Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk memperoleh kehamilan setelah 12 bulan atau lebih
menikah melalui hubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Infertilitas
diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu primer dan sekunder. Infertilitas primer terjadi ketika keadaan
istri belum pernah hamil sama sekali, sedangkan infertilitas sekunder terjadi pada istri yang pernah
hamil. (WHO, 2016)
Salah satu pemeriksaan yang paling efektif dan gold standard untuk menilai organ reproduksi
wanita pada kasus infertilitas adalah hysterosalphingography. Hysterosalphingography merupakan
pemeriksaan radiografi dengan memasukkan media kontras radiopaque melalui kanula ke dalam
rahim untuk menentukan ukuran, bentuk, posisi Rahim dan tuba fallopi (Frank, 2012).
sedangkan menurut Simpson (2006) histerosalpingografi (HSG) merupakan prosedur pemeriksaan
uterus dan tuba fallopi secara radiografi yang digunakan terutama untuk evaluasi infertilitas. Prosedur
ini juga dapat digunakan untuk memeriksa dan mendeteksi kelainan-kelainan kongenital, leimioma,
perlengketan (synechiae), polip, oklusi tuba, salpingitis isthmica nodosum, hidrosalping, dan adhesi
perituba,dan infertilitas primer. Infertilitas primer adalah pasangan suami-istri belum mampu dan
belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun (Masrochah, 2016)
Pada umumnya proyeksi yang digunakan yaitu proyeksi Anteroposterior (AP) plan foto,
Anteroposterior (AP) post kontras, oblik kanan dan kiri serta Anteroposterior (AP) post void (Ballinger,
2006). Namun pemeriksaan Hysterosalpingography (HSG) di Instalasi Radiologi RSUP Persahabatan
hanya menggunakan proyeksi Anteroposterior (AP) saja setelah dimasukkan kontras sebanyak cc
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk
mengetahui tata laksana yang dilakukan untuk pemeriksaan Histerosalpingography (HSG) di RSUP
Persahabatan untuk mengetahui efektifitas dan kekurangan dari pemeriksaan tersebut.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan pernyataan masalah diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian adalah
bagaimana persiapan dan penatalaksanaan dari pemeriksaan HSG di instalasi radiologi RSUP
Persahabatan juga untuk mengetahui efektifitas dan kekurangan dari pemeriksaan HSG di instalasi
radiologi RSUP Persahabatan.

1.3.Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana persiapan dan penatalaksanaan dari pemeriksaan HSG di instalasi
radiologi RSUP Persahabatan juga untuk mengetahui efektifitas dan kekurangan dari pemeriksaan HSG
di instalasi radiologi RSUP Persahabatan.

1.4.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
a. Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai persiapan dan penatalaksanaan dari
pemeriksaan Hysterosalpingography.
b. Instansi Kesehatan
Menambah informasi dan wawasan kepada instansi kesehatan khususnya radiografer mengenai
persiapan dan penatalaksanaan dari pemeriksaan Hysterosalpingography.
c. Masyarakat
Memberikan informasi melalui media sosial bagi para wanita untuk mengetahui gambaran
mengenai persiapan dan penatalaksanaan dari pemeriksaan Hysterosalpingography.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pengertian
Hysterosalpingography (HSG) adalah pemeriksaan radiografi untuk menilai uterus dan tuba falopi yang
terutama digunakan untuk mengevaluasi infertilitas dan kelainan patensi tuba. Indikasi lain
dilakukannya HSG adalah riwayat abortus dini yang berulang serta evaluasi pascaoperasi kavitas uteri,
ligasi tuba, dan pembalikan ligasi tuba. 1. Bhoil R, Sood D, Sharma T, Sood S, Sharma J, Kumar N, et
al. Contrast Intravasation During Hysterosalpingography. Pol J Radiol. 2016; 81: p236-9.

2.2.Anatomi

2.2.1 Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang secara
luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar
9 cm, sedangkan panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di
belakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran muskulomembraneus yang
menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari
muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan.
Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan terutama di
bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian uterus. Bagian servik
yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina menjadi
empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik sinistra.
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan PH
4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu sebagai
saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan jalan
lahir pada waktu persalinan.
2.2.2 Uterus
Terdapat dalam rongga panggul, bentuknya seperti buah peer, panjang 6,5 cm – 6 cm dan
tebal 2,5 cm – 4 cm. Uterus terletak di belakang kandung kencing dan di depan rectum.
Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus uteri yang terletak di
atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum
uteri dan berbentuk segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding
depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan
kandung kemih. Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum,
jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada anak-anak
ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm. Dinding uterus terdiri dari
tiga lapisan yaitu peritoneum, miometrium / lapisan otot, dan endometrium. Biasanya pada
nullipara ostium uteri eksterna terbuka hanya 0,5 cm.
Beberapa posisi uterus ,antara lain: Antefleksi, rofleksi, teversi, dan retroversi . Rahim
retrofleksi merupakan salah satu bentuk anatomi yang normal, dimana rahim melengkung ke
belakang ke arah punggung, sementara rahim biasanya (antefleksi) tegak ke atas atau
melengkung ke depan. Kondisi ini terdapat pada 20% wanita.
2.2.3 Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine hingga suatu
tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga uterus yang mempunyai
panjang kira-kira 10 - 12 cm dan diameter 3 – 8 cm. terletak di tepi atas ligamentum latum
berjalan ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim.
Terdiri dari 4 bagian yaitu:
a. Pars interstisialis, yaitu bagian yang menempel pada dinding uterus .
b. Pars ismika, merupakan bagian medial yang menyempit seluruhnya .
c. Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar .
d. Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka kearah abdomen dan mempunyai fimbria.
2.2.4 Ovarium
Terletak dalam fosa ovarika, terdapat dua buah di kanan dan kiri dengan mesovarium
menggantung di bagian belakang ligamentum latum. Ukuran normal ovarium, panjang 2,5 – 5
cm, lebar 1,5 – 3 cm dan tebal 0,6 – 1,5 cm.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi,
sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid. Ovarium terdiri dari korteks ovarii dan medula
ovarii
2.2.5 Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar ligamentum
latum.
Batasan parametrium
a. Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
b. Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
c. Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
d. Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii
(Bobak, Jansen, dan Zalar, 2001)

2.3.Indikasi Pemeriksaan

2.4.Prosedur Pemeriksaan

2.5.Hasil Gambaran

BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
3.2.Saran

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai