Modul 3 Kalkulus Dan Trigonometri
Modul 3 Kalkulus Dan Trigonometri
Penulis:
Muhammad Kharis, S.Si., M.Sc.
iii
Pendalaman Materi Matematika
Modul 3 Kalkulus dan Trigonometri
Penulis:
Muhammad Kharis, S.Si., M.Sc.
ISBN:
Editor:
Dr. Imam Sujadi, M.Si.
Dr. Sukoriyanto
Penyunting:
......................
Desain Sampul dan Tata Letak
......................
Penerbit:
Kemendikbud
Redaksi:
Jl. ...............
Distributor Tunggal:
iv
KATA PENGANTAR
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
E. Forum Diskusi ................................................................................ 97
F. Rangkuman ..................................................................................... 97
G. Tes Formatif ................................................................................... 99
H. Daftar Pustaka ................................................................................ 102
I. Kriteria Penilaian Tes Formatif ...................................................... 102
KB 3. Turunan dan Aplikasi Turunan ................................................. 103
A. Pendahuluan ................................................................................... 105
B. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ............................................ 106
C. Pokok-pokok Materi ....................................................................... 106
D. Uraian Materi .................................................................................. 107
1. Definisi dan Rumus-rumus Turunan Fungsi ................................ 107
2. Turunan Fungsi Implisit dan Fungsi Invers ................................. 116
3. Aplikasi Turunan .......................................................................... 121
E. Forum Diskusi ................................................................................ 136
F. Rangkuman ..................................................................................... 137
G. Tes Formatif ................................................................................... 139
H. Daftar Pustaka ................................................................................ 142
I. Kriteria Penilaian Tes Formatif ...................................................... 142
KB 4. Antiturunan, Integral, dan Aplikasi Integral ........................... 143
A. Pendahuluan ................................................................................... 145
B. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ............................................ 146
C. Pokok-pokok Materi ....................................................................... 147
D. Uraian Materi .................................................................................. 148
1. Antiturunan .................................................................................. 148
2. Notasi Sigma dan Jumlah Riemann ............................................. 156
3. Integral Tertentu ........................................................................... 159
4. Aplikasi Integral ........................................................................... 166
E. Forum Diskusi ................................................................................ 176
F. Rangkuman ..................................................................................... 177
G. Tes Formatif ................................................................................... 180
H. Daftar Pustaka ................................................................................ 183
vii
TUGAS AKHIR MODUL 3 .................................................................... 184
TES SUMATIF MODUL 3 ...................................................................... 185
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF MODUL 3 ................................. 193
KRITERIA PENILAIAN TES FORMATIF ............................................ 194
KUNCI JAWABAN TES SUMATIF MODUL 3 ................................... 195
KRITERIA PENILAIAN TES SUMATIF .............................................. 196
viii
PENDAHULUAN
ix
Selanjutnya kami ucapkan selamat belajar, semoga saudara sukses mampu
mengimplementasikan pengetahuan yang diberikan dalam Modul 3 ini.
A. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa mampu memahami,
mengidentifikasi, menganalisis, merekonstruksi, memodifikasi secara terstruktur
materi matematika sekolah dan advance material secara bermakna dalam
penyelesaian permasalahan dari suatu sistem (pemodelan matematika) dan
penyelesaian masalah praktis kehidupan sehari-hari melalui kerja problem solving,
koneksi dan komunikasi matematika, critical thinking, kreatifitas berpikir
matematis yang selaras dengan tuntutan masa depan.
x
No Kode: DAR 2/Profesional/180/3/2019
Penulis:
Muhammad Kharis, S.Si., M.Sc.
1
2
A. Pendahuluan
Mahasiswa PPG yang bersemangat.
Selamat datang pada pembelajaran modul 3 kegiatan belajar 1. Pada kegiatan
belajar 1 ini saudara mempelajari materi Fungsi Trigonometri. Sebelum memulai
pembelajaran pada kegiatan belajar ini, coba diingat pernahkah saudara diminta
untuk mengukur tinggi sebuah gedung, pohon, tiang bendera, dan tower. Bisakah
saudara mengukur tanpa memanjat atau mengukur langsung dengan ukuran. Kira-
kira menggunakan konsep apa untuk mengukur tinggi benda-benda tersebut tanpa
mengukur langsung.
Pengetahuan prasyarat yang diperlukan untuk mempelajari konsep
trigonometri ini antara lain: pengetahuan tentang segitiga siku-siku, lingkaran
satuan, rumus jarak dan perbandingan. Modul ini dikemas dalam tiga sub kajian
yang disusun dengan urutan sebagai berikut:
• Sub Kajian 1: Identitas fungsi trigonometri
• Sub Kajian 2: Invers fungsi trigonometri
• Sub Kajian 3: Rumus jumlah dan selisih fungsi trigonometri.
Perbandingan trigonometri dalam kehidupan sehari-hari sering dimanfaatkan
untuk mengukur jalan yang akan diperbaiki ataupun gedung bertingkat yang sedang
dibangun. Selain itu dalam arsitektur modern konsep trigonometri dimanfaatkan
dalam membangun kurva-kurva yang indah pada permukaan baja, bebatuan, kayu,
dan lain-lain dapat diwujudkan karena potensi yang besar dari ilmu ini. Teknologi
pencitraan dari komputer yang juga menggunakan konsep geometri, dapat
digunakan dalam dunia kedokteran secara luar biasa untuk menemukan sumber
beberapa penyakit ganas. Trigonometri sangat besar manfaatnya dalam ilmu
astronomi. Ukuran benda-benda langit tidak mungkin diukur langsung
menggunakan penggaris. Ukuran benda-benda langit tersebut pasti dihitung dengan
bermain skala-skala dan sudut-sudut, sehingga dapat diestimasi ukurannya secara
akurat.
Proses pembelajaran untuk materi yang sedang saudara ikuti sekarang ini,
dapat berjalan dengan lebih lancar bila saudara mengikuti langkah-langkah belajar
sebagai berikut.
3
6) Ingat kembali materi prasyarat dalam mempelajari materi pada kegiatan belajar
ini.
7) Pelajari materi pada setiap kegiatan belajar ini, selesaikan latihan pada forum
diskusi, dan selesaikan tes formatifnya secara mandiri.
8) Cocokkan jawaban tes formatif saudara dengan kunci jawaban yang diberikan.
9) Apabila tingkat penguasaan saudara 80% atau lebih, saudara dapat melanjutkan
ke kegiatan belajar berikutnya. Apabila tingkat pengusaan saudara kurang dari
80%, saudara harus mempelajari kembali materi pada kegiatan belajar ini.
10) Keberhasilan pembelajaran saudara dalam mempelajari materi pada kegiatan
belajar ini, sangat tergantung kepada kesungguhan saudara dalam belajar dan
mengerjakan tugas dan latihan. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau
berkelompok dengan teman sejawat.
Selanjutnya kami ucapkan selamat belajar, semoga saudara sukses mampu
mengimplementasikan pengetahuan yang diberikan dalam kegiatan belajar ini.
4
3. Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah trigonometri dengan menggunakan
rumus jumlah dan selisih fungsi trigonometri.
C. Pokok-pokok Materi
Materi yang dipelajari dalam kegiatan belajar ini antara lain:
1. Identitas trigonometri.
2. Invers fungsi trigonometri.
3. Rumus jumlah dan selisih fungsi trigonometri.
D. Uraian Materi
1. Identitas Fungsi Trigonometri
a. Definisi dasar nilai fungsi trigonometri
Coba saudara ingat apa arti sudut siku-siku, sudut lancip, dan sudut tumpul.
Dengan mengamati bangun-bangun yang ada di sekitar kita, dapatkah
saudara menemukan bangun yang berbentuk segitiga siku-siku?
Gambarlah bangun segitiga siku-siku di kertas dan sebut ketiga titik
sudutnya dengan huruf 𝐴, 𝐵 dan 𝐶 dan sudut siku-siku berada di 𝐶. Masih
ingatkah saudara pengertian sinus, cosinus, tangen, cotangen, secan dan
cosecan suatu sudut lancip dalam segitiga siku-siku ABC (misalnya
sin ∠𝐵𝐴𝐶, cos ∠𝐵𝐶𝐴)? Perhatikan Gambar 1.1.
A depan 𝑏
sin θ = ⇔ sin 𝐵 =
miring (𝑐) miring 𝑐
depan (𝑏)
samping 𝑎
cos θ = ⇔ cos 𝐵 =
miring 𝑐
B samping (𝑎) C
depan 𝑏
tan θ = ⇔ tan 𝐵 =
samping 𝑎
Gambar 1.1. Pendefinisian nilai sin, cos, dan tan suatu sudut dalam
sebuah segitiga
Dari Gambar 1.1. diperoleh juga nilai-nilai trigonometri untuk sudut 𝐴 yaitu
𝑎 𝑏 𝑎
sin 𝐴 = 𝑐 , cos 𝐴 = 𝑐 dan tan 𝐴 = 𝑏.
5
Dapat dituliskan dengan 𝑎 = 𝑐. sin 𝐴 = 𝑐. cos 𝐵 = 𝑏. tan 𝐴 dan
𝑏 = 𝑐. sin 𝐵 = 𝑐. cos 𝐴 = 𝑎. tan 𝐵.
Definisi untuk nilai-nilai fungsi trigonometri lainnya diberikan pada
Definisi 1.1.
Definisi 1.1
sin 𝜃 1
tan 𝜃 = sec 𝜃 =
cos 𝜃 cos 𝜃
1 cos 𝜃 1
cot 𝜃 = = csc 𝜃 =
tan 𝜃 sin 𝜃 sin 𝜃
6
Perhatikan Gambar 1.2.
Y
𝑃(𝑥, 𝑦)
𝜃
X
(1,0)
istimewa.
1
D 𝐶
𝐵′ 𝐵
𝐴′ 𝐴
-1 (1,0)
-1
7
𝜋
Untuk 𝜃 = 30° = 6 :
Dari Gambar 1.3 diperoleh titik yang berkenaan dengan sudut ini
adalah titik 𝐴(𝑥𝐴 , 𝑦𝐴 ).
1
Jelas 𝑦𝐴 = 2.
1
Jadi 𝑥𝐴2 + 𝑦𝐴2 = 1 ⟺ 𝑥𝐴2 + 4 = 1
3 1 1
⟺ 𝑥𝐴2 − = 0 ⟺ (𝑥𝐴 − √3) (𝑥𝐴 + √3) = 0
4 2 2
1 1
⟺ 𝑥𝐴 = 2 √3 ∨ 𝑥𝐴 = − 2 √3.
𝜋
Karena untuk 𝜃 = 30° = 6 , titik 𝐴(𝑥𝐴 , 𝑦𝐴 ) berada pada lingkaran di
1
daerah kuadran I maka berakibat 𝑥𝐴 = 2 √3.
1 1
Jadi 𝐴 (2 √3, 2).
𝜋 1 𝜋 1
Jadi diperoleh cos 6 = 2 √3 dan sin 6 = 2.
𝜋
Untuk 𝜃 = 45° = 4 :
Dari Gambar 1.3 diperoleh titik yang berkenaan dengan sudut ini
adalah titik 𝐵(𝑥𝐵 , 𝑦𝐵 ).
Jelas titik 𝐵 terletak pada garis 𝑦 = 𝑥 sehingga 𝑥 = 𝑦.
Jadi 𝑥𝐵2 + 𝑦𝐵2 = 1 ⟺ 2𝑥𝐵2 = 1
1 1 1
⟺ 𝑥𝐵2 − = 0 ⟺ (𝑥𝐵 − ) (𝑥𝐵 + ) = 0
2 √2 √2
1 1 1 1
⟺ 𝑥𝐵 = ∨ 𝑥𝐵 = − ⟺ 𝑥𝐵 = 2 √2 ∨ 𝑥𝐵 = − 2 √2.
√2 √2
𝜋
Karena untuk 𝜃 = 45° = 4 , titik 𝐵(𝑥𝐵 , 𝑦𝐵 ) berada pada lingkaran
1
di daerah kuadran I maka berakibat 𝑥𝐵 = √2.
2
1 1
Jadi 𝐵 (2 √2, 2 √2).
𝜋 1 𝜋 1
Jadi diperoleh cos 4 = 2 √2 dan sin 4 = 2 √2.
𝜋
Untuk 𝜃 = 60° = 3 :
Dari Gambar 1.3 diperoleh titik yang berkenaan dengan sudut ini
adalah titik 𝐶(𝑥𝐶 , 𝑦𝐶 ).
8
Jelas titik 𝐶 adalah hasil pencerminan titik 𝐴 oleh garis 𝑦 = 𝑥.
Jadi 𝑥𝐶 = 𝑦𝐴 dan 𝑦𝐶 = 𝑥𝐴
1 1
Jadi 𝐶 (2 , 2 √3).
𝜋 1 𝜋 1
Jadi diperoleh cos 3 = 2 dan sin 3 = 2 √3.
𝜋
Coba ambil sebarang 𝜃 dengan 0 ≤ 𝜃 ≤ 2 . Kemudian tarik garis
9
𝜋
Untuk 0 ≤ 𝜃 ≤ berlaku
2
cos(𝜋 − 𝜃) = − cos 𝜃
sin(𝜋 − 𝜃) = sin 𝜃
Diperoleh nilai-nilai fungsi trigonometri untuk beberapa sudut istimewa
yang diberikan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 nilai-nilai fungsi trigonometri untuk beberapa sudut istimewa
𝜃 𝑥 = cos 𝜃 𝑦 = sin 𝜃 𝑦 = tan 𝜃
𝑥
0 1 0 0
30 0 1 1 1
√3 √3
2 2 3
450 1 1 1
√2 √2
2 2
600 1 1 √3
√3
2 2
900 0 1 TA
120 0 1 1 −√3
− √3
2 2
1350 1 1 −1
− √2 √2
2 2
1500 1 1 1
− √3 − √3
2 2 3
0
180 1 0 0
10
Grafik fungsi sinus diberikan pada Gambar 1.4.
Y
1
2𝜋
X
–2𝜋 O
f
–1
1 g
2𝜋
X
–2𝜋 O
–1
1 2𝜋
X
O
–2−𝜋 –1
11
4. sin(−𝜃) = − sin 𝜃 dan cos(−𝜃) = cos 𝜃.
𝜋 𝜋
5. sin ( 2 − 𝜃) = cos 𝜃 dan cos ( 2 − 𝜃) = sin 𝜃.
𝜋 𝜋
6. sin ( 2 + 𝜃) = cos 𝜃 dan cos ( 2 + 𝜃) = − sin 𝜃.
Contoh 1.1
1
Jika sin 𝑥 = 5 √5 dan 𝑥 terletak pada kuadran pertama maka nilai dari
𝜋
cos 𝑥 − 5 cos (𝑥 + 2 ) + 2 sin(𝜋 − 𝑥) adalah ....
Penyelesaian:
1 4 2
Karena cos 2 𝑥 = 1 − sin2 𝑥 = 1 − 5 = 5 ⇔ cos 𝑥 = 5 √5,
𝜋
cos (𝑥 + 2 ) = − sin 𝑥 dan sin(𝜋 − 𝑥) = sin 𝑥
maka diperoleh
𝜋
cos 𝑥 − 5 cos (𝑥 + ) + 2 sin(𝜋 − 𝑥) = cos 𝑥 + 5. sin 𝑥 + 2 sin 𝑥
2
2 1 1 9
= 5 √5 + 5. 5 √5 + 2. 5 √5 = 5 √5.
12
𝑎𝑏 sin 𝐶 𝑏𝑐 sin 𝐴 𝑐𝑎 sin 𝐵
[𝐴𝐵𝐶] = = = .
2 2 2
2
Apabila dikalikan dengan maka diperoleh aturan sinus seperti pada
𝑎𝑏𝑐
Teorema 1.2.
Teorema 1.2 (Aturan Sinus)
Pada suatu segitiga 𝐴𝐵𝐶 berlaku
sin 𝐴 sin 𝐵 sin 𝐶 𝑎 𝑏 𝑐
= = atau = =
𝑎 𝑏 𝑐 sin 𝐴 sin 𝐵 sin 𝐶
dengan 𝑎 panjang sisi di depan sudut 𝐴, 𝑏 panjang sisi di depan sudut 𝐵,
dan 𝑐 panjang sisi di depan sudut 𝐶.
Gambar 1.7 berikut akan kita gunakan untuk membuktikan perluasan aturan
sinus tersebut.
𝐴
𝐵 𝐶
𝑀
13
𝐴
𝛽 𝛾
𝛼
𝐵 𝐶
𝑀
Dari Gambar 1.8, terlihat bahwa segitiga 𝐴𝑂𝐵 dan segitiga 𝐴𝑂𝐶 juga
merupakan segitiga sama kaki. Jadi ∠𝑂𝐴𝐵 = ∠𝑂𝐵𝐴 dan ∠𝑂𝐴𝐶 = ∠𝑂𝐶𝐴.
Sebut ∠𝑂𝐵𝐶 = 𝛼, ∠𝑂𝐵𝐴 = 𝛽, dan ∠𝑂𝐶𝐴 = 𝛾.
Jelas ∠𝐵𝑂𝐶 = 180° − 2𝛼 dan ∠𝐵𝐴𝐶 = 𝛽 + 𝛾.
Jelas ∠𝐵𝐴𝐶 = 180° − [(𝛼 + 𝛽) + (𝛼 + 𝛾)]
⇔ 𝛽 + 𝛾 = 180° − 2𝛼 − 𝛽 − 𝛾
⇔ 2(𝛽 + 𝛾) = 180 − 2𝛼
⇔ 2∠𝐵𝐴𝐶 = ∠𝐵𝑂𝐶.
Titik 𝑀 merupakan titik tengah pada garis 𝐵𝐶 dan 𝑂𝑀 ⊥ 𝐵𝐶. Karena
segitiga 𝑂𝐵𝐶 merupakan segitiga semi kaki maka |𝑂𝐵| = |𝑂𝐶| = 𝑅 dan
diperoleh juga bahwa ∠𝐵𝑂𝑀 = ∠𝐶𝑂𝑀 = ∠𝐶𝐴𝐵 sehingga pada segitiga
siku-siku 𝐵𝑀𝑂 berlaku |𝐵𝑀| = |𝑂𝐵| sin 𝐴.
𝑎 |𝐵𝐶| 2|𝐵𝑀| 2|𝑂𝐵| sin 𝐴
Diperoleh sin 𝐴 = sin 𝐴 = = = 2|𝑂𝐵| = 2𝑅.
sin 𝐴 sin 𝐴
Berdasarkan Teorema 1.2 dapat diperoleh perluasan dari aturan sinus yang
diberikan pada Teorema 1.3.
14
Teorema 1.3 (Perluasan Aturan Sinus)
Pada suatu segitiga 𝐴𝐵𝐶 berlaku
𝑎 𝑏 𝑐
= = = 2𝑅
sin 𝐴 sin 𝐵 sin 𝐶
dengan 𝑅 merupakan jari-jari lingkaran luar segitiga.
Contoh 1.2.
Pada suatu segitiga 𝐴𝐵𝐶, sudut 𝐶 tiga kali besar sudut 𝐴 dan sudut 𝐵 dua
kali besar sudut 𝐴. Tentukan perbandingan (rasio) antara panjang 𝐴𝐵
dengan 𝐵𝐶.
Penyelesaian:
Dipunyai ∠𝐶 = 3∠𝐴 dan ∠𝐵 = 2∠𝐴.
Karena ∠𝐴 + ∠𝐵 + ∠𝐶 = 180° maka diperoleh ∠𝐴 = 30°, ∠𝐵 = 60°,
dan ∠𝐶 = 90°.
𝐴𝐵 𝐵𝐶 𝐴𝐵 sin ∠C sin 90° 2
Jelas sin ∠C = sin ∠A ⇔ 𝐵𝐶 = sin ∠A = sin 30° = 1.
Jadi 𝐴𝐵: 𝐵𝐶 = 2: 1.
Contoh 1.3
Segitiga 𝐴𝐵𝐶 adalah segitiga samasisi dengan panjang sisi 1 satuan. Melalui
𝐵 dibuat garis yang tegak lurus 𝐵𝐶. Garis tersebut berpotongan dengan
perpanjangan garis 𝐴𝐶 di titik 𝐷. panjang 𝐵𝐷 adalah … satuan.
Penyelesaian:
Jelas ∠𝐶𝐵𝐴 = ∠𝐴𝐶𝐵 = 60° sehingga ∠𝐴𝐵𝐷 = 30°,
∠𝐵𝐴𝐷 = 2.60° = 120°, dan
∠𝐴𝐷𝐵 = 90° − ∠𝐴𝐶𝐵 = 30°.
𝐵𝐷 𝐴𝐵
Jadi sin ∠𝐵𝐴𝐷 = sin ∠𝐴𝐷𝐵
1
sin ∠𝐵𝐴𝐷 sin 120° 2
√3
⇔ 𝐵𝐷 = sin ∠𝐴𝐷𝐵 = = 1 = √3.
sin 30°
2
15
Teorema 1.4 (Aturan Cosinus)
Pada suatu segitiga 𝐴𝐵𝐶 berlaku
𝑎2 = 𝑏 2 + 𝑐 2 − 2𝑏𝑐 cos 𝐴
𝑏 2 = 𝑎2 + 𝑐 2 − 2𝑎𝑐 cos 𝐵
𝑐 2 = 𝑎2 + 𝑏 2 − 2𝑎𝑏 cos 𝐶
Contoh 1.4
Sebuah perahu berlayar ke arah timur sejauh 100 km, kemudian memutar
pada arah 30° sejauh 120 km hingga berhenti. Jarak perahu dari tempat mula
mula berlayar ke tempat pemberhentian adalah ....
Penyelesaian:
Perhatikan Gambar 1.9.
C
U U
A 100 km B
16
1
= 10.000 + 14.400 − 2 ⋅ 100 ⋅ 120 ⋅ (− )
2
= 24.400 + 12.000
Jadi 𝐴𝐶 = √100 × 4 × 91
= 10 × 2 × √91 = 20√91
Contoh 1.5
Diberikan segitiga 𝐴𝐵𝐶 dengan 𝑎 = 8 cm, 𝑏 = 5 cm, dan 𝑐 = 12 cm.
Tentukan besar sudut 𝐵.
Penyelesaian:
Dengan mengunakan aturan cosinus diperoleh
𝑏 2 = 𝑎2 + 𝑐 2 − 2𝑎𝑐 cos 𝐵
𝑎2 + 𝑐 2 − 𝑏 2 82 + 122 − 52
⇔ cos 𝐵 = ⇔ cos 𝐵 =
2𝑎𝑐 2.8.12
183
⇔ cos 𝐵 = 192 ⇔ cos 𝐵 = 0,953 ⇔ 𝐵 = cos−1 0,953 = 17,6°.
Dari sini, dapat disimpulkan bahwa −2𝜋, 2𝜋, 4𝜋, dan 12𝜋 merupakan
bilangan-bilangan yang sin(𝑥 + 𝑝) = sin 𝑥. Dari nilai-nilai tersebut, dapat
kita peroleh nilai 𝑝 positif terkecil yang memenuhi sin(𝑥 + 𝑝) = sin 𝑥 yaitu
2𝜋. Dari sini dapat dikatakan bahwa fungsi sinus mempunyai periode 2𝜋.
17
2𝜋
Fungsi dengan nilai sin(𝑎𝑡) mempunyai periode karena
𝑎
2𝜋
sin [𝑎 (𝑥 + )] = sin(𝑎𝑥 + 2𝜋) = sin(𝑎𝑥)
𝑎
2𝜋
Jelas bahwa periode fungsi cos(𝑎𝑥) juga sama yaitu .
𝑎
Contoh 1.6
Tentukan periode dari fungsi-fungsi dengan nilai berikut.
2𝜋𝑡
(𝑎) cos(2𝜋𝑡) (𝑏) cos(4𝑡) (𝑐) sin ( )
12
Penyelesaian:
(a) Dari cos(2𝜋𝑡) = cos 𝑎𝑡, diperoleh 𝑎 = 2𝜋.
2𝜋 2𝜋
Jadi periode dari fungsi tersebut adalag 𝑝 = = 2𝜋 = 1.
𝑎
Contoh 1.7
Tentukan amplitudo dari fungsi-fungsi dengan nilai berikut.
2𝜋𝑡 2𝜋𝑡
(𝑎) cos ( ) (𝑏) 40 + 21 sin ( + 3)
12 12
Penyelesaian:
2𝜋𝑡 2𝜋𝑡
(a) Jelas min cos ( 12 ) = −1 dan max cos ( 12 ) = 1.
−2𝜋≤𝑡≤2𝜋 −2𝜋≤𝑡≤2𝜋
1 1
Jadi 𝐴 = 2 (1 − (−1)) = 2 . 2 = 1.
2𝜋𝑡 2𝜋𝑡
(b) Jelas min sin ( 12 + 3) = −1 dan max sin ( 12 + 3) = 1
−2𝜋≤𝑡≤2𝜋 −2𝜋≤𝑡≤2𝜋
18
2𝜋𝑡 2𝜋𝑡
⇔ min 21. sin ( 12 + 3) = −21 dan max sin ( 12 + 3) = 21
−2𝜋≤𝑡≤2𝜋 −2𝜋≤𝑡≤2𝜋
2𝜋𝑡
⇔ min [40 + 21. sin ( 12 + 3)] = 19 dan
−2𝜋≤𝑡≤2𝜋
2𝜋𝑡
max [40 + 21. sin ( + 3)] = 61.
−2𝜋≤𝑡≤2𝜋 12
1 1
Jadi 𝐴 = 2 (61 − 19) = 2 . 42 = 21.
: Grafik 𝑓 −1
𝑓 −1
: Grafik 𝑓
𝑓
19
Dapat ditunjukkan bahwa 𝑓 fungsi injektif (Silahkan saudara tunjukkan).
𝜋 𝜋
Jadi 𝑓 −1 ada dengan 𝑓 −1 (𝑥) = sin−1 𝑥. Jelas 𝐷𝑓 = [− 2 , 2 ] dan 𝑅𝑓 =
𝜋 𝜋
[−1,1]; sedangkan 𝐷𝑓−1 = [−1,1] dan 𝑅𝑓−1 = [− , ].
2 2
O 𝜋 𝜋 X
2
f
20
Y
f
𝜋
2
f –1
X
𝜋 𝜋
−
2 2
𝜋
−
2
1
𝑥
𝜃 = sin−1 𝑥
√1 − 𝑥 2
Gambar 1.13 Segitiga dengan sin 𝜃 = 𝑥
cos(sin−1 𝑥) = √1 − 𝑥 2 , −1 ≤ 𝑥 ≤ 1.
21
𝑥
tan(sin−1 𝑥) = , −1 < 𝑥 < 1.
√1 − 𝑥 2
1
csc(sin−1 𝑥) = , 𝑥 ≠ 0.
𝑥
1
sec(sin−1 𝑥) = , −1 < 𝑥 < 1.
√1 − 𝑥 2
√1 − 𝑥 2
cot(sin−1 𝑥) = , −1 ≤ 𝑥 ≤ 1 dan 𝑥 ≠ 0.
𝑥
2) Diberikan cos 𝜃 = 𝑥.
Jelas 𝜃 = cos −1 𝑥.
Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 1.14.
1
√1 − 𝑥 2
𝜃 = cos −1 𝑥
𝑥
Gambar 1.14 Segitiga dengan cos 𝜃 = 𝑥
sin(cos−1 𝑥) = √1 − 𝑥 2 , −1 ≤ 𝑥 ≤ 1.
cos(cos−1 𝑥) = 𝑥.
√1 − 𝑥 2
tan(cos−1 𝑥) = , −1 ≤ 𝑥 ≤ 1 dan 𝑥 ≠ 0.
𝑥
1
csc(cos−1 𝑥) = , −1 < 𝑥 < 1.
√1 − 𝑥 2
1
sec(cos−1 𝑥) = , 𝑥 ≠ 0.
𝑥
𝑥
cot(cos−1 𝑥) = , −1 < 𝑥 < 1.
√1 − 𝑥 2
3) Diberikan tan 𝜃 = 𝑥.
Jelas 𝜃 = tan−1 𝑥.
22
Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 1.15.
√1 + 𝑥 2
𝑥
𝜃 = tan−1 𝑥
1
Gambar 1.15 Segitiga dengan tan 𝜃 = 𝑥
Jelas 𝜃 = sec −1 𝑥.
Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 1.16.
1
1
ට1 −
𝑥2
𝜃 = sec −1 𝑥
1
𝑥
23
1 𝑥2 − 1 √ 𝑥2 − 1 √ 𝑥2 − 1
Jelas √1 − =√ = = .
𝑥2 𝑥2 √ 𝑥2 |𝑥|
24
4 𝑟 5
sec (tan−1 ) = sec 𝜃 = = .
3 𝑥 3
tetapi cos 𝛼 + cos 𝛽 = 2 cos 30° = √3. Berdasarkan hal tersebut, pada
kajian berikutnya akan ditentukan hubungan antara sin(𝛼 + 𝛽) dan
cos(𝛼 + 𝛽) dengan sin 𝛼 , sin 𝛽 , cos 𝛼 , dan cos 𝛽.
Perhatikan Gambar 1.17.
𝐸
𝐴 𝐵
𝛼
𝐹
𝛼+𝛽
𝛼 𝛽
𝐷 𝐶
Pada Gambar 1.17, segitiga 𝐷𝐸𝐹 merupakan segitiga siku-siku dengan ∠𝐷𝐸𝐹 =
90°, ∠𝐹𝐷𝐸 = 𝛽, dan |𝐷𝐹| = 1 berada di dalam persegi panjang 𝐴𝐵𝐶𝐷.
Pada segitiga 𝐷𝐸𝐹, kita peroleh
|𝐷𝐸| = |𝐷𝐹|. cos 𝛽 = cos 𝛽
|𝐸𝐹| = |𝐷𝐹|. sin 𝛽 = sin 𝛽
Pada segitiga 𝐴𝐷𝐸, kita peroleh
|𝐴𝐷| = |𝐷𝐸|. cos 𝛼 = cos 𝛼 . cos 𝛽
|𝐴𝐸| = |𝐷𝐸|. sin 𝛼 = sin 𝛼 . sin 𝛽
25
Karena ∠𝐷𝐸𝐹 = 90°, maka jelas bahwa ∠𝐴𝐸𝐷 + ∠𝐵𝐸𝐹 = 90° = ∠𝐴𝐸𝐷 +
∠𝐴𝐷𝐸, sehingga ∠𝐵𝐸𝐹 = ∠𝐴𝐷𝐸 = 𝛼 . (cara lainnya dapat dilihat bahwa segitiga
𝐴𝐷𝐸 dan 𝐵𝐸𝐹 sebangun).
Pada segitiga 𝐵𝐸𝐹, kita peroleh
|𝐵𝐸| = |𝐸𝐹|. cos 𝛼 = cos 𝛼 . sin 𝛽
|𝐵𝐹| = |𝐸𝐹|. sin 𝛼 = sin 𝛼 . sin 𝛽
Jelas 𝐴𝐷 ∥ 𝐵𝐶 dan ∠𝐷𝐹𝐶 = ∠𝐴𝐷𝐹 = 𝛼 + 𝛽 .
Pada segitiga 𝐶𝐷𝐹, kita peroleh
|𝐶𝐷| = |𝐷𝐹|. sin(𝛼 + 𝛽) = sin(𝛼 + 𝛽)
|𝐶𝐹| = |𝐷𝐹|. cos(𝛼 + 𝛽) = cos(𝛼 + 𝛽)
Jadi dapat kita peroleh
cos 𝛼 . cos 𝛽 = |𝐴𝐷| = |𝐵𝐶| = |𝐵𝐹| + |𝐹𝐶| = sin 𝛼 . sin 𝛽 + cos(𝛼 + 𝛽)
Dengan kata lain
cos(𝛼 + 𝛽) = cos 𝛼 . cos 𝛽 − sin 𝛼 . sin 𝛽.
Apabila 𝛽 diganti −𝛽 maka diperoleh
cos(𝛼 − 𝛽) = cos (𝛼 + (−𝛽))
= cos 𝛼 . cos(−𝛽) − sin 𝛼 . sin(−𝛽)
= cos 𝛼 . cos 𝛽 + sin 𝛼 . sin 𝛽.
Dengan cara yang sama,
sin(𝛼 + 𝛽) = |𝐶𝐷| = |𝐴𝐵| = |𝐴𝐸| + |𝐸𝐵| = sin 𝛼 . cos 𝛽 + cos 𝛼 . sin 𝛽
atau
sin(𝛼 + 𝛽) = sin 𝛼 . cos 𝛽 + cos 𝛼 . sin 𝛽
Apabila 𝛽 diganti −𝛽 maka diperoleh
sin(𝛼 − 𝛽) = sin(𝛼 + (−𝛽))
= sin 𝛼 . cos(−𝛽) + cos 𝛼 . sin(−𝛽)
= sin 𝛼 . cos 𝛽 − cos 𝛼 . sin 𝛽.
sin(𝛼 + 𝛽) sin 𝛼 . cos 𝛽 + cos 𝛼 . sin 𝛽
Jelas tan(𝛼 + 𝛽) = =
cos(𝛼 + 𝛽) cos 𝛼 . cos 𝛽 − sin 𝛼 . sin 𝛽
sin 𝛼 sin 𝛽
cos 𝛼 + cos 𝛽 tan 𝛼 + tan 𝛽
= = .
sin 𝛼 . sin 𝛽 1 − tan 𝛼 . tan 𝛽
1−
cos 𝛼 . cos 𝛽
26
Apabila 𝛽 diganti −𝛽 maka diperoleh
tan(𝛼 − 𝛽) = tan(𝛼 + (−𝛽))
tan 𝛼 + tan(−𝛽)
=
1 − tan 𝛼 . tan(−𝛽)
tan 𝛼 − tan 𝛽
= .
1 + tan 𝛼 . tan 𝛽
Dari proses di atas diperoleh Teorema 1.6.
Teorema 1.6 (Identitas jumlah dan selisih sudut)
cos(𝛼 ± 𝛽) = cos 𝛼 . cos 𝛽 ∓ sin 𝛼 . sin 𝛽
sin(𝛼 ± 𝛽) = sin 𝛼 . cos 𝛽 ± cos 𝛼 . sin 𝛽
tan 𝛼 ± tan 𝛽
tan(𝛼 ± 𝛽) =
1 ∓ tan 𝛼 . tan 𝛽
𝛼 1 − cos 𝛼 𝛼 1 − cos 𝛼
sin ( ) = −√ ⋁ sin ( ) = √
2 2 2 2
𝛼 1 + cos 𝛼 𝛼 1 + cos 𝛼
cos ( ) = −√ ⋁ cos ( ) = √
2 2 2 2
27
Identitas jumlah fungsi trigonometri diberikan pada Teorema 1.9.
Teorema 1.9 (Identitas jumlah fungsi trigonometri)
𝑥+𝑦 𝑥−𝑦
sin 𝑥 + sin 𝑦 = 2 sin ( ) . cos ( )
2 2
𝑥+𝑦 𝑥−𝑦
cos 𝑥 + cos 𝑦 = 2 cos ( ) . cos ( )
2 2
Contoh 1.9
Diketahui sin(𝑥 + 45)° + sin(𝑥 − 45) ° = 𝑎. Nilai dari sin 2𝑥 adalah ....
Penyelesaian:
Jelas sin(𝑥 + 45)° + sin(𝑥 − 45) ° = 𝑎
(𝑥 + 45°) + (𝑥 − 45°) (𝑥 + 45°) − (𝑥 − 45°)
⇔ 2 sin ( ) . cos ( )=𝑎
2 2
⇔ 2 sin 𝑥 . cos 45 ° = 𝑎
1
⇔ 2 sin 𝑥 ∙ √2 = 𝑎
2
𝑎 𝑎
⇔ sin 𝑥 = √2 = .
2 √2
𝑎 2 𝑎2 √2 − 𝑎2
Jelas cos 𝑥 = √1 − sin2 𝑥 = √1 − ( ) = √1 − = .
√2 2 √2
𝑎 √2 − 𝑎2
Jadi sin 2𝑥 = 2 sin 𝑥 cos 𝑥 = 2. ∙ = 𝑎√2 − 𝑎2 .
√2 √2
28
Contoh 1.10
2𝜋 4𝜋 6𝜋
Tentukan nilai dari cos + cos + cos .
7 7 7
Penyelesaian:
𝜋
Tulis 𝜃 = .
7
1
Akan digunakan sifat sin 𝑥 . cos 𝑦 = 2 [sin(𝑥 + 𝑦) + sin(𝑥 − 𝑦)].
2𝜋 4𝜋 6𝜋
Jelas cos + cos + cos = cos 2𝜃 + cos 4𝜃 + cos 6𝜃
7 7 7
(cos 2𝜃 + cos 4𝜃 + cos 6𝜃) × sin 𝜃
=
sin 𝜃
sin 𝜃 . cos 2𝜃 + sin 𝜃 . cos 4𝜃 + sin 𝜃 . cos 6𝜃
=
sin 𝜃
1 sin 3𝜃 + sin(−𝜃) + sin 5𝜃 + sin(−3𝜃) + sin 7𝜃 + sin(−5𝜃)
= .
2 sin 𝜃
1 sin 3𝜃 − sin 𝜃 + sin 5𝜃 − sin 3𝜃 + sin 7𝜃 − sin 5𝜃
= .
2 sin 𝜃
1 sin 7𝜃 − sin 𝜃
= .
2 sin 𝜃
1 sin 𝜋 − sin 𝜃
= .
2 sin 𝜃
1 − sin 𝜃
= .
2 sin 𝜃
1
=− .
2
Untuk memperjelas pemahaman saudara, saudara dapat melihat ppt berikut ini.
[PPT-M3-KB1]
E. Forum Diskusi
Dengan berdiskusi bersama teman sejawat saudara, silahkan buktikan Teorema
1.7 sampai Teorema 1.10.
29
F. Rangkuman
Selamat ya ...... saudara telah berhasil menyelesaikan kegiatan belajar tentang
Fungsi Trigonometri. Hal-hal penting yang telah saudara pelajari dalam kegiatan
belajar ini dapat dibaca pada rangkuman berikut ini.
𝑏 𝑎 𝑏
1. Pada sebuah segitiga 𝐴𝐵𝐶, sin 𝐵 = 𝑐 , cos 𝐵 = 𝑐 , dan tan 𝐵 = 𝑎 dengan
30
𝑎 𝑏 𝑐
= = = 2𝑅
sin 𝐴 sin 𝐵 sin 𝐶
𝑏 2 = 𝑎2 + 𝑐 2 − 2𝑎𝑐 cos 𝐵
𝑐 2 = 𝑎2 + 𝑏 2 − 2𝑎𝑏 cos 𝐶
10. Fungsi dengan 𝑓(𝑥) = cos−1 𝑥 mempunyai 𝐷𝑓 = [−1,1] dan 𝑅𝑓 = [0, 𝜋].
𝜋 𝜋
11. Fungsi dengan 𝑓(𝑥) = tan−1 𝑥 mempunyai 𝐷𝑓 = ℝ dan 𝑅𝑓 = (− 2 , 2 ).
31
tan 𝛼±tan 𝛽
c. tan(𝛼 ± 𝛽) = 1∓tan 𝛼.tan 𝛽
𝛼 1+cos 𝛼 𝛼 1+cos 𝛼
b. cos ( 2 ) = −ට ⋁ cos ( 2 ) = ට
2 2
G. Tes Formatif
Pilihlah jawaban yang tepat dari setiap persoalan berikut.
1
1. Jika cos 𝑥 = 5 √5 dan 𝑥 terletak pada kuadran pertama maka nilai dari
𝜋
sin 𝑥 − 5 sin (𝑥 + 2 ) + 2 cos(𝜋 − 𝑥) adalah ....
1
A. −
√5
B. −√5
1
C.
√5
32
9
D. 5
√5
13
E. 5
√5
1
2. Jika tan 𝑥 = 5 √5 dan 𝑥 terletak pada kuadran pertama serta
𝜋
cos ( 2 − 𝑥)
𝐴= 𝜋
cos 𝑥 − 5 cos (𝑥 + 2 ) + 2 sin(𝜋 − 𝑥)
𝐴2 −2𝐴+1
maka nilai dari adalah ….
𝐴−𝐴2
A. −8 + √5
B. −4 + √5
C. 2 + √5
D. 6 + √5
E. 8 + √5
𝜃 𝑥−1
3. Jika 𝜃 sebuah sudut lancip dan sin ( 2) = ට 2𝑥 maka tan 𝜃 adalah ....
𝑥−1
A. ට𝑥+1
𝑥 2 −1
B. ට 𝑥
𝑥 2 −1
C. ට 2𝑥
D. √𝑥 − 1
E. √𝑥 2 − 1
4. Bentuk sederhana dari √sin4 𝑥 + 4 cos 2 𝑥 − √cos4 𝑥 + 4 sin2 𝑥 adalah ....
A. cos 2𝑥
B. sin 2𝑥
C. cos2 𝑥
D. sin2 𝑥
E. cos2 𝑥 − 1
5. Jika sin 𝑥 + 𝑎 cos 𝑥 = 𝑏 maka |𝑎 sin 𝑥 − cos 𝑥| = ⋯
A. √𝑎2 − 𝑏 2 + 1
33
B. √𝑎2 + 𝑏 2 + 1
C. 𝑎2 − 𝑏 2 + 1
D. 𝑎2 + 𝑏 2 + 1
E. 𝑎2 − 𝑏 2 − 1
6. Diberikan sebuah segitiga 𝐴𝐵𝐶. Melalui 𝐵 dibuat garis yang tegak lurus 𝐴𝐶.
Garis tersebut berpotongan dengan garis 𝐴𝐶 di titik 𝐷 sehingga perbandingan
panjang 𝐴𝐷 dan 𝐶𝐷 adalah 1: 3. Jika luas daerah segitiga 𝐴𝐵𝐶 adalah 64 satuan
1
luas dan perbandingan panjang 𝐴𝐵 dan 𝐵𝐶 adalah √5 ∶ 2 √2 maka nilai dari
sin 𝐴
adalah ....
sin 𝐶
5
A. ට2
B. √10
√2
C. 2√5
2√5
D. 5
5√2
E. 2
𝜋 𝜋 𝜋 𝜋
7. Nilai dari sin ( 3 + 𝑝) cos ( 6 − 𝑝) + cos ( 3 + 𝑝) . sin ( 6 − 𝑝) adalah ....
A. 1
1
B. 2
√2
1
C. 3
√2
1
D. − 2 √2
1
E. − 3 √2
2
8. Jika 𝐴 − 𝐵 = 30° dan sin 𝐴 . cos 𝐵 = 3 , maka nilai dari sin 2𝐴 + sin 2𝐵
adalah ....
A. 1
5
B. 6
√3
34
1
C. 2
√3
1
D. 2
√2
1
E. 2
1
9. Nilai dari sin (2 tan−1 3) + cos(tan−1 2√2) adalah ....
3
A.
√10
5
B.
√10
3
C.
√10
14
D. 15
√2
14
E. 15
1
10. Jika sudut 𝛼 memenuhi cos2 𝛼 + 2 sin(𝜋 − 𝛼) = sin2 (𝜋 + 𝛼) + 1 2 maka
E. 0
H. Daftar Pustaka
[1] Chotim, M. 2012. Diktat Mata Kuliah Kalkulus 1. Semarang: Jurusan
Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang.
[2] Clark, D.N. 2000. A Volume in The Comprehensive Dictionary of Mathematics:
Dictionary of Analysis, Calculus, and Differential Equations. Florida: CRC
Press LLC.
[3] Varberg, D., Purcell, E.J., & Rigdon, S. 2007. Calculus Ninth Edition. Upper
Saddle River, New Jersey: Pearson Education
[4] Andreescu, T. & Feng, F. 2005. 103 Trigonometry Problems From the Training
of the USA IMO Team. Boston: Birkhäuser
35
[5] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktoral Jenderal Pendidikan
Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarajat, Direktorat Pembinaan Pendidikan
Keaksaraan dan Kesetaraan. 2017. Modul 5. Penerapan Trigonometri dalam
Pengembangan Ilmu dan Teknologi dalam Kehidupan Sehari-hari,
Matematika Paket C Setara SMA/MA.
36
No Kode: DAR 2/Profesional/180/3/2019
Penulis:
Muhammad Kharis, S.Si., M.Sc.
37
38
A. Pendahuluan
Salam bahagia para mahasiswa PPG yang bersemangat.
Selamat mengikuti kegiatan belajar yang ke-2 ini dengan materi fungsi, jenis
fungsi, dan limit fungsi. Untuk mengawali kegiatan belajar ini, Saudara tentunya
pernah melihat, membaca, atau mendengar berita gempa yang pusatnya berada di
wilayah laut Indonesia, BMKG merilis bahwa dalam gempa tersebut berpotensi
atau tidak berpotensi tsunami. Bagaimanakah proses yang dilakukan BMKG
sehingga dapat memperkirakan potensi tsunami tersebut? Tuliskan jawaban
Saudara pada secarik kertas dengan mengaitkan apakah ada kemungkinan
memanfaatkan pemodelan matematika yang melibatkan materi fungsi.
Pada kegiatan belajar ke-2 ini, Saudara akan mengkaji konsep fungsi dan limit
fungsi. Fungsi merupakan objek utama yang dikaji dalam modul Kalkulus dan
Trigonometri ini. Fungsi dikaji dari definisi, sifat, jenis, limit, kekontinuan, turunan,
dan integral serta aplikasinya. Prasyarat dalam mempelajari materi pada kegiatan
belajar 2 ini adalah saudara-saudara telah menguasai materi logika, himpunan, nilai
mutlak, barisan, dan persamaan linear. Kegiatan belajar ini dikemas dalam enam
sub kajian yang disusun dengan urutan sebagai berikut.
• Sub Kajian 1: Fungsi, Jenis Fungsi dan Operasi pada Fungsi
• Sub Kajian 2: Komposisi Fungsi dan Fungsi Invers
• Sub Kajian 3: Limit Fungsi
• Sub Kajian 4: Limit Sepihak
• Sub Kajian 5: Limit Tak Hingga dan Limit di Tak Hingga
• Sub Kajian 6: Kekontinuan Fungsi.
Penerapan matematika dalam ilmu-ilmu lain seperti fisika, kimia, teknik, ilmu
komputer, ekonomi, dan bidang lainnya paling banyak menggunakan pemodelan
matematika yang menerapkan berbagai jenis fungsi dan juga limit fungsi. Beberapa
penerapan fungsi dalam kehidupan sehari-hari diantaranya fungsi permintaan dan
penawaran dalam bidang ekonomi, peluruhan unsur di kimia, kepadatan penduduk
di geografi, dan fenomena gerak di fisika.
39
Proses pembelajaran untuk materi yang sedang Saudara ikuti sekarang ini,
dapat berjalan dengan lebih lancar bila Saudara mengikuti langkah-langkah belajar
berikut ini.
11) Ingat kembali materi materi logika, himpunan, nilai mutlak, barisan, dan
persamaan linear. Materi-materi tersebut merupakan materi prasyarat dalam
mempelajari materi pada kegiatan belajar ini.
12) Pelajari materi pada kegiatan belajar ini dengan seksama, selesaikan latihan
pada forum diskusi, dan selesaikan tes formatifnya secara mandiri.
13) Cocokkan jawaban tes formatif Saudara dengan kunci jawaban yang diberikan.
14) Apabila tingkat penguasaan Saudara 80% atau lebih, Saudara dapat
melanjutkan ke kegiatan belajar berikutnya. Apabila tingkat penguasaan
Saudara kurang dari 80%, Saudara harus mempelajari kembali materi pada
kegiatan belajar ini.
15) Keberhasilan pembelajaran Saudara dalam mempelajari materi pada kegiatan
belajar ini, sangat tergantung kepada kesungguhan Saudara dalam belajar dan
mengerjakan tugas dan latihan. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau
berkelompok dengan teman sejawat.
Selanjutnya kami ucapkan selamat belajar, semoga Saudara sukses mampu
mengimplementasikan pengetahuan yang diberikan dalam kegiatan belajar ini.
40
limit fungsi. Lebih lengkapnya, setelah mempelajari materi ini diharapkan
mahasiswa dapat:
1. menguasai teori dan mampu menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan
fungsi, jenis fungsi dan operasi pada fungsi,
2. menguasai teori dan mampu menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan
komposisi fungsi dan fungsi invers,
3. menguasai teori dan mampu menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan
limit fungsi,
4. menguasai teori dan mampu menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan
limit sepihak,
5. menguasai teori dan mampu menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan
limit limit tak hingga dan limit di tak hingga, dan
6. menguasai teori dan mampu menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan
kekontinuan fungsi.
C. Pokok-Pokok Materi
Materi yang dipelajari dalam kegiatan belajar ini antara lain:
1. Fungsi, Jenis Fungsi dan Operasi pada Fungsi
2. Komposisi Fungsi dan Fungsi Invers
3. Limit Fungsi
4. Limit Sepihak
5. Limit Tak Hingga dan Limit di Tak Hingga
6. Kekontinuan Fungsi.
41
D. Uraian Materi
1. Fungsi, Jenis Fungsi dan Operasi pada Fungsi
a. Pengertian Fungsi
Dalam Definisi 2.1 terdapat beberapa notasi atau simbol baru, yang mungkin belum
Saudara kenal, yaitu:
42
Gambar 2.1: Grafik fungsi 𝑓: 𝐴 ⟶ 𝐵.
Contoh 2.1
Periksa pengaitan-pengaitan berikut ini merupakan fungsi atau bukan:
(a) 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 𝑥,
(b) ℎ: [– 5,5] → [– 5,5], 𝑥 2 + 𝑦 2 = 25.
Penyelesaian:
(a) Akan diperiksa apakah 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 𝑥 suatu fungsi atau bukan.
(1) Bukti untuk syarat fungsi (1)
Langkah 1: Ambil sembarang 𝑥 ∈ ℝ.
[Catatan: untuk membuktikan sesuatu berlaku pada ℝ,
diambilah sebarang anggota ℝ. Tidak boleh hanya diambil
contohnya saja, misalkan saja 1 ∈ ℝ]
Langkah 2: Diketahui 𝑥 = 𝑓(𝑥).
Langkah 3: Pilihlah 𝑦 = 𝑥 ∈ ℝ.
Langkah 4: Jelas dari definisi fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥) = 𝑥.
Langkah 5: Jadi ∀𝑥 ∈ 𝑅 ∃ 𝑦 ∈ 𝑅 ∋ (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑓. Memenuhi syarat fungsi (1)
dari Definisi 2.1.
(2) Bukti untuk syarat fungsi (2)
Langkah 1: Ambil sembarang 𝑥 ∈ ℝ dengan 𝑓(𝑥) = 𝑥 dan 𝑓(𝑥) = 𝑦. Hal
ini berarti (𝑥, 𝑥)dan (𝑥, 𝑦) keduanya di 𝑓.
Langkah 2: Diperoleh 𝑥 = 𝑓(𝑥) = 𝑦.
43
Langkah 3: Jadi (𝑥, 𝑦) ∈ 𝑓 dan (𝑥, 𝑧) ∈ 𝑓 ⇒ 𝑦 = 𝑧. Memenuhi syarat
fungsi (2)
Berdasarkan (1) dan (2) menurut Definisi 2.1, 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 𝑥,
merupakan suatu fungsi.
(b) Perhatikan ℎ: [– 5,5] → [– 5,5], 𝑥 2 + 𝑦 2 = 25 dengan ℎ(𝑥) = 𝑦.
Langkah 1: Pilih 𝑥 = 3 ∈ [– 5,5].
Langkah 2: Diperoleh 32 + 𝑦 2 = 25 ⇔ 𝑦 2 = 16 ⇔ 𝑦1 = −4 ∨ 𝑦2 = 4.
Ini berarti ∃ 𝑥 ∈ [– 5,5] dengan ℎ(𝑥) = 𝑦1 = −4 ≠ 4 = 𝑦2 = ℎ(𝑥).
Jadi ℎ bukan suatu fungsi.
Grafik ℎ: [– 5,5] → [– 5,5], 𝑥 2 + 𝑦 2 = 25 dengan ℎ(𝑥) = 𝑦 tersaji pada
Gambar 2.3.
Penyelesaian:
(a) Dipunyai fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 .
Beberapa nilai 𝑓:
𝑥 ... –2 –1 0 1 2 ...
𝑥 2 ... 4 1 0 1 4 ...
44
Gambar 2.4: Grafik 𝑓(𝑥) = 𝑥 2
Semua 𝑥 ∈ ℝ mempunyai nilai fungsi. Dengan demikian 𝐷𝑓 = ℝ. Sekarang
perhatikan hasil atau nilai fungsinya, dengan fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 . Nilai fungsi 𝑓
adalah semua bilangan non-negatif , dengan demikian 𝑅𝑓 = [0, +∞).
(b) Dipunyai 𝑓(𝑥) = 𝑥 + 1.
Beberapa nilai 𝑓:
𝑥 ... –1 0 1 ...
𝑥 2 ... 0 1 2 ...
45
(c) Dipunyai 𝑓(𝑥) = |𝑥|.
𝑥 2 −1
Gambar 2.7. Grafik 𝑓(𝑥) = 𝑥−1
Perhatikan bahwa pada Gambar 2.7, nilai fungsi 𝑓(1) tidak ada, digambarkan
dengan sebuah lingkaran berlubang.
Contoh 2.3
Jika 𝑥 ∈ ℝ, ‖𝑥‖ didefinisikan sebagai bilangan bulat terbesar yang kurang dari atau
sama dengan 𝑥.
Dipunyai 𝑓: ℝ → 𝔹, 𝑓(𝑥) = ‖𝑥‖. Periksa apakah 𝑓 merupakan fungsi atau bukan.
Penyelesaian:
46
Syarat fungsi (1):
Ambil sembarang 𝑥 ∈ ℝ. Pilih 𝑦 = maks {𝑏 ∈ 𝔹 𝑏 ≤ 𝑥}.
Jelas 𝑦 ∈ 𝔹 dan 𝑦 = 𝑓(𝑥). Jadi ∀ 𝑥 ∈ ℝ ∃ 𝑦 ∈ 𝔹 ∍ 𝑦 = 𝑓(𝑥).
Syarat fungsi (2):
Ambil sembarang 𝑥 ∈ 𝔹. Pilih 𝑦 = 𝑥 ∈ ℝ. Jelas 𝑓(𝑦) = 𝑓(𝑥) = ‖𝑥‖ = 𝑥.
Jadi ∀ 𝑥 ∈ 𝔹 ∃ 𝑦 ∈ ℝ ∋ 𝑦 = 𝑓(𝑥).
Jadi f merupakan suatu fungsi.
Dengan mudah dapat dihitung bahwa:
𝑓([−2, −1)) = −2, 𝑓([−1, 0)) = −1, 𝑓([0, 1)) = 0, 𝑓([1, 2)) = 1,
⋮
𝑓([𝑛– 1, 𝑛)) = 𝑛 − 1.
Grafik 𝑓:
47
trigonometri (siklometri), (c) fungsi logaritma asli, (d) fungsi eksponensial, (e)
fungsi hiperboliks. Terdapat juga jenis fungsi khusus seperti (a) fungsi dengan nilai
mutlak (modulus), (b) fungsi ganjil/genap. (c) fungsi periodik, (d) fungsi tangga,
dan lainnya.
Berikut ini dikaji beberapa jenis fungsi, yang pertama jenis fungsi yang
diklasifikasikan menurut sifatnya.
48
Contoh 2.5
Periksa fungsi-fungsi berikut merupakan fungsi surjektif atau bukan.
(a) 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 2𝑥 − 1 dan
(b) 𝑔: ℝ → [−1, +∞), 𝑔(𝑥) = 𝑥 2 − 1.
Penyelesaian:
(a) Diketahui 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 2𝑥 − 1.
𝑥+1
Ambil sembarang 𝑥 ∈ ℝ. Jelas 𝑥 = 2 ( ) − 1.
2
𝑥+1 𝑥+1
Pilih 𝑦 = ( ) ∈ ℝ. Jelas 𝑓(𝑦) = 2 ( ) − 1 = 𝑥.
2 2
49
(1) Fungsi naik
Definisi 2.4
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐴 ⟶ 𝐵. Fungsi 𝑓 dikatakan naik jika fungsi 𝑓 melestarikan
urutan. Definisi ini dapat disajikan secara formal sebagai berikut:
Fungsi 𝑓 dikatakan naik: ∀ 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐴, 𝑥 < 𝑦 ⟹ 𝑓(𝑥) < 𝑓(𝑦).
(2) Fungsi turun
Definisi 2.5
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐴 ⟶ 𝐵. Fungsi 𝑓 dikatakan turun jika fungsi 𝒇 tak
melestarikan urutan. Definisi ini dapat disajikan secara formal sebagai berikut:
Fungsi 𝑓 dikatakan turun: ∀ 𝑥, 𝑦 ∈ 𝐴, 𝑥 < 𝑦 ⟹ 𝑓(𝑥) > 𝑓(𝑦).
Contoh 2.6
Periksa apakah grafik fungsi berikut naik ataukah turun:
(a) 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 2𝑥 – 1,
(b) 𝑓: (−∞, 0] → ℝ, 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 .
Penyelesaian:
(a) Diketahui 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 2𝑥 – 1.
Ambil sembarang 𝑥1 , 𝑥2 ∈ ℝ, 𝑥1 < 𝑥2 . Jelas 𝑥1 − 𝑥2 < 0.
Diperoleh 𝑓(𝑥1 ) − 𝑓(𝑥2 ) = 2𝑥1 − 1 − 2𝑥2 + 1 = 2(𝑥1 – 𝑥2 ) < 0
atau 𝑓(𝑥1 ) < 𝑓(𝑥2 ). Jadi ∀ 𝑥1 , 𝑥2 ∈ ℝ, 𝑥1 < 𝑥2 , berlaku 𝑓(𝑥1 ) < 𝑓(𝑥2 ),
menurut Definisi 2.4, grafik fungsi 𝑓 naik.
(b) Diketahui 𝑓: (−∞, 0] → ℝ, 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 .
Ambil sembarang 𝑥1 , 𝑥2 ∈ (−∞, 0], 𝑥1 < 𝑥2 .
Jelas 𝑥1 − 𝑥2 < 0 dan 𝑥1 + 𝑥2 < 0.
Diperoleh 𝑓(𝑥1 ) − 𝑓(𝑥2 ) = 𝑥12 − 𝑥22 = (𝑥1 + 𝑥2 )(𝑥1 – 𝑥2 ) > 0
atau 𝑓(𝑥1 ) > 𝑓(𝑥2 ).
Jadi ∀ 𝑥1 , 𝑥2 ∈ ℝ, 𝑥1 < 𝑥2 , berlaku 𝑓(𝑥1 ) > 𝑓(𝑥2 ), menurut Definisi 2.5,
grafik fungsi 𝑓 turun.
50
Berikutnya adalah jenis fungsi aljabar yang di antaranya adalah (a) fungsi linier,
fungsi kuadrat, fungsi kubik, dan seterusnya yang dikenal sebagai fungsi
polinomial, (b) fungsi rasional, dan (c) fungsi irrasional.
adalah polinomial atau suku banyak dalam 𝑥 dan 𝑄(𝑥) ≠ 0. Contoh dari fungsi
rasional dapat dilihat kembali pada Contoh 2.2 (b).
Fungsi rasional terbagi menjadi dua jenis yaitu fungsi rasional sejati dan fungsi
rasional tak sejati. Fungsi rasional sejati adalah fungsi rasional terbentuk 𝑓(𝑥) =
𝑃(𝑥)
dengan derajat 𝑃(𝑥) kurang dari derajat 𝑄(𝑥) sedangkan fungsi rasional tak
𝑄(𝑥)
𝑃(𝑥)
sejati adalah fungsi rasional terbentuk 𝑓(𝑥) = dengan derajat 𝑃(𝑥) lebih tinggi
𝑄(𝑥)
Berikutnya akan dikaji sekilas tentang fungsi transenden. Fungsi transenden yang
telah dipelajari adalah fungsi trigonometri pada kegiatan belajar 1. Fungsi
51
transenden yang lain dan yang akan dikaji adalah fungsi eksponen dan fungsi
logaritma. Untuk yang pertama dibahas fungsi eksponen. Pengertian mengenai
fungi eksponen diberikan pada Definisi 2.6.
(1) Fungsi eksponen
Definisi 2.6
Diketahui 𝑎 ∈ ℝ, 𝑎 > 0 dan 𝑎 ≠ 1 fungsi 𝑓 ∶ ℝ → ℝ, dengan 𝑓(𝑥) = 𝑎 𝑥 disebut
fungsi eksponen. Bilangan 𝑎 dinamakan bilangan dasar (pokok atau basis). Fungsi
ini memuat bentuk eksponen, artinya fungsi tersebut memuat bentuk pangkat
dimana pangkatnya berisi variabel-variabel.
Berikut ini sifat dari fungsi eksponen.
Jika 𝑎, 𝑥, 𝑦 ∈ ℝ dan 𝑎 > 0 maka:
(a) 𝑎 𝑥 . 𝑎 𝑦 = 𝑎 𝑥+𝑦
𝑎𝑥
(b) 𝑎𝑦 = 𝑎 𝑥−𝑦
𝑎
(a) Untuk 𝑎 = 10, log 𝑥 cukup ditulis log 𝑥. Logaritma dengan basis sepuluh
dinamakan logaritma biasa. Jadi log 𝑥 = 𝑦 berarti 𝑥 = 10𝑦 .
𝑎 𝑒
(b) Untuk 𝑎 = 𝑒 = 2,718 … , bentuk log 𝑥 ditulis sebagai log 𝑥 atau ln 𝑥 dan
disebut logaritma natural atau logaritma asli.
(c) Nilai 𝑓(𝑎) = 𝑎log 𝑎, berlaku 𝑎 = 𝑎 𝑓(𝑎) . Jadi 𝑎log 𝑎 = 𝑓(𝑎) = 1.
𝑥
(d) Nilai 𝑓(𝑎 𝑥 ) = 𝑎log 𝑎 𝑥 , berlaku 𝑎 𝑥 = 𝑎 𝑓(𝑎 ) . Jadi 𝑎log 𝑎 𝑥 = 𝑓(𝑎𝑎 ) = 𝑥.
52
c. Operasi pada Fungsi
Suatu cara untuk membangun suatu fungsi baru adalah dengan menjumlah,
mengurangi, mengalikan, atau membagi fungsi-fungsi yang diketahui. Berikut ini
didefinisikan operasi pada fungsi:
Definisi 2.8
Contoh 2.7
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 𝑥 dan 𝑔: [1, +∞) → [0, +∞), 𝑔(𝑥) = √𝑥 − 1.
(a) jika ℎ1 = 𝑓 + 𝑔, tentukan: rumus ℎ1 , daerah asal, dan daerah hasil ℎ1 .
𝑓
(b) jika ℎ2 = 𝑔, tentukan: rumus ℎ2 , daerah asal, dan daerah hasil ℎ2 .
Penyelesaian:
(a) Diperoleh ℎ1 (𝑥) = 𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥) = 𝑥 + √𝑥 − 1.
𝐷ℎ1 = [1, +∞) dan daerah hasilnya juga 𝑅ℎ1 = [1, +∞). Hal ini lebih
mudah dilihat dari gambar Grafik ℎ1 pada Gambar 2.9 berikut.
53
Gambar 2.9. Grafik ℎ1 (𝑥) = 𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)
Nilai fungsi ℎ2 ada bila nilai 𝑥 − 1 > 0 atau 𝑥 > 1. Jadi daerah asalnya 𝐷ℎ2 =
(1, +∞). Untuk daerah hasilnya 𝑅ℎ2 = [2, +∞). Hal ini lebih mudah dilihat
dari gambar Grafik ℎ2 pada Gambar 2.10 berikut.
𝑓
Gambar 2.10. Grafik ℎ2 (𝑥) = (𝑔) (𝑥)
54
Contoh 2.8
𝑥, 𝑥 ≤ 0 −𝑥, 𝑥 < 1
Dipunyai 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = { dan 𝑔: ℝ → ℝ, 𝑔(𝑥) = { 2 .
−1, 𝑥 > 0 𝑥 ,𝑥 ≥ 1
Tentukan 𝑓 + 𝑔, daerah asal, dan daerah hasilnya.
Penyelesaian:
𝑥, 𝑥 ≤ 0 −𝑥, 𝑥 ≤ 0
Dapat dituliskan 𝑓(𝑥) = {−1,0 < 𝑥 < 1 dan 𝑔(𝑥) = {−𝑥, 0 < 𝑥 < 1.
−1, 𝑥 ≥ 1 𝑥2, 𝑥 ≥ 1
0, 𝑥 ≤ 0
Diperoleh (𝑓 + 𝑔)(𝑥) = {−𝑥 − 1,0 < 𝑥 < 1.
−1 + 𝑥 2 , 𝑥 ≥ 1
Grafiknya diberikan pada Gambar 2.11 berikut.
0, 𝑥 ≤ 0
Gambar 2.11. Grafik (𝑓 + 𝑔)(𝑥) = {−𝑥 − 1,0 < 𝑥 < 1
−1 + 𝑥 2 , 𝑥 ≥ 1
Dari Gambar 2.11, dapat dilihat bahwa:
55
hasil fungsi pertama. Fungsi yang dihasilkan dengan cara ini dinamakan fungsi
komposisi.
Sebagai contoh, fungsi ℎ(𝑥) = |𝑥 − 1| dapat dibangun melalui dua fungsi, yaitu:
fungsi nilai mutlak 𝑔: ℝ → [0, +∞) dengan 𝑔(𝑥) = |𝑥| dan fungsi linear 𝑓: ℝ →
𝑅 dengan 𝑓(𝑥) = 𝑥 − 1. Untuk menghitung nilai fungsi ℎ(𝑎), pertama dicari 𝑎 −
1 dan kemudian dihitung nilai mutlaknya, yaitu |𝑎 − 1|.
Definisi 2.9
(𝑓 ∘ 𝑔)(𝑥) = 𝑓[𝑔(𝑥)] ∀ 𝑥 ∈ 𝑅𝑔 ∩ 𝐷𝑓 .
Pada Gambar 2.12 terlihat bahwa 𝐷𝑓∘𝑔 adalah prapeta 𝑅𝑔 ∩ 𝐷𝑓 oleh g ditulis dengan
𝑔−1 (𝑅𝑔 ∩ 𝐷𝑓 ) dan 𝑅𝑓∘𝑔 adalah peta 𝑅𝑔 ∩ 𝐷𝑓 oleh f dan ditulis dengan 𝑓(𝑅𝑔 ∩ 𝐷𝑓 ).
56
Contoh 2.9
Banyak fungsi yang sangat bermanfaat dibangun dengan menggunakan fungsi yang
telah dikenal. Dimulai dengan fungsi yang memetakan titik ke dirinya sendiri yang
disebut dengan fungsi identitas.
57
Definisi 2.10
Fungsi 𝑖: 𝐴 → 𝐵 dengan 𝐴 ⊂ 𝐵 disebut fungsi identitas apabila 𝑖(𝑥) = 𝑥, ∀𝑥 ∈ 𝐴.
Definisi 2.11
58
Teorema 2.1
Jika 𝑓: 𝐴 → 𝐵 fungsi injektif, maka:
(a) fungsi 𝑓 −1 ada, dan
(b) 𝐷𝑓−1 = 𝑅𝑓 .
Bukti:
• Bangun pengaitan 𝑔: 𝑅𝑓 → 𝐷𝑓 dengan 𝑔(𝑦) = 𝑥,∀𝑦 ∈ 𝑅𝑓 dan 𝑦 = 𝑓(𝑥).
• Ambil sembarang 𝑦1 dan 𝑦2 di 𝑅𝑓 , dengan 𝑦1 = 𝑦2 . Diketahui 𝑓 suatu fungsi
maka terdapat unsur-unsur 𝑥1 dan 𝑥2 di 𝑦1 = 𝑓(𝑥1 ) dan 𝑦2 = 𝑓(𝑥2 ) .
• Diketahui 𝑓(𝑥1 ) = 𝑦1 = 𝑦2 = 𝑓(𝑥2 ) dan 𝑓 merupakan fungsi injektif, maka
menurut Definisi 2.2 diperoleh 𝑥1 = 𝑥2 atau 𝑔(𝑦1 ) = 𝑔(𝑦2 ).
• Dengan demikian ∀𝑎, 𝑏 ∈ 𝑅𝑓 , dengan 𝑎 = 𝑏, diperoleh 𝑔(𝑎) = 𝑔(𝑏). Jadi 𝑔
suatu fungsi.
• Sekarang ambil sembarang 𝑥 ∈ 𝐷𝑓 , maka 𝑓(𝑥) ∈ 𝑅𝑓 . Nilai 𝑔[𝑓(𝑥)] = 𝑔(𝑦) =
𝑥 untuk suatu 𝑦 ∈ 𝑅𝑓 . Jadi ∀𝑥 ∈ 𝐷𝑓 , 𝑔[𝑓(𝑥)] = 𝑥, menurut Definisi 2.11
diperoleh 𝑔 = 𝑓 −1 serta 𝐷𝑓−1 = 𝐷𝑔 = 𝑅𝑓 .
Contoh 2.11
Misalkan 𝑓: 𝑅 → 𝑅, 𝑓(𝑥) = 2𝑥– 4. Jelas 𝑓 fungsi injektif. Jadi 𝑓 −1 ada.
𝑦 𝑥
Ambil sembarang x ∈ R. Tulis 2𝑥– 4 = 𝑦 ⇔ 𝑥 = + 2. Jadi 𝑓 −1 (𝑥) = 2 + 2.
2
59
Hubungan grafik fungsi 𝑓 dan inversnya 𝑓 −1 dapat ditentukan dengan cara :
Contoh 2.12
Carilah invers fungsi eksponen 𝑓: ℝ → ℝ dengan 𝑓(𝑥) = 32𝑥 − 1
Penyelesaian :
Misalkan 𝑦 = 𝑓(𝑥) = 32𝑥 − 1 dan 𝑓 −1 ∶ 𝑅 → 𝑅 dengan 𝑓 −1 (𝑦) = 𝑥
Diketahui 𝑦 = 32𝑥 − 1 atau 32𝑥 = 𝑦 + 1, menurut Definisi 2.7 diperoleh
3 1
log 32𝑥 = 3
log(𝑦 + 1) ⇔ 2𝑥 = 3
log(𝑦 + 1) ⇔ x = 2 .3 log(𝑦 + 1)
1 1
⇔ 𝑓 −1 (𝑦) = 2 .3 log(𝑦 + 1). Jadi 𝑓 −1 (𝑥) = 2 .3 log(𝑥 + 1)
3. Limit Fungsi
Limit suatu fungsi merupakan konsep yang fundamental dalam kalkulus dan
analisis yang berkaitan dengan perlakuan fungsi di sekitar titik tertentu. Konsep
limit memberikan kontribusi besar pada perkembangan teori matematika secara
umum. Meskipun secara implisit telah mewarnai perkembangan kalkulus pada abad
ke-17 dan 18. Gagasan modern limit fungsi mulai dibahas oleh Bolzano pada 1817
yang memperkenalkan dasar-dasar teknik epsilon-delta. Cauchy pada 1821
membahas limit dalam karyanya meskipun tidak secara sistematis. Weirstrass pada
tahun 1950-an menyajikan limit secara sistematis, dan sejak saat itu menjadi
metode baku untuk menjelaskan konsep limit. Secara tertulis penggunaan notasi lim
dengan anak panah pertama kali diperkenalkan oleh Hardy dalam bukunya A
Course of Pure Mathematics pada 1908.
60
a. Barisan dan limit barisan
Berikut ini diberikan definisi barisan.
Definisi 2.12
Barisan adalah suatu fungsi yang domainnya adalah himpunan bilangan bulat
positif atau bilangan asli (𝑁) atau himpunan bagiannya.
Suatu barisan yang daerah hasilnya (range) adalah himpunan bagian dari himpunan
bilangan real disebut barisan bilangan real. Dengan kata lain barisan bilangan real
adalah suatu fungsi 𝑓: ℕ → ℝ. Dalam pembahasan modul ini dibatasi hanya pada
barisan bilangan real, yang seterusnya disebut barisan. Notasi untuk barisan
dibedakan dengan notasi himpunan, karena pada barisan, urutan diperhatikan.
Suatu barisan dapat dinyatakan dengan menuliskan beberapa suku awalnya, dengan
rumus eksplisit untuk suku ke-𝑛, atau dengan bentuk rekrusif. Secara umum barisan
dinotasikan dengan ⟨𝑎𝑛 ⟩𝑛∈ℕ atau ⟨𝑎𝑛 ⟩. Untuk menyatakan barisan yang berbeda,
ditulis dengan huruf yang berbeda pula, seperti ⟨𝑏𝑛 ⟩, ⟨𝑐𝑛 ⟩, dan sebagainya.
Contoh 2.13
1 1 1 1
Barisan dengan ⟨𝑎𝑛 ⟩ = ⟨𝑛⟩ adalah 1, 2 , 3 , 4 , ⋯. Barisan ini dapat dinyatakan dengan
𝑎
rumus rekursifnya, yaitu 𝑎1 = 1 dan 𝑎𝑛+1 = 1+𝑎𝑛 .
𝑛
Suatu barisan terkadang belum dapat dikenali hanya dengan melihat sejumlah
berhingga sukunya, karena dapat mempunyai lebih dari satu rumus ke-𝑛 dan
menghasilkan barisan yang berbeda. Oleh karena itu dalam mendefinisikan barisan,
perlu memperhatikan rumus suku ke-n barisan yang dimaksud.
Contoh 2.14
1
Dipunyai barisan 4,2 2 , 2, ⋯. Rumus suku ke-𝑛 barisan tersebut dapat berbentuk
3 𝑛2 1
𝑎𝑛 = 1 + 𝑛 atau pun 𝑎𝑛 = − 3𝑛 + 6 2 yang masing-masing menghasilkan
2
1 3 3 1 1
barisan 4,2 2 , 2,1 4 , 1 5 , ⋯ dan barisan 4,2 2 , 2,2 2 , 4, ⋯ yang merupakan barisan
yang berbeda.
61
Grafik suatu barisan bilangan sama dengan grafik suatu fungsi, sebagai contoh
perhatikan Gambar 2.15. Secara intuitif, barisan ini mempunyai kecenderungan
menuju 0. Hal ini terkait dengan pengertian kemonotonan barisan, seperti pada
Definisi 2.13 berikut.
Definisi 2.13
Barisan ⟨𝑎𝑛 ⟩ dikatakan:
(a) monoton naik jika untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 𝑎𝑛+1 > 𝑎𝑛
(b) monoton tidak turun jika untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 𝑎𝑛+1 ≥ 𝑎𝑛
(c) monoton turun jika untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 𝑎𝑛+1 < 𝑎𝑛
(d) monoton tidak naik jika untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 𝑎𝑛+1 ≤ 𝑎𝑛
62
Contoh 2.15
1
(a) Barisan ⟨𝑎𝑛 ⟩ dengan 𝑎𝑛 = 𝑛 merupakan barisan yang monoton turun karena
1 1 𝑛 − (𝑛 + 1) −1
𝑎𝑛+1 − 𝑎𝑛 = − = = < 0.
𝑛+1 𝑛 𝑛(𝑛 + 1) 𝑛(𝑛 + 1)
Jadi 𝑎𝑛+1 < 𝑎𝑛 , sehingga ⟨𝑎𝑛 ⟩ barisan monoton turun.
𝑎𝑛+1 1 𝑛 𝑛
Dengan cara lain, dapat ditunjukkan bahwa = 𝑛+1 × 1 = 𝑛+1 < 1 dengan
𝑎𝑛
jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝑁𝜀 > 0 sedemikian hingga
|𝑎𝑛 − 𝐿| < 𝜀 jika 𝑛 > 𝑁𝜀 .
Contoh 2.16
1
Buktikan lim 𝑛 = 0.
𝑛→∞
Bukti:
1 1 1
Ambil 𝜀 > 0. Pilih 𝑁𝜀 > 𝜀 . Dipunyai 𝑛 > 𝑁𝜀 ⇔ 𝑛 < 𝑁 . Diperoleh
𝜀
1 1 1
|𝑢𝑛 − 0| = | | = < < 𝜀.
𝑛 𝑛 𝑁 𝜀
1
Jadi lim = 0.∎
𝑛→∞ 𝑛
Contoh 2.17
2𝑛−1
Buktikan lim = 2.
𝑛→∞ 𝑛+2
Bukti:
5
Ambil 𝜀 > 0. Pilih 𝑁𝜀 > 𝜀 − 2.
63
1 1
Dipunyai 𝑛 > 𝑁𝜀 ⇔ 𝑛 + 2 > 𝑁𝜀 + 2 ⇔ 𝑛+2 < 𝑁 .
𝜀 +2
Diperoleh
2𝑛−1 −5 5 5 5 5
| 𝑛+2 − 2| = |𝑛+2| = |𝑛+2| = 𝑛+2 < 𝑁 <5 = 𝜀.
𝜀 +2 −2+2
𝜀
2𝑛−1
Jadi lim = 2.∎
𝑛→∞ 𝑛+2
b. Limit Fungsi
Konsep limit berperan penting pada beberapa permasalahan nyata, seperti dalam
bidang fisika, teknik, dan ilmu sosial. Pertanyaan mendasar dari permasalahan limit
adalah apa yang terjadi pada fungsi 𝑓(𝑥) jika 𝑥 mendekati suatu nilai atau konstanta
tertentu. Ada beberapa ilustrasi permasalahan yang memotivasi perlunya
pembahasan konsep limit. Sebagai contoh, misal dipunyai grafik fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥)
untuk 𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑏. Jika grafik fungsi tersebut adalah berupa garis lurus, maka
dengan mudah kita dapat tentukan ukuran panjang kurva dengan formula jarak.
Akan tetapi bagaimana halnya jika grafik fungsi tersebut berupa kurva lengkung?
Kita dapat menentukan bebebrapa titik pada kurva dan menghubungkannya dengan
garis lurus. Jika ruas garis yang diperoleh dijumlahkan, akan diperoleh
“pendekatan” ukuran panjang kurva sebagai limit jumlah panjang ruas garis dengan
banyak ruas garis meningkat mendekati tak berhingga.
Untuk memahami konsep limit secara intuitif, diperhatikan fungsi yang
didefinisikan dengan
𝑥3 − 1
𝑓(𝑥) = .
𝑥−1
Jelas bahwa fungsi 𝑓 tidak terdefinisi pada 𝑥 = 1 karena pada titik tersebut, 𝑓(𝑥)
0
memiliki bentuk 0, yaitu bentuk tak tentu. Penyelidikan selanjutnya adalah apa yang
terjadi pada 𝑓(𝑥) jika 𝑥 mendekati 1. Dapat diamati melalui tabel atau pun dengan
grafik bahwa nilai 𝑓(𝑥) mendekati 3 jika 𝑥 mendekati 1, perhatikan ilustrasi pada
Tabel 2.1.
64
Tabel 2.1. Ilustrasi limit dan grafiknya
𝑥3 − 1
𝑥 𝑓(𝑥) = Grafik
𝑥−1
1,25 3,813
1,1 3,310
1,01 3,030
1,001 3,003
⋮ ⋮
1,000 ?
⋮ ⋮
0,999 2,997
0,99 2,970
0,9 2,710
0,75 2,313
Dalam simbol matematika, ditulis
𝑥3 − 1
lim =3
𝑥→1 𝑥 − 1
𝑥 3 −1
dibaca “limit untuk 𝑥 mendekati 1 sama dengan 3”. Dengan manipulasi aljabar,
𝑥−1
diperoleh bahwa
𝑥3 − 1 (𝑥 − 1)(𝑥 2 + 𝑥 + 1)
lim = lim
𝑥→1 𝑥 − 1 𝑥→1 𝑥−1
= lim(𝑥 2 + 𝑥 + 1) = 12 + 1 + 1 = 3.
𝑥→1
𝑥−1
Sebagai catatan bahwa, nilai 𝑥−1
= 1 jika 𝑥 ≠ 1. Selanjutnya diperoleh definisi
65
Pada definisi di atas menggunakan istilah mendekati, yang secara matematis tidak
dapat dijustifikasi seberapa dekat yang dimaksud. Untuk menuju pada pengertian
formal limit, digunakan notasi huruf Yunani 𝜀 (epsilon) dan 𝛿 (delta) yang
menyatakan bilangan positif yang biasanya sangat kecil.
Untuk mengatakan bahwa 𝑓(𝑥) berada pada sekitar 𝐿 dalam jarak kurang dari 𝜀,
ditulis 𝐿 − 𝜀 < 𝑓(𝑥) < 𝐿 + 𝜀, atau ekivalen dengan |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀. Hal ini juga
berarti bahwa 𝑓(𝑥) berada pada interval terbuka (𝐿 − 𝜀, 𝐿 + 𝜀). Selanjutnya untuk
mengatakan x cukup dekat tetapi tidak sama dengan 𝑐, adalah ekivalen untuk suatu
𝛿, x berada di dalam interval terbuka (𝑐 − 𝛿, 𝑐 + 𝛿) dengan c dihapus atau 𝑥 ≠ 𝑐,
yaitu
0 < |𝑥 − 𝑐| < 𝛿.
Sebagai catatan bahwa |𝑥 − 𝑐| < 𝛿 menyatakan interval 𝑐 − 𝛿 < 𝑥 < 𝑐 + 𝛿 dan
0 < |𝑥 − 𝑐| menyatakan bahwa 𝑥 ≠ 𝑐.
Definisi 2.16
Limit fungsi 𝑓 bernilai 𝐿 untuk 𝑥 → 𝑐 ditulis lim 𝑓(𝑥) = 𝐿, jika dan hanya jika
𝑥→𝑐
untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sedemikian hingga |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀, jika 0 <
|𝑥 − 𝑐| < 𝛿, yaitu
0 < |𝑥 − 𝑐| < 𝛿 ⇒ |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀.
Contoh 2.18
66
𝜀
Dengan demikian diperoleh 𝛿 yang harus dipilih, yaitu 𝛿 = 3. Tentu saja untuk nilai
Contoh 2.19
2𝑥 2 −3𝑥−2
Buktikan bahwa lim = 5.
𝑥→2 𝑥−2
Teorema 2.2
Jika 𝑎 dan 𝑐 suatu konstanta real, maka lim 𝑐 = 𝑐.
𝑥→𝑎
Bukti:
Tulis 𝑓(𝑥) = 𝑐. Ambil Sembarang 𝜀 > 0. Pilih 𝛿 = 𝜀. Dipunyai 0 < |𝑥 − 𝑐| < 𝛿,
maka
|𝑓(𝑥) − 𝑐| = |𝑐 − 𝑐| = 0 < 𝛿 = 𝜀.
lim 𝑐 = 𝑐.∎
𝑥→𝑎
67
Teorema 2.3
Nilai limit suatu fungsi adalah tunggal, yaitu jika lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 dan lim 𝑓(𝑥) = 𝑀,
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
maka 𝐿 = 𝑀.
Bukti:
Dipunyai lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 dan lim 𝑓(𝑥) = 𝑀. Ambil Sembarang 𝜀 > 0. Pilih 𝛿1 > 0
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
Pilih 𝛿 = min{𝛿1 , 𝛿2 }.
Jelas |𝐿 − 𝑀| = |(𝐿 − 𝑓(𝑥)) + (𝑓(𝑥) − 𝑀)|
≤ |𝐿 − 𝑓(𝑥)| + |𝑓(𝑥) − 𝑀|
𝜀 𝜀 5𝜀
< + = <𝜀
2 3 6
Jadi |𝐿 − 𝑀| < 𝜀 untuk setiap 𝜀 > 0, sehingga 𝐿 = 𝑀.∎
Teorema 2.4
Bukti (a): Ambil sembarang 𝜀 > 0. Pilih 𝛿1 > 0 dan 𝛿2 > 0 sehingga
𝜀
|𝑓(𝑥) − 𝐿| < 5 apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿1 dan
𝜀
|𝑓(𝑥) − 𝑀| < 10 apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿2 .
Pilih 𝛿 = min{𝛿1 , 𝛿2 }.
Jelas |(𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)) − (𝐿 + 𝑀)| = |(𝑓(𝑥) − 𝐿) + (𝑀 − 𝑔(𝑥))|
≤ |𝑓(𝑥) − 𝐿| + |𝑀 − 𝑔(𝑥)|
68
= |𝑓(𝑥) − 𝐿| + |𝑔(𝑥) − 𝑀|
𝜀 𝜀
< +
5 10
< 𝜀.
Jadi ∀𝜀 > 0∃𝛿 > 0 ∍ |(𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)) − (𝐿 − 𝑀)| < 𝜀 apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿.
Jadi lim (𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)) = 𝐿 + 𝑀.∎
𝑥→𝑎
𝑃 (𝑥) 𝑃 (𝑎)
banyak berderajat 𝑛 dan 𝑚, 𝑎 ∈ 𝐷𝑓 , dan 𝑄𝑚 (𝑥) ≠ 0, maka lim 𝑄𝑛 (𝑥) = 𝑄𝑛 (𝑎).
𝑥→𝑎 𝑚 𝑚
Teorema 2.6
Jika 𝑛 bilangan bulat positif dan lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 maka
𝑥→𝑎
𝑛
lim 𝑛√𝑓(𝑥) = 𝑛ට lim 𝑓(𝑥) = √𝐿.
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
69
Bukti: Ambil sembarang 𝜀 > 0. Pilih 𝛿1 > 0, 𝛿2 > 0, dan 𝛿3 > 0 sehingga
𝜀
|𝑓(𝑥) − 𝐿| < 3 apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿1 ,
𝜀
|𝑓(𝑥) − 𝑀| < 4 apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿2 , dan
Gambar 2.16. Ilustrasi prinsip apit, 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) ≤ ℎ(𝑥) pada 𝐼 dan lim 𝑓(𝑥) =
𝑥→𝑎
𝐿 = lim ℎ(𝑥)
𝑥→𝑎
Contoh 2.20
Hitunglah
(a) lim(3𝑥 2 + 2𝑥 − 1)
𝑥→3
Penyelesaian:
(a) lim(3𝑥 2 + 2𝑥 − 1) = lim(3𝑥 2 + 2𝑥 − 1) = lim 3𝑥 2 + lim 2𝑥 − lim 1
𝑥→3 𝑥→3 𝑥→3 𝑥→3 𝑥→3
2
= 3lim 𝑥 + 2lim 𝑥 − 1 = 27 + 6 − 1 = 32.
𝑥→3 𝑥→3
70
(b) lim (2𝑥 2 − 1)(1 − 2𝑥) = lim (2𝑥 2 − 1) ⋅ lim (1 − 2𝑥) = 1 + 3 = 4.
𝑥→−1 𝑥→−1 𝑥→−1
2 2
(d) lim √5𝑥 − 9 = 2ටlim(5𝑥 − 9) = √9 = 3.
𝑥→0 𝑥→0
Contoh 2.21
𝑥 2 cos 𝑥
Tentukan nilai lim .
𝑥→0 𝑥+1
Penyelesaian:
𝑥 2 cos 𝑥 𝑥2
lim = (lim 𝑥+1) (lim cos 𝑥) = 0 ⋅ 1 = 0.
𝑥→0 𝑥+1 𝑥→0 𝑥→0
Pada beberapa kasus, kita tidak dapat menghitung limit fungsi trigonometri dengan
sin 𝑥 1−cos 𝑥
substitusi, misalnya lim dan lim . Oleh karena itu diperlukan teorema
𝑥→0 𝑥 𝑥→0 𝑥
71
Teorema 2.9
sin 𝑥
(a) lim =1
𝑥→0 𝑥
1−cos 𝑥
(b) lim =0
𝑥→0 𝑥
Teorema 2.9(a) menyatakan bahwa untuk ukuran sudut 𝑥 cukup kecil (mendekati
0), nilai sin 𝑥 mendekati nilai 𝑥 itu sendiri, dengan kata lain dapat ditulis sin 𝑥 ≈ 𝑥.
72
𝑥
Ganti x dengan 2, jadi
𝑥 𝑥 2
𝑥 𝑥2
sin < ⇔ sin <
2 2 2 4
𝑥 𝑥2
⇔ 2 sin2 <
2 2
𝑥2
⇔ 1 − cos 𝑥 <
2
𝑥2
⇔1− < cos 𝑥.
2
𝑥2 sin 𝑥
Jadi 1 − < cos 𝑥 < < 1.
2 𝑥
𝜋
Kasus − 2 < 𝑥 < 0:
𝜋 𝜋
Jelas − 2 < 𝑥 < 0 ⇔ 0 < −𝑥 < 2
(−𝑥)2 sin(−𝑥)
Jadi 1 − < cos( − 𝑥) < <1
2 −𝑥
𝑥2 sin 𝑥
⇔ 1− < cos 𝑥 < < 1.
2 𝑥
𝑥2 sin 𝑥 𝜋 𝜋
Jadi 1 − < cos 𝑥 < < 1 untuk − 2 < 𝑥 < 2 .
2 𝑥
𝑥2
Jelas lim (1 − ) = 1 = lim 1.
𝑥→0 2 𝑥→0
sin 𝑥
Jadi berdasarkan Prinsip Apit, diperoleh lim = 1.∎
𝑥→0 𝑥
Bukti:
(a) Jelas berdasarkan proses pembuktian pada Teorema 2.9.
sin 𝑥 sin 𝑥
tan 𝑥 lim 1
cos 𝑥 𝑥→0 𝑥
(b) Jelas lim = lim = = 1 = 1.∎
𝑥→0 𝑥 𝑥→0 𝑥 lim cos 𝑥
𝑥→0
73
Contoh 2.22
Tentukan nilai:
sin 𝑥 sin 3𝑥
1. lim 3. lim
𝑥→0 3𝑥 𝑥→0 2𝑥
3𝑥 tan 𝑥 sin 3𝜃
2. lim 4. lim
𝑥→0 sin 𝑥 𝜃→0 tan 𝜃
Penyelesaian:
sin 𝑥 1 sin 𝑥 1 1
1. lim = 3 lim =3⋅1=3
𝑥→0 3𝑥 𝑥→0 𝑥
sin 𝑥
3𝑥 tan 𝑥 3𝑥 3𝑥 0
𝑐𝑜𝑠 𝑥
2. lim = lim = lim cos 𝑥 = 1 = 0
𝑥→0 sin 𝑥 𝑥→0 sin 𝑥 𝑥→0
sin 3𝑥 3 sin 3𝑥 3 sin 3𝑥 3 sin 3𝑥 3 3
3. lim = lim 2 ⋅ = 2 lim = 2 lim =2⋅1=2
𝑥→0 2𝑥 𝑥→0 3𝑥 𝑥→0 3𝑥 3𝑥→0 3𝑥
sin 3𝜃 1
= 3𝑙𝑖𝑚 [cos 𝜃 ⋅ ⋅ sin 𝜃 ] = 3 ⋅ 1 ⋅ 1 ⋅ 1 = 3.
𝜃→0 3𝜃
𝜃
4. Limit Sepihak
Perhatikan fungsi 𝑓: ℝ − {0} → ℝ yang didefinisikan dengan
|𝑥|
𝑓(𝑥) = .
𝑥
|𝑥|
Gambar 2.18. Fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑥
74
Dapat diamati bahwa nilai 𝑓(𝑥) mendekati 1 apabila 𝑥 mendekati 0 dari sebelah
kanan, lihat Gambar 2.18. Dalam hal ini dikatakan fungsi 𝑓 mempunyai limit kanan
di 0 yang nilainya 1, ditulis
lim 𝑓(𝑥) = 1.
𝑥→0+
Demikian juga nilai 𝑓(𝑥) mendekati –1 apabila 𝑥 mendekati 0 dari sebelah kiri.
Dalam hal ini dikatakan fungsi 𝑓 mempunyai limit kiri di 0 yang nilainya –1, ditulis
lim 𝑓(𝑥) = −1.
𝑥→0−
|𝑥|
Berdasarkan definisi limit, dapat ditunjukkan bahwa lim tidak ada. Alasan lain
𝑥→0 𝑥
|𝑥|
yang menyatakan bahwa lim tidak ada adalah karena limit kiri tidak sama dengan
𝑥→0 𝑥
Limit kiri atau limit kanan suatu fungsi di suatu titik dinamakan limit sepihak.
Berikut ini diberikan definisi formal limit sepihak.
Definisi 2.17
Dipunyai fungsi 𝑓: (𝑎, 𝑏) → ℝ, dan 𝑐 di selang (𝑎, 𝑏). Limit fungsi 𝑓 untuk 𝑥
mendekati 𝑐 dari kanan adalah 𝐿, ditulis dengan
lim 𝑓(𝑥) = 𝐿
𝑥→𝑐 +
jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀
apabila 𝑐 < 𝑥 < 𝑐 + 𝛿.
Definisi 2.18
Dipunyai fungsi 𝑓: (𝑎, 𝑏) → ℝ, dan 𝑐 di selang (𝑎, 𝑏). Limit fungsi 𝑓 untuk 𝑥
mendekati 𝑐 dari kiri adalah 𝐿, ditulis dengan
lim 𝑓(𝑥) = 𝐿
𝑥→𝑐 −
jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀
apabila 𝑐 − 𝛿 < 𝑥 < 𝑐.
75
Contoh 2.23
𝑥 + 1, 𝑥 < 0
Dipunyai 𝑓: [−1,2] → ℝ, dengan 𝑓(𝑥) = { 2
𝑥 , 𝑥 ≥ 0.
Grafik 𝑓:
(iii) lim+𝑓(𝑥) = 0.
𝑥→0
Teorema 2.11
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊂ ℝ, dan 𝑎 ∈ 𝐼. Nilai lim 𝑓(𝑥) ada dan bernilai 𝐿 jika
𝑥→𝑎
Contoh 2.24
Perhatikan fungsi 𝑓 pada Contoh 2.23. Buktikanlah:
a. lim 𝑓(𝑥) = 1 dan
𝑥→0−
76
b. lim 𝑓(𝑥) = 0.
𝑥→0+
Bukti (a):
Strategi:
(1) Ambil sembarang 𝜀 > 0.
(2) Pilih 𝛿 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 1| < 𝜀 apabila −𝛿 < 𝑥 < 0.
Dipunyai −𝛿 < 𝑥 < 0 ⇔ 0 < −𝑥 < 𝛿 ⇔ 0 < |𝑥| < 𝛿.
Jelas 𝑓(𝑥) = 𝑥 + 1, maka |𝑓(𝑥) − 1| = |𝑥| < 𝛿.
Dipilih 𝛿 = 𝜀.
Berdasarkan strategi di atas, disusun bukti sebagai berikut.
Ambil sembarang 𝜀 > 0. Pilih 𝛿 = 𝜀.
Dipunyai −𝛿 < 𝑥 < 0 ⇔ 0 < −𝑥 < 𝛿 ⇔ 0 < |𝑥| < 𝛿.
Jelas |𝑓(𝑥) − 1| = |𝑥| < 𝛿 = 𝜀.
Jadi untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 1| < 𝜀 apabila −𝛿 < 𝑥 <
0.
Jadi lim− 𝑓(𝑥) = 1.
𝑥→0
Bukti (b):
Strategi:
(1) Ambil sembarang 𝜀 > 0.
(2) Pilih 𝜀 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 0| < 𝜀 apabila 0 < 𝑥 < 𝜀.
Dipunyai 0 < 𝑥 < 𝜀.
Jelas 0 < 𝑥 < 𝜀 ⇔ 0 < |𝑥| < 𝜀
Jelas 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 .
Jadi |𝑓(𝑥) − 0| = |𝑥 2 | = |𝑥|2 < 𝜀 2 .
Dipilih 𝜀 2 = 𝛿 ⇔ 𝛿 = √𝜀.
Berdasarkan strategi di atas, disusun bukti sebagai berikut.
Ambil sembarang 𝜀 > 0. Pilih 𝛿 = √𝜀.
Dipunyai0 < 𝑥 < 𝛿.
Jelas0 < 𝑥 < 𝛿 ⇔ 0 < |𝑥| < 𝛿
⇔ 0 < |𝑥|2 < 𝛿.
Jelas |𝑓(𝑥) − 0| = |𝑥 2 |
77
= |𝑥|2
< 𝛿2
= 𝜀.
Jadi untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 0| < 𝜀
apabila −𝛿 < 𝑥 < 0.
Jadi lim+ 𝑓(𝑥) = 0.
𝑥→0
Contoh 2.25
Dipunyai 𝑓: [−1,3] → ℝ dengan 𝑓(𝑥) = ⌊𝑥⌋.
lim 𝑓(𝑥) = 2.
𝑥→3−
78
d. Dipunyai titik 3 merupakan titik ujung. Dengan demikian lim 𝑓(𝑥) =
𝑥→3
lim 𝑓(𝑥) = 2.
𝑥→3−
Contoh 2.26
(𝑥 − 3)2 − 1, 𝑥 < 1
Dipunyai fungsi 𝑓(𝑥) = { .
−𝑥 + 4, 𝑥 ≥ 1
Hitunglah lim 𝑓(𝑥) apabila ada, kemudian buktikan.
𝑥→4
Penyelesaian:
Bukti formalnya:
Ambil sembarang 𝜀 > 0.
Pilih 𝛿 = min{ 𝜀, 1 − √1 − 𝜀}.
Dipunyai 0 < |𝑥 − 4| < 𝛿.
Jelas 4 − 𝛿 < 𝑥 < 4 + 𝛿.
Kasus 4 − 𝛿 < 𝑥 < 4:
Jelas 4 − 𝛿 < 𝑥 < 4 ⇔ 1 − 𝛿 < 𝑥 − 3 < 1
⇔ (1 − 𝛿)2 < (𝑥 − 3)2 < 1
⇔ (1 − 𝛿)2 − 1 < (𝑥 − 3)2 − 1 < 0
⇔ 0 < −[(𝑥 − 3)2 − 1] < 1 − (1 − 𝛿)2
79
⇔ 0 < |(𝑥 − 3)2 − 1| < 1 − (1 − 𝛿)2 .
Jadi |𝑓(𝑥) − 0| = |(𝑥 − 3)2 − 1|
< 1 − (1 − 𝛿)2
= 𝜀.
Kasus 4 < 𝑥 < 4 + 𝛿:
Jelas 4 < 𝑥 < 4 + 𝛿 ⇔ −4 − 𝛿 < −𝑥 < −4
⇔ −𝛿 < −𝑥 + 4 < 0
⇔ 0 < −(−𝑥 + 4) < 𝛿
⇔ 0 < |−𝑥 + 4| < 𝛿.
Jadi |𝑓(𝑥) − 0| = |−𝑥 + 4| < 𝛿 = 𝜀.
Jadi untuk setiap 𝜀 > 0terdapat 𝛿 > 0sehingga |𝑓(𝑥) − 0| < 𝜀 apabila 0 <
|𝑥 − 4| < 𝛿.
Jadi lim𝑓(𝑥) = 0.
𝑥→4
80
Apabila diambil sembarang bilangan positif 𝑀 yang cukup besar, terdapat bilangan
positif 𝛿 > 0 sehingga nilai 𝑓(𝑥) > 𝑀 apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿. Ini berarti bahwa
lim 𝑓(𝑥) = +∞ ekivalen dengan: untuk setiap 𝑀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga
𝑥→𝑎
Definisi 2.19
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ– {𝑎} → ℝ.
lim 𝑓(𝑥) = +∞ ⇔ ∀ 𝑀 > 0 ∃ 𝛿 > 0 ∍ 𝑓(𝑥) > 𝑀 apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿.
𝑥→𝑎
Contoh 2.27
2
Gambarlah grafik fungsi f dari ℝ − {−1} ke ℝ yang disajikan oleh 𝑓(𝑥) = (𝑥+1)2 .
Tentukan secara intuisi nilai lim 𝑓(𝑥) kemudian buktikan secara formal.
𝑥→𝑎
Penyelesaian:
Grafik 𝑓:
Bukti:
Strategi pilih 𝑀:
Dipunyai 0 < |𝑥 + 1| < 𝛿.
81
Jelas 0 < (𝑥 + 1)2 < 𝛿 2.
1 1 2 2 2
Jadi > 𝛿2 ⇔ (𝑥+1)2 > 𝛿2 ⇔ 𝑓(𝑥) > 𝛿2 .
(𝑥+1)2
2 2
Dipilih 𝛿2 = 𝑀 ⇔ 𝛿 = ට𝑀 .
Bukti formal:
Ambil sembarang 𝑀 > 0.
2
Pilih 𝛿 = ට .
𝑀
82
Pada Gambar 2.24 terlihat bahwa fungsi f untuk x mendekati mempunyai
kecenderungan menuju ke −∞. Secara intuisi dapat dipetik simpulan: lim 𝑓(𝑥) =
𝑥→𝑎
−∞.
Apabila diambil sembarang bilangan negatif 𝑁 yang cukup besar, terdapat bilangan
positif 𝛿 > 0 sehingga nilai 𝑓(𝑥) < 𝑁 apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿. Ini berarti bahwa:
lim 𝑓(𝑥) = −∞ ekivalen dengan: untuk setiap 𝑁 < 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga
𝑥→𝑎
Definisi 2.20
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ– {𝑎} → ℝ.
lim 𝑓(𝑥) = −∞ ⇔ ∀𝑁 > 0 ∃ 𝛿 > 0 ∍ 𝑓(𝑥) < 𝑁 apabila 0 < |𝑥 − 𝑎| < 𝛿.
𝑥→𝑎
Contoh 2.28
3
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ– {2} → ℝ yang disajikan oleh 𝑓(𝑥) = − (𝑥−2)2.
Penyelesaian:
Grafik 𝑓:
83
Bukti:
Strategi pilih 𝛿:
Dipunyai 0 < |𝑥 − 2| < 𝛿.
Jelas (𝑥 − 2)2 < 𝛿 2.
1 1 −3 −3 −3
Jadi (𝑥−2)2 > 𝛿2 ⇔ (𝑥−2)2 < ⇔ 𝑓(𝑥) < .
𝛿2 𝛿2
−3 3
Dipilih 𝛿2 = 𝑁 ⇔ 𝛿 = ට−𝑁.
Bukti formal:
Ambil sembarang 𝑁 < 0.
3
Pilih 𝛿 = ට−𝑁.
Berikut ini disajikan suatu teknik menghitung nilai limit tak hingga sebagai berikut.
Teorema 2.12
Dipunyai fungsi-fungsi 𝑓, 𝑔: ℝ– {𝑎} → ℝ, lim 𝑓(𝑥) = 𝐿, dan lim 𝑔(𝑥) = 0.
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
𝑓(𝑥)
(a) Jika 𝐿 > 0 dan 𝑔(𝑥) → 0+ maka lim 𝑔(𝑥) = +∞.
𝑥→𝑎
𝑓(𝑥)
(b) Jika 𝐿 > 0 dan 𝑔(𝑥) → 0− maka lim 𝑔(𝑥) = −∞.
𝑥→𝑎
𝑓(𝑥)
(c) Jika 𝐿 < 0 dan 𝑔(𝑥) → 0+ maka lim 𝑔(𝑥) = −∞.
𝑥→𝑎
𝑓(𝑥)
(d) Jika 𝐿 < 0 dan 𝑔(𝑥) → 0− maka lim 𝑔(𝑥) = +∞.
𝑥→𝑎
84
Contoh 2.29
−2𝑥
Hitung dan buktikan secara formal nilai limit lim 𝑥 2 −6𝑥+9.
𝑥→3
Penyelesaian:
Tulis −2𝑥 = 𝑓(𝑥) dan 𝑥 2 − 6𝑥 + 9 = 𝑔(𝑥).
Jelas lim(−2𝑥) = −6 < 0 dan lim(𝑥 2 − 6𝑥 + 9) = lim(𝑥 − 3)2 = 0+ .
𝑥→3 𝑥→3 𝑥→3
−2𝑥
Jadi lim 𝑥 2−6𝑥+9 = −∞.
𝑥→3
Bukti:
−2𝑥 2𝑥
Jelas 𝑥 2 −6𝑥+9 = −(𝑥−3)2.
85
Gambar 2.26. Secara intuisi: lim 𝑓(𝑥) = 𝐿.
𝑥→+∞
Definisi 2.21
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ → ℝ.
lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 ∀𝜀 > 0 ∃ 𝑀 > 0 ∋ |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀 apabila 𝑥 > 𝑀.
𝑥→+∞
Contoh 2.30
1
Tunjukkan lim = 0.
𝑥→+∞ 𝑥
Penyelesaian:
1
Tulis 𝑥 = 𝑓(𝑥).
Dipunyai x > M.
1 1 1 1
Jelas 𝑥 < 𝑀 ⇔ |𝑥| < 𝑀.
1
Jadi |𝑓(𝑥)| = |𝑥|
1
= |𝑥|
86
1
<𝑀
= 𝜀.
Jadi ∀𝜀 > 0 ∃ 𝑀 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 0| < 𝜀 apabila x > M.
1
Jadi lim = 0.
𝑥→+∞ 𝑥
Definisi 2.22
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ → ℝ.
lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 ∀𝜀 > 0 ∃ 𝑁 < 0 ∍ |𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀 apabila 𝑥 < 𝑁.
𝑥→−∞
Contoh 2.31
Hitung dan buktikan secara formal:
1 1
(a) lim (b) lim ,n∈A
𝑥→−∞ 𝑥 𝑥→+∞ 𝑥 𝑛
Penyelesaian:
1
(a) Intuisi: lim = 0.
𝑥→−∞ 𝑥
87
1
Tulis 𝑥 = 𝑓(𝑥).
Dipunyai x < N .
Jelas x < N < 0.
⇔ – x > –N > 0
1 1
⇔ < .
−𝑥 −𝑁
1 1 1 1 1
Jadi |𝑓(𝑥) − 0| = |𝑥| = |𝑥| = −𝑥 < −𝑁 = |𝑁| = 𝜀.
Penyelesaian:
1
Tulis 𝑥 𝑛 = 𝑓(𝑥).
Berikut ini disajikan beberapa teorema yang berkaitan dengan limit tak hingga dan
limit di tak hingga.
Teorema 2.13
Jika lim 𝑓(𝑥) = 𝐾 dan lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 maka 𝐾 = 𝐿.
𝑥→+∞ 𝑥→+∞
88
Bukti:
Ambil sembarang 𝜀 > 0.
Pilih M1 > 0 dan M2 > 0 sehingga
𝜀
|𝑓(𝑥) − 𝐾| < apabila x > M1 dan
3
𝜀
|𝑓(𝑥) − 𝐿| < apabila x > M2.
3
= 𝜀.
Jadi |𝐾 − 𝐿| < 𝜀 ∀𝜀 > 0.
Jadi 𝐾 = 𝐿.
Teorema 2.14
Jika lim 𝑓(𝑥) = 𝐾 dan lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 maka 𝐾 = 𝐿.
𝑥→−∞ 𝑥→−∞
Bukti untuk Teorema 2.14 sederhana dan diserahkan pada Saudara sebagai latihan.
Teorema 2.15
Jika lim 𝑓(𝑥) = 𝐾 dan lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 maka:
𝑥→+∞ 𝑥→+∞
Bukti (c):
Ambil sembarang 𝜀 > 0.
89
Pilih M1 > 0, M2 > 0, dan M3 > 0 sehingga
𝜀
|𝑓(𝑥) − 𝐾| < apabila x > M1,
2𝐶
𝜀
|𝑓(𝑥) − 𝐿| < apabila x > M2, dan
2𝐶
= 𝜀.
Jadi ∀𝜀 > 0∃𝑀 > 0 ∍ |𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥) − 𝐾𝐿| < 𝜀 apabila 𝑥 > 𝑀.
Jadi lim [𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥)] = 𝐾. 𝐿.
𝑥→+∞
Teorema 2.16
Jika lim 𝑓(𝑥) = 𝐾 dan lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 maka
𝑥→−∞ 𝑥→−∞
Selanjutnya disajikan teorema yang cukup penting, yang disebut dengan teorema
apit.
90
Teorema 2.17
Jika terdapat M > 0 sehingga 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) ≤ ℎ(𝑥) untuk semua x > M dan
lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 = lim ℎ(𝑥) maka lim 𝑔(𝑥) = 𝐿.
𝑥→+∞ 𝑥→+∞ 𝑥→+∞
Bukti:
Ambil sembarang 𝜀 > 0.
Pilih M1 > 0, M2 > 0, dan M3 > 0 sehingga
|𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀 apabila x > M1,
|𝑓(𝑥) − 𝐿| < 𝜀 apabila x > M2, dan
𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) ≤ ℎ(𝑥) apabila x > M3.
Pilih M = maks{ M1, M2, M3}.
Jelas 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) ≤ ℎ(𝑥)
⇔ 𝑓(𝑥) − 𝐿 ≤ 𝑔(𝑥) − 𝐿 ≤ ℎ(𝑥) − 𝐿
⇔ |𝑔(𝑥) − 𝐿| ≤ maks{|𝑓(𝑥) − 𝐿|, |𝑔(𝑥) − 𝐿|}
⇔ |𝑔(𝑥) − 𝐿| ≤ 𝜀.
Jadi ∀𝜀 > 0∃𝑀 > 0 ∍ |𝑔(𝑥) − 𝐿| < 𝜀 apabila 𝑥 > 𝑀.
Jadi lim 𝑔(𝑥) = 𝐿.
𝑥→+∞
Contoh 2.32
Hitunglah:
𝑥 2 +1
(a) lim ,
𝑥→+∞ 2𝑥 2 −𝑥
𝑠𝑖𝑛 𝑥
(b) lim ,
𝑥→+∞ 𝑥
√𝑥 2 +𝑥
(c) lim .
𝑥→−∞ 3𝑥−5
Penyelesaian:
1
𝑥 2 +1 1+ 2 1
𝑥
(a) Jelas lim = lim 1 = 2.
𝑥→+∞ 2𝑥 2 −𝑥 𝑥→+∞ 2−
𝑥
1 sin 𝑥 1
(b) Jelas −1 ≤ sin 𝑥 ≤ 1 ⇔ − 𝑥 ≤ ≤ 𝑥.
𝑥
91
1 1
Jelas lim (− 𝑥) = 0 = lim − 𝑥.
𝑥→+∞ 𝑥→+∞
sin 𝑥
Jadi lim = 0.
𝑥→+∞ 𝑥
1
√𝑥 2 +𝑥 |𝑥|ට1+
𝑥
(c) Jelas lim = lim
𝑥→−∞ 3𝑥−5 𝑥→−∞ 3𝑥−5
1 1
−𝑥ට1+ −ට1+
𝑥 𝑥
= lim = lim 5
𝑥→−∞ 3𝑥−5 𝑥→−∞ 3−𝑥
−√1
= 3
1
= − 3.
6. Kekontinuan Fungsi
Pada pengertian limit fungsi di titik 𝑐, fungsi 𝑓 terdefinisi pada suatu selang buka
𝐼, kecuali mungkin di titik 𝑐 sendiri. Sekarang dipunyai fungsi 𝑓 terdefinisi pada
selang 𝐼 yang memuat titik 𝑐. Jika limit fungsi 𝑓 di titik 𝑐 ada dan nilainya sama
dengan nilai fungsi di titik 𝑐, maka fungsi 𝑓 dikatakan kontinu di titik 𝑐. Definisi
ini dapat dinyatakan sebagai berikut.
Definisi 2.23
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐼 → ℝ, dan 𝑐 ∈ 𝐼. Fungsi 𝑓 dikatakn kontinu di titik 𝑐 jika dan
hanya jika
lim𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑐).
𝑥→𝑐
Berdasarkan definisi tersebut, ada tiga syarat untuk suatu fungsi dikatakan kontinu,
yaitu
1. lim𝑓(𝑥) ada,
𝑥→𝑐
Jika salah satu kondisi di atas tidak dipenuhi, maka dikatakan fungsi 𝑓 tidak kontinu
di 𝑐.
92
Contoh 2.33
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 2𝑥 + 1.
Jelas lim− (2𝑥 + 1) = 3, lim+(2𝑥 + 1) = 3, dan 𝑓(1) = 3.
𝑥→1 𝑥→1
93
Teorema 2.18
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊂ ℝ, dan 𝑎 ∈ 𝐼. Fungsi f dikatakan kontinu di titik a
jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga
Contoh 2.35
Dipunyai 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 𝑥 + 1. Buktikan 𝑓 kontinu di titik 1.
Bukti:
Ambil sembarang 𝜀 > 0.
Pilih 𝛿 = 𝜀.
Dipunyai |𝑥 − 1| < 𝛿.
Jelas |𝑓(𝑥) − 2| = |𝑥 − 1| < 𝛿 = 𝜀.
Jadi untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 2| < 𝜀 apabila |𝑥 − 1| < 𝛿.
Jadi 𝑓 kontinu di titik 1.
kontinu di titik a.
Bukti a:
Dipunyai 𝑓 dan 𝑔 kontinu di titik 𝑎.
Ambil sembarang 𝜀 > 0.
94
𝜀
Pilih 𝛿1 > 0 dan 𝛿2 > 0 sehingga |𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑎)| < 2 apabila |𝑥 − 𝑎| < 𝛿1 dan
𝜀
|𝑔(𝑥) − 𝑔(𝑎)| < apabila |𝑥 − 𝑎| < 𝛿2 .
3
Pilih 𝛿 = min{𝛿1 , 𝛿2 }.
Dipunyai |𝑥 − 𝑎| < 𝛿.
Jelas |(𝑓 + 𝑔)(𝑥) − (𝑓 + 𝑔)(𝑎)| = |𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥) − 𝑓(𝑎) − 𝑔(𝑎)|
= |[𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑎)] + [𝑔(𝑥) − 𝑔(𝑎)]|
≤ |𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑎)| + |𝑔(𝑥) − 𝑔(𝑎)|
𝜀 𝜀 5𝜀
< + =
2 3 6
< 𝜀.
Jadi untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga |(𝑓 + 𝑔)(𝑥) − (𝑓 + 𝑔)(𝑎)| < 𝜀
apabila |𝑥 − 𝑎| < 𝛿.
Jadi fungsi 𝑓 + 𝑔 kontinu di titik 𝑎.
Bukti lainnya diserahkan kepada Saudara sebagai latihan.
Definisi 2.24
a. Fungsi 𝑓: (𝑎, 𝑏) → ℝ dikatakan kontinu pada (𝑎, 𝑏) jika dan hanya jika 𝑓
kontinu di setiap titik pada (𝑎, 𝑏).
b. Fungsi 𝑓: [𝑎, 𝑏] → ℝ dikatakan kontinu pada [𝑎, 𝑏] jika dan hanya jika f kontinu
di setiap titik pada (𝑎, 𝑏), lim+ 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑎) dan lim− 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑏).
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
Contoh 2.36
1
Dipunyai 𝑓: (2, +∞) → ℝ yang disajikan dengan rumus 𝑓(𝑥) = 𝑥−2. Periksa
95
1
Gambar 2.29. Grafik 𝑓(𝑥) = 𝑥−2 pada (2, +∞).
Teorema 2.20
Untuk setiap bilangan asli 𝑛 berlaku:
a. 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 𝑥 𝑛 kontinu pada 𝑅.
b. Jika fungsi 𝑔: ℝ → ℝ kontinu di titik 𝑎 maka 𝑓(𝑥) = [𝑔(𝑥)]𝑛 juga kontinu
di titik 𝑎.
Bukti a:
Tulis 𝑃(𝑛): 𝑓(𝑥) = 𝑥 𝑛 kontinu pada ℝ.
Jelas 𝑃(𝑛): 𝑓(𝑥) = 𝑥 kontinu pada ℝ.
Jelas 𝑓 kontinu pada ℝ
Jadi 𝑃(1) benar.
Dipunyai 𝑃(𝑘) benar.
Jelas 𝑓(𝑥) = 𝑥 𝑘 kontinu pada ℝ.
Tulis 𝑥 𝑘 = 𝑔(𝑥)dan 𝑥 = ℎ(𝑥).
Jelas 𝑔 ⋅ ℎ kontinu pada ℝ.
Jadi 𝑓(𝑥) = 𝑥 𝑘+1 kontinu pada ℝ.
Jadi 𝑃(𝑘 + 1) benar apabila 𝑃(𝑘) benar.
Jadi 𝑃(𝑛) benar.
96
Jadi𝑓: 𝑅 → 𝑅 , 𝑓(𝑥) = 𝑥 𝑛 kontinu pada ℝ.
Bukti b diserahkan kepada Saudara sebagai latihan.
Untuk memperjelas pemahaman, Saudara dapat melihat ppt berikut ini. [PPT-
M3-KB2]
E. Forum Diskusi
Silahkan selesaikan soal berikut dengan berdiskusi bersama teman sejawat
Saudara.
𝑥, 𝑥 < 0
Tunjukkan bahwa fungsi 𝑓(𝑥) = {𝑥 2 , 0 ≤ 𝑥 ≤ 1 kontinu pada [0,1].
2 − 𝑥, 𝑥 > 1
Petunjuk pengerjaan:
a. Sketsa grafik fungsi 𝑓.
b. Periksa limit kiri dan limit kanan pada [0,1].
c. Hitung nilai limit pada 𝑥 = 0 dan 𝑥 = 1.
d. Hitung nilai fungsi pada 𝑥 = 0 dan 𝑥 = 1.
e. Buatlah kesimpulan berdasarkan perolehan jawaban dan diskusi Saudara.
F. Rangkuman
Selamat ya ...... Saudara telah berhasil menyelesaikan kegiatan belajar tentang
fungsi, jenis fungsi, dan limit fungsi. Hal-hal penting yang telah saudara pelajari
dalam kegiatan belajar ini dapat dibaca pada rangkuman berikut ini.
2. Jenis-jenis fungsi antara lain: (a) fungsi satu-satu (injektif), (b) fungsi pada
(surjektif), (c) fungsi bijektif, (d) fungsi naik, dan (e) fungsi turun.
97
4. Operasi fungsi meliputi: penjumlahan, pengurangan, perkalian dengan skalar,
perkalian dua fungsi, dan pembagian dua fungsi dengan definisi:
berikut:
5. Barisan adalah suatu fungsi yang domainnya adalah himpunan bilangan bulat
positif atau bilangan asli (𝑁) atau himpunan bagiannya. Barisan ⟨𝑎𝑛 ⟩
dikatakan konvergen ke L, ditulis lim 𝑎𝑛 = 𝐿 jika dan hanya jika untuk setiap
𝑛→∞
7. Definisi limit kanan. Dipunyai fungsi 𝑓: (𝑎, 𝑏) → 𝑅, dan 𝑐 di selang (𝑎, 𝑏).
Limit fungsi 𝑓 untuk 𝑥 mendekati 𝑐 dari kanan adalah 𝐿, ditulis dengan
lim 𝑓(𝑥) = 𝐿 jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0 sehingga
𝑥→𝑐 +
98
8. Definisi limit kiri. Limit fungsi 𝑓 untuk 𝑥 mendekati 𝑐 dari kiri adalah 𝐿, ditulis
dengan lim− 𝑓(𝑥) = 𝐿 jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0
𝑥→𝑐
G. Tes Formatif
Petunjuk Pengerjaan:
(1) Saudara tidak diperkenankan melihat materi yang telah dipelajari !
(2) Kerjakan seluruh soal-soal berikut dengan cara menyilang salah satu huruf
a, b, c, d, atau e di depan jawaban yang benar!
(3) Waktu untuk mengerjakan soal adalah 60 menit!
Soal:
1. Rumus berikut ini yang merupakan fungsi adalah ….
A. x2 – y2 = 5
B. x – y2 = 5
C. x2 – y = 5
D. √𝑥 2 – 𝑦 2 = 5
E. √𝑥 2 + 𝑦 2 = 5
|𝑥−2|
2. Daerah asal dan daerah hasil fungsi 𝑓(𝑥) = adalah ....
𝑥−3
A. 𝐷𝑓 = ℝ, 𝑅𝑓 = ℝ
B. 𝐷𝑓 = ℝ − {2}, 𝑅𝑓 = ℝ
C. 𝐷𝑓 = ℝ − {3}, 𝑅𝑓 = ℝ
D. 𝐷𝑓 = ℝ − {3}, 𝑅𝑓 = ℝ+
E. 𝐷𝑓 = ℝ+ , 𝑅𝑓 = ℝ − {3}
99
3. Dipunyai 𝑓(𝑥) = 1 − 𝑥, 𝑔(𝑥) = 1 − √𝑥, hasil komposisi fungsi (𝑓 ∘
𝑔) (𝑥) dan (𝑔 ∘ 𝑓)(𝑥) adalah ….
A. 1 + √1 − 𝑥 dan √𝑥
B. √𝑥 dan 1 + √1 − 𝑥
C. −√𝑥 dan 1 + √1 − 𝑥
D. √𝑥 dan 1 − √1 − 𝑥
E. 1 − √1 − 𝑥 dan √𝑥
8
4. Fungsi ℎ dibangun dari fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑥 dan 𝑔(𝑥) = |3 − 𝑥 4 | dengan rumus
adalah ....
9
A. − 4
9
B. 4
1
C. 2
100
9
D. − 2
9
E. 2
𝑥+sin 3𝑥
7. Nilai lim 2𝑥−tan 5𝑥 adalah ....
𝑥→0
4
A. − 3
3
B. − 4
4
C.
3
3
D. 4
E. 3
4𝑥+4
8. Nilai lim 𝑥 2 −8𝑥+16 adalah ....
𝑥→4
A. −∞
B. −4
C. 4
D. 0
E. +∞
𝑥2, 𝑥 < 0
9. Fungsi 𝑔(𝑥) = {−𝑥, 0 ≤ 𝑥 ≤ 1, diskontinu pada 𝑥 sama dengan ....
𝑥, 𝑥 > 1
A. −1
B. 0
C. 1
D. 2
E. 3
10. Fungsi berikut yang kontinu pada titik 𝑐 adalah ….
sin 𝑥
A. 𝑓(𝑥) = ;𝑐 = 0
𝑥
𝑥 2 −100
B. 𝑓(𝑥) = ; 𝑐 = 10
𝑥−10
cos 𝑥
C. 𝑓(𝑥) = ;𝑐 = 0
𝑥
1
D. 𝑓(𝑥) = 𝑥 ⋅ sin 𝑥 ; 𝑐 = 0
101
E. 𝑓(𝑥) = sin 𝑥 ; 𝑐 = 0
H. Daftar Pustaka
102
No Kode: DAR 2/Profesional/180/3/2019
Penulis:
Muhammad Kharis, S.Si., M.Sc.
103
104
A. Pendahuluan
Mahasiswa PPG yang bersemangat.
Selamat mengikuti kegiatan belajar materi turunan dan aplikasinya. Untuk
mengawali pembelajaran ini, coba lakukan aktifitas berikut. Ambillah kertas HVS,
buatlah berbagai macam persegi panjang dengan keliling 20 cm (ingat bahwa
persegi termasuk persegi panjang) kemudian ukurlah luas daerah masing-masing
persegi panjang, kemudian tentukan manakah yang mempunyai luas daerah
maksimum.
Pada kegiatan belajar 3 ini, saudara membahas tentang konsep turunan dan
aplikasinya. Oleh sebab itu, prasyarat dalam mempelajari pokok bahasan pada
kegiatan belajar 3 ini adalah saudara-saudara telah menguasai materi fungsi, limit,
dan kekontinuan fungsi. Kegiatan belajar ini dikemas dalam tiga sub kajian yang
disusun dengan urutan sebagai berikut:
• Sub Kajian 1: Definisi dan Rumus-rumus Turunan Fungsi
• Sub Kajian 2: Turunan Fungsi Implisit dan Fungsi Invers
• Sub Kajian 3: Aplikasi Turunan.
Konsep turunan biasanya digunakan dalam penyelesaian masalah optimasi
seperti menentukan nilai maksimum dan minimun dari suatu permasalahan yang
dapat dimodelkan dengan persamaan matematika. Dalam fisika, saudara mengenal
adanya kecepatan sesaat. Hal tersebut adalah salah satu bentuk aplikasi turunan.
Dalam bidang ekonomi, saudara juga mengenal elastisitas yang menggunakan
konsep turunan.
Proses pembelajaran untuk materi yang sedang saudara ikuti sekarang ini,
dapat berjalan dengan lebih lancar bila saudara mengikuti langkah-langkah belajar
sebagai berikut.
1) Ingat kembali materi prasyarat dalam mempelajari materi pada kegiatan belajar
ini.
2) Pelajari materi pada setiap kegiatan belajar ini, selesaikan latihan pada forum
diskusi, dan selesaikan tes formatifnya secara mandiri.
3) Cocokkan jawaban tes formatif saudara dengan kunci jawaban yang diberikan.
105
4) Apabila tingkat penguasaan saudara 80% atau lebih, saudara dapat melanjutkan
ke kegiatan belajar berikutnya. Apabila tingkat pengusaan saudara kurang dari
80%, saudara harus mempelajari kembali materi pada kegiatan belajar ini.
5) Keberhasilan pembelajaran saudara dalam mempelajari materi pada kegiatan
belajar ini, sangat tergantung kepada kesungguhan saudara dalam belajar dan
mengerjakan tugas dan latihan. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau
berkelompok dengan teman sejawat.
Selanjutnya kami ucapkan selamat belajar, semoga saudara sukses mampu
mengimplementasikan pengetahuan yang diberikan dalam kegiatan belajar ini.
C. Pokok-pokok materi
Materi yang dipelajari dalam kegiatan belajar ini antara lain:
1. Definisi dan Rumus-rumus Turunan Fungsi
2. Turunan Fungsi Implisit dan Fungsi Invers
3. Aplikasi Turunan.
106
D. Uraian Materi
1. Definisi dan Rumus-rumus Turunan Fungsi
a. Definisi Turunan
Salah satu masalah yang mendasari munculnya kajian tentang turunan
adalah gradien garis singgung. Perhatikan Gambar 3.1.
𝑓(𝑐 + ℎ)
𝑄
𝑓(𝑐 + ℎ) − 𝑓(𝑐)
𝑓
𝑓(𝑐)
𝑃 ℎ
𝑐 𝑐+ℎ
Gambar 3.1. Gradien garis singgung grafik 𝑓
107
Definisi 3.1.
Gradien garis singgung grafik 𝑓 pada titik 𝑃(𝑐, 𝑓(𝑐)) didefinisikan
dengan
𝑓(𝑐 + ℎ) − 𝑓(𝑐)
𝑚 = lim
ℎ→0 ℎ
apabila limit tersebut ada dan tidak bernilai ∞ atau −∞.
Penyelesaian:
(a) Dengan menggunakan Definisi 1 diperoleh untuk 𝑥 = 𝑐:
𝑓(𝑐 + ℎ) − 𝑓(𝑐)
𝑚 = lim
ℎ→0 ℎ
(𝑐 + ℎ)2 + 2(𝑐 + ℎ) + 2 − (𝑐 2 + 2𝑐 + 2)
= lim
ℎ→0 ℎ
𝑐 2 + 2𝑐ℎ + ℎ2 + 2𝑐 + 2ℎ + 2 − (𝑐 2 + 2𝑐 + 2)
= lim
ℎ→0 ℎ
= lim (2𝑐 + 2 + ℎ) = 2𝑐 + 2.
ℎ→0
108
Bentuk lain Definisi 3.1 diperoleh dengan mendefinisikan 𝑥 = 𝑐 + ℎ. Dari
definisi tersebut diperoleh ℎ = 𝑥 − 𝑐 dan untuk ℎ → 0 ⇔ 𝑥 → 𝑐.
𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐)
Diperoleh 𝑓 ′ (𝑐) = lim
𝑥→𝑐 𝑥−𝑐
Dengan syarat limit tersebut ada atau dengan kata lain
𝑓−′ (𝑐) = 𝑓+′ (𝑐)
𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐)
di mana 𝑓−′ (𝑐) = lim− (Turunan kiri di c)
𝑥→𝑐 𝑥−𝑐
𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑐)
dan 𝑓+′ (𝑐) = lim+ (Turunan kanan di c).
𝑥→𝑐 𝑥−𝑐
(𝑥 + ℎ)2 + 2 − (𝑥 2 + 2)
= lim
ℎ→0 ℎ
𝑥 2 + 2𝑥ℎ + ℎ2 + 2 − (𝑥 2 + 2)
= lim
ℎ→0 ℎ
109
= lim (2𝑥 + ℎ) = 2𝑥.
ℎ→0
Contoh 3.3.
1
Tentukan 𝑓 ′ (𝑥) apabila 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 .
Penyelesaian:
𝑓(𝑥+ℎ)−𝑓(𝑥)
Jelas 𝑓 ′ (𝑥) = lim
ℎ→0 ℎ
1 1
2 − 2
(𝑥 + ℎ) 𝑥
= lim
ℎ→0 ℎ
𝑥 2 − (𝑥 + ℎ)2
= lim
ℎ→0 ℎ(𝑥 + ℎ)2 𝑥 2
𝑥 2 − (𝑥 2 + 2𝑥ℎ + ℎ2 )
= lim
ℎ→0 ℎ(𝑥 + ℎ)2 𝑥 2
−ℎ(2𝑥 + ℎ)
= lim
ℎ→0 ℎ(𝑥 + ℎ)2 𝑥 2
(2𝑥 + ℎ) 2𝑥 2
= lim [− 2 2
] = − 4 = − 3 = −2𝑥 −3 .
ℎ→0 (𝑥 + ℎ) 𝑥 𝑥 𝑥
Contoh 3.4.
Dipunyai 𝑓(𝑥 + 𝑦) = 𝑓(𝑥) + 𝑓(𝑦)∀𝑥, 𝑦 ∈ ℝ.
Tunjukkan Jika 𝑓 ′ (0) ada maka 𝑓 ′ (𝑎) ada dan 𝑓 ′ (𝑎) = 𝑓 ′ (0).
Bukti:
Adt. 𝑓(0) = 0.
Ambil sebarang 𝑥 ∈ ℝ.
Jelas 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑥 + 0) = 𝑓(𝑥) + 𝑓(0)
⇔ 𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑥) + 𝑓(0)
⇔ 𝑓(0) = 𝑓(𝑥) − 𝑓(𝑥) = 0.
Jelas 𝑓 ′ (0) ada dan
𝑓(𝑥) − 𝑓(0) 𝑓(𝑥)
𝑓 ′ (0) = lim = lim
𝑥→0 𝑥−0 𝑥→0 𝑥
atau
110
𝑓(0 + ℎ) − 𝑓(0) 𝑓(0) + 𝑓(ℎ) − 𝑓(0) 𝑓(ℎ)
𝑓 ′ (0) = lim = lim = lim .
ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ
b. Teorema-teorema turunan
Kaitan antara fungsi yang diferensiabel (mempunyai turunan) dengan
kekontinuan fungsi tersebut diberikan pada Teorema 3.1.
Teorema 3.1.
Jika 𝑓 ′ (𝑐) ada maka 𝑓 kontinu pada 𝑐.
𝑓(𝑥) − 𝑓(0) 𝑥
𝑓+′ (0) = lim+ = lim = lim(1) = 1.
𝑥→0 𝑥−0 𝑥→0 𝑥 𝑥→0
′ (0) ′ (0).
Jadi 𝑓− ≠ 𝑓+
Jadi 𝑓 ′ (0) tidak ada.
111
Notasi lain yang biasanya digunakan dalam menuliskan turunan adalah
notasi Leibniz, sebagai contoh
𝑑[𝑓(𝑥)] 𝑑𝑦
= 𝑓 ′ (𝑥), = 𝑦 ′,
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑 2 [𝑓(𝑥)] ′′ (𝑥),
𝑑2 𝑦
= 𝑓 = 𝑦 ′′ .
𝑑𝑥 2 𝑑𝑥 2
Contoh 3.6.
𝑚𝑥 + 𝑏, 𝑥 < 2
Diketahui 𝑓(𝑥) = { .
𝑥2, 𝑥 ≥ 2
Tentukan 𝑚 dan 𝑏 sehingga 𝑓 dapat diturunkan di mana saja.
Penyelesaian:
Jelas 𝑓(2) = 22 = 4.
Jelas 𝑓 kontinu pada 𝑥 = 2 sehingga 2𝑚 + 𝑏 = 4.
𝑓(𝑥) − 𝑓(2)
Jelas 𝑓−′ (2) = lim−
𝑥→2 𝑥−2
𝑚𝑥 + 𝑏 − 4
= lim
𝑥→2 𝑥−2
𝑚𝑥 + 𝑏 − (2𝑚 + 𝑏)
= lim
𝑥→2 𝑥−2
𝑚(𝑥 − 2)
= lim = 𝑚 dan
𝑥→2 𝑥 − 2
𝑓(𝑥) − 𝑓(2)
𝑓+′ (2) = lim+
𝑥→2 𝑥−2
𝑥2 − 4
= lim
𝑥→2 𝑥 − 2
(𝑥 − 2)(𝑥 + 2)
= lim
𝑥→2 𝑥−2
= lim(𝑥 + 2) = 4.
𝑥→2
112
1) Turunan dari fungsi konstan.
Teorema 3.2.
Dipunyai 𝑘 suatu konstanta real dan 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊂ ℝ.
𝑑[𝑓(𝑥)] 𝑑(𝑘)
Jika 𝑓(𝑥) = 𝑘 ∀𝑥 ∈ 𝐼 maka 𝑓 ′ (𝑥) = = = 0 ∀𝑥 ∈ 𝐼.
𝑑𝑥 𝑑𝑥
Bukti:
Dengan menggunakan definisi jelas bahwa
(𝑓. 𝑔)(𝑥 + ℎ) − (𝑓. 𝑔)(𝑥)
(𝑓. 𝑔)′ (𝑥) = lim
ℎ→0 ℎ
𝑓(𝑥 + ℎ). 𝑔(𝑥 + ℎ) − 𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥)
= lim
ℎ→0 ℎ
𝑓(𝑥 + ℎ). 𝑔(𝑥 + ℎ) − 𝑓(𝑥 + ℎ). 𝑔(𝑥) + 𝑓(𝑥 + ℎ). 𝑔(𝑥) − 𝑓(𝑥). 𝑔(𝑥)
= lim
ℎ→0 ℎ
𝑔(𝑥 + ℎ) − 𝑔(𝑥) 𝑓(𝑥 + ℎ) − 𝑓(𝑥)
= lim 𝑓(𝑥 + ℎ) . lim + lim . lim 𝑔(𝑥)
ℎ→0 ℎ→0 ℎ ℎ→0 ℎ ℎ→0
113
Bukti turunan pembagian fungsi diberikan berikut ini.
𝑓
Tulis 𝑔 = ℎ.
𝑓 𝑓(𝑥)
Jelas (𝑔) (𝑥) = ℎ(𝑥) ⇔ 𝑔(𝑥) = ℎ(𝑥) ⇔ 𝑓(𝑥) = ℎ(𝑥). 𝑔(𝑥).
4) Turunan dari 𝑥 𝑛 .
Teorema 3.5.
Jika 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊂ ℝ dan 𝑓(𝑥) = 𝑥 𝑛 dengan 𝑛 bilangan bulat tak nol
𝑑[𝑥 𝑛 ]
maka 𝑓 ′ (𝑥) = = 𝑛𝑥 𝑛−1 .
𝑑𝑥
114
Teorema 3.6.
Turunan fungsi trigonometri diberikan berikut ini.
𝑑(sin 𝑥) 𝑑(sec 𝑥)
(1) = cos 𝑥 (4) = sec 𝑥 . tan 𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑(cos 𝑥) 𝑑(csc 𝑥)
(2) = − sin 𝑥 (5) = − csc 𝑥 . cot 𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑(tan 𝑥) 𝑑(cot 𝑥)
(3) = sec 2 𝑥 (6) = −csc 2 𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥
Contoh 3.7.
sin 𝑥
𝑑(tan 𝑥) 𝑑 (cos 𝑥 )
Jelas =
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑(sin 𝑥) 𝑑(cos 𝑥)
. cos 𝑥 − sin 𝑥 .
= 𝑑𝑥 𝑑𝑥
[cos 𝑥]2
cos 𝑥 . cos 𝑥 − sin 𝑥 . (− sin 𝑥)
=
[cos 𝑥]2
(cos2 𝑥 + sin2 𝑥) 1
= 2
= = sec 2 𝑥.
cos 𝑥 cos 2 𝑥
c. Aturan rantai
Aturan rantai didasari dari turunan fungsi komposisi. Selengkapnya
diberikan pada Teorema 3.7.
Teorema 3.7.
Jika 𝑔 mempunyai turunan di 𝑥 dan 𝑓 mempunyai turunan di 𝑔(𝑥)
maka
𝑑[(𝑓 ∘ 𝑔)(𝑥)] 𝑑[(𝑓 ∘ 𝑔)(𝑥)] 𝑑[𝑔(𝑥)]
= . = 𝑓 ′ [𝑔(𝑥)]. 𝑔′ (𝑥).
𝑑𝑥 𝑑[𝑔(𝑥)] 𝑑𝑥
115
Bentuk tersebut dapat diperumum untuk komposisi lebih dari dua
fungsi. Sebagai contoh untuk komposisi 3 tiga fungsi yaitu
Apabila 𝑦 = (𝑓 ∘ 𝑔 ∘ ℎ)(𝑥), 𝑢 = (𝑔 ∘ ℎ)(𝑥), dan 𝑣 = 𝑔(𝑥) maka
𝑑[(𝑓∘𝑔∘ℎ)(𝑥)] 𝑑[(𝑓∘𝑔∘ℎ)(𝑥)] 𝑑[(𝑔∘ℎ)(𝑥)] 𝑑[ℎ(𝑥)]
diperoleh = . .
𝑑𝑥 𝑑[(𝑔∘ℎ)(𝑥)] 𝑑[ℎ(𝑥)] 𝑑𝑥
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑢 𝑑𝑣
atau = . . .
𝑑𝑥 𝑑𝑢 𝑑𝑣 𝑑𝑥
Contoh 3.8.
Tentukan 𝑓 ′ (𝑥) apabila 𝑓(𝑥) = sin6(𝑥 2 + 2𝑥 + 5).
Penyelesaian:
′ (𝑥)
𝑑[𝑓(𝑥)] 𝑑[sin6 (𝑥 2 + 2𝑥 + 5)]
Jelas 𝑓 = =
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑[sin6(𝑥 2 + 2𝑥 + 5)] 𝑑[sin(𝑥 2 + 2𝑥 + 5)] 𝑑(𝑥 2 + 2𝑥 + 5)
= . .
𝑑[sin(𝑥 2 + 2𝑥 + 5)] 𝑑(𝑥 2 + 2𝑥 + 5) 𝑑𝑥
= 6. sin5 (𝑥 2 + 2𝑥 + 5) . cos(𝑥 2 + 2𝑥 + 5) . (2𝑥 + 2)
= 12(𝑥 + 1). cos(𝑥 2 + 2𝑥 + 5) . sin5 (𝑥 2 + 2𝑥 + 5).
116
Penyelesaian:
𝑑(𝑥 2 + 𝑦 2 ) 𝑑(25) 𝑑(𝑥 2 ) 𝑑(𝑦 2 ) 𝑑𝑦
Jelas = ⇔ + . =0
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑥
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑥
⇔ 2𝑥 + 2𝑦. =0⇔ =− .
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑦
Tulis 𝑚: Gradien garis singgung.
𝑑𝑦 𝑥 3
Jelas 𝑚 = 𝑑𝑥 | = − 𝑦| = − 4.
(3,4) (3,4)
3
Jadi PGS di (3,4): 𝑦 − 4 = − 4 (𝑥 − 3) ⇔ 3𝑥 + 4𝑦 = 25.
(–5,0)
X
O s
117
Tulis 𝑙: persamaan garis singgung yang melalui titik (0,0) dan
(𝑥0 , 𝑦0 ) : titik singgung garis 𝑙 pada lingkaran tersebut.
𝑦 −0 𝑦 −(𝑥0 −2)
Jelas 𝑚𝑙 = 𝑥0 −0 = 𝑥0 dan 𝑚𝑙 = .
0 0 𝑦0
𝑦 −(𝑥0 −2)
Jadi 𝑥0 =
0 𝑦0
⟺ 𝑦0 2 = −𝑥0 . (𝑥0 − 2)
⟺ 𝑦0 2 = −(𝑥0 2 − 2𝑥0 )
⟺ 𝑥0 2 + 𝑦0 2 − 2𝑥0 = 0.
Jelas (𝑥0 , 𝑦0 ) berada pada lingkaran.
Jadi 𝑥0 2 + 𝑦0 2 − 4𝑥0 = −3
𝑥0 2 + 𝑦0 2 − 2𝑥0 = 0
3
−2𝑥0 = −3 ⟺ 𝑥0 = 2.
3 2 3 3
Jadi 𝑦0 2 = − [(2) − 2 (2)] ⟺ 𝑦0 2 = 4
√3 √3
⟺ 𝑦0 = − ⋁𝑦0 = .
2 2
√3
− √3 √3
2
Jadi 𝑙: 𝑦 = 𝑚𝑙 𝑥 ⟺ 𝑦 = 3 𝑥=− 𝑥 dan 𝑦 = 𝑥.
3 3
2
Bukti:
𝑚
Tulis 𝑦 = 𝑥 𝑛 .
Jelas 𝑦 𝑛 = 𝑥 𝑚
𝑑(𝑦 𝑛 ) 𝑑(𝑥 𝑚 ) 𝑑(𝑦 𝑛 ) 𝑑𝑦 𝑑(𝑥 𝑚 )
⇔ = ⇔ . =
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑥 𝑑𝑥
118
𝑑𝑦 𝑚
(𝑛−1) 𝑑𝑦
⇔ 𝑛. 𝑦 𝑛−1 . = 𝑚. 𝑥 𝑚−1 ⇔ 𝑛. 𝑥 𝑛 . = 𝑚. 𝑥 𝑚−1
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑚−
𝑚 𝑑𝑦
𝑚−1
𝑑𝑦 𝑚 𝑥 𝑚−1
⇔ 𝑛. 𝑥 𝑛. = 𝑚. 𝑥 ⇔ = .
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑛 𝑥 𝑚−𝑚
𝑛
𝑑𝑦 𝑚 𝑚−1+𝑚−𝑚 𝑑𝑦 𝑚 𝑚−1
⇔ = .𝑥 𝑛 ⇔ = .𝑥𝑛
𝑑𝑥 𝑛 𝑑𝑥 𝑛
𝑚
𝑑 (𝑥 𝑛 ) 𝑚 𝑚−1
⇔ = .𝑥𝑛 .
𝑑𝑥 𝑛
(𝑓 −1 )(𝑥).
119
Penyelesaian:
Jelas 𝑓 −1 ada (bukti diserahkan kepada pembaca) dengan 𝑓 −1 (𝑥) =
𝑥
𝑥 𝑑[𝑓 −1 (𝑥)] 𝑑( ) 1
, nilai 𝑥 ≠ 1 dan (𝑓 −1 )′ (𝑥) = = 1−𝑥
= (1−𝑥)2.
1−𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
1
Jelas 𝑓 ′ (𝑥) = (𝑥+1)2.
1 1 1 1
Jadi (𝑓 −1 )′ (𝑥) = 𝑓′ [𝑓−1(𝑥)] = 𝑥 = 1 = (1−𝑥)2.
𝑓′( ) 2
1−𝑥 𝑥
( +1)
1−𝑥
120
−1 1 −1 1 1
𝑑(sec −1 𝑥) 𝑑 [cos (𝑥)] 𝑑 [cos (𝑥)] 𝑑 (𝑥)
Jadi = = .
𝑑𝑥 𝑑𝑥 1 𝑑𝑥
𝑑 (𝑥)
−1 −1 1 √𝑥 2 1 |𝑥| 1
= . = . = . = .
2 𝑥 2 √𝑥 2 − 1 𝑥 2 √𝑥 2 − 1 𝑥 2 |𝑥|√𝑥 2 − 1
ට1 − (1)
𝑥
Jelas 𝑥 2 − 1 > 0 ⇔ 𝑥 2 > 1 ⇔ |𝑥| > 1.
Contoh 3.12.
Tentukan 𝑓′(𝑥) dari 𝑓(𝑥) = sin−1(2𝑥 + 5).
Penyelesaian:
𝑑[𝑓(𝑥)] 𝑑[sin−1(2𝑥 + 5)] 𝑑(2𝑥 + 5)
Jelas 𝑓 ′ (𝑥) = = .
𝑑𝑥 𝑑(2𝑥 + 5) 𝑑𝑥
2
= .
√1 − (2𝑥 + 5)2
Dengan menggunakan langkah lain:
Tulis 𝑦 = sin−1 (2𝑥 + 5).
−5 + sin 𝑦
Jelas 2𝑥 + 5 = sin 𝑦 ⇔ 𝑥 =
2
−5 + sin 𝑦
𝑑𝑥 𝑑 [ 2 ] 𝑑𝑥 cos 𝑦
⇔ = ⇔ = .
𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑦 2
𝑑[sin−1(2𝑥 + 5)] 𝑑𝑦 1 2
Jadi = = =
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥 cos 𝑦
𝑑𝑦
2
=
√1 − sin2 𝑦
2
= .
√1 − (2𝑥 + 5)2
3. Aplikasi Turunan
a. Nilai ekstrim
Bagian ini dimulai dengan pengertian nilai ekstrim suatu fungsi yang
mencakup nilai ekstrim maksimum dan nilai ekstrim minimum.
121
Definisi 3.3.
Diberikan fungsi 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊆ ℝ, dan 𝑀 = 𝑓(𝑐) untuk suatu 𝑐 ∈ 𝐼.
(a) 𝑀 merupakan nilai maksimum (mutlak) 𝑓 apabila 𝑀 ≥ 𝑓(𝑥) ∀𝑥 ∈ 𝐼.
(b) 𝑀 merupakan nilai minimum (mutlak) 𝑓 apabila 𝑀 ≤ 𝑓(𝑥) ∀𝑥 ∈ 𝐼..
(c) Nilai maksimum dan minimum suatu fungsi disebut nilai ekstrim
(mutlak) fungsi tersebut.
Contoh 3.13.
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = (𝑥 − 1)2 .
Sketsa grafik 𝑓 dapat dilihat pada Gambar 3.3.
𝑌
𝑓
𝑋
O (1,0)
(1,0) (3,0)
𝑋
O
(0, −3)
𝑓
122
Intuisi: 𝑓(2) = 1 merupakan nilai maksimum 𝑓.
Bukti:
Ambil sembarang 𝑥 ∈ ℝ.
Jelas (𝑥 − 2)2 ≥ 0 ⇔ −(𝑥 − 2)2 + 1 ≤ 1 ⇔ 𝑓(𝑥) ≤ 𝑓(2).
Jadi 𝑓(2) ≥ 𝑓(𝑥) ∀𝑥 ∈ ℝ.
Jadi 𝑓(2) = 1 merupakan nilai maksimum f.
𝑥2, 𝑥 ≤ 1
Sekarang perhatikan fungsi 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = { .
2 − 𝑥, 𝑥 > 1
Sketsa grafik 𝑓 dapat dilihat pada Gambar 3.5.
Y
1
X
O 1 2
f
𝑥2, 𝑥 ≤ 1
Gambar 3.5. Grafik 𝑓 dengan 𝑓(𝑥) = { .
2 − 𝑥, 𝑥 > 1
Pada Gambar 3.5 terlihat bahwa terdapat suatu selang sehingga 𝑓(0) =
0 merupakan nilai minimum 𝑓 akan tetapi masih ada nilai 𝑓(𝑥) yang
kurang dari 0. Demikian juga terdapat suatu selang sehingga nilai
𝑓(1) = 1 merupakan nilai maksimum 𝑓 akan tetapi masih ada nilai
𝑓(𝑥) yang lebih dari 1. Nilai 𝑓(0) = 0 disebut nilai minimum relatif 𝑓
dan nilai 𝑓(1) = 1 disebut nilai maksimum relatif 𝑓. Berdasarkan
kenyataan ini dapat didefinisikan konsep tentang nilai ekstrim relatif
suatu fungsi sebagai berikut.
123
Definisi 3.4.
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊆ ℝ .
(a) Jika terdapat suatu selang buka 𝐷 ⊂ 𝐼 yang memuat 𝑐 sehingga
berlaku 𝑓(𝑐) ≥ 𝑓(𝑥) ∀𝑥 ∈ 𝐷, maka 𝑓(𝑐) disebut nilai maksimum
relatif 𝑓.
(b) Jika terdapat suatu selang buka 𝐷 ⊂ 𝐼 yang memuat 𝑐 sehingga
berlaku 𝑓(𝑐) ≤ 𝑓(𝑥) ∀𝑥 ∈ 𝐷, maka 𝑓(𝑐) disebut nilai minimum
relatif 𝑓.
Contoh 3.15.
Dari fungsi 𝑓 pada Gambar 5, tunjukkan bahwa
(a) 𝑓(0) = 0 merupakan nilai minimum relatif 𝑓 dan
(b) 𝑓(1) = 1 merupakan nilai maksimum relatif 𝑓.
Bukti:
𝑥2, 𝑥 ≤ 1
Dipunyai 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = { .
2 − 𝑥, 𝑥 > 1
1 1 1 1 1
(a) Pilih 𝛿 = 4. Bangun 𝐷 = (0 − 4 , 0 + 4) = (− 4 , 4).
1 1
Ambil sembarang 𝑥 ∈ 𝐷. Jelas − 4 < 𝑥 < 4.
1
Kasus − 4 < 𝑥 < 0:
1 1
Jelas 0 < 𝑥 2 < 16 ⇔ 𝑓(0) < 𝑓(𝑥) < 16.
1
Kasus 0 ≤ 𝑥 < 4:
1 1
Jelas 0 ≤ 𝑥 2 < 16 ⇔ 𝑓(0) ≤ 𝑓(𝑥) < 16.
124
5
Kasus 1 < 𝑥 < 4:
5 3 3
Jelas −1 > −𝑥 > − 4 ⇔ 1 > 2 − 𝑥 > 4 ⇔ 𝑓(1) > 𝑓(𝑥) > 4.
Berikut ini disajikan suatu bilangan yang penting untuk menentukan nilai
ekstrim relatif. Bilangan tersebut disebut bilangan kritis yang merupakan
calon kuat nilai ekstrim.
Definisi 3.5.
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊆ ℝ, dan 𝑐 ∈ 𝐼.
Jika 𝑓 ′ (𝑐) = 0 atau 𝑓 ′ (𝑐) tidak ada maka 𝑐 disebut bilangan kritis 𝑓.
Contoh 3.16.
Dipunyai 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 − 4𝑥 + 8. Periksa apakah 𝑓 mempunyai
nilai ekstrim.
Penyelesaian:
𝑑(𝑥 2 − 4𝑥 + 8)
Jelas 𝑓 ′ (𝑥) = 0 ⇔ = 0 ⇔ 2𝑥 − 4 = 0 ⇔ 𝑥 = 2.
𝑑𝑥
Jelas 𝑥 = 2 merupakan bilangan kritis 𝑓 dan Jelas 𝑓(2) =
Ambil sembarang 𝑥 ∈ ℝ.
Jelas 𝑓(2) − 𝑓(𝑥) = 4 − 𝑥 2 + 4𝑥 − 8 = −(𝑥 − 2)2 ≤ 0.
Jadi 𝑓(2) ≤ 𝑓(𝑥) ∀𝑥 ∈ ℝ.
Jadi 𝑓(2) = 4 suatu nilai minimum mutlak 𝑓.
Contoh 3.17.
Dipunyai 𝑓: ℝ → ℝ, 𝑓(𝑥) = |𝑥|. Periksa apakah 𝑓 mempunyai nilai
ekstrim.
Penyelesaian:
Jelas 𝑓 ′ (𝑥) ≠ 0∀𝑥 ∈ ℝ.
125
Jelas 𝑓 ′ (0) tidak ada.
Jelas 𝑓(𝑥) = |𝑥| ≥ 0 = |0| = 𝑓(0)∀𝑥 ∈ ℝ.
Jadi 𝑓(0) = 0 merupakan nilai minimum mutlak 𝑓.
Berikut ini disajikan suatu teorema eksistensi nilai ekstrim suatu fungsi.
Teorema 3.12.
Jika fungsi 𝑓 kontinu pada selang tutup [𝑎, 𝑏] maka fungsi 𝑓 memiliki
nilai minimum dan maksimum mutlak.
Dari Definisi 3.5 dan Teorema 3.12 dapat dirumuskan Teorema terkait
dengan bilangan kritis sebagai berikut.
Teorema 3.13.
Jika 𝑓 terdefinisi pada suatu selang 𝐼 yang memuat titik 𝑐. Jika 𝑓(𝑐)
adalah suatu nilai ekstrim maka 𝑐 haruslah merupakan bilangan kritis
fungsi 𝑓 dan 𝑐 memenuhi salah satu dari berikut ini.
(a) 𝑐 merupakan titik ujung 𝐼,
(b) 𝑐 merupakan titik stationer 𝑓 (𝑓 ′ (𝑐) = 0),
(c) 𝑐 merupakan titik singular 𝑓 (𝑓 ′ (𝑐) tidak ada).
Berikut ini disajikan teorema yang lebih umum dari Teorema Rolle yang
disebut dengan teorema nilai rata-rata (TNR).
126
Teorema 3.15. (Teorema Nilai Rata-rata)
Dipunyai fungsi 𝑓: [𝑎, 𝑏] → ℝ.
Jika 𝑓 kontinu pada [𝑎, 𝑏] dan 𝑓 mempunyai turunan pada (𝑎, 𝑏) maka
𝑓(𝑏)−𝑓(𝑎)
terdapat titik 𝑐 ∈ (𝑎, 𝑏) sehingga 𝑓 ′ (𝑐) = .
𝑏−𝑎
𝑓(𝑏)−𝑓(𝑎)
(a) Nilai merupakan talibusur 𝐴𝐵 dengan 𝐴(𝑎, 𝑓(𝑎)) dan
𝑏−𝑎
𝐵(𝑏, 𝑓(𝑏)).
(b) Jika 𝑓 memenuhi kondisi teorema ini maka terdapat suatu garis
singgung yang memiliki gradien sama dengan gradien talibusur 𝐴𝐵.
Interpretasi geometri tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini.
𝑌
𝑠
𝐵
𝑓(𝑏)
f
𝑓(𝑎) A
𝑋
O 𝑎 𝑏
Gambar 3.6. Interpretasi teorema nilai rata-rata
127
Kaitan antara naik-turunnya fungsi dengan turunan fungsi diberikan
pada Teorema berikut.
Teorema 3.16.
Dipunyai 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊆ ℝ, dan 𝑓 ′ (𝑥) ada untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 kecuali
mungkin di titik-titik ujungnya.
(i) Jika 𝑓 ′ (𝑥) > 0 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 yang bukan di titik ujung maka
grafik 𝑓 naik pada 𝐼.
(ii) Jika 𝑓 ′ (𝑥) < 0 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 yang bukan di titik ujung maka
grafik 𝑓 turun pada 𝐼.
Contoh 3.18.
𝑥2
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ − {1} → ℝ dengan 𝑓(𝑥) = 𝑥−1. Tentukan di mana
128
Kasus 𝑥 ∈ (0, 1):
Jelas 0 < 𝑥 < 1 ⇔ −2 < 𝑥 − 2 < −1 dan (𝑥 − 1)2 > 0.
Jadi 𝑓 ′ (𝑥) < 0.
Jadi grafik 𝑓 turun pada (0, 1).
Kasus 𝑥 ∈ (1, 2):
Jelas 1 < 𝑥 < 2 ⇔ −1 < 𝑥 − 2 < 0 dan (𝑥 − 1)2 > 0.
Jadi 𝑓 ′ (𝑥) < 0.
Jadi grafik 𝑓 turun pada (1, 2).
Kasus 𝑥 ∈ (2, +∞):
Jelas 𝑥 > 2. Jadi (𝑥 − 2) > 0 dan (𝑥 − 1)2 > 0.
Jadi 𝑓 ′ (𝑥) > 0.
Jadi grafik 𝑓 naik pada (2, +∞).
Berikut ini disajikan suatu teorema untuk menguji nilai ekstrim relatif
suatu fungsi yang dikenal dengan Uji Turunan Pertama.
129
Contoh 3.19.
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ → ℝ yang diberikan oleh 𝑓(𝑥) = 4𝑥 2 − 4𝑥 4 .
Tentukan nilai ekstrim fungsi f.
Penyelesaian:
′ (𝑥)
𝑑[𝑓(𝑥)] 𝑑(4𝑥 2 − 4𝑥 4 )
Jelas 𝑓 = =
𝑑𝑥 𝑑𝑥
= 8𝑥 − 16𝑥 3 = 8𝑥(𝑥 − 2𝑥 2 ).
√2 √2
Jelas 𝑓 ′ (𝑥) = 0 ⇔ 8𝑥(𝑥 − 2𝑥 2 ) = 0 ⇔ 𝑥 = 0 ∨ 𝑥 = − ∨ 𝑥= .
2 2
√2 √2
Jadi bilangan kritis 𝑓 adalah − , 0, dan 2 .
2
√2
Uji turunan pertama di 𝑥 = − :
2
𝑥 √2 √2 √2
(− ) − (− )
2 − 2 2 +
𝑓 ′ (𝑥) + 0 −
𝑓(𝑥) Maks. Rel. 𝑓
√2
Jadi 𝑓 (− ) = 1 suatu maksimum relatif 𝑓.
2
𝑥 √2 √2 √2
( ) ( )
2 − 2 2 +
𝑓 ′ (𝑥) + 0 −
𝑓(𝑥) Maks. Rel. 𝑓
√2
Jadi 𝑓 ( 2 ) = 1 suatu maksimum relatif 𝑓. Skestas grafik f diberikan
130
Y
X
O
f
B f
A C
X
g
A C
Gambar 3.9. Fungsi g mempunyai maksimum di B dan minimum di A
dan C. Akan tetapi cekung ke atas di antara A dan B dan di antara B
dan C.
131
Definisi kecekungan grafik fungsi diberikan berikut ini.
Definisi 3.7.
Dipunyai fungsi 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊆ ℝ, 𝑓 kontinu pada 𝐼, dan 𝑓 ′ (𝑥) ada pada
𝐼 kecuali mungkin di titik-titik ujungnya.
(a) Grafik fungsi 𝑓 dikatakan cekung ke atas pada 𝐼 apabila 𝑓 ′
merupakan fungsi naik pada 𝐼.
(b) Grafik fungsi 𝑓 dikatakan cekung ke bawah pada 𝐼 apabila 𝑓 ′
merupakan fungsi turun pada 𝐼.
132
disebut titik infleksi. Berikut teorema yang mengaitkan turunan kedua
suatu fungsi dengan nilai ekstrim relatif fungsi tersebut.
Contoh 3.20.
Dipunyai fungsi 𝑓: ℝ → ℝ yang diberikan oleh 𝑓(𝑥) = 4𝑥 2 − 4𝑥 4 . Pada
√2 √2
Contoh 3.13 telah ditunjukkan bahwa 𝑓 (− ) = 1 = 𝑓(2)
2
133
yang hendak diselesaikan. Adapun langkah-langkah yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
Langkah 1. Buatlah gambaran umum dari persoalan dan identifikasi
variabel-variabel penting beserta satuan/besarannya.
Langkah 2. Tuliskan rumus dari fungsi tujuannya apakah
meminimumkan atau memaksimumkan.
Langkah 3. Gunakan kondisi dalam masalah untuk mengeliminasi
variabel sehingga fungsi tujuan menjadi fungsi dengan satu
variabel.
Langkah 4. Tentukan bilangan kritis (titik ujung selang, titik stationer,
titik singular).
Langkah 5. Substitusikan bilangan kritis ke fungsi tujuan atau gunakan
uji turunan pertama atau uji turunan kedua untuk
menentukan maksimum dan minimum dari fungsi tujuan
tersebut.
Contoh 3.21.
Temukan suatu persegipanjang yang ukuran luas daerahnya 64𝑐𝑚2 dan
ukuran kelilingnya minimum.
Penyelesaian:
Tulis 𝑥: ukuran panjang persegipanjang (𝑐𝑚),
𝑦: ukuran lebar persegipanjang (𝑐𝑚),
𝐴: ukuran luas daerah persegipanjang (𝑐𝑚2 ), dan
𝐾: ukuran keliling persegipanjang (𝑐𝑚).
Karena 𝑥 dan 𝑦 menyatakan ukuran panjang dan lebar maka 𝑥 ≥ 0 dan
𝑦 ≥ 0.
64
Dari soal diperoleh 𝐴 = 64 ⇔ 𝑥𝑦 = 64 ⇔ 𝑦 = .
𝑥
64
Jelas 𝐾(𝑥) = 2(𝑥 + 𝑦) = 2 (𝑥 + ). Jelas 𝑥 ≠ 0.
𝑥
64
𝑑[2(𝑥+ )] 64
Jelas 𝐾 ′ (𝑥) = 0 ⇔ 𝑥
= 0 ⇔ 2 (1 − 𝑥 2 ) ⇔ 𝑥 = −8 ∨ 𝑥 = 8.
𝑑𝑥
134
Jadi titik kritis 𝐾 adalah 𝑥 = 8.
Uji turunan pertama di 𝑥 = 8:
𝑥 (8)− 8 (8)+
𝑓 ′ (𝑥) − 0 +
𝑓(𝑥) Min. Rel.
Contoh 3.22.
Tentukan bilangan bulat yang akar kuadrat utamanya melebihi secara
maksimum delapan kali bilangan tersebut.
Penyelesaian:
Cara 1:
Tulis 𝑝: bilangan tersebut dan 𝑝 = 𝑥 2 dengan 𝑥 ≥ 0.
Tulis 𝑓(𝑝) = √𝑝 − 8𝑝 ⇔ 𝑓(𝑥) = 𝑥 − 8𝑥 2 .
Jelas 𝐷𝑓 = [0, +∞).
𝑑[𝑓(𝑥)] 𝑑(𝑥−8𝑥 2 )
Jelas 𝑓 ′ (𝑥) = = = 1 − 16𝑥.
𝑑𝑥 𝑑𝑥
1
Jelas 𝑓 ′ (𝑥) = 0 ⇔ 1 − 16𝑥 = 0 ⇔ 𝑥 = 16.
1
Uji Turunan Pertama pada 𝑥 = 16:
𝑥 1− 1 1+
16 16 16
𝑓′(𝑥) + 0 −
𝑓(𝑥) Max 𝑓(𝑥)
1 2 1 1
Jelas 𝑝 = (16) = 256. Jadi bilangan yang dimaksud adalah 256.
Cara 2:
Tulis 𝑥: bilangan tersebut dan 𝑥 ≥ 0.
Tulis 𝑓(𝑥) = √𝑥 − 8𝑥.
Jelas 𝐷𝑓 = [0, +∞).
135
𝑑[𝑓(𝑥)] 𝑑(√𝑥−8𝑥) 1
Jelas 𝑓 ′ (𝑥) = = =2 − 8.
𝑑𝑥 𝑑𝑥 √𝑥
1 1
Jelas 𝑓 ′ (𝑥) = 0 ⇔ 2 −8=0⇔2 =8
√ 𝑥 √𝑥
1 1 1
⇔ = 16 ⇔ √𝑥 = ⇔𝑥= .
√𝑥 16 256
1
Uji Turunan Pertama pada 𝑥 = 256:
𝑥 1 − 1 1 +
256 256 256
𝑓′(𝑥) + 0 −
𝑓(𝑥) Max 𝑓(𝑥)
1
Jadi bilangan yang dimaksud adalah 256.
Untuk memperjelas pemahaman saudara, saudara dapat melihat ppt berikut ini.
[PPT-M3-KB3]
E. Forum Diskusi
Silahkan selesaikan soal berikut dengan berdiskusi bersama teman sejawat
saudara.
Tunjukkan bahwa persegi panjang dengan keliling 𝐾 yang mempunyai luas
maksimum adalah persegi.
Petunjuk pengerjaan:
a. Misalkan ukuran panjang dan lebar persegi panjang berturut-turut adalah 𝑝
dan 𝑙
b. Dengan menggunakan permisalan tersebut, rumuskan keliling dan luas.
c. Dengan menggunakan rumus keliling, nyatakan 𝑙 dalam 𝑝 kemudian
substitusikan ke rumus luas.
d. Cari turunan pertama dari rumus luas kemudian tentukan bilangan kritis dari
rumus luas denan menggunakan turunan pertamanya.
e. Lakukan uji turunan pertama pada bilangan kritis yang diperoleh
136
F. Rangkuman
Selamat ya ...... saudara telah berhasil menyelesaikan kegiatan belajar tentang
turunan dan aplikasinya. Hal-hal penting yang telah saudara pelajari dalam
kegiatan belajar ini dapat dibaca pada rangkuman berikut ini.
1. Berdasarkan definisi turunan, suatu fungsi mempunyai turunan pada suatu
titik apabila turunan dari pihak kiri sama dengan turunan dari pihak kanan
pada titik tersebut atau 𝑓 ′ (𝑐) ada apabila 𝑓−′ (𝑐) = 𝑓+′ (𝑐).
2. Jika 𝑓, 𝑔 merupakan fungsi-fungsi yang mempunyai turunan maka
berlaku:
𝑑[𝑘]
a. = 0 dengan 𝑘 konstanta Real.
𝑑𝑥
137
5. Untuk mencari turunan fungsi implisit dilakukan melakukan proses
penurunan pada kedua ruas dengan menggunakan teorema turunan yang
sesuai.
6. Syarat suatu fungsi mempunyai invers adalah fungsi tersebut adalah fungsi
injektif dan domain dari fungsi inversnya adalah Range dari fungsi semula.
7. Turunan fungsi invers dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mencari
fungsi invers kemudian diturunkan atau menggunakan hubungan
1 𝑑𝑥 1
(𝑓 −1 )′ (𝑥) = atau = .
𝑓 ′ [𝑓 −1 (𝑥)] 𝑑𝑦 𝑑𝑦
𝑑𝑥
8. Turunan dari invers fungsi trigonometri diberikan berikut ini.
𝑑(sin−1 𝑥) 1 𝑑(cot −1 𝑥) −1
(𝑎) = , |𝑥| < 1 (𝑑) =
𝑑𝑥 √1 − 𝑥 2 𝑑𝑥 1 + 𝑥2
𝑑(cos −1 𝑥) −1 𝑑(sec −1 𝑥) 1
(𝑏) = , |𝑥| < 1 (𝑒) = , |𝑥| > 1
𝑑𝑥 √1 − 𝑥 2 𝑑𝑥 |𝑥|√𝑥 2 − 1
𝑑(tan−1 𝑥) 1 𝑑(css−1 𝑥) −1
(𝑐) = (𝑓) = , |𝑥| > 1
𝑑𝑥 1 + 𝑥2 𝑑𝑥 |𝑥|√𝑥 2 − 1
9. Suatu nilai disebut nilai ekstrim mutlak dari suatu fungsi jika nilai tersebut
merupakan nilai ekstrim fungsi pada domain fungsi tersebut; Sedangkan
suatu nilai disebut nilai ekstrim relatif dari suatu fungsi jika nilai tersebut
merupakan nilai ekstrim fungsi pada suatu selang yang merupakan
himpunan bagian dari domain fungsi tersebut. Nilai ekstrim mutlak suatu
fungsi juga merupakan nilai ekstrim relatif.
10. Apabila 𝑐 suatu nilai ekstrim dari fungsi 𝑓 maka 𝑐 haruslah merupakan
bilangan kritis fungsi 𝑓 dan 𝑐 memenuhi salah satu dari: 𝑐 merupakan titik
ujung 𝐼, 𝑐 merupakan titik stationer 𝑓, atau 𝑐 merupakan titik singular 𝑓.
11. Teorema nilai rata-rata menjamin adanya nilai 𝑐 ∈ (𝑎, 𝑏) di mana
𝑓(𝑏) − 𝑓(𝑎)
𝑓 ′ (𝑐) = .
𝑏−𝑎
12. Kemonotonan grafik fungsi dapat dilihat dari nilai turunan pertama fungsi
tersebut yaitu jika 𝑓 ′ (𝑥) > 0 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 yang bukan di titik ujung
138
maka grafik 𝑓 naik pada 𝐼 dan jika 𝑓 ′ (𝑥) < 0 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 yang
bukan di titik ujung maka grafik 𝑓 turun pada 𝐼.
13. Penentuan nilai ekstrim suatu fungsi dapat dilakukan dengan uji turunan
pertama yaitu Jika 𝑓 ′ (𝑥) ada pada selang (𝑐 − ℎ, 𝑐 + ℎ) untuk suatu ℎ >
0 kecuali mungkin di titik 𝑐 sendiri maka 𝑓(𝑐) ekstrim relatif jika dan
hanya jika tanda 𝑓 ′ (𝑥) berganti tanda di 𝑥 = 𝑐.
14. Kecekungan grafik fungsi dapat diperiksa menggunakan turunan kedua
dari fungsi tersebut. Kriterianya adalah grafik 𝑓 cekung ke atas pada 𝐼
apabila 𝑓 ′′ (𝑥) > 0 ∀𝑥 ∈ 𝐼 yang bukan titik ujung 𝐼 dan grafik 𝑓 cekung
ke bawah pada 𝐼 apabila 𝑓 ′′ (𝑥) < 0 ∀𝑥 ∈ 𝐼 yang bukan titik ujung 𝐼.
15. Penentuan nilai ekstrim juga dapat dilakukan dengan uji turunan kedua
dengan syarat 𝑓 ′ (𝑥) dan 𝑓 ′′ (𝑥) ada pada 𝐼. Kriteria yang digunakan yaitu:
𝑓 ′′ (𝑥) < 0 ⇒ 𝑓(𝑎) suatu maksimum relatif 𝑓, 𝑓 ′′ (𝑥) > 0 ⇒ 𝑓(𝑎) suatu
minimum relatif 𝑓, dan 𝑓 ′′ (𝑥) = 0 ⇒ tidak ada kesimpulan.
G. Tes Formatif
Pilihlah jawaban yang tepat dari setiap persoalan berikut.
1. Fungsi dengan nilai fungsi berikut yang tidak mempunyai turunan di 𝑥 = 2
adalah ....
A. 𝑓(𝑥) = |𝑥 − 2|
B. 𝑓(𝑥) = |𝑥 + 2|
C. 𝑓(𝑥) = |𝑥| − 2
D. 𝑓(𝑥) = |𝑥| + 2
𝑥
E. 𝑓(𝑥) = |2|
2. Nilai 𝑥 dari titik pada 𝑦 = 9 sin 𝑥 cos 𝑥 yang mempunyai garis singgung
berupa garis horisontal adalah ....
𝜋
A. 3
139
𝜋
B. 2
3𝜋
C. 2
D. 𝜋
5𝜋
E. 4
𝑥
3. Diberikan 𝐹(0) = 2 dan 𝐹 ′ (0) = −1. Apabila 𝐺(𝑥) = 1+sec[𝐹(2𝑥)] maka nilai
140
1
C.
|𝑥|√(1−𝑥2 )
1
D.
𝑥 2 √(1−𝑥2 )
1
E. (1−𝑥 2 )√1−𝑥2
D. −4𝑥
4𝑥
E. − √1−𝑥 2
A. 9
141
B. 65
C. 129
D. 257
E. 513
H. Daftar Pustaka
[1] Chotim, M. 2012. Diktat Mata Kuliah Kalkulus 1. Semarang: Jurusan
Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang.
[2] Clark, D.N. 2000. A Volume in The Comprehensive Dictionary of Mathematics:
Dictionary of Analysis, Calculus, and Differential Equations. Florida: CRC
Press LLC.
[3] Varberg, D., Purcell, E.J., & Rigdon, S. 2007. Calculus Ninth Edition. Upper
Saddle River, New Jersey: Pearson Education
[4] Ristekdikti. 2018. Modul Daring PPG Daljab 2018. Jakarta:Ristekdikti.
142
No Kode: DAR 2/Profesional/180/3/2019
Penulis:
Muhammad Kharis, S.Si., M.Sc.
143
144
A. Pendahuluan
Salam bahagia para mahasiswa PPG yang bersemangat.
Selamat mengikuti kegiatan belajar yang ke-4 ini dengan materi antiturunan,
integral dan aplikasi integral. Untuk mengawali kegiatan belajar ini, coba Saudara
lakukan aktivitas berikut ini.
Ambillah secarik kertas, sketsalah grafik fungsi sinus pada bidang
kartesius dengan batas 0 sampai 2π, arsirlah daerah yang dibatasi
grafik fungsi sinus dan sumbu X. Coba Saudara hitung luas daerah
yang diarsir, kemudian berikutnya, jika daerah yang diarsir diputar
mengelilingi sumbu X, sehingga membentuk sebuah benda putar,
bagaimanakah cara menghitung volume benda putar tersebut?
Masalah ini akan dengan mudah diselesaikan setelah kegiatan belajar
ke-4 dikuasai.
Pada kegiatan belajar ke-4 ini, Saudara akan mengkaji konsep antiturunan,
integral, dan aplikasi integral. Antiturunan merupakan balikan dari turunan fungsi
yang telah dipelajari pada kegiatan belajar sebelumnya. Selanjutnya setelah
memahami antiturunan, Saudara akan mengkaji integral Riemann atau dikenal
sebagai integral tertentu dengan lebih dahulu mengingat materi notasi sigma dan
memahami jumlah Riemann. Materi integral tertentu yang fenomenal adalah
teorema dasar kalkulus 1 dan 2 yang memangkas durasi waktu perhitungan menjadi
sangat singkat, sehingga banyak aplikasinya di berbagai bidang. Aplikasi integral
salah satunya digunakan dalam penyelesaian masalah luas daerah dan volume
benda putar dengan terlebih dahulu menentukan batas-batasnya. Dalam bidang
fisika, Saudara juga telah mengenal usaha dan pusat massa yang penyelesaian
masalahnya dapat menggunakan aplikasi integral.
Prasyarat dalam mempelajari materi pada kegiatan belajar 4 ini adalah
Saudara telah menguasai materi limit dan turunan fungsi yang telah dikaji pada
kegiatan belajar sebelumnya. Kegiatan belajar ini dikemas dalam empat sub kajian
yang disusun dengan urutan sebagai berikut.
• Sub Kajian 1: Antiturunan
• Sub Kajian 2: Notasi Sigma dan Jumlah Riemann
• Sub Kajian 3: Integral Tertentu
• Sub Kajian 4: Aplikasi Integral.
145
Proses pembelajaran untuk materi yang sedang Saudara ikuti sekarang ini,
dapat berjalan dengan lebih lancar bila Saudara mengikuti langkah-langkah belajar
berikut ini.
1) Ingat kembali materi limit dan turunan fungsi sebagai materi prasyarat dalam
mempelajari materi pada kegiatan belajar ini.
2) Pelajari materi pada kegiatan belajar ini dengan seksama, selesaikan latihan
pada forum diskusi, dan selesaikan tes formatifnya secara mandiri.
3) Cocokkan jawaban tes formatif Saudara dengan kunci jawaban yang diberikan.
4) Apabila tingkat penguasaan Saudara 80% atau lebih, Saudara dapat
melanjutkan ke kegiatan belajar berikutnya. Apabila tingkat penguasaan
Saudara kurang dari 80%, Saudara harus mempelajari kembali materi pada
kegiatan belajar ini.
5) Keberhasilan pembelajaran Saudara dalam mempelajari materi pada kegiatan
belajar ini, sangat tergantung kepada kesungguhan Saudara dalam belajar dan
mengerjakan tugas dan latihan. Untuk itu, berlatihlah secara mandiri atau
berkelompok dengan teman sejawat.
Selanjutnya kami ucapkan selamat belajar, semoga Saudara sukses mampu
mengimplementasikan pengetahuan yang diberikan dalam kegiatan belajar ini.
146
1. memahami, mengidentifikasi, menganalisis, merekonstruksi, memodifikasi
secara terstruktur, dan menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan
antiturunan,
2. memahami, mengidentifikasi, menganalisis, merekonstruksi, memodifikasi
secara terstruktur, dan menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan notasi
sigma dan jumlah Riemann,
3. memahami, mengidentifikasi, menganalisis, merekonstruksi, memodifikasi
secara terstruktur, dan menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan integral
tertentu, dan
4. memahami, mengidentifikasi, menganalisis, merekonstruksi, memodifikasi
secara terstruktur, dan menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan aplikasi
integral.
C. Pokok-pokok Materi
Materi yang dipelajari dalam kegiatan belajar ini antara lain::
1. Antiturunan
2. Notasi Sigma dan Jumlah Riemann
3. Integral Tertentu
4. Aplikasi Integral.
147
D. Uraian Materi
1. Antiturunan
a. Konsep Antiturunan
Sebagian operasi dalam matematika mempunyai balikan atau invers, seperti
penjumlahan dengan pengurangan, perkalian dengan pembagian, serta
perpangkatan eksponen dengan penarikan akar. Pada kegiatan ini dibahas
antiturunan yang merupakan balikan dari turunan. Proses mencari antiturunan
fungsi disebut juga dengan pengintegralan tak tentu.
Definisi 4.1
Dipunyai 𝐹: 𝐼 ⟶ 𝑅 dan 𝑓: 𝐼 ⟶ 𝑅.
Jika 𝐹 ′ (𝑥) = 𝑓(𝑥) untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 maka 𝐹 disebut suatu anti turunan 𝑓 pada
selang 𝐼.
Teorema 4.1
𝑥 𝑟+1
Jika 𝑟 sebarang bilangan rasional kecuali −1, maka ∫ 𝑥 𝑟 𝑑𝑥 = +𝐶
𝑟+1
Bukti:
Dengan menurunkan ruas kanan diperoleh:
𝑥 𝑟+1 1
𝐷𝑥 [ + 𝐶] = (𝑟 + 1)𝑥 𝑟 = 𝑥 𝑟 .
𝑟+1 𝑟+1
148
Teorema 4.2
∫ sin 𝑥 𝑑𝑥 = − cos 𝑥 + 𝐶 dan ∫ cos 𝑥 𝑑𝑥 = sin 𝑥 + 𝐶
Bukti:
𝐷𝑥 (− cos 𝑥 + 𝐶) = sin 𝑥 dan 𝐷𝑥 (sin 𝑥 + 𝐶) = cos 𝑥.
Bukti:
Dengan mendiferensialkan ruas kanan, kita memperoleh integran di ruas kiri.
𝑑[𝐾 ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥] 𝑑[∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥]
1. =𝐾 = 𝐾𝑓(𝑥)
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑[∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥+∫ 𝑔(𝑥)𝑑𝑥] 𝑑[∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥] 𝑑[∫ 𝑔(𝑥)𝑑𝑥]
2. = + = 𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑[∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥−∫ 𝑔(𝑥)𝑑𝑥] 𝑑[∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥] 𝑑[∫ 𝑔(𝑥)𝑑𝑥]
3. = − = 𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
Contoh 4.1
1. Diberikan 𝑓(𝑥) = 4𝑥 3 , tentukan:
a. suatu antiturunan dari 𝑓(𝑥)
b. hasil dari ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥.
Penyelesaian:
a. Karena yang diminta hanya menentukan suatu antiturunan dari 𝑓(𝑥),
maka kita bebas memilih suatu fungsi yang turunannya 4𝑥 3 , misal
𝑔(𝑥) = 𝑥 4 + 25, sehingga 𝑔(𝑥) adalah suatu antiturunan dari 𝑓(𝑥).
b. Hasil dari ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 adalah semua fungsi yang turunannya 4𝑥 3 , sehingga
hasilnya adalah ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝑥 4 + 𝐶, dengan 𝐶 konstanta.
2. Tentukan hasil dari:
a. ∫ 4(𝑥 − 𝑥 3 )𝑑𝑥
149
b. ∫(𝑥 2 + sin 𝑥 − cos 𝑥)𝑑𝑥
Penyelesaian:
𝑥2 𝑥4
a. ∫ 4(𝑥 − 𝑥 3 )𝑑𝑥 = 4 ∫(𝑥 − 𝑥 3 )𝑑𝑥 = 4 ( 2 − ) + 𝐶 = 2𝑥 2 − 𝑥 4 + 𝐶
4
Contoh 4.2
Tentukan ∫(𝑥 3 + 2𝑥 − 5)6 (3𝑥 2 + 2) 𝑑𝑥.
Penyelesaian:
Misal 𝑓(𝑥) = 𝑥 3 + 2𝑥 − 5, maka 𝑓 ′ (𝑥) = 3𝑥 2 + 2
(𝑥 3 +2𝑥−5)7
Diperoleh ∫(𝑥 3 + 2𝑥 − 5)6 (3𝑥 2 + 2) 𝑑𝑥 = ∫ 𝑓 6 (𝑥)𝑓 ′ (𝑥)𝑑𝑥 = + 𝐶.
7
Teorema Penggantian merupakan balikan dari Aturan Rantai dalam materi turunan
yang didasari dari turunan fungsi komposisi.
Contoh 4.3
Tentukan ∫ 2. cos 2𝑥 𝑑𝑥.
Penyelesaian:
150
Strategi:
(1) Ingat rumus: ∫ cos 𝑥 𝑑𝑥 = sin 𝑥 + 𝐶.
(2) Jika x diganti 2x, diperoleh ∫ cos 2𝑥 𝑑(2𝑥) = sin 2𝑥 + 𝐶.
Sehingga diperoleh ∫ 2. cos 2𝑥 𝑑𝑥 = ∫ cos 2𝑥 𝑑(2𝑥) = sin 2𝑥 + 𝐶.
Bukti:
Dipunyai 𝑑(𝑈. 𝑉) = 𝑈. 𝑑𝑉 + 𝑉. 𝑑𝑈.
Jadi ∫ 𝑑(𝑈. 𝑉) = ∫(𝑈. 𝑑𝑉 + 𝑉. 𝑑𝑈)
⇔ 𝑈. 𝑉 = ∫ 𝑈. 𝑑𝑉 + ∫ 𝑉. 𝑑𝑈
⇔ ∫ 𝑈. 𝑑𝑉 = 𝑈. 𝑉 − ∫ 𝑉. 𝑑𝑈.
c. Teknik Pengintegralan
Dalam menyelesaikan masalah integral tak tentu maupun integral tertentu,
didapatkan teknik-teknik pengintegralan yang diperoleh dari teorema-teorema yang
151
telah dibahas dalam materi turunan maupun integral, selain itu juga dengan melihat
bentuk fungsi yang diintegralkan.
1) Teknik pengintegralan yang diperoleh dari turunan maupun integral.
Untuk fungsi-fungsi yang mempunyai turunan pada selang tertentu dan 𝐾 suatu
konstanta, berlakulah teknik pengintegralan berikut ini.
No Teknik pengintegralan
1
∫ 𝑑𝑥 = 𝑥 + 𝐶
2 ∫ 𝐾 𝑑𝑥 = 𝐾 ⋅ 𝑥 + 𝐶, dengan 𝐾 suatu konstanta
4
∫[𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 + ∫ 𝑔(𝑥) 𝑑𝑥
5 𝑛
𝑥 𝑛+1
∫ 𝑥 𝑑𝑥 = +𝐶
𝑛+1
6 𝑑𝑥
∫ = ln|𝑥| + 𝐶 = ln 𝐶 |𝑥|
𝑥
7
∫ 𝑒 𝑥 𝑑𝑥 = 𝑒 𝑥 + 𝐶
8 𝑎𝑥
∫ 𝑎 𝑥 𝑑𝑥 = ln 𝑎 + 𝐶 dengan 𝑎 > 0, dan 𝑎 ≠ 1
9
∫ sin 𝑥 𝑑𝑥 = − cos 𝑥 + 𝐶
10
∫ cos 𝑥 𝑑𝑥 = sin 𝑥 + 𝐶
11
∫ sec 2 𝑥 𝑑𝑥 = tan 𝑥 + 𝐶
12
∫ csc 2 𝑥 𝑑𝑥 = − cot 𝑥 + 𝐶
13
∫ sec 𝑥 ⋅ tan 𝑥 𝑑𝑥 = sec 𝑥 + 𝐶
14
∫ csc 𝑥 ⋅ cot 𝑥 𝑑𝑥 = − csc 𝑥 + 𝐶
15
∫ tan 𝑥 𝑑𝑥 = − ln|cos 𝑥| + 𝐶 = ln|sec 𝑥| + 𝐶
16
∫ cot 𝑥 𝑑𝑥 = ln|sin 𝑥| + 𝐶
17
∫ sec 𝑥 𝑑𝑥 = ln|sec 𝑥 + tan 𝑥| + 𝐶
152
No Teknik pengintegralan
18
∫ csc 𝑥 𝑑𝑥 = ln|csc 𝑥 − cot 𝑥| + 𝐶
19 𝑑𝑥
∫ = sin−1 𝑥 + 𝐶 = − cos −1 𝑥 + 𝐶
√1 − 𝑥2
20 𝑑𝑥
∫ = tan−1 𝑥 + 𝐶 = − cot −1 𝑥 + 𝐶
1 + 𝑥2
21 𝑑𝑥
∫ = sec −1 |𝑥| + 𝐶 = − csc −1 |𝑥| + 𝐶
|𝑥|√𝑥 2 −1
22 𝑑𝑢 𝑢 𝑢
∫ = sin−1 ( ) + 𝐶 = − cos −1 ( ) + 𝐶
√𝑎2
− 𝑢2 𝑎 𝑎
23 𝑑𝑢 1 𝑢 1 𝑢
∫ 2 2
= tan−1 ( ) + 𝐶 = − cot −1 ( ) + 𝐶
𝑎 +𝑢 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎
24 𝑑𝑢 1 𝑢 1 𝑢
∫ = sec −1 ( ) + 𝐶 = − csc −1 ( ) + 𝐶
𝑢√𝑢2 − 𝑎2 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎
Contoh 4.5
𝑑𝑥 𝑑𝑥
Tentukan (a) ∫ (b) ∫ √4𝑥−𝑥 2
𝑥 2 +2𝑥+5
Penyelesaian:
𝑑𝑥 𝑑𝑥 1 𝑥+1
(a) ∫ 𝑥 2 +2𝑥+5 = ∫ (𝑥+1)2+22 = 2 tan−1 ( ) + 𝐶.
2
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑥−2
(b) ∫ √4𝑥−𝑥 2 = ∫ = sin−1 ( ) + 𝐶.
√22 −(𝑥−2)2 2
153
= 1 − 2 ⋅ sin2 𝑥
1+cos 2𝑥 1−cos 2𝑥
Jadi cos 2 𝑥 = dan sin2 𝑥 =
2 2
c) Integral bentuk ∫ cos 𝑚 𝑥 ⋅ sin 𝑛 𝑥 𝑑𝑥, ∫ cos 𝑚 𝑥 ⋅ cos 𝑛 𝑥 𝑑𝑥, dan ∫ sin 𝑚 𝑥 ⋅
sin 𝑛 𝑥 𝑑𝑥
Untuk menyelesaikan integral-integral tersebut perlu diingat teorema trigonometri
sebagai berikut.
1
(1) sin 𝑚 𝑥 ⋅ cos 𝑛 𝑥 = 2 [sin( 𝑚𝑥 + 𝑛𝑥) + sin( 𝑚𝑥 − 𝑛𝑥)]
1
(2) cos 𝑚 𝑥 ⋅ cos 𝑛 𝑥 = 2 [cos( 𝑚𝑥 + 𝑛𝑥) + cos( 𝑚𝑥 − 𝑛𝑥)]
1
(3) sin 𝑚 𝑥 ⋅ sin 𝑛 𝑥 = 2 [cos( 𝑚𝑥 − 𝑛𝑥) − cos( 𝑚𝑥 + 𝑛𝑥)]
154
Jelas∫ cos3 𝑥 . 𝑑𝑥 = ∫ cos2 𝑥 . cos 𝑥 . 𝑑𝑥
= ∫(1 − sin2 𝑥). cos 𝑥 . 𝑑𝑥
= ∫ cos 𝑥 . 𝑑𝑥 − ∫ sin2 𝑥 . 𝑑(sin 𝑥)
sin3 𝑥
= sin 𝑥 − + 𝐶.
3
Contoh 4.7
Tentukan ∫ sin2 𝑥 . cos3 𝑥 . 𝑑𝑥.
Penyelesaian:
Jelas ∫ sin2 𝑥 . cos 3 𝑥 . 𝑑𝑥 = ∫ sin2 𝑥 . cos 2 𝑥 . cos 𝑥 . 𝑑𝑥
= ∫ sin2 𝑥 . cos2 𝑥 . 𝑑(sin 𝑥)
= ∫ sin2 𝑥 . (1 − sin2 𝑥). 𝑑(sin 𝑥)
=∫ sin2 𝑥 . 𝑑(sin 𝑥) − ∫ sin4 𝑥 . 𝑑(sin 𝑥)
sin3 𝑥 sin5 𝑥
= − + 𝐶.
3 3
polinomial/suku banyak disebut fungsi rasional. Jika derajat 𝑝(𝑥) lebih tinggi dari
derajat 𝑞(𝑥) maka 𝑓(𝑥) disebut fungsi rasional tak sejati, sedangkan jika derajat
𝑝(𝑥) kurang dari derajat 𝑞(𝑥), maka 𝑓(𝑥) disebut fungsi rasional sejati. Teknik
pengintegralannya fungsi rasional tak sejati diubah menjadi fungsi rasional sejati
dengan pembagian. Setelah menjadi fungsi rasional sejati, berikutnya jadikan
sebagai penjumlahan dengan penyebut faktor-faktornya.
Contoh 4.8
1 𝐴 𝐵
(a) Pecahan (𝑥−1)(𝑥+2) diubah menjadi 𝑥−1 + 𝑥+2 .
𝑥+2 𝐴 𝐵
(b) Pecahan (𝑥−1)2 diubah menjadi 𝑥−1 + (𝑥−1)2 .
𝑥 2 −6𝑥+1 𝐴 𝐵𝑥+𝐶
(c) Pecahan 𝑥(𝑥 2 −𝑥−1) diubah menjadi 𝑥 + 𝑥 2 −𝑥−1 .
Contoh 4.9
2𝑑𝑥
Tentukanlah ∫ 𝑥 2 −𝑥−2.
Strategi:
155
(1) Faktorkan 𝑥 2 − 𝑥 − 2 menjadi (𝑥 − 2)(𝑥 + 1).
2 𝐴 𝐵
(2) Selanjutnya 𝑥 2 −𝑥−2 = 𝑥−2 + 𝑥+1 .
2 2
(3) Diperoleh: 𝐴 = 3 dan 𝐵 = − 3 .
Penyelesaian:
2𝑑𝑥 2 𝑑𝑥 2 𝑑𝑥 2 2
∫ 𝑥 2 −𝑥−2 = 3 ∫ 𝑥−2 − 3 ∫ 𝑥+1 = 3 ln|𝑥 − 2| − 3 ln|𝑥 + 1| + 𝐶 .
1 + 2 + 3 + ⋯ + 20 = ∑ 𝑖
𝑖=1
yang dibaca “sigma 𝑖, 𝑖 dari 1 sampai 20”. Dengan cara serupa, deret berikut dapat
dinyatakan dalam notasi sigma.
100
(𝑎) 12 + 22 + 32 + ⋯ + 1002 = ∑ 𝑝2
𝑝=1
𝑛
(𝑏) 𝑘1 + 𝑘2 + 𝑘3 + ⋯ + 𝑘𝑛 = ∑ 𝑘𝑖
𝑖=1
𝑛
1 1 1 1 1
(𝑐) + + + ⋯+ =∑
3.3 + 3 3.4 + 3 3.5 + 3 3. 𝑛 + 3 3. 𝑘 + 3
𝑘=1
156
Berikut ini merupakan teorema yang sering digunakan, khususnya dalam
perhitungan integral tertentu melalui limit jumlah Riemann.
Teorema 4.7
𝑛
𝑏. ∑ 𝑐. 𝑎𝑖 = 𝑐. ∑ 𝑎𝑖
𝑖=1 𝑖=1
𝑛 𝑛 𝑛
𝑐. ∑(𝑐. 𝑎𝑖 + 𝑑. 𝑏𝑖 ) = 𝑐. ∑ 𝑎𝑖 + 𝑑. ∑ 𝑏𝑖
𝑖=1 𝑖=1 𝑖=1
Sebagian masalah deret dan notasi sigma dapat diselesaikan dengan induksi
matematika yang merupakan pembuktian kebenaran suatu pernyataan 𝑃(𝑛) benar
untuk setiap bilangan asli atau bilangan cacah 𝑛. Dua langkah baku dalam induksi
matematika, yaitu:
(i) pertama 𝑃(1) benar dan
(ii) kedua 𝑃(𝑘 + 1) benar apabila 𝑃(𝑘) benar.
Dengan demikian dapat dinyatakan:
𝑃(1) benar
𝑃(𝑛) benar ⇔ {
𝑃(𝑘 + 1) benar apabila P(𝑘) benar
Contoh 4.10
𝑛(𝑛+1)
Buktikan: 1 + 2 + 3+. . . +𝑛 = .
2
Bukti:
Tulis 1 + 2 + 3 + ⋯ + 𝑛 = ∑𝑛𝑖=1 𝑖 .
𝑛(𝑛+1)
Tulis 𝑃(𝑛) = ∑𝑛𝑖=1 𝑖 = .
𝑛
1⋅(1+1)
Jelas 𝑃(1): ∑1𝑖=1 𝑖 = .
2
1⋅(1+1)
Jelas ∑1𝑖=1 𝑖 = 1 dan = 1.
2
157
𝑘(𝑘+1) (𝑘+1)[(𝑘+1)+1]
Jelas ∑𝑘+1 𝑘
𝑖=1 𝑖 = (∑𝑖=1 𝑖 ) + (𝑘 + 1) = + (𝑘 + 1) = .
2 2
b. Jumlah Riemann
Berikut ini disajikan pengertian partisi dan jumlah Riemann suatu fungsi yang
merupakan dasar pendefinisian integral tertentu.
Definisi 4.2
Dipunyai [𝑎, 𝑏] suatu selang tutup. Suatu partisi 𝑃𝑛 untuk selang [𝑎, 𝑏] adalah
sebarang himpunan yang terdiri (𝑛 + 1) bilangan {𝑥0 , 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 }, dengan
𝑎 = 𝑥0 < 𝑥1 < 𝑥2 < ⋯ < 𝑥𝑛 = 𝑏.
Catatan:
Panjang subselang ke-𝑖, dinyatakan dengan ∆𝑖 𝑥, dengan ∆𝑖 𝑥 = 𝑥𝑖 − 𝑥𝑖−1 , dan 𝑖 =
1, 2, 3, … , 𝑛.
Panjang subselang terbesar dari partisi 𝑃𝑛 dinyatakan dengan ‖𝑃𝑛 ‖ dibaca dengan
“norm 𝑃𝑛 ”.
Contoh 4.11
1 1 2 3 4
Periksa apakah {0, 6 , 5 , 5 , 5 , 5 , 1} merupakan suatu partisi untuk selang [0,1]. Jika
158
Definisi 4.3
Dipunyai 𝑓: [𝑎, 𝑏] → ℝ. suatu fungsi, 𝑃𝑛 suatu partisi untuk selang [𝑎, 𝑏], dan
𝑡𝑖 ∈ [𝑥𝑖−1 , 𝑥𝑖 ]. Bangun 𝑅𝑛 = ∑ 𝑓(𝑡𝑖 ). ∆𝑖 𝑥.
Bangun 𝑅𝑛 disebut Jumlah Riemann untuk 𝑓 pada selang [a,b].
Contoh 4.12
Hitunglah jumlah Riemann untuk fungsi 𝑓(𝑥) = 9 − 𝑥 pada selang [0,9] memakai
partisi 0 < 1 < 2 < 4 < 6 < 7 < 9 dan titik-titik sampel 𝑡𝑖 merupakan
titik-titik tengah subselang ke-𝑖.
Penyelesaian:
Misalkan 𝑥0 = 0, 𝑥1 = 1, 𝑥2 = 2, 𝑥3 = 4, 𝑥4 = 6, 𝑥5 = 7, dan 𝑥6 = 9.
Selanjutnya diperoleh:
𝑥1 −𝑥0 1−0 1
𝑡1 = 𝑥0 + =0+ = 2,
2 2
𝑥2 −𝑥1 2−1 3
𝑡2 = 𝑥1 + =1+ = 2,
2 2
𝑥3 −𝑥2 4−2
𝑡3 = 𝑥2 + = 2+ = 3,
2 2
𝑥4 −𝑥3 6−4
𝑡4 = 𝑥3 + = 4+ = 5,
2 2
𝑥5 −𝑥4 7−6 13
𝑡5 = 𝑥4 + = 6+ = , dan
2 2 2
𝑥6 −𝑥5 9−7
.𝑡6 = 𝑥5 + =7+ = 8.
2 2
3. Integral Tertentu
Berikut ini Saudara akan mengkaji konsep integral Riemann yang dikenal
sebagai integral tertentu dan selanjutnya akan dikaji pula teorema-teoremanya.
159
Teorema yang sangat menarik tentunya adalah Teorema Dasar Kalkulus 1 dan 2,
yang membuat perhitungan integral yang sebelumnya lama menjadi sangat singkat.
a. Integral Tertentu
Berikut ini didefinisikan pengertian integral tertentu sebagai limit jumlah
Riemann.
Definisi 4.4
Dipunyai fungsi 𝑓: [𝑎, 𝑏] → ℝ.
Jika lim ∑𝑛𝑖=1 𝑓(𝑡𝑖 ). ∆𝑖 𝑥 ada, maka dikatakan fungsi f terintegralkan secara
‖𝑃‖→0
Catatan:
1) ∆𝑖 𝑥 adalah panjang subselang ke-𝑖, ∆𝑖 𝑥 = 𝑥𝑖 − 𝑥𝑖−1 , 𝑖 = 1, 2, 3, … , 𝑛,
sedangkan 𝑡𝑖 ∈ [𝑥𝑖−1 , 𝑥𝑖 ].
2) Dalam kasus selang [𝑎, 𝑏] dibagi menjadi 𝑛 bagian sama panjang, maka
‖𝑃‖ → 0 ⇔ 𝑛 → ∞.
𝑏
3) Pada bentuk ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥, 𝑓 disebut integran, 𝑎 disebut batas bawah, dan 𝑏
disebut batas atas.
4) Dalam kasus fungsi 𝑓 kontinu pada selang [𝑎, 𝑏] dan 𝑓(𝑥) ≥ 0 pada [𝑎, 𝑏],
𝑏
∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 menyatakan luas daerah yang dibatasi oleh grafik 𝑓, garis 𝑥 =
𝑎, garis 𝑥 = 𝑏, dan sumbu X.
5) Integral tertentu adalah suatu bilangan riil yang dapat bernilai positif, nol,
dan negatif.
Contoh 4.13
4
1. Hitunglah ∫1 (𝑥 − 3)𝑑𝑥 dengan menggunakan limit Jumlah Riemann.
Penyelesaian:
Misalkan 𝑓(𝑥) = 𝑥 − 3.
160
Bangun partisi untuk selang [1,4] yang membagi selang [1,4] menjadi 𝑛 buah
subselang yang sama panjang.
4−1 3
Diperoleh ∆𝑖 𝑥 = = 𝑛 untuk setiap 𝑖 = 1,2, 3, , 𝑛. Berikutnya diperoleh:
𝑛
3 3 3 3
𝑥0 = 1, 𝑥1 = 1 + 𝑛 , 𝑥2 = 1 + 2. 𝑛 , … , 𝑥𝑖−1 = 1 + (𝑖 − 1). 𝑛 , 𝑥𝑖 = 1 + 𝑖. 𝑛, dan
𝑥𝑛 = 4.
Pilih 𝑡𝑖 = 𝑥𝑖 untuk setiap 𝑡𝑖 ∈ [𝑥𝑖−1 , 𝑥𝑖 ].
3𝑖 3𝑖 3𝑖
Jadi 𝑓(𝑡𝑖 ) = 𝑓(𝑥𝑖 ) = 𝑓 (1 + ) = 1 + −3= − 2.
𝑛 𝑛 𝑛
4
Jadi ∫1 (𝑥 − 3)𝑑𝑥 = lim ∑𝑛𝑖=1 𝑓(𝑡𝑖 ). ∆𝑖 𝑥
‖𝑃‖→0
𝑛
3𝑖 3
= lim ∑ ( − 2) .
𝑛→∞ 𝑛 𝑛
𝑖=1
𝑛 𝑛
9 6
= lim ( 2 ∑ 𝑖 − ∑ 1)
𝑛→∞ 𝑛 𝑛
𝑖=1 𝑖=1
9 𝑛(𝑛+1) 6
= lim (𝑛2 . − 𝑛 . 𝑛)
𝑛→∞ 2
9
= −6
2
3
= − 2.
𝑏
2. Hitunglah ∫𝑎 𝑥𝑑𝑥.
Penyelesaian:
Bangun partisi untuk selang [𝑎, 𝑏] yang membagi selang [𝑎, 𝑏] menjadi 𝑛 buah
subselang yang sama panjang.
𝑏−𝑎
Jelas 𝛥𝑖 𝑥 = untuk setiap 𝑖 = 1, 2, 3, … , 𝑛.
𝑛
𝑏−𝑎 2(𝑏−𝑎) (𝑖−1)(𝑏−𝑎)
Jadi 𝑥0 = 𝑎, 𝑥1 = 𝑎 + , 𝑥2 = 𝑎 + ,…, 𝑥𝑖−1 = 𝑎 + , 𝑥𝑖 =
𝑛 𝑛 𝑛
𝑖(𝑏−𝑎)
𝑎+ dan 𝑥𝑛 = 𝑏.
𝑛
Pilih t i = xi −1 .
𝑏 𝑛
161
𝑛
(𝑖 − 1)(𝑏 − 𝑎) 𝑏 − 𝑎
= lim ∑ [𝑎 + ].
𝑛→∞ 𝑛 𝑛
𝑖=1
𝑛
𝑎(𝑏 − 𝑎) 𝑏−𝑎 2
= lim ∑ [ +( ) (𝑖 − 1)]
𝑛→∞ 𝑛 𝑛
𝑖=1
𝑛 𝑛
𝑎(𝑏 − 𝑎) 𝑏−𝑎 2
= lim [ ∑1 + ( ) ∑(𝑖 − 1)]
𝑛→∞ 𝑛 𝑛
𝑖=1 𝑖=1
2
𝑎(𝑏 − 𝑎) 𝑏−𝑎 𝑛(𝑛 + 1)
= lim [ .𝑛 +( ) .( − 𝑛)]
𝑛→∞ 𝑛 𝑛 2
𝑏 2 − 2𝑎𝑏 + 𝑎2
= 𝑎𝑏 − 𝑎2 +
2
𝑏 2 − 𝑎2
= .
2
Definisi 4.5
𝑎
(1) Jika 𝑓(𝑎) terdefinisi maka ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 0 .
𝑎 𝑎 𝑏
(2) Jika 𝑎 > 𝑏 dan ∫𝑏 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 terdefinisi, maka ∫𝑏 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = − ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 .
Suatu fungsi akan terintegral secara Riemann jika fungsi tersebut kontinu
dan terbatas pada suatu selang sebagaimana dinyatakan dalam Teorema 4.8.
Teorema 4.8
Jika fungsi 𝑓 kontinu pada selang [𝑎, 𝑏], maka 𝑓 terintegral secara Riemann pada
selang [𝑎, 𝑏].
Akibatnya pada selang tutup [𝑎, 𝑏], fungsi-fungsi sejenis polinomial, sinus, cosinus,
maupun fungsi rasional yang penyebutnya tidak sama dengan 0 akan terintegral
secara Riemann.
162
Sebagai akibat dari Definisi 4.4 dan Teorema 4.7, pada selang [𝑎, 𝑏], secara
khusus untuk 𝑓(𝑥) = 1 diperoleh Teorema 4.9 dan secara umum untuk 𝑓(𝑥) =
𝐾, 𝐾 suatu konstanta diperoleh Teorema 4.10.
Teorema 4.9
𝑏 𝑛
∫ 𝑑𝑥 = lim ∑ ∆𝑖 𝑥 = 𝑏 − 𝑎
‖𝑃‖→0
𝑎 𝑖=1
Teorema 4.10
𝑏 𝑛
Sebagaimana Teorema 4.3 pada integral tak tentu, sifat kelinierannya juga berlaku
pada integral tertentu.
Selanjutnya teorema yang diperoleh dari batas bawah dan atas yang merupakan
penjumlahan dua selang.
Contoh 4.14
163
4 1 4 4 6 4
∫0 𝑥 2 𝑑𝑥 = ∫0 𝑥 2 𝑑𝑥 + ∫1 𝑥 2 𝑑𝑥 dan ∫0 𝑥 2 𝑑𝑥 = ∫0 𝑥 2 𝑑𝑥 + ∫6 𝑥 2 𝑑𝑥, ruas kanan
merupakan bentuk dengan urutan c yang berbeda, namun jika dihitung memiliki hasil
yang sama. Teorema 4.12 dapat diperluas untuk lebih dari dua selang, misalnya tiga
𝑏 𝑐 𝑑 𝑏
selang: ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫𝑐 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫𝑑 𝑓(𝑥)𝑑𝑥.
Teorema 4.13 menjamin jika nilai fungsinya tak negatif pada selang [𝑎, 𝑏],
maka nilai integralnya juga tak negatif. Hal ini disebabkan integral Riemann-nya
tidak mungkin bernilai negatif.
Teorema 4.13
Jika 𝑓 terintegral pada selang [𝑎, 𝑏] dan 𝑓(𝑥) ≥ 0 pada selang [𝑎, 𝑏] maka
𝑏
∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≥ 0.
Teorema 4.14 adalah akibat dari Teorema 4.13, teorema ini juga memperlihatkan
bahwa integral tertentu melestarikan sifat perbandingan.
Teorema 4.14
Jika 𝑓 dan 𝑔 terintegral pada selang [𝑎, 𝑏] dan 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) pada [𝑎, 𝑏] maka
𝑏 𝑏
∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≤ ∫𝑎 𝑔(𝑥)𝑑𝑥.
Karena 𝑓(𝑥) ≤ 𝑔(𝑥) maka 𝑔(𝑥) − 𝑓(𝑥) ≥ 0, sehingga menurut Teorema 4.13,
𝑏 𝑏 𝑏 𝑏
∫𝑎 𝑔(𝑥)𝑑𝑥 − ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≥ 0. Akibatnya ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≤ ∫𝑎 𝑔(𝑥)𝑑𝑥.
Nilai dari integral tertentu mempunyai batas yang dapat diperhitungkan dari
nilai minimum dan maksimum fungsinya. Sifat keterbatasan ini disajikan oleh
Teorema 4.15.
Teorema 4.15
Jika 𝑓 kontinu pada selang [𝑎, 𝑏], 𝑚 = min 𝑓(𝑥), dan 𝑀 = max 𝑓(𝑥), maka
𝑎≤𝑥≤𝑏 𝑎≤𝑥≤𝑏
𝑏
𝑚(𝑏 − 𝑎) ≤ ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≤ 𝑀(𝑏 − 𝑎).
164
Teorema 4.16 (Teorema Dasar Kalkulus 1)
Jika 𝑓 kontinu pada selang [𝑎, 𝑏] dan 𝑥 suatu titik dalam [𝑎, 𝑏], maka
𝑥
𝑑[∫𝑎 𝑓(𝑡)𝑑𝑡]
= 𝑓(𝑥)
𝑑𝑥
Contoh 4.15
𝑥
𝑑[∫1 𝑡 2 𝑑𝑡 ]
Tentukan 𝑑𝑥
Penyelesaian:
𝑥
𝑑[∫1 𝑡 2 𝑑𝑡 ]
Berdasarkan Teorema 4.16 diperoleh = 𝑥2.
𝑑𝑥
𝑏 𝑔(𝑏)
′
∫ 𝑓(𝑔(𝑥))𝑔 (𝑥)𝑑𝑥 = ∫ 𝑓(𝑢)𝑑𝑢
𝑎 𝑔(𝑎)
dengan 𝑢 = 𝑔(𝑥).
165
Contoh 4.16
1 1 1
Hitunglah: (a) ∫0 (𝑥 + 𝑥 2 )𝑑𝑥 (b) ∫0 8𝑥 3 𝑑𝑥 (c) ∫0 (3𝑥 2 − 6𝑥 − 5)𝑑𝑥 .
Penyelesaian:
1 1 1 1 1 5
(a) ∫0 (𝑥 + 𝑥 2 )𝑑𝑥 = ∫0 𝑥. 𝑑𝑥 + ∫0 𝑥 2 . 𝑑𝑥 = 2 + 3 = 6.
1
(b) ∫0 8𝑥 3 𝑑𝑥 = 2𝑥 4 ]10 = 2.
1
(c) ∫0 (3𝑥 2 − 6𝑥 − 5)𝑑𝑥 = 𝑥 3 − 3𝑥 2 − 5𝑥]10 = 1 − 3 − 5 = −7.
Sifat khusus integral tertentu pada fungsi genap dan fungsi ganjil disajikan pada
Teorema 4.20
Teorema 4.20
Jika 𝑓 fungsi genap, yaitu suatu fungsi yang memenuhi sifat 𝑓(−𝑥) = 𝑓(𝑥) , maka:
𝑎 𝑎
∫−𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 2 ∫0 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 dan
jika 𝑓 fungsi ganjil, yaitu suatu fungsi yang memenuhi sifat 𝑓(−𝑥) = − 𝑓(𝑥),
𝑎
maka ∫−𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 0.
4. Aplikasi Integral
Dalam pembahasan materi aplikasi integral ini, penguasaan materi turunan dan
kemampuan menggambar grafik fungsi sangat mendukung dalam membahas dan
menyelesaikan materi aplikasi integral, penguasaan tersebut dibutuhkan dalam
menentukan proses pengintegralan dan perhitungannya. Materi aplikasi integral
yag dibahas dalam modul ini antara lain adalah luas daerah pada bidang datar,
volume benda putar, panjang busur grafik fungsi, dan luas permukaan benda putar.
Aplikasi integral yang lain adalah penghitungan besar usaha, kekuatan fluida,
momen, pusat massa, peluang, dan variabel random, materi tentang aplikasi
integral ini dapat dipelajari lebih lanjut dalam buku dalam daftar pustaka rujukan
nomor 1, 3, dan 5.
166
Definisi 4.6
Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi 𝑓 dengan 𝑓(𝑥) ≥ 0
untuk semua 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏], 𝑥 = 𝑎, 𝑥 = 𝑏, dan sumbu X. Jika L adalah luas daerah
D, maka
𝑏
𝐿 = ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥.
𝑏
Gambar 4.1 Luas daerah D = 𝐿 = ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
Definisi 4.7
Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi dua grafik fungsi 𝑓 dan 𝑔 dengan
𝑓(𝑥) ≥ 𝑔(𝑥) untuk semua 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏], 𝑥 = 𝑎, dan 𝑥 = 𝑏. Jika L adalah luas
daerah D, maka
𝑏
𝐿 = ∫𝑎 [𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥.
𝑏
Gambar 4.2 Luas daerah D = 𝐿 = ∫𝑎 [𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥
167
Teorema 4.21
Dipunyai D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi 𝑓 yang kontinu pada
[𝑎, 𝑏] dan 𝑓(𝑥) < 0 untuk semua 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏], sumbu X, 𝑥 = 𝑎, dan 𝑥 = 𝑏. Jika
L adalah luas daerah D, maka
𝑏
𝐿 = − ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥.
𝑏
Gambar 4.3 Luas daerah D = 𝐿 = − ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
Dari Definisi 4.6 dan Teorema 4.21 diperoleh simpulan dalam Teorema 4.22.
Teorema 4.22
Jika D adalah daerah daerah tertutup yang dibatasi grafik fungsi 𝑓, garis 𝑥 =
𝑏
𝑎, 𝑥 = 𝑏, dan sumbu X maka 𝐿 = ∫𝑎 |𝑓(𝑥)|𝑑𝑥.
Jika integralnya terhadap sumbu Y maka diperoleh seperti pada Gambar 4.4.
168
Hitunglah luas daerah D yang dibatasi oleh grafik fungsi 𝑓(𝑥) = √𝑥 + 2 dan
sumbu 𝑋 di antara 𝑥 = 1 dan 𝑥 = 4.
Penyelesaian:
Jelas fungsi 𝑓 kontinu pada selang [1,4] dan 𝑓(𝑥) ≥ 0 untuk semua 𝑥 di [1,4].
Tulis 𝐿: luas daerah D.
1
4 4
Jadi 𝐿 = ∫1 (√𝑥 + 2). 𝑑𝑥 = ∫1 (𝑥 2 + 2). 𝑑𝑥
3 4
2.𝑥 2 32
=[ + 2. 𝑥] = satuan luas.
3 3
1
Contoh 4.18
Hitunglah luas daerah D yang dibatasi oleh grafik fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 − 4 dan sumbu
𝑋 di antara 𝑥 = −1 dan 𝑥 = 1.
Penyelesaian:
Jelas fungsi 𝑓 kontinu pada selang [−1,1] dan 𝑓(𝑥) < 0 untuk semua 𝑥 di [−1,1].
Tulis 𝐿: luas daerah D.
1 1
Jadi 𝐿 = ∫−1 −(𝑥 2 − 4). 𝑑𝑥 = ∫−1(−𝑥 2 + 4). 𝑑𝑥
1
𝑥3 1 1 22
= [− + 4𝑥] = (− 3 + 4) − (3 − 4) = satuan luas.
3 −1 3
Contoh 4.19
Hitunglah luas daerah D yang dibatasi grafik fungsi 𝑓(𝑦) = 𝑦 2 dan 𝑔(𝑦) = √𝑦.
Penyelesaian:
169
Pada daerah D, grafik fungsi 𝑔 berada di kanan 𝑓, selain itu grafik fungsi 𝑓 dan 𝑔
berpotongan di titik (0,0) dan (1,1), dengan kata lain daerah D dibatasi 𝑦 =
0 dan 𝑦 = 1. kontinu pada selang [𝑎, 𝑏] dan 𝑓(𝑥) < 0 untuk semua 𝑥 di [−1,1].
Tulis 𝐿: luas daerah D.
1 1 1
Jadi 𝐿 = ∫0 (√𝑦 − 𝑦 2 ). 𝑑𝑦 = ∫0 (𝑦 2 − 𝑦 2 ). 𝑑𝑦
3 1
2.𝑦 2 𝑦3 2 1 1
=[ − ] = (3 − 3) − (0 − 0) = 3 satuan luas.
3 3
0
1) Metode Cakram
Dipunyai fungsi f kontinu pada selang [𝑎, 𝑏]. Misalkan daerah D dibatasi oleh
grafik 𝑓, sumbu 𝑋, 𝑥 = 𝑎, dan 𝑥 = 𝑏 diputar dengan poros sumbu 𝑋 akan
membangun suatu benda putar.
Volume benda putar tersebut akan dicari dengan menggunakan metode cakram
seperti pada Gambar 4.6.
Bangun partisi untuk selang [𝑎, 𝑏].
Pilih titik sampel 𝑡𝑖 ∈ [𝑥𝑖−1 , 𝑥𝑖 ].
Volume cakram ke-i adalah
𝑉𝑖 = 𝜋. [𝑓(𝑡𝑖 )]2 . ∆𝑖 𝑥
Jadi 𝑉 = lim ∑ni=1 𝜋. [𝑓(𝑡𝑖 )]2 . ∆𝑖 𝑥
‖p‖→0
𝑏
= 𝜋 ∫𝑎 [𝑓(𝑥)]2 𝑑𝑥.
170
Gambar 4.6.a Daerah D diputar Gambar 4.6.b Volume ke-i benda
terhadap sumbu 𝑋 putar dengan metode
cakram
2) Metode Cincin
Misalkan daerah D dibatasi oleh grafik fungsi 𝑔 dan ℎ dengan 𝑔(𝑥) ≥ ℎ(𝑥)
pada [𝑎, 𝑏], 𝑥 = 𝑎, dan 𝑥 = 𝑏. Akan ditentukan volume benda yang terjadi
jika daerah D diputar terhadap sumbu 𝑋.
Buat partisi untuk selang [𝑎, 𝑏] pada sumbu 𝑋.
Pilih titik sampel 𝑡𝑖 ∈ [𝑥𝑖−1 , 𝑥𝑖 ].
Tulis 𝑉𝑖 : volume cincin ke-𝑖
Jelas 𝑉𝑖 = 𝜋. [𝑔(𝑡𝑖 )]2 . ∆𝑖 𝑥 − 𝜋. [ℎ(𝑡𝑖 )]2 . ∆𝑖 𝑥
= 𝜋. [[𝑔(𝑡𝑖 )]2 − [ℎ(𝑡𝑖 )]2 ]. ∆𝑖 𝑥
Jadi 𝑉 = lim ∑ni=1 𝜋. [[𝑔(𝑡𝑖 )]2 − [ℎ(𝑡𝑖 )]2 ]. ∆𝑖 𝑥.
‖p‖→0
𝑏
= 𝜋 ∫ [[𝑔(𝑥)]2 − [ℎ(𝑥)]2 ]𝑑𝑥.
𝑎
171
Gambar 4.7.a Daerah D diputar Gambar 4.7.b Volume ke-i benda putar
terhadap sumbu 𝑋 dengan metode cincin
172
Contoh 4.20
Dipunyai daerah D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik fungsi yang disajikan
dengan 𝑦 = 𝑥 2 dan 𝑦 = 𝑥. Hitunglah volume benda yang terjadi apabila daerah D
diputar mengelilingi sumbu 𝑌 menggunakan metode sel silinder.
Penyelesaian:
Tulis 𝑥 = 𝑓(𝑥) dan 𝑥 2 = 𝑔(𝑥).
Jelas 𝑓(𝑥) ≥ 𝑔(𝑥) pada [0,1].
Bangun partisi untuk selang [0,1].
Pilih 𝑡𝑖 tengah-tengah [𝑥𝑖−1 , 𝑥𝑖 ].
1
Jadi 𝑉 = 2𝜋. ∫0 𝑥. [𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)] . 𝑑𝑥
1
= 2𝜋. ∫ (𝑥 2 − 𝑥 3 ). 𝑑𝑥
0
1
𝑥3 𝑥4
= 2𝜋. [ − ]
3 4 0
𝜋
= satuan volume.
6
𝑓(𝑥𝑖 ) − 𝑓(𝑥𝑖−1 ) 2
= √1 + ( ) ⋅ (𝑥𝑖 − 𝑥𝑖−1 ).
𝑥𝑖 − 𝑥𝑖−1
Dipunyai 𝑓 mempunyai turunan pada [𝑎, 𝑏], sehingga 𝑓 juga mempunyai turunan
pada selang [𝑥𝑖−1 , 𝑥𝑖 ]. Pilih 𝑡𝑖 ∈ [𝑥𝑖−1 , 𝑥𝑖 ] sehingga
173
𝑓(𝑥𝑖 ) − 𝑓(𝑥𝑖−1 )
𝑓 ′ (𝑡𝑖 ) = .
𝑥𝑖 − 𝑥𝑖−1
Jadi 𝐽𝑖 = √1 + [𝑓 ′ (𝑡𝑖 )]2 . ∆𝑖 𝑥.
Jadi panjang busur grafik 𝑓 dari titik 𝑃0 (𝑎, 𝑓(𝑎)) sampai titik 𝑃𝑛 (𝑏, 𝑓(𝑏)) adalah
𝑛
Penyelesaian:
𝑦3 1
Jelas 6𝑥𝑦 − 𝑦 4 − 3 = 0 ⇔ 𝑥 = + 2𝑦.
6
𝑦3 1
Tulis 𝑓(𝑦) = + 2𝑦.
6
𝑦3 1
𝑑[𝑓(𝑦)] 𝑑( + ) 𝑦2 1
6 2𝑦
Jadi 𝑓′(𝑦) = = = − 2𝑦 2.
𝑑𝑦 𝑑𝑦 2
174
3 3 𝑦2 1
Jadi 𝐽 = ∫2 √1 + |𝑓 ′ (𝑦)|2 . 𝑑𝑦 = ∫2 ට1 + − 2𝑦 2 . 𝑑𝑦
2
3 3
𝑦2 1 𝑦3 1 13
= ∫ ( + 2 ) 𝑑𝑦 = [ − ] = .
2 2 2𝑦 6 𝑦2 4
13
Jadi panjang busur yang dimaksud adalah satuan.
4
𝑓(𝑥𝑖 )−𝑓(𝑥𝑖−1 ) 2
= 𝜋 ⋅ [𝑓(𝑥𝑖−1 ) + 𝑓(𝑥𝑖 )] ⋅ ට1 + ( ) ⋅ (𝑥𝑖 − 𝑥𝑖−1 )
𝑥𝑖 −𝑥𝑖−1
175
= 𝜋 ⋅ [𝑓(𝑥𝑖−1 ) + 𝑓(𝑥𝑖 )] ⋅ √1 + [𝑓′(𝑡𝑖 )]2 ⋅ 𝛥𝑖 𝑥
= [2𝜋 ⋅ 𝑟 ⋅ 𝑥]𝑎−𝑎
= 4𝑎𝑟 satuan luas.
Untuk memperjelas pemahaman, Saudara dapat melihat ppt berikut ini. [PPT-
M3-KB4]
E. Forum Diskusi
Silahkan selesaikan soal berikut dengan berdiskusi bersama teman sejawat
Saudara.
Buatlah analisis terkait masalah perhitungan integral tertentu dan masalah
perhitungan luas suatu daerah menggunakan aplikasi integral berikut ini, berikan
jawaban Saudara, lakukan evaluasi terhadap jawaban tersebut, dan terakhir
buatlah kesimpulan.
Petunjuk pengerjaan:
a. Sketsa dan arsirlah daerah D yang dibatasi oleh grafik 𝑓(𝑥) = 𝑥 − 3, sumbu
𝑋, 𝑥 = 1, dan 𝑥 = 6.
6
b. Selanjutnya hitunglah ∫1 (𝑥 − 3)𝑑𝑥.
c. Kemudian hitunglah luas daerah D dengan menggunakan aplikasi integral.
d. Buatlah analisis dan evaluasi terhadap hasil jawaban 2 dan 3.
176
e. Hitunglah luas daerah D yang diarsir menggunakan cara lain, misalnya luas
daerah segitiga.
f. Berikan dua pasang contoh masalah terkait perhitungan integral tertentu dan
perhitungan luas suatu daerah menggunakan aplikasi integral, sepasang
contoh menghasilkan jawaban yang sama dan sepasang contoh
menghasilkan jawaban yang berbeda. (Contoh dapat Saudara rekonstruksi
atau modifikasi dari masalah di atas)
g. Berdasarkan hasil jawaban dan contoh yang Saudara berikan, buatlah
kesimpulan dari hasil pengerjaan dan diskusi Saudara.
F. Rangkuman
Selamat ya ...... Saudara telah berhasil menyelesaikan kegiatan belajar tentang
antiturunan, integral, dan aplikasi integral. Hal-hal penting yang telah saudara
pelajari dalam kegiatan belajar ini dapat dibaca pada rangkuman berikut ini.
1. Antiturunan atau integral tak tentu merupakan balikan dari turunan. Jika
𝐹 ′ (𝑥) = 𝑓(𝑥) untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 maka F disebut suatu antiturunan f pada
selang I. Keberadaan antiturunan tidak tunggal, untuk menunjukkan semua
antiturunan 𝑓, dapat dituliskan dengan 𝐹(𝑥) = 𝑥 2 + 𝐶, dengan 𝐶 sebarang
konstanta.
2. Teorema-teorema dalam integral tak tentu antara lain sebagai berikut.
𝑥 𝑟+1
a. Jika r sebarang bilangan rasional kecuali −1, maka ∫ 𝑥 𝑟 𝑑𝑥 = +𝐶
𝑟+1
177
e. Penggantian: dipunyai 𝑔 mempunyai turunan pada 𝐷𝑔 dan 𝑅𝑔 ⊂ 𝐼 dengan I
adalah suatu selang. Jika 𝑓 terdefinisi pada selang 𝐼 sehingga 𝐹 ′ (𝑥) = 𝑓(𝑥),
maka ∫ 𝑓[𝑔(𝑥)]𝑔′ (𝑥) 𝑑𝑥 = 𝐹[𝑔(𝑥)] + 𝐶.
f. Integral Parsial: Jika U dan V adalah fungsi-fungsi yang mempunyai turunan
pada selang buka I, maka ∫ 𝑈. 𝑑𝑉 = 𝑈. 𝑉 − ∫ 𝑉. 𝑑𝑈.
g. Jika dijumpai integral fungsi trigonometri yang rumit, diusahakan dapat
dikembalikan ke dalam bentuk yang pokok.
𝑝(𝑥)
h. Untuk mengintegralkan fungsi rasional 𝑓(𝑥) = dicek dulu derajat 𝑝(𝑥)
𝑞(𝑥)
fungsi 𝑓 terintegralkan secara Riemann pada selang [𝑎, 𝑏]. Selanjutnya ditulis
𝑏
lim ∑𝑛𝑖=1 𝑓(𝑡𝑖 ). ∆𝑖 𝑥 = ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 disebut integral tertentu (integral
‖𝑃‖→0
178
7. Teorema-teorema Integral Tertentu:
𝑏
a. ∫𝑎 𝑑𝑥 = lim ∑𝑛𝑖=1 ∆𝑖 𝑥 = 𝑏 − 𝑎
‖𝑃‖→0
𝑏
b. ∫𝑎 𝐾𝑑𝑥 = lim ∑𝑛𝑖=1 𝐾. ∆𝑖 𝑥 = 𝐾(𝑏 − 𝑎)
‖𝑃‖→0
c. Kelinearan:
𝑏 𝑏 𝑏
(1) ∫𝑎 [𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)]𝑑𝑥 = ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫𝑎 𝑔(𝑥)𝑑𝑥, dan
𝑏 𝑏
(2) ∫𝑎 𝐾. 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝐾. ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
𝑏 𝑐 𝑏
d. ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫𝑐 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
e. Teorema Dasar Kalkulus 1: jika f kontinu pada selang [𝑎, 𝑏] dan 𝑥 suatu
𝑥
𝑑[∫𝑎 𝑓(𝑡)𝑑𝑡]
titik dalam [𝑎, 𝑏], maka = 𝑓(𝑥)
𝑑𝑥
f. Teorema Dasar Kalkulus 2: jika 𝑓(𝑥) kontinu pada [𝑎, 𝑏] dan 𝐹(𝑥) sebarang
𝑏
antiturunan 𝑓(𝑥), maka ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝑭(𝒃) – 𝑭(𝒂).
Selanjutnya ditulis 𝐹(𝑏) – 𝐹(𝑎) = [𝐹(𝑥)]𝑏𝑎 .
8. Luas daerah pada bidang datar, daerah D yang dibatasi oleh grafik fungsi f, x
= a, x = b, dan sumbu X. L adalah luas daerah D.
𝑏
a. Jika 𝑓(𝑥) ≥ 0 untuk semua 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏], maka 𝐿 = ∫𝑎 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥
𝑏
b. Jika 𝑓(𝑥) < 0 untuk semua 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏], maka 𝐿 = − ∫𝑎 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥.
𝑏
c. Secara umum 𝐿 = ∫𝑎 |𝑓(𝑥)|. 𝑑𝑥
9. Luas daerah pada bidang datar, daerah D yang dibatasi dua grafik fungsi 𝑓 dan
𝑔 dengan 𝑓(𝑥) ≥ 𝑔(𝑥) untuk semua 𝑥 ∈ [𝑎, 𝑏], 𝑥 = 𝑎, dan 𝑥 = 𝑏. Jika 𝐿
𝑏
adalah luas daerah 𝐷, maka 𝐿 = ∫𝑎 [𝑓(𝑥) − 𝑔(𝑥)] 𝑑𝑥.
10. Volume Benda Putar dari suatu daerah 𝐷 pada bidang datar yang diputar
dengan suatu poros tertentu, di mana 𝐷 dibatasi oleh grafik 𝑓, sumbu 𝑋, 𝑥 =
𝑎, dan 𝑥 = 𝑏 diputar dengan poros sumbu 𝑋, dengan metode cakram,
diperoleh:
𝑏
Volume 𝑉 = lim ∑ni=1 𝜋. [𝑓(𝑡𝑖 )]2 . ∆𝑖 𝑥 = 𝜋 ∫𝑎 [𝑓(𝑥)]2 𝑑𝑥.
‖p‖→0
179
11. Volume Benda Putar dari suatu daerah 𝐷 pada bidang datar yang diputar
dengan suatu poros tertentu, di mana 𝐷 dibatasi oleh grafik fungsi g dan h
dengan 𝑔(𝑥) ≥ ℎ(𝑥) pada [𝑎, 𝑏], x = a, dan x = b diputar terhadap sumbu 𝑋,
dengan metode cincin, diperoleh:
Volume 𝑉 = lim ∑ni=1 𝜋. [[𝑔(𝑡𝑖 )]2 − [ℎ(𝑡𝑖 )]2 ]. ∆𝑖 𝑥.
‖p‖→0
𝑏
= 𝜋 ∫ [[𝑔(𝑥)]2 − [ℎ(𝑥)]2 ]𝑑𝑥
𝑎
12. Volume Benda Putar dari suatu daerah 𝐷 pada bidang datar yang diputar
dengan suatu poros tertentu, di mana dibatasi oleh grafik fungsi kontinu
𝑓 dengan 𝑓(𝑥) ≥ 0 pada selang [𝑎, 𝑏], garis 𝑥 = 𝑎, garis 𝑥 = 𝑏, dan sumbu
𝑋, diputar terhadap sumbu 𝑌, dengan metode sel silinder (kulit tabung),
diperoleh:
𝑏
Volume 𝑉 = 2𝜋. lim ∑ni=1 𝑡𝑖 . 𝑓(𝑡𝑖 )∆𝑖 𝑥 = 2𝜋 ∫𝑎 𝑥𝑓(𝑥)𝑑𝑥.
‖p‖→0
13. Panjang busur grafik 𝑓 dari titik 𝑃0 (𝑎, 𝑓(𝑎)) sampai titik 𝑃𝑛 (𝑏, 𝑓(𝑏)) adalah
𝑏
𝐽 = lim ∑𝑛𝑖=1 √1 + [𝑓 ′ (𝑡𝑖 )]2 . ∆𝑖 𝑥 = ∫𝑎 √1 + [𝑓 ′ (𝑥)]2 𝑑𝑥.
‖𝑃‖→0
14. Luas permukaan benda putar dengan 𝐷 adalah daerah yang dibatasi oleh grafik
fungsi kontinu 𝑓 pada selang [𝑎, 𝑏] diputar mengelilingi sumbu 𝑋.
𝑛
G. Tes Formatif
Jawablah soal berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada
jawaban yang benar.
1
1. Berikut ini adalah antiturunan dari 𝑓(𝑥) = 2 𝑥, kecuali ....
√
180
1
A. √𝑥 + ට7
B. √𝑥 + 1000
C. √𝑥 − 100a
1
D. ට7 − √𝑥
E. 100s + √𝑥
2. Hasil dari ∫ 3sin (6𝑥 − 5)𝑑𝑥 adalah ....
1
A. − 2 cos (6𝑥 − 5) + 𝑐
B. −2 cos (6𝑥 − 5) + 𝑐
C. −2 sin (6𝑥 − 5) + 𝑐
D. 2 sin (6𝑥 − 5) + 𝑐
E. 2 cos (6𝑥 − 5) + 𝑐
3. Hasil dari ∫(2𝑥 + cos 𝑥) 𝑑𝑥 adalah ....
A. 𝑥 2 − sin 𝑥 + 𝑐
B. 𝑥 2 + sin 𝑥 + 𝑐
C. 𝑥 2 − cos 𝑥 + 𝑐
D. 𝑥 2 + cos 𝑥 + 𝑐
E. 2𝑥 + cos 𝑥 + 𝑐
4. Berikut ini adalah bentuk penulisan notasi sigma dari deret 1 + 2 + 3 +
⋯ + 100, kecuali ....
A. ∑100
𝑖=1 𝑎𝑖
B. ∑10 100
𝑖=1 𝑖 + ∑𝑖=11 𝑖
C. ∑15 100
𝑘=1 𝑘 + ∑𝑘=16 𝑘
D. ∑20 100
𝑘=1 𝑘 + ∑𝑙=21 𝑙
E. ∑15 70 100
𝑘=1 𝑘 + ∑𝑘=16 𝑘 + ∑𝑘=71 𝑘
181
D. 140
E. 165
8 𝑥
6. Hasil dari ∫4 √𝑥 2 −15
𝑑𝑥 adalah ....
A. 90
B. 15
C. 6
D. −6
E. −15
5 𝑥5
7. Hasil dari ∫−5 𝑥 2+4 𝑑𝑥 adalah ....
A. 5
B. 10
C. −10
D. −5
E. 0
3𝜋
8. Hasil dari∫02 cos 𝑥 𝑑𝑥 adalah ....
A. 2
B. – 2
C. 1
D. – 1
1
E. 2
9. Luas daerah 𝐷 yang dibatasi oleh grafik fungsi 𝑓 dan 𝑔 dengan 𝑓(𝑥) =
−𝑥 2 + 5𝑥 – 4 dan 𝑔(𝑥) = −𝑥 − 4 adalah … satuan luas.
144
A. 3
B. 36
64
C. 3
D. 18
20
E. 3
182
10. Volume benda putar yang terjadi apabila daerah 𝐷 yang dibatasi grafik
𝑦 = 𝑥 2 , 𝑦 = 4𝑥 2 , dan 𝑦 = 4 diputar mengelilingi sumbu 𝑌 adalah ...
satuan volume.
A. 12𝜋
B. 10𝜋
C. 8𝜋
D. 6𝜋
E. 4𝜋
H. Daftar Pustaka
[1] Chotim, M. 2005. Kalkulus 2. Semarang: Jurusan Matematika UNNES.
[2] Purnomo, D. 2010. Kalkulus Integral. Malang: Jurusan Pendidikan MIPA-
FPIEK, IKIP Budi Utomo Malang
[3] Rochmad, Chotim, M. & Kharis, M. 2018. KALKULUS II Dengan bantuan
Software Maple, Semarang: FMIPA PRESS.
[4] Tim Dosen, 2013. Bahan Ajar Matematika Dasar. Semarang: FMIPA
Universitas Negeri Semarang
[5] Varberg, D., Purcell, E.J., & Rigdon, S. 2007. Calculus Ninth Edition. Upper
Saddle River, New Jersey: Pearson Education
[6] Yahya, Y., Suryadi D. H.S., Agus Sumin, 1994. Matematika Dasar untuk
Perguruan Tinggi, Ghalia Indonesia
[7] Ristekdikti. 2018. Modul Daring PPG Daljab 2018. Jakarta:Ristekdikti.
183
TUGAS AKHIR MODUL 3
Kerjakan tugas berikut dengan sebaik-baiknya. Tugas tidak boleh sama persis
dengan teman saudara yang seangkatan dalam PPG ini.
1. Lakukan kegiatan penentuan tinggi sebuah benda dengan menggunakan
trigonometri. Unggah file proses perhitungan dan lampirkan foto kegiatan
saudara.
1 + 𝑥2 , 𝑥 < 0
2. Dipunyai fungsi f dengan: 𝑓(𝑥) = {𝑥 2 , 0 ≤ 𝑥 < 2 .
4 ,𝑥 ≥ 2
a. Hitung 𝑓(0), 𝑓(2), lim− 𝑓(𝑥), lim+ 𝑓(𝑥), lim− 𝑓(𝑥), dan lim+ 𝑓(𝑥)
𝑥→0 𝑥→0 𝑥→2 𝑥→2
184
TES SUMATIF MODUL 3
B. 16(√2 + √6)
C. 32(√2 + √3)
D. 32(√2 + √6)
E. 16(√3 + √6)
2. Sebuah mobil di suatu tempat parkir berjarak 16 km dari lampu jalan A dan
28 km dari lampu jalan B. Apabila sudut yang terbentuk antara kedua lampu
dari mobil adalah 120° maka jarak kedua lampu adalah ... km.
A. 4√93
B. 16√93
C. 4√31
D. 12√31
E. 38√31
3. Jika 𝑥1 dan 𝑥2 adalah penyelesaian dari persamaan
2sin 𝑥 cos 2𝑥 5
− +5=0
sin 2𝑥 cos 𝑥 cot 𝑥
maka nilai
9
cot(𝑥1 + 𝑥2 )
adalah ....
63
A. − 5
45
B. − 7
9
C. − 7
185
5
D. − 7
5
E. 7
3
4. Nilai sin (2 cos−1 (5)) + cos(tan−1(2√2)) adalah ....
1
A. 3
75
B. 97
24
C.
25
97
D. 75
25
E. 24
2
5. Jika 0 < 𝐴 < 𝜋 , memenuhi 𝐴 + 𝐵 = 𝜋 dan sin 𝐴 = 2 sin 𝐵, maka nilai
3
(𝐴 − 𝐵) adalah ....
2
A. − 3 𝜋
1
B. − 2 𝜋
1
C. 𝜋
2
1
D. 𝜋
3
1
E. 𝜋
6
A. √10 − 4√2
B. 3√10 − 4√2
186
√10−4√2
C. 3
D. 9√10 − 4√2
√10−4√2
E. 9
|𝑥−5|
8. Daerah asal dan daerah hasil fungsi 𝑓(𝑥) = adalah ....
𝑥−2
A. 𝐷𝑓 = ℝ, 𝑅𝑓 = ℝ
B. 𝐷𝑓 = ℝ − {2}, 𝑅𝑓 = ℝ
C. 𝐷𝑓 = ℝ − {5}, 𝑅𝑓 = ℝ
D. 𝐷𝑓 = ℝ − {2}, 𝑅𝑓 = ℝ+
E. 𝐷𝑓 = ℝ+ , 𝑅𝑓 = ℝ − {5}
3
9. Fungsi ℎ dibangun dari fungsi 𝑓(𝑥) = − 𝑥 dan 𝑔(𝑥) = |1 − 𝑥 2 | dengan rumus
B. −1
3
C. 2
D. 1
E. 3
1 1 𝑥+3
10. Diketahui fungsi 𝑓: ℝ − {3} → ℝ − {3}, dengan 𝑓(𝑥) = 3𝑥−1. Fungsi invers dari
187
3
C. − 8
3
D. 8
E. 3
6𝑥 3 −7𝑥 2 −3𝑥
12. Nilai lim adalah ….
𝑥→∞ 2𝑥 4 −𝑥 3 +4𝑥 2
A. −∞
B. 0
C. 1
D. 3
E. +∞
13. Nilai lim √𝑥 2 + 6𝑥 + 2 − √𝑥 2 − 4𝑥 + 1 adalah ….
𝑥→∞
A. −∞
B. 0
C. 2
D. 5
E. +∞
𝑥 2 + 1, 𝑥 < 0
14. Fungsi 𝑓(𝑥) = {1, 0 ≤ 𝑥 ≤ 1 , diskontinu pada 𝑥 sama dengan ....
(𝑥 − 1)2 , 𝑥 > 1
A. −2
B. −1
C. 0
D. 1
E. 2
15. Nilai 𝑥 dari titik pada grafik 𝑦 = 2𝑥 − sin 2𝑥 yang mempunyai garis singgung
merupakan garis horisontal adalah ....
A. 0
𝜋
B. 4
𝜋
C.
3
𝜋
D. 2
188
E. 1
𝑑[tan(2 sin−1 𝑥)]
16. Nilai yang sesuai dengan adalah ....
𝑑𝑥
1
A. 1−𝑥 2
1
B.
(1−𝑥 2 )√(1−𝑥 2 )
2
C.
𝑥 2 √(1−𝑥2 )
2
D.
(1−2𝑥 2 )2 .√(1−𝑥 2 )
2
E. (1−2𝑥 2 )√1−𝑥2
𝑑[𝐹(𝑥).sin2 𝐹(𝑥)]
17. Jika 𝑦 = 𝐹(𝑥) maka nilai yang sama dengan adalah ....
𝑑𝑥
189
E. 2
20. Dipunyai 𝑓(𝑥 + 𝑦) = 𝑓(𝑥). 𝑓(𝑦)∀𝑥, 𝑦 ∈ ℝ. Jika 𝑓 ′ (0) ada maka 𝑓 ′ (𝑎) ada
dan nilai 𝑓 ′ (𝑎) adalah ....
A. −𝑓 ′ (0)
B. −𝑓 ′ (𝑎)
C. 𝑓(𝑎). 𝑓 ′ (0)
D. 𝑓 ′ (0). 𝑓 ′ (𝑎)
E. 𝑓(0). 𝑓 ′ (0)
21. Diketahui
𝑚𝑥 + 𝑏, 𝑥<2
𝑓(𝑥) = { 2 .
𝑥 ,𝑥 ≥ 2
Nilai 𝑚 − 𝑏 sehingga 𝑓 dapat diturunkan di mana saja adalah ....
A. −8
B. −4
C. 0
D. 4
E. 8
22. Suatu barang dijatuhkan menggunakan parasut dari pesawat dengan ketinggian
𝑆 meter di atas tanah. Tinggi barang ℎ meter setelah 𝑡 detik diberikan dalam
1
rumus ℎ = 𝑆 − 4 𝑡 2 . Agar laju parasut pada saat tiba di tanah tidak lebih dari
190
D. 𝐹4 (𝑥) = −cos 2 𝑥 − sin 2𝑡
E. 𝐹5 (𝑥) = −cos2 𝑥 + sin π
24. Hasil dari ∫ 𝑥 cos 𝑥 𝑑𝑥 adalah ....
A. −𝑥. sin 𝑥 − cos 𝑥 + 𝐶
B. sin 𝑥 − 𝑥. cos 𝑥 + 𝐶
C. 𝑥. sin 𝑥 − cos 𝑥 + 𝐶
D. sin 𝑥 + 𝑥. cos 𝑥 + 𝐶
E. 𝑥. sin 𝑥 + cos 𝑥 + 𝐶
25. Hasil dari ∫(5𝑥 2 + 1)(5𝑥 3 + 3𝑥 − 8)6 𝑑𝑥 adalah … .
7
(5𝑥 3 −3𝑥+8)
A. +𝐶
7
7
(5𝑥 3 +3𝑥−8)
B. +𝐶
7
7
(5𝑥 3 +3𝑥−8)
C. +𝐶
21
7
(5𝑥 2 +1)
D. +𝐶
7
7
(5𝑥 2 +1)
E. +𝐶
21
2
26. Hasil dari ∫0 𝑥 2 (𝑥 3 + 1)𝑑𝑥 adalah ….
A. 90
B. 80
C. 15
40
D.
3
20
E. 3
3
27. Hasil dari ∫−3|𝑥|𝑑𝑥 adalah ....
A. 18
B. 9
9
C.
2
D. 3
E. 0
191
28. Luas daerah D yang dibatasi oleh grafik fungsi 𝑓(𝑥) = |𝑥 − 4|, 𝑥 = 0, 𝑥 = 8
dan sumbu 𝑋 adalah ... satuan luas.
A. 16
B. 12
C. 8
9
D. 2
E. 4
29. Daerah B dan C adalah dua daerah simetris yang dibatasi oleh kurva
𝑦 = 𝑥 + 6, 𝑦 = −𝑥 + 6, dan 𝑦 = 𝑥 2 . Luas daerah (B + C) adalah ... satuan
luas.
17
A. 3
27
B. 3
37
C. 3
17
D. 6
37
E. 6
30. Volume benda yang terjadi apabila daerah D yang dibatasi oleh grafik fungsi
yang disajikan dengan 𝑦 = 𝑥 2 dan 𝑦 = 𝑥 diputar mengelilingi sumbu 𝑋 adalah
... satuan volume.
𝜋
A. 12
5𝜋
B. 12
2𝜋
C. 15
4𝜋
D.
15
5𝜋
E. 14
192
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF MODUL 3
1. Kunci Jawaban Tes Formatif Modul 3 KB 1
1. B 6. C
2. D 7. A
3. E 8. B
4. A 9. E
5. A 10. D
193
KRITERIA PENILAIAN TES FORMATIF
Cocokkanlah jawaban Saudara dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat
di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Gunakan rumus berikut
untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara terhadap materi modul ini.
banyak jawaban benar
Tingkat Penguasaan (TP) = x 100% .
banyak soal
194
KUNCI JAWABAN TES SUMATIF MODUL 3
1 B 11 C 21 E
2 A 12 B 22 C
3 B 13 D 23 B
4 D 14 D 24 E
5 D 15 A 25 C
6 E 16 D 26 D
7 A 17 A 27 B
8 B 18 E 28 A
9 B 19 E 29 C
10 A 20 C 30 C
195
KRITERIA PENILAIAN TES SUMATIF
Cocokkanlah jawaban Saudara dengan Kunci Jawaban Tes Sumatif yang terdapat
di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar. Gunakan rumus berikut
untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara terhadap materi modul ini.
banyak jawaban benar
Tingkat Penguasaan (TP) = x 100% .
banyak soal
196