Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH

PENGOLAHAN DATA

TEMA
UTS (TAKE HOME)
JUDUL
SIGNIFIKANSI VENTILASI ATAP TERHADAP
KENYAMANAN TERMAL BANGUNAN RUMAH
TINGGAL DI PERUMAHAN PRODUK MASSAL

Oleh:

Johan Wahyudi, ST.


NIM: 16073000010
e-mail: johanwahyudi_arsitektur93a@yahoo.com

Dosen Pengampu:

Dr. Ir. Nurhamdoko Bonifacius, MT.


e-mail: boni@unmer.ac.id, nhboni@gmail.com

PROGRAM PASCASARJANA / PRODI S2 ARSITEKTUR


UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
Agustus 2017
Signifikansi Ventilasi Atap terhadap Kenyamanan Termal Bangunan Rumah Tinggal di Perumahan Produk Massal

LATAR BELAKANG
Tata penghawaan alami merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam mendesain
sebuah bangunan selain faktor tata pencahayaan alami. Kedua faktor tersebut sangat penting dilakukan
dengan benar, dengan tujuan agar ruang-ruang di dalam bangunan mendapat penghawaan dan pencahayaan
secara alami yang cukup, sehingga memberi kenyamanan pemakai dalam melakukan aktivitasnya. Ruang-
ruang yang memiliki penghawaan dan pencahayaan alami secara baik juga akan memiliki kelembaban
udara yang cukup, sehingga kesehatan lingkungan tetap terjaga. Selain itu, memiliki penghawaan dan
pencahayaan alami yang cukup berarti menghemat energi listrik yang diperlukan, karena tidak tergantung
pada penghawaan dan pencahayaan buatan. Berdasarkan SNI-14-1993-03, dinyatakan bahwa daerah
kenyamanan termal pada bangunan yang dikondisikan untuk orang Indonesia yaitu: 20.8°C – 22.8°C (sejuk
nyaman; 22.8°C – 25.8°C (nyaman optimal); 25.8°C – 27.1°C (hangat nyaman).
Sementara di sisi lain, kebutuhan ruang dan semakin terbatasnya lahan yang ada memaksa
bangunan rumah tinggal dibangun saling berhimpitan dan cenderung mengabaikan ruang terbuka sebagai
sumber penghawaan dan pencahayaan alami. Bukaan-bukaan dibuat hanya sekedarnya saja tanpa
memperhitungkan jumlah kebutuhan yang ideal, sehingga kenyamanan pemakai dalam melakukan
aktivitasnya kurang optimal. Hal tersebut memaksa pemakai untuk menggunakan energi buatan seperti
penggunaan AC (Air Conditioner), Exhaust Fan ataupun kipas angin untuk memenuhi kebutuhan
penghawaan dan lampu-lampu untuk pencahayaan.
Selubung bangunan yang banyak mempengaruhi kondisi kenyamanan dalam bangunan salah
satunya adalah atap. Bentuk atap penting sebagai media pengaliran panas di dalam ruang. Atap berpotensi
untuk pengaliran udara keluar melalui lubang-lubang ventilasi yang terdapat di antaranya. Lubang ventilasi
atap pada umumnya bukan merupakan penyelesaian masalah pengaliran udara yang utama pada bangunan,
karena pada umumnya pilihan pertama untuk menyelesaikan masalah pengaliran udara adalah dengan
menggunakan bukaan pada pintu dan jendela (Pranoto, 2007; Purwanto, 2006; Sukawi, 2013). Bukaan atap
banyak dijumpai pada bangunan-bangunan lama yang berupa dormer dengan beragam bentuk dan ukuran,
akan tetapi sebaliknya sangat jarang ditemukan pada bangunan-bangunan rumah tinggal di masa sekarang.
Bukaan-bukaan pada “atap” bukan lagi berada di bidang atap melainkan pada dinding di bawah atap dan di
atas plafond dengan menggunakan material jalusi kayu maupun roster beton.
Yang menjadi pertanyaan adalah seberapa signifikan penggunaan ventilasi atap terhadap
pengurangan suhu ruangan di bawah plafond dibandingkan dengan bangunan yang tidak menggunakan
ventilasi atap? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka diperlukan langkah-langkah penelitian dengan
cara mengukur suhu ruangan yang memakai ventilasi atap dan suhu ruangan yang tidak menggunakan
ventilasi atap.

LANDASAN TEORI
Ventilasi alamiah adalah pertukaran udara di dalam suatu bangunan dengan udara di luarnya tanpa
menggunakan kipas atau peralatan mekanik lainnya (Croome, 2003), juga sering disebut sebagai
pengendalian atau kontrol pasif, dengan kata lain tanpa adanya perlakuan mekanis. Ventilasi alamiah terjadi
akibat adanya dua faktor pemicu mekanisme pergerakan fluida. Faktor pemicu pertama disebabkan oleh
panas apung (thermal buoyancy) yang sering disebut sebagai efek cerobong asap (stack effect), dimana
perbedaan suhu yang terjadi pada fluida di dalam rumah tanaman berasal dari proses konveksi panas, fluks
radiasi matahari. Udara yang terpanaskan akan menurunkan massa jenisnya sehingga massa udara semakin
ringan dan dengan pengaruh gravitasi dapat menyebabkan parsel udara yang semakin ringan cenderung
bergerak ke atas atau mengapung. Faktor pemicu kedua, adanya angin yang menyebabkan perbedaan
tekanan pada bagian dinding dan penutup bangunan rumah tanaman karena adanya tekanan yang hilang
(pressure drop) sehingga memaksa udara yang ada di dalam rumah tanaman bergerak melalui celah bukaan
ventilasi. Faktor termal berperan dominan pada saat kecepatan udara rendah, sehingga terjadi pergerakan
udara akibat perbedaan suhu dan kerapatan udara di dalam dan di luar rumah. Febrita (2011) menyatakan
bahwa batas kecepatan angin dimana faktor termal masih dapat berperan dominan adalah sebesar 1m/s,
sedangkan Santamouris (1997) menyatakan bahwa pada saat kecepatan angin lebih dari 1.8 m/s efek termal
terhadap laju ventilasi dapat diabaikan. Jika kecepatan angin di luar rumah cukup tinggi dan perbedaan
suhu udara di dalam dan di luar rumah kecil maka faktor angin dominan dan pengaruh faktor termal dapat

1 | Tugas MK Pengolahan Data | Johan Wahyudi


Signifikansi Ventilasi Atap terhadap Kenyamanan Termal Bangunan Rumah Tinggal di Perumahan Produk Massal

diabaikan. Perbedaan suhu juga dapat menyebabkan bergeraknya udara. Hal ini dikarenakan udara yang
bersuhu lebih tinggi memiliki tekanan udara yang lebih rendah daripada udara bersuhu rendah. Contohnya
jika udara dalam bangunan lebih panas daripada diluar, maka udara akan keluar menuju bukaan yang tinggi.
Udara panas cenderung bergerak ke atas. Udara luar yang lebih dingin akan masuk ke dalam bangunan
menggantikan tempat yang ditinggalkan udara yang panas tadi. Teknik ini biasa disebut stack effect
ventilation.
Dalam hal desain ventilasi alamiah, Croome, (2003); Roulet (2008) mengemukakan bahwa luas
bukaan ventilasi minimalnya 20% dari luas lantai rumah sehingga suhu di dalam rumah dapat mendekati
suhu ambien di luar rumah. Hal serupa dilaporkan oleh Defiana (2000) bahwa luas bukaan ventilasi lebih
dari 40% dari luas lantai rumah dapat memberikan laju ventilasi alamiah yang cukup baik dalam rumah.
Dalam penelitian yang dilakukan mengenai Model Ventilasi Atap pada Pengembangan Rumah
Sederhana di Lingkungan Berkepadatan Tinggi, Sukawi, (2015); mengemukakan bahwa salah satu dari
faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi iklim mikro dalam suatu bangunan adalah kepadatan bangunan
dimana bangunan tersebut berdiri. Kepadatan bangunan ini akan membentuk iklim mikro yang akan
menentukan kondisi termal dan pergerakan udara di sekitar bangunan. Semakin padat bangunan akan
memberi dampak dengan semakin buruk kondisi pergerakan udara di sekitar bangunan. Hal ini akan
berpengaruh dalam upaya pengkondisian termal bangunan. Dari hasil pengamatan serta analisa di tiap-tiap
basis atap yang berfungsi sebagai variabel, maka dapat disimpulkan bahwa, ventilasi udara pada atap
ternyata dapat menurunkan suhu udara di dalam bangunan. Penelitian ini untuk mengetahui kinerja
penghawaan alami pada hunian dengan kepadatan tinggi yang dapat memanfaatkan potensi ventilasi atap
dalam menyiasati kenyamanan termal dalam bangunan. Rumah dengan ventilasi atap mempunyai suhu
yang lebih rendah dan terdapat pergerakan udara yang lebih tinggi dalam ruangan dibanding dengan rumah
yang tidak dilengkapi dengan ventilasi atap. Pergerakan angin di dalam ruangan, dapat terjadi akibat
perbedaan suhu dan dinamika angin. Pergerakan angin terjadi karena perbedaan tekanan antara dua sisi,
yang secara alami angin akan bergerak dari tekanan yang tinggi (+) ke tekanan yang rendah (-). Dan hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa, pergerakan angin dominan terbesar, ketika ruang belakang dilengkapi
dengan bukaan atap.

METODOLOGI
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Observasi dengan survey
deskriptif. Obyek penelitian adalah bangunan rumah tinggal yang mempunyai kepadatan tinggi pada hunian
yang tertata pada perumahan sederhana yang dikembangkan oleh perum Perumnas. Survey diskriptif
bertujuan untuk mencari fenomena / gejala dengan jalan observasi. Metode Observasi yaitu metode yang
dilakukan dengan pengamatan langsung, pengukuran dan pencatatan terhadap gejala atau fenomena yang
diteliti (Arikunto, 1998).
Metode dalam penelitian ini berupa pengamatan, pencatatan dari pengukuran titik-titik di dalam
dan di luar rumah dengan alat bantu seperti thermometer (untuk mengukur suhu luar ruang maupun dalam
ruang), hygrometer (untuk mengukur kelembaban), hot wire anemometer (untuk mengukur pergerakan
udara baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan).
Penentuan titik pengukuran yang berada di dalam rumah dilakukan pada ruang tamu atau ruang
keluarga dan ruang makan atau dapur yang berada di bagian belakang dalam tata ruang rumah. Sedangkan
pengukuran pada luar ruangan dilakukan pada teras dan pada jalan di depan rumah tinggal. Pengumpulan
data primer yang diperoleh di lapangan, akan di-croschek dengan data sekunder berupa suhu, kelembaban
dan pergerakan angin dari BMKG untuk melihat kondisi iklim makro perkotaan dan lingkungan.

VARIABEL DAN PARADIGMA PENELITIAN

Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu kenyamanan termal bangunan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal adalah suhu, kelembaban, dan pergerakan udara. Sehingga
dapat dikatakan sub-variabel penelitian ini adalah suhu, kelembaban, dan pergerakan udara. Lebih jauh lagi
variabel dalam penelitian ini merupakan variabel kuantitatif. Variabel kuantitatif sendiri terbagi menjadi 2,
yaitu variabel diskrit dan variabel kontinum. Variabel kontinum dibagi menjadi 3 variabel kecil, yaitu
variabel ordinal, interval, dan ratio. Penelitian ini masuk ke dalam variabel kontinum dengan variabel
2 | Tugas MK Pengolahan Data | Johan Wahyudi
Signifikansi Ventilasi Atap terhadap Kenyamanan Termal Bangunan Rumah Tinggal di Perumahan Produk Massal

kecilnya adalah variabel interval. Variabel interval dalam penelitian kenyamanan termal ini adalah masing-
masing kategori zona kenyamanan termal memiliki jarak yang dapat dihitung dengan pasti di lapangan
menggunakan alat penelitian.
Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan konsep dasar dan alur berpikir yang melandasi penelitian dan
menghubungkan variabel-variabel yang diteliti. Paradigma penelitian ini dirumuskan dalam bagan sebagai
berikut:

Kenyamanan termal  Bangunan Terpilih  Penyusunan Instrumen Penelitian  Penelitian dan


Pengukuran (suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin)  Analisa dan Pembahasan  Kesimpulan
dan Rekomendasi.

DATA DAN SUMBER DATA

Data
Data dalam penelitian ini adalah:
1. Data mengenai bangunan terpilih, yaitu bangunan di perumahan dengan tipe, bentuk dan arah hadap
yang sama. Disarankan 2 (dua) rumah yang berhimpitan / kopel.
2. Kedua bangunan terpilih tersebut di atas harus mempunyai ventilasi atap.
3. Data mengenai kenyamanan termal dan cara perhitungan kinerja kenyamanan termal, yaitu dengan
pengukuran suhu, kelembaban, dan pergerakan udara di lapangan.
Sumber Data
Sumber data didapat dari hasil observasi. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
sumber data berupa tempat (place). Place adalah sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaaan
diam dan bergerak. Karena yang diteliti adalah kinerja, maka sumber data termasuk ke dalam place yang
bergerak.

WAKTU PENELITIAN

Rencana penelitian dilakukan bulan September 2017. Pengukuran dilakukan pada saat bangunan
terpilih sudah ditentukan.

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan Pengukuran
Kinerja Kenyamanan Termal.
a. Pengukuran suhu di dalam dan ruang luar bangunan menggunakan thermometer.
b. Pengukuran kelembaban udara di dalam dan ruang luar bangunan menggunakan hygrometer.
c. Pengukuran kecepatan angin di dalam ruang dan ruang luar bangunan menggunakan hot wire
anemometer.
d. Pengukuran dilakukan 6 kali dalam satu hari penuh, yaitu:
• jam 07.00, mewakili pukul 06.00-08.00,
• jam 09.00, mewakili pukul 08.00-10.00,
• jam 11.00, mewakili pukul 10.00-12.00,
• jam 13.00, mewakili pukul 12.00-14.00,
• jam 15.00, mewakili pukul 14.00-16.00, dan
• jam 17.00, mewakili pukul 16.00-18.00.

Pengukuran Kinerja Termal di atas dilakukan berulang-ulang dengan menutup ventilasi atap secara
bertahap dalam salah satu rumah yang dijadikan obyek penelitian, sedangkan satu obyek yang lain dibiarkan
terbuka.

3 | Tugas MK Pengolahan Data | Johan Wahyudi


Signifikansi Ventilasi Atap terhadap Kenyamanan Termal Bangunan Rumah Tinggal di Perumahan Produk Massal

TEKNIK ANALISIS DATA

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Hasil pengukuran
dibandingkan dengan standar kenyamanan termal untuk daerah tropis lembab menurut Prasato Satwiko
pada bukunya Fisika Bangunan. Selain itu dibuat simulasi juga pada Autodesk Ecotect Analysis 2011
dengan membuat model bangunan dan dilihat kesesuaiannya dengan hasil pengukuran di lapangan.

4 | Tugas MK Pengolahan Data | Johan Wahyudi


Signifikansi Ventilasi Atap terhadap Kenyamanan Termal Bangunan Rumah Tinggal di Perumahan Produk Massal

PENELITIAN SEBELUMNYA
Penelitian tentang elemen arsitektur berkaitan dengan kinerja termal bangunan dengan sistem ventilasi alami khususnya yang berada di daerah yang beriklim tropis
lembab telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tersebut dirangkum dalam tabel berikut:

Tabel 1: Penelitian yang Telah Dilakukan Terkait dengan Kinerja Termal Bangunan.
NO PENELITIAN PENELITI JUDUL/TEMA TUJUAN METODA HASIL
1. Massa Termal Kodama, Bioclimatic Designs of Glover Melihat pengaruh selubung Experimental Rumah model kolonial
(dinding, atap) Miyaoka, Residence in Nagasaki, Japan bangunan terhadap suhu ruang. memiliki kemampuan untuk
Hasui, mendinginkan ruangan lebih besar.
Yoshida, 2008
Santosa, 2001 Harmoni Lingkungan Tropis Melihat pengaruh masa termal Simulasi dengan Bangunan rumah kampung kolonial
Lembab: Keberhasilan Bangunan dinding dan atap. Aiolos memiliki suhu ruang paling baik.
Kolonial
Hidayat, 2005 Pengaruh Desain Atap Terhadap Melihat pengaruh desain atap Simulasi Atap logam seperti baja dan seng
Kondisi Termal Ruang Dalam pada suhu rumah. computer menghasilkan ruang yang lebih panas
Rumah Sederhana di Malaysia TROPIC v-01 dari atap genting.
2. Bukaan Hayati, 2006 Pengaruh Ventilasi Terhadap Melihat kinerja termal pada 4 Simulasi Terdapat perbedaan suhu ruangan
Dinding Kinerja Termal rumah tinggal kolonial di daerah AIOLOS 1.0 dan akibat perlakuan operasional jendela.
pesisir. ARCHIPHAK
5.1
Kim, Cho, Desain Bukaan Dinding Untuk Pengaruh desain bukaan dinding Simulasi CFD Inlet dan outlet fasade dua lapis pada
Lee, Yeo, Ventilasi Alami dobel terhadap ventilasi. selubung bangunan tidak bisa
2007 memberikan volume ventilasi yang
meningkat.
Santosa, 2001 Harmoni Lingkungan Tropis Melihat pengaruh bukaan Simulasi Konstruksi berat ini mampu menahan
Lembab terhadap suhu ruangan. ARCHIPHAK radiasi siang hari dan
5.1 menangguhkannya dalam waktu yang
cukup siknifikan.
Liping, Hien Optimasi Desain Fasade Kaitan Mengkaji kenyamanan termal Statistik regresi Rasio jendela optimal untuk
dan Shuo, Dengan Bukaan Pada Bangunan dengan bukaan fasade. kenyamanan termal adalah 0.24.
2006 Hunian di Singapura
Hardiman, Adaptasi Tampilan Bangunan Melihat efektivitas system Eksperimen: Bukaan bangunan tidak difungsikan
2013 Kolonial Pada Iklim Tropis Lembab ventilasi alami pada Kantor PT. Pengukuran secara optimal sehingga udara panas
KAI Daop IV Semarang. Lapangan dalam bangunan tidak dapat
digantikan udara sejuk dari luar.

5 | Tugas MK Pengolahan Data | Johan Wahyudi


Signifikansi Ventilasi Atap terhadap Kenyamanan Termal Bangunan Rumah Tinggal di Perumahan Produk Massal

3. Peneduhan Prianto, 2002 Tropical-Humid Architecture In Melihat pengaruh balkon Modelisasi Balkon bangunan berpotensi
Natural Ventilation Efficient Point terhadap kondisi kenyamanan numerik menurunkan suhu dalam ruang.
Of View ruang dalam.
Kamal, 2010 Pendinginan Pasif dengan Pengaruh peneduhan terhadap Eksperimental Peneduhan dapat mengurangi beban
Peneduhan pendinginan pasif. pendinginan 10% s/d 40%.
4. Orientasi Haase dan Pengaruh Lokasi dan Orientasi Melihat pengaruh orientasi Adanya perbaikan kenyamanan
Amato, 2008 Bangunan terhadap Kenyamanan bangunan terhadap kenyamanan Eksperimental termal antara 9% sampai dengan 41%
Termal termal. di daerah beriklim tropis, Malaysia.
Bellara dan Optimal Orientation for Housing Melihat pengaruh orientasi Simulasi Orientasi bangunan Timur dan Barat
Abdou, 2007 with Low Energy Profile in A Semi terhadap kondisi suhu ruangan. TRNSYS harus dihindari. Beda suhu akibat
Arid Climate versi 14.1 orientasi maksimal 2,2°C.
Tantasavasdi, Evaluation and Design of Natural Mengevaluasi kinerja ventilasi Eksperimental Ventilasi silang adalah orientasi
2007 Ventilation for Houses in Thailand alami bangunan rumah tinggal di terbaik. Bukaan ideal 20%.
Thailand.
5. Ventilasi Apritasari, Pengaruh Bukaan Dinding Terhadap Melihat efektifitas prosentasi Eksperimental Bukaan dinding 35% paling efektif
Alami 2003 Pergantian Udara bukaan dinding. memberi kenyamanan ruang.
Hayati, 2006 Increasing Effectivenes of Jalousie Mengkaji efektifitas krepyak Pengukuran dan Krepyak jendela terbukti dapat
Window In Promoting Natural jendela pada ventilasi ruang Simulasi menurunkan suhu ruangan dibanding
Ventilation in Tropical Houses dalam. dengan suhu luar.
Indrani, 2008 Kinerja Ventilasi pada Hunian Melihat efektivitas sistem Simulasi AILOS Pergantian udara / ACH di rumah
Rumah Susun Dupak Bangunrejo ventilasi alami pada rumah susun cukup efektif.
Surabaya susun.

6 | Tugas MK Pengolahan Data | Johan Wahyudi

Anda mungkin juga menyukai