1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan
dan/atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta
atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
ii | H. Asrul Hoesein
“BANK SAMPAH”
Masalah & Solusi
H. Asrul Hoesein
Dilengkapi:
- Grafis Tahap Pelaksanaan Indonesia Bebas Sampah 2020 dan
EPR 2022
- Grafis Alur Manajemen Yayasan Bank Sampah dan Primer
Koperasi Bank Sampah.
- Alur Kegiatan Bank Sampah
- Mapping Potensi Bank Sampah
- Grafis Keanggotaan Primer Koperasi Bank Sampah.
- Skema Pengelolaan Sampah Laut dan Waste Manifest
- AD dan ART Primer Koperasi Bank Sampah
Penulis:
H. Asrul Hoesein
Direktur Eksekutif Green Indonesia Foundation
Jl. H. Muhi VIII No. 14 Kel. Pondok Pinang, Kebayoran Lama
(+6221) 28673854, +62 811 977 2131 - +62 812 8778 3331
Jakarta Selatan – Indonesia
Penerbit:
CV. SYAHADAH CREATIVE MEDIA (SCM)
Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo
Kompleks RAMA Residence Blok B No.9
Watampone - Sulawesi Selatan - Indonesia
Phone: 085240735954 / 081241395039
Email: penerbitsyahadah@yahoo.coms
www.penerbitsyahadah.com
Cetakan:
9,8,7,6,5,4,3,2,1 (angka terakhir) Watampone 2019
ISBN: 978-602-5493-90-4
Buku ini merupakan sebagian catatan atau opini penulis yang pernah dimuat
di Koran Sinar Pagi Baru Jakarta, SinarPagiBaru.Id dan Kompasiana.Com
(Group Kompas) dan diberbagai media online dan mainstream untuk solusi
sampah – waste management - Indonesia dan pertama kali diterbitkan
dalam bahasa Indonesia oleh CV. Syahadah Creative Media (SCM),
Watampone–92712 Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.
iv | H. Asrul Hoesein
dalam kenangan
ayahanda Hoesein (alm) dan
ibunda Hj. Hasinah (alm)
“pesan dan nasehatmu sampai kini masih tertanam”
Willy Tandiyo
Pembina Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) dan
Owner/CEO PT. Prada Karya Perkasa– Recycling Plastic
Company - Kota Mojokerto, Surabaya - Jawa Timur.
Erwin Ciputra
Presiden Direktur
PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk. Jakarta
vi | H. Asrul Hoesein
Pengantar
H. Asrul Hoesein
x | H. Asrul Hoesein
Daftar Isi
Lampiran:
- GrafisTahap Pelaksanaan Indonesia Bebas Sampah 2020 dan EPR
2022
- Grafis Alur Manajemen Yayasan Bank Sampah dan Primer
Koperasi Bank Sampah.
- Alur Kegiatan Bank Sampah
- Mapping Potensi Bank Sampah
- Grafis Keanggotaan Primer Koperasi Bank Sampah.
- Skema Pengelolaan Sampah Laut dan Waste Manifest
- AD dan ART Primer Koperasi Bank Sampah
1
2008 Sampah RT
10. Fasilitasi Bank Sampah 2022
(12 Oktober 2012)
Perda I-II
Dan MasterPlan
Terbitkan Kembali Permen PU No.3/2013 2018 Sampah IBS
Permendagri 33/2010 Sampah RTdan Sampah Prov/Kab/Kota
2020
Pedoman sejenis Sampah RT
Pengelolaan Sampah
(30 April 2010)
TPA Rencanakan Penutupan to Industri Pendukung (Biogas, Pupuk
Organik/Tablet NPK dan Industri Pendukung Plastik, Kertas dll)
Keterangan:
EPR = Extended Producer Responsibilty
IBS = Indonesia Bebas Sampah Ba k “a pah, Masalah da “olusi
Alur Kegiatan Kelembagaan Yayasan Bank Sampah dan Primer Koperasi Bank Sampah
Sesuai Regulasi Sampah UU.18/2008 dan PP.81/2012 serta Permendagri 33/2010 dan Permen LH.13/2012
2
Tersebar Monev
(Desa/Kel)
APBN-D/CSR/EPR BankCable/DBL
4 | H. Asrul Hoesein
“Adipura” oleh pemerintah dan pemerintah daerah
(pemda)saja.
6 | H. Asrul Hoesein
dibutuhkan, itu pemikiran dan dasar sederhananya. Namun
dengan dasar kesederhanaan itu, dapat dijadikan pula acuan
berpikir dan bertindak untuk mengurai sampah secara
komprehensif dan profesional. Hanya dibutuhkan niat yang
kuat untuk berubah ke arah yang lebih baik saja dalam masalah
sampah ini.
8 | H. Asrul Hoesein
sampai hari ini, dari seluruh kabupaten dan kota yang memiliki
TPA sekitar 428 kabupaten dan kota yang memiliki TPA dari
total 514 kabupaten dan kota di 34 Provinsi seluruh Indonesia,
umumnya masih menerapkan pola lama yaitu open dumping.
Ini sebuah pelanggaran berat yang dilakukan oleh pemda
selama bertahun-tahun, tanpa ada perhatian serius dari
pemerintah pusat dan pemda untuk mengaplikasi pasal 13, 44
dan Pasal 45 UUPS.
Bila pemerintah dan pemda fokus pada Pasal 13, 44 dan Pasal 45
UUPS, maka dipastikan pengelolaan sampah sangatlah mudah
dan sederhana serta berbiaya murah atau bisa disebut sampah
merupakan investasi bukan harus mengeluarkan biaya besar setiap
hari dan berkelanjutan tanpa hasil, karena hanya dibawa ke TPA
lalu ditumpuk atau dibakar begitu saja. Perlu diketahui bahwa
sesungguhnya solusi sampah bukan di hilir (sungai, laut, TPA dll)
tapi solusinya ada di hulu atau pada sumber timbulannya. Hulu
sampah ini juga perlu dipahami bahwa bukan di industri produk
atau industri daur ulang, tapi hulu dari sampah terdapat pada
konsumen produk yang ada dalam satu kawasan tertentu,
disanalah dimulai sebuah proses pengolahan atau pengurangan
sampah yang benar dan berkeadilan. Bukan dengan cara melarang
10 | H. Asrul Hoesein
Intinya sampah haruslah dikerjakan secara bersama-sama secara
komprehensif dan massif.
12 | H. Asrul Hoesein
Aspek Penting
Dalam Pengelolaan
Sampah
1. Aspek Hukum
14 | H. Asrul Hoesein
"peluang", paradigma ini harus segera dirubah. Agar potensi
sampah yang berlimpah dapat diberdayakan.
2. Aspek Kelembagaan
16 | H. Asrul Hoesein
mengharuskan keterlibata komponen tersebut. Mekanisme
pemantauan dan pengawasan pelaksanaan kebijakan oleh
masyarakat; misalnya pembuatan loket pengaduan di tingkat
desa/kelurahan, serta mendorong partisipasi swasta dalam
pembangunan dan pengoperasian fasilitas persampahan.
Termasuk dalam mengelola bisnis sampah, masyarakat harus
terlibat full, misalnya melalui koperasi bank sampah.
5. Aspek Bisnis
18 | H. Asrul Hoesein
mengharuskan kerjasama mutlak antar pengelola sampah
secara vertikal dari hulu hilir (rumah tangga atau kawasan
timbulan sampai ke industri), di dalam hubungan vertikal, ada
pemulung dan pelapak dan industri daur ulang, baik sampah
organik maupun sampah anorganik. Rangkaian kegiatan ini
mutlak harus kerjasama satu sama lainnya tanpa terputus.
Maka kegiatan bank sampah dalam rekayasa bisnis, haruslah
memiliki rumah bersama ekonomi dalam bentuk primer
koperasi bank sampah (PKBS), minimal dalam satu kabupaten
dan kota terdapat satu PKBS untuk menjadi payung bisnis para
pengelola dan anggota bank sampah.
20 | H. Asrul Hoesein
agar ketersediaan bahan baku berbasis sampah dapat
terpenuhi dalam skala bisnis.
22 | H. Asrul Hoesein
tidak dapat dieliminasi oleh produk yang dihasilkan. EPR sesuai
dengan prinsip 3R (reduse, reuse, recycle). Negara lain yang
telah melakukan EPR > Inggris, Jepang, Cina, Korea Selatan,
Singapore dan Thailand, Indonesia menyusul, pelaksanaan EPR
efektif untuk Indonesia sisa 4 tahun lagi (2022), namun saat ini
para perusahaan sudah seharusnya memulai "mengelola
manajemen produksinya yang berkemasan" secara bertahap,
agar tidak repot pada masanya. Biaya-biaya pengelolaan
sampah nantinya akan dilibatkan produsennya sendiri dalam
bentuk EPR. Para indusri berkemasan diwajibkan mengambil
kembali kemasannya atau produknya yang sudah menjadi
sampah dalam sebuah sistem yang terintegrasi dengan
pelaksanaan program-program bank sampah itu sendiri. Sistem
ini harus segera terbagun di setiap wilayah desa/kelurahan,
agar pada masa pelaksanaan secara efektif EPR ini bisa berjalan
dengan baik dan benar.
26 | H. Asrul Hoesein
Pembangunan bank sampah sebenarnya tidak dapat berdiri
sendiri tetapi harus disertai integrasi dengan gerakan 3R secara
menyeluruh di kalangan masyarakat dan harus mendapat
dukungan penuh baik dari pemerintah dan pemerintah daerah,
maupun dari perusahaan corporate sosial responsibility (CSR)
serta perusahaan sponsorship dan bantuan hibah lainnya.
28 | H. Asrul Hoesein
pola tindak dari linear economi ke circular economi agar
pengelolaan sampah benar-benar dapat terwujud dan hasilnya
akan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya.
30 | H. Asrul Hoesein
Permen LH ini dikeluarkan pada tanggal 7 Agustus 2012 oleh
Menteri Negara Lingkungan Hidup Prof. Dr. Balthasar
Kambuaya, M.B.A. pada masa pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, dimana sebelumnya Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kallatelah
mengeluarkan Undang-undang No. 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah (UUPS). Tujuan pemerintah dalam
program bank sampah bukanlah bank sampah itu sendiri,
melainkan sebagai strategi membangun kepedulian masyarakat
agar dapat 'bersahabat' dengan sampah untuk mendapat
manfaat ekonomi langsung dari sampah.
32 | H. Asrul Hoesein
atau Unit Pelaksana Tugas Daerah (UPTD). Namun yang
berbeda adalah, bank sampah berbasis masyarakat dan SKPD
atau UPTD berbasis pegawai negeri sipil. Maka konteks ini
seharusnya pemangku kepentingan dalam pengelolaan sampah
khususnya pemerintah dan pemda sebaiknya membuka diri,
dengan memberi keleluasaan para pengelola bank sampah
untuk membuat program kerja yang dibiayai oleh pemerintah
dan pemda, layaknya seperti SKPD atau UPD. Artinya
kegiatan bank sampah juga sebaiknya dimasukkan dalam
pembahasan Musrembang daerah dan nasional baik di Bapeda
maupun di Bapenas atau pada pembahasan di DPR/DPRD
demi menumbuhkembangkan bank sampah sebagai perekayasa
sosial dalam pengelolaan sampah menuju tata kelola sampah
(waste management) yang profesional berbasis regulasi yang
ada.
34 | H. Asrul Hoesein
Tapi pengelola bank sampah tidak mendapatkannya karena
mereka sendiri seakan mengabaikan kegiatan sosialnya yang
harus mendapat fasilitas dari pemerintah dan pemda. Pengelola
bank sampah harus segera berbenah dan merubah dirinya
kepada kondisi yang diamanatkan oleh regulasi.
Maka antara kegiatan sosial dan bisnis oleh bank sampah harus
jelas pemilahannya. Agar dana-dana sosial yang seharusnya
diterima oleh bank sampah dapat terlaksana. Begitupun dalam
36 | H. Asrul Hoesein
Tantangan dan
Peluang Bank Sampah
38 | H. Asrul Hoesein
masyarakat melalui pembentukan bank sampah secara massif
di setiap kelurahan/desa, target tersebut tidaklah sesulit yang
dibayangkan, mungkin bisa melebihi target yang ada, sampai
75 persen, bila bank sampah didorong dan difasilitasi dalam
mengelola sampah organik yang bukan hanya mengelola
sampah anorganik.
40 | H. Asrul Hoesein
Bukan pemerintah dan pemda yang menjadi eksekutornya.
Pemda harus mendorong pemerintah desa untuk menerbitkan
peraturan desa (perdes) tentang pengelolaan sampah berbasis
komunal. Perdes ini penulis telah mengusulkan diaplikasi oleh
pemda kabupaten dan kota dan beberapa daerah telah
melaksanakannya.
42 | H. Asrul Hoesein
dengan baik dan benar. Ahirnya bisa terjadi kebersamaan gerak
dalam pengelolaan sampah yang benar dan berkeadilan.
46 | H. Asrul Hoesein
pemilihan teknologi yang masih tarik-ulur. Sehingga bank
sampah bisa saja dimaklumi untuk tidak mengelola sampah
organik. Terlebih juga pemerintah dan pemda tidak mendukung
penuh para pengelola bank sampah untuk mengelola sampah
organik yang berlimpah itu. Ahirnya sampah organik tetap
akan menjadi beban TPA. Sementara TPA semakin terdesak
dengan laju produksi sampah setiap harinya. TPA sudah over
load, ahirnya berbiaya tinggi dan mendatangkan bencana. Baik
bencana alam maupun bencana atas “permainan” tangan-
tangan kotor para koruptor yang diduga banyak bermain di
TPA, baik pada transportasi sampah ke TPA, maupun dalam
pengelolaan sampah di TPA sendiri. Termasuk dana
konpensasi warga terdampak TPA, banyak raib tidak diterima
oleh penerima manfaat warga terdampak, sesuai riset yang
dilakukan oleh penulis melalui Green Indonesia Foundation
Jakarta pada survey beberapa TPA di Indonesia.
48 | H. Asrul Hoesein
eksistensi BSI ini akan menjadi dewa penolong bank sampah.
Namun sangat disanksikan karena aktifitasnya dipastikan akan
mengambil alih kegiatan bank sampah dalam misi bisnisnya,
faktanya demikian karena BSI juga tidak bankcable. Terlebih
pula BSI tidak menjalankan misi bank sampah atau membantu
dan mendampingi bank sampah dalam menjalankan misi
utamanya sebagai perekayasa sosial.BSI sama sekali tidak
menyentuh misi sosial. Misinya hanya berbisnis. Jadi hampir
tidak ada kelebihan BSI dibanding unit bank sampah yang
telah berdiri sebelumnya bila ditinjau dari sudut kelembagaan
dan aktifitas.
Sesungguhnya BSI ini mengambil peran unit bank sampah
termasuk pengusaha pelapak atau suplier bahan baku sampah.
Inilah keganjilan kehadiran BSI yang tidak disadari oleh
berbagai pihak selama ini, terutama pengelola bank sampah,
tidak merasakan kehadiran BSI akan menghambat
perkembangan kesejahteraan dan kemandirian ekonominya.
BSI sangat diduga menjadi alat atau sarana paraoknum
birokrasi untuk berbisnis dan lebih memonopoli urusan
persampahan.
50 | H. Asrul Hoesein
menjadi pesaing atau pembunuh bank sampah itu sendiri.
Seharusnya pemda hanya membangun unit percontohan bank
sampah di beberapa wilayah sumber timbulan sampah yang
besar seperti pada Pasar Tradisional.
52 | H. Asrul Hoesein
Bank Sampah; Fungsi
Sosial dan Ekonomi
54 | H. Asrul Hoesein
Keberadaan bank sampah yang masih pro-kontra, sangat
menarik untuk dicermati. Karena pada prakteknya, seakan bank
sampah ini terlahir oleh masyarakat, sehingga pemerintah dan
pemda memandang sebelah mata kehadiran bank sampah.
Padahal bank sampah adalah program yang diluncurkan oleh
pemerintah sejak tahun 2012, berarti milik pemerintah dan
melalui sebuah keputusan menteri. Maka seharusnya menjadi
kewajiban pemerintah dan pemda untuk membantu memicu
perkembangan usaha dan aktifitas bank sampah, khususnya
dalam melakukan kegiatan sosialnya (social engginering) di
masyarakat dalam merubah paradigma kelola sampah.
56 | H. Asrul Hoesein
membawa bencana, sebaliknya dapat memberi peluang usaha
dan manfaat yang sangat besar dan massif.
58 | H. Asrul Hoesein
bentuk sumbangan lainnya yang tidak mengikat ataupun
nantinya dari dana Extanded Produser Responsibility (EPR)
yang akan berlaku efektif tahun 2022. Pada masa EPR ini, bank
sampah sangat berfungsi menjadi mitra perusahaan
EPR.Pemerintah dan pemda dalam mengawal tertibnya
pelaksanaan EPR secara efektif dan efisien harus melibatkan
bank sampah sebagai garda terdepan dalam pelaksanaan EPR.
60 | H. Asrul Hoesein
bank sampah atau masyarakat secara umum sebagai produsen
sampah.
Dalam kaitan inilah apa yang dialami bank sampah sejak berdiri
lebih kurang sepuluh tahun lalu dan sampai saat ini (termasuk
bank sampah yang telah mendirikan koperasi tunggal) nampak
tidak ada pengaruh yang berarti pada peningkatan kualitas
lingkungan yang bersih dan sehat serta tanpa peningkatan
usaha bisnis bank sampah secara signifikan, sesuai amanat
regulasi dan eksistensi bank sampah sebagai garda terdepan
gerakan 3R termasuk dalam peningkatan ekonomi dan
penciptaan lapangan kerja baru dalam sektor persampahan
tidak memberi kontribusi positif.
64 | H. Asrul Hoesein
Asosiasi Bank Sampah Indonesia (ASOBSI) sebelum
melakukan sertifikasi kepada bank sampah anggotanya, maka
terlebih dahulu terakreditasi di Kamar Dagang dan Industri
(KADIN), dimana KADIN merupakan organisasi pengusaha
Indonesia yang bergerak di bidang perekonomian. ASOBSI
perlu mendapat bimbingan bisnis dan manajemen organisasi
dari KADIN. Karena Bank Sampah selain misinya sebagai
perekaysa sosial juga pada misi lainnya sebagai perekaya
bisnis, walau pada ruang yang berbeda, yaitu pada Primer
Koperasi Bank Sampah (PKBS). Maka demi
menumbuhkembangkan jiwa wirausaha kepada pengelola bank
sampah maka sebaiknya ASOBSI bersinergi dengan KADIN
dalam membina para pengelola bank sampah yang menjadi
anggotanya. Untuk alur masing-masing kegiatan tersebut (baca
lampiran).
66 | H. Asrul Hoesein
1. Klasifikasi atau Grade A = Bank Sampah Perumahan
2. Klasifikasi atau Grade B = Bank Sampah Kawasan Industri
3. Klasifikasi atau Grade C = Bank Sampah Kawasan
Pertokoan/Mal
4. Klasifikasi atau Grade D = Bank Sampah Kawasan
Pelabuhan/Nelayan
5. Klasifikasi atau Grade E = Bank Sampah Kawasan
Wisata/Hotel/Restoran
6. Klasifikasi atau Grade F = Bank Sampah Kawasan Bandara
7. Klasifikasi atau Grade G = Bank Sampah Kawasan Pasar
Tradisional
8. Klasifikasi atau Grade H = Bank Sampah Kawasan Pertanian
dan Perkebunan
9. Klasifikasi atau Grade I = Bank Sampah Kawasan
Perkantoran
10. Klasifikasi atau Grade J = Bank Sampah Kawasan
Apartemen/Rusun
11. Klasifikasi atau Grade G = Bank Sampah Kawasan
Sungai/Danau/Pulau
68 | H. Asrul Hoesein
Bank Sampah, EPR dan
Kantong Plastik
Berbayar
70 | H. Asrul Hoesein
dilakukan pemerintah dan pemda adalah menyiapkan
infrastruktur persampahan dengan baik untuk menjemput
kebijakan EPR tersebut. Serta memberlakukan kembali
kebijakan Kantong Plastik Berbayar (KPB). Kebijakan KPB ini
sesungguhnya lebih memungkinkan diberlakukan, sepanjang
mengikuti norma regulasi, dari pada mengeluarkan kebijakan
yang sungguh tidak mendidik berupa larangan penggunaan
kantong plastik, PS-Foam, sedotan plastik, impor scrap palstik
sampai pada rencana pemberlakuan cukai plastik. Sangatlah
tidak masuk akal dalam mengantisipasi permasalahan sampah
dengan cara melarang penggunaan produk. Malah akan
menimbulkan masalah barudalam sektor persampahan dan
industri manufaktur berbasis daur ulang. Kebijakan ini pula
akan menghabat alur investasi di Indonesia, baik investor lokal
maupun investor asing.
72 | H. Asrul Hoesein
yang pernah diusulkan oleh KLHK kepada penulis, agar dana-
dana KPB bisa segera dipergunakan untuk membangun
infrastruktur bank sampah disetiapdesa dan kelurahan untuk
menyambut pemberlakuan EPR tahun 2022.
74 | H. Asrul Hoesein
Relevansi Pengelolaan
Sampah
dan Koperasi
76 | H. Asrul Hoesein
social engineering di masyarakat sebagai produsen sampah.
Terjadi subsidi silang antar bank sampah itu sendiri.
78 | H. Asrul Hoesein
dll. Tidak ada bahan baku sampah diperoleh langsung seperti
bahan baku lainnya yang sudah ready stock. Tapi sebelumnya
harus dipilah dan dikelompokkan sesama jenis. Dengan dasar
inilah, bahan baku sampah menjadi susah diperoleh bila tidak
bekerjasama.
80 | H. Asrul Hoesein
Kenapa Harus
Primer Koperasi Bank
Sampah
82 | H. Asrul Hoesein
diri untuk menerima bantuan dana atau prasarana dan sarana
sebagai wakil pemerintah dalam gerakan rekayasa sosial di
masyarakat. Begitu pula akan susah mendapat bantuan
permodalan dari pihak bank dan non bank karena aksesnya
usahanya sangat kecil. Akan terjadi kontra produktif di dalam
semua pergerakannya, baik sosial maupun ekonomi.
84 | H. Asrul Hoesein
dan Kehutanan tersebut diatas. Artinya antar pengelola bank
sampah dan masyarakat dalam satu kabupaten/kota yang
membentuk primer koperasi bank sampah atau PKBS, bukan
mendirikan koperasi tunggal oleh bank sampah itu sendiri.
86 | H. Asrul Hoesein
dalam mengelola sampah secara komprehensif (menyeluruh)
dan massif.
90 | H. Asrul Hoesein
dan/atau menjadi anggota bank sampah di wilayah sesuai KTP
yang bersangkutan.
3. PKBS akan membantu bank sampah yang membutuhkan
prasarana dan sarana serta permodalan untuk
mengembangkan usahanya.
4. Pengelolaan manajemen dan hasil bisnis internal bank sampah
tetap mandiri dan otonom, termasuk hasil usaha bank sampah
yang bersangkutan tidak dicampuri oleh PKBS, kecuali ada
keterlibatan pendanaan oleh PKBS.
5. PKBS menarik untung (bagi hasil) dari bank sampah bila mana
ada usaha yang difasilitasi oleh PKBS.
6. PKBS bersama seluruh anggotanya akan fokus usaha inti
mengelola sampah organik menjadi Pupuk Organik (padat dan
cair) serta Biogas dan Listrik.
7. PKBS akan menempatkan prasarana dan sarana pengelolaan
sampah organik tersebar dalam satu kawasan sumber timbulan
sampah secara prioritas dan/atau atas usulan bank sampah
atau usulan pemerintah daerah.
8. PKBS akan berbasis IT dalam menfasilitasi data dan program
terhadap bank sampah dalam kelancaran pelaksanaan CSR dan
EPR. Sesuai aktifitas dan kinerja masing-masing anggotanya.
92 | H. Asrul Hoesein
usulan solusi sampah pada program PKBS ini, Koperasi
Sekunder di tingkat provinsi ditiadakan. Alasannya bahwa
Koperasi sekunder di tingkat provinsi tidak berfungsi secara
signifikan. Hanya akan menjadi beban dan penghambat
informasi antar jejaring di daerah dan pusat serta akan
mempengaruhi dan memperlambat kebijakan yang harus
diputuskan secara cepat.
96 | H. Asrul Hoesein
3. Sampah atau Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) :
5-10%
98 | H. Asrul Hoesein
manfaat, malah akan menimbulkan pencemaran. Maka PKBS
dalam misinya, akan berfokus mengelola potensi sampah
organik ini sebagai core bisnisnya.
ASOBSI dan
Primer Koperasi Mitra Usaha PKBS
Asosiasi Daur Ulang Bank Sampah Sektor Informal
Kab/Kota
134
Ekonomi
Bank Sampah Bank Sampah Bank Sampah Bank Sampah Bank Sampah
A B C D E
Alur Barang
Berkemasan Bukan Bank
Perusahaan Sampah
Produsen Induk
Berkemasan Koperasi Bank Sampah
Ritel Modern
Dana EPR Pasar Tradisional
BANK SAMPAH
Kec/Lurah > A
Industri
Pemerintah dan
Pemda Sebagai Perumahan
Pemulung Sampah
135
Regulator/Fasilitator Ritel Modern
ASOSIASI PENGELOLA BANK SAMPAH Pasar Tradisional
SAMPAH/DUP Kec/Desa > B
(PLASTIK/Kertas dll) Industri
Perumahan
APRINDO dan Pemulung Sampah
ASOBSI, APPBI. dll Ritel Modern
BANK SAMPAH Pasar Tradisional
Kec/Lurah > C
Industri
Perumahan
Bank Sampah
merupakan Agent EPR Alur Pelaporan Ritel
Mendirikan Lembaga Pengelola Sampah Kawasan> Primer Koperasi Bank Sampah Dermaga Pelabuhan dan Destinasi Wisata, Aplikasi Pasal 13 dan Pasal 45
UU.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah (Substansi Pengelolaan Sampah Kawasan) untuk mendorong pelaksanaan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut, dimana didalamnya Kementerian Koperasi dan UKM termasuk instansi terkait.
Pengelola Sampah Kawasan Terpadu (PSKT) Pelabuhan (Pelibatan Masyarakat Setempat) sebagai pelaksana pekerjaan monitoring dan penimbangan
sampah di Kawasan Pelabuhan atau Destinasi Wisata, menggunakan penimbangan atau pencatatan (manifes penumpang dan manifest sampah) masuk
dan keluar secara digital dengan sensor loadcell dan didukung dengan aplikasi web-based yang dapat diakses secara online oleh pihak yang
berkepentingan. (Toleransi sekitar 20-30 % sampah dari Kapal)
Lembaga Pengelola
Regulasi (Nasional/Lokal)
136
Sampah Dermaga
Larangan Buang Sampah: Star dan Penjemputan Sampah di Kelola Sampah Kawasan
Kapal
Adalah: Primer Manifest Penumpang x 0,4- Pelabuhan
> .... ? Kg/Ton
Koperasi Bank Sampah 0,7 Kg/Org (kesepakatan (Denda) (DUP dan IPSK)
bersama)
Dermada, melibatkan
masyarakat sekitar
pelabuhan (karang
Taruna) dan buruh-
buruh pelabuhan dan
petugas kebersihan
dermaga atau
kawasan sungai dan
destinasi wisata.
Jumlah Penumpang Jumlah Tempat Sampah Jumlah Sampah Kapal Jumlah Sampah Kapal
No Dewasa Anak- Kapal (Kg-Berangkat) (Kg-Tiba) Keterangan
Laki-Laki Perempuan anak Besar Sedang Kecil B3 Organik Anorganik B3 Organik Anorganik
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Perhatian: Bila sampah tidak sesuai dengan volume dan jumlah penumpang, akan dikenakan denda sesuai yang berlaku
BAB I
NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1.
1. Koperasi ini bernama “Primer Koperasi Bank
Sampah.................” disingkat “PKBS .......................” dan
selanjutnya dalam Anggaran Dasar ini disebut Koperasi.
2. Koperasi ini termasuk dalam jenis Koperasi Serba Usaha (KSU);
3. Koperasi ini berkedudukan di Jalan
.............................Nomor...... Kelurahan .....................,
Kecamatan ....................., Kabupaten/Kota .....................,
Provinsi .....................;
4. Koperasi dapat membuka cabang, cabang pembantu, dan kantor
kas ditempat kedudukan koperasi atau tempat lain atas
persetujuan dan keputusan Rapat Anggota;
BAB II
LANDASAN ASAS DAN PRINSIP
Pasal 2.
Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
serta berasaskan kekeluargaan;
Pasal 3.
1. Koperasi melakukan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip
Koperasi yaitu:
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
c. Pembagian sisa hasil usaha (SHU) dilakukan secara adil
sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing
anggota.
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
BAB III
TUJUAN DAN KEGIATAN USAHA
Pasal 4
Tujuan didirikan Koperasi adalah untuk:
a. Memajukan kesejahteraan anggota dan masyarakat serta ikut
membangun tatanan perekonomian Nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat maju, adil dan makmur berdasarkan
Pandasila dan Undang-undang Dasar 1945;
b. Meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
c. Menjadi gerakan ekonomi rakyat serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional berbasis sampah dan lingkungan hidup
secara umum.
d. Menjadi penggerak dan pelaku pembangunan pertanian terpadu
bebas sampah.
Pasal 5
1. Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud Pasal 4, maka
Koperasi menyelenggarakan kegiatan usaha yang berkaitan
dengan kegiatan usaha anggota, sebagai berikut;
a. Simpan pinjam.
b. Toko serba ada.
c. Perbengkelan atau workshop;
d. Perdagangan umum
e. Industri pupuk dan pertanian organik
BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 6
Persyaratan untuk diterima menjadi anggota sebagai berikut:
1. Warga Negara Indonesia.
2. Mempunyai kemampuan penuh untuk melakukan tindakan
hukum (dewasa dan tidak berada dalam perwalian dan
sebagainya).
3. Bertempat tinggal di wilayah kedudukan koperasi ini.
4. Masyarakat umum, pemulung sampah atau yang bekerja
sekaitan aktifitas dalam pengelolaan sampah dan lingkungan
hidup.
5. Mengajukan permohonan untuk menjadi anggota dan
menyatakan kesanggupan tertulis untuk melunasi simpanan
Pasal 7
1. Keanggotaan koperasi diperoleh jika seluruh persyaratan telah
dipenuhi, simpanan pokok dan simpanan wajib telah dilunasi dan
yang bersangkutan terdaftar dan telah menandatangani Buku
Daftar Anggota Koperasi.
2. Pengertian keanggotaan sebagaimana dimaksud ayat (1) di atas
termasuk para pendiri.
3. Keanggotaan tidak dapat dipindah tangankan kepada siapapun
dengan cara apapun.
4. Koperasi secara terbuka dapat menerima anggota lain sebagai
anggota luar biasa. Anggota luar biasa adalah mereka yang
bermaksud menjadi anggota, namun tidak bekerja sebagai
pengelola sampahtapi termasuk pemerhati dan motivator dalam
pengelolaan sampah.
5. Tata cara penerimaan anggota sebagaimana dimaksud ayat (4)
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 8
Setiap anggota mempunyai kewajiban:
1. Membayar rekening simpanan atau tabungan pada Koperasi
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Anggaran
Rumah Tangga atau diputuskan dalam Rapat Anggota
(membayar simpanan wajib sesuai ketentuan yang ditetapkan
dalam Anggaran Rumah Tangga atau diputuskan dalam Rapat
Anggota).
2. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha Koperasi.
Pasal 9
Setiap anggota berhak:
1. Memperoleh pelayanan dari Koperasi.
2. Menghadiri dan berbicara dalam rapat anggota.
3. Memiliki hak suara yang sama.
4. Mengajukan pendapat, saran dan usul untuk kebaikan dan
kemajuan Koperasi.
5. Memilih dan dipilih menjadi Pengurus atau Pengawas.
6. Memperoleh bagian Sisa Hasil usaha.
Pasal 10
1. Bagi mereka yang telah melunasi pembayaran simpanan pokok,
akan tetapi secara formal belum sepenuhnya melengkapi
persyaratan administratif, belum menandatangani Buku Daftar
Anggota atau belum membayar seluruh simpanan pokok
termasuk simpanan wajib dan lain-lain sebagaimana diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga berstatus sebagai Calon
Anggota.
2. Calon Anggota mempunyai kewajiban:
a. Membayar simpanan wajib sesuai ketentuan yang
diputuskan Rapat Anggota.
b. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha koperasi.
c. Mentaati ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga, Keputusan Rapat Anggota dan ketentuan lainnya
yang berlaku dalam koperasi.
d. Memelihara dan menjaga nama baik dan kebersamaan
dalam koperasi.
3. Calon anggota mempunyai hak.
a. Memperoleh pelayanan Koperasi.
b. Menghadiri dan berbicara dalam rapat anggota.
Pasal 11
1. Setiap anggota luar biasa memiliki kewajiban:
a. Membayar simpanan pokok menurut ketentuan dalam
Anggaran Dasar dan membayar simpanan wajib sesuai
dengan keputusan Rapat Anggota.
b. Berpartisipasi di dalam kegiatan usaha koperasi.
c. Mentaati ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga, Keputusan Rapat Anggota dan ketentuan lainnya
yang berlaku dalam koperasi.
d. Memelihara dan menjaga nama baik dan kebersamaan
dalam koperasi.
2. Setiap Anggota Luar Biasa mempunyai hak:
a. Memperoleh pelayanan Koperasi.
b. Menghadiri dan berbicara dalam rapat anggota.
c. Mengajukan pendapat, saran dan usul untuk kebaikan dan
kemajuan koperasi.
Pasal 12
1. Keanggotaan berakhir bila:
a. Anggota tersebut meninggal dunia.
b. Koperasi membubarkan diri atau dibubarkan oleh
Pemerintah.
c. Berhenti atas permintaan sendiri.
d. Diberhentikan oleh pengurus karena tidak memenuhi lagi
persyaratan keanggotaan dan/atau melanggar ketentuan
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan
lain yang berlaku dalam koperasi.
2. Anggota yang diberhentikan oleh Pengurus dapat meminta
pertimbangan/pembelaan kepada Rapat Anggota.
3. Simpanan pokok, simpanan wajib dan bagian Sisa Hasil Usaha
anggota yang diberhentikan oleh Pengurus, dikembalikan sesuai
BAB V
RAPAT ANGGOTA
Pasal 13
1. Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
Koperasi.
2. Rapat Anggota dilaksanakan untuk menetapkan:
a. Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan perubahan
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga.
b. Kebijaksanaan umum di bidang organisasi, manajemen dan
usaha koperasi.
c. Pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian pengurus dan
pengawas.
d. Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja
koperasi serta pengesahan laporan keuangan.
e. Pengesahan pertanggungjawaban Pengurus dalam
pelaksanaan tugasnya dan pelaksanaan tugas pengawas bila
koperasi mengangkat pengawas tetap.
f. Pembagian Sisa Hasil Usaha.
g. Penggabungan, peleburan, pembagian dan pembubaran
Koperasi.
3. Rapat Anggota dilakukan sekurang-kurangnya sekali dalam 1
(satu) tahun.
4. Rapat Anggota dapat dilakukan secara langsung atau melalui
perwakilan yang pengaturannya ditentukan dalam Anggaran
Rumah Tangga.
5. Rapat Anggota Koperasi terdiri dari:
a. Rapat Anggota Tahunan.
Pasal 14
1. Rapat Anggota sah jika dihadiri oleh lebih dari ½ (satu per dua)
dari jumlah anggota koperasi dan keputusan disetujui oleh lebih
dari ½ (satu per dua) bagian dari jumlah anggota yang hadir,
kecuali apabila ditentukan lain dalam Anggaran Dasar ini.
2. Apabila kuorum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atas
tidak tercapai, maka rapat anggota tersebut ditunda untuk
waktu paling lama 7 (tujuh) hari, untuk rapat kedua dan
diadakan pemanggilan kembali kedua kalinya.
3. Apabila dalam rapat kedua sebagaimana yang dimaksud ayat (2)
di atas kuorum tetap belum tercapai, maka rapat anggota
tersebut dapat dilangsungkan dan keputusannya sah serta
mengikat bagi semua anggota, apabila dihadiri sekurang-
kurangnya 1/3 (satu per tiga) dari jumlah anggota dan
keputusan disetujui oleh 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota
yang hadir.
4. Pengaturan selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 15
1. Pengambilan keputusan rapat anggota berdasarkan musyawarah
untuk mencapai mufakat.
2. Dalam hal tidak tercapai mufakat, maka pengambilan keputusan
oleh rapat anggota didasarkan atas suara terbanyak dari jumlah
anggota anggota yang hadir.
3. Dalam hal dilakukan pemungutan suara, setiap anggota
mempunyai hak satu suara.
4. Anggota yang tidak hadir tidak dapat mewakilkan suaranya
kepada anggota lain yang hadir dalam Rapat Anggota tersebut.
Pasal 16
Tempat, acara, tata tertib dan bahan materi Rapat Anggota harus
sudah disampaikan terlebih dahulu kepada anggota sekruang-
kurangnya 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan Rapat Anggota.
Pasal 17
1. Rapat Anggota diselenggarakan oleh Pengurus Koperasi, kecuali
Anggaran Dasar menentukan lain.
2. Rapat Anggota dapat dipimpin langsung oleh Pengurus Koperasi
dan atau oleh Pimpinan Sidang dan Sekretaris Sidang yang
dipilih dalam Rapat Anggota tersebut.
3. Pemilihan pimpinan dan sekretaris sidang dipimpin oleh
Pengurus Koperasi dari anggota yang hadir, yang tidak
memangku jabatan Pengurus, Pengawas dan pengelola atau
Karyawan Koperasi.
4. Setiap Rapat Anggota harus dibuat Berita Acara Rapat yang
ditandatangani oleh seluruh Pimpinan dan Sekretaris Rapat.
5. Berita Acara keputusan Rapat Anggota yang telah
ditandatangani oleh pimpinan dan sekretaris rapat menjadi bukti
yang sah terhadap semua anggota koperasi dan pihak ketiga.
6. Penandatanganan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) tidak
diperlukan, jika Berita Acara Rapat tersebut dibuat oleh Notaris.
Pasal 19.
1. Rapat Anggota khusus diadakan untuk:
a. Mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Koperasi dengan ketentuan;
1) Harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya ¾ (tiga per
empat) dari jumlah anggota.
2) Keputusan sah apabila disetujui oleh sekurang-
kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota yang
hadir.
b. Pembubaran, penggabungan, peleburan dan pemecahan
koperasi dengan ketentuan.
1) Harus dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga)
dari jumlah anggota.
2) Keputusannya harus disetujui oleh ¾ (tiga per empat)
dari jumlah anggota yang hadir.
c. Pemberhentian, pemilihan dan pengangkatan pengurus dan
pengawas dengan ketentuan:
1) Harus dihadiri oleh lebih dari ½ (satu per dua) dari
jumlah anggota.
2) Keputusannya harus disetujui oleh ¾ (tiga per empat)
dari jumlah anggota yang hadir.
2. Ketentuan dan pengaturan lebih lanjut diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga dan atau ketentuan khusus.
Pasal 20
1. Rapat Anggota Luar Biasa dapat diselenggarakan apabila
dipandang sangat diperlukan adanya keputusan yang
kewenangannya ada pada Rapat Anggota dan tidak dapat
menunggu dilaksanakannya Rapat Anggota biasa seperti diatur
dalam pasal 18 di atas.
2. Rapat Anggota Luar Biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
di atas diadakan apabila:
BAB VI
PENGURUS
Pasal 21
1. Pengurus Koperasi dipilih dari dan oleh Anggota dalam Rapat
Anggota.
2. Persyaratan untuk dapat dipilih menjadi pengurus sebagai
berikut:
a. Mempunyai kemampuan pengetahuan tentang
perkoperasian, kejujuran, loyal dan berdedikasi terhadap
koperasi.
b. Mempunyai keterampilan kerja dan wawasan usaha serta
semangat kewirausahaan;
c. Sudah menjadi anggota koperasi sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun.
Pasal 22
1. Jumlah pengurus sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, sebanyak-
banyaknya sesuai keputusan rapat anggota.
2. Pengurus terdiri dari sekurang-kurangnya:
a. Seorang ketua.
b. Seorang sekretaris.
c. Seorang bendahara.
3. Susunan pengurus Koperasi diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga sesuai dengan kebutuhan organisasi dan
kegiatan usaha koperasi.
4. Pengurus dapat mengangkat manager yang diberi wewenang
dan kuasa untuk mengelola usaha koperasi.
5. Apabila koperasi belum mampu mengangkat manager, maka
salah satu dari Pengurus dapat bertindak sebagai manager dan
pengurus yang bersangkutan harus melepaskan sementara
jabatannya sebagai pengurus.
6. Pengaturan lebih lanjut tentang susunan, tugas pokok,
wewenang dan tanggung jawab dan tata cara pengangkatan
Pengurus dan Pengawas diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga.
Pasal 23
Pasal 24
Pengurus mempunyai hak:
a. Menerima imbalan balas jasa sesuai keputusan Rapat Angggota.
b. Mengangkat dan memberhentikan manager dan karyawan
koperasi.
c. Membuka kantor cabang, kantor cabang pembantu dan atau
Kantor Kas sesuai dengan keputusan rapat anggota.
d. Melakukan upaya-upaya dalam rangka mengembangkan usaha
Koperasi.
e. Meminta laporan dari manager secara berkala dan sewaktu-
waktu bila diperlukan.
Pasal 25
1. Pengurus dapat diberhentikan oleh Rapat Anggota sebelum
masa jabatannya berakhir apabila terbukti:
a. Melakukan kecurangan atau penyelewengan yang merugikan
usaha dan keuangan dan nama baik koperasi.
b. Tidak mentaati ketentuan undang-undang perkoperasian
beserta peraturan dan ketentuan pelaksanaannya,
Angggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan keputusan
Rapat Anggota.
c. Sikap maupun tindakannya menimbulkan akibat yang
merugikan bagi koperasi khususnya dan gerakan koperasi
pada umumnya.
BAB VII
PENGAWAS
Pasal 26
1. Pengawas dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota.
2. Yang dapat dipiluh menjadi pengawas adalah anggota yang
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. mempunyai pengetahuan tentang perkoperasian,
pengawasan dan akuntansi, jujur, dan berdedikasi
terhadap koperasi.
b. Memiliki kemampuan keterampilan kerja dan wawasan
di bidang pengawasan.
c. Sudah menjadi anggota sekurang-kurangnya 2 (dua)
tahun.
3. Pengawas dipilih untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun.
4. Pengawas terdiri dari sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang.
5. Sebelum melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Pengawas,
harus terlebih dahulu mengucap sumpah atau janji di depan
Rapat Anggota.
Pasal 27
1. Dalam hal koperasi telah mampu mengangkat Manager yang
profesional, maka pengawasan dapat diadakan secara tetap atau
diadakan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan dan
ditentukan dengan keputusan Rapat Anggota.
2. Dalam hal koperasi tidak mengangkat pengawas, maka
ditentukan:
a. Pengangkatan Manager tersebut harus langsung ditetapkan
oleh Rapat Anggota.
b. Fungsi dan tugas pengawas menjadi tugas dan tanggung
jawab Pengurus dan Pengurus tidak ikut campur tangan
dalam pengelolaan kegiatan usaha, keuangan yang
dijalankan oleh koperasi.
3. Audit keuangan harus dilakukan oleh Akuntan Publik dan audit
non keuangan oleh tenaga ahli dibidangnya atas permintaan
pengurus.
4. Pengaturan selanjutnya diatur di dalam Anggaran Rumah
Tangga.
Pasal 28.
Hak dan kewajiban pengawas adalah:
a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan
dan pengelolaan koperasi.
b. Meneliti catatan dan pembukuan yang ada pada koperasi.
c. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.
d. Memberikan koreksi, saran, teguran dan peringatan kepada
pengurus.
e. Merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga.
f. Membuat laporan tertulis tentang hasil pelaksanaan tugas
pengawasan kepada Rapat Anggota.
Pasal 29
Pasal 30
1. Pengawas dapat meminta jasa audit kepada Akuntan Publik yang
biayanya ditanggung oleh koperasi.
2. Biaya audit tersebut dimasukkan dalam anggaran belanja
koperasi.
Pasal 31
1. Pengawas dapat diberhentikan oleh Rapat Anggota sebelum
masa jabatan berakhir apabila terbukti:
a. Melakukan tindakan, perbuatan yang merugikan keuangan
dan nama baik Koperasi.
b. Tidak mentaati ketentuan undang-undang Perkoperasian
beserta pengaturan ketentuan pelaksanaannya, Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga dengan Keputusan Rapat
Anggota.
2. Dalam hal salah seorang anggota Pengawas berhenti sebelum
masa jabatan berakhir, rapat Pengawas dengan dihadiri oleh
Wakil Pengurus dapat mengangkat pengganti dengan cara:
a. Jabatan dan tugas tersebut dirangkap oleh anggota
pengawas yang lain.
b. Mengangkat dari kalangan anggota untuk menduduki
jabatan pengawas tersebut.
3. Pengangkatan pengganti Pengawas sebagaimana tersebut dalam
ayat (2) di atas, dilaporkan oleh Pengawas kepada Rapat
Anggota yang terdekat setelah penggantian yang bersangkutan
untuk diminta pengesahan atau memilih mengangkat Pengawas
yang lain.
Pasal 32
1. Untuk meningkatkan pelayanan kepada anggota, koperasi dapat
membuka jaringan pelayanan berupa Kantor Cabang, Kantor
Cabang Pembantu, dan Kantor Kas ditempat kedudukan koperasi
atau tempat lain.
2. Kantor Cabang berfungsi mewakili Kantor Pusat dalam
menjalankan kegiatan usaha untuk menghimpun dana dan
penyalurannya serta mempunyai wewenang memutuskan
pemberian pinjaman yang selanjutnya diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga dan peraturan lain.
3. Kantor Cabang Pembantu berfungsi mewakili Kantor Cabang
dalam menjalankan kegiatan usaha untuk menghimpun dana
dan penyalurannya serta mempunyai wewenang menerima
permohonan pinjaman tetapi tidak mempunyai wewenang untuk
memutuskan pemberian pinjaman.
4. Kantor Kas berfungsi mewakili Kantor Cabang dalam
menjalankan kegiatan usaha untuk menghimpun dana.
Pasal 33
1. Pengelolaan Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan
Kantor Kas dilakukan oleh Pimpinan Cabang, Pimpinan Kantor
Cabang Pembantu dan Pimpinan Kantor Kas yang dibantu
Karyawan.
2. Pengangkatan pengelola sebagaimana diatur dalam ayat (1)
diangkat oleh Pengurus dengan perjanjian (kontrak) kerja
tertulis setelah mendengar saran dari manajer.
3. Persyaratan untuk diangkat menjadi pimpinan Kantor Cabang,
Kantor Cabang Pembantu dan Pimpinan Kantor Kas adalah:
a. Mempunyai keahlian di bidang keuangan atau pernah
mengikuti pelatihan simpan pinjam atau magang dalam
usaha simpan pinjam.
BAB IX
PENGELOLAAN USAHA
Pasal 34
1. Pengelolaan usaha simpan pinjam dapat dilakukan oleh manager
dengan dibantu beberapa orang karyawanyang diangkat oleh
pengurus melalui perjanjian atau kontrak kerja yang dibuat
secara tertulis.
2. Pengurus dapat secara langsung melakukan pengelolaan
kegiatan usaha simpan pinjam.
3. Pengangkatan manager dan karyawan sebagaimana tersebut
dalam ayat (1) harus mendapat persetujuan Rapat Anggota.
4. Persyaratan untuk diangkat jadi manager adalah:
a. Mempunyai keahlian di bidang keuangan atau pernah
mengikuti pelatihan di bidang simpan pinjam atau magang
dalam usaha simpan pinjam.
b. Tidak pernah melakukan tindakan tercela di bidang
keuangan dan atau dihukum karena terbukti melakukan
tidak pidana di bidang keuangan.
c. Memiliki akhlak dan moral yang baik.
d. Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah dan semenda
sampai derajat ketiga dengan penguus.
Pasal 35
Tugas dan kewajiban Manager adalah:
a. Melaksanakan kebijaksanaan pengurus dalam mengelola usaha
koperasi.
b. Mengendalikan dan mengkoordinir semua kegiatan usaha yang
dilaksanakan oleh para karyawan.
c. Melakukan pembagian tugas secara jelas dan tegas mengenai
bidang dan pelaksanaannya.
d. Mentaati segala ketentuan yang telah diatur dalam anggaran
dasar, anggaran rumah tangga, keputusan rapat anggota,
kontrak kerja dan ketentuan lainnya yang berlaku pada koperasi
yang berkaitan dengan pekerjaannya.
e. Menanggung kerugian usaha koperasi sebagai akibat dari
kelalaian dan atau tindakan yang disengaja atas pelaksanaan
tugas yang dilimpahkan.
Pasal 36
1. Hak dan wewenang Manager:
a. Menerima penghasilan sesuai perjanjian kerja yang telah
disepakati dan ditandatangani bersama oleh pengurus dan
Manager.
b. Mengembangkan usaha dan kemampuan diri untuk
melaksanakan tugas yang dibebankan.
c. Membela diri atas segala tuntutan yang ditujukan kepada
dirinya.
d. Bertindak untuk dan atas nama pengurus dalam rangka
menjalankan usaha.
e. Menetapkan pedoman pelaksanaan, pengelolaan usaha atau
standar operasional prosedur yang disahkan oleh Rapat
Anggota.
2. Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan tugas, kewajiban, hak
dan wewenang Manager dan Karyawan diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga, ketentuan khusus dan kontrak kerja.
BAB X
PENASEHAT
Pasal 38
1. Apabila diperlukan pengurus dapat mengangkat penasehat atas
persetujuan Rapat Anggota.
2. Penasehat memberi saran/anjuran kepada Pengurus untuk
kemajuan organisasi, usaha koperasi baik diminta atau tidak
diminta.
3. Penasehat dapat menghadiri Rapat Anggota dan atau Rapat
Pengurus dan mempunyai hak berbicara tetapi tidak mempunyai
hak suara.
4. Penasehat berhak menerima penghasilan/imbalan jasa sesuai
dengan keputusan Rapat Anggota.
BAB XI
PEMBUKUAN KOPERASI
Pasal 39
1. Tahun Buku Koperasi adalah tanggal 1 (satu) Januari sampai
dengan tanggal 31 (tiga puluh satu) Desember, dan pada akhir
bulan Desember tiap-tiap tahun pembukuan koperasi ditutup;
BAB XI
MODAL KOPERASI
Pasal 40
1. Koperasi mempunyai modal sendiri dan modal yang memperoleh
dari uang simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela,
uang pinjaman dan penerimaan lain yang sah.
2. Modal dasar yang disetor pada saat pendirian Koperasi
ditetapkan sebesar Rp. ...............................,-
(................................................................) yang berasal dari
simpanan pokok, simpanan wajib, hibah dan modal penyertaan
dari para pendiri;
BAB XIII
PEMBERIAN PINJAMAN
Pasal 41
1. Dalam usaha pemberian simpan pinjam Koperasi dapat
menetapkan beberapa jenis pinjaman sesuai peraturan yang
berlaku;
2. Pinjaman hanya dapat diberikan kepada anggota, calon anggota,
Koperasi lain dan anggotanya;
3. Pinjaman diberikan dengan memperhatikan kemampuan
pengembalian dari peminjam serta kemampuan keuangan
Koperasi;
4. Setiap pinjaman yang diberikan harus diikat dengan surat
perjanjian pinjaman yang diperkuat dengan jaminan;
Pasal 42
Apabila terdapat kelebihan dana yang telah dihimpun setelah
melaksanakan pemberian pinjaman maka Koperasi dapat
menempatkan kelebihan dana tersebut dalam bentuk:
a. Giro pada Bank atau lembaga keuangan lainnya;
b. Tabungan dan atau simpanan berjangka pada Koperasi lain;
c. Pembelian saham melalui pasar modal yang terdaftar di bursa
efek;
d. Pembelian obligasi yang terdaftar pada bursa lain;
Pasal 43
Ketentuan lebih lanjut mengenai pinjaman diatur dalam Peraturan
Khusus;
BAB XIV
SIMPANAN ANGGOTA
Pasal 44
1. Setiap anggota harus menyimpan atas namanya pada Koperasi,
simpanan pokok sejumlah Rp 150.000,- (seratus limapuluh ribu
rupiah) yang pada waktu keanggotaan diakhiri, merupakan
suatu tagihan atas koperasi sebesar tadi, jika perlu dikurangi
dengan bagian tanggungan kerugian;
2. Uang simpanan pokok pada prinsipnya harus dibayar sekaligus,
akan tetapi Pengurus dengan pertimbangan tertentu dapat
mengijinkan anggota untuk membayarnya dengan angsuran
perbulan, maksimal 3 (tiga) kali angsuran;
3. Tiap anggota yang akan mengangsur simpanan pokok harus
menyatakan kesanggupan secara tertulis;
Pasal 45
1. Uang simpanan pokok dan simpanan wajib tidak dapat diminta
kembali selama anggota belum berhenti sebagai anggota;
2. Uang simpanan lainnya dapat diminta kembali menurut
peraturan khusus atau perjanjian. Dan yang merupakan giro
dapat diminta kembali sewaktu-waktu;
3. Jika diperlukan, koperasi dapat mengadakan simpanan khusus
yang diatur dalam peraturan khusus/Anggaran Rumah Tangga;
Pasal 46
Apabila keanggotaan berakhir menurut Pasal 12 ayat (3):
a. Uang simpanan pokok dan uang simpanan wajib setelah
dipotong dengan bagian tanggungan yang ditetapkan,
dikembalikan kepada yang berhak dengan segera selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan kemudian;
b. Uang simpanan pokok dan uang simpanan wajib setelah
dipotong dengan bagian tanggungan yang ditetapkan,
dikembalikan kepada bekas anggota dalam waktu 1 (satu) bulan
sesudah Rapat Anggota Tahunan yang akan datang;
c. Atau uang simpanan pokok menjadi kekayaan koperasi dan
pengembalian simpanan wajib diserahkan kepada Rapat Anggota
dengan mempertimbangkan kesalahan anggota yang
mengakibatkan pemecatannya.
Pasal 47
1. Sisa Hasil Usaha merupakan pendapatan Koperasi yang
diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi penyusutan,
kewajiban lain termasuk Pajak, dan segala biaya yang
dikeluarkan dalam tahun buku yang bersangkutan;
2. Sisa Hasil Usaha yang diperoleh Koperasi, setelah dikurangi dana
cadangan dibagikan untuk:
a. Anggota sesuai transaksi dan simpanannya;
b. Pendidikan;
c. insentif untuk Pengurus;
d. untuk dana pendidikan;
e. untuk dana sosial dan pembangunan daerah kerja;
3. Pembagian dan prosentase pembayaran sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2), ditentukan dan diputuskan dalam keputusan
Rapat Anggota dan ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga;
4. Bagian Sisa Hasil Usaha untuk anggota dapat diberikan secara
langsung atau dimasukkan dalam simpanan atau tabungan
anggota yang bersangkutan yang sesuai keputusan Rapat
Anggota;
Pasal 48.
1. Dana cadangan adalah kekayaan koperasi yang disediakan untuk
menutup kerugian sehingga tidak boleh dibagikan kepada
anggota;
2. Rapat Anggota dapat memutuskan untuk mempergunakan
paling tinggi 75% dari seluruh jumlah dana cadangan untuk
perluasan usaha koperasi;
3. Sekurang-kurangnya 25% dari dana cadangan harus disimpan
dalam bentuk giro pada Bank sesuai keputusan Rapat Anggota.
Pasal 49
1. Bilamana koperasi dibubarkan dan pada penyelesaian ternyata
bahwa kekayaan Koperasi tidak mencukupi untuk melunasi
segala perjanjian dan kewajiban, maka sekalian anggota dan
mereka yang telah berhenti sebagai anggota dalam waktu 1
(satu) tahun sebelum pembubaran koperasi diwajibkan
menanggung kerugian itu;
2. Bila menurut kenyataan ada anggota dan mereka yang berhenti
sebagai anggota dalam waktu 1 (satu) tahun yang sebelum
pembubaran koperasi, tidak mampu memenuhi kewajibannya
sebagaimana ditentukan dalam pasal ini, maka kekurangan itu
dibebankan kepada anggota lain, hingga jumlah kerugian yang
menurut perhitungan harus dibayar oleh para anggota dan
mereka yang berhenti sebagai anggota dapat dipenuhi;
3. Segala persoalan mengenai penentuan tindakan atau kejadian
mana yang menyebabkan kerugian diselesaikan menurut
ketentuan yang berlaku.
Pasal 50
1. Kerugian yang diderita oleh Koperasi pada akhir tahun buku,
ditutup dengan dana cadangan;
2. Jika kerugian yang diderita oleh koperasi pada akhir suatu tahun
buku tidak dapat ditutup dengan dana cadangan sebagaimana
dimaksud ayat (1), maka rapat anggota dapat memutuskan
untuk membebankan bagian kerugian tersebut di atas (jumlah
kerugian dikurangi dengan dana cadangan yang tersedia)
kepada anggota dan kepada mereka yang telah berhenti sebagai
anggota dalam tahun buku yang bersangkutan, masing-masing
yang besarnya dua kali simpanan pokok;
BAB XVII
PEMBUBARAN DAN PENYELESAIAN
Pasal 52
1. Pembubaran Koperasi dapat dilaksanakan berdasarkan:
a. keputusan Rapat Anggota atau;
b. keputusan Pemerintah, apabila:
1) terdapat bukti bahwa koperasi yang bersangkutan tidak
memenuhi undang-undang perkoperasian;
2) kegiatannya bertentangan dengan ketertiban umum
dan/atau kesusilaan;
3) kelangsungan hidupnya tidak dapat lagi diharapkan;
2. Pembubaran oleh Rapat Anggota didasarkan pada:
a. jangka waktu berdirinya Koperasi telah berakhir;
b. atas permintaan sekurang-kurangnya 3/4 (tiga per empat)
dari jumlah anggota;
c. koperasi tidak lagi melakukan kegiatan usahanya;
Pasal 53
1. Dalam hal Koperasi hendak dibubarkan maka Rapat Anggota
membentuk tim penyelesai yang terdiri dari unsur anggota,
Pengurus, dan pihak lain yang dianggap perlu dan diberi kuasa
untuk menyelesaikan pembubaran koperasi;
2. Penyelesai mempunyai hak dan kewajiban:
a. melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama Koperasi
dalam penyelesaian;
b. mengumpulkan keterangan yang diperlukan;
c. memanggil Pengurus, anggota dan bekas anggota tertentu
yang diperlukan baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama;
d. memperoleh, menggunakan dan memeriksa segala catatan
dan arsip Koperasi;
Pasal 54
Dalam masa penyelesaian, kewajiban koperasi, didasarkan pada
urutan sebagai berikut:
a. gaji pegawai yang terutang;
b. biaya perkara di pengadilan;
c. biaya lelang;
d. biaya pajak;
e. biaya kantor seperti listrik, telepon, sewa, dan pemeliharaan
gedung;
d. penyimpanan dana atau penabung yang pembayarannya
dilakukan secara berimbang untuk setiap penyimpan/penabung
dalam jumlah yang ditetapkan oleh Tim Penyelesai berdasarkan
persetujuan menteri;
e. kreditur lainnya;
Pasal 55
Sisa kekayaan Koperasi yang masih ada, setelah dikurangi kewajiban
pembayaran Koperasi diserahkan dengan urutan sebagai berikut:
a. Koperasi lain yang baru dibentuk, atau koperasi lain sebagai
kelanjutan dari koperasi yang dibubarkan;
b. Koperasi pusatnya, dimana koperasi yang dibubarkan sebagai
anggotanya;
Pasal 56
1. Seluruh anggota wajib menanggung kerugian yang timbul pada
saat pembubaranKoperasi;
2. Tanggungan anggota terbatas pada simpanan pokok, simpanan
wajib yang sudah dibayarkan.
3. Anggota yang telah keluar sebelum Koperasi dibubarkan wajib
menanggung kerugian, apabila kerugian tersebut terjadi selama
anggota yang bersangkutan masih menjadi anggota Koperasi
dan apabila keluarnya sebagai anggota koperasi belum melewati
jangka waktu 6 (enam) bulan.
BAB XVIII
SANKSI
Pasal 57
1. Apabila anggota pengurus melanggar ketentuan Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan peraturan lainnya yang
berlaku di Koperasi dikenakan sanksi oleh Rapat Anggota
berupa:
a. peringatan lisan;
b. peringatan tertulis;
c. dipecat dari keanggotaan atau jabatannya;
d. diberhentikan bukan atas permintaan sendiri;
e. diajukan ke Pengadilan.
2. Ketentuan mengenai sanksi diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga;
BAB XIX
JANGKA WAKTU BERDIRINYA KOPERASI
Pasal 58
Koperasi didirikan dalam jangka waktu yang tidak terbatas;
Pasal 59
Rapat Anggota menetapkan Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan
Khusus, yang memuat peraturan pelaksanaan berdasarkan
ketentuan Anggaran Dasar Koperasi dan tidak bertentangan dengan
Anggaran Dasar ini.
Pasal 60
Anggaran Dasar ini disahkan oleh Rapat Anggota Pembentukan
Koperasi yang dilaksanakan pada hari …………...., tanggal ……….….
2018 di Jalan ……. nomor ……., Desa/Kelurahan.....................
Kecamatan ……………….., Kabupaten/Kota…....................…Provinsi
………………................................
BAB I
NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN DAN JANGKA WAKTU
Pasal 1
1. Primer Koperasi Bank Sampah yang selanjutnya disebut
“Koperasi” dan disingkat “PKBS” bertempat kedudukan di Jl.
............................... no......, Desa/Kelurahan .........................
Kecamatan ............................ , Kabupaten/Kota
................................ Propinsi ................................
2. Koperasi didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan.
3. Koperasi ini berdiri tunggal disetiap kabupaten dan kota di
seluruh Indonesia. Dalam perkembangannya bisa saja berdiri
lebih dari satu koperasi dalam satu kabupaten dan kota, namun
tetap mendapat persetujuan dan atau menjadi keputusan
bersama secara nasional pada induk primer koperasi bank
sampah yang berdiri di tingkat nasional.
BAB II
JENIS DAN WILAYAH KERJA
Pasal 2
1. Koperasi adalah Koperasi primer yang anggotanya terdiri dari
perorangan
2. Koperasi adalah koperasi konsumen yang memberikan
pelayanan barang dan/ atau jasa kepada anggotanya selaku
konsumen, namun dapat juga memberikan pelayanan kepada
perorangan selaku produsen barang/ jasa.
3. Wilayah kerja Koperasi mencakup seluruh wilayah Republik
Indonesia. Tapi tetap dalam sistem kemitraan antar koperasi
PKBS ini. Karena setiap kabupaten dan kota akan berdiri satu
BAB III
LANDASAN, AZAS DAN PRINSIP
Pasal 3
1. Koperasi berlandaskan Pancasila, UUD 1945, dan Azas
Kekeluargaan.
BAB IV
FUNGSI, PERAN DAN USAHA
Pasal 4
Pasal 5
BAB V
KEANGGOTAAN
Pasal 6
1. Yang dapat menjadi anggota Koperasi ialah warga Negara RI
yang memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan berdomisili di
wilayah Indonesia dan tercatat sebagai penduduk Indonesia.
2. Keanggotaan bersifat aktif dengan mengajukan secara tertulis
kepada Pengurus.
3. Koperasi dapat memberikan perlakuan khusus kepada Anggota
dan Anggota Luar Biasa yang diatur lebih lanjut oleh Pengurus
dengan Peraturan Khusus.
Pasal 7
1. Pengurus wajib mengembalikan kepada Anggota/ Anggota Luar
Biasa yang berhenti atas permintaan sendiri, jumlah Simpanan
Pokok, Simpanan Wajib, Modal Penyertaan dan Simpanan-
simpanan lainnya setelah diperhitungkan dengan hak dan / atau
kewajibannya kepada Koperasi yang masih terhutang, selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan setelah permintaannya diterima
Pengurus.
2. Demikian juga apabila ada anggota yang meninggal dunia yang
menyebabkan keanggotaan yang bersangkutan berakhir,
Koperasi memberikan bantuan kepada keluarganya sebesar 2
(dua) kali Simpanan Pokok berikut pengembalian seluruh
Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, Modal Penyertaan dan
Simpanan-simpanan lainnya setelah diperhitungkan dengan hak
dan / atau kewajibannya kepada KOPERASI yang masih
tehutang, kecuali haknya tidak bisa mencukupi kewajibannya,
maka pewaris berkewajiban menyelesaikan usaha dan kewajiban
dari anggota yang bersangkutan.
BAB VI
PERANGKAT KOPERASI
Pasal 9
Perangkat Organisasi Koperasi terdiri dari:
1. Rapat Anggota
2. Pengurus
3. Pengawas
BAB VII
RAPAT ANGGOTA
Pasal 10
1. Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum Rapat Anggota
diselenggarakan pengurus sudah harus menyampaikan
undangan beserta agenda yang akan dibahas dalam Rapat
Anggota kepada setiap anggota. Undangan dapat disampaikan
melalui SMS (short Message Service) atau email.
2. Materi pembahasan dan jenis-jenis keputusan yang akan diambil
dalam Rapat Anggota, dikirimkan pada setiap anggota paling
lambat 1 (satu) hari sebelum Rapat Anggota dilaksanakan dalam
bentuk soft copy melalui media elektronik lainnya yang mudah
diakses oleh anggota atau dalam bentuk hard copy yang dapat
diambil sendiri di kantor.
3. Rapat Anggota dipimpin oleh pengurus atau pengawas.
Pasal 11
1. Setiap anggota yang tidak dapat hadir dalam Rapat Anggota
dapat memberikan surat kuasa kepada anggota lain yang hadir,
tetapi tidak dapat mewakilkan suaranya.
2. Mekanisme pemberian surat kuasa akan diatur lebih lanjut dalam
Tata Tertib Rapat Anggota.
3. Anggota luar biasa tidak dapat menerima surat kuasa.
Pasal 12
1. Waktu pelaksanaan Rapat Anggota diatur sebagai berikut:
a. Rapat Anggota Tahunan diselenggarakan setiap tahun paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun buku yang bersangkutan
berakhir.
b. Rapat Anggota untuk membahas Rencana Kerja dan
Anggaran Koperasi diselenggarakan setiap tahun paling
lambat 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran dimulai.
Pasal 13
1. Rapat Anggota Tahunan (RAT) untuk:
a. Membahas dan mengesahkan Laporan dan
Pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas
b. Menetapkan pembagian dan peruntukan Sisa Hasil Usaha
yang diperoleh dalam tahun buku yang baru ditutup;
c. Memberhentikan anggota Pengurus dan Pengawas yang
telah habis masa jabatannya;
Pasal 14
1. Apabila Laporan dan Pertanggungjawaban Pengurus/ Pengawas
tersebut pada pasal 13 ayat (1) huruf a ART tidak dapat diterima
Rapat Anggota Tahunan (RAT), maka pada saat itu RAT
membentuk formatur untuk memimpin sementara operasional
Koperasi.
2. Selain itu, RAT juga membentuk Tim Verifikasi untuk
mengadakan pemeriksaan ulang atas Laporan
Pertanggungjawaban Pengurus. Anggota Pengurus dan
Pengawas dalam masa jabatan tidak boleh ditunjuk sebagai
anggota Tim Verifikasi.
3. Tim Verifikasi terdiri dari 5 (lima) orang dengan susunan sebagai
berikut: seorang ketua merangkap anggota, seorang Sekretaris
merangkap anggota dan 3 (tiga) orang anggota.
Pasal 15
1. Rapat Pleno diselenggarakan minimal 1 (satu) kali dalam 3 (tiga)
bulan.
2. Rapat Pleno diselenggarakan untuk membahas dan menetapkan
Kebijakan Pokok dalam bidang organisasi, tata kerja,
manajemen/pengelolaan dan usaha termasuk pada:
- Pengangkatan dan pelimpahan sebagian wewenang
Pengurus kepada manager professional;
- Perangkapan fungsi Pengawas oleh Pengurus;
- Pengembangan atau pemekaran usaha;
- Penghapusan/ penggabungan kegiatan usaha;
- Penjualan/ penggadaian/ pengalihan harta tak bergerak;
- Kebijakan harga penjualan dan suku bunga.
3. Rapat Pleno dihadiri oleh Pengurus, Pengawas dan Pengelola
Koperasi.
Pasal 16
1. Rapat Anggota Luar Biasa (RALB) diselenggarakan sewaktu-
waktu dianggap perlu, untuk membahas dan memecahkan
permasalahan yang sifatnya mendasar dan perlu
diselenggarakan secepatnya.
2. RALB dihadiri oleh Anggota / perwakilan, tidak termasuk
Anggota Luar Biasa
3. Hal-hal yang bersifat mendasar tersebut pada ayat (1) pasal ini
antara lain:
Pasal 17
Implementasi keputusan Rapat Anggota ditindaklanjuti/ dituangkan
dalam Surat Keputusan dan/atau Peraturan Khusus yang diterbitkan
oleh Pengurus.
BAB VIII
PENGURUS
Pasal 18
1. Pengurus KOPERASI dipilih dari dan oleh anggota secara
langsung atau melalui formatur.
2. Dalam hal dipilih melalui formatur, maka Rapat Anggota
menetapkan jumlah formatur sekurang-kurangnya terdiri dari 5
(lima) dan sebanyak-banyaknya 9 (sembilan) orang yang dipilih
secara langsung dalam Rapat Anggota.
3. Keanggotaan Formatur dapat melibatkan 1 (satu) orang
Pengurus lama, dan 1 (satu) orang Pengawas lama.
4. Anggota Formatur tidak harus menjadi Pengurus.
Pasal 19
1. Selain dari syarat yang ditetapkan pada bab VI pasal 21 ayat (2)
AD, yang dapat dicalonkan menjadi anggota Pengurus harus
memenuhi syarat tambahan berikut:
a. Menjadi anggota Koperasi sekurang-kurangnya 3 (tiga)
tahun tidak terputus-putus
Pasal 20
1. Selama belum dilakukan serah terima jabatan kepengurusan,
Pengurus Lama masih berfungsi dan menjalankan tugas sehari-
hari dalam kedudukan demisioner.
2. Pengurus Demisioner memberitahukan secara tertulis susunan
Pengurus Baru kepada semua anggota/ anggota LB, Pengawas
dan Dewan Penasehat.
3. Serah terima jabatan dari Pengurus Demisioner kepada
Pengurus Terpilih dilakukan selambat-lambatnya 10 (sepuluh)
hari kerja setelah terpilihnya Pengurus Baru.
4. Apabila serah terima jabatan tersebut pada ayat 3 (tiga) pasal ini
karena satu dan lain sebab tidak terlaksana, maka Pengurus
Terpilih dengan sendirinya segera melaksanakan tugas
kepengurusannya.
Pasal 21
1. Pengurus merupakan badan kepemimpinan kolektip.
2. Setiap anggota Pengurus bertindak untuk dan atas nama
Pengurus Koperasi.
3. Akibat yang timbul dari tindakan atau kelalaian untuk bertindak
dari seorang anggota Pengurus yang mengakibatkan kerugian
bagi Koperasi, mengikat Pengurus sebagai keseluruhan
Pasal 22
1. Selain tugas tersebut pada pasal 23 AD, Pengurus juga
bertugas:
a. Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan
kemanfaatan Koperasi sesuai dengan tanggung-jawabnya
dan Keputusan Rapat Anggota.
b. Memasyarakatkan pengertian, pemahaman dan
penghayatan prinsip-prinsip koperasi.
c. Menandatangani perjanjian kerjasama, dalam hal ini diwakili
oleh Ketua Umum. Apabila Ketua Umum sedang
berhalangan dapat diwakili oleh Wakil Ketua.
d. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Koperasi Jangka
Menengah (3 tahunan) untuk disahkan Rapat Anggota dan
dipergunakan sebagai acuan dalam penyusuan Rencana
Kerja dan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Tahunan.
e. Mencatat dan memelihara catatan partisipasi setiap anggota
dalam kegiatan usaha KOPERASI dan transaksi usaha setiap
anggota dengan Koperasi sebagai dasar perhitungan dalam
penetapan pertimbangan pembagian SHU kepada setiap
anggota.
f. Menerbitkan buletin (cetak atau maya) secara teratur
sebagai media komunikasi tertulis antara Pengurus dengan
Anggota dan antara sesama Anggota.
g. Mengembangkan dan memelihara jaringan kerjasama baik
dalam bidang usaha maupun bidang-bidang lainnya dengan
koperasi dan mitra usaha/kerja lainnya.
2. Pembagian tugas Pengurus sebagaimana diatur dalam pasal 23
AD diatur dalam keputusan Pengurus.
3. Semua surat-surat keluar ditandatangani oleh Ketua Umum atau
Wakil Ketua Umum.
Pasal 23
1. Anggota Pengurus yang berhenti atas permohonan sendiri
sebelum masa jabatannya habis harus mengajukan permohonan
secara tertulis kepada Pengurus.
Pasal 25
1. Sebagai pengganti tenaga dan waktu yang dipergunakan untuk
menjalankan tugas yang diembannya kepada anggota Pengurus
diberikan imbalan jasa/ honorarium dibayarkan setiap bulan
yang besarnya ditetapkan oleh Rapat Anggota.
2. Sesuai dengan ketentuan Bab XII pasal 41 ayat (2) dan ayat (3)
AD kepada Pengurus diberikan bagian dari SHU.
BAB IX
PENGAWAS
Pasal 26
1. Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh serta
bertanggungjawab kepada Rapat Anggota.
2. Pengawas terdiri dari 5 (lima) orang yang dipilih dari dan oleh
anggota dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT).
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat dipilih menjadi
Pengawas selain yang tercantum dalam pasal 19 ayat (2) AD,
calon Pengawas memenuhi persyaratan tambahan berikut”
a. Syarat tambahan yang ditetapkan bagi calon Pengurus
sebagaimana tercantum dalam pasal 19 ayat (1) huruh a s/d
f ART berlaku juga bagi calon anggota Pengawas.
b. Umur sekurang-kurangnya 30 tahun.
c. Dicalonkan sekurang-kurangnya oleh 10 (sepuluh) peserta
RAT.
Pasal 27
1. Masa jabatan Pengawas 3 (tiga) tahun sesuai dengan periode
pengurus.
2. Anggota Pengawas yang telah habis masa jabatannya dapat
dipilih kembali untuk masa jabatan berikutnya.
Pasal 28
1. Serah-terima jabatan dari Pengawas lama yang telah habis masa
jabatannya kepada Pengawas baru dilakukan bersama-sama
dengan serah terima jabatan dari Pengurus lama kepada
Pengurus baru.
2. Selama belum dilakukan serah-terima jabatan, Pengawas lama
tetap menjalankan tugas yang diembannya selaku Pengawas
Demisioner.
3. Apabila serah terima jabatan tersebut pada ayat (1) pasal ini
karena satu dan lain sebab tidak dapat terlaksana dalam jangka
waktu 10 (sepuluh) hari kerja, maka Pengawas baru dengan
sendirinya segera melaksanakan tugas kepengawasannya.
Pasal 29
Selain tugas pokok yang ditetapkan dalam pasal 28 AD, Pengawas
juga bertugas:
a. Menjaga agar operasional KOPERASI selalu taat azas dengan
Rencana Kerja dan Anggaran Koperasi yang telah ditetapkan.
b. Mencegah terjadinya penyimpangan dan/ atau penyalahgunaan
wewenang yang dilakukan oleh pengurus;
c. Mengambil tindakan kolektif untuk meluruskan kembali bila
terjadi penyimpangan/ penyalahgunaan wewenang.
Pasal 31
1. Anggota Pengawas dapat diberhentikan melalui RALB bila yang
bersangkutan terbukti:
a. Dengan sengaja tidak melaksanakan ketentuan dalam UU /
AD / ART / Keputusan Rapat Anggota.
b. Melaksanakan suatu tindakan yang menyimpang atau
bertentangan dengan ketentuan dalam UU / AD / ART /
Keputusan Rapat Anggota.
2. Rapat Anggota Laur Biasa (RALB) diselenggarakan berdasarkan
ketentuan-ketentuan pada pasal 20 AD.
Pasal 32
1. Sebagai pengganti tenaga dan waktu yang dipergunakan dalam
menjalankan tugas yang diembannya, kepada Pengawas
diberikan imbalan jasa/ honorarium dibayarkan setiap bulan
yang besarnya ditetapkan oleh Rapat Anggota.
2. Sesuai dengan ketentuan Bab XII pasal 41 ayat (2) dan ayat (3)
AD kepada Pengawas diberikan bagian dari SHU.
BAB X
DEWAN PENASEHAT
Pasal 33
1. Dewan Penasehat dapat dipilih dan terdiri dari Tokoh
Masyarakat.
BAB XI
PENGELOLA DAN KARYAWAN KOPERASI
Pasal 34
1. Hubungan kerja antara Pengelola dengan Koperasi berdasarkan
ketentuan pasal 22 ayat (4) AD dikukuhkan dengan Kontrak
Kerja.
2. Pengelola dapat diberhentikan oleh Pengurus meskipun jangka
waktu kontrak kerja belum habis, bila pengelola yang
bersangkutan ternyata:
a. Tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan isi kontrak
kerja tersebut pada ayat (1) pasal ini, atau
b. Melakukan kekeliruan/ kesalahan manajemen sehingga
menimbulkan kerugian pada Koperasi, sebagaimana
dinyatakan oleh Internal Auditor UAD atau Akuntan Publik
dalam laporannya.
3. Pengelola dan/ atau karyawan Koperasi bertanggungjawab
kepada Pengurus.
4. Syarat Pengelola Koperasi;
a. Memiliki akhlak dan moral yang baik.
b. Mengetahui, memahami dan menghayati secara konsisten
batas-batas wewenang dan tanggung jawabnya.
c. Mempunyai jiwa dan semangat kepemimpinan serta
kewirausahaan.
Pasal 35
1. Penyelenggaraan pembukuan yang dimaksud dalam pasal 37
ayat (2) AD, ialah Sistem Pembukuan (Akuntansi) yang diakui
oleh Ikatan Akuntansi Indonesia.
2. Koperasi dapat meminta bantuan audit kepada Internal Auditor
di UAD atau Akuntan Publik yang penunjukkannya wajib
mendapatkan persetujuan Pengawas.
3. Unit Usaha yang dikelola dan diadministrasikan secara terpisah
wajib menyelenggarakan pembukuan dan membuat Neraca serta
perhitungan Rugi/ Laba tersendiri.
BAB XIII
PERMODALAN
Pasal 36
1. Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.
2. Modal sendiri dapat berasal dari:
a. Simpanan Pokok
b. Simpanan Wajib
c. Modal Penyertaan
d. Simpanan Khusus / Simpanan Kapitalisasi
e. Dana Cadangan
f. Hibah / modal sumbangan
Pasal 37
1. Simpanan wajib tersebut sebagaimana diatur dalam pasal 39 AD
untuk pertama kalinya besarnya Rp. 150.000,00 (seratus lima
puluh ribu rupiah) dan selanjutnya perubahan besarnya
simpanan wajib ditentukan oleh Rapat Anggota.
2. Modal penyertaan sebagaimana diatur dalam pasal 39 AD untuk
pertama kalinya besarnya Rp. 25.000,00 (dua puluh lima ribu
rupiah) dan selanjutnya perubahan besarnya simpanan wajib
ditentukan oleh Rapat Anggota
3. Simpanan wajib dan Modal penyertaan dibayarkan setiap bulan
atau dapat dibayar sekaligus beberapa bulan atau satu tahun
dimuka.
4. Simpanan lain diluar simpanan pokok dan simpanan wajib bisa
diselenggarakan.
BAB XV
SISA HASIL USAHA
Pasal 38
1. Sisa hasil usaha (SHU) adalah sisa seluruh pendapatan Koperasi
yang diterima dalam 1 (satu) tahun buku setelah dikurangi
dengan segala biaya, penyusutan dan kewajiban-kewajiban
lainnya termasuk pajak yang menjadi beban dalam tahun buku
yang bersangkutan.
2. Peruntukan SHU tersebut pada ayat (1) pasal ini sebagai berikut:
a. Sisa Hasil Usaha yang diperoleh dari usaha yang
diselenggarakan untuk anggota dibagi sebagai berikut:
1) Tambahan Modal/ Cadangan Usaha…………………….30%
2) Dibagikan kepada anggota berdasarkan perimbangan /
perbandingan jasanya dalam usaha untuk memperoleh
sisa pendapatan Koperasi… ………………………………..20%
Pasal 39
1. Tenggang waktu antara peringatan pertama, peringatan
kedua dan peringatan ketiga yang dimaksud dalam pasal 47
ayat (1) AD masing-masing 2 (dua) bulan.
2. Waktu skorsing tersebut pada pasal 47 ayat (1) AD selama 6
(enam) bulan.
3. Pelaksanaan dan tata cara pengenaan sanksi akan diatur
oleh Pengurus dalam Keputusan tersendiri.
4. Terhadap mereka yang melakukan pelanggaran terhadap
pasal 25 AD sehingga menimbulkan kerugian kepada
Koperasi, diberhentikan dari jabatannya serta
keanggotaannya dalam Koperasi dengan tidak hormat
dengan memperhitungkan hak dan kewajibannya.
5. Anggota diberhentikan dengan tidak hormat dari
keanggotaannya dari Koperasi bila yang bersangkutan
mempergunakan informasi yang diperoleh dengan fasilitas
yang disediakan pasal 23 AD untuk tujuan yang merugikan
Koperasi.
BAB XVI
PERATURAN PERALIHAN
Pasal 40
1. Khusus pada saat pembentukan Pengurus dan Pengawas
Koperasi yang pertama kali, ketentuan pada pasal 19 ayat
(1) a, dan pasal 26 ayat (2) a, tidak berlaku.
2. Penilaian kinerja Pengurus dan Pengawas yang ditunjuk
pada awal pembentukan koperasi, baru dimulai pada tahun
buku 20…
Pasal 41
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggarn Rumah Tangga (ART) ini
akan diatur dalam Peraturan Khusus yang ditetapkan oleh Pengurus.
Pasal 42
1. Anggaran Rumah Tangga ini disahkan oleh Rapat Anggota yang
diselenggarakan pada tanggal …………. 20… di ………………
2. Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal disahkan.