Anda di halaman 1dari 18

10 PANTUN :

Pamanku seorang petani


Punya kebun, punya ladang
Ayo, membaca buku hari ini
Supaya masa depan menjadi lebih gemilang

Di sekolah ada pemuda tampan


Berangkat pagi jadi tergesa-gesa
Jika menunda-nunda pekerjaan
Hanya kata terlambat yang akan tersisa

Burung perkutut
burung kuthilang
kamu kentut
enggak bilang bilang

Ikan bandeng
makan kawat
orang ganteng
numpang lewat

Aku dukung Korea Selatan


Kamu dukung Jepang
Walaupun kita mantan
Tapi aku masih tetap sayang

Buah semangka
buah duren
nggak nyangka
gue keren

Ajak pacar makan di restauran


Bertemu mantan yang sekarang teman
Hati bingung dan gak karuan
Ternayata mantan minta balikan

Wajahmu memang imut


Bodymu kecil kaya siput
Tingkahmu membuatku salut
Tapi sayang hobimu kentut

Ada bebek di sungai


Bebek berenang sudah biasa
Janganlah terlalu banyak bersantai
Sukses tidak akan dirasa
Bangun rumah dengan batu bata
Akan banyak pengeluaran yang muncul
Apapun yang menjadi cita-cita kita
Semoga kelak bisa terkabul
10 SYAIR :

1. Syair Pendidikan
(Bait 1) “Dengarlah wahai anakanda
Rajinlah belajar sepanjang masa
Ilmu tiada pernah habis dieja
sebagai bekal sepanjang usia”
(Bait 2) “Dengan ilmu engkau terjaga
Dari suramnya waktu dan masa
Cemerlang akan senantiasa
Menyinari dirimu di masa dewasa”

2. Syair Agama
“Janganlah engkau berbuat maksiat
Janganlah engkau berbuat jahat
Segeralah engkau bertaubat
Agar selamat dunia akhirat”

3. Syair Nasihat
“Inilah gerangan suatu madah
mengarangkan syair terlalu indah
membetuli jalan tempat berpindah
di sanalah i’tikat diperbetuli sudah.”

4. Syair Cinta
“Siapa telah menanam cinta
Dalam jiwa serta raga
Membuatku gundah gulana
Resah gelisah selalu kurasa
Siapa telah mengukir nama
Menggurat hebat dalam jiwa
Hingga rindu terus membara
Terbakar hati karena asmara
Mengapa kau menabur cinta
Saat kita akan berpisah
Rasa bergelora dalam dada
Akankah menyatu kita berdua
Mungkin inilah takdir cinta
Berliku-liku membawa cerita
Akan terkenang sepanjang masa
Akan abadi selama-lamanya.”

5. Syair Panji
“Adapun akan mangkunegara
Rasa gundah tiada lagi terkira
Belas memandang Raja Putra
Semuanya sudah berada dalam penjara
Sungguh ia bersuka-suka
Dalam hatinya gundah tiada berketika
Sangat pandai menyamarkan duka
Tiada rupa memandang muka
Jikalau memandang saudaranya
Di dalam penjara yang ketiganya
Berlinang-linang air matanya
Seboleh-bolehnya disamarkannya
Daripada ia tiada takutnya
Pada Prabu Nata ratu bangsawan
Hati yang gundah diliburkan
Dibawanya dengan bersesukaan”

6. Syair Nasihat
Wahai anak muda, kenali dirimu
Ialah jembatan bagi tubuhmu
Kehebatan untuk dirimu
Untuk kesuksessan bagimu
Agar kau bisa meraihnya
Semangatlah yang harus ada
Kerja keras kamu ada
Kesungguhan kamu ada
Selepas dari hal itu
Panggillah nama Tuhanmu
Memohonlah kepada Tuhanmu
Tuk dapat manfaat dari usahamu
Dengarlah kisah suatu riwayat
Raja di desa negeri Kembayat
Dikarang fakir dijadikan hikayat
Dibuatkan syair serta berniat

Dengarlah kisah suatu riwayat


Raja di desa negeri Kembayat
Dikarang fakir dijadikan hikayat
Dibuatkan syair serta berniat

Adalah raja sebuah negeri


Sultan Agus bijak bestari
Asalnya baginda raja yang bahari
Melimpah pada dagang biaperi

Kabarnya orang empunya termasa


Baginda itulah raja perkasa
Tiadalah ia merasa susah
Entahlah kepada esok dan lusa

Seri padukan sultan bestari


Setelah ia sudah beristri
Beberapa bulan beberapa hari
Hamillah puteri permaisuri
Demi ditentang duli mahkota
Makinlah hati bertambah cinta
Laksana mendapat bukit permata
Menentang istrinya hamil serta

Beberapa lamanya di dalam kerajaan


Senantiasa ia bersuka-sukaan
Datanglah masa beroleh kedukaan
Baginda meninggalkan takhta kerajaan

Datanglah kepada suatu masa


Melayanglah unggas dari angkasa
Unggas garuda burung perkasa
Menjadi negeri rusak binasa

Datang menyambar suaranya bahna


Gemparlah sekalian mulia dan hina
Seisi negeri gundah gulana
Membawa dirinya barang ke mana

Baginda pun sedang dihadap orang


Mendengarkan gempar seperti perang
Bertitah baginda raja yang garang
Gempar ini apakah kurang

7. Syair Panji
Berhentilah kisah raja Hindustan,
Tersebutlah pula suatu perkataan
Abdul Hamit syah padaku sultan,
Duduklah baginda bersuka-sukaan.

Abdul Muluk putra baginda,


Besarlah sudah bangsawan muda,
Cantik majelis usulnya syahdam
Tiga belas tahun umurnya ada.

Paras elok amat sempurna,


Petah menjelis bijak laksana,
Memberi hati bimbang gulana,
Kasih kepadanya mulya dan hina

Adapun akan mangkunegara


Gundah tiada lagi terkira
Belas memandang Raja Putra
Semuanya sudah dalam penjara

Sungguh ia bersuka-suka
Hatinya gundah tiada berketika
Sangat pandai menyamarkan duka
Tiada rupa memandang muka

Jikalau memandang saudaranya


Di dalam penjara yang ketiganya
Berlinang-linang air matanya
Seboleh-bolehnya disamarkannya

Daripada ia tiada takutnya


Pada Prabu Nata ratu bangsawan
Hati yang gundah diliburkan
Dibawanya dengan bersesukaan

8. Syair Agama
Bismillah itu permulaan kalam,
Dengan nama Allah Khalikul’alam,
Dipermulai kitab diperbuat nazam,
Supaya ingat mukmin dan Islam.

Sudah memuji Tuhan yang kaya,


Salawatkan rasul Nabi yang mulia,
Itulah penghulu segala Anbia,
Sekalian Islam jin dan manusia.

Barang yang maksiat beroleh bala,


Kerana murka Allah Taala,
Di dalam neraka ia tersula,
Badannya hancur tiada terkala.

Dijadikan dunia oleh Tuhanmu,


Bukan di sini akan tempatmu,
Sekadar ibadah dengan ilmu,
Serta amalkan dengan yakinmu.

Barang bercinta akannya mati,


Tidaklah lupa berbuat bakti,
Siang dan malam diamat-amati,
Seumur hidup tidak berhenti.

Harta itu cari olehmu,


Sambil dengan menuntut ilmu,
Serta amalkan dengan baktimu,
Supaya jangan jadi selemu.

9. Syair Sejarah
Mangkubumi saudagar kaya
Kerabat raja yang bijaksana
Berputra seorang elok rupanya
Empu Jatmika konon namanya.

Empu Jatmika terus bertambah usianya


Hingga dewasa menjadi cendikia
Dikawinkan dengan Sira Manguntur namanya
Putri cantik pandai bertutur kata.

Empu Mandastana dan Lambung Mangkurat


Kakak beradik tampan gagah muda belia
Itulah namanya putra Empu Jatmika
Sama elok sama tampan sama pandainya.

Karena sudah keadaan


Sakitlah Mangkubumi yang dipertuan
Hamba sahaya semua bersedih menaruh kasihan
Kemudian semua sanak famili dikumpulkan.

Saudagar Mangkubumi yang dipertuan


Sakitnya bertambah tidak tertahan
Selalu dijaga seluruh handai taulan
Dari hari berganti bulan.

Setelah Mangkubumi merasa tidak kuat bertahan


Saatnya dunia yang fana harus ditinggalkan
Nafas terengah air mata mengalir perlahan
Lemah tak berdaya sekujur badan.

Empu Jatmika dan kedua putranya


Duduk bersimpuh bersama ibunya
Membelai mencium tangan ayahanda
Duduk terpekur membaca doa.

Lalu berkata Mangkubumi tercinta


Meninggalkan amanat kepada anakda
Hadirin mendengar dengan hikmatnya
Diterimalah wasiat oleh anak cucunya.

Adapun amanat yang ditinggalkannya


Kepada anaknya Empu Jatmika
Tersusun bunyi kata-katanya
Harus kerjakan diingat pula.

Wahai anakku Empu Jatmika


Serta cucuku Empu Mandastana
Lambung Mangkurat duduk beserta
Sira Manguntur dan neneknya Sitira.

Jika aku sudah tak ada lagi


Meninggalkan dunia yang fana ini
Pertama-tama jagalah diri
Martabat keluarga dijunjung tinggi.

Kedua pula janganlah kikir


Bersikaplah adil tak boleh mungkir
Hormatilah pula setiap orang pakir
Setiap tindakan harus dipikir.

Selain itu sebagai ketiga


Sesudah aku meninggalkan dunia
Hendaklah turut dan kerjakan segera
Pergilah anakda dari negeri kita.

Sebabnya itu wahai anakku tersayang


Di negeri Keling negeri kita sekarang
Banyaklah orang sebagai penghalang
Yang iri dengki selalu datang.

10. syair Kiasan

Syair Burung Pungguk


Pertama mula pungguk merindu,
Berbunyilah mendayu-dayu,
Hatinya rawan bercampur pilu,

Seperti diiris dengan sembilu.


Pungguk bermadah seraya merawan,
Wahai bulan terbitlah tuan,
Gundahku tidak berketahuan,

Keluarlah bulan tercelah awan.


Sebuah tilam kita beradu,
Mendengarkan bunyi pungguk berindu,
Suaranya halus tersendu sendu,
Laksana orang berahikan jodoh.
10 PUISI :

PARA PEMINUM

Karya: sutardji calzoum bachri

di lereng lereng
para peminum
mendaki gunung mabuk
kadang mereka terpeleset
jatuh
dan mendaki lagi
memetik bulan
di puncak
mereka oleng
tapi mereka bilang
–kami takkan karam
dalam lautan bulan–
mereka nyanyi nyai
jatuh
dan mendaki lagi
di puncak gunung mabuk
mereke berhasil memetik bulan
mereka mneyimpan bulan
dan bulan menyimpan mereka
di puncak
semuanya diam dan tersimpan

HERMAN

Karya: sutardji calzoum bachri

herman tak bisa pijak di bumi tak bisa malam di bulan


tak bisa hangat di matari tak bisa teduh di tubuh
tak bisa biru di lazuardi tak bisa tunggu di tanah
tak bisa sayap di angin tak bisa diam di awan
tak bisa sampai di kata tak bisa diam di diam tak bisa paut di mulut
tak bisa pegang di tangan takbisatakbisatakbisatakbisatakbisatakbisa

di mana herman? kau tahu?


tolong herman tolong tolong tolong tolongtolongtolongtolongngngngngng!
MATA HITAM
karya : WS Rendra

Dua mata hitam adalah matahati yang biru


dua mata hitam sangat kenal bahasa rindu.
Rindu bukanlah milik perempuan melulu
dan keduanya sama tahu, dan keduanya tanpa malu.
Dua mata hitam terbenam di daging yang wangi
kecantikan tanpa sutra, tanpa pelangi.
Dua mata hitam adalah rumah yang temaram
secangkir kopi sore hari dan kenangan yang terpendam.

AKU BERADA KEMBALI

Karya : Chairil Anwar

Aku berada kembali. Banyak yang asing:


air mengalir tukar warna,kapal kapal,
elang-elang
serta mega yang tersandar pada khatulistiwa lain;

rasa laut telah berubah dan kupunya wajah


juga disinari matari lain.

Hanya
Kelengangan tinggal tetap saja.
Lebih lengang aku di kelok-kelok jalan;
lebih lengang pula ketika berada antara
yang mengharap dan yang melepas.

Telinga kiri masih terpaling


ditarik gelisah yang sebentar-sebentar
seterang
guruh

1949

PADA SUATU HARI NANTI

Karya : Supardi  Djoko Damono

Pada suatu hari nanti,


Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini.

Kau akan tetap kusiasati,


Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan letih-letihnya kucari.

DARI BENTANGAN LANGIT

Karya  :Emha Ainun Najib

Dari bentangan langit yang semu


Ia, kemarau itu, datang kepadamu
Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang
Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan
menyapu hutan !
Mengekal tanah berbongkahan !
datang kepadamu, Ia, kemarau itu
dari Tuhan, yang senantia diam
dari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa
yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.

1997

SEBUAH JAKET BERLUMURAN DARAH

karya: Taufik Ismail

Sebuah jaket berlumur darah


Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun.

Sebuah sungai membatasi kita


Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja
Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’
Berikara setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?.

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu


Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang.

Pesan itu telah sampai kemana-mana


Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan Perjuangan.

HANYA DALAM PUISI

karya : Ajip Rosidi

Dalam kereta api


Kubaca puisi: Willy dan
Mayakowsky
Namun kata-katamu
kudengar
Mengatasi derak-derik
deresi.

Kulempar pandang ke luar:


Sawah-sawah dan
gunung-gunung
Lalu sajak-sajak
tumbuh
Dari setiap bulir peluh
Para petani yang
terbungkuk sejak pagi

Melalui hari-hari keras dan sunyi.


Kutahu kau pun tahu:
Hidup terumbang-ambing antara langit
dan bumi
Adam terlempar dari surga
Lalu kian kemari
mencari Hawa.

Tidakkah telah menjadi takdir penyair


Mengetuk pintu demi pintu
Dan tak juga
ditemuinya: Ragi hati
Yang tak mau
Menyerah pada
situasi?
Dalam lembah
menataplah wajahmu
yang sabar.
Dari lembah
mengulurlah tanganmu
yang gemetar.
Dalam kereta api
Kubaca puisi: turihan-turihan hati
Yang dengan jari-jari
besi sang Waktu
Menentukan langkah-langkah Takdir:
Menjulur
Ke ruang mimpi yang kuatur
sia-sia.

Aku tahu.
Kau pun tahu. Dalam puisi
Semuanya jelas dan pasti.

1968

SURAT DARI IBU

Karya : Asrul Sani

Pergi ke dunia luas, anakku sayang


pergi ke hidup bebas !
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.

Pergi ke laut lepas, anakku sayang


pergi ke alam bebas !
Selama hari belum petang

dan warna senja belum kemerah-merahan


menutup pintu waktu lampau.

Jika bayang telah pudar


dan elang laut pulang kesarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku !

Kembali pulang, anakku sayang


kembali ke balik malam !
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“Tentang cinta dan hidupmu pagi hari.”

SEBELUM LAUT BERTEMU LANGIT


karya : Eka Budianta

Seekor penyu pulang ke laut


Setelah meletakkan telurnya di pantai
Malam ini kubenamkan butir-butir
Puisiku di pantai hatimu
Sebentar lagi aku akan balik ke laut.

Puisiku – telur-telur penyu itu-


mungkin bakal menetas
menjadi tukik-tukik perkasa
yang berenang beribu mil jauhnya
Mungkin juga mati
Pecah, terinjak begitu saja

Misalnya sebutir telur penyu


menetas di pantai hatimu
tukik kecilku juga kembali ke laut
Seperti penyair mudik ke sumber matahari
melalui desa dan kota, gunung dan hutan
yang menghabiskan usianya

Kalau ombak menyambutku kembali


Akan kusebut namamu pantai kasih
Tempat kutanamkan kata-kata
yang dulu melahirkan aku
bergenerasi yang lalu

Betul, suatu hari penyu itu


tak pernah datang lagi ke pantai
sebab ia tak bisa lagi bertelur
Ia hanya berenang dan menyelam
menuju laut bertemu langit
di cakrawala abadi

Jakarta, 2003

IBU

Karya: D. Zawawi Imron

kalau aku merantau lalu datang musim kemarau


sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya mataair airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir
bila aku merantau

sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku


di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar
ibu adalah gua pertapaanku

dan ibulah yang meletakkan aku di sini


saat bunga kembang menyemerbak bau sayang
ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti
bila kasihmu ibarat samudera
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau aku ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu, ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu
bila aku berlayar lalu datang angin sakal
Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal
ibulah itu bidadari yang berselendang bianglala
sesekali datang padaku
menyuruhku menulis langit biru
dengan sajakku.
20 PRIBAHASA :

Ada udang di balik batu.

Ada maksud tersembunyi di balik perilaku seseorang.

Ada asap, ada api.

Jika ada akibat, pasti ada sebabnya.

Adat pasang berturung naik.

Nasib seseorang tidak akan selalu sama, senang dan susah silih berganti.

Ayam berkokok hari siang.

Mendapat sesuatu yang telah lama diimpi-impikan.

Bagai musuh dalam selimut.

Orang terdekat yang berkhianat.

Berat sama dipikul ringan sama dijinjing.

Senang dan susah dijalani bersama.

Cepat kaki, ringan tangan.

Orang yang sigap dalam memberi bantuan.

Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi.

Kondisi yang adil dan berimbang.

Diam itu emas.

Tetap diam dalam sebuah situasi akan lebih mendatangkan manfaat daripada banyak
cakap.

Dikasih hati minta jantung.

Orang yang tidak tahu diri. Diberi sedikit, malah meminta lebih banyak.

Datang tak berjemput, pulang tak berantar.

Orang yang tak dipedulikan.

Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.


Ke mana pun dia pergi, seseorang harus selalu mematuhi adat istiadat tempat yang
dikunjunginya.

Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.

Perilaku guru akan ditiru mentah-mentah oleh muridnya. Jika guru melakukan hal buruk,
murid akan berlaku lebih buruk lagi.

Gali lubang, tutup lubang.

Melunasi utang lama dengan utang yang baru.

Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, orang mati
meninggalkan nama.

Setiap orang yang sudah meninggal pasti akan dikenang sesuai dengan perbuatannya di
dunia.

Habis manis, sepah dibuang.

Tak dipedulikan atau ditelantarkan jika dianggap sudah tidak berguna.

Hasrat hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai.

Ingin memiliki sesuatu yang berharga, namun tak memiliki kemampuan untuk
melakukannya.

Hangat-hangat tahi ayam.

Kemauan yang tidak tetap atau tidak kuat.

Jauh di mata dekat di hati.

Walaupun terpisah jarak, namun selalu teringat.

Kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah.

Kasih sayang ibu tak terbatas dan selamanya, sementara kasih anak begitu terbatas.

Menang jadi arang, kalah jadi abu.

Menang atau kalah tetap rugi.

Dua pihak yang berselisih hingga sama-sama rugi.

Menggunting dalam lipatan.

Mencelakakan atau menipu kawan sendiri.

Pandai berminyak air.


Pandai menyusun kata-kata untuk mencapai maksudnya.

Pagar makan tanaman.

Seseorang yang memanfaatkan/mencelakakan sesuatu yang seharusnya dia lindungi.

Pucuk dicinta ulam pun tiba.

Mendapatkan sesuatu yang lebih daripada apa yang diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai