung, pengadaan kendaraan bermotor, asuransi,
telekomunikasi, broadcasting, warung internet, fotocopy,
ATK, toko buku, kantin/restoran, hotel, cleaning service,
taxi, perbengkelan, pertanian, peternakan, agrobisnis,
perikanan, kehutanan, pertambangan dan jasa-jasa lainnya.
Namun koperasi ini akan menjadikan pengelolaan sampah
organik akan menjadi usaha intinya sebagaimana menjadi
tujuan utama berdirinya koperasi ini.
4. Dalam menyelenggarakan kegiatan usaha tersebut pada ayat (3)
pasal ini, Koperasi dapat membentuk Unit dan Cabang Usaha di
luar wilayah Kantor Pusatnya atau membentuk Usaha Bersama
dengan pihak lain dengan tetap memperhatikan efisiensi,
efektivitas serta produktivitas usaha dimaksud.
5. Unit-unit Usaha Koperasi yang dibentuk sebagaimana dimaksud
dalam ayat 4 pasal ini wajib dikelola secara professional dan
diadministrasikan secara terpisah satu dari yang lain, namun
tetap merupakan satu kesatuan dari organisasi Koperasi.

172 | H. Asrul Hoesein


6. Dalam hal Koperasi membentuk Usaha Bersama dengan pihak
lain, bentuk usaha dimaksud dapat berupa bentuk hukum lain
atau melakukan kerjasama yang bersifat khusus berdasarkan
suatu perjanjian.

BAB V
KEANGGOTAAN

Pasal 6
1. Yang dapat menjadi anggota Koperasi ialah warga Negara RI
yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan berdomisili di
wilayah Indonesia dan tercatat sebagai penduduk Indonesia.
2. Keanggotaan bersifat aktif dengan mengajukan secara tertulis
kepada Pengurus.
3. Koperasi dapat memberikan perlakuan khusus kepada Anggota
dan Anggota Luar Biasa yang diatur lebih lanjut oleh Pengurus
dengan Peraturan Khusus.

Pasal 7
1. Pengurus wajib mengembalikan kepada Anggota/ Anggota Luar
Biasa yang berhenti atas permintaan sendiri, jumlah Simpanan
Pokok, Simpanan Wajib, Modal Penyertaan dan Simpanan-
simpanan lainnya setelah diperhitungkan dengan hak dan / atau
kewajibannya kepada Koperasi yang masih terhutang, selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan setelah permintaannya diterima
Pengurus.
2. Demikian juga apabila ada anggota yang meninggal dunia yang
menyebabkan keanggotaan yang bersangkutan berakhir,
Koperasi memberikan bantuan kepada keluarganya sebesar 2
(dua) kali Simpanan Pokok berikut pengembalian seluruh
Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Modal Penyertaan dan
Simpanan-simpanan lainnya setelah diperhitungkan dengan hak
dan / atau kewajibannya kepada KOPERASI yang masih
tehutang, kecuali haknya tidak bisa mencukupi kewajibannya,
maka pewaris berkewajiban menyelesaikan usaha dan kewajiban
dari anggota yang bersangkutan.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 173


Pasal 8
1. Setiap Anggota/ Anggota Luar Biasa Koperasi wajib mentaati
ketentuan dalam AD, ART dan Keputusan Rapat Anggota yang
berlaku.
2. Setiap Anggota/ Anggota Luar Biasa Koperasi wajib
berpartisipasi dan/ atau memanfaatkan jasa dari sekurang-
kurangnya salah satu dari kegiatan usaha yang diselenggarakan
Koperasi.

BAB VI
PERANGKAT KOPERASI

Pasal 9
Perangkat Organisasi Koperasi terdiri dari:
1. Rapat Anggota
2. Pengurus
3. Pengawas

BAB VII
RAPAT ANGGOTA

Pasal 10
1. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum Rapat Anggota
diselenggarakan pengurus sudah harus menyampaikan
undangan beserta agenda yang akan dibahas dalam Rapat
Anggota kepada setiap anggota. Undangan dapat disampaikan
melalui SMS (short Message Service) atau email.
2. Materi pembahasan dan jenis-jenis keputusan yang akan diambil
dalam Rapat Anggota, dikirimkan pada setiap anggota paling
lambat 1 (satu) hari sebelum Rapat Anggota dilaksanakan dalam
bentuk soft copy melalui media elektronik lainnya yang mudah
diakses oleh anggota atau dalam bentuk hard copy yang dapat
diambil sendiri di kantor.
3. Rapat Anggota dipimpin oleh pengurus atau pengawas.

174 | H. Asrul Hoesein


4. Sebelum rapat dimulai pimpinan rapat membacakan tata tertib
dan menghitung jumlah peserta yang hadir untuk menentukan
serta mengesahkan quorum rapat.
5. Usul, pertanyaan, aspirasi dapat diajukan secara tertulis sebelum
Rapat Anggota dilaksanakan.
6. Rapat Anggota dibuka dan ditutup dengan doa kepada Allah
SWT.

Pasal 11
1. Setiap anggota yang tidak dapat hadir dalam Rapat Anggota
dapat memberikan surat kuasa kepada anggota lain yang hadir,
tetapi tidak dapat mewakilkan suaranya.
2. Mekanisme pemberian surat kuasa akan diatur lebih lanjut dalam
Tata Tertib Rapat Anggota.
3. Anggota luar biasa tidak dapat menerima surat kuasa.

Pasal 12
1. Waktu pelaksanaan Rapat Anggota diatur sebagai berikut:
a. Rapat Anggota Tahunan diselenggarakan setiap tahun paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun buku yang bersangkutan
berakhir.
b. Rapat Anggota untuk membahas Rencana Kerja dan
Anggaran Koperasi diselenggarakan setiap tahun paling
lambat 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran dimulai.

Pasal 13
1. Rapat Anggota Tahunan (RAT) untuk:
a. Membahas dan mengesahkan Laporan dan
Pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas
b. Menetapkan pembagian dan peruntukan Sisa Hasil Usaha
yang diperoleh dalam tahun buku yang baru ditutup;
c. Memberhentikan anggota Pengurus dan Pengawas yang
telah habis masa jabatannya;

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 175


d. Memilih dan mengangkat anggota Pengurus dan Pengawas
untuk menggantikan anggota Pengurus dan Pengawas yang
telah habis masa jabatannya;
e. Mengukuhkan pemberhetian anggota Pengurus/Pengawas
yang berhenti sebelum masa jabatannya berakhir;
f. Mengukuhkan anggota Pengurus/Pengawas yang diangkat
sebagai pengganti anggota Pengurus/Pengawas yang
berhenti sebelum masa jabatannya berakhir;
g. Menetapkan pengangkatan dan/ atau pemberhentian
anggota Dewan Penasehat.
2. Laporan dan Pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas
tersebut pada ayat (1) huruf a pasal ini, masing-masing
ditandatangani oleh semua ketua Pengurus/Pengawas yang
bersangkutan.
3. Bila ada satu atau lebih ketua Pengurus/Pengawas yang tidak
menandatangani Laporan dan Pertanggungjawaban tersebut
pasa ayat (1) huruf a pasal ini, yang bersangkutan harus
memberi penjelasan secara tertulis, dan dilampirkan sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari laporan dan
Pertanggungjawaban terkait.

Pasal 14
1. Apabila Laporan dan Pertanggungjawaban Pengurus/ Pengawas
tersebut pada pasal 13 ayat (1) huruf a ART tidak dapat diterima
Rapat Anggota Tahunan (RAT), maka pada saat itu RAT
membentuk formatur untuk memimpin sementara operasional
Koperasi.
2. Selain itu, RAT juga membentuk Tim Verifikasi untuk
mengadakan pemeriksaan ulang atas Laporan
Pertanggungjawaban Pengurus. Anggota Pengurus dan
Pengawas dalam masa jabatan tidak boleh ditunjuk sebagai
anggota Tim Verifikasi.
3. Tim Verifikasi terdiri dari 5 (lima) orang dengan susunan sebagai
berikut: seorang ketua merangkap anggota, seorang Sekretaris
merangkap anggota dan 3 (tiga) orang anggota.

176 | H. Asrul Hoesein


4. Batas waktu kerja Tim Verifikasi ditetapkan selambat-lambatnya
60 (enampuluh) hari kerja, dan dalam melaksanakan tugasnya
Tim dapat minta bantuan jasa Akuntan Publik.
5. Hasil kerja Tim Verifikasi dilaporkan dalam Rapat Anggota Luar
Biasa yang diadakan 1 (satu) minggu setelah batas waktu kerja
Tim Verifikasi.
6. Semua biaya yang dikeluarkan Tim Verifikasi dibebankan kepada
Anggaran Koperasi.

Pasal 15
1. Rapat Pleno diselenggarakan minimal 1 (satu) kali dalam 3 (tiga)
bulan.
2. Rapat Pleno diselenggarakan untuk membahas dan menetapkan
Kebijakan Pokok dalam bidang organisasi, tata kerja,
manajemen/pengelolaan dan usaha termasuk pada:
- Pengangkatan dan pelimpahan sebagian wewenang
Pengurus kepada manager professional;
- Perangkapan fungsi Pengawas oleh Pengurus;
- Pengembangan atau pemekaran usaha;
- Penghapusan/ penggabungan kegiatan usaha;
- Penjualan/ penggadaian/ pengalihan harta tak bergerak;
- Kebijakan harga penjualan dan suku bunga.
3. Rapat Pleno dihadiri oleh Pengurus, Pengawas dan Pengelola
Koperasi.

Pasal 16
1. Rapat Anggota Luar Biasa (RALB) diselenggarakan sewaktu-
waktu dianggap perlu, untuk membahas dan memecahkan
permasalahan yang sifatnya mendasar dan perlu
diselenggarakan secepatnya.
2. RALB dihadiri oleh Anggota / perwakilan, tidak termasuk
Anggota Luar Biasa
3. Hal-hal yang bersifat mendasar tersebut pada ayat (1) pasal ini
antara lain:

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 177


a. Pemberhentian anggota Pengurus dan/ atau Pengawas yang
telah terbukti menimbulkan kerugian pada Koperasi dan atau
anggotanya karena tidak betindak sesuai dengan wewenang
atau bertindak melampaui batas wewenang yang ada
padanya;
b. Perubahan/ penyempurnaan AD dan/ atau ART;
c. Pembubaran Koperasi dan pembentukan Panitia
Penyelesaian;
d. Penyelamatan Koperasi dari kerugian yang berkelanjutan
dan telah mengakibatkan berkurangnya modal sendiri.

Pasal 17
Implementasi keputusan Rapat Anggota ditindaklanjuti/ dituangkan
dalam Surat Keputusan dan/atau Peraturan Khusus yang diterbitkan
oleh Pengurus.

BAB VIII
PENGURUS

Pasal 18
1. Pengurus KOPERASI dipilih dari dan oleh anggota secara
langsung atau melalui formatur.
2. Dalam hal dipilih melalui formatur, maka Rapat Anggota
menetapkan jumlah formatur sekurang-kurangnya terdiri dari 5
(lima) dan sebanyak-banyaknya 9 (sembilan) orang yang dipilih
secara langsung dalam Rapat Anggota.
3. Keanggotaan Formatur dapat melibatkan 1 (satu) orang
Pengurus lama, dan 1 (satu) orang Pengawas lama.
4. Anggota Formatur tidak harus menjadi Pengurus.

Pasal 19
1. Selain dari syarat yang ditetapkan pada bab VI pasal 21 ayat (2)
AD, yang dapat dicalonkan menjadi anggota Pengurus harus
memenuhi syarat tambahan berikut:
a. Menjadi anggota Koperasi sekurang-kurangnya 3 (tiga)
tahun tidak terputus-putus

178 | H. Asrul Hoesein


b. Tidak pernah melakukan tindakan atau perbuatan yang
merugikan Koperasi.
c. Tidak mempunyai tunggakan Simpanan Pokok/ atau
Simpanan Wajib.
d. Tidak pernah memperoleh teguran tertulis dari Pengurus
karena lalai melakukan kewajibannya sehubungan dengan
pengenaan sanksi berdasarkan ketentuan dalam pasal 39
ART ini.
e. Tidak menjadi anggota organisasi politik/ kemasyarakatan
yang dilarang oleh Pemerintah.
f. Dapat menyediakan waktu untuk kepentingan Koperasi.
2. Masa Jabatan Pengurus 3 (tiga) tahun dan dapat dipilih kembali
untuk masa jabatan berikutnya.

Pasal 20
1. Selama belum dilakukan serah terima jabatan kepengurusan,
Pengurus Lama masih berfungsi dan menjalankan tugas sehari-
hari dalam kedudukan demisioner.
2. Pengurus Demisioner memberitahukan secara tertulis susunan
Pengurus Baru kepada semua anggota/ anggota LB, Pengawas
dan Dewan Penasehat.
3. Serah terima jabatan dari Pengurus Demisioner kepada
Pengurus Terpilih dilakukan selambat-lambatnya 10 (sepuluh)
hari kerja setelah terpilihnya Pengurus Baru.
4. Apabila serah terima jabatan tersebut pada ayat 3 (tiga) pasal ini
karena satu dan lain sebab tidak terlaksana, maka Pengurus
Terpilih dengan sendirinya segera melaksanakan tugas
kepengurusannya.

Pasal 21
1. Pengurus merupakan badan kepemimpinan kolektip.
2. Setiap anggota Pengurus bertindak untuk dan atas nama
Pengurus Koperasi.
3. Akibat yang timbul dari tindakan atau kelalaian untuk bertindak
dari seorang anggota Pengurus yang mengakibatkan kerugian
bagi Koperasi, mengikat Pengurus sebagai keseluruhan

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 179


4. Seorang atau lebih anggota Pengurus dapat dibebaskan dari
tuntutan ganti rugi pada ayat 3 (tiga) pasal ini, apabila yang
bersangkutan dapat membuktikan bahwa sebelumnya telah
berusaha untuk mencegah timbulnya kerugian tersebut.

Pasal 22
1. Selain tugas tersebut pada pasal 23 AD, Pengurus juga
bertugas:
a. Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan
kemanfaatan Koperasi sesuai dengan tanggung-jawabnya
dan Keputusan Rapat Anggota.
b. Memasyarakatkan pengertian, pemahaman dan
penghayatan prinsip-prinsip koperasi.
c. Menandatangani perjanjian kerjasama, dalam hal ini diwakili
oleh Ketua Umum. Apabila Ketua Umum sedang
berhalangan dapat diwakili oleh Wakil Ketua.
d. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Koperasi Jangka
Menengah (3 tahunan) untuk disahkan Rapat Anggota dan
dipergunakan sebagai acuan dalam penyusuan Rencana
Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Tahunan.
e. Mencatat dan memelihara catatan partisipasi setiap anggota
dalam kegiatan usaha KOPERASI dan transaksi usaha setiap
anggota dengan Koperasi sebagai dasar perhitungan dalam
penetapan pertimbangan pembagian SHU kepada setiap
anggota.
f. Menerbitkan buletin (cetak atau maya) secara teratur
sebagai media komunikasi tertulis antara Pengurus dengan
Anggota dan antara sesama Anggota.
g. Mengembangkan dan memelihara jaringan kerjasama baik
dalam bidang usaha maupun bidang-bidang lainnya dengan
koperasi dan mitra usaha/kerja lainnya.
2. Pembagian tugas Pengurus sebagaimana diatur dalam pasal 23
AD diatur dalam keputusan Pengurus.
3. Semua surat-surat keluar ditandatangani oleh Ketua Umum atau
Wakil Ketua Umum.

180 | H. Asrul Hoesein


4. Semua surat-surat berharga dan warkat bank ditandatangani
oleh Bendahara / salah seorang anggota Pengurus bersama-
sama dengan Ketua Umum/ Wakil Ketua Umum.
5. Tanpa menghilangkan tanggung-jawabnya kepada Rapat
Anggota, Pengurus dapat mengangkat Pengelola dan karyawan
Koperasi, dan melimpahkan sebagian tugas-tugasnya kepada
Pengelola/ karyawan Koperasi yang bersangkutan.

Pasal 23
1. Anggota Pengurus yang berhenti atas permohonan sendiri
sebelum masa jabatannya habis harus mengajukan permohonan
secara tertulis kepada Pengurus.

2. Apabila permohonan tersebut pada ayat (1) pasal ini dapat


disetujui, Pengurus menyatakan persetujuannya secara tertulis
kepada yang bersangkutan dan segera mencatat hal tersebut
dalam Buku Daftar Pengurus.
3. Terhitung sejak tanggal pencatatan berhenti dari jabatan
Pengurus, yang bersangkutan dengan sendirinya kembali
menjadi anggota biasa, dan semua fasilitas yang diberikan
kepadanya selaku anggota Pengurus dihentikan.
4. Apabila ada anggota Pengurus berhenti dari jabatannya selaku
anggota Pengurus sebelum masa jabatannya berakhir, maka
Rapat Pengurus menunjuk seorang pengganti.
5. Pergantian anggota Pengurus antar waktu tersebut pada ayat
(4) pasal ini harus disahkan Rapat Anggota.
6. Untuk keperluan tersebut Pengurus wajib memberitahukan
pergantian anggota Pengurus antar waktu tersebut pada ayat
(4) pasal ini pada Rapat Anggota berikutnya.
7. Apabila Rapat Anggota tidak dapat mengesahkan anggota
Pengurus pengganti tersebut pada ayat (4) pasal ini maka
Pengurus menyerahkan penyelesaian masalah tersebut kepada
Sidang Rapat Anggota untuk menetapkannya

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 181


Pasal 24
1. Anggota Pengurus dapat diberhentikan oleh Rapat Anggota Luar
Biasa (RALB) jika terbukti:
a. Dengan sengaja tidak melakukan ketentuan-ketentuan AD
dan ART dan/ atau Keputusan Rapat Anggota.
b. Melakukan tindakan yang menyimpang atau bertentangan
dengan ketentuan UU/ AD/ ART/ Keputusan Rapat Anggota.

2. Rapat Anggota Luar Biasa diselenggarakan berdasarkan


ketentuan-ketentuan pada pasal 20 AD

Pasal 25
1. Sebagai pengganti tenaga dan waktu yang dipergunakan untuk
menjalankan tugas yang diembannya kepada anggota Pengurus
diberikan imbalan jasa/ honorarium dibayarkan setiap bulan
yang besarnya ditetapkan oleh Rapat Anggota.
2. Sesuai dengan ketentuan Bab XII pasal 41 ayat (2) dan ayat (3)
AD kepada Pengurus diberikan bagian dari SHU.

BAB IX
PENGAWAS

Pasal 26
1. Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh serta
bertanggungjawab kepada Rapat Anggota.
2. Pengawas terdiri dari 5 (lima) orang yang dipilih dari dan oleh
anggota dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT).
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat dipilih menjadi
Pengawas selain yang tercantum dalam pasal 19 ayat (2) AD,
calon Pengawas memenuhi persyaratan tambahan berikut”
a. Syarat tambahan yang ditetapkan bagi calon Pengurus
sebagaimana tercantum dalam pasal 19 ayat (1) huruh a s/d
f ART berlaku juga bagi calon anggota Pengawas.
b. Umur sekurang-kurangnya 30 tahun.
c. Dicalonkan sekurang-kurangnya oleh 10 (sepuluh) peserta
RAT.

182 | H. Asrul Hoesein


d. Dapat menyediakan waktu untuk kepentingan Koperasi.
3. Pemilihan Pengawas dilakukan secara langsung.

Pasal 27
1. Masa jabatan Pengawas 3 (tiga) tahun sesuai dengan periode
pengurus.
2. Anggota Pengawas yang telah habis masa jabatannya dapat
dipilih kembali untuk masa jabatan berikutnya.

Pasal 28
1. Serah-terima jabatan dari Pengawas lama yang telah habis masa
jabatannya kepada Pengawas baru dilakukan bersama-sama
dengan serah terima jabatan dari Pengurus lama kepada
Pengurus baru.
2. Selama belum dilakukan serah-terima jabatan, Pengawas lama
tetap menjalankan tugas yang diembannya selaku Pengawas
Demisioner.
3. Apabila serah terima jabatan tersebut pada ayat (1) pasal ini
karena satu dan lain sebab tidak dapat terlaksana dalam jangka
waktu 10 (sepuluh) hari kerja, maka Pengawas baru dengan
sendirinya segera melaksanakan tugas kepengawasannya.

Pasal 29
Selain tugas pokok yang ditetapkan dalam pasal 28 AD, Pengawas
juga bertugas:
a. Menjaga agar operasional KOPERASI selalu taat azas dengan
Rencana Kerja dan Anggaran Koperasi yang telah ditetapkan.
b. Mencegah terjadinya penyimpangan dan/ atau penyalahgunaan
wewenang yang dilakukan oleh pengurus;
c. Mengambil tindakan kolektif untuk meluruskan kembali bila
terjadi penyimpangan/ penyalahgunaan wewenang.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 183


Pasal 30
1. Anggota Pengawas yang berhenti atas permohonan sendiri
sebelum masa jabatannya habis, diselesaikan dengan tata cara
yang diberlakukan terhadap anggota Pengurus yang berhenti
atas permohonan sendiri sebelum masa jabatannya berakhir.
2. Ketentuan tersebut pada pasal 23 ayat (1) s/d ayat (8)
diberlakukan pada anggota Pengawas tersebut pada ayat (1)
pasal ini.

Pasal 31
1. Anggota Pengawas dapat diberhentikan melalui RALB bila yang
bersangkutan terbukti:
a. Dengan sengaja tidak melaksanakan ketentuan dalam UU /
AD / ART / Keputusan Rapat Anggota.
b. Melaksanakan suatu tindakan yang menyimpang atau
bertentangan dengan ketentuan dalam UU / AD / ART /
Keputusan Rapat Anggota.
2. Rapat Anggota Laur Biasa (RALB) diselenggarakan berdasarkan
ketentuan-ketentuan pada pasal 20 AD.

Pasal 32
1. Sebagai pengganti tenaga dan waktu yang dipergunakan dalam
menjalankan tugas yang diembannya, kepada Pengawas
diberikan imbalan jasa/ honorarium dibayarkan setiap bulan
yang besarnya ditetapkan oleh Rapat Anggota.
2. Sesuai dengan ketentuan Bab XII pasal 41 ayat (2) dan ayat (3)
AD kepada Pengawas diberikan bagian dari SHU.

BAB X
DEWAN PENASEHAT

Pasal 33
1. Dewan Penasehat dapat dipilih dan terdiri dari Tokoh
Masyarakat.

184 | H. Asrul Hoesein


2. Dewan Penasehat diminta atau tidak diminta dapat
menyampaikan saran dan/ atau pandangan mengenai
permasalahan yang dihadapi Koperasi kepada Pengurus/
Pengawas baik sendiri-sendiri maupun secara kolektif.
3. Dewan Penasehat dapat melihat, menyalin dan meneliti
informasi/ data baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis
mengenai keadaan Koperasi, dan berhubungan langsung dengan
Pengurus, Pengawas, karyawan dan anggota Koperasi serta
sumber-sumber informasi baik di dalam maupun di luar
Koperasi.

BAB XI
PENGELOLA DAN KARYAWAN KOPERASI

Pasal 34
1. Hubungan kerja antara Pengelola dengan Koperasi berdasarkan
ketentuan pasal 22 ayat (4) AD dikukuhkan dengan Kontrak
Kerja.
2. Pengelola dapat diberhentikan oleh Pengurus meskipun jangka
waktu kontrak kerja belum habis, bila pengelola yang
bersangkutan ternyata:
a. Tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan isi kontrak
kerja tersebut pada ayat (1) pasal ini, atau
b. Melakukan kekeliruan/ kesalahan manajemen sehingga
menimbulkan kerugian pada Koperasi, sebagaimana
dinyatakan oleh Internal Auditor UAD atau Akuntan Publik
dalam laporannya.
3. Pengelola dan/ atau karyawan Koperasi bertanggungjawab
kepada Pengurus.
4. Syarat Pengelola Koperasi;
a. Memiliki akhlak dan moral yang baik.
b. Mengetahui, memahami dan menghayati secara konsisten
batas-batas wewenang dan tanggung jawabnya.
c. Mempunyai jiwa dan semangat kepemimpinan serta
kewirausahaan.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 185


d. Memahami seluk-beluk dan sifat/ usaha pekerjaan yang
dikelola dan mempunyai visi untuk mengembangkannya.
e. Memahami peluang dan risiko yang dihadapi.
f. Mengetahui apa yang harus dilakukan, bagaimana harus
dilakukan dan kapan harus dilakukan.
g. Dapat dengan mudah bekerja sama dengan orang lain.
h. Mempunyai latar belakang pendidikan dan pengalaman yang
memadai.
BAB XII
PEMBUKUAN KOPERASI

Pasal 35
1. Penyelenggaraan pembukuan yang dimaksud dalam pasal 37
ayat (2) AD, ialah Sistem Pembukuan (Akuntansi) yang diakui
oleh Ikatan Akuntansi Indonesia.
2. Koperasi dapat meminta bantuan audit kepada Internal Auditor
di UAD atau Akuntan Publik yang penunjukkannya wajib
mendapatkan persetujuan Pengawas.
3. Unit Usaha yang dikelola dan diadministrasikan secara terpisah
wajib menyelenggarakan pembukuan dan membuat Neraca serta
perhitungan Rugi/ Laba tersendiri.

BAB XIII
PERMODALAN

Pasal 36
1. Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.
2. Modal sendiri dapat berasal dari:
a. Simpanan Pokok
b. Simpanan Wajib
c. Modal Penyertaan
d. Simpanan Khusus / Simpanan Kapitalisasi
e. Dana Cadangan
f. Hibah / modal sumbangan

186 | H. Asrul Hoesein


3. Modal Pinjaman adalah pinjaman yang harus dikembalikan
dalam periode tertentu yang sesuai dengan ketentuan. Modal
pinjaman dapat berasal dari:
a. Anggota
b. Koperasi lain
c. Bank dan lembaga keuangan lainnya
d. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya
e. Sumber lainnya yang sah
4. Simpanan khusus adalah simpanan yang berasal dari Donatur
atau lembaga-lembaga lain yang jangka waktu penempatannya
tidak terbatas dan tidak memperoleh bunga maupun sisa hasil
usaha. Apabila koperasi dilikuidasi, maka simpanan khusus
tersebut dikembalikan setelah memperhitungkan kerugian dan
semua pengembalian kewajiban Koperasi.
5. Modal penyertaan dalam pasal 38 AD adalah dana yang berasal
dari luar koperasi baik dari Pemerintah maupun masyarakat
(anggota luar biasa), yang turut serta yang membiayai kegiatan
usaha koperasi terutama untuk keperluan investasi dengan
syarat tertentu.
6. Syarat-syarat tertentu pada ayat (5) pasal ini antara lain:
a. Turut serta memikul risiko yang timbul dari kegiatan usaha
tersebut.
b. Kesatuan usaha yang sebagian equitinya berasal dari modal
penyertaan harus dikelola dan diadministrasikan terpisah
dari kesatuan usaha lainnya.
c. Imbalan bagi modal penyertaan diambilkan dari SHU Unit
Usaha yang bersangkutan.
d. Pemilik modal penyertaan dapat diikutsertakan dalam
pengelolaan/ pengawasan Unit Usaha yang didukung
dengan modal penyertaannya.
e. Pemilik modal penyertaan dalam Rapat Anggota sebagai
Peninjau.
7. Hak dan kewajiban pihak-pihak terkait dengan keikutsertaan
modal penyertaan dalam pembiayaan kegiatan usaha Koperasi,
diatur dalam perjanjian tertulis berdasarkan hukum yang
berlaku.

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 187


BAB XIV
SIMPANAN ANGGOTA

Pasal 37
1. Simpanan wajib tersebut sebagaimana diatur dalam pasal 39 AD
untuk pertama kalinya besarnya Rp. 150.000,00 (seratus lima
puluh ribu rupiah) dan selanjutnya perubahan besarnya
simpanan wajib ditentukan oleh Rapat Anggota.
2. Modal penyertaan sebagaimana diatur dalam pasal 39 AD untuk
pertama kalinya besarnya Rp. 25.000,00 (dua puluh lima ribu
rupiah) dan selanjutnya perubahan besarnya simpanan wajib
ditentukan oleh Rapat Anggota
3. Simpanan wajib dan Modal penyertaan dibayarkan setiap bulan
atau dapat dibayar sekaligus beberapa bulan atau satu tahun
dimuka.
4. Simpanan lain diluar simpanan pokok dan simpanan wajib bisa
diselenggarakan.

BAB XV
SISA HASIL USAHA

Pasal 38
1. Sisa hasil usaha (SHU) adalah sisa seluruh pendapatan Koperasi
yang diterima dalam 1 (satu) tahun buku setelah dikurangi
dengan segala biaya, penyusutan dan kewajiban-kewajiban
lainnya termasuk pajak yang menjadi beban dalam tahun buku
yang bersangkutan.
2. Peruntukan SHU tersebut pada ayat (1) pasal ini sebagai berikut:
a. Sisa Hasil Usaha yang diperoleh dari usaha yang
diselenggarakan untuk anggota dibagi sebagai berikut:
1) Tambahan Modal/ Cadangan Usaha…………………….30%
2) Dibagikan kepada anggota berdasarkan perimbangan /
perbandingan jasanya dalam usaha untuk memperoleh
sisa pendapatan Koperasi… ………………………………..20%

188 | H. Asrul Hoesein


3) Dibagikan kepada anggota berdasarkan perimbangan /
perbandingan simpanannya untuk memperoleh sisa
pendapatan
Koperasi………..........................................……...20%
4) Pengurus………………………………………………….………15%
5) Pengawas…………………………………………………………………
…10%
6) Dibagikan kepada karyawan Koperas………………………2%
7) Dana Kesejahteraan Koperasi …………………………… 2%
8) Dana Sosial & Pendidikan…………………………………… 1%

b. Sisa Hasil Usaha yang diperoleh dari usaha yang


diselenggarakan untuk Pihak bukan anggota (anggota luar
biasa) di luar Unit Simpan Pinjam dibagi sebagai
berikut:
1) Tambahan Modal/ Cadangan Usaha………………………30%
2) Dibagikan kepada anggota berdasarkan perimbangan /
perbandingan jasanya dalam usaha untuk memperoleh
sisa pendapatan Koperasi……………………………………20%
3) Dibagikan kepada anggota berdasarkan perimbangan/
perbandingan simpanannya untuk memperoleh sisa
pendapatan Koperasi…................................…...20%
4) Pengurus……………………………………………………………10%
5) Pengawas…………………………………………… ……………5%
6) Pendiri
……………………………………………………………………….10%
7) Dibagikan kepada karyawan Koperasi…………………2%
8) Dana Kesejahteraan Koperasi……………………………2%
9) Dana Sosial & Pendidikan………………………………….1%

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 189


BAB XVI
SANKSI-SANKSI

Pasal 39
1. Tenggang waktu antara peringatan pertama, peringatan
kedua dan peringatan ketiga yang dimaksud dalam pasal 47
ayat (1) AD masing-masing 2 (dua) bulan.
2. Waktu skorsing tersebut pada pasal 47 ayat (1) AD selama 6
(enam) bulan.
3. Pelaksanaan dan tata cara pengenaan sanksi akan diatur
oleh Pengurus dalam Keputusan tersendiri.
4. Terhadap mereka yang melakukan pelanggaran terhadap
pasal 25 AD sehingga menimbulkan kerugian kepada
Koperasi, diberhentikan dari jabatannya serta
keanggotaannya dalam Koperasi dengan tidak hormat
dengan memperhitungkan hak dan kewajibannya.
5. Anggota diberhentikan dengan tidak hormat dari
keanggotaannya dari Koperasi bila yang bersangkutan
mempergunakan informasi yang diperoleh dengan fasilitas
yang disediakan pasal 23 AD untuk tujuan yang merugikan
Koperasi.

BAB XVI
PERATURAN PERALIHAN

Pasal 40
1. Khusus pada saat pembentukan Pengurus dan Pengawas
Koperasi yang pertama kali, ketentuan pada pasal 19 ayat
(1) a, dan pasal 26 ayat (2) a, tidak berlaku.
2. Penilaian kinerja Pengurus dan Pengawas yang ditunjuk
pada awal pembentukan koperasi, baru dimulai pada tahun
buku 20…

190 | H. Asrul Hoesein


BAB XVII
PENUTUP

Pasal 41
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggarn Rumah Tangga (ART) ini
akan diatur dalam Peraturan Khusus yang ditetapkan oleh Pengurus.

Pasal 42
1. Anggaran Rumah Tangga ini disahkan oleh Rapat Anggota yang
diselenggarakan pada tanggal …………. 20… di ………………
2. Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal disahkan.

Ide Program dan Drafting


Green Indonesia Foundation– HAH (2015-2018)
Jakarta – Indonesia

“Bank Sampah” Masalah & Solusi | 191


192
Ba k “a pah, Masalah da “olusi

Anda mungkin juga menyukai