Anda di halaman 1dari 5

GEDUNG PERTEMUAN DI KABUPATEN NGANJUK

(STUDI PENDEKATAN SISTEM PENGHAWAAN ALAMI)

RESUME JURNAL
Judul Jurnal : Gedung Pertemuan di Kabupaten Nganjuk (Studi Pendekatan Sistem
Penghawaan Alami)
Topik : Penghawaan
Volume : Vol.4 No.1 2016
Tahun : 2016
Penulis : Auni Intan Pertiwi, Jusuf Thojib, dan Nurachmad Sujudwijono
Riviewer : I Made Ajus Suka Juliantara ( 1862121023 )
Tanggal : 6 November 2019

1.1 Abtraksi
Gedung pertemuan dengan kapasitas pengunjung yang besar membutuhkan
penghawaan yang baik untuk menjaga kenyamanan lingkungan bangunan. Dengan
berada di iklim tropis penggunaan penghawaan alami masih bisa di terapkan pada
bangunan, melalui penghawaan silang dan stack effect. Faktor yang mempengaruhi
penghawaan alami yaitu bentuk massa, orientasi inlet-outlet terhadap arah angin,
bentang-tinggi bangunan, rasio jendela dan jenis jendela. Melalui metode pragmatis
sebagai metode perancangan dengan cara simulasi desain untuk mengetahui
kecepatan, kemerataan udara dalam ruang. Dengan simulasi menggunakan
Computational Fluid Dynamic software Ansys Workbench.
1.2 Latar Belakang
Kabupaten Nganjuk meiliki Kecepatan angin rata-rata dalam satu tahun 1,03
m/s. Pada saat musim kemarau potensi angin sangat besar mencapai 2,57 m/s.
Potensi angin ini ternyata belum dimanfaatkan secara maksimal untuk penghawaan
alami dalam bangunan. Potensi alam berupa angin yang belum termanfaatkan ini
seharusnya menjadi dasar perancangan bangunan.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Pemanfaatan yang secara maksimal untuk penghawaan alami ke dalam
bangunan.
2. Sebagai dasar pertimbangan perancangan gedung pertemuan pada tapak yang
baru, dengan menciptakan desain yang dapat memberikan kenyamanan pada
lingkungan bangunan dengan memanfaatkan sistem penghawaan alami.
1.4 Metodologi
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Obyek
arsitektural yang diteliti adalah ventilasi alami sebagai proses bergantinya udara
dalam ruang dengan udara segar dari luar tanpa bantuan peralatan mekanik. Dan
perancangan gedung pertemuan yang menggunakan metode deskriptif analisis dan
simulasi dengan beberapa tahapan, yaitu : Identifikasi masalah pada tapak, iklim,
lingkungan sekitar dan bangunan gedung pertemuan sebelumnya. Menganalisis
kebutuhan penghawaan alami untuk menyusun strategi penghawaan alami pada
bangunan. Proses perancangan berupa analisis orientasi bangunan dan evaluasi
desain dengan simulasi untuk membuktikan tingkat keberhasilan desain dalam
memberikan penghawaan alami dalam bangunan. Data didapat dengan cara
observasi di lapangan dan dilakukan pula tinjauan pustaka untuk memperkaya
informasi yang berkaitan dengan pembahasan masalah utama.
1.5 Hasil ( Analisis dan Pembahasan)
1.5.1 Kondisi Eksisting Bangunan
Ventilasi bangunan eksisting berupa empat pintu masuk yang saling
berhadapan di ruang utama dan beberapa jendela jalusi (one side) di ruang-
ruang pendukung . Total luas ventilasi 115 m², masih jauh dibawah standar
yaitu 348 m² . Luas total bangunan 3488 m².
1.5.2 Kondisi Tapak Baru
Tapak baru berjarak ±3 km dari pusat kota dengan luas 33.000m² . Koefisien
Dasar Bangunan (KDB) yang diijinkan sebesar 60-80%. Garis Sempadan
Bangunan (GSB) pada bangunan di sepanjang Jalan Brantas 8 m.
1.5.3 Analisis Tapak
Hasil simulasi angin pada tapak, iklim mikro yang terbentuk yaitu angin
berhembus dari arah utara menuju selatan dengan kecepatan 1,27 dibagian
utara dan 1,09 m/s di bagian selatan. Inlet diletakan pada bagian utara
sedangkan outlet dibagian selatan.
1.5.4 Analisis Bangunan
a. Bentuk massa
Bentuk massa pada bangunan berbentuk persegi. Karna nemtuk persegi
dinilai paling baik.
b. Strategi penghawaan silang
Bentang dan tinggi bangunan yaitu tinggi 10 m dan lebar 50 m. Rasio
bukaan terhadap aliran angin di ruangan adalah rasio bukaan inlet sama
dengan outlet. Jenis jendela yang digunakan yaitu Fixed, Top Hung,
Vertical Pivot, Jalusi, Folding, Bouvenlight, dan Dinding Motif.
c. Strategi stack effect
Bukaan utama diletakan pada level 1/3 dan 2/3 tinggi dinding di atas
kanopi dan diatas level plafond. Karena kecepatan angin dalam ruangan
sesuai dengan standard.
d. Hasil desain
Berdasarkan hasil analisis dan konsep, rancangan gedung pertemuan di
Kabupaten Nganjuk menerapkan dua sistem penghawaan alami yaitu
sistem ventilasi silang dan stack effect. Sistem ventilasi silang
menerapkan bukaan pada dinding berupa jendela dan pintu. Jenis jendela
yang digunakan antara lain jalusi, top hung, bouvenlight, dinding bermotif
dan rooster.
1.6 Kesimpulan
Faktor yang mempengaruhi penghawaan alami antara lain bentuk massa,
orientasi inlet-outlet terhadap arah angin, bentang-tinggi bangunan, overhang
horizontal, rasio jendela, jenis jendela, perbedaan jarak tinggi bukaan dan perletakan
serta jarak vegetasi terhadap inlet. Dengan hasil bentuk massa bangunan persegi,
orientasi inlet tegak lurus dengan arah angin, dan rasio jendela inlet-outlet sama.
1.7 Daftar Pustaka

http://arsitektur.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jma/article/view/183
PENGHAWAAN ALAMI PADA UNIT DAN KORIDOR RUSUNAMI THE JARRDIN

STUDI KASUS

1. PENDAHULUAN
Rumah susun merupakan salah satu alternatif solusi dalam pemecahan
masalah permukiman. Rumah susun diperuntukan bagi masyarakat golongan
ekonomi menengah kebawah, maka biaya operasional bangunan harus murah tanpa
mengabaikan faktor kenyamanan penghuninya yaitu dengan cara mengoptimalkan
penghawaan alami pada bangunan. Hunian vertikal yang dijadikan studi kasus
adalah Rusunami The Jarrdin pada bagian unit hunian dan koridornya.
Penghawaan alami merupakan salah satu sumber penghawaan alami ialah
tiupan angin yang bertiup dengan kecepatan dan arah yang tertentu. Penghawaan
alami sangat diperlukan untuk : Untuk memenuhi persyaratan kesehatan yaitu
menguatkan kualitas udara di dalam bangunan atau menggantikan udara terpakai
dengan udara bersih. Untuk menghasilkan kenyamanan termal , yaitu untuk
menambahkan kehilangan suhu badan dan mengurangi kelembapan pada kulit.
(sumber : Fisika Bangunan 1 Nur laela Latifah ST,MT 2013).
2. PEMBAHASAN
1. DATA RUSUNAMI THE JARRDIN
Nama bangunan : Rumah Susun Hak Milik (Rusunami) The Jarrdin
Alamat : Jl. Cihampelasbelakang No. 10 Bandung
Owner : PT. Kagum Karya Husada Konsultan
Luas Terbangun : 106.247,71 m2 (20 lt. Tipikal + 3 basement, 4 tower)
Fungsi : Hunian dan komersil
2. Denah massa Rusunami The Jarrdin
Terdiri dari 4 tower bangunan yaitu tower A, B, C, dan D. Masing – masing
tower memiliki 23 lantai dan bentuk masa U. Tower A - B dan C-D terletak
berdekatan saling berhadapan pada bagian dalam massa berbentuk “U”.

Gambar 1. Lokasi Rusunami The Jarrdin Gambar 2. Gubahan Massa


3. Analisis
a. Unit A 2033
Ruang dalam setiap hunian dirancang tipikal. Terdiri dari ruang bersama,
ruang kamar tidur, dapur, kamar mandi dan balkon. Pengukuran dilakukan di
sekitar bukaan dengan jarak 1,5 m dari bukaan dan + 0,80 dari permukaan
lantai. Pada kenyataannya hasil analisa terhadap aliran udara yaitu 0,00-0,01
m/s. Hasil tersebut belum terlalu optimal.

Gambar 3. Lokasi Unit A2033, Tampak bukaan Unit A2033, dan 3D Unit A2033
b. Area Koridor
Sistem koridor pada setiap tower berupa double louded dengan lebar 1,5m.
Sedangkan tinggi ruang bersih floor to floornya sebesar 2,1m. Pada bagian timur
atau ujung dari bentukan “U” merupakan pintu tangga darurat sehingga suplai
aliran udara untuk koridor hanya dari bukaan pada bagian utara dan bagian
selatan dengan desain bukaan berada diatas + 1.40.

Gambar 4. Lebar Koridor, Tampak bukaan area koridor, dan Pintu darurat
3. KESIMPULAN
Setelah dilakukan survei di lokasi dapat disimpulkan bahwa bangunan studi
kasus yaitu Rusunami The Jarrdin pada bagian unit dan koridornya dapat dikatakan
belum terlalu optimal ditinjau dari segi kenyamanan thermal khususnya dalam hal
penghawaan alami.

Anda mungkin juga menyukai