0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
45 tayangan3 halaman
Puisi ini membahas tentang pentingnya bangkit dari tidur dan memanfaatkan waktu dengan baik. Anak-anak digesa untuk bangun karena matahari sudah tinggi, melihat keindahan alam sekitar, dan memanfaatkan sisa hari untuk belajar agar memiliki masa depan yang lebih baik.
Puisi ini membahas tentang pentingnya bangkit dari tidur dan memanfaatkan waktu dengan baik. Anak-anak digesa untuk bangun karena matahari sudah tinggi, melihat keindahan alam sekitar, dan memanfaatkan sisa hari untuk belajar agar memiliki masa depan yang lebih baik.
Puisi ini membahas tentang pentingnya bangkit dari tidur dan memanfaatkan waktu dengan baik. Anak-anak digesa untuk bangun karena matahari sudah tinggi, melihat keindahan alam sekitar, dan memanfaatkan sisa hari untuk belajar agar memiliki masa depan yang lebih baik.
Cahari olehmu akan sahabat, Sikap Si Luncai, biarkan, biarkan…
Yang boleh dijadikan ubat. Ada rumah tidak dijaga, Ada anak tidak dilatih, Cahari olehmu akan guru, Ada ternakan tidak dibela, Yang boleh tahukan tiap seteru. Ada kebun tidak ditanam, Ada cerdik tidak selidik, Cahari olehmu akan isteri, Ada belajar kepalang ajar, Yang boleh menyerahkan diri. Ada mengaji tiada mengkaji, Ada mata tiada kuasa, Cahari olehmu akan kawan, Ada kuat tiada buat, Pilih segala orang setiawan. Biarkan, biarkan…! Si Luncai pun terjun dengan labu- labunya. Abu Hassan Sham (Penyelenggara) Puisi-puisi Raja Ali Haji, 1993 Khazanah Puisi Klasik Melayu, 2003 Dewan Bahasa dan Pustaka ILADAM dan Perbadanan Muzium Melaka isi laut kekosongan (PERZIM) dan perut belantara menjadi ladang. Bangkitlah Rejab F.I.
Anak-anak yang sedang lena Anak-anak
bangkitlah esok apa yang akan kaumakan? matahari sudah tinggi Tanah atau batu atau debu? di puncak gunung. kau mahu terus nangis tanpa air mata? Lihat jernihnya pagi ini burung-burung berterbangan di udara Kalau tidak dan pepohon hijau merendang daunnya bangkitlah apa kau masih belum bangkit? matahari belum lagi rembang dan burung-burung belum lagi menjamah Bangkitlah awan! jangan sesal nanti madu bumi yang kekeringan (1969) Langit di Tangan, 1995 Dewan Bahasa dan Pustaka Pantun Enam Kerat Md. Ali Bachik (ILADAM) (Penyelenggara)
Sarat bermuat ikan cencaru,
Putik kelapa menjadi muda, Gelama tidak berumpan lgi, Kelapa muda jadi kemirau, Kail tersangkut di tepi batang; Sudah kemirau menjadi kotai; Sudah dapat orang yang baru, Hati luka pura tiada, Yang lama tidak berkenan lagi, Rasa pedih buat tak hirau, Ibarat melukut di tepi gantang. Ibarat kaca jatuh ke lantai.
Ambil galah jolok kedondong,
Galah pendek buluh sumpitan, Buluh bersisip tali jerami; Khazanah Puisi Klasik Melayu, 2003 Bukan salah ibu mengandung, ILADAM dan Perbadanan Muzium Melaka Sudah takdir sudah suratan, (PERZIM) Sudah nasib jadi begini.