Anda di halaman 1dari 3

Algoritma diagnosis Anemia

Klasifikasi anemia, yaitu berdasarkan gambaran morfologi indeks eritrosit atau hapusan darah
tepi, dapat dibagi menjadi: Anemia hipokromik mikrositer (MCV < 80 fl, dan MCH < 27 pg),
Anemia normokromik normositer (MCV 80-95 fl, MCH 27-34 pg), Anemia makrositer (MCV >
95 fl).
Anemia Penyakit Kronis
Dijumpai pada pasien dengan infeksi, inflamasi kronis, maupun keganasan. Anemia ini
umumnya bersifat ringan atau sedang, disertai penurunan berat badan.
Etiologi dan factor resiko
1. banyak dihubungkan dengan berbagai macam penyakit infeksi kronis, seperti tuberkolosis,
abses paru, endocarditis bakterilis, osteomyelitis, infeksi jamur kronis, HIV/AIDS. Anemia
terjadi 1-2 bulan setelah infeksi terjadi.
2. inflamasi kronis, seperti atritis rheumatoid, anteritis, colitis ulseratif. Penyakit kolagen dan
atritis rheumatoid merupakan penyebab tersering.
3, keganansan (neoplasma), seperti limfoma dan sarcoma. Ini disebut cancer-related anemia

Manifestasi Klinis
Gejala anemia seringkali tersamar oleh gejala penyakit dasarnya karena anemia yang terjadi
umumnya ringan atau sedang (Hb sekitar 7-11g/dL). Pada pemeiksaan fisis hanya ditemukan
konjungtiva yang pucat.

Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan temuan profil hematologic berikut dengan penyakit kronis yang
menyertai.
 Morfologi eritrosit umumnya normositik nomokrom, walaupun banyak pasien
mengalami mikrositik hipokrom
 Nilai retikulosit absolut batas normal atau sedikit meningkat
 Kadar besi serum menurun, terjadi segera setelah awitan suatu infeksi atau inflamasi.
Kadar total iron binding capacity (TIBC) rendah. Besi pada sumsum tulang normal atau
meningkat, kadar ferritin normal atau meningkat, serta kadar transferrin menurun.
Diagnosis banding
 Drug-induced marrow suppression/drug induced hemolysis
 Pendarahan kronis
 Thalasemia minor
 Gangguang ginjal (umur eritrosit memendek dan terdapat kegagalan relative sumsum
tulang)
 Metastatis pada sumsum tulang
Tata Laksana
 terapi utama ialah mengobati penyakit dasarnya
 pada kasus yang disertai dengan gangguan hemodinamik dapat diberikan transfuse.
Kadar Hb sebaiknya dipertahankan 10-11g/dL. Pemberian preparat besi sebaiknya tidak
direkomendasikan pada anemia penyakit kronis.
 Pemberian eritopoetin disepakati hanya diberikan pada pasien anemia akibat kanker,
gagal ginjal, myeloma multiple, artritis rheumatoid, dan pasien HIV. Pemberian
eritropoetin ini memiliki efek anti inflamasi dengan cara menekan produksi TNF-α dan
interferon-γ

Anda mungkin juga menyukai